Anda di halaman 1dari 69

PANDUAN PRAKTIKUM

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI


POTENSIAL UNTUK KAB/KOTA DI SUMATERA UTARA

Oleh:

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc.

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2017
PANDUAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
MENGHITUNG CURAH HUJAN (CH) RATA -RATA

Pendahuluan
Data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu daerah tangkapan air
(catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang
sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bid ang pertanian data CH
sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca air
lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off).
Untuk dapat mewakili besarnya CH di suatu wilayah/daerah diperlukan
penakar CH dalam jumlah yang c ukup. Semakin banyak penakar dipasang di
lapangan diharapkan dapat diketahui besarnya rata -rata CH yang menunjukkan
besarnya CH yang terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui variasi
CH di suatu titik pengamatan.
Menurut (Hutchinson, 1970 ; Browning, 1987 dalam Asdak C. 1995)
Ketelitian hasil pengukuran CH tegantung pada variabilitas spasial CH,
maksudnya diperlukan semakin banyak lagi penakar CH bila kita mengukur CH di
suatu daerah yang variasi curah hujannya besar. Ketelitian akan sema kin
meningkat dengan semakin banyak penakar yang dipasang, tetapi memerlukan
biaya mahal dan juga memerlukan banyak waktu dan tenaga dalam
pencatatannya di lapangan.

Media yang digunakan


1. Kalkulator
2. Komputer dengan program Sofware MS Excel

Tujuan Praktikum
1. Menghitung curah hujan dengan metode Rata -rata aritmatik.
2. Menghitung curah hujan dengan Teknik poligon (Thiessen polygon).
3. Menghitung curah hujan dengan Teknik Isohyet
(Isohyetal).

1. Cara rata-rata aritmatik


Cara rata-rata aritamatik adalah car a yang paling mudah diantara cara
lainnya (poligon dan Isohyet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam
dengan variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 1


lama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya.
Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan
dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Secara matimatik ditulis
persamaan sbb:

Rata-rata CH = (Ri)/n , dimana Ri = besarnya CH pada stasiun i


n = jumlah penakar (stasiun)

perhitungan:
Untuk mengukur rata -rata curah hujan yang mewakili suatu daerah X
diperlukan 4 (empat buah) penakar hujan yaitu pada stasiun A, B, C dan D.
Tercatat selama waktu tertentu di stasiun A sebesar 6 cm, di B (10 cm), di C (8
cm) dan di D (11 cm).
Maka : Rata-rata CH = (6+10+8+11)/4 = 8,75 cm

2. Cara Poligon (Thiessen poly gon)


Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut
Shaw (1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH
tinggi. Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa
daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing daerah a i), seperti pada
Gambar 1.1 :

a1

a2
a3
a4

Gambar 1.1 Daerah-daerah poligon (a1, a2, a3, a4) yang dibatasi oleh
garis putus-putus pada W ilayah A.

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 2


Tabel 1.1. Perhitungan prosentasi luas daerah (a i)pada suatu wilayah A (10 .000
ha)

Daerah Luas Daerah a I (ha) Tetapan Prosentasi Luas


Thiessen *
a1 1.000 0,10 10%
a2 3.000 0,30 30%
a3 1.500 0,15 15%
a4 4.500 0,45 45%
Jumlah A = 10.000 1,00 100%
* tetapan Thiessen = ratio luas a/ luas A

Untuk menghitung Curah Hujan ra ta-rata cara poligon menggunakan persamaan :

Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)

dimana R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a

Tabel 2.1 Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara poligon di suatu Wilayah A

Stasiun di Kedalaman CH ratio a i/A Volume CH (cm)


Daerah yang terukur (cm) daerah a
a1 6 x 0,10 = 0,60
a2 10 x 0,30 = 3,00
a3 8 x 0,15 = 1,20
a4 11 x 0,45 = 4,95
Curah Hujan rata-rata wilayah A = 9,75

3. Cara Isohyet (Isohyetal)

Cara ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan tergantung
pada keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan
pada daerah setempat.
Isohyet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat -tempat dengan
curah hujan yang sama (Gambar 1.2).

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 3


I1(7
I3 (5,5 cm)
cm
)
I4 (4,5 cm)

I5 (4 cm)

I2(6,5
A
cm)

Gambar 1.2. Garis-garis besarnya curah huja n pada masing-masing


Isohyet (I).

Dalam metode Isohyet ini Wilayah dibagi dalam daerah -daerah yang
masing-masing dibatasi oleh dua garis Isohyet yang berdekatan, misalnya Isohyet
1
dan 2 atau (I1 – I2). Oleh karena itu, dalam Gambar 2, curah hujan rata -rata
untuk daerah I1 – I2 adalah (7 cm + 6,5 cm)/2 = 6,75 cm.
Untuk menghitung luas darah ( I1 – I2) dalam suatu peta kita bisa
menggunakan Planimeter. Sercara sederhana bisa juga menggunakan kertas
milimeter block dengan cara menghitung kotak yang masu k dalam batas daerah
yang diukur.

Tabel 1.2. Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara Isohyet pada wilayah
A
Daerah antara CH rata-rata antara Prosentasi Luas Volume CH (cm)
dua Isohyet dua Isohyet (cm) antara dua Isohyet
*)
I1 – I 2 6,75 x 40% = 2,700
I2 – I 3 6,00 x 20% = 1,200
I3 – I 4 5,00 x 25% = 1,250
I4 – I 5 4,25 x 15% = 0,638
Curah Hujan rata-rata wilayah A = 5,788
*) terhadap luas wilayah A

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 4


Metode Isohyet berguna terutama berguna untuk mempelajari pengaruh
hujan terhadap perilaku aliran air sungai terutama untuk daerah dengan tipe curah
hujan orografik (daerah pegunungan).

