Anda di halaman 1dari 18

Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

I. ANALISIS CURAH HUJAN


I. Tujuan, Persyaratan dan Permasalahan yang sering timbul

1.1 Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional umum pada modul analisis curah hujan ini adalah memberikan
pembekalan bagaimana melakukan analisis curah hujan untuk mendukung analisis hidrologi
pada khususnya dan analisis sumber daya air pada umumnya.

Tujuan Instruksional Khusus pada modul analisis curah hujan ini adalah memberikan
pembelajaran dan bekal pengetahuan kepada peserta pelatihan untuk melakukan analisis
curah hujan seperti analisis rata-rata curah hujan, pengisian data yang kosong, analisis
intensitas hujan, dan analisis hujan rencana.

Setelah selesainya pelatihan ini peserta akan mampu untuk melakukan setiap analisis curah
hujan yang diperlukan untuk analisis hidrologi dan Sumber Daya Air.

1.2 Persyaratan Peserta


Untuk dapat mengikuti pelatihan analisis hujan ini, peserta pelatihan perlu mempunyai /
memiliki hal-hal sebagai berikut:

- Bekerja dalam bidang pengelolaan hidrologi


- Berpendidikan minimal D3
- Pengalaman dalam pengolahan data curah hujan
- Pernah mengikuti pelatihan operasional hidrologi
- Mempunyai komputer dan memahami program office
- Memiliki komputer, scanner, printer dan peralatan pengolahan data
- Waktu yang diperlukan untuk pelatihan analisis curah hujan adalah 5 hari.

1.3 Permasalahan yang sering dihadapi.


 Ketersediaan data yang sangat terbatas
 Pengujian kualitas curah hujan
 Distribusi curah hujan
 Manfaat data curah hujan dalam hidrologi dan sumber daya air.

II. Kerapatan Pos Pengamatan Curah Hujan


Kerapatan pos curah hujan sangat dipengaruhi oleh pola / karakteristik curah hujan pada DAS
/ sub DAS serta tingkat akurasi yang diharapkan

2.1 Penentuan pos hujan


Analisis kerapatan stasiun hujan yang ada perlu dilakukan, karena keadaan tinggi hujan dan
karakteristik DAS biasanya berbeda-beda, serta jaringan pos hujan belum memadai. Sebagai
ketentuan yang diajurkan oleh WMO dapat dilihat pada Tabel dibawah ini

I-1
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Kerapatan minimum jaringan stasiun hujan di daerah tropik

LUAS (Km2) untuk 1 Stasiun Hujan


TIPE DAERAH
Daerah Normal Daerah Sulit
Daerah datar 600 – 900 900 – 3000
Daerah berbukit/ bergunung 100 – 250 250 – 1000

2.2 Kerapatan Curah Hujan dengan Metoda Stepwise


Kerapatan pos curah hujan dapat dievaluasi dengan menggunakan pendekatan stepwise.
Pendekatan yang digunakan dalam stepwise ini adalah korelasi ganda. Jumlah pos yang ada
dalam suatu DAS dapat dievaluasi apakah pos tersebut sudah benar jumlah posnya dan
lokasinya.
Y = ax1 + bx2 + cx3.+ dx4.................................................................zxn (2.1)
Dimana a,b,c ……z adalah parameter
Y : data debit
X1 X2X3 X4 ………… Xn data curah hujan di pos 1,2,3, ……n
Tahap 1. Model mencari korelasi terbaik antara debit dan curah hujan dari pos-pos yang ada
didapatkan koefisien korelasi r1
Tahap 2. Model mencari kembali kombinasi antara pos yang terpilih pada tahap pertama dan
pos hujan lainnya dengan data debitnya. Didapatkan nilai korelasi ganda r2.
Tahap 3. Model mencari kembali kombinasi antara pos yang terpilih pada tahap kedua dan pos
hujan lainnya dengan data debitnya. Didapatkan nilai korelasi ganda r3. Demikian selanjutnya.
Dari hasil tersebut diplotkan hubungan antara r1 dengan jumlah pos (1), r2 dengan jumlah pos
(2), dan demikian selanjutnya, sehingga akan didapatkan kurva hubungan antara pos hujan
yang digunakan dengan koefisien rorelasi gandanya. Meskipun jumlah pos bertambah nilai
koefisien korelasi gandanya hampir tidak meningkat. Dari hubungan ini didapatkan pos hujan
yang dominan dan mempunyai korelasi yang baik dengan debitnya. Perangkat lunak dari
model tersedia bersama modul ini.

