SKRIPSI
OLEH
RAMOS P. SITANGGANG
SKRIPSI
OLEH
RAMOS P. SITANGGANG
030308022
Disetujui Oleh :
2
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Rainfall Analysis for Peak Debit Estimation by Rational Method In Bah Bolon
River Basin District of Simalungun
Key words : Rainfall Analysis, Peak debit, Rainfall Design, Intensity, Run off
Coeffisient.
ABSTRAK
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
skripsi ini.
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik berupa sumbangan
moral maupun material. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
- Bapak Ir. Edi Susanto, M.Si, sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu
- Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si, selaku ketua Departemen Teknologi
- Semua pihak yang mengenal penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Kiranya Tuhan tetap beserta kita dalam menjalani hari-hari kita,
Amin.
Penulis menyadari betapa besar arti bantuan yang telah diterima dan hanya
Tuhan Yang Maha Pemurah yang mampu membalas semua bantuan dan jasa
Penulis
dari pasangan ayahanda Sahat Parulian Sitanggang dan Ibunda T. Br. Sihombing,
dan merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara, beragama Kristen Protestan dan
1997
tahun 2000
tahun 2003
Penulis telah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dari tanggal 20 Juli
sampai 5 Agustus 2006 di PT. Perkebunan Nusantara IV, Unit kebun Sawit
2007.
ABSTRAK
RINGKASAN
UCAPAN TERIMA KASIH
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................... 1
Tujuan Penelitian........................................................................... 6
Kegunaan Penelitian...................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Hidrologi.............................................................................. 7
Daerah Aliran Sungai...................................................................... 9
Penentuan Hujan Maximum
Analisis Frekuensi........................................................................... 11
Distribusi Normal............................................................................ 14
Distribusi Gumbel........................................................................... 16
Distribusi Log Normal................................................................... 17
Distribusi Log Pearson Type III...................................................... 18
Uji Kecocokan................................................................................. 20
Uji Chi-Square.................................................................... 20
Uji Smirnov-Kolmogorov.................................................. 21
Intensitas Curah Hujan................................................................... 22
Waktu Konsentrasi........................................................................ 24
Koefisien Limpasan......................................................................... 24
Metode Rasional.............................................................................. 27
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 29
Bahan dan Alat............................................................................... 29
Metode penelitian........................................................................... 29
Pelaksanaan Penelitian................................................................... 30
Pengolahan Data............................................................................. 30
LAMPIRAN
Hal.
Hal.
1. Siklus Hidrologi
2. Berbagai macam bentuk DAS
3. Kurva Distribusi Frekuensi Normal
4. Grafik Distribusi Frekuensi DAS Bah Bolon
5. Kurva IDF (Intensity–Duration-Frequency)
Hal
Rainfall Analysis for Peak Debit Estimation by Rational Method In Bah Bolon
River Basin District of Simalungun
Key words : Rainfall Analysis, Peak debit, Rainfall Design, Intensity, Run off
Coeffisient.
ABSTRAK
Latar Belakang
serius yang dihadapi negara kita. Penyebab utama terjadinya bencana alam
tersebut adalah karena perbuatan manusia itu sendiri. Salah satu bencana yang
kerusakan lahan, dan infrastruktur. Pada umumnya, banjir disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi dalam durasi yang lama sehingga menimbulkan aliran
permukaan karena daya infiltrasitanah yang kurang baik dan meluapnya air sungai
merupakan hutan lindung atau habitat berbagai macam vegetasi dirubah menjadi
Hal ini berdampak pada berkurangnya daya infiltrasi tanah karena penebangan
pepohonan (vegetasi). Dampak serius yang terjadi akibat perubahan tata guna
lahan tersebut adalah aliran tanah yang tidak terbendung dan berkurangnya air
yang meresap kedalam tanah. Tanah menjadi kritis, dan terjadi ketimpangan
dalam terjadinya banjir maupun kekeringan pada suatu daerah aliran sungai
(DAS). Sejumlah sungai di Sumatera Utara Dewasa ini berada dalam kondisi
kuantitas yang menurun menimbulkan kekurangan air pada musim kemarau dan
menyebabkan banjir pada musim penghujan. Luas daerah pengaliran sungai yang
telah kritis di kota medan + 592.000 hektar, tersebar luas di satuan wilayah
SWS Barumun Kualah, SWS Batang Gadis-Batang Toru. Sedangkan yang rawan
terhadap banjir mencapai 115.903 hektar, terdiri dari daerah perkotaan 7.996
hektar, serta sarana transportasi yang rawan banjir terdapat sepanjang 386,40 km
(Anonimus, 2006).
