Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-ratadi seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut
curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm.
Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah
hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di
beberapa titik adalah sebagai berikut.
(l) Cara rata-rata aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam dan di
sekitar daerah yang bersangkutan.
fr:l(n,
n
*R,*.... +R")... ...(3.1)
di mana:
E: curah hujan daerah (mm)
r:jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan
Rr, Rr,.... R,: curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat
dengan cara lain, jika titik pengamatan itu banyak dan tersebar merata di seluruh daerah
itu. Keuntungan cara ini ialah bahwa cara ini adalah obyektif yang berbeda dengan
umpama cara isohiet, di mana faktor subyektif turut menentukan.
(2) Cara Thiessen
Jika titik-titik pengamatafi di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara
perhitungan curah hujan rata-rata itu dilakukan dengan mgmperhitungkan daerah
pengaruh tiap titik pengamatan.
Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
R- AtRl+A2R2+....+A,R,
Ar*A2....+A,
AtRt+A2R2+....+A,R,
: WrR, * lTrRz + .... + W3" ......(3.2)
di mana:
E: curah hujan daerah
X,, Rr, .... R": curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalahjumlah
titik-titik pengamatan.
Ar, Ar, .... Ani bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan.
28 Bab 3. Curah Hujan
,... At A2 Ao
Wr, Wr, L7":
7' Z" "Z
Bagian-bagian dderah Ar, Ar, . . . . Anditentukan dengan cara seperti berikut:
O Cantumkan titik-titik pengamatan di dalam dan di sekitar daerah itu pada peta
topografi skala 1: 50.000, kemudian hubungkan tiap titik yang berdekatan
dengan sebuah garis lurus (dengan demikian akan terlukis jaringan segi tiga
yang menutupi seluruh daerah).
@ Daerah yang bersangkutan itu dibagi dalam poligon-poligon yang didapat
dengan menggambar garis bagi tegak lurus pada tiap sisi segitiga tersebut di
atas. Curah hujan dalam tiap poligon itu dianggap diwakili oleh curah hujan
dari titik pengamatan dalam tiap poligon itu (lihat Gbr. 3-l). Luas tiap poligon
itu diukur dengan planimeter atau dengan cara lain.
Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara aljabar rata-rata.
Akan tetapi, penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi
ketelitian hasil yang didapat. Kerugian yang lain ialah umpamanya untuk penentuan
kembali jaringan segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik
pengamatan.
156
Gbr.3-3 PembagiandaerahdengancaraThiessen. Gbr.3-4 Caragarisisohiet.
Pembagian daerah.
At(kmz) 13,4 22,5 24,6 30,6 20,8 tg,6 18,0 8,5 15,0 5,4 178,4
Bobot llt, 0,07 0,13 0,14 0,17 0,12 0,ll 0,10 0,05 0,08 0,03 1,00
Curah hujan harian R;
(mm) 156 1& 174 168 r78 t97 185 180 188 212
ll/,R, 10,9 21,3 24,4 29,6 21,4 27,7 18,5 9,0 15,0 6,4 177,2
Menurut cara rata-rata aljabar, curah hujan daerah didapat : 180,2 mm (secara
kebetulan cukup baik). Jika banyak titik-titik pengamatan yang dipasang dan tersebar
merata seperti contoh ini, maka cara rata-rata aljabar memberikan juga hasil yang baik.
(3) Cara garis isohiet
Peta isohiet digambar pada peta topografi dengan perbedaan (interval) 10 sampai
20 mm berdasarkan data curah hujan pada trtrk-titik pengamatan di dalam dan di
sekitar daerah yang dimaksud. Luas bagian daerah altara dua garis rsohiet yang ber:
dekatan diukur dengan planimeter. Demikian pula harga rata-rata dari garis-garis
isohiet yang berdekatan yang termasuk bagian-bagian daerah itu dapat dihitung. Curah
hujan daerah itu dapat dihitung menurut persamaan sebagai berikut (lihat Gbr. 3-4).
(3.3)
di mana:
.R-: curah hujan daerah
Ar, Ar, .... A,t luas bagian-bagian antara garis-garis isohiet.
Rr, Rr, .. .. X,l curah hujan rata-rata pada bagian-bagian A1, A2, .... Ao.
Cara ini adalah cara rasionil yang terbaik jika garis-garis isohiet dapat digambar
dengan teliti. Akan tetapi jika titik-titik pengamatan itu banyak dan variasi curah hujan
di daerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohiet ini akan terdapat
kesalahan pribadi (individual error) sipembuat peta.
Jika tiap pengamatan mencakup beberapa ratus km2 maka penggunaan peta
topografi skala l/20.000 sampai U500.000 adalah kira-kira cukup.
Peta itu harus mencantumkan antara lain sungai-sungai utamanya dan garis-garis
kontur yang cukup. Pada pembuatan peta isohiet, maka topografi, arah angin dan lain-
lain di daerah bersangkutan harus turut dipertimbangkan. Jadi untuk membuat peta
r
30 Bab 3. Curah Hujan
^l
E
51
d
A
ad
Gbr. 3-5 cara dalam_elevasi.