III. Analisis Curah Hujan


Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi, terutama untuk menghitung
debit banjir rencana baik secara empiris maupun model matematik. Hal tersebut disebabkan
karena data debit untuk selang waktu pengamatan yang cukup panjang belum dapat diperoleh
atau tidak ada.

3.1 Intensitas hujan


Untuk menghitung debit banjir rencana pada suatu perencanaan drainase dimana waktu
konsentrasinya sangat singkat dan luas daerah alirannya sangat kecil, dapat digunakan
metode rasional.

3.2 Intensitas hujan, frekuensi dan waktu curah hujan


Lengkung hubungan antara frekuensi, intensitas hujan dan waktu curah hujan digunakan untuk
mendapatkan besar intensitas curah hujan sesuai dengan waktu konsentrasi

I-2
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Metode perhitungan / pendekatan yang lazim digunakan untuk mendapatkan hubungan antara
intensitas hujan, frekuensi, dan waktu curah hujan adalah metode empiris dari Bell dan analisis
frekuensi dari E.J. Gumbel, dijelaskan sebagai berikut :

 Metode Bell digunakan untuk menentukan tingkat curah hujan dengan berbagai waktu
curah hujan dari 5 sampai 120 menit, dan kala ulang dari 2 sampai 100 tahun, apabila
diketahui besar curah hujan dengan waktu curah hujan 60 menit dan kala ulang 10
tahun

 Metode Gumbel dapat digunakan untuk analisis statistik curah hujan maupun debit.

3.3 Rata-rata curah hujan


Metode yang dapat digunakan untuk merata-rata curah hujan dari suatu DAS adalah metode
rata-rata hitung, metode Thiessen dan metode isohiet :
1) Metode rata – rata hitung ditentukan dengan cara menjumlahkan tinggi hujan dari semua
tempat pengukuran selama kala tertentu, dibagi dengan jumlah pos pengukuran, metode
ini sebaiknya dipakai pada daerah yang datar, pos hujan banyak dan sifat hujannya
merata, digunakan rumus :

P 1  P 2  ..  Pn
P = ........................................................................................... (3.1)
n

dengan pengertian :
P adalah tinggi hujan rata-rata (mm)
P1,…,Pn adalah tinggi hujan pada setiap pos hujan yang diamati (mm)
n adalah banyaknya pos hujan

Gambar 3.1 Hujan rata-rata untuk metode rata-rata hitung

2) Metode Thiessen ditentukan dengan cara membuat polygon antar pos hujan pada suatu
wilayah DAS kemudian tinggi hujan rata-rata daerah dihitung dari jumlah perkalian antara
tiap-tiap luas polygon dan tinggi hujannya dibagi dengan luas seluruh DAS ; metode ini
cocok untuk menentukan tinggi hujan rata-rata, apabila pos hujannya tidak merata,
digunakan rumus :

A1 P1 + A2 P2 + …. + An Pn
P = , , ........................................................................ (3.2)
A total

dengan pengertian :
P adalah tinggi hujan rata-rata (mm)
P1…Pn adalah tinggi hujan pada setiap pos (mm)
A1…An adalah luas yang dibatasi garis polygan ( Km2 )

I-3
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Gambar 3.2 Hujan rata-rata untuk metode Thiessen

3) Metode isohiet ditentukan dengan cara menggunakan peta garis kontur tinggi hujan suatu
daerah dan tinggi hujan rata-rata DAS dihitung dari jumlah perkalian tinggi hujan rata-rata
diantara garis isohiet dengan luas antara kedua garis isohiet tersebut, dibagi luas seluruh
DAS ; metode ini cocok untuk daerah pegunungan dan yang berbukit-bukit, digunakan
rumus :

P = A1 x ( P1 + P2 )/2 + A2 x ( P2 + P3 )/2 + …… An x ( Pn + Pn + 1 )/2 ............ (3.3)


A total

dengan pengertian :
P adalah tinggi hujan rata-rata (mm)
P2….. P2 adalah tinggi hujan yang sama pada setiap garis isohiet (mm)
A1…. An adalah luas yang dibatasi garis isohiet ( km 2 )
A2 adalah luas total DAS ( A1 + A2 + …. An ) ( km2 )

