Anda di halaman 1dari 11

KULIAH 4. TGL 26 Maret 2020.

Gambar B : Buat garis netral pada ke tiga sisi segi tiga. Yaitu AC (grs netral P1-P3),
DC (grs netral P1-P2) , dan BE (grs netral P2-P3)

Q D R

P1

B C P2

P3

S E T

Sekarang terbentuk 3 poligon yang luas masing2nya mewakili pos pengamat yang
dikelilinginya . Yaitu :

Polygon ABCDQ yang curah hujannya dipengaruhi oleh P1, luasnya 0,15 x QRST

Polygon DCBETR yang curah hujannya dipengaruhi oleh P2, luasnya 0,50 x QRST

Polygon ABES yang curah hujannya dipengaruhi oleh P3, luasnya 0,35 x QRST.

Curah hujan rata2 untuk daerah QRST adalah :

Lu as ABSDQ LuasDCBETR Luas ABES


X ch P1+ ch P 2+ X ch P3=¿
Luas QRST LuasQRST luasQRST

0,15 x 128,50 mm/hari + 0,50 x 112,86 mm/hari + 0,35 x 104,44 mm/hari =

19,275 mm/hari + 56,43 mm/hari + 36,55 mm/hari = 112,255 mm/hari/

Luas polygon dapat dihitung dengan menggunakan planimetri atau mm block.

i. Metoda Isohyet , digunakan bila kondisi daerah pelayanan topografinya tidak


rata / berbukit dengan banyak pos pengamat .
Dalam metoda isohyet ( = garis yang menghubungkan titik-titik dengan tinggi hujan
yang sama.) ini harus digambarkan terlebih dahulu kontur dengan tinggi hujan yang
sama , kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur.
Nilai rata-rata curah hujan dihitung sebagai rata-rata timbang dari nilai kontur, dengan
rumus sebagai berikut :

Curah Hujan Rata2 = d =


∑ ❑ di−1+
2
di
Ai
1
A

d = tinggi curah hujan rata2 pada daerah pelayanan.


d0 , d1 ,d2 …....dn = tinggi curah hujan pada isohyet 1,2,3….n
A1 , A1 , A3……An= luas daerah yang dibatasi oleh garis garis isohyet yang
besangkutan
A = A1 + A2 + A3……..+ An

Contoh :
Suatu daerah perencanaan mempunyai luas 99,10 km 2 , dipasang di dalam dan
disekitar nya 4 pos Pengamatan Hujan .Hasil pengukuran hujan pada saat yang sama
menunjukan curah hujan pada masing2 pos sebagai berikut.

Curah Hujan pada P1 = 148,50 mm/hari , P2= 167,20 mm/hari, P3= 186,10 mm/hari,
P4= 172,40 mm/hari.
135 mm

145 mm
P1= 148,58 mm/hari

155 mm

165 mm
P2 = 167,25 mm/hari P3 = 172,40 mm/hari

175 mm

185 mm
P4 = 186,10 mm/hari

195 mm

Caranya :

1. Plotkan lokasi keempat pos pada peta.


2. Rencanakan garis isohyet yang akan dibuat. Dalam hal ini akan dibuat garis
isohyet 155, 165, 175, 185 dan 195 mm/hari.
3. Diantara pos 1 yg curah hujannya = 148,58 mm/hari dan pos 2 yang curah
hujannya = 167,25 mm/hari terdapat 2 grs isohyet , yaitu 155 dan 165 mm/hari.
Hubungkan titik 1 dan 2 , lalu posisikan titik 155 dan 165 pada garis tersebut
4. Selanjutnya lakukan hal yang sama dengan titik 1 dan 3 , akan diperoleh titik
155 dan 165 pada garis P1P3
5. Selanjutnya lakukan hal yang sama dengan titik P1 dan P4, akan diperoleh titik
155 , 165. 175 dan 185 diantara P1 dan P3.
6. Lanjutkan dengan P2 dan P4- akan diperoleh titik 175 dan 185.
7. Lanjutkan dengan P3 dan P4 - akan diperoleh juga titik2 175 dan 185
8. Hubungkan titik titik155 yang diperoleh dari P1P2 , P1P3 dan P1P4, garis
hubung ini akan menjadi garis kontur 155 mm/hari.
9. Hubungkan juga titik-tik 165 untuk mendapatkan garis kontur 165
10. Idem untuk garis 175 dan 185 mm/hari.
11. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh 2 garis kontur…..dapat menggunakan
planimeter atau menggunakan kertas mm block.
12. Hitung Curah hujan rata2 dengan rumus diatas.
n

Curah Hujan Rata2 = d =


∑ ❑ di−1+
2
di
Ai
1
A
d = tinggi curah hujan rata2 pada daerah pelayanan.
d0 , d1 ,d2 …....dn = tinggi curah hujan pada isohyet 155 , 165, 175, dan 185
mm/hari
A1 , A1 , A3……An= luas daerah yang dibatasi oleh garis garis isohyet yang
besangkutan (antara isohiyet 155 dgn 165 , anatara 165 dgn 175 dst)
A = A1 + A2 + A3……..+ An

Ketiga metoda diatas digunakan untuk merata-ratakan curah hujan, bila dalam daerah
yang direncanakan terdapat lebih dari satu Pos Pengamat.