TUGAS PRAKTIKUM:

1. Hitunglah Curah Hujan Wilayah Meteode Aritmatik/Aljabar!

2. Hitunglah dan gambarkan Curah Hujan Wilayah Metode Poligon Thiessen!

3. Hitunglah dan gambarkan Curah Hujan Wilayah Metode Isohyet!

Langkah-Langkah:

 Setiap mahasiswa mengambil data curah hujan wilayah Kota Medan meliputi 3
stasiun iklim yaitu Stasiun Klimatologi Sampali, Stasiun Maritim Belawan, dan
Stasiun Geofisika Tuntungan.

 Setiap mahasiswa mengambil data 10 tahunan dengan tahun awal dan akhir yang
berbeda. Pembagian tahun dilakukan dengan cara menyesuaikan urutan nama di
absen dengan data iklim. Contohnya mahasiswa dengan urutan satu di absen
mendapatkan data iklim dari tahun 1985-1994, mahasiswa urutan dua mendapatkan
data iklim dari tahun 1986-1995, begitu seterusnya hingga mahasiswa urutan ke-22
yang mendapatkan data tahun 2006-2015, selanjutnya mahasiswa urutan ke-23 dan
kembali lagi ke data 1985-1994 dan begitu seterusnya.

 Buatlah Tabel Perhitungan seperti contoh berikut:

Tabel Curah Hujan Stasiun ...........


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jumlah Rata-
rata
1985
.
.
.
1994
Jumlah
Rata2

 Setelah dirata-ratakan, gambarkanlah Peta Curah Hujan Polygon Thiessen dan


Isohyet di peta yang telah disediakan.

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 5


ANALISIS TIPE IKLIM SUATU TEMPAT DENGAN KLASIFIKASI IKLIM
SCHMIDT-FERGUSON

A. Pendahuluan
Praktikum Meterorologi dan Klimatologi tahap selanjutnya
dilakukan dengan kegiatan analisis tipe iklim di suatu tempat dengan
klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson. Iklim merupakan unsur alam yang
penting dalam mempengaruhi kehidupan manusia, oleh karenanya
pengetahuan mengenai kondisi iklim di suatu wilayah juga merupakan hal
yang penting. Iklim di suatu tempat tidak hanya berpengaruh terhadap pola
kehidupan masyarakatnya tetapi juga hubungannya dengan budidaya
manusia dalam bidang pertanian. Untuk mengetahui kondisi iklim terlebih
dahulu dilakukan identifikasi dan klasifikasi jenis iklim.

Thornthwaite (1933) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim


adalah menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur
yang benar-benar aktif, terutama air dan panas. Meskipun semua unsur
iklim penting hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak
mempengaruhi klasifikasi iklim. Unsur lain seperti angin, sinar matahari,
atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk
tujuan khusus.
Klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson merupakan
salah satu jenis klasifikasi yang banyak digunakan di Indonesia. Klasifikasi
iklim ini mendasarkan pada curah hujan. Data hujan yang digunakan dalam
analisis minimal 10 tahun. Berdasarkan data hujan tersebut Schmidt-
Ferguson menentukan bulan basah dan bulan kering kemudian dianalisis
sehingga diperoleh 8 daerah iklim dari yang paling basah hingga paling
kering. Dalam praktikum ini akan dilakukan analisis tipe iklim di Kota
Medan.

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 1


B. Dasar Teori
Schmidt-Ferguson (1951) menentukan tipe iklim di Indonesia
berdasarkan bulan basah dan bulan kering yang dianalisis dari data hujan
minimal 10 tahun. Schmidt-Ferguson menerima metode Mohr dalam
menentukan bulan kering dan bulan basah. Menurut Mohr berdasarkan
penelitian tanah, terdapat tiga derajat kelembaban yaitu:
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka
bulan ini dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui
jumlah penguapan.
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka
bulan ini dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air
dalam tanah daripada curah hujan.
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100
mm maka bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan
penguapan kurang lebih seimbang.

Schmidt-Ferguson menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah


dari tiap-tiap tahun kemudian diambil rata-ratanya. Tipe iklim ditentukan
dengan menghitung nilai Q yaitu perbandingan antara rata-rata bulan
kering dengan rata-rata bulan basah. Hasilnya terdiri dari 8 tipe iklim yaitu
tipe iklim A (sangat basah), B (basah), C (agak basah), D (sedang), E (agak
kering), F (kering), G (sangat kering), H (luar biasa kering).

C. Alat/Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kalkulator dan alat tulis.
Adapun bahan yang dianalisis adalah data curah hujan Kota Medan 10
tahun terakhir.

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 2


D. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis

2. Perhatikan angka curah hujan bulanan, tentukan apakah termasuk


bulan basah, lembab, atau kering.