U Angka-angka dari garis lurus menun-
jukkan daerah-daerah yang bersang
kutan pada peta terlampir.
8I0121416t820
Tingkatan (torm)
3.1 Distribusi curah hujan 3l
di mana:
.[: Curah hujan daerah yang bersangkutan
Ar, Ar, . , . . A,: luas bagian-bagian di setiap ketinggian.
Rr, Rr,.. .. R,t curah hujan tata-rata Ar, .... A,.
pada bagian-bagian Ar,
cara ini adalah cocok untuk menentukan curah hujan jangka waktu yang panjang
seperti curah hujan bulanan, curah hujan tahunan dan sebagainya.
Kadang-kadang oleh keadaan pegunungan dan arah angin, hubungan antara dalam-
nya curah hujan dan elevasi itu berbeda-beda dari daerah yang satu ke daerah yang
berikut. Jika terdapat keadaan ini, maka daerah itu harus dibagi dalam bagian-bagian
daerah yang kecil, sehingga hubungan antara dalamnya curah hujan dan elevasi itu
kira-kira dapat diterapkan. curah hujan pada tiap-tiap bagian daerah yang kecil ini
kemudian dihitung lalu dirata-ratakan.
(6) Cara elevasi daerah rata-rata (Mean areal elevation method)
Cara ini dapat digunakan jika hubungan antara curah hujan dan elevasi daerah
bersangkutan dapat dinyatakan dengan sebuah persamaan linier. Curah hujan R, pada
elevasi h, di daerah itu kira-kira dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Rt: a + b'h,.
dimana a dan b adalah tetapan-tetapan.
Jika elevasi rata-rata antara garis-garis kontur yang berdekatan (selang 100 m atau
200 m) adalah h, dan luasnya A,, maka elevasi rata-rata daerah itu adalah sebagai
berikut:
t -E A,h,
n,:
TT ....(3.5)
Curah hujan daerah.R-:
--- El,&
R: - U, A,(a + bh,)
TZ;----84-
bAth)
bA,h,)
-Z@,L*
ZA,
:a-rbiq:s+bh... .....(3.6)
Jadi jika a, b dan i didapat, maka fr dapat dihitung. cara ini adalah cocok untuk
perhitungan curah hujan jangka waktu yang panjang dan cara dalam-elevasi curah
hujan yang dikemukakan pada (5).
Hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah
hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang
ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam setahun), curah hujan
bulanan (jumlah curah hujan sebulan), curah hujan harian (jumlah curah hujan 24 jam),
curah hujan perjam. Harga-harga yang diperoleh ini dapat digunakan untukmenentukan
prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang
dimaksud.
Di bawah ini akan dikemukakan perhitungan debit banjir sungai dengan daerah
pengaliran yang kecil, yakni cara pemikiran dan cara perhitungan curahhujan jangka
waktu yang pendek untuk penentuan volume debit konstruksi-kostruksi sepeiti gorong-
gorong, saluran samping dan lain-lain.
(l) Intensitas curah hujan
r
Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut
intensitas curah hujan (mm/jam). Intensitas curah hujan rata-rata dalam r jam (/,)
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
,t &
r.: ..(3.2)
e r:h ..(3.s)
Rumus dikemukakan oleh Prof. Talbot dalam tahun 1881 dan disebut jenis
ini
Talbot. Rumui ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dimana tetapan-tetapan
a danb ditentukan dengan harga-harga yang diukur.
@r* -.(3.e)
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut jenis
Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya
lebih dari 2 jam.
v I: Jti4 *b:
at ....(3.10)
@ ,:*(4)^ (3.1 r)
Rumus inidisebut rumus Mononobe dan merupakan sebuah variasi dari rumus
(3.9). Rumus (3.8) sampai (3.10) adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah
hujan jangka pendek. Rumus (3.11) digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan
setiap waktu berdasarkan data curah hujan harian.
Dalam @ sampai @:
1: intensitas curah hujan (mm/jam)
l:lamanya curah hujan (menit), atau untuk @ dalam (jam).
a,b,n,m: tetaqan
Rro: curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
Kurva frekwensi intensitas-lamanya (frekwensi I-t) adalah diagram persamaan-
persamaan tersebut di atas dengan t sebagai absis dan l sebagai ordinat. Kurva ini di-
gunakan untuk perhitungan limpasan (run-off) dehgan rumus rasional dan untuk
perhitungan debit puncak dengan menggunakan intensitas curah hujan yang sebanding
dengan waktu pengaliran curah hujan dari titik paling atas ke titik yang ditinjau di bagian
hilir daerah pengaliran itu (waktu tiba: arrival time).Kurva itu menunjukkan besar-
nya kemungkinan terjadinya intensitas curah hujan yang berlaku untuk lamanya curah
hujan sembarangan. (lihat contoh pada Gbr. 3-7). Pada Gbt. 3-7 dapat dilihat bahwa
rumus-rumus intensitas curah hujan mempunyai tetapan-tetapan yang berbeda, yang
berhubungan dengan frekwensi kejadiannya. Jadi untuk perhitungan limpasan (hujan)
diperlukan rumus intensitas curah hujan tersendiri sesuai dengan kemungkinan tahun
kejadian yang diperhitungkan.
t
3.1 Distribusi curah hujan 33
0 10 20 30 40 50 60 70 80 901001t0 t20
Lamanya curah hujan , (menit)
Umpamanya, dalam Gbr. 3-7, jika diambil intensitas curah hujan yanglamanya20
menit dengan kemungkinan 20 tahun, maka harus digunakan kurva:
,
,:.............:-
426
Jt +0,33
Intensitas curah hujan I pada titik perpotongan dengan t:20 menit adalah /:
89 mm/jam.