Selanjutnya , lihat halaman 49.—point


2.2.8 Parameter penentuan Prioritas Penanganan Genangan.
Parameter-parameter ini digunakan bila kita harus memilih daerah genangan mana
yang harus diprioritaskan untuk ditangani, misalnya dalam suatu kota ada 6 daerah
genangan, karena dana terbatas maka hanya dapat ditangani 2 genangan saja. Nah
untuk memilih mana yang harus ditangani terlebih dahulu , ditentukan dengan
perhitungan di bawah ini.
Penentuan prioritas ditentukan oleh 6 Parameter ,yaitu Parameter Genangan, Ekonomi,
Gangguan social dan fasilitas Pemerintah, Kerugian dan Gangguan Transportasi dan
Kerugian Hak Milik Pribadi/Rumah Tangga. Yang nilai dan persentase nilainya dapat
dilihat pada table 2 s/d 7.
Latihan :
Pada sebuah kota terdapat 3 daerah genangan, yaitu daerah A,B dan C dengan
parameter seperti tampak pada table dibawah ini.

DAERAH GENANGAN
NO PARAMETER
A NILAI B NILAI C NILAI

I GENANGAN
1. Tinggi genangan 0,75m 0,20m 0,40m
2. Luas genangan 1,2 Ha 3 Ha 6 Ha.
3. Lama genangan 5 jam 2 jam 2 jam
4. Frekwensi genangan 10x/tahun. 6x/tahun 4 x/tahun
II KERUGIAN
EKONOMI.
1. Daerah yang Perumahan Pertokoan Daerah
tergenang dan pasar industri
kurang padat
III GANGGUAN Tidak ada Daerah kantor
SOSIAL DAN fasilitas social perkantoran Kelurahan
FASILITAS dan dan sekolah dan 2 bh
PEMERINTAH pemerintah Masjid.
IV. KERUGIAN DAN Jaringan Jaringan Jaringan
GANGGUAN transportasi Transportasi Transportasi
TRANSPORTASI terbatas Padat Padat
V KERUGIAN PADA Perumahan Perumahan Perumahan
DAERAH kurang padat Padat padat
PERUMAHAN
VI KERUGIAN HAK 40% >80% >80%
MILIK PRIBADI
TOTAL NILAI A= B= C=

Untuk Tabel 2. Nilai diperoleh dengan mengalikan Kolom Nilai x Presentase.


Untuk Tabel lainnya : nilai langsung diambil dari table ybs.
Urutan Prioritas dimulai dari nilai tertinggi.

KULIAH 5 , Tgl 2 April 2020


A. JARINGAN DRAINASE

1. Jenis Drainase
a. Menurut Sejarah Terbentuknya
1) Drainase Alamiah ( Natural Drainase )
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton,
gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang
bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang
permanen seperti sungai.
2) Drainase Buatan ( Arficial Drainage )
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
b. Menurut Letak Bangunan
1) Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan
analisa open chanel flow.
2) Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage )
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-
alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan
tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

c. Menurut Fungsi
1) Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya
seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain – lain.
2) Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis
air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
1) Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/
mengganggu lingkungan.
2) Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.

gambar 1. Dranaise Buatan


B. POLA JARINGAN DRAINASE.
Karena saluran drainase harus diletakkan pada Daerah Milik Jalan (DMJ) , maka
pola salurannya mengikuti pola jalan yang ada di daerah pelayanan. Diantara
beberapa pola jaringan saluran yang biasa ditemukan adalah sebagai berikut.:
Yang dimaksud dengan saluran utama pada gambar di bawah adalah sungai yang
berfungsi sebagai tempat pembuangan .

1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah kota.
Gambar 2. Pola Jaringan Drainase Siku

2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 3 Pola Jaringan Drainase Pararel


3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-
saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
Gambar 4. Pola Jaringan Drainase Grid Iron

4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

Gambar 5. Pola Jaringan Drainase Alamiah


5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
C PRINSIP DASAR DRAINASE PERKOTAAN
Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu diresapkan, ditampung sementara dan
dialirkan.
Caranya yaitu dengan pembuatan fasilitas resapan, tampungan dan saluran drainase.
Sistem
saluran drainase di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar yaitu ke badan
air
penerima.

C. FUNGSI DRAINASE PERKOTAAN.


a. SECARA UMUM
1) Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).
2) Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan
air
dan kehidupan akuatik.
3) Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan
gangguan atau kerugian terhadap lingkungan.
4) Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat.
5) Melindungi prasarana dan sarana perkotaan yang sudah terbangun.

b. BERDASARKAN FUNGSI LAYANAN


(1). Sistem drainase lokal
Yang termasuk sistem drainase lokal adalah sistem drainase terkecil yang melayani
suatu kawasan kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri
dan komersial. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab
masyarakat, pengembang atau instansi terkait.
(2). Sistem drainase utama
Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer,
sekunder,
tersier beserta bangunan pelengkapnya yang menerima aliran dari sistem drainase
lokal. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota.
c. FUNGSI DRAINASE PERKOTAAN BERDASARKAN FISIKNYA
(1). Saluran primer
Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder dan/atau
saluran tersier. Saluran primer bermuara di badan penerima air.

(2). Saluran sekunder


Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran
tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran
primer.
(3). Saluran Tersier
Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal dan
meneruskan ke saluran sekunder/primer
Gambar 1. Sistem Drainase Perkotaan

Anda mungkin juga menyukai