Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

REKAYASA
HIDROLOGI
POKOK BAHASAN :
HUJAN KAWASAN DAN
ANALISIS FREKUENSI

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Teknik Sipil Teknik Sipil 11024EL DR. Ir. Rosmina Zuchri, MT
Perencanaan

Abstract Kompetensi
Memberikan gambaran umum tentang Mampu memahami dan menjelaskan
beberapa metode Hujan kawasan Tentang Hujan kawasan dengan
meliputi Aljabar, Thiessen dan Isohyet beberapa metode meliputi Aljabar,
Juga memahamai analisis frekuensi Thiessen dan Isohyet. Juga
menggunakan beberapa metode yaitu memahamai analisis frekuensi
Gumbel , log Normal dan Log Pearson menggunakan beberapa metode yaitu
Type III. yang digunakan dalam analisis Gumbel , log Normal dan Log Pearson
Hidrologi. Type III.
Pembahasan
KULIAH KE 6 (ENAM) TANGGAL 11 APRIL 2019 HARI KAMIS 19.30 – 22.00 WIB
KAMPUS D KRANGGAN GEDUNG BARU

MODUL 6 (ENAM) PENGOLAHAN HUJAN RATA-RATA KAWASAN /DAERAH


DAN ANALISIS FREKUENSI

REKAYASA HIDROLOGI

6. HUJAN KAWASAN DAN ANALISIS FREKUENSI

6.1. HUJAN KAWASAN

6.2. ANALISIS FREKUENSI

6.2.1. PENDAHULUAN

6.2.2. PRINSIP STATISTIK

6.2.3. SERI DATA HIDROLOGI

6.2.4. PERIODE ULANG

6.2.5. TINGKAT RESIKO

6.2.6. DISTRIBUSI PROBABILITAS KONTINYU

6.2.6.1. DISTRIBUSI NORMAL.

6.2.6.2. DISTRIBUSI LOG NORMAL.

6.2.6.3. DISTRIBUSI GUMBEL

6.2.6.4. DISTRIBUSI LOG PEARSON TYPE III.

6.2.7. PENGGAMBARAN PADA KERTAS PROBABILITAS

6.3. SOAL LATIHAN

2
3.6. PENENTUAN HUJAN KAWASAN

Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah
tersebut, yang dapat dilakukan dengan beberapa metode meliputi :

 Metode Rerata Aritmatik (aljabar).

 Metode Poligon Thiessen.

 Metode Isohyet.

Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalam hujan di titik di mana stasiun hujan
berada, sehingga hujan pada suatu luasan harus diperkirakan dari titik pengukuran tersebut.
Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun pengukuran yang ditempatkan
secara terpencar, hujan yang tercata di masing-masing stasiun dapat tidak sama.

1. Metode Rerata Aljabar.

2. Metode Thiessen.

Metode ini memperhitungkan bobot masing-masing stasiun yang mewakili luasan di


sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap hujan adalah sama denagn yang
terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun
mewakili luasan tersebut.

Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau merata.
Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari
setiap stasiun.

Pembentukan Poligon Thiessen adalah sebagai berikut :

a.

b.

c.

d.

e.

f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagai dengan luas daerah yang
ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut, yang dalam persamaan yaitu :

3
A1P1  A2 P2  A3P3  ................  AnPn
P
A1  A2  A3  ........ An

Dimana :

P Hujan rerata kawasan

P1,P2,P3,Pn = hujan pada stasiun 1,2,3 dan.n

A1, A2, A3,.An = luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,3.dan n.

Metode poligon Thiessen banyak digunakan untuk menghitung hujan rerata kawasan.
Poligon Thiessen adalah tetap untuk suatu jaringan stasiun tertentu. Apabila terdapat
perubahan jaringan stasiun hujan, seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka
harus dibuat lagi poligon yang baru.

B C

Sumber : Halaman 33. Hidrologi Terapan, Bambang Triatmodjo.

Gambar 3.1. Contoh Stasiun Hujan di Suatu DAS

4
Soal.

Diketahui DAS dan stasiun Hujan disajikan pada Gambar 3.1. Luas DAS 1000 km2.
Kedalaman Hujan A = 100 mm, B = 80 mm, C = 40 mm, dan D = 60 mm.