(2) Cara perhitungan intensitas curah hujan
(a)Perhitungan dengan cqra kwadrat terkecil (least square): Cara ini adalah cara
untuk menentukan tetapan-tetapan a, b, dan n dalam rumus-rumus (3.8), (3.9)
dan (3.10) yang dikemukakan dalam (l) berdasarkan cara kwadrat terkecil
dengan menggunakan data curah hujan. Cara perhitungannya adalah sebagai
berikut:
e Pertama-tama diambil 8 jenis lamanya curah hujan r (menit), 5, 10,20,30,
40,60,80 dan 120 menit. Semua curah hujan yang bersangkutan dengan
ke delapan hal ini disusun bersama data curah hujan sebuah stasiun
pengamatan.
@ Harga-harga tersebut di atas digunakan dalam perhitungan kemungkinan
lebih (excess probability) dengan cara Iwai dan lain-lain yang dikemukakan
dalam 3.2.2. Kemudian diadakan perhitungan intensitas curah hujan 1
(mm/jam) yang bersangkutan dengan ke 8 harga I untuk setiap tahun
kemungkinan (probable year).
O Dengan menggunakan ke 8 harga t dalam setiap tahun kemungkinan itu,
maka diadakan perhitungan tetapan-tetapan dengan cara kwadrat
terkecil. Perhitungan tetapan-tetapan untuk setiap rumus intensitas curah
hujan adalah sebagai berikut:
34 Bab 3. Curah Hujan
[Jenis I]
a
,t_--
t+a
^ _lr,lv'l- v?lll)
u- NTIT4p1
u"_ul[I,]-NlI?l
- NllT=Tffi
penis III
I:#
t^n n _ flog 1][(log r)'z] -
toBu: flog r log 1][logl] l
penis IIII
r_ a
Jt +b
u_w
^_ltJTllr,l-u'zJ7lvl
..(3.14)
h_
u _lrlvJTl - v,JTl
__*?T=ltfil_
di mana [ ]: Jumlah angka-angka dalam tiap suku.
.l[: Banyaknya data.
Cara ini membutuhkan perhitungan dan pekerjaan yang banyak seperti
pembacaan dan penyusunan data curah hujan untuk setiap t padakertas-kertas
pencatat curah hujan otomatis sepanjang pengamatan yang lalu'
[Contoh perhitungan]
Data curah hujan untuk setiap lamanya curah hujan f menit disusun dengan
menggunakan data curah hujan tahun-tahun yang telah lalu dari sebuah
stasiun pengamatan. Kemudian diadakan perhitungan kemungkinan lebih
(perhitungan ini tidak dicantumkan di sini). Harga-harga dalam tabel di bawah
ini adalah harga-harga dengan kemungkinan l0 tahun' Dengan harga-harga
ini, maka dihitung harga-harga intensitas curah hujan sesuai dengan rumus
(-1.8), (3.9) dan (3.10). Dari hasil-hasil ini dapat ditentukan rumus mana yang
paling cocok.
Lamanya curah l0 N
huJan , (menlt)
5 20 30 t20
lntensitas
curah hujan 150,8 105,2 76,5 62,3 54,5 46,1 39,9 32
1(mm/jam)
[Penyelesaian]
Pertama-tama ditentukan harga tiap suku dalam rumus-rumus (3.12),
L
3.1 Distribusi curah hujan 35
(3.13) dan (3.14) dari Tabel 3-2. Perhitungan harga tetapan-tetapan itu adalah
sebagai berikut:
Tabel 3-2 Tabel perhitungan tiga jenis rumus intensitas curah hujan.
o @ @ @ @ o @ @ @ @
[Jenis I]
.a
a--,
t+b
17.183.0 x
51.252.69 954.420.7 x 567.3
- 567,3
E x 51.252,69 x 567,3
-
= 3.847
".-
14,38476x 11,83959-8x 20,56237
8 x 19,03624- 11,83959 x 11,83959
.. = 0,48
[Jenis III]
,--
t- A
Jt +b
2.762,39 x 51.252,69 194.058,88 x
x 51.252,69 -- 567,3 x 567,3
567,3
a:
8
= 357
, _ 567,3 x 2.762,39 -
U_
8 x 194.058,88
=0,17
Harga-harga ini disubstitusikan ke dalam rumus (3.8), (3.9) dan.(3.10),
sehingga rumus-rumus intensitas curah hujan itu menjadi sebagai berifut:
36 Bab 3. Curah Hujan
r: a _3.847
t-1:_g-t+24 ......(3.15)
'
-a322 (3. l 6)
t, 1o,aE
r- e : ?7s
'-;F .....(3.17)
+ b T+w
Selanjutnya harus diadakan pemeriksaan mengenai rumus yang paling
cocok digunakan.