3. Lengkapi kolom-kolom data hujan mengenai jumlah bulan basah,


bulan lembab, dan bulan kering, serta jumlah curah hujan dan rata-
rata curah hujan bulanan dalam kurun waktu 10 tahun

4. Hitung jumlah bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering

5. Hitung nilai Q dengan persamaan:

6. Tentukan tipe iklim dengan mencocokkan nilai Q yang diperoleh


dengan kriteria iklim Schmidt-Ferguson:
A: 0 ≤ Q < 0,143
B: 0,143 ≤ Q < 0,333
C: 0,333 ≤ Q < 0,600
D: 0,600 ≤ Q < 1,000
E: 1,000 ≤ Q < 1,670
F: 1,670 ≤ Q < 3,000
G: 3,000 ≤ Q < 7,000
H: 7,000 ≤ Q

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 3


ANALISIS TIPE IKLIM SUATU TEMPAT DENGAN KLASIFIKASI IKLIM
MOHR DAN OLDEMAN

A. Pendahuluan
Selain klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson, jenis
klasifikasi iklim lain yang dirasa sesuai dan banyak diterapkan untuk
wilayah Indonesia adalah tipe iklim Mohr dan Oldeman. Sama halnya
dengan metode Schmidt-Ferguson, Mohr dan Oldeman juga menggunakan
unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim. Bahkan, Mohr (1933)
merupakan ahli yang pertama yang mengajukan klasifikasi iklim di
Indonesia yang didasarkan pada curah hujan.
Perbedaan antara klasifikasi Mohr dengan Oldeman adalah, Mohr
mendasarkan pada evaporasi tiap hari 2 mm hasilnya terdapat 5 kelas iklim
dengan tingkat kelembaban antara basah hingga sangat kering. Adapun
Oldeman menentukan klasifikasi iklim berdasarkan kebutuhan air untuk
persawahan dan palawija, sehingga penentuan tipe iklim menurut Oldeman
terutama digunakan dalam usaha pertanian di Indonesia.
Perbedaan antara satu tipe iklim dengan tipe iklim lainnya pada satu
wilayah yang sama memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
suatu wilayah ditinjau dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis kondisi iklim berdasarkan beberapa tipe iklim. Dalam
kegiatan praktikum meteorologi-kilmatologi acara ke 6 ini akan dilakukan
analisis tipe iklim menggunakan klasifikasi Mohr dan Oldeman untuk pada
daerah Kota Medan yang terdiri dari beberapa stasiun pengamatan.

B. Dasar Teori
Klasifikasi iklim di Indonesia menurut Mohr didasarkan pada jumlah bulan
kering (BK) dan bulan basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata
dalam waktu yang lama. Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 4


dari pengamatan curah hujan selama minimal 10 tahun. Klasifikasi Iklim
Mohr berdasarkan hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan.
Asumsi untuk penguapan/ evaporasi (E) adalah 2 mm per hari.
Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat
kelembaban yaitu:
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka
bulan ini dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui
jumlah penguapan. BB (Bulan Basah) CH > 100 mm ; sehingga CH > E
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka
bulan ini dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air
dalam tanah daripada curah hujan. BK (Bulan Kering) CH < 60 mm ;
sehingga CH < E
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100
mm maka bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan
penguapan kurang lebih seimbang. BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100
mm.

Berdasarkan keberadaan bulan basah dan bulan kering, terdapat kelas iklim
menurut Mohr yaitu sebagai berikut:

Dasar yang digunakan dalam sistem klasifikasi iklim Oldeman adalah


adanya bulan basah yang berturut-turut dan adanya bulan kering yang
berturut-turut pula. Kedua bulan ini dihubungkan dengan kebutuhan
tanaman padi sawah dan palawija terhadap air. Dalam konsep ini, curah
hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 5


padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija maka jumlah curah
hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan
selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama
satu musim. Meskipun lamanya periode pertumbuhan padi terutama
ditentukan oleh jenis yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan
dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari
9 bulan basah maka petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa
tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan maka tidak dapat
membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Dalam metode Oldeman
bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah
hujan sekurang-kurangnya 200 mm.

Dari tinjauan di atas Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama yaitu:


A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan
B: jika terdapat 7-9 bulan basah berurutan
C: jika terdapat 5-6 bulan basah berurutan
D: jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan
E: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan

Stratifikasi kedua adalah jumlah bulan kering berurutan. Bulan


kering didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai curah hujan kurang
dari 100 mm, karena untuk pertumbuhan tanaman palawija diperlukan
curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm tiap bulan. Jika terdapat kurang
dari 2 bulan kering, petani dengan mudah mengatasinya karena tanah
cukup lembab. Jika peiode bulan kering antara 2 dan 4, maka petani harus
hati-hati dalam membudidayakan tanaman. Periode 4 sampai 6 bulan
kering berurutan dipandang sangat lama jika irigasi tambahan tidak
tersedia. Dengan demikian pendaerahan agroklimat dengan meninjau
stratifikasi kedua adalah sebagai berikut:

Zona A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 6


B1: jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan
kering
B2: jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan
kering
C1: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan
kering
C2: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan
kering
C3: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan
kering
D1: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan
kering
D2: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan
kering
D3: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan
kering
D4: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan
kering
E1: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2
bulan kering

E2: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan
kering

E3: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan
kering
E4: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan
kering

Hasil perhitungan bulan basah dan bulan kering juga dapat dianalisis
dengan menggunakan segitiga iklim Oldeman berikut ini:

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 7


C. Alat/Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kalkulator dan alat tulis.
Adapun bahan yang dianalisis adalah data curah hujan Kota Medan yang
terdiri dari beberapa stasiun pengamatan.