Banjir maupun kekeringan yang terjadi pada daerah aliran sungai (DAS)
memiliki fenomena yang tidak sederhana. Suatu DAS terdiri dari faktor penyusun
yaitu tanah vegetasi dan air sebagai objek dan pendayagunaan unsur-unsur
tersebut oleh manusia sebagai subjek. Diantara subjek dan objek tersebut terjadi
hubungan timbal balik yang menghasilkan kondisi hidrologis dari wilayah DAS
Adapun penyebab utama suatu daerah aliran sungai sering terjadi banjir
adalah curah hujan yang tinggi dan saluran drainase yang buruk serta kondisi
tanah dengan daya infiltrasi yang kurang baik. Dalam upaya penanggulangan
banjir, kita perlu melakukan pendugaan debit maksimum (puncak) suatu sungai
dalam DAS tertentu. Pendugaan ini dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan
Menurut Sri harto (1993), analisis frekuensi dilakukan dengan seri data
dari rekaman curah hujan atau data debit. analisis ini dianggap yang paling baik
karena dilakukan terhadap data yang terukur langsung dan tidak melewati
hujan dalam durasi dan periode ulang tertentu dapat diperoleh dari kurva IDF
Proses terjadinya banjir dimulai saat terjadinya curah hujan yang tinggi
pada suatu DAS yang tidak diimbangi dengan daya infiltrasi tanah dan saluran
drainase yang baik. Apabila hal ini berlangsung dalam durasi yang lama, akan
banjir. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir tersebut, hal yang perlu dilakukan
dapat menahan laju curah hujan yang tinggi dan mengikat agregasi tanah sehingga
Sungai Bah Bolon merupakan salah satu sungai yang berada di Kabupaten
Simalungun dan Kota Pematang Siantar yang memegang peranan penting dalam
kehidupan masyarakat, baik masyarakat petani maupun non petani. Sungai Bah
perkebunan juga sebagai penyedia air bersih dan sanitasi bagi masyarakat
khususnya yang tinggal di daerah tepi sungai. Apabila terjadi kelebihan debit air
yang melampaui debit puncak sungai tersebut maka akan terjadi banjir hingga
tanah longsor. Hal ini akan berdampak kerusakan lingkungan dan ekosistem
daya sungai tersebut untuk kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan langkah-
saluran drainase, pendugaan debit puncak dengan metode rasional dalam kala
pengendali banjir maupu saluran drainase tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola distribusi frekuensi yang tepat pada DAS Bah
Bolon.
2. Untuk menghitung debit puncak aliran sungai pada DAS Bah Bolon
Kegunaan Penelitian
Siklus Hidrologi
menjadi mengembun dan kembali menjadi air yang berlangsung terus nenerus
tiada hentinya. Daur hidrologi dimulai sejak adanya panas matahari yang
menimbulkan air akan menguap dari semua tanah, sungai, danau, telaga, waduk
laut, kolam, sawah dan permukaan air lainnya. Penguapan seperti ini disebut
Sebagian air hujan yang jatuh kepermukaan bumi akan menjadi aliran
permukaan (surface run off). Aliran permukaaan sebagian akan meresap kedalam
tanah menjadi aliran bawah permukaan melalui proses infiltrasi (infiltration) dan
flow). Apabila kondisi tanah memungkinkan sebagian air infiltrasi akan mengalir
kedalam sungai, atau genangan lainnya seperti waduk, danau, sebagai interflow.
Sebagian air didalam tanah dapat muncul lagi didalam alur sungai atau langsung
19
Universitas Sumatera Utara
Proses mengenai siklus hidrologi dapat dilihat pada gambar berikut :
Karena siklus hidrologi merupakan suatu sistem tertutup, maka air yang
masuk selalu sama dengan yang keluar. Hal ini dikenal dengan istilah neraca air
(Soemarto,1987).
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi oleh batasan
topografi berdasarkan aliran permukaan tanah dimana semua air akan mengalir
kedalam sungai tertentu. Suatu DAS dianggap sebagai wilayah atau titik tertentu
yang dipisahkan dari DAS-DAS lainnya oleh suatu pembagi seperti perbukitan,
pegunungan, yang dapat ditelusuri pada peta topografi (Linsley dan Franzini,
1991)
DAS disebut juga sebagai watershed atau catchment area. DAS ada yang
kecil dan ada juga yang sangat luas. DAS yang sangat luas bisa terdiri dari
beberapa sub DAS dan sub DAS dapat terdiri dari beberapa sub-sub DAS,
tergantung banyaknya anak sungai dari cabang sungai yang ada, yang merupakan
(input) dan komponen yang merupakan keluaran (output), dimana keadaan atau
pengaruh yang berlaku pada salah satu bagian di dalamnya akan mempengaruhi
banjir yang terjadi, bentuk DAS dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Bulu burung
Suatu daerah pengaliran yang mempunyai jalur daerah di kiri kanan sungai
demikian mempunyai debit banjir yang kecil, oleh karena waktu tiba banjir dari
2. Radial
Daerah pengaliran yang berbentuk kipas atau lingkaran dan dimana anak-
semacam ini mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak-anak
sungai.