Harga-harga 1 dari rumus-rumus (3.15), (3'16) dan (3.17) yang didapat
dengan menggantikan harga-harga t dalam kolom @ pada Tabel 3-3, tercantum
dalam kolom @, @ dan @ pada tabel yang sama. Deviasi antara harga-harga
ini dengan data yang tercantum dalam kolom @ tercantum berturut-turut
dalam kolom @, @ dan @ dalam tabel yang sama. Demikian pula kurva-kurva
yang dihitung tercantum dalam Gbr. 3-8.
Dengan menelaah deviasi rata-rata. M(luD: d dan Gbr. 3-8, dapat di-
tentukan bahwa untuk keadaan ini, Jenis II yakni 1 : alt memberikan hasil
yang optimum sebagai rumus intensitas curah hujan.
o @ @ @ @ @ @ @ @
j . Tanggal intensitas c
I - hujan Pada setiap ,
I
---t-;#43847
i
,1
+7,s
:1
:-322
ll-szz {o'8
d , i*
t. l -t ,:357 -! I,o
it,, -i ---r Jt +o,ll
'./t+o,17
t | ,; Deviasi rata-rata dari
\!r-
:il
d
'3 :
E6
o
N*i
i|\t l Gbr. 3-8 Tiga jenis kurva intensitas
i
curah hujan dan contoh
pemeriksaan penterapannya.
tr
o
tr
5 lo 20 30 40 60 80 100 120
Lamanya curah hujan r (menit).
3.1 Distribusi curah hujan 37
(b) Rumus intensitas curah hujan dengan caro koffisien spestfik (Probable rainfall-
intensity-farmula by specific cofficient method): Cara yang dikemukakan dalam
(a) memerlukln data pengamatan curah hujan yang panjang dan sekurang-
kurangnya uniuk 8 jenis lamanya curah hujan. Di samping itu kesemuanya
harus dibaca dari kertas-kertas alat ukur otomatis. Mengingat hal ini memer-
lukan waktu yang lama (di mana angka-angkanya harus dibaca dari kurva yang
tercatat), maka ketelitiannya akan berkurang.
Cara yang dikemukakan di bawah ini adalah cara untuk mendapatkan
rumus intensitas curah hujan berdasarkan 2 jenis data curah hujan (umpamanya
curah hujan 60 menit dan l0 menit). Jika data curah hujan 60 menit dan 10
menit atau lainlain itu ada, maka rumus pendekatan intensitas curah hujan
itu dapat dihitung dengan mudah dan mempunyai ketelitian yang tinggi.
Semua kurva intensitas curah hujan dapat dinyatakan dengan koefisien
yang menunjukkan kemiringan kurva, dikali dengan intensitas curah hujan I
jam. Koefisien ini ditentukan dari karakeristik curah hujan di tiap daerah dan
disebut oleh Dr. Ishiguro koeffisien spesifik.
Semua rumus intensitas curah hujan dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:
I* : py. Ry (3.18)
di mana:
1: rumus intensitas curah hujan (mm/jam)
B: koeffisien spesifik
R: curah hujan I jam (mm) atau intensitas curah hujan l jam (mm/jam)
Notasi ly': kemungkinan dalam /y' tahun.
Harga p, dalam rumus (3.18) adalah sama seperti rumus (3.8), (3.9) dan
(3.10) yang dikemukakan dalam (a). Rumus (3.18) dalam jenis I, jenis II dan
jenis III berturut-turut akan menjadi:
[Jenis I]
r*: f*.R*: h*. ....(3.19)
penis III
rN: f N.RN: $n. . .. . .(3.20)
[Jenis III]
In : P*.R11: .. .. . .(3.21)
T - 6Rrv
R, dalam ketiga rumus ini adalah intensitas curah hujan 60 menit dengan
kemungkinan -ly' tahun dan didapat dengan perhitungan kemungkinan lebih
(excess probability) dari angka-angka yang diperoleh dengan pengamatan
(dengan cara Iwai dan lainlain seperti di bawah ini). Tetapan-tetapan a', b dan
z berturut-turut dihitung menurut rumus-rumus di bawah ini (Br : 1 jika
,: 60 menit):
penis Il
a':60*b l
""'(3'22)
- n;=1- tI
"^-60-f'n.t
I
38 Bab 3. Curah Hujan
[Jenis II]
log fju.(log 60 log I
4': -
log6-logt
n _ log a'
- 60
penis IIII -log
g': J6rD _l I
Jffi-Pk.JTI ""'(3'24)
b- ---V'"
-T-
)
di mana:
B'*: harga koeffisien spesifik dalam t menit dengan kemungkinan N
tahun (Ini adalah perbandingan intensitas curah hujan I menit
dalam kemungkinan N tahun).
Dt I'*
P*-W .(3.25)
1$0 : intensitas curah hujan per jam dengan kemungkinan y'y' tahun dan
dengan R, yang sama dalam rumus (3.18).