Gambar 3.3 Hujan rata-rata untuk metode Isohiet

3.4 Pengisian data Hujan Yang Hilang

Pengisian kekosongan data hujan tersebut dilakukan dengan metode pendekatan sbb:
Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga data curah hujan
kurang lengkap. Pengisian kekosongan data hujan tersebut dilakukan dengan metode
pendekatan sebagai berikut :
1) menentukan hujan rata-rata pada stasiun terdekat dengan stasiun hujan yang tidak
mempunyai data;
2) factor bobot didasarkan pada suatu nilai ratio hujan tahunan; ditentukan dengan rumus :

I-4
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

1  A nx A nx A nx A nx 
Px   Pa  Pb  Pc  .......... ........ P n  .................................. (3.4)
n  A na A nb A nc A nn 

dengan pengertian :
Px adalah tinggi hujan pada stasiun yang datanya tidak lengkap (mm)
Pa,b,c adalah tinggi hujan dari stasiun di a, b, dan c (mm)
Anx adalah tinggi hujan tahunan dari stasiun hujan yang datanya tidak lengkap (mm)
Ana,b,c adalah tinggi hujan tahunan dari stasiun di a, b dan c (mm)
3) melakukan analisisi regresi pada stasiun hujan terdekat.
4) Melakukan transposing data dari karakteristik data yang ada (Mulyantari, 2002)

3.5 Distribusi waktu tinggi hujan


Distribusi waktu tinggi hujan sangat besar pengaruhnya terhadap hidrograf banjir, dan untuk
distribusi tertentu dapat memberikan besaran yang berbeda. Ada 3 tipe distribusi yaitu :
P (mm) P (mm) P (mm)

t (jam) t (jam) t (jam)


Gamabr 3.4 Pola Distribusi Curah Hujan

3.6 Analisis Hujan Rencana

3.6.1 Metoda Perhitungan hujan rencana

Metoda analisis probabilitas frekuensi hujan rencana terlihat pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Tahapan Dalam Analisis Hujan Rencana

I-5
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Metoda grafis untuk menghitung hujan rencana


Prosedur dalam menentukan besarnya hujan rencana dengan metode grafis :
o Tentukan maksimum hujan harian setiap tahunnya
o Urutkan maximum hujan tersebut dari besar ke kecil,
o Hitung besarnya frekuensi dari fungsi distribusi yang dipilih
o Tentukan periode ulang hujan dengan menghitung T = 1/F
o Plot hubungan antara besarnya periode ulang dengan hujan yang telah diurut.
Pendekatan analitis untuk menghitung besarnya hujan rencana
Prosedur dalam menentukan perhitungan hujan rencana dapat dilakukan dengan
pendekatan sebagai berikut :
o Bilamana data mengikuti Fungsi Distribusi Gamma, Pearson, Gumbel
(menggunakan formula Gamma Distribusi dan standar gamma distribusi)
o Bilamana data mengikuti Fungsi Distribusi Normal, Log Normal, menggunakan
formula normal distribusi dan tabel standar normal distribusi).
o Besarnya hujan rencana ditentukan dengan prosedur sebagai berikut :
 Tentukan besarnya periode hujan rencana
 Hitung besarnya probabilitas kemungkinan terjadinya
 Hitung besarnya hujan rencananya

Perhitungan dan tahapan grafis dan analitis untuk perhitungan hujan rencana sama
dengan perhitungan banjir rencana. Tahapan perhitungan akan dijelaskan secara rinci
dalam perhitungan Banjir Rencana.

