Anda di halaman 1dari 52

Aspek Hidrologi

Minggu 4-5
Jurusan Teknik Sipil FTSP ITP
Durasi Tinggi air hujan
Lamanya hujan
(durasi waktu dalam satuan
hujan), mis: 5, 10,
Durasi banjir untuk waktu tertentu,
30, 60, 120 menit
lingkunan dalam satuan
(atau dalam satuan
perumahan antara mm/jam atau
jam)
5 menit sampai 24 liter/det/ha
jam
Intensitas
2

Intensitas Hujan (I)


tinggi hujan dibagi lamanya
hujan dalam satuan mm/jam
atau
liter/det/ha.
➢ merupakan faktor penentu debit banjir.
➢ hasil analisis intensitas hujan
umumnya berupa lengkung
intensitas.
➢ Lengkung hubungan
intensitas hujan durasi
Lengkung Intensitas Hujan
Contoh: Kurve Intensitas Hujan Jakarta Sumber:
Hindarko (2000)
4

Rumus Intensitas Hujan


Rumus Monotobe
dengan:

⎜ R ⎜ ⎛ ⎟ 24 2/3 durasi t

⎜ ⎝⎛ ⎝ ⎟ ⎠⎞
I : intensitas
hujan pada
maksimum
I =
t

⎠⎞
24 (mm/jam)
R24 : intensitas hujan harian

24 c tc: durasi hujan


(jam)
(mm/hari)

Bila R24 = 81,48 mm/jam,


tc= 6 jam
Maka I = (81,48/24)*(24/6) 2/3
= 8,55 mm/jam

Rumus Intensitas Hujan yang lain

Tablot i=

Sherman i =

Ishiguro i=

Adapun :
I = Intensitas curah hujan maksimum (
mm/jam ) t = Durasi curah hujan ( menit )
a, b, n, m = Ketetapan
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam ( mm )
6

ANALISIS HUJAN
Hujan DAS
a. Aritmatik/ rerata aljabar
b. Poligon Thiessen
c. Isohyet
A. Metode Aritmatik
1. paling sederhana
2. akan memberikan hasil yang teliti
bila: stasiun hujan tersebar merata
di DAS variasi kedalaman hujan
antar stasiun relatif kecil
=
N
∑ dengan N : jumlah
P stasiun Pi: kedalaman
P i hujan di
= stasiun i
i1
Metode Aritmatik
C
n
1
P = ∑ d
i
i
n1 =
1 B
=++()PPP

3
ABC

A
B. Metode Thiessen
1. relatif lebih teliti
2. kurang fleksibel
3. tidak memperhitungkan faktor topografi
4. objektif
dengan
N
PP
i
= stasiun Atotal Ai: luas
α Pi: kedalaman daerah
=∑ i. i 1 hujan di stasiun pengaruh sta. I
I αi: bobot Atotal : luas
N: jumlah
stasiun I =Ai / total
Metode =

Thiessen
PP
α
ii
n
C
=1

B
i
=++ ��2��2+. . … . . .
+�������� ��1 +
ααα ��2+. . … … … + ����

PPP
AABBCC

��ҧ=��1��1 +
A
C. Metode Isohyet
1. fleksibel
2. perlu kerapatan jaringan yang cukup
untuk 3. membuat peta isohyet yang akurat
4. subjetif
dengan:

1 + +1
n
PP
P =

ii
A n : jumlah
luasan
A hujan di kontur i antara dua
i
αi: bobot garis kontur
i
stasiun I =Ai / kedalam hujan
2
Atotal Atotal : luas
Pi: kedalaman Ai: luas daerah total
Isohyet d d d6C
Metode

d5 A5
n
1 +
=
∑A A
2
P i
i 2 A4
i 1
=
dd
A dd+ + B
++
12 56
1
 A
5

=
22A
A1

d1
A
A2

d2
A3 d3
d4
Kala Ulang Hujan
Suatu data hujan adalah (x) akan mencapai suatu
harga tertentu/disamai (xi) atau kurang dari (xi)
atau lebih / dilampaui dalam kurun waktu T tahun,
maka T tahun ini dianggap sebagai periode ulang
dari (xi).