D. Langkah Kerja
Analisis tipe iklim menurut Metode Mohr
1. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis
2. Jumlahkan data hujan masing-masing bulan dalam kurun waktu 10
tahun
3. Hitung rata-rata curah hujan masing-masing bulan
4. Tentukan masing-masing bulan tersebut apakah termasuk bulan
basah, bulan lembab, atau bulan kering dengan melihat curah hujan
rata-rata 10 tahun
5. Tentukan kelas iklim menurut Mohr

Analisis tipe iklim menurut Metode Oldeman


1. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 8


2. Jumlahkan data hujan masing-masing bulan dalam kurun waktu 10
tahun
3. Hitung rata-rata curah hujan masing-masing bulan
4. Tentukan masing-masing bulan tersebut apakah termasuk bulan
basah, bulan lembab, atau bulan kering dengan melihat curah hujan
rata-rata 10 tahun
5. Perhatikan bulan basah yang berlangsung berurutan ada berapa
6. Tentukan kelas agroklimat pertama
7. Perhatikan jumlah bulan kering
8. Tentukan tipe iklim menurut Oldeman

Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. | Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 9


98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E

Sumber Jaya
Tiga Pancur Gunung Meriah
Sinabung

DELI SERDANG
Kabanjahe Barusjahe
Munte

Pancar Jaya Sukanalu


Simolap

Laubaleng Bunuraya

KARO

Juhar
3°0'0"N

3°0'0"N
SIMALUNGUN
Seribu Dolok

Merek

Situnggaling

DAIRI

Silalahi

Bantun Kerbo
DANAU TOBA
2°45'0"N

2°45'0"N
Sumbul

Sidikalang ARG Sidikalang

Kerajaan

KABUPATEN DAIRI PAKPAK BHARAT Sianjur Mulamula

SAMOSIR
1:350,000

10 5 0 10 KM
Si Empat Rube Resdes

98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E


98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E

DELI SERDANG

KARO
3°0'0"N

3°0'0"N
SIMALUNGUN

DAIRI

DANAU TOBA
2°45'0"N

2°45'0"N
KABUPATEN DAIRI PAKPAK BHARAT
SAMOSIR
1:350,000

10 5 0 10 KM

98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E


98°15'0"E 98°30'0"E 98°45'0"E 99°0'0"E

Janji Martahan
2°30'0"N

2°30'0"N
Onan Runggu
Palipi

SAMOSIR TELE SAMOSIR


Sektor Tele

Nainggolan
PAKPAK BHARAT
Sitiotio

DANAU TOBA

Pollung

Parlilitan

Baktiraja Sihonongan

Lintong Nihuta
TOBA SAMOSIR
Muara
Tarabintang Dolok Sanggul

HUMBANG HASUNDUTAN
2°15'0"N

2°15'0"N
Manduamas

Pagaran
Pakkat Hauagong
Onan Ganjang Sijamapolang

Sektor Aek Raja

Sipoholon

TAPANULI UTARA Pagar Batu


Parmonangan

TAPANULI TENGAH

HUMBANG HASUNDUNTAN
1:325,000 Barus
Tarutung
Siatas Barita

9.5 4.75 0 9.5 KM Sipodang


2°0'0"N

2°0'0"N
Siarang Arang

98°15'0"E 98°30'0"E 98°45'0"E 99°0'0"E


98°15'0"E 98°30'0"E 98°45'0"E 99°0'0"E
2°30'0"N

2°30'0"N
SAMOSIR
SAMOSIR

PAKPAK BHARAT

DANAU TOBA

TOBA SAMOSIR

HUMBANG HASUNDUTAN
2°15'0"N

2°15'0"N
TAPANULI UTARA

TAPANULI TENGAH

HUMBANG HASUNDUNTAN
1:325,000
9.5 4.75 0 9.5 KM
2°0'0"N

2°0'0"N
98°15'0"E 98°30'0"E 98°45'0"E 99°0'0"E
98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E

