SOAL 4
CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM RERATA WILAYAH
4.1 Latar Belakang
Dalam perencanaan tata air perlu dilakukan penghitungan curah hujan harian
maksimum terutama di wilayah yang rawan bencana alam. Juga penting untuk mengendalikan
kualitas stasiun hujan di suatu wilayah dengan menghitung curah hujan maksimumnya.
Menghitung curah hujan harian maksimum rerata wilayah merupakan salah satu cara untuk
mengevaluasi potensi banjir di suatu wilayah. Curah hujan harian maksimum adalah jumlah
curah hujan tertinggi yang terjadi dalam satu hari di wilayah tersebut, sementara rerata
wilayah adalah nilai rata-rata curah hujan di seluruh wilayah dalam periode waktu tertentu.
Dengan menghitung curah hujan harian maksimum rerata wilayah, dapat diketahui
berapa banyak curah hujan tertinggi yang mungkin terjadi dalam satu hari di wilayah tersebut
dan seberapa sering kejadian ini terjadi dalam jangka waktu yang ditentukan. Hal ini dapat
membantu dalam merencanakan sistem pengelolaan air dan infrastruktur untuk mengurangi
risiko banjir yang dapat terjadi akibat hujan yang sangat deras.
Selain itu, menghitung curah hujan harian maksimum rerata wilayah juga dapat
membantu dalam memprediksi kejadian cuaca ekstrem di masa depan. Dalam konteks
perubahan iklim, kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dapat menjadi lebih sering terjadi atau
lebih intens. Oleh karena itu, memahami curah hujan harian maksimum rerata wilayah dapat
membantu dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana di masa
depan.
4.2 Landasan Teori
4.2.1 Presipitasi
Presipitasi adalah proses turunnya air hujan, salju, atau hujan es dari atmosfer
ke permukaan bumi. Proses ini terjadi ketika uap air di atmosfer mengalami pendinginan dan
berubah menjadi tetesan air atau kristal es yang cukup besar untuk jatuh ke bumi. Presipitasi
adalah salah satu siklus air yang penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan
memenuhi kebutuhan air manusia dan hewan.
Presipitasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk, termasuk hujan, salju, hujan es, kabut,
embun beku, dan hujan kabut. Bentuk presipitasi yang terjadi tergantung pada suhu dan
kondisi atmosfer pada saat itu. Presipitasi dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk suhu,
tekanan, dan kelembaban di atmosfer. Suhu adalah faktor utama yang mempengaruhi bentuk
presipitasi, dengan suhu yang lebih rendah menyebabkan pembentukan kristal es dan salju.
Kelembaban juga merupakan faktor penting, karena uap air yang lebih banyak dapat
menghasilkan presipitasi yang lebih banyak.
Presipitasi dapat memiliki dampak yang signifikan pada ekosistem, termasuk
kekeringan dan banjir. Di beberapa daerah, presipitasi yang berlebihan dapat menyebabkan
banjir, sementara di daerah lain, kurangnya presipitasi dapat menyebabkan kekeringan dan
krisis air. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang proses presipitasi sangat penting
dalam pengelolaan sumber daya air dan perlindungan lingkungan secara keseluruhan
Menurut Soemarto (1987), ada lima unsur yang harus ditinjau dalam data hujan,
yaitu :
1. Intensitas (i), laju hujan yang merupakan tinggi air persatuan waktu, seperti;
mm/menit, mm/jam, mm/hari.
2. Lama waktu (t), durasi curah hujan dalam menit atau jam.
3. Tinggi hujan (d), banyaknya hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air di atas
permukaan datar, dalam mm.
4. Frekuensi, merupakan frekuensi kejadian yang biasanya dinyatakan dengan kala ulang
(Tr), misalnya sekali dalam T tahun.