3.6.2 Intensitas hujan


Untuk menghitung debit banjir rencana pada suatu perencanaan drainase dimana waktu
konsentrasinya sangat singkat dan luas daerah alirannya sangat kecil, dapat digunakan
metode rasional. Sebelum menggunakan metode rasional tersebut perlu dilakukan analisis
intensitas hujan.
Untuk mendapatkan intensitas hujan dapat digunakan rumus-rumus antara lain Mononobe,
Talbot, Sherman, Ishiguro, dan metode lainnya, dijelaskan sebagai berikut :

a. Rumus Mononobe :
2

 R 24   24  3
I=   
..................................................................................................... (3.5)
 24   t 

dengan pengertian :
I adalah intensitas hujan (mm/jam)
t adalah waktu curah hujan (jam)
R 24 adalah curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Rumus Talbot :
a
I= .................................................................................................................... (3.6)
t  b

I-6
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

 I .t I 2   I 2 .t  I 
a= ............................................................................................ (3.7)
N I    I  I 
2

 I  I .t   N I .t 2

b= ............................................................................................... (3.8)
N I     I  I 2

b. Rumus Sherman :
a
I= n
...................................................................................................................... (3.9)
t

dengan penjelasan :

log  log t    log t . log I log t 


2
I
Log a = .......................................................... (3.10)
N  log t    log t log t 
2

log  log t    N log t . log 


2
I I
n= ................................................................... (3.11)
N  log t  2   log t log t 
c. Rumus Ishiguro :
a
I = .............................................................................................................. (3.12)
t  b

a=
I    I
t I
2 2
t  I  ....................................................................................... (3.13)
N I     I  I 
2

I I t  N I  2
t  ....................................................................................... (3.14)
b=
N I     I  I 
2

dengan pengertian :
I adalah Intensitas Hujan (mm / Jam )
t adalah Waktu curah hujan ( menit )
a,b,n adalah Konstanta dan N adalah Jumlah data

Hasil perhitungan deras curah hujan dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dapat
dilihat pada Gambar 3.6.

Perbandingan ke Tiga Metode


Intensitas Hujan (mm)

350.0
300.0
250.0 Talbot
200.0
150.0 Sherma
100.0 n
50.0
0.0
0 200 400 600 800
Waktu (menit)

Gambar 3.6 Lengkung intensitas hujan

I-7
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Metode ini untuk mendapatkan intensitas hujan, antara lain metode ARRO, dijelaskan sebagai
berikut :

1) Waktu curah hujan 12 jam dan 72 jam, dan kala ulang hingga 50 tahun, dihitung dengan
rumus :
24

I2 = Antilog A ; ............................................................................................... (3.15)

24

I50 = Antilog ( A +2,0537 SDA ) ; ..................................................................... (3.16)

72

I2 = Antilog B .................................................................................................. (3.17)

72

I50 = Antilog ( B +2,0537 SDB ) ; ..................................................................... (3.18)

12 24 72
I2 = 3,04 ( I2 ) – 3.12 ( I2 ) ; ............................................................................ (3.19)

12 24 72
I50 = 3,04 ( I50 ) – 3.12 ( I2 ) ; .......................................................................... (3.20)

dengan pengertian :
A adalah rata-rata logaritma Ai ( Ai = deretan data curah hujan maksimum 24 jam
setiap tahun )
B adalah rata-rata logaritma Bi ( Bi = deretan data curah hujan maksimum 72 jam
setiap tahun )
SDA adalah simpangan baku dari logaritma Ai
SDB adalah simpangan baku dari logaritma Bi
Iy adalah intensitas hujan dengan waktu curah hujan t jam dan kala ulang y tahun
dinyatakan dalam mm/jam

1) Intensitas hujan dengan waktu curah hujan 1 – 12 jam dan berdasarkan data curah hujan
12 jam dapat dihitung dengan rumus :

Rt = Ct R12 ............................................................................................................... (3.21)

1 . 798
Ct = A ( – 0.143 ) + 1 ............................................................................. (3.22)
t  0 , 576

dengan pengertian :
Rt adalah deras curah hujan untuk durasi hujan t jam ( mm / jam )
R12 adalah Intensitas hujan dengan waktu curah hujan 12 jam, dinyatakan dalam
mm/jam
Ct adalah variable regional yang tergantung pada waktu curah hujan dan lokasi
A adalah konstanta regional berkisar antara 2,1 – 6,0
t adalah waktu curah hujan ( jam )

2) Curah hujan dengan selang waktu 6 sampai dengan 60 menit dihitung dengan rumus :

m= Km 60 .......................................................................................................... (3.23)


I-8
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

49 , 586
Km= 0,309 + ......................................................................................... (3.24)
t  11 , 767

dengan pengertian :
m adalah intensitas hujan untuk waktu curah hujan t menit (mm/jam)
60 adalah intensitas hujan untuk waktu curah hujan 60 menit (mm/jam)
Km adalah variabel yang bergantung pada waktu curah hujan
t adalah waktu curah hujan (menit) ;

3.6.3 Intensitas hujan, frekuensi dan waktu curah hujan


Lengkung hubungan antara frekuensi, intensitas hujan dan waktu curah hujan digunakan untuk
mendapatkan besar intensitas curah hujan sesuai dengan waktu konsentrasi (lihat Gambar 5).