3. Pararel
Daerah pengaliran seperti ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah
pengaliran yang bersatu di bagian hilir. Banjir itu terjadi di sebelah hilir titik
pertemuan sungai.
adalah daerah yang mengalirkan airnya ke sungai tersebut. Luas daerah pengaliran
diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi. Luas daerah
Pengelolaan air pada musim kemarau ditunjukkan agar alokasi air dapat
Menurut Sri Harto (1993), analisis frekuensi adalah suatu analisa data
suatu besaran hujan atau debit dengan masa ulang tertentu. Frekuensi hujan adalah
kala ulang (return period) diartikan sebagai waktu dimana hujan atau debit
dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka
waktu tersebut. Dalam hal ini tidak berarti selama jangka waktu ulang tersebut
(misalnya T tahun) hanya sekali kejadian yang akan menyamai atau melampaui,
tetapi merupakan perkiraan bahwa hujan ataupun debit tersebut akan disamai atau
dilampaui K kali dalam jangka panjang L tahun, dimana K/L kira-kira sama
dengan 1/T .
Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi
yaitu:
data ini sering disebut seri data maksimum (maximum annual series).
selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut
(Suripin, 2004).
dan panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan
yang terjadi. Menurut Soemarto (1987), dalam ilmu statistik dikenal beberapa
macam distribusi dan empat jenis distribusi yang umum digunakan dalam bidang
hidrologi adalah :
1. Distribusi Normal
4. Distribusi Gumbel
∑ Xi
1. Rata-rata 1 n
X=
n i =1
1 n
∑ ( 2
Xi − X )
2.
s=
1/ 2
Simpangan baku
n − 1 i −1
3. Koefisien variasi s
Cv =
x
n ∑ (X i − X )
4. Koefisien skewness n
3
(n − 1)(n − 2)s 3
i =1
Cs =
n 2 ∑ (X i − X )4
5. Koefisien Kurtosis n
i =1
(n −1)(n − 2)(n − 3)s 4
Ck =
(x − µ) 2
P' ( X ) = exp − ………………….........….. (1)
2σ 2
1
σ 2π
dimana:
µ = Rata-rata nilai X
Luas 68,27%
Luas 96, 45 %
Luas 99,73 %
3σ 2σ σ x σ 2σ 3σ
di mana:
(Suripin, 2004).
()
Menurut Jayadi (2000), sifat khas lain yaitu nilai asimetris (koefisien
skewness) hampir sama dengan nol dan dengan Ck = 3, dan peluang nilai x :
( )
P x − σ = 15,87%
()
P x = 50%
( )
P x + σ = 84,14%
berikut ini:
YTr − Yn
K= ........................................................................ (4)
Sn
dimana :
data n
T − 1
= -In − In r ………………………………….... (5)
Tr
YTr
(Wilson, 1972).
dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Ini dapat dinyatakan dengan model
dimana:
(Singh, 1992)
Menurut Jayadi (2000), ciri khas statistik distribusi Log Normal adalah
nilai asimetris (koefisien skewness) sama dengan tiga kali nilai koefisien variasi
Parameter penting dalam Log Pearson Type III yaitu harga rata-rata,
dengan nol maka distribusi kembali ke distribusi Log Normal (Suripin, 2004).
sebagai berikut.
1 n
s= ∑ ( 2
log X i − log X )
1/ 2
n − 1 i −1
................................................ (8)
(
n ∑ log X i − log X )
n
3
(n − 1)(n − 2)s 3
i =1
Cs = ........................................................ (9)
Menurut Jayadi (2000), ciri khas statistik distribusi Log Pearson Type III
adalah:
hidrologi yaitu data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah desain
kemudian ditarik sedemikian rupa berupa garis linier. Ada 7 jenis metoda
Bloom, dan Tukey. Semua metode bertujuan untuk menghitung probabilitas data
tetapi metode yang paling efisien dan paling sering digunakan adalah metode
n +1
Tr = ……………………………………………. (11)
m
dimana :
(Soedibyo, 2003).
yang khas, sehingga data curah hujan harus diuji kecocokannya dengan sifat
dapat menimbulkan kesalahan perkiraan yang cukup besar, baik over estimate
Uji kecocokan
fittest test) distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang
diukur dari perbedaan antara nilai probabilitas setiap variant X menurut hitungan
yang nyata antara data yang diamati dengan data berdasarkan hipotesis nol (H0)
distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang
(Oi − Ei )2
∑
n
Xh 2 = .................................................... (12)
i =1 Ei
(Suripin, 2004).