5. Luas, merupakan luas geografis curah hujan.
4.2.2 Pengukuran Curah Hujan
Pengukur curah hujan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah hujan yang jatuh
pada suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Alat ini biasanya digunakan oleh
meteorolog atau peneliti untuk memantau kondisi cuaca di suatu wilayah. Menurut Soemarto
(1987), Dalam praktek pengukuran curah hujan, terdapat dua jenis alat yang memiliki fungsi
berbeda, yaitu: alat pencatat hujan dan alat penakar hujan. Sampai saat ini di Indonesia alat
pengukur hujan yang digunakan yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan
otomatis. Namun untuk efisiensi waktu dan tenaga, alat pengukur hujan otomatis sering
digunakan.
4.2.3 Curah Hujan Maksimum dan Hujan Rata-Rata Daerah
Sesuai dengan kebutuhannya, pengumpulan dan pengolahan data hujan diharapkan
dapat menyajikan data hujan yang akurat dan berkelanjutan sesuai dengan kondisi lapangan
dan tersusun dalam sistem database, sehingga nantinya data tersebut menyediakan
data/informasi hidrologi yang tepat
Terkait dengan pentingnya data rata rata curah hujan daerah dan curah hujan
maksmimum di suatu wilayah, ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menentukan kedua
hal tersebut, yaitu :
1. Metode Rata – rata Aritmatik
Metode rata-rata aritmatik dapat digunakan dalam perhitungan curah hujan untuk
menghitung rata-rata curah hujan dalam suatu wilayah dalam periode tertentu. Metode ini
merupakan metode perhitungan yang paling sederhana, karena cara perhitungannya dilakukan
di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan lalu dijumlahkan dan kemudian dibagi
jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam
DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.
Metode ini cukup memiliki hasil yang baik apabila stasiun hujannya tersebar secara merata
dan hujannya tidak terlalu bervariasi.
Rumus :
p1 + p2 + p 3+ ⋯+ p n
p=
n
Keterangan :
p = Hujan rerata di suatu DAS (mm)
p1 , p2 = Hujan pada tanggal kejadian yang sama di setiap stasiun
hujan (mm)
n = Jumlah Stasiun
2. Metode Poligon Thiessen
Metode poligon Thiessen adalah salah satu teknik dalam analisis spasial yang
digunakan untuk mengetahui curah hujan. Teknik ini juga dikenal dengan nama Voronoi
polygon atau Thiessen polygon.
Pada dasarnya, metode poligon Thiessen membagi suatu wilayah menjadi beberapa segmen
atau poligon yang berbeda-beda, dengan memperhitungkan jarak antara stasiun pemantau
hujan yang ada. Setiap poligon tersebut merepresentasikan area pengaruh dari stasiun
pemantau hujan terdekat. Oleh karena itu, poligon tersebut akan memiliki karakteristik curah
hujan yang berbeda-beda, tergantung pada lokasi stasiun pemantau hujan yang ada.
Rumus :
A1 . P1 + A 2 . P2+ A 3 . P3 +⋯ + A n . Pn
P=
A 1+ A 2+ A 3 +⋯+ A n
Keterangan :
P = Hujan rerata di suatu DAS (mm)
P 1 , … , Pn = Curah hujan pada tanggal kejadian yang sama di
setiap stasiun hujan (mm)
A1 , … , A n = Luas daerah pengaruh stasiun hujan yang dibatasi tiap
poligon (mm)
3. Metode Isohyet
Metode isohyet adalah teknik dalam analisis curah hujan yang
digunakan untuk memetakan distribusi curah hujan di suatu wilayah. Metode ini didasarkan
pada pemetaan garis isohyet, yaitu garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki
curah hujan yang sama. Isohyet digunakan untuk memvisualisasikan pola distribusi curah
hujan di suatu wilayah dengan mudah. Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk
menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah. Pada metode ini stasiun hujan harus
banyak dan tersebar merata. Metode
Isohyet membutuhkan pekerjaan yang lebih banyak dibanding dua metode lainnya.