Maryke

LANGKAT

DELI SERDANG
Sibolangit
3°15'0"N

3°15'0"N
Mardinding

Kutabuluh Berastagi

Buluh Pancur

Siabangabang Kuta Gadung 1

Sinabung Tiga Pancur


Sumber Jaya

KARO
Kabanjahe Barusjahe
Munte

Pancar Jaya Sukanalu


Simolap

Laubaleng Bunuraya

Juhar
3°0'0"N

3°0'0"N
SIMALUNGUN

Seribu Dolok

DAIRI
Merek

Situnggaling

KABUPATEN KARO
1:325,000
9.5 4.75 0 9.5 KM DANAU TOBA

98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E


98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E

LANGKAT

DELI SERDANG
3°15'0"N

3°15'0"N
KARO
3°0'0"N

3°0'0"N
SIMALUNGUN

DAIRI

KABUPATEN KARO
1:325,000
9.5 4.75 0 9.5 KM DANAU TOBA

98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E


99°45'0"E 100°0'0"E 100°15'0"E

Air Batu Empl

ASAHAN
Panei Hilir

Aek Loba

Tanjung Leidong

Kamng Mesjid

Membang MudaLabuhan Haji

Gunting Saga Panai Tengah


Kualuh Hulu
2°30'0"N

2°30'0"N
Panai Hulu

Panai Jaya

Ajamu 1 Afd I

LABUHAN BATU UTARA


Halimbi

Aek Pamingke

Negeri Lama

Aek Hite Toras

Lobu Rampah
LABUHAN BATU
Sennah

Bilah Hilir

Berangir Pernantian

Merbau Selatan

Pangkatan
Rantau Parapat
Rantau Parapat Afd. I

Ujung Bandar Aek Nabara Utara


Parlabian
Aek Nabara Selatan

Bilah Hulu
2°0'0"N

2°0'0"N

Sisumut

Sei Rumbia

LABUHAN BATU SELATAN


PADANG LAWAS UTARA

Kota Pinang

Aek Torop

Kbn. Beruhur

Sei Kebara

99°45'0"E 100°0'0"E 100°15'0"E

LABUHANBATU
0 5 10 20 KM
1:450,000
99°45'0"E 100°0'0"E 100°15'0"E

ASAHAN
2°30'0"N

2°30'0"N
LABUHAN BATU UTARA

LABUHAN BATU
2°0'0"N

2°0'0"N

LABUHAN BATU SELATAN

PADANG LAWAS UTARA

99°45'0"E 100°0'0"E 100°15'0"E

LABUHANBATU
0 5 10 20 KM
1:450,000
99°30'0"E 99°45'0"E 100°0'0"E

Bunut Sei Dadaphessa Sipaku Tanjung Balai


Sei Dadap Empl Tanjung Balai Sijambidatuk Bandar

SIMALUNGUN Sei Silau


Sei Dadap Afd I TANJUNG BALAI
Sei Silau Timur Teluk Manis
Sei Dadap Afd Iv
Ambalutu
Simpang Empat
Sei Kepayang Kanan

Pulau Mandi

Pertahanan

Piasa Hulu

ASAHAN

Air Batu Empl

Gunung Melayu

Pulu Raja Empl


Bandar Pulau PekanPulau Rakyat Pekan
Aek Tarum Lae Hole
Bandar Selamat Aek Loba

Aek Songsongan
Bandar Pulau Empl

Tanjung Leidong
Aek Kuasan
Kamng Mesjid

Kanopan Hulu

Membang MudaLabuhan Haji

Gunting Saga
Kualuh Hulu
2°30'0"N

2°30'0"N
Halimbi

LABUHAN BATU UTARA

TOBA SAMOSIR
Aek Pamingke
Nassau
Negeri Lama

Aek Hite Toras

Lobu Rampah

Sennah

Bilah Hilir

Berangir Pernantian

Merbau Selatan

Pangkatan
Rantau Parapat
Rantau Parapat Afd. I

LABUHAN BATU
Ujung Bandar Aek Nabara Utara
Parlabian

TAPANULI UTARA
Aek Nabara Selatan

Bilah Hulu

Garoga
2°0'0"N

2°0'0"N

Sisumut
Pijor Koling

Sipangimbar Sei Rumbia

TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS UTARA LABUHAN BATU SELATAN

99°30'0"E 99°45'0"E 100°0'0"E

LABUHANBATU UTARA
0 5 10 20 KM
1:450,000
99°30'0"E 99°45'0"E 100°0'0"E

TANJUNG BALAI
SIMALUNGUN

ASAHAN
2°30'0"N

2°30'0"N
LABUHAN BATU UTARA

TOBA SAMOSIR

LABUHAN BATU

TAPANULI UTARA
2°0'0"N

2°0'0"N

TAPANULI SELATAN
PADANG LAWAS UTARA LABUHAN BATU SELATAN

99°30'0"E 99°45'0"E 100°0'0"E

LABUHANBATU UTARA
0 5 10 20 KM
1:450,000
98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E
4°0'0"N

4°0'0"N
MEDAN

LANGKAT MEDAN

BINJAI

MEDAN
3°30'0"N

3°30'0"N

DELI SERDANG

KARO

98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E

1:500,000 LANGKAT 0 5 10 20 KM
99°0'0"E 99°30'0"E 100°0'0"E

Banuanasikop
TAPANULI TENGAH
Hutabalang Marancar

Aek Pahu
Stasiun Meteorologi F.L Tobing Simagomago Stasiun Meteorologi Aek Godang
Badiri
Batang Toru 1 Gunung Tua
Sangkunur
Lumut
1°30'0"N

1°30'0"N
Rawa Genjer
Hapesong
PADANG LAWAS UTARA

Siunggam
Padang Sidempuan
Hutakoje Stamet Aek Godang

Marpinggan Pargarutan

TAPANULI SELATAN PADANGSIDIMPUAN


Padang Matinggi

Huta Holbung

Sosopan

PADANG LAWAS

ARG Lubuk Barumun


Balangka Sitongkon

Aliaga
1°0'0"N

1°0'0"N
Bange

Patiluban

Penyabungan
Natal Mompang

MANDAILING NATAL

Muara Soma

Huta Imbaru

Muara Sipongi
0°30'0"N

0°30'0"N
Sinunukan

NIAS SELATAN
0°0'0"

0°0'0"

99°0'0"E 99°30'0"E 100°0'0"E

MANDAILING NATAL
1:750,000 0 10 20 40 KM
99°0'0"E 99°30'0"E 100°0'0"E

TAPANULI UTARA LABUHAN BATU SELATAN

TAPANULI TENGAH
1°30'0"N

1°30'0"N
PADANG LAWAS UTARA

PADANGSIDIMPUAN
TAPANULI SELATAN

PADANG LAWAS
1°0'0"N

1°0'0"N
MANDAILING NATAL
0°30'0"N

0°30'0"N

NIAS SELATAN
0°0'0"

0°0'0"

99°0'0"E 99°30'0"E 100°0'0"E

MANDAILING NATAL
1:750,000 0 10 20 40 KM
99°30'0"E 100°0'0"E

Simagomago Stasiun Meteorologi Aek Godang

Gunung Tua
LABUHAN BATU SELATAN
1°30'0"N

1°30'0"N
PADANG LAWAS UTARA
PADANGSIDIMPUAN
Siunggam
Padang Sidempuan
Hutakoje Stamet Aek Godang
ARG Tapanuli