menentukan df atau db (derajat kebebasan). Uji ini digunakan untuk data yang
variabelnya tidak dipengaruhi oleh varibel lain dan diasumsikan bahwa sampel
buah sebaran data yaitu membedakan sebaran berdasarkan data hasil pengamatan
sebenarnya dan populasi atau sampel yang diandaikan atau diharapkan. Nilai-
teoritik berdasarkan H0. Untuk setiap harga x, F0(x) merupakan proporsi harapan
yang nilainya sama atau lebih kecil dari x. SN(x) adalah sebaran frekuensi
kumulatif dari suatu sampel sebesar N pengamatan. Uji ini menitikberatkan pada
kolmogorov (KS-tes) mencoba untuk memutuskan jika dua data berbeda secara
signifikan.
hipotesis. Uji ini ditegaskan berdasarkan H0: data mengikuti distribusi yang
intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang
terjadi pada kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi (Loebis, 1992).
Durasi adalah lamanya suatu kejadiaan hujan. Intensitas hujan yang tinggi
pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak
sangat luas. Hujan yang meliputi daerah yang luas, jarang sekali dengan intensitas
yang tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi
dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi yang panjang jarang terjadi, tetapi
apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit
(Sudjarwadi, 1987).
persamaan dimana t sebagai absis dan I sebagai ordinat. Kurva ini digunakan
untuk perhitungan limpasan (run off) dengan rumus rasional dan untuk
sebanding dengan waktu pengaliran curah hujan dari titik paling atas ke titik yang
ditinjau di bagian hilir daerah pengaliran itu (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
Analisis hubungan dua parameter hujan yang penting berupa intensitas dan
frekuensi dengan menggunakan seri data yang diperoleh dari rekaman hujan. Jika
tidak tersedia waktu untuk mengamati besarnya intensitas curah hujan atau
disebabkan oleh karena alatnya tidak ada, dapat ditempuh cara-cara empiris
data curah hujan harian (mm) empiris menggunakan metode mononobe, intensitas
curah hujan (I) dalam rumus rasional dapat dihitung berdasarkan rumus :
R 24
I = 24
2/3
24 t
……………………………… (14)
Besar intensitas curah hujan tidak sama di segala tempat, hal ini
dipengaruhi oleh topografi, durasi dan frekuensi di tempat atau lokasi yang
bersangkut an. Ketiga hal ini dijadikan pertimbangan dalam membuat lengkung
digunakan dalam metode rasional untuk menentukan intensitas curah hujan rata-
rata dari waktu konsentrasi yang dipilih (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat
keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap
bagian DAS secara serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol.
Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus yang
Koefisien Limpasan
yang dapat melimpas melalui permukaan tanah dari keseluruhan air hujan yang
jatuh pada suatu daerah. Semakin kedap suatu permukaan tanah, maka semakin
Besarnya aliran permukaan dapat menjadi kecil, terlebih bila curah hujan
tidak melebihi kapasitas infiltrasi. Selama hujan yang terjadi adalah kecil atau
sedang, aliran permukaan hanya terjadi di daerah yang impermabel dan jenuh di
dalam suatu DAS atau langsung jatuh di atas permukaan air. Apabila curah hujan
barulah bisa terjadi aliran permukaan. Apabila hujan yang terjadi kecil, maka
hampir semua curah hujan yang jatuh terintersepsi oleh vegetasi yang lebat
besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran
permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik
air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C =
1 menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Pada DAS
yang baik harga C mendekati nol dan semakin rusak suatu DAS maka harga C
disajikan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut koefisien limpasan yang diberikan
tanah, penutup lahan, dan tata guna lahan. Nilai koefisien C merupakan kombinasi
dari beberapa faktor yang dapat dihitung berdasarkan Tabel 3 dibawah ini.
aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS yang
∑C A
n
i =1
i i
∑A
CDAS = n
..................................................................... (16)
i =1
i
(Suripin, 2004).
Metode Rasional
debit puncak (peak discharge). Metode ini telah lama digunakan oleh para peneliti
hingga saat ini. Ide yang melatarbelakangi metode rasional adalah jika curah
aliran di outlet. Laju masukan pada sistem adalah hasil curah hujan dengan
intensitas I pada DAS dengan luas A. Nilai perbandingan antara laju masukan
dengan laju debit puncak (Qp) yang terjadi pada saat Tc dinyatakan sebagai run
off coefficient (C) dengan nilai 0≤C≤1 (Chow, 1988). Pendugaan debit puncak
besaran terhadap suatu proses penentuan aliran permukaan yang rumit akan tetapi
metode tersebut dianggap akurat untuk menduga aliran permukaan dalam rancang
pengaliran yang luas dan juga untuk perencanaan drainase daerah pengaliran yang
relatif sempit dan merupakan rumus tertua yang dan paling populer diantara
rumus empiris lainnya. Bentuk umum rumus rasional ini adalah sebagai berikut :
C = Koefisien pengaliran/limpasan
Rumus ini memiliki arti yakni, jika terjadi curah hujan selama 1 jam dengan
intensitas 1 mm/jam dalam daerah seluas 1 km2, maka debit banjir sebesar
0,2778 m3/dtk dan melimpas selama 1 jam (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
1. Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap dalam jangka waktu
Penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan Maret 2008.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
yaitu :