I 1 + I2 I 2+ I 3 I n + I n+1
A1 + A2 + ⋯+ A n
2 2 2
P=
A 1 + A 2 + A3 +⋯ + A n
Keterangan :
P = Hujan rerata di suatu DAS (mm)
A1 , A2 = Luasan dari titik 1, 2
I1 , I2 = Garis Isohyet ke 1, 2
Untuk menghitung hujan maksimum daerah dan hujan rata – rata daerah selain
data hujan pada setiap stasiun pengukur atau pencatat hujan yang didapat dari hasil
pengerjaan soal 3, di perlukan juga peta topografi dengan letak stasiun hujan yang telah
ditentukan yakni :
p = Tinggi Hujan
No. Tahun
382,9+402,8+294,1+293 Maksimum (mm)
4 1 2006 343,20
2 2007 333,15
p = 343,20 mm
3 2008 330,90
4 2009 353,60
5 2010 295,63
Tabel 4.3 Data Curah Hujan 6 2011 301,10 Maksimum
Tahunan Dengan Metode 7 Lanjutan2012
Tabel 4.3 257,35 Rata-Rata
Aritmatik 8 2013 311,93
9 2014 314,33
10 2015 256,33
11 2016 346,23
(E) SHABILA AZKA FIRDAUSI (15) 12 2017 313,53
13 2018 299,9
14 2019 279,4
15 2020 308,9
Tugas Besar Hidrologi Teknik Dasar – Semester Genap 2022-2023
Dari data tinggi hujan maksimum yang telah didapat dari metode rata – rata aritmatik
diatas, maka terdapat grafik dibawah ini :
350.00
300.00
Tinggi Hujan Maksimum (mm)
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
Tahun
Berdasarkan grafik dan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa curah hujan maksimum
berada pada tahun 2009 yaitu sebesar 353,60 mm.
Contoh Perhitungan :
Perhitungan Kr pada Stasiun Hujan A
Luas A
Kr =
Total Luas
0,16
Kr =
3,3
K r = 0,05
Tabel 4.6 Data Curah Hujan Maksimum Tahunan Metode Poligon Thiessen
Tinggi Hujan
No Tahun
Maksimal (mm)
1 2006 336,57
2 2007 312,14
3 2008 339,64
4 2009 379,68
5 2010 304,98
6 2011 318,11
7 2012 279,78
8 2013 303,42
9 2014 317,55
10 2015 265,32
11 2016 327,60
12 2017 309,97
13 2018 293,68
14 2019 276,81
15 2020 306,70
Contoh Perhitungan :
Perhitungan Hujan Tinggi Maksimum tahun 2006
Stasiun A
P StA =P A . K A
¿ 382,9∗0,05
¿ 18,62
P max ¿ P A . K A + P B . K B+ P C . K C + P D . K D
¿ 336,57 mm
Dari tabel data curah hujan maksimum tahunan dengan metode Poligon Thiessen deperoleh
grafik dibawah ini :
Gambar 4.6 Grafik Curah Hujan Maksimum Tahunan Metode Poligon Thiessen
Tinggi Hujan
400.00
350.00
300.00
Tinggi Hujan Maksimal (mm)
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
Tahun
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa curah hujan maksimum berada
pada tahun 2009 yaitu sebesar 379,68 mm
A-B 11,492
B-C 16,633
C-D 11,524
A-D 22,155
A-C 16,167
B-D 15,545
1. Tahun 2006
Gambar 4.6 Isohyet 2006
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis BC :
P B−P X 0− X
=
PB −PC 0−Garis BC
402,8−300 0−X
=
402,8−294,1 0−11,492
X = 15,730 (Garis B ke C)
TAHUN 2006
Daerah Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
Luas Daerah
(mm) t Isohyet Isohyet Hujan
300
I 33.298 315 307.5 1.332 409.565
II 11.435 330 322.5 0.457 147.512
III 16.403 345 337.5 0.656 221.441
IV 20.677 360 352.5 0.827 291.543
v 35.867 375 555 1.435 796.241
Jumlah 4.707 1866.301
Curah Hujan Rata-
Rata 396.480
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1812,999
¿
4,587
¿ 395,275 mm
2. Tahun 2007
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis AB :
P A−P X 0−X
=
P A −PB 0−Garis AB
372,9−340 0− X
=
372,9−292,9 0−11,492
X = 4,7262 (Garis A ke B)
Jadi, garis yang ditarik dari titik A ke B sepanjang 4,7262 cm untuk memperoleh rentang
hujan 340 mm.