B C

Gambar 3.2.a. Stasiun Hujan Metode Thiessen

Ditanya : Hitung Hujan Rerata dengan menggunakan Metode Thiessen.

Penyelesaian :

Pembentukan Poligon Thiessen adalah sebagai berikut :

a.

b.

c.

d.

e.

5
f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagai dengan luas daerah yang
ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut, yang dalam persamaan yaitu :

A1P1  A2 P2  A3P3  A4 P4
P
A1  A2  A3  . A4

Dimana :

P Hujan rerata kawasan

P1,P2,P3,P4 = hujan pada stasiun 1,2,3 dan 4

A1, A2, A3,.A4 = luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,3.dan 4.

Perhitungan Luas area menggunakan program Autocad.

A1P1  A2 P2  A3P3  A4 P4
P
A1  A2  A3  . A4

A=100
mm

B=80 C=40

D=60

Gambar 3.2b. Metode Thiessen

6
Tabel 3.3a. Perhitungan Hujan Rerata Metode Thiessen.

Stasiun Hujan (mm) Luas Poligon (km2) Hujan x Luas


(1) (2) (3) (4) = (2)*(3)
A 100 190
B 80 240
C 40 344
D 60 226
Jumlah 1000

Tabel 3.3b. Perhitungan Hujan Rerata Metode Thiessen.

Hujan Luas Poligon


Stasiun Hujan x Luas
(mm) (km2)
-1 -2 -3 (4) = (2)*(3)
A 100 190 19000
B 80 240 19200
C 40 344 13760
D 60 226 13560
Jumlah 1000 65520
A1P1  A2 P2  A3P3  A4 P4
P
A1  A2  A3  . A4

65520
P  65,52
1000

Tentu Hujan rerata adalah 65,52 mm.

3. Metode Isohyet.

Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rerata di
suatu daerah, tetapi cara ini membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibandingkan dau metode sebelumnya ( Rerata Aljabar dan Thiessen).

Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik dengan kedalaman hujan yang sama. Pada
metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua garis isohyet
adalah rerata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis isohyet tersebut.

7
Pembuatan garis Isohyet dilakukan dengan prosedur ini.

a.

b.

c.

d. Diukur luas daerah (menggunakan program Autocad) yang berurutan dan kemudian
dikalikan dengan nilai rerata dari nilai kedua garis isohyet.

e. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis Isohyet dibagi dengan luas
daerah yang ditinjau menghasilkan kedalaman hujan rerata tersebut.

Rumus Kedalaman hujan Rerata :

I1  I 2 I 2  I3 I3  I 4 I 4  I5 In  In  1
A1  A2  A3  A4  An
P 2 2 2 2 2
A1  A2  A3  . A4  ............ An

Soal.

Diketahui DAS dan stasiun Hujan disajikan pada Gambar 3.2. Luas DAS 1000 km2.
Kedalaman Hujan A = 100 mm, B = 80 mm, C = 40 mm, dan D = 60 mm.

Hitung Hujan rerata menggunakan Metode Isohyet.

8
A

B C

Gambar 3.3a. Metode Isohyet

Penyelesaian :

Pembuatan garis Isohyet dilakukan dengan prosedur ini.

a.

b.

c.

d. Diukur luas daerah (menggunakan program Autocad) yang berurutan dan kemudian
dikalikan dengan nilai rerata dari nilai kedua garis isohyet.

e. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis Isohyet dibagi dengan luas
daerah yang ditinjau menghasilkan kedalaman hujan rerata tersebut.

Rumus Kedalaman hujan Rerata :

I1  I 2 I 2  I3 I3  I 4 I 4  I5 In  In  1
A1  A2  A3  A4  An
P 2 2 2 2 2
A1  A2  A3  . A4  ............ An

9
Dibuat garis-garis Isohyet seperti Gambar 3.2.b. dan Gambar 3.2.c. Selanjutnya dihitung
luasan daerah diantara dua garis Isohyet tersebut. Hitungan disajikan pada Tabel 3.4.