1. Data curah hujan selama 22 tahun (1985 – 2006) yang diperoleh dari PT.
2. Data Kondisi DAS Bah Bolon yang diperoleh dari lembaga terkait.
Alat
Metode Penelitian
mengembangkan data sekunder yang telah ada dengan cara sistematik untuk
27
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan Penelitian
1. Menentukan curah hujan harian maksimum untuk tiap-tiap tahun data pada
kedua stasiun hujan (Marihat dan Bah Jambi), serta menentukan waktu
2. Mencari curah hujan pada stasiun hujan lain pada waktu kejadian yang
sama dan dilakukan pada kedua stasiun hujan satu sama lain sehingga
3. Dari 44 data yang diperoleh ditentukan curah hujan tertinggi dalam setiap
4. Menentukan parameter statistik dari data yang telah diurutkan dari kecil ke
yang ada.
R 24
dalam kala ulang tertentu dengan rumus I = 24
2/3
24 t
.
∑C A
n
i =1
i i
∑A
dengan rumus : CDAS = n
i =1
i
10. Penggambaran lengkung identitas curah hujan harian dengan kala ulang
Pengolahan Data
maksimum.
Prosedur :
X = ∑ Xi
1 n
n i =1
1 n
s= ∑ ( 2
Xi − X )
1/ 2
n − 1 i −1
s
Cv =
x
n ∑ (X i − X )
n
3
(n − 1)(n − 2)s 3
i =1
Cs =
i =1
(n −1)(n − 2)(n − 3)s 4
Ck =
Gumbel, distribusi Log Normal, distribusi Log Pearson Type III dan
YTr − Yn Tr − 1
− X = X + s.K ; K = − In (distribusi gumbel)
;YTr = -In
Sn T r
Kolmogorov.
a. Uji Chi-Square
sebesar Ei.
(O i − Ei ) 2
− Menjumlah seluruh (G) sub-grup nilai untuk
Ei
distribusi normal dan binominal nilai R=1 untuk rumus dk= G-R-1
digunakan.
(Lampiran 8). Bila nilai D dan jumlah data yang tersedia pada tabel
R24 24
2/3
24 t
I= .
Kirpich (1940) :
guna lahan.
8. Menentukan besarnya debit puncak (Qp) DAS untuk berbagai kala ulang
dengan rumus:
Qp = 0,2778.C.I.A.
pengaliran sungai yang membentang mulai dari kawasan Danau Toba, Kabupaten
Simalungun (daerah hulu) sampai ke daerah Kabupaten Asahan dan pantai timur
Sumatera (daerah hilir). Letak Geografis DAS Bah Bolon yaitu 2035l – 3025l LU
dan 98 045l - 99033l BT. Sungai utama pada DAS ini adalah sungai Bah Bolon
Kabupaten Asahan. Akan tetapi tidak secara menyeluruh, hanya pada daerah
tertentu saja. Sungai Bah Bolon termasuk sungai yang rawan banjir terutama pada
hujan terutama pada wilayah perkotaan. Kondisi DAS Bah Bolon harus tetap
dijaga dari kerusakan lahan, banjir maupun abrasi karena wilayah DAS Bah Bolon
ini memegang peranan penting dalam kehidupan penduduk sekitar dan ekosistem
yang ada pada wilayah hutan dan perkebunan, rawa dan sebagainya.
Wilayah DAS Bah Bolon ini meliputi beberapa fungsi lahan, antara lain;
Bentuk alur sungai pada DAS tersebut berbentuk bulu burung yang menyebar
(bercabang) secara vertikal dan melalui beberapa stasiun hujan. Ada 13 buah
stasiun hujan pada DAS Bah Bolon antara lain; Sidamanik, Tigadolok, Bahal
Gajah, Panei Tonga, Marihat, Kebun Marihat, Balimbingan, Bah Kapul, Bah
Jambi, Dolok Sinumbah, dan Pematang Kerasan. Stasiun- stasiun hujan tersebut
mewakili daerah kecamatan yang ada di sepanjang DAS Bah Bolon. Dari 13
Stasiun hujan tersebut ada 3 stasiun yang masih aktif ditinjau dari segi alat
33
Universitas Sumatera Utara
pengukur hujan, yaitu Marihat Bah Jambi dan Sidamanik, akan tetapi jika dilihat
dari segi kelengkapan data maka hanya stasiun hujan Marihat dan Bah Jambi yang
terlengkap datanya (22 tahun), sehingga pada penelitian ini digunakan kedua data
stasiun hujan tersebut untuk mewakili data curah hujan pada seluru kawasan DAS
Bah Bolon. Disamping itu, kedua stasiun tersebut berada pada daerah netral
(pertengahan) atas topografi lahan sifat fisik lahan maupun vegetasi, sehingga
daerah pada kedua stasiun tersebut dapat mewakili wilayah pada DAS Bah Bolon
tersebut.