TAHUN 2007
Daerah Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
Luas Daerah
(mm) t Isohyet Isohyet Hujan
320
I 30.338 340 330 1.214 400.460
II 26.962 360 350 1.078 377.462
III 60.380 380 370 2.415 893.625
Jumlah 4.707 1671.548
Curah Hujan Rata-
Rata 355.106
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1666,295
¿
4,692
¿ 355,130 mm
3. Tahun 2008
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis CD :
PC −P X 0− X
=
P C −P D 0−GarisCD
313,2−335 0− X
=
313,2−372,9 0−11,524
X = 4,208 (Garis C ke D)
Jadi, garis yang ditarik dari titik C ke D sepanjang 4,208 cm untuk memperoleh rentang
hujan 335 mm.
TAHUN 2008
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1612,685
¿
4,711
¿ 342,309 mm
4. Tahun 2009
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Data Curah Hujan Tahun 2009
A B C D
272,6 396,4 353,0 392,4
Ruas Garis AB :
P A−P X 0−X
=
P A −PB 0−Garis AB
272,6−330 0−X
=
272,6−396,4 0−11,492
X = 5,328 (Garis A ke B)
Jadi, garis yang ditarik dari titik A ke B sepanjang 5,328 cm untuk memperoleh rentang
hujan 330 mm.
TAHUN 2009
Daerah Luas Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
Isohyet
(mm) Daerah Isohyet Isohyet Hujan
310
I 17.424 330 320 0.697 223.025
II 37.678 350 340 1.507 512.424
III 30.095 370 360 1.204 433.372
IV 32.482 390 380 1.299 493.729
Jumlah 4.707 1662.550
Curah Hujan Rata-Rata 353.194
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1636,967
¿
4,634
¿ 353,265 mm
5. Tahun 2010
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis AB :
P A−P X 0−X
=
P A −PB 0−Garis AB
272,5−300 0− X
=
272,5−314,3 0−11,492
X = 7,561 (Garis A ke B)
Jadi, garis yang ditarik dari titik A ke B sepanjang 7,561 cm untuk memperoleh rentang
hujan 300 mm.
TAHUN 2010
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1422,847
¿
4,696
¿ 302,990 mm
6. Tahun 2011
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis AB :
P A−P X 0−X
=
P A −PB 0−Garis AB
232,5−310 0− X
=
232,5−377,5 0−11,492
X = 6,142 (Garis A ke B)
Jadi, garis yang ditarik dari titik A ke B sepanjang 6,142 cm untuk memperoleh rentang
hujan 310 mm.
TAHUN 2011
Daerah Luas Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
(mm) Daerah t Isohyet Isohyet Hujan
270.0
I 69.316 310.0 290 2.773 804.062
II 42.819 350.0 330 1.713 565.211
III 5.530 390 370 0.221 81.844
Jumlah 4.707 1451.117
Curah Hujan Rata-Rata 308.316
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1444,255
¿
4,684
¿ 308,346 mm
7. Tahun 2012
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis AB :
P A−P X 0−X
=
P A −PB 0−Garis AB
161,5−200 0−X
=
161,5−263,2 0−11,492
X = 4,35 (Garis A ke B)
Jadi, garis yang ditarik dari titik A ke B sepanjang 4,35 cm untuk memperoleh rentang hujan
200 mm.