Marpinggan
Pargarutan
Padang Matinggi

Huta Holbung

Sosopan

TAPANULI SELATAN

PADANG LAWAS

Sosa

Balangka Sitongkon

Aliaga
1°0'0"N

1°0'0"N
Bange

Patiluban

Penyabungan
MANDAILING NATAL
Mompang

PADANG LAWAS
1:500,000
10 5 0 10 KM

99°30'0"E 100°0'0"E
99°30'0"E 100°0'0"E

LABUHAN BATU SELATAN


1°30'0"N

1°30'0"N
PADANG LAWAS UTARA

PADANGSIDIMPUAN

TAPANULI SELATAN

PADANG LAWAS
1°0'0"N

1°0'0"N
MANDAILING NATAL

PADANG LAWAS
1:500,000
10 5 0 10 KM

99°30'0"E 100°0'0"E
99°30'0"E 100°0'0"E

PADANG LAWAS UTARA


Ujung Bandar Aek Nabara Utara
LABUHAN BATU UTARA Aek Nabara Selatan
Parlabian

Bilah Hulu

1:525,000
Garoga
LABUHAN BATU
2°0'0"N

2°0'0"N
10 5 0 10 KM
TAPANULI UTARA
Sisumut
Pijor Koling

Sipangimbar Sei Rumbia

Kota Pinang

LABUHAN BATU SELATAN Aek Torop

Kbn. Beruhur

Sei Kebara
Batang Gogar
Lg Payung
AR S E
Simangumban

Torgamba
Kebun Sei Daun

Bukit Tujuh

Banuanasikop

TAPANULI SELATAN
Sei Meranti

PADANG LAWAS UTARA


Simagomago Stasiun Meteorologi Aek Godang

Gunung Tua
1°30'0"N

1°30'0"N
Siunggam
Padang Sidempuan
Hutakoje Stamet Aek Godang

PADANGSIDIMPUAN
ARG Tapanuli

Marpinggan Pargarutan
Padang Matinggi

PADANG LAWAS
Huta Holbung

Sosopan

99°30'0"E 100°0'0"E
99°30'0"E 100°0'0"E

LABUHAN BATU UTARA


PADANG LAWAS UTARA
LABUHAN BATU 1:525,000
2°0'0"N

2°0'0"N
10 5 0 10 KM
TAPANULI UTARA

LABUHAN BATU SELATAN

TAPANULI SELATAN
PADANG LAWAS UTARA
1°30'0"N

1°30'0"N
PADANGSIDIMPUAN

PADANG LAWAS

99°30'0"E 100°0'0"E
98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E

Bantun Kerbo
2°45'0"N

2°45'0"N
DANAU TOBA
Sumbul

Sidikalang ARG Sidikalang

DAIRI

Kerajaan

Sianjur Mulamula

Si Empat Rube Resdes

PAKPAK BHARAT SAMOSIR

Janji Martahan
2°30'0"N

2°30'0"N
Onan Runggu

HUMBANG HASUNDUTAN

Parlilitan

PAKPAK BHARAT
1:325,000
9.5 4.75 0 9.5 KM TAPANULI TENGAH Tarabintang

98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E


98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E
2°45'0"N

2°45'0"N
DANAU TOBA

DAIRI

PAKPAK BHARAT SAMOSIR


2°30'0"N

2°30'0"N
HUMBANG HASUNDUTAN

PAKPAK BHARAT
1:325,000
9.5 4.75 0 9.5 KM TAPANULI TENGAH

98°0'0"E 98°15'0"E 98°30'0"E


98°30'0"E 98°45'0"E
2°45'0"N

2°45'0"N
Sumbul

DANAU TOBA
SIMALUNGUN
Simanindo
Aek Nauli

Stageof Parapat
Stasiun Geofisika Parapat

DAIRI
ARG Simanindo

Ajibata
Bah Birung Ulu

Pangururan

Sianjur Mulamula

Ronggur Nihuta

TOBA SAMOSIR
SAMOSIR

PAKPAK BHARAT

SAMOSIR
Janji Martahan
2°30'0"N

2°30'0"N
Onan Runggu
Palipi

TELE

Sektor Tele

Nainggolan
Sitiotio

HUMBANG HASUNDUTAN

KABUPATEN SAMOSIR
1:250,000 Pollung
TAPANULI UTARA
7 3.5 0 7 KM
TAPANULI UTARA
98°30'0"E 98°45'0"E
98°30'0"E 98°45'0"E
2°45'0"N

2°45'0"N
DANAU TOBA

SIMALUNGUN

DAIRI

TOBA SAMOSIR
SAMOSIR

PAKPAK BHARAT

SAMOSIR
2°30'0"N

2°30'0"N
HUMBANG HASUNDUTAN

KABUPATEN SAMOSIR
1:250,000
TAPANULI UTARA
7 3.5 0 7 KM
TAPANULI UTARA
98°30'0"E 98°45'0"E
98°45'0"E 99°0'0"E 99°15'0"E

MEDAN
Pagar Merbau

Stasiun Meteorologi Kualanamu


Saentis
Pantai Cermin 2
Bpp Batang Kuis Pantai Cermin 1
Sampali Kbn. Batang Kuis
Staklim Sampali
Stamet Kuala Namu

Bandar Klippa

Pematang Sijoman

Perdamean / Lab. Php Murni Tanjung Morawa

Tanjung Gorbus Mata Pao


Melati
MEDAN Tanjung Garbus

DELI SERDANG
Sei Rejo
Tanah Raja
3°30'0"N

3°30'0"N
Adolina Afd I Tanjung Beringin
Aek Pancur
AAWS Deli Serdang

Jaharun B
Sei Bamban Afd Vii

Sei Bamban

Batu Rata Sei Karang

Sei Putih

Rambutan
Karet Sei Putih
Rantau Laban

SERDANG BEDAGAI
Berohol
Sarang Ginting
Dolok Masihul TEBING TINGGITanah Bersih
Kotarih 1
Bangun Bandar Kampung Baru BATU BARA
Tanjung Maria
Bandar Negeri
Kotarih 2
Pabatu Empls Tanjung Kasau