Kondisi DAS Bah Bolon beserta tata guna lahannya diuraikan sebagai
berikut :
Tata guna lahan DAS Bah Bolon dan luas daerah masing-masing :
a. Pemukiman = 193,2 km 2
e. Perkebunan
- sawit = 91,20 km 2
- teh = 72,12 km 2
Data tata guna lahan tersebut diperoleh dari badan pusat statistik (BPS)
kabupaten Simalungun. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa daerah
Data curah hujan harian DAS Bah Bolon diperoleh dari PT. Perkebunan
Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi dan Marihat. Data tersebut merupakan
rekaman hujan yang terjadi selama 22 tahun (1985-2006). Kedua unit kebun pada
perkebunan tersebut mewakili stasiun hujan Marihat maupun Bah Jambi. Data
tersebut selanjutnya akan dianalisis menurut metode Sri Harto (1993) untuk
Harto (1993) yaitu dengan membandingkan curah hujan harian maksimum dalam
setiap tahun pada stasiun hujan marihat dan stasiun hujan Bah Jambi, dan
tertinggi diantara kedua data hasil rata-rata yang ada. Hal ini dianjurkan oleh
Suripin (2004) agar diperoleh besaran data yang lebih realistis. Dengan demikian
akan diperoleh data curah hujan harian maksimum selama 22 tahun (1985-2006)
sebanyak 22 data.
dari yang terbesar ke data yang terkecil, lalu membuat peringkat data (m) dan
Probabilitas data. Probabilitas data atau sering disebut pengeplotan data dibuat
dengan persamaan Weibull. Hasil pengeplotan data disusun dalam tabel sebagai
berikut :
1. 79,00 95,65% 22
2. 80,00 91,30% 21
3. 86,00 86,96% 20
4. 92,50 82,61% 19
5. 95,50 78,26% 18
6. 96,00 73,91% 17
7. 96,00 69,57% 16
8. 103,00 65,22% 15
9. 103,50 60,87% 14
10. 115,50 56,52% 13
11. 119,50 52,17% 12
12. 125,50 47,82% 11
13. 129,00 43,48% 10
14. 139,50 39,13% 9
15. 140,00 34,78% 8
16. 145,50 30,43% 7
17. 147,50 26,09% 6
18. 149,50 21.74% 5
19. 173,50 17,39% 4
20. 182,50 13,04% 3
21. 198,50 8,70% 2
22. 222,00 4,35% 1
150
100
50
0
86 %
78 %
69 %
60 %
52 %
43 %
34 %
26 %
17 %
9%
%
5
6
6
7
7
7
8
8
9
70
.6
.9
.2
.5
.8
.1
.4
.7
.0
.3
8.
95
Probabilitas
Dari tabel diatas diperoleh data terbesar 222,5 mm dan terendah 79 mm.
Untuk memperoleh pola distribusi hujan yang sesuai pada DAS terlebih dahulu
ditentukan nilai-nilai parmeter statistik seperti mean (X), simpangan baku (Sd),
koefisien skewness (Cs), koefisien varians (Cv), dan koefisien kurtosis (Ck).
Parameter Nilai
Mean 128,28
yang ssuai untuk DAS Bah Bolon adalah Distribusi Log Pearson Type III dalam
menghitung hujan rancangan (XT) dalam berbagai kala ulang. Hal ini dibuktikan
dengan nilai parameter statistik yang tidak mengikuti ketiga distribusi lain selain
distribusi Log Pearson Type III dan penggambaran garis teoritiknya berupa garis
lengkung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jayadi (2000) bahwa, ciri khas
atau over estimated) maka dilakukan uji distribusi dengan metode Chi-Square dan
kedua uji distribusi yaitu menguji apakah ada perbedaan yang nyata antara data
hitung < D0 tabel pada uji Smornov Kolomogorov. Oleh sebab itu dapat
berbeda secara nyata dengan distribusi teoritis (yang diharapkan), sehingga pola
distribusi yang digunakan yaitu Log Pearson Type III sudah tepat.
Log Pearson Type III sebagai distribusi terpilih dari hasil uji distribusi.
mengubah terlebuh dahulu data curah hujan kedalam bentuk logaritmik (log),
Tabel 7. Parameter statistik analisis frekuensi distribusi log pearson type III
Mean 2,08933
Dari nilai parameter statistik diatas (Tabel 7) akan dapat ditentukan nilai
Curah Hujan Rancangan (XT) untuk berbagai periode ulang dengan persamaan :
interpolasi jika nilai K pada kala ulang tertentu tidak tercantum pada Lampiran 3
tersebut.