Dalam perencanaan saluran drainase periode


ulang yang dipergunakan tergantung dari fungsi
saluran serta daerah tangkap hujan yang akan
dikeringkan. Menurut pengalaman, penggunaan
periode ulang untuk perencanaan:
- saluran kwarter : periode ulang 1 tahun -
saluran tersier : periode ulang 2 tahun -
saluran sekunder : periode ulang 5 tahun -
saluran primer : periode ulang 10 tahun
Waktu konsentrasi (tc)tc= to+ td
(menit)
to = waktu limpas permukaan
Jarak aliran sampai saluran terdekat
Koefisien pengaliran DAS (C)
• Semakin besar resapan DAS semakin besar to
Kemiringan permukaan DAS
• Semakin curam DAS semakin kecil to
td = waktu limpas saluran = L / v
L :panjang saluran, v :kecepatan rata-rata
Semakin jauh jarak limpasan, semakin besar td 15

Tabel Kecepatan untuk saluran alami


Kemiringan rata-rata Kecepatan rata-rata
dasar saluran (%) (meter/dt)
kurang dari 1 0,40
1-2 0,60
2-4 0,90
4-6 1,20
6 - 10 1,50
2,40

16

B : titik tinjau
t=t +t
c o d (menit) to: inlet time
A : titik terjauh td: conduit time
Daerah pengaliran: tempat
curah hujan mengalir,
A menuju ke titik tinjau tertentu.

td
17

60*0,019 ⎟ ⎜
t= 5 ⎠⎞ ⎝⎛
Lo
0.195

0
s to = waktu limpas
permukaan Rumus lain :
n
⎜⎛ 0.167
⎜⎝××
to=
2⎟
⎟ ⎠⎞
3.28 L d0
3 s

to= waktu limpas permukaan (menit) L0= jarak dari


titik terjauh ke fasilitas drainase (m) s = kemiringan
daerah pengaliran (0,005 – 0,02)
18

Contoh 1
A B
Luas daerah 100 x 400
meter = 4 Ha = 0,04 km2

Jarak dari A ke B = 50 meter


Jarak dari B ke titik tinjau C = 400 meter
Kemiringan lahan 1%
Saluran drainase sekunder dari beton, kecepatan 0,2
m/det
19
jarak limpasan :125 m, kemiringan DAS : 3%, Koef. pengaliran
:0,30

Dengan menarik garis Maka to= 23 menit


Sumber : Hindarko (2000)
20
Waktu konsentrasi
(tc) Dapat juga dihitung dengan

rumus :Kinematik⎟ ⎠⎞

⎜⎛
⎜ ⎝ ⋅⋅
Ln
Rumus S 1
tc
0.6 0.6

0.93
=0.4 0.3 i
L
⎜⎛
⎝⋅

William ⎠⎞
Bransby 21.3 S 5280
tc =0.4 0.2 A

21

Contoh 2
Hindarko hlm 57
• Talang rumah
• Ukuran atap rumah P = 6 m dan L = 4 m
• dipasang talang ukuran basah 0,15 m x 0,15 m.
• Hitung ukuran talang PVC vertikal nya
Sudut miring genteng rumah 450
Jarak miring 5,648 m, diperoleh 1 menit pada koefisien
pengaliran 0,9 (lihat tabel)
Kcepatan di dalam talang adalah 0,05 m/dt, maka :

td= (Panjang Talang) / (kecepatan) = 6/0,05 = 2 menit


• Waktu Konsentrasi = to + td = 3 menit,
• dengan membaca Kurva Intensitas Hujan
dengan Periode 10 tahun diperoleh I = 420
liter/dt/ha
22

Contoh 2
(lanjutan)
• Luas atap 6 x 5,648 = 33,8 m2 = 0,00338 ha
• kawasan permukiman Cs = 0,8,
• besarnya debit diperkirakan sebesar:

Q = C.Cs.A.I = 0,9x0,8 x0,00338x420


= 1,15 liter/dt = 0,00115 m3/dt
Kecepatan air lewat pipa PVC,
V= c √(2gH) = 0,6 √ ( 2x10x0,1) = 0,85 m/det
Luas pipa PVC = Q/V = 0,00115/ 0,85 = 0014 m2
Dipakai diameter 5 cm , luasnya 0,0019 m2 ……OK 23

Tinjauan titik Q

Luas jalan aspal = (160+40) X3x10 =


6000m2 Luas kaveling rumah = (160x40) x
3 = 19200 m2
C aspal= 0,9 C kaveling = 0,6
C gabungan =
= (6000 x 0,9 + 19200 x 0,6)/(6000 +
19200) = 0,68

24
Waktu tempuh permukaan to= 1 menit
Jarak limpas terpanjangO-P-Q
(80+ 3x40+2x10) = 220 m,
bila v = 0,2 m/det
td = 220/0,2 = 1100 det= 18,3 menit
Waktu konsentrasi = to +td = 19