TAHUN 2012
Daerah Luas Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
(mm) Daerah t Isohyet Isohyet Hujan
180
I 8.690 200 190 0.348 66.045
II 29.268 220 210 1.171 245.852
III 37.078 240 230 1.483 341.117
IV 22.323 260 250 0.893 223.230
V 20.313 280 270 0.813 219.380
Jumlah 4.707 1095.624
Curah Hujan Rata-Rata 232.771
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1087,035
¿
4,667
¿ 232,896 mm
8. Tahun 2013
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis BC :
P B−P X 0− X
=
PB −PC 0−Garis BC
383,9−250 0−X
=
383,9−212,6 0−16,633
X = 13 (Garis B ke C)
Jadi, garis yang ditarik dari titik B ke C sepanjang 13 cm untuk memperoleh rentang hujan
250 mm.
TAHUN 2013
Daerah Luas Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
(mm) Daerah t Isohyet Isohyet Hujan
210.0
I 52.133 250.0 230 2.085 479.624
II 19.882 290.0 270 0.795 214.725
III 13.752 330.0 310 0.550 170.522
IV 11.298 370.0 350 0.452 158.165
V 20.615 410.0 390 0.825 321.599
Jumlah 4.707 1344.634
Curah Hujan Rata-Rata 285.656
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1333,080
¿
4,660
¿ 286,060 mm
9. Tahun 2014
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis BC :
P B−P X 0− X
=
PB −PC 0−Garis BC
291,6−310 0−X
=
291,6−326,6 0−16,633
X = 4,310 (Garis B ke C)
Jadi, garis yang ditarik dari titik B ke C sepanjang 4,310 cm untuk memperoleh rentang hujan
310 mm.
TAHUN 2014
Daerah Luas Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
(mm) Daerah t Isohyet Isohyet Hujan
290.0
I 14.044 310.0 300 0.562 168.524
II 42.737 330.0 320 1.709 547.037
III 28.775 350.0 340 1.151 391.335
IV 32.124 370 360 1.285 462.586
Jumlah 4.707 1569.482
Curah Hujan Rata-Rata 333.423
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1543,909
¿
4,631
¿ 333,402 mm
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis BC :
P B−P X 0− X
=
PB −PC 0−Garis BC
321,2−280 0− X
=
321,2−242,3 0−16,633
X = 8,685 (Garis B ke C)
Jadi, garis yang ditarik dari titik B ke C sepanjang 8,685 cm untuk memperoleh rentang hujan
280 mm.
Tabel 4.17 Tabel Perhitungan Tahun 2015
TAHUN 2015
Daerah Luas Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
(mm) Daerah t Isohyet Isohyet Hujan
250.0
I 53.004 280.0 265 2.120 561.843
II 49.933 310.0 295 1.997 589.213
III 14.742 340 325 0.590 191.647
Jumlah 4.707 1342.704
Curah Hujan Rata-Rata 285.246
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1313,056
¿
4,600
¿ 285,463 mm
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis AB :
P A−P X 0−X
=
P A −PB 0−Garis AB
420,7−300 0−X
=
420,7−271,2 0−11,492
X = 9,278 (Garis A ke B)
Jadi, garis yang ditarik dari titik A ke B sepanjang 9,278 cm untuk memperoleh rentang
hujan 300 mm.
TAHUN 2016
Daerah Luas Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
Isohyet
(mm) Daerah Isohyet Isohyet Hujan
270.0
I 2.966 300.0 285 0.119 33.815
330.00
II
17.874 0 315 0.715 225.217
360.00
III
15.309 0 345 0.612 211.260
IV 81.530 390 375 3.261 1222.953
Jumlah 4.707 1693.245
Curah Hujan Rata-Rata 359.715
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1687,301
¿
4,688
¿ 359,936 mm
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis BC :
P B−P X 0− X
=
PB −PC 0−Garis BC
360,7 – 320 0− X
=
360,7−312,1 0−16,633
X = 13,929 (Garis B ke C)
Jadi, garis yang ditarik dari titik B ke C sepanjang 13,929 cm untuk memperoleh rentang
hujan 320 mm.