Menurut penjelasan di atas, jika intensitas curah hujan per jam dengan
kemungkinan N tahun (Ri,o) dan intensitas curah hujan t menit dengan
kemungkinan yang sama didapat, maka B'*, a' dan D juga akan dapat dihitung.
Dengan demikian rumus-rumus (3.19)-(3.21) akan didapat.
[Contoh perhitungan]
Rumus intensitas curah hujan didapat dengan menggunakan.data dalam
60 menit dan l0 menit pada perhitungan dalam contoh (a).
[Penyelesaian]
Yang dihitung di sini adalah hanya rumus Talbot (Jenis 1) dalam kolom
@ pada Tabel3-2.
It}: 105,2 113 : 46,1
t:\ff|)e:zs
a:29$60:89
Dalam rumus (3.19)
na'89
Fto:t+6:t+B
3.2 Curah hujan dan perioda ulangnya 39
o
}(o
IJ.
xrxzx3 xi
(a) Curah hujan (b) Curah*hujan (c) Curah hujan (d) Curah hujan
tabunan bulanan l0 hari harian.
Gbr. 3-9 Distribusi frekwensi curah hujan.
7
Perioda ul4ng Tuntuk kemungkinan tak terlampau s(x) dihitung dengan cara yang
sama.
,',,--
r ---;ro- 1 l ..(3.30)
ns(x)
n
["' fl*) o*
Peristiwa yang terjadi sekali dalam setahun seperti curah hujan maksimum atau
curah hujan harian minimum dalam setahun adalah:
n : l. Rumus-rumus (3.29) dan (3.30) menjadi:
1 : 1l dan r: .(3.31)
W@ ffi)
Seperti telah dikemukakan di atas, perioda ulang itu dapat dengan mudah dihitung
jika fungsi kerapatan f(x) dari curah hujan telah diketemukan.
Hal-hal utama yang telah dikemukakan adalah analisa frekwensi data hidrologi,
bagaimana perhitungan fungsi /(;c) yang menggambarkan distribusi asymetris dari kurva
kemungkinan kerapatan dan bagaimana harga kemungkinan terlampau W(x)yangkecil
itu atau harga kemungkinan tak terlampau S(x) itu telah diperkirakan.
Penyelidikan-penyelidikan yang banyak mengenai distribusi curah hujan telah
berlangsung terus. Penyelidikan-penyelidikan itu dapat diklasifikasi sebagai berikut:
O Cara yang menggunakan distribusi normal: Cara ini adalah cara untuk
menyelesaikan/menghitung distribusi normal yang didapat dengan merubah
variabel distribusi asymetris (x) ke dalam logaritma atau ke dalam akar pangkat
n. Cara Iwai adalah salah satu cara untuk hal yang pertama. Mengenai hal yang
kedua Dr. C. K. Stidd menyatakan bahwa jika diambil akar pangkat 3 dari data
curah hujan maka distorsi kurva distribusi itu hilang.
@ Cara yang mempergunakan langsung kurva asymmetris kemungkinan kera-
patan: Cara-cara yang digunakan adalah jenis distribusi eksponensial dan
distribusi harga ekstrim.
O Cara yang mengkombinasikan cara @ dan @: Cara Iwai adalah cara yang
banyak digunakan di Jepang. Cara perhitungan sederhana yang menggunakan
kertas kemungkinan logaritmis akan dikemukakan di bawah ini.
(l) Cara Iwai
Seperti telah dikemukakan di atas, kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan
harian maksimum atau debit banjir maksimum dalam I tahun, tidak merupakan sebuah
kurva distribusi normal tetapi sebuah kurva distribusi yang asymmetris (Gbr. 3-9).
Dengan merubah variabel (x) dari kurva distribusi itu ke logaritma x aiau logx, maka
kurva itu dapat dirubah menjadi kurva distribusi normal. Jadi, kemungkinan terlampau
Ll/(x) dapat diperoleh dengan assumsi bahwa data hidrologi itu mempunyai distribusi
log-normal. Di samping itu cara ini memberikan harga 6 lebih besar dari 0 sebagai
harga minimum variabel kemungkinan (x) (lihat Gbr. 3-11). Supaya kurva kemungkinan
kerapatan itu tidak menjadi lebih kecil dari harga bawah limit itu (-D), maka ambil suku
(x * 6) yang logaritmanya yakni log (x * b) diperkirakan mempunyai distribusi
normal' Jadi cara ini adalah cara distribusi terbatas sepihak (one sidedfinite distibution).
Perhitungan cara Iwai akan diterangkan dengan sebuah contoh seperti di bawah ini,
di mana:
(:ctos*t2
x;+ 6, " " "(3'32)
'
log(xo * 6) adalah harga rata-ratadari log(x, * 6) dengan (, : I .... n) dan
dinyatakan dengan (Xoi b, c dan xo) diperkirakan dari rumus-rumus berikut.
Harga perkiraan pertama dari xo:
u:*Eu, *=h
Xr'xr_
A
"'-
- Tr;1i'ai Xf;
: + ,D-log
(x, + b) ' .. . ..(3.35)
Perkiraan harga c:
+:JM
I, : *! {roe @, + b)}, ....(3.37)
dengan:
x,: harga pengamatan dengan nomor urutan m dari yang terbesar.
x,: harga pengamatan dengan nomor urutan m dafi yang terkecil.
z: banyaknyadata.
m = ft: angka bulat (dibulatkan ke angka yang terdekat).