A=100
90

80
90 70
60
70 60 50 50

B=80 C=40

70
50

D=60

Gambar 3.3b. Metode Isohyet

A=100
90

80
90 70
60
70 60 50 50

B=80 C=40

70
50

D=60

Gambar 3.3c. Metode Isohyet

10
Tabel 3.4a. Hitungan Hujan rerata dengan menggunakan Metode Isohyet.

Luasan Rerata
Antara dari
Hujan x
Daerah Isohyet Dua Dua
Luasan
Isohyet Isohyet
(km2) (km2)
1 2 3 4 (5)=(3)*(4)
30
I 24 35
40
II 100 45
50
III 190 55
60
IV 222 65
70
V 280 75
80
VI 140 85
90
JUMLAH

Tabel 3.4b. Hitungan Hujan rerata dengan menggunakan Metode Isohyet.

Luasan Rerata
Antara dari
Hujan x
Daerah Isohyet Dua Dua
Luasan
Isohyet Isohyet
(km2) (km2)
1 2 3 4 (5)=(3)*(4)
30
I 24 35 840
40
II 100 45 4500
50
III 190 55 10450
60
IV 222 65 14430
70

11
V 280 75 21000
80
VI 140 85 11900
90
JUMLAH 63120

I1  I 2 I 2  I3 I3  I 4 I 4  I5 In  In  1
A1  A2  A3  A4  An
P 2 2 2 2 2
A1  A2  A3  . A4  ............ An

63120
P  63,12
1000

Tentu Hujan rerata adalah 63,12 mm.

3.7. PERBAIKAN DATA

Di dalam pengukuran hujan sering dialami dua masalah.

Masalah pertama adalah :

 Tidak tercatatnya data hujan karena alat rusak .

 Data tidak dicatat oleh pengamat hujan.

Sehingga data yang hilang ini ( masalah pertama ini) dapat diisi dengan nilai perkiraan.

Masalah Kedua adalah :

Karena adanya perubahan kondisi di lokasi pencatatan selama periode pencatatan, seperti
pemindahan atau perbaikan stasiun, perubahan prosedur pengukuran atau karena penyebab
lain.

Kedua masalah ( pertama dan Kedua) perlu diselesaikan dengan melakukan koreksi
berdasarkan data dari beberapa stasiun di sekitarnya.

12
3.7.1. Pengisian Data yang hilang.

a. Metode Perbandingan Normal (Normal Ratio Method)

b. Reciprocal Method.

3.7.2. Pemeriksaan konsistensi Data.

Contoh Soal.

Tabel disajikan pada Soal berikut. Pencatatan hujan di lima stasiun. Selidiki lah
konsistensi data hujan di Stasiun A. Jika pencatan tersebut tidak konsisten, koreksi
data di stasiun A.

3.8. SOAL LATIHAN

Soal 1. Hujan Rerata tahunan di ketiga stasiun yaitu, 3200, 4200 dan 2200 mm. Ke tiga
stasiun itu ada di Dalam DAS.

Ditanya : Tentukan jumlah optimum stasiun hujan di DAS tersebut, jika 12 % adalah
kesalahan yang diijinkan.

Soal 2. Hal 44, Hidrologi Terapan, Bambang Triatmodjo.

Soal 3. Hal 45, Hidrologi Terapan, Bambang Triatmodjo.

Soal 4. Suatu DAS Luas 200 km2 dilengkapi dengan 13 alat pengukur hujan disajikan pada
Gambar. Setelah kejadian hujan, jumlah hujan yang terakumulasi dalam masing-
masing alat penakar hujan .

Stasiun A B C D E F G H I Y K L M

Hujan 50 56 60 61 66 70 64 62 58 54 60 64 66
(mm)

Ditanya : Hitung hujan rerata menggunakan metode. Rerata Aljabar, Poligon Thiessen dan
Metode Isohyet.

13
Soal 5. Diketahui DAS dan stasiun Hujan disajikan pada Gambar 3.2. Luas DAS 5000 km2.
Kedalaman Hujan A = 150 mm, B = 120 mm, C = 60 mm, dan D = 90 mm.

A=150

D=90 B=120

C=60

Hitung : Hujan rerata menggunakan Metode Rerata Aljabar, Thiessen dan Metode Isohyet

Soal 6.