Lengkung Intensitas Hujan Frekuensi dan Waktu

500.00
2 th
Intensitas (mm)

400.00
5 th
300.00 10 th
200.00 25 th
50 th
100.00
100 th
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Waktu (menit)

Gambar 3.7 Lengkung intensitas hujan frekuensi dan waktu curah hujan

Metode perhitungan pendekatan yang lazim digunakan untuk mendapatkan hubungan antara
intensitas hujan, frekuensi, dan waktu curah hujan (lihat Gambar 5) adalah metode empiris dari
Bell dan analisis frekuensi dari E.J. Gumbel, dijelaskan sebagai berikut :

1) Metode Bell digunakan untuk menentukan tingkat curah hujan dengan berbagai waktu
curah hujan dari 5 sampai 120 menit, dan kala ulang dari 2 sampai 100 tahun, apabila
diketahui besar curah hujan dengan waktu curah hujan 60 menit dan kala ulang 10
tahun, dapat digunakan persamaan berikut :

PT
t
= ( 0.21 ln T + 0.52 ) (0.54 t0.25 – 0.50 ) P1060 ..................................................... (3.25)

dengan pengertian :
P adalah curah hujan (mm)
T adalah kala ulang (tahun)
t adalah waktu curah hujan (menit)
ln T adalah logaritma naturalis dari kala ulang T (tahun)

Metode Gumbel dapat digunakan untuk analisis statistik curah hujan maupun debit.

I-9
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

IV. Contoh Perhitungan


4.1 Contoh Analisis Rata-Rata Curah Hujan

Data curah Hujan di Pos 1 : 84 mm


Pos 2 : 78 mm
Pos 3 : 56 mm
Pos 4 : 39 mm

Tentukan Rata-rata curah hujan dengan berbagai metoda

Metoda Arithmatik

Curah Hujan Rata-rata : P1 + P2 + P3 + P4 = 84 + 78 + 56 + 39 = 64.25 mm


4 4

Metoda Thiessen

Hujan Rata-rata : A1P1 + A2P2 + A3P3 + A4P4 = 84x0.20A + 78x0.32A + 56x0.25A + 39x0.23A = 64.73 mm
A1+A2+A3+A4 A

Metoda Isohyet

84
80

78
39

70
56

40
50
60

Rata2 = 0.10* A (30+40) + 0.15* A(40+50) +0.15*A(50+60)+0.15*A(60+70)+0.2*A(70+80)+0.25*A(80+90)


2A
Hujan Rata2 = 7A + 13.5A + 16.5A + 19.5A + 30A + 42.5A = 64.5 mm
2A

I-10
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

4.2 Contoh Perhitungan / Analisis Hujan Rencana

No H u ja n M a k s im u m
x x2 x3
1 288 82944 23887872
2 106 11236 1191016
3 192 36864 7077888
4 309 95481 29503629
5 237 56169 13312053
6 182 33124 6028568
7 217 47089 10218313
8 171 29241 5000211
9 436 190096 82881856
10 135 18225 2460375
11 199 39601 7880599
12 166 27556 4574296
13 218 47524 10360232
14 168 28224 4741632
15 177 31329 5545233
16 157 24649 3869893
17 196 38416 7529536
J u m la h 3554 837768 226063202
R a ta - R a ta 2 0 9 .1 4 9 2 8 0 .5 1 3 2 9 7 8 3 5 .4
m 1 m 2 m 3
2
S .D e v ia s i 7 4 .7 S q r t ( m 2 - m 1 )
3 3
Skew ness 1 .6 0 ( m 3 - 3 m 1 m 2 + 2 m 1 ) /( S .D e v )

Pilih Pearson Distribusi

Skewnwss = 2 / sqrt (b)