Tabel 3-5 Data curah hujan harian maksimum tahunan di suatu kota tertentu di Jepang.
-
[Penyelesaian]
maksi
@ Pertama-tama, seperti tedihat pada Tabel 3-6, setiap data curah hujan
mum dalam setahun disusun mulai dari harga yang terbesar dan kemudian
dibuatkan perhitungan yang diperlukan'
@ Harga p".kir"", p.itu*u dihitung menurut rumus (3.33) dengan menggunakan
harga-harga Pada Tabel 3-6.
log x, : *7-^t.,
:U#:2,11927
ro : 131'60
L
3.2 Curah hujan dan perioda ulangnya 45
Tabet3-7 PerhitunganD.
b : -3:,4e: _11,83
+: ^l#,.J4w=ofroy'
: JTW.-/qmo:0,2608
O Hasil perhitungan dari curah hujan yang mungkin diperlihatkan dalam Tabel
3-8.
(2) Cara perhitungan sederhana dengan kertas kemungkinan logaritmis. (togarithmic
probability paper)
Perkiraan kasar perioda ulang atau curah hujan yang mungkin, lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan kertas kemungkinan. Kertas kemungkinan normal
(normal probability paper) digunakan untuk curah hujan tahunan yang mempunyai
distribusi yang hampir sama dengan distribusi normal dan kertas kemungkinan logaritmis
normal (logarithmic-normal probability poper) digunakan gntuk curah hujan harian
maksimum dalam setahun yang mempunyai distribusi normal logaritmis.
Di sini akan dikemukakan contoh perhitungan curah hujan yang mungkin den
menggunakan kertas kemungkinan log-normal.
MILIT
Badan PcrPustakaal
Fropinsi taws Timut
/
Pemba- Jarak dari Pemba- Pemba- Jarak dari Pemba- Pemba- Jarak dari Pemba-
gian ke da- gian ke
garis gian ke da- gian ke
garis gian ke da-
garis gian ke
bawah. sar (50%) atas. bawah. sar (507"\ atas. bawah. sar (50f) atas.
W(x,): ......(3.40)
fi{"uruThomas)
);_t
W(x,): "+ (cara Hazen) ..... ...(3.41)
Garis lurus yang mewakili titik-titik yang dicantumkan pada kertas kemungkinan
itu dapat ditarik secara kira-kira dan dengan demikian harga x yang sesuai dengan
kemungkinan lebih klt(x) dapat ditentukan.
Garis lurus yang terdekat pacla tiap titik yang dicantumkan pada kertas itu harus
ditarik secara teliti karena untuk Z(x) : 50%, maka x : xo. Jika xf xo (xo dihitung dari
i:
t
3.2 Curah hujan dan pbrioda ulangnya 47
log xo :
oln) zr=r log x,) yang digunakan pada absis maka standar akan lebih seder-
hana karena garis lurus yang theoritis melalui titik W(x) :
ST%adalah pada (x/xo) 1. :
Jika cara Iwai yang dipakai pada kertas kemungkinan itu, maka dapat digunakan
(x + b)atau(x I b)l@o * 6)padaabsiskertaskemungkinanitudanbukan xaiauxf xo.
[Contoh perhitungan]
contoh yang digunakan adalah contoh terdahulu/di muka. curah hujan yang
mungkin untuk 10, 50, 100,200 dan 500 tahun diperkirakan pada kertas kemungkinan.
[Penyelesaian]
Seperti telah dikemukakan di atas, ada 3 cara untuk menentukan "plotting position"
pada kertas kemungkinan logaritmis. Cara Thomas atau cara Hazen umumnya diguna-
kan jika data yang ada itu sedikit dan cara california untuk data yang banyak.
Demikian pula ada beberapa keadaan di mana curah hujan x atau x/xo yang di-
gunakan pada absis.
*
Untuk cara Iwai digunakan (x b) atau (x b)l@o + t). *
Di sini tiap cara akan diperlihatkan sebagai pedoman:
O Data curah hujan harian maksimum dalam setahun dalam Tabel 3-5 disusun
mulai dari harga yang terbesar, kemudian diadakan perhitungan "plotting
position" seperti terlihat pada Tabel 3-10.
Tabel 3-10 Curah hujan harian maksimum tahunan dan posisi penggambarannya
(plotting positions).