TAHUN 2017
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1576,723
¿
4,638
¿ 339,941 mm
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis CD :
PC −P X 0− X
=
P C −P D 0−Garis CD
321,2−220 0− X
=
321,2−200,2 0−11,524
X = 9,639 (Garis C ke D)
Jadi, garis yang ditarik dari titik C ke D sepanjang 9,639 cm untuk memperoleh rentang
hujan 220 mm.
TAHUN 2018
Daerah Luas Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
(mm) Daerah t Isohyet Isohyet Hujan
190.0
I 7.002 220.0 205 0.280 57.417
II 30.778 250.0 235 1.231 289.315
III 79.902 280.0 265 3.196 846.965
Jumlah 4.707 1193.698
Curah Hujan Rata-Rata 253.584
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1114,450
¿
4,408
¿ 252,809 mm
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis CD :
PC −P X 0− X
=
P C −P D 0−Garis CD
227−240 0−X
=
227−360 0−11,524
X = 1,126 (Garis C ke D)
Jadi, garis yang ditarik dari titik C ke D sepanjang 1,126 cm untuk memperoleh rentang
hujan 240 mm.
TAHUN 2019
Daerah Luas Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
(mm) Daerah t Isohyet Isohyet Hujan
190.0
I 9.470 220.0 205 0.379 77.657
II 28.774 250.0 235 1.151 270.479
III 79.435 280.0 265 3.177 842.009
Jumlah 4.707 1190.146
Curah Hujan Rata-Rata 252.836
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1190,146
¿
4,707
¿ 252,836 mm
Contoh Perhitungan :
Interpolasi
Ruas Garis AB :
P A−P X 0−X
=
P A −PB 0−Garis AB
319,3−290 0− X
=
319,3−288,6 0−11,492
X = 10,968 (Garis A ke B)
Jadi, garis yang ditarik dari titik A ke B sepanjang 10,968 cm untuk memperoleh rentang
hujan 290 mm.
TAHUN 2020
Daerah Luas Isohye Rerata Dua Luasan Antara Dua Volume
(mm) Daerah t Isohyet Isohyet Hujan
280.0
I 18.637 290.0 285 0.745 212.465
II 18.772 300.0 295 0.751 221.513
III 80.270 310 305 3.211 979.292
Jumlah 4.707 1413.270
Curah Hujan Rata-Rata 300.237
Contoh Perhitungan :
Ptotal
P=
Atotal
1349,869
¿
4,499
¿ 300,031 mm
Tinggi Hujan
No. Tahun
(mm)
1 2006 395,3
2 2007 355,1
3 2008 342,3
4 2009 353,3
5 2010 303,0
6 2011 308,3
7 2012 232,9
8 2013 286,1
9 2014 333,4
10 2015 285,5
11 2016 359,9
12 2017 339,9
13 2018 252,8
14 2019 252,8
15 2020 300,0
Metode Isohyet
450.0
400.0
350.0
300.0
Tinggi Hujan (mm)
250.0
200.0
150.0
100.0
50.0
0.0
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
Tahun
Gambar 4.8 Diagram Batang Tinggi Hujan Rerata Daerah Metode Aritmatik, Thiessen, dan
Isohyet
450.00
400.00
350.00
300.00
Tinggi Hujan (mm)
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
4.5 Kesimpulan
Bedasarkan perhitungan curah hujan maksimal rata-rata daerah dengan metode Aritmatik,
Poligon Thiessen, dan Isohyet, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Data curah hujan maksimal rata-rata daerah dengan metode Aritmatik adalah sebesar
353,60 mm berada pada tahun 2009.
2. Data curah hujan maksimal rata-rata daerah dengan metode Poligon Thiessen adalah
sebesar 379,68 mm berada pada tahun 2009.
3. Data curah hujan maksimal rata-rata daerah dengan metode Isohiet adalah sebesar
395,3 mm berada pada tahun 2006.
Selain itu, jika dilihat dari tabel rekapitulasi perhitungan curah hujan rata-rata dan
maksimum daerah menggunakan Metode Rata-rata Aritmatik, Metode Poligon Thiessen,
dan Metode Isohyet, didapat hasil yang berbeda