Dari hasil perhitungan dengan persamaan Log Pearson Type III, nilai
Hujan rancangan untuk berbagai kala ulang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
1. 1 77,99
2. 2 116,65
3. 5 153,21
4. 10 182,54
5. 15 195,89
6. 20 210,22
7. 25 225,66
8. 30 232,63
9. 40 247,15
10. 50 262,58
Berdasarkan data curah hujan harian yang tersedia yaitu curah hujan
harian (selama 24 jam) maka untuk memperoleh besarnya Intensitas hujan (I)
pernyataan Loebis (1992) bahwa intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari
Hasil perhitungan dengan persamaan diatas dapat dilihat pada Tabel 9 pada
halaman selanjutnya.
ulang tertentu dibuat dalam bentuk kurva yang disebut Kurva Intensity-Duration-
Frequency (IDF)
I
n
t
e
n
s
i
t
a
s
(mm
/jam)
dengan durasi hujan (menit). Dari kurva tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi intensitas hujan maka durasi hujannya semakin singkat, demikian
berlangsung dalam durasi yang lama. Asumsi yang disimpulkan dari kurva IDF
tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam memperkirakan debit banjir rencana
dengan Metode Rasional. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sosrodarsono dan
Takeda (2003), bahwa kurva IDF yang berupa garis lengkung dapat digunakan
Waktu yang diperlukan air hujan mengalir dari hulu (inlet) sampai ke hilir
waktu konsentrasi suatu aliran DAS diperlukan data panjang sungai (L), dan
kemiringan sungai (S) sesuai dengan persamaan yang diterapkan Kirpich (1940)
pada persamaan 15. dari perhitungan melalui rumus tersebut diperoleh nilai waktu
konsentrasi (Tc) adalah selama 9,28 jam. Durasi hujan tersebut merupakan durasi
yang normal terjadi dalam aliran sungai suatu DAS, sedangkan durasi maksimum
selama 12 jam merupakan waktu konsentrasi yang jarang terjadi (biasanya hanya
(lamanya) kejadian suatu hujan tertentu, karena kedua hal tersebut berpengaruh
pada besarnya debit yang masuk ke saluran atau sungai. Hal ini dapat
dalam perhitungan debit puncak (Qp). Koefisien limpasan ini dipengaruhi oleh
kondisi tata guna lahan pada derah DAS tertentu. Setiap jenis tata guna lahan
menggunakan data yang dikeluarkan oleh badan pusat statistik (BPS) Kabupaten
Simalungun. Pada dasarnya, data tersebut hanya meliputi tata guna lahan
menyangkut pemukiman dan pertanian. Penulis menilai kedua jenis tata guna
lahan tersebut sudah dapat mewakili seluruh jenis tata guna lahan pada daerah
tersebut karena daerah pemukiman, pertanian maupun hutan adalah bagian yang
paling berkaitan erat dengan laju infiltrasi, laju aliran permukaan, perkolasi, serta
sifat fisik lahan yang menandakan kondisi lahan pada DAS tersebut dalam
menggunakan jenis tata guna lahan (Tabel 3), maka nilai Koefisien Limpasan
Dari tabel diatas diperoleh nilai koefisien limpasan (C) sebesar 0,356.
Nilai C tersebut dapat dijadikan parameter dalam menentukan kondisi lahan pada
DAS tertentu. Dalam hal ini kondisi DAS Bah Bolon dalam keadaan fisik (lahan)
yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief (2005), bahwa
angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk
menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah,
aliran permukaan. Pada DAS yang baik harga C mendekati nol dan semakin rusak
perubahan tata guna lahan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh semakin berkurangnya
lahan pertanian dan hutan yang beralih fungsi menjadi pemukiman dan industri.
lahan pada DAS tersebut tetap terjaga dan tidak mengalami penurunan secara
drastis.