1.6^2 = 4/b ---------- b = 1.56

(S.DEV) 2 = a2 b ........a2 = (74.7)2 / 1.56 ---------- a = 59.8

Rata-rata = ab + c --------- 209.1 = 59.8*1.56 + c ........... c = 115.8

Perioda ulang (T) = 100 tahun -------- P = 1/100 = 0.01 dan NP = 1-0.01 = 0.99

Tabel Std Gamma Didapatkan harga w = 5.744

Hujan Rencana dengan Perioda Ulang 100 tahun = aw + c = 59.8*5.744 + 115.8 = 459.3 mm

I-11
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

4.3 Contoh Analisis Distribusi Curah Hujan

Jam Tahun (mm)


1998 2003 2008
23 12 5
Maret Januari Desember
1 20 35 50
2 130 100 80
3 200 170 90
4 110 80 130
5 50 60 120
6 30 50 50
7 10 30 10

Jam Kumulatif
1998 2003 2008 Average Kumulatif Distribusi
23 12 5 Hujan
Maret Januari Desember (mm) (%) (mm)
1 20 35 50 35 6.5 7
2 150 135 130 138 25.9 19
3 350 305 220 292 54.5 29
4 460 385 350 398 74.5 20
5 510 445 470 475 88.8 14
6 540 495 520 518 96.9 8
7 550 525 530 535 100.0 3

Kumulatif Hujan Jam-jaman

600
Total Kumulatif Hujan (mm)

500
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7
Dur as i (jam )

Distribusi Hujan (mm)

35
30
25
Hujan (mm)

20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7
W a ktu (ja m)

4.4 Contoh Perhitungan Intensitas Curah Hujan


I-12
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Tabel Data Hujan

TAHUN 6 mnt 12 mnt 18 mnt 30 mnt 60 mnt dst.


1955 79 159 178 213 288
1956 52 77 91 98 106
1957 53 85 99 139 192
1958 59 118 145 172 309
1959 35 57 72 118 237
1960 56 92 114 163 182
1961 62 114 131 186 217
1962 79 118 123 144 171
1963 64 112 131 218 436
1964 68 107 124 134 135
1965 52 80 120 177 199
1966 53 72 110 155 166
1967 65 114 143 180 218
1968 64 112 134 161 168
1969 39 61 75 101 177
1970 53 80 97 135 157
1971 69 106 132 137 196
dst.
Ket : dalam satuan mm

Gambar Grafik Hasil Distribusi untuk Durasi 6 Menit

I-13
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Perhitungan Analisis Kekerapan dengan cara Log Pearson Tipe III

Kala
12 18 30 60 120 180 360 720 1440 2880 4320
Ulang 6 mnt
mnt mnt mnt mnt mnt mnt mnt mnt mnt mnt mnt
(tahun)

2 59.99 94.21 116.76 147.59 188.44 234.23 272.24 345.51 412.13 485.33 550.28 610.45
5 80.52 128.43 155.84 200.57 267.85 339.36 396.64 499.96 602.09 679.59 743.74 825.83
10 94.10 150.64 180.50 235.56 322.60 420.57 491.64 609.13 746.20 816.41 876.50 971.31
25 111.29 178.19 210.44 279.69 393.93 537.33 626.82 754.27 950.02 998.31 1049.57 1158.39
50 124.12 198.39 231.96 312.53 448.55 635.27 739.08 867.43 1118.34 1140.33 1182.46 1300.22
100 136.99 218.34 252.91 345.39 504.39 743.20 861.76 984.78 1301.38 1287.94 1318.81 1444.26
Ket : dalam satuan mm

Hasil Perhitungan Analisis Frekuensi dengan cara Log Pearson Tipe III yang telah dirubah menjadi

Intensitas Hujan (mm/jam)

Kala
Ulang 6 mnt 12 mnt 18 mnt 30 mnt 60 mnt 120 mnt 180 mnt 360 mnt 720 mnt 1440 mnt 2880 mnt 4320 mnt
(tahun)

2 599.90 471.05 389.20 295.18 188.44 117.12 90.75 57.59 34.34 20.22 11.46 8.48
5 805.20 642.15 519.47 401.14 267.85 169.68 132.21 83.33 50.17 28.32 15.49 11.47
10 941.00 753.20 601.67 471.12 322.60 210.29 163.88 101.52 62.18 34.02 18.26 13.49
25 1112.90 890.95 701.47 559.38 393.93 268.67 208.94 125.71 79.17 41.60 21.87 16.09
50 1241.20 991.95 773.20 625.06 448.55 317.64 246.36 144.57 93.20 47.51 24.63 18.06
100 1369.90 1091.70 843.03 690.78 504.39 371.60 287.25 164.13 108.45 53.66 27.48 20.06