Derajat x, (mm) xtlxo iln(%) '-*<2, Derajat x1 (mrn) xilxo iln (%)
,#rn
I 288,2 2,190 2,94 1,47 2t 121,3 0,922 61,76 60,29
2 282,0 2,143 5,88 4,41 22 I 18,0 0,997 64,71 63,24
3 269,2 2,U6 8,82 7,35 23 115,6 0,879 67,65 66,19
4 245,6 1,966 11,76 10,29 24 109,0 0,929 70,59 69,12
5 210,9 1,603 14,71 8,24 25 108,6 0,825 73,53 72,06
6 171,2 1,301 17,65 16,18 26 103,9 0,790 76,47 75,00
7 166,7 1,267 20,59 19,12 27 99,8 0,758 79,4t 77,94
8 164,1 1,247 23,53 22,06 28 96,6 0,734 82,35 80,98
9 155,3 1,180 26,47 25,0O 29 92,O 0,699 85,29 83,82
10 154,4 1,173 29,41 27,94 30 88,7 0,674 88,24 86,76
lt 153,1 1,163 32,35 30,88 31 85,7 0,651 91,18 89,71
t2 146,6 t,tt4 35,29 33,82 32 73,5 0,559 94,12 92,65
13 141,5 1,075 38,24 36,76 33 62,3 0,473 97,06 95,59
14 14p.,7 1,069 41,18 39,71 34 60,5 0,460 100,00 98,53
15 139,2 1,059 44,12 42,65
16 137,5 1,045 47,06 45,59
17 131,7 1,001 50,00 48,53
18 130,5 0,992 52,94 51,47
19 129,9 0,986 55,88 54,41
20 123,0 0,935 58,82 57,35
log xo : xt:2,11927
*,.E "t
xo : 13l'60
Pertama-tama x, dicantumkan pada absis kertas kemungkinan logaritmis,
I
48 Bab 3. Curah Hujan
L
3.2 Curah hujan dan perioda ulangnya 49
5
...JI|'|IIlltn3
1,4 1,6 t,82,o2,22,1 2,9 '-
xtl xo
2,6 3,O
lurus ini. Kemudian curah hujan yang mungkin dihitung seperti yang terlihat
pada Tabel 3-12.
Untuk cara Iwai, maka (nr * D) atau (x, + b)l@o t b) yang digunakan
pada absis kertas kemungkinan logarithmis. Harga-harga x0 dan 6 berturut-
turut didapat dari rumus-rumus (3.33) dan (3.34). Gbr. 3-14 memperlihatkan
I(x,) dengan cara Hazen yang menggunakan (x, * b) pada absis. Perhitungan-
perhitungan b dan (x, * 6) diperlihatkan berturut-turut dalam Tabel 3-6 dan
Tabel 3-7.
Tiap titik pada Gbr. 3-14 hampir terletak pada garis lurus jika dibandingkan
dengan Gbr. 3-12 dan 3-13, terutama pada bagian dengan harga llt(x) yang
kecil. Hal ini menunjukkan bahwa normalisasi akan lebih baik jika dimasukkan
harga limit bawah D dari cara Iwai.
Harga-harga (x, * b) yang sesuai dengan perioda ulang, didapat dari
gambar dan curah hujan yang mungkin dihitung seperti terlihat pada Tabel
3-13.
i
f,
?
li
:t
c
E
F
L
t0
102
)
5
103
0,1
40 60 80 100 200 300 400 500 800 I 000
(xr * b)
Di sini cara pengolahan data curah hujan akan dikemukakan tahap demi'tahap
meskipun pengolahan data curah hujan yang diperlukan untuk perhitungan limpasan
(hujan) telah dilakukan dengan cara yang dikemukakan dalam 3.1 dan 3.2.
Beberapa dari cara-cara untuk menghitung curah hujan daerph (areal rainfafl) telah
dikemukakan dalam 3.1.1. Meskipun cara yang terbaik belum diketahui, umumnya
untuk menghitung curah hujan daerah dapat digunakan standar luas daerah sebagai
berikut:
@ Daerah dengan luas 250 ha yang mempunyai variasi topografi yang kecil, dapat
diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan.
@ Untuk daerah antara 250 ha-50.000 ha dengan 2 ataa 3 titik pengamatan,
dapat digunakan cara tata-rata. Jika dihitung dengan sebuah titik pengamatan,
harus dipakai pedoman pada Gbr. 3-15.
Eo
d
d
H
d
cl
E Gbr. 3-15 Curah hujan pada titik pengamatan
(c
,3 waktu yang singkat dan curah huian
5 rata-rata sesuai luas daerah yang
bersangkutan. (Dalam daerah aliran
a Muskingum).
U
60 80 t40 160 180
10(} 120 200
Luas (mile2)
Kurva massa adalah kurva hubungan antara curah hujan akumulatif dengan waktu.
Curah hujan daerah pada suatu waktu tertentu dalam daerah yang bersangkutan, dapat
ditentukan dari kurva massa ini. Jika di daerah yang bersangkutan terdapat beberapa
buah pos pengamatan curah hujan, maka kesalahan-kesalahan pengamatan dapat
diketahui dari bentuk kurva massa pos-pos tersebut yang digambar bersama-sama pada
sebuah sistem koordinat. Dari kurva massa dapat ditentukan juga sifat curah hujan yang
terjadi apakah hujan deras atau lain-lain.
Gbr. 3-16 memperlihatkan contoh kurva massa dua buah pos pengamatan(A dan B)
dalam satuan 6 jam. Satuan selang 6 jam ini adalah kira-kira cocok untuk digunakan
dalam analisa-analisa curah hujan. Jika satuan selang diambil lebih lama maka variasi
intensitas curah hujan itu tidak akanjelas.