ulang, terlebih dahulu dihitung nilai intensitas hujan dalam berbagai kala ulang
debit puncak (Qp) untuk masing-masing kala ulang tertentu melalui persamaan
(17) yang merupakan bentuk umum rumus rasional. Hasil analisis perhitungan
2 9,36 628,99
5 12,10 813,12
10 14,12 948,86
15 15,02 1009,34
20 15,99 1074,53
25 17,01 1143,07
30 17,47 1173,98
40 17,62 1184,06
50 19,40 1303,68
Konsentrasi atau durasi hujan (Tc) selama 9,28 jam, dengan intensitas hujan
6,012 jam pada daerah seluas 679,5 km2 diperoleh debit puncak DAS Bah Bolon
yang menyatakan jika terjadi curah hujan selama 1 jam dengan intensitas
1 mm/jam dalam daerah seluas 1 km2, maka debit banjir sebesar 0,2778 m3/dtk
memprediksi debit banjir pada suatu daerah dengan intensitas hijan dan periode
tertentu. Hal ini yang menjadikan debit puncak suatu DAS debit puncak suatu
DAS digunakan sebagai dasar pemikiran (konsep) bagi para tenaga ahli dalam
sehingga secara bertahap bencana banjir yang kerap melanda berbagai daerah
Kesimpulan
1. Curah hujan yang terjadi pada DAS Bah Bolon mengikuti pola distribusi
2. Hujan rancangan (XT) pada DAS Bah Bolon untuk berbagai kala ulang
mm/jam (5 tahun), 179,53 mm/jam (10 tahun), 190,67 mm/jam (15 tahun),
203,05 mm/jam (20 tahun), 216,04 mm/jam (25 tahun), 221,82 mm/jam
(20 tahun), 223,77 mm/jam (40 tahun), 246,30 mm/jam (50 tahun),
3. Waktu pengaliran air hujan dari titik inlet (hulu) sampai ke titik outlet
(hilir) pada DAS Bah Bolon diperoleh sebesar 9,20 jam (merupakan waktu
konsentrasi).
4. Koefisien limpasan (C) DAS Bah Bolon diperoleh sebesar 0,356. Hal ini
5. Debit Puncak DAS Bah Bolon (QP) untuk berbagai periode ulang
(15 tahun), 1079,53 m3/tahun (20 tahun), 1143,07 m3/tahun (25 tahun),
48
Universitas Sumatera Utara
pedoman dalam membuat bangunan pengendali banjir, saluran irigasi dan
drainase.
Saran
2. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu besarnya debit puncak DAS
Bah Bolon, akan lebih baik jika tidak hanya digunakan untuk informasi
studi saja, akan tetapi digunakan juga sebagai pedoman bagi para tenaga
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM–Press,
Yogyakarta.
Chow, V.T., Maidment, D.R. and Mays, L.W., 1988. Applied Hydrology.
McGraw-Hill, New York.
Eripin, I., 2005. Dampak Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Sungai di
Daerah Pengaliran Sungai Cipinang.
http://www.petra.ac.id/hydrologyEngineering// [28 Februari 2007]
Gunawan, T., 1991. Penerapan Teknik Penginderaan Jauh untuk Menduga Debit
Puncak Menggunakan Karakteristik Lingkungan Fisik DAS, Studi Kasus
di DAS Bengawan Solo Hulu, Jawa Tengah. IPB-Press, Bogor.
Hassing, J.M., 1995. Hydrology in: Highway and Traffic Engineering Developing
Countries. Thegesen, London.
Hartono, B.S.S. Maleray, N.M. Farda, dan M. Kamal, 2005. Analisis Data
Penginderaan Jauh dan SIG untuk Studi Sumber Daya Air Permukaan
DAS Rawa Biru Merauke Papua.
http://www.ns.ui.ac.id/seminar2005/Data/J2E-06.pdf [13 Maret 2007]
Kodoatie, J.R. dan R. Syarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi
Offset, Yogyakarta.
Loebis, J., 1992. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Linsley, R.K., M.A. Kohler, J.B. Franzini and H. Paulhus, 1975. Hydrology for
Engineers. McGraw-Hill, New York.
Wanielista, M.P., 1990. Hydrology and Water Quality Control. John Wiley &
Sons, Florida-USA
Mulai
∑ A ×C
Gabungan
n
C DAS = i =1
∑A
i i
Uji Chi Square &
n
Smirnov Kolmogorov
i =1
i
Ya
Penentuan Distribusi
Benar
Perhitungan Hujan
Rancangan untuk kala
Ulang Tertentu
Kurva IDF
Perhitungan Intensitas (Intensity Duration
Hujan Frequency)
Perhitungan Intensitas
Hujan berdasarkan
Waktu Konsentrasi
Selesai
Data historis
DAS
(Tata guna lahan tidak seragam)
Parameter -parameter
X, Cv, Cs, Sd, Ck Pembagian sub DAS (koef.C)
Uji distribusi
Chi-Square & Smirnov-Kolmogorov
∑ A .C
Koef. C gabungan: Luas DAS
Distribusi yang cocok n (A)
i =1
i i
∑A
CDAS = n
Hujan rancangan untuk
i =1
i
kala ulang tertentu
tc : Waktu Intensitas
Kurva IDF
Konsentransi (I)
Debit Puncak
Q = 0,02778 C.I.A
dk a derajat kepercayaan
0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,025 0,01 0,005
1 0,0000393 0,000157 0,000982 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
7 0,989 1,239 1,690 2,197 14,067 16,013 18,475 20,278
8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955
9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,712 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
6 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,26 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,698 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993
29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 46,979 50,892 53,672
N Derajat Kepercayaan, α
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
N>50 1,07 1,22 1,36 1,63
N 0,5 N 0,5
N 0,5 N 0,5