Pencatatan hujan di lima stasiun. Selidiki lah konsistensi data hujan di Stasiun A. Jika
pencatatan tersebut tidak konsisten. Hujan Tahunan tersebut disajikan pada Tabel 3.5.

Ditanya : koreksi data di stasiun A.

Tabel 3.5. Hujan Tahunan.

14
No. Tahun Hujan Tahunan (mm)
A B C D E
1 1995 1314 1495 1228 1828 1590
2 1996 1123 1235 1640 1541 1583
3 1997 1341 1680 1618 1931 1681
4 1998 1183 1597 1300 1386 1656
5 1999 950 1453 1469 1805 1262
6 2000 2336 1465 2494 2131 2222
7 2001 1850 1545 1914 1603 1925
8 2002 1214 1076 1310 1183 1594
9 2003 1871 1298 1445 1667 1816
10 2004 1523 1663 1229 1925 1796
11 2005 1713 1253 1416 1579 1306
12 2006 1517 1766 1567 1765 1835
13 2007 2027 2025 1731 1558 1842
14 2008 1874 1644 1994 1663 1991
15 2009 2021 1561 1915 1987 1891
16 2010 1375 1378 1286 1277 1483

15
FORUM MODUL 6 (ENAM)

JELASKAN BESERTA GAMBAR TENTANG :

6.1. PENENTUAN HUJAN KAWASAN

QUIZZ MODUL 6 (ENAM)

1. Jelaskan pengertian pengaruh daerah hasil pencatatan alat ukur Hujan dan apa yang
dimaksud dengan pencatatan tinggi hujan rata-rata daerah.

2. Sebutkan cara-cara perhitungan untuk mendapatkan tinggi hjan rata-rata daerah yang
mempunyai beberapa stasiun hujan dan apa keuntungan dan kerugiannya.

3. Bila diketahui data tinggi hujan pada alat ukur hujan yang terpasang pada pusat hujan
adalah sebesar 220 mm. Hitung besaran tinggi hujan pada jarak 1000 m dari pusat
hujan menurut Teori dari Melchior.

4. Diketahui data hujan dari stasiun-stasiun adalah :

No. Stasiun Hujan mm/jam Luas

1 A 24 12 %
2 B 24 8%
3 C 30 5%
4 D 12 15 %
5 E 15 6%
6 F 12 9%
7 G 9 12 %

8 H 42 13 %
24
9 I 12 %

10 M 21 8%
Total =100 %

16
Ditanya : Hitung tinggi hujan rata-rata menurut : Aritmatic Mean (Rata-rata Aljabar), cara
Segi tiga, cara Thiessen dan cara Isohyet, masing-masing luas merupakan bobot
sesuai dengan pembagian menurut cara-cara tersebut dan mempunyai total luas
sebesar 6000 ha.

5. Jelaskan pengertian dan kegunaan dari perhitungan tinggi hujan rata-rata daerah
tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Bambang Triatmodjo. Hidrologi Terapan. Beta Ofset. 2008.


2. Ir. Hadi Susilo, MM. Modul Rekayasa Hidrologi. Fakultas Teknik Sipil, Universitas
Mercu Buana.
3. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Rekayasa Hidrologi. Fakultas Teknik Sipil,
Universitas Mercu Buana.
4. Linsley Kohler Paulhus. Applied Hydrology. Tata McGraw-Hill Publishing Company
Limited. 1975.
5. Sri Harto Br. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1993.
6. E.M. Wilson. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung.1993.
7. Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M.Eng. dan Ir. Sugiyanto, M.Eng. Banjir; Beberapa
Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka
Pelajar.Yogyakarta. 2002.
8. Dr. Ir. Suripin, M.Eng. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi.
Yogyakarta. 2004.
9. Kriteria Perencanaan (KP) 01-07. Standart Perencanaan Irigasi. Direktorat Jenderal
Pengairan. Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air. PT. Mediatama Saptakarya. 2204.
11. www.rainfall.satelite.
12. www.google.com Materi Kuliah Rekayasa Hidrologi.

18

Anda mungkin juga menyukai