Stm Hulu
Galang Kehutanan Silau Dunia

Marjanji
Gunung Monako Bandar Betsy

Gunung Para 2

Dlk Ilir/Bah Tobu


Dolok Ilir Emplasmen
Sinder Rayasambosar Bridgestones

Sei Balei

Laras Emplasmen

Pematang Kerasaan

SIMALUNGUN Dolok Sinumba Empl

Simarjarunjung
3°0'0"N

3°0'0"N

Bah Jambi Empl


Bangun

PEMATANG SIANTAR
Bukit Lima Empl
Marihat Bah Jambi Afd 1

Tiga Lingga
Huta Bayu Raja
Panei Tongah

98°45'0"E 99°0'0"E 99°15'0"E

1:370,473
SERDANG BEDAGAI 0 5 10 20 KM
98°45'0"E 99°0'0"E 99°15'0"E

MEDAN

MEDAN

DELI SERDANG
3°30'0"N

3°30'0"N
SERDANG BEDAGAI

TEBING TINGGI BATU BARA

SIMALUNGUN
3°0'0"N

3°0'0"N

PEMATANG SIANTAR

98°45'0"E 99°0'0"E 99°15'0"E

1:370,473
SERDANG BEDAGAI 0 5 10 20 KM
98°40'0"E 99°0'0"E 99°20'0"E

LANGKAT
Kotarih 1 Bah Bolon
Tanjung Maria Kampung Baru
Bandar Negeri
Kotarih 2
Pabatu Empls Tanjung Kasau
Stm Hulu TEBING TINGGI Sei Suka Deras

Sibolangit Galang Kehutanan Silau Dunia


Tanah Itam Ulu Afd I

SERDANG BEDAGAI
DELI SERDANG Marjanji
Tanah Gambus
Gunung Monako Bandar Betsy
Lubuk Besar

Berastagi
BATU BARA Petatel
Gunung Para 2 Lima Puluh
Sei Muka
Sei Mangkei
Kuta Gadung 1 Dolok
Dlk Ilir/Bah Tobu
Dolok Ilir Emplasmen
Gunung Meriah Sinder Rayasambosar Bridgestones Dusun Hulu
Sei Balei

KARO Barusjahe
Laras Emplasmen
Gunung Bayu Empl Tinjowan
Tinjowan Bibitan
Sukanalu Pematang Kerasaan
Tinjowan I Afd I Sukarame
Soranpodang Dolok Sinumba Empl
Bunuraya

Maligas

Simarjarunjung
Mayang Empl
3°0'0"N

3°0'0"N
Bah Jambi Empl
Bangun

PEMATANG SIANTAR
Seribu Dolok Bunut Sei Dadaphessa
Bukit Lima Empl
Merek Marihat Bah Jambi Afd 1
Tiga Lingga Huta Bayu Raja Sei Silau
Situnggaling
Panei Tongah

SIMALUNGUN Pagar Jawa


Ambalutu
Sei Silau Timur

Gorbus Balimbingan Tanah Jawa Gunung Sayang


Tiga BalataKasinder Balimbingan Bibitan Sipoltong
Tiga Runggu
Pulau Mandi
Bahal Gajah
Bah Butong Tonduan Empl
Tobasari Huta Padang

Silalahi Parongil
Tiga Dolok Piasa Hulu

DANAU TOBA
Sektor Aek Nauli
Huta Bagasan
ASAHAN
Simanindo
Aek Nauli Gunung Melayu
DAIRI Stageof Parapat Sei Kopas Empl

Stasiun Geofisika Parapat Bandar Pulau PekanPulau Rakyat Pekan


Aek Tarum Lae Hole
2°40'0"N

2°40'0"N
ARG Simanindo Bandar Selamat
SAMOSIR Ajibata Aek Songsongan
Bandar Pulau Empl
Pangururan Bah Birung Ulu

SAMOSIR
Sianjur Mulamula
Ronggur Nihuta

TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU UTARA


98°40'0"E 99°0'0"E 99°20'0"E

1:450,000 10 5 0 10 KM
KABUPATEN SIMALUNGUN
98°40'0"E 99°0'0"E 99°20'0"E

LANGKAT TEBING TINGGI

DELI SERDANG SERDANG BEDAGAI


BATU BARA

KARO
3°0'0"N

3°0'0"N
PEMATANG SIANTAR

SIMALUNGUN

DANAU TOBA

ASAHAN

DAIRI
2°40'0"N

2°40'0"N
SAMOSIR

SAMOSIR

TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU UTARA


98°40'0"E 99°0'0"E 99°20'0"E

1:450,000 10 5 0 10 KM
KABUPATEN SIMALUNGUN
99°0'0"E 99°30'0"E

HUMBANG HASUNDUTAN
Sektor Aek Raja
TOBA SAMOSIR
Sipoholon

Pagar Batu Sipahutar LABUHAN BATU UTARA

Tarutung
Siatas Barita Garoga
2°0'0"N

2°0'0"N
Siarang Arang

Pijor Koling

Purba Tua

TAPANULI UTARA
Sipangimbar

Pangaribuan
Pahae Julu

Adian Koting

Pahae Jae

Stamet Pinang Sori

SIBOLGA
SIBOLGA Simangumban
AR S E

Pandan

TAPANULI TENGAH
TAPANULI SELATAN
Hutabalang
Marancar

Aek Pahu
Stasiun Meteorologi F.L Tobing Simagomago Stasiun Meteorologi Aek Godang