Perhitungan 3 Jenis Rumus Intensitas Hujan untuk Kala Ulang 2 Tahun

2 2 log t . (log 1/2 1/2 2 1/2


No t I I.t I I .t log t log I t I.t I .t
log I t)2

1 6 599.90 3599.40 359880.01 2159280.06 0.78 2.78 2.16 0.61 2.45 1469.45 881522.39

2 12 471.05 5652.60 221888.10 2662657.23 1.08 2.67 2.88 1.16 3.46 1631.77 768642.93

3 18 389.20 7005.60 151476.64 2726579.52 1.26 2.59 3.25 1.58 4.24 1651.24 642660.96

4 30 295.18 8855.40 87131.23 2613936.97 1.48 2.47 3.65 2.18 5.48 1616.77 477237.41

5 60 188.44 11306.40 35509.63 2130578.02 1.78 2.28 4.05 3.16 7.75 1459.65 275056.44

6 120 117.12 14053.80 13715.92 1645910.79 2.08 2.07 4.30 4.32 10.95 1282.93 150250.41

7 180 90.75 16334.40 8234.96 1482292.35 2.26 1.96 4.42 5.09 13.42 1217.49 110483.55

8 360 57.59 20730.60 3316.03 1193771.60 2.56 1.76 4.50 6.53 18.97 1092.60 62917.29

9 720 34.34 24727.80 1179.52 849255.68 2.86 1.54 4.39 8.16 26.83 921.55 31649.89

10 1440 20.22 29119.80 408.93 588863.02 3.16 1.31 4.12 9.98 37.95 767.37 15517.90

11 2880 11.46 33016.80 131.43 378510.10 3.46 1.06 3.66 11.97 53.67 615.23 7053.12

12 4320 8.48 36627.00 71.88 310541.00 3.64 0.93 3.37 13.22 65.73 557.26 4724.73

SUM 2283.73 211029.60 882944.30 18742176.34 26.37 23.40 44.76 67.96 250.90 14283.31 3427717.03

Perhitungan intensitas dengan metode Talbot

  I .t . ( I )     I .t .  I 
2 2

a 
N .  I     I  .  I  
2

211029 , 60 . 882944 , 30  18742176 , 34 . 2283 , 73


a 
12 . 882944 , 30  2283 , 73 . 2283 , 73

I-14
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

a  26677 , 9

  I .t .  ( I )     I .t . N 2

b 
N .  I     I  .  I  
2

211029 , 60 . 2283 , 73  18742176 , 34 . 12


b 
12 . 882944 , 30  2283 , 73 . 2283 , 73

b  47 , 78

a
I2 
t  b

26677 , 9
I2 
t  47 , 78

Perhitungan intensitas dengan metode Sherman

  log I . (log t )     log t . log I .  log t 


2

log a 

N .   log t 
2
    log t .  log t 
23 , 40 . 67 , 96  44 , 76 . 26 , 37
log a 
12 . 67 , 96  26 , 37 . 26 , 37

log a  3 , 41

a  2588 ,12

  log I .     log t . log I . N


(log t ) 
n 

N .   log t      log t  .  log t 
2

23 , 40 . 26 , 37  44 , 76 . 12
n 
12 . 67 , 96  26 , 37 . 26 , 37

n  0 , 67

a
I2  n
t

2588 ,12
I2  0 , 67
t

I-15
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Perhitungan intensitas dengan metode Ishiguro

 I t . ( I )    I2 2
. t .    I 
a 
N.   I   
2
 I .  I 

14283 , 31 . 882944 , 30  3427717 , 03 . 2283 , 73


a 
12 . 882944 , 30  2283 , 73 . 2283 , 73

a  889 ,12

 I t . ( I )    I 2
. t .N
b 
N.   I   
2
 I .  I 

14283 , 31 . 2283 , 73  3427717 , 03 . 12


b 
12 . 882944 , 30  2283 , 73 . 2283 , 73

b   1 , 58

a
I2 
t  b

889 ,12
I2 
t  (  1, 58 )