Curah hujan daerah berbeda-beda, tergantung dari luas daerah yang bersangkutan.
Makin besar daerah itu, makin kecil curah hujan daerah yang diperhitungkan. Diagram
yang menunjukkan hubungan itu disebut kurva dalam.daerah.
52 Bab 3. Curah Hujan
E
E (d
d
(! 6
d
t (g
'''d E
.c !
t U
U
Luas (x 103 ha)
121824 6 12
Jika terdapat data curah hujan tahunan dengan jangka waktu pengamatan yang
panjang, maka kurva massa ganda itu dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan
pengamatan yang terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pemasangan
yang tidak baik dari alat ukur curah hujan. Kesalahan-kesalahan pengamatan tidak
dapat ditentukan dari setiap data pengamatan. Data curah hujan tahunan jangka waktu
yang panjang alat yang bersangkutan itu harus dibandingkan dengan data curah hujan
rata-rata sekelompok alat-alat ukur dalam perioda yang sama. Untuk itu harus dipilih
sekurang-kurangnya l0 buah alat di sekitarnya yang mempunyai kondisi topografi yang
sama.
Gbr.3-18 memperlihatkan kurva massa ganda berdasarkan data curah hujan dari
tahun 1923 sampai tahun 1945. Dalam gambar dapat dilihat bahwa kemiringan garis
lurus berubah pada tahun 1923, karena pada tahun itu alat ukur hujan di titik A telah
di
'3
.q
d
!
)1
o
d d
'1,
Gbr.3-18 Contoh kurva massa sarda.
o 2500 7500 12500 17500
5000. 10000 t5000
Jumlah curah hujan tahunan (mm)
(.rata-rata dari l8 titik)
I'
3.3 Pengolahan data curah hujan 53
dipindahkan. Dari perubahan kemiringan kedua garis lurus itu dapat ditentukan, bahwa
data di titik A sebelum tahun 1923 harus dikalikan dengan koeffisien O,g5ll,l2 supaya
menjadi cocok dengan data tahun 1945.
Jika hasil perubahan itu digambar, maka akan terdapat sebuah garis lurus. Cara ini
tidak dapat digunakan untuk data curah hujan jangka waktu yang singkat (curah hujan
harian atau perjam).
Pada perhitungan curah hujan yang mungkin dalam 3.2.3,harga-harga yang terbesar
(terkecil) itu telah dimasukkan dalam daftar harga pengamatan. Hasil perhitungan itu
akan sangat berbeda jika harga itu tidak dimasukkan dalam perhitungan kemungkinan.
Jika tidak ada hal yang istimewa maka data-data ini tidak boleh disingkirkan. Jika
disingkirkan maka penentuannya tidak boleh diambil secara subyektif.
Pemeriksaan penyingkiran/penghapusan data hanya berlaku untuk harga-harga
maximum atau minimum. Jika terdapat lebih dari 2haryayangkira-kira abnormal, maka
harus dipertimbangkan bahwa peristiwa itu telah terjadi oleh karena sesuatu sebab.
Umpamanya harga abnormal itu (harga yang akan diperiksa) x. dan laju abnormali-
tasnya (rate of abnormality) itu adalah €, maka harga penyingkirannya yang terbatas 60
yang sesuai dengan laju risikonya Bo dinyatakan oleh persamaan berikut:
6o:1-(l-fJ'/" .(3.42)
di mana N: banyaknya data.
Jika laju abnormalitas e dari harga yang diperiksa itu tidak lebih kecil dari eo, maka
x. tidak dapat disingkirkan. Harga batas untuk penyingkiran eo dengan harga Bo yang
5\ dan l/, dapat dilihat dalam Tabel 3-14.
s%
Dalam perhitungan sebenarnya, harga e untuk rc. itu diperkirakan dengan (nf
data, yakni sisa banyaknya data tanpa data yang akan diperiksa dan kemudian di-
- 1)
bandingkan dengan eo dalam Tabel 3-14. Jika harga x. tidak dapat disingkirkan, maka
perkiraan harus dilakukan dengan N data, termasuk x.. Biasanya harga Bo diambil 5/,.
Rumus Iwai (3.38) untuk memperkirakan harga abnormal adalah:
log (x. + ,) : log (xo * D) * f..& (3.43)
di mana:
g.-Jfrr-y,o
54 Bab 3. Curah Hujan
X, : *i troe @, + b)j,
x': +E @' + b)
"' : llT dapat dilihat dalam Tabel 3-15.
Harga l, lang sesuai dengan laju abnormalitas
-[Contoh perhitungan]
perhitungan harga abnormal dengan menggunakan data dalam contoh
Contoh
perhitungan kemungkinan cara Iwai tersebut di muka adalah sebagai berikut:
[Penyelesaian]
Dengan rumus dasar cara Iwai (3.38) didapat
log (x 11,83) : 2,0749 * 0,2608 y.
-
Dengan rumus untuk perkiraan harga abnormal (3.42).
log(x. +b'): log(& *D)*y..&
s,: JVJR - Ji33yz4,o74sy
:01182
: log (+ - 11,83) :2,0749 | 0,182Y,
t
3.3 Pengolahan data curah hujan 55