Badiri
Batang Toru 1
Sangkunur
Lumut
1°30'0"N

1°30'0"N
Rawa Genjer
Hapesong

PADANGSIDIMPUAN
Siunggam
Padang Sidempuan
Hutakoje Stamet Aek Godang
ARG Tapanuli
Marpinggan
Pargarutan PADANG LAWAS UTARA
Padang Matinggi

Huta Holbung

Sosopan

PADANG LAWAS

ARG Lubuk Barumun

MANDAILING NATAL
1°0'0"N

1°0'0"N

Bange

99°0'0"E 99°30'0"E

1:525,000 Tapanuli Selatan & Padangsidempuan 0 5 10 20 KM


99°0'0"E 99°30'0"E

HUMBANG HASUNDUTAN
TOBA SAMOSIR

LABUHAN BATU UTARA


2°0'0"N

2°0'0"N
TAPANULI UTARA

SIBOLGA
SIBOLGA

TAPANULI TENGAH
TAPANULI SELATAN
1°30'0"N

1°30'0"N
PADANG LAWAS UTARA
PADANGSIDIMPUAN

PADANG LAWAS

MANDAILING NATAL
1°0'0"N

1°0'0"N

99°0'0"E 99°30'0"E

1:525,000 Tapanuli Selatan & Padangsidempuan 0 5 10 20 KM


98°40'0"E 99°0'0"E 99°20'0"E 99°40'0"E

SAMOSIR Silaen
Tampahan

SAMOSIR Sigumpar
DANAU TOBA
Pollung
Laguboti
2°20'0"N

2°20'0"N
Balige Sibarani Nassau
Parlilitan
Baktiraja Sihonongan

Lintong Nihuta TOBA SAMOSIR


Muara
Dolok Sanggul

HUMBANG HASUNDUTAN
Siborongborong

Borbor

Pagaran
Pakkat Hauagong
Onan Ganjang Sijamapolang
LABUHAN BATU UTARA
Sektor Aek Raja
Sipoholon

Pagar Batu Sipahutar


Parmonangan

LABUHAN BATU
Tarutung
Siatas Barita Garoga
Sipodang
2°0'0"N

2°0'0"N
Siarang Arang

TAPANULI UTARA
Pijor Koling

Purba Tua
Sipangimbar
LABUHAN BATU

Sorkam Hite Urat Pangaribuan


Pahae Julu

TAPANULI TENGAH
Adian Koting

Kolang

Hutaimbaru

Pahae Jae TAPANULI SELATAN

Stamet Pinang Sori

SIBOLGA
SIBOLGA Simangumban
AR S E

Pandan
PADANG LAWAS UTARA
1°40'0"N

1°40'0"N
TAPANULI TENGAH

98°40'0"E 99°0'0"E 99°20'0"E 99°40'0"E

1:500,000 10 5 0 10 KM
KABUPATEN TAPANULI UTARA
98°40'0"E 99°0'0"E 99°20'0"E 99°40'0"E

SAMOSIR
SAMOSIR
DANAU TOBA
2°20'0"N

2°20'0"N
TOBA SAMOSIR

HUMBANG HASUNDUTAN

LABUHAN BATU UTARA

LABUHAN BATU
2°0'0"N

2°0'0"N
TAPANULI UTARA

LABUHAN BATU

TAPANULI TENGAH

TAPANULI SELATAN

SIBOLGA
SIBOLGA
PADANG LAWAS UTARA
1°40'0"N

1°40'0"N
TAPANULI TENGAH

98°40'0"E 99°0'0"E 99°20'0"E 99°40'0"E

1:500,000 10 5 0 10 KM
KABUPATEN TAPANULI UTARA
99°0'0"E 99°20'0"E 99°40'0"E
2°40'0"N

2°40'0"N
ARG Simanindo Aek Tarum Lae Hole Bandar Selamat

Ajibata Aek Songsongan


Bah Birung Ulu SIMALUNGUN Bandar Pulau Empl

ASAHAN Tanjung Leidong

Aek Kuasan

Kanopan Hulu
Lumban Julu

Membang Muda
Pintu Pohan M

SAMOSIR Gunting Saga

Sektor Matio Habinsaran

Porsea

Head Office
Nainggolan Uluan

Narumonda

Tampahan
Silaen
DANAU TOBA Sigumpar

TOBA SAMOSIR
Laguboti
LABUHAN BATU UTARA
2°20'0"N

2°20'0"N
Balige Nassau
Sibarani

Sihonongan

Lintong Nihuta
Muara

HUMBANG HASUNDUTAN
Siborongborong

Borbor

Pagaran

TAPANULI UTARA

Sipoholon

Pagar Batu Sipahutar TAPANULI SELATAN


99°0'0"E 99°20'0"E 99°40'0"E

1:350,000 10 5 0 10 KM
KABUPATEN TOBA SAMOSIR
99°0'0"E 99°20'0"E 99°40'0"E
2°40'0"N

2°40'0"N
SIMALUNGUN

ASAHAN

SAMOSIR

DANAU TOBA
TOBA SAMOSIR

LABUHAN BATU UTARA


2°20'0"N

2°20'0"N
HUMBANG HASUNDUTAN

TAPANULI UTARA

TAPANULI SELATAN
99°0'0"E 99°20'0"E 99°40'0"E

1:350,000 10 5 0 10 KM
KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Anda mungkin juga menyukai