Perbandingan Kecocokan Rumus-Rumus Intensitas

No T (mnt) I Talbot Deviasi Sherman Deviasi Ishiguro Deviasi


1 6 599.90 496.10 -103.80 785.22 185.32 1025.46 425.56
2 12 471.05 446.30 -24.75 495.00 23.95 472.52 1.47
3 18 389.20 405.59 16.39 377.91 -11.29 334.23 -54.97
4 30 295.18 343.01 47.83 268.97 -26.21 228.28 -66.90
5 60 188.44 247.53 59.09 169.56 -18.88 144.26 -44.18
6 120 117.12 159.01 41.89 106.89 -10.22 94.87 -22.25
7 180 90.75 117.12 26.38 81.61 -9.14 75.13 -15.61
8 360 57.59 65.42 7.84 51.44 -6.14 51.12 -6.46
9 720 34.34 34.75 0.40 32.43 -1.91 35.21 0.87
10 1440 20.22 17.93 -2.29 20.44 0.22 24.45 4.23
11 2880 11.46 9.11 -2.35 12.89 1.42 17.07 5.61
12 4320 8.48 6.11 -2.37 9.84 1.36 13.86 5.38
Jumlah deviasi 64.27 128.49 232.75
Deviasi rata-rata 5.36 10.71 19.40
Ket : dalam satuan mm/jam

I-16
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

Perhitungan Besar IDF

Talbot 6 12 18 30 60 120 180 360 720 1440 2880 4320


2 tahun 496.10 446.30 405.59 343.01 247.53 159.01 117.12 65.42 34.75 17.93 9.11 6.11
5 tahun 667.57 603.59 550.80 468.79 341.64 221.49 163.86 92.03 49.03 25.35 12.89 8.65
10 tahun 779.11 707.00 647.11 553.36 406.23 265.20 196.86 111.03 59.31 30.70 15.63 10.48
25 tahun 918.77 837.50 769.44 661.86 490.44 323.09 240.89 136.62 73.22 37.98 19.35 12.98
50 tahun 1022.48 935.02 861.34 744.07 555.12 368.15 275.39 156.84 84.28 43.78 22.32 14.98
100 tahun 1126.53 1033.26 954.25 827.68 621.56 414.91 311.39 178.08 95.94 49.90 25.46 17.09
Ket : dalam satuan mm/jam

Intensity Duration Frequency

1200

1000
Intensity (mm/hour)

800

600

400

200

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
Duration (minute)

2 years 5 years 10 years 25 years 50 years 100 years

I-17
Modul Pelatihan Analisis Curah Hujan

DAFTAR PUSTAKA HUJAN


1) Dep. PU., 1986 : Perencanaan Jaringan Irigasi, Standar Perencanaan Irigasi KP 01 dan
KP 04, Penerbit CV galang Persada, Bandung.
2) Elizabeth M. Shaw, 1980 : Hydrology in Practice, Chapman and Hall, London.
3) Linsley, R. K.,M.A. Kohler,and J.L.H. Paulus 1982 : Hydrology for Engineers,
3d.Ed.Mc.Graw Hill, New York.
4) Mutreja. K.M, 1990 : Applied Hydrology, Tata Mc. Graw Hill, New Delhi.
5) Nemec, 1970 : Engineering Hydrology, Mc. Graw Hill, New York.
6) Rob. Van der Weert, 1994 : Hydrologycal Conditions in Indonesia, Delft Hydraulic,
Netherland.
7) Santosh, K.G., 1977 : Water Resources and Hidrology, Khana Pub. New Delhi.
8) Schults, E.F., 1973 : Problem Applied Hydrology, Water Resources Publication,
9) Seyhan, E., 1977 : Fundamental of Hydrology, Free University, The Netherland.
10) Soewarno, 2000: Hidrologi Operasional, jilid I Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
11) Varshney, R.S., 1974 : Engineering Hydrology, Nem Chand & Bros, Roorke.
12) Victor Miguel Ponce, 1989 : Engineering Hydrology – Principles and Practices, Prentice
Hall, New Jersey.
13) Wilson, E.M., 1990 : Engineering Hydrology, The Macmillan Press. LTD.

I-18

Anda mungkin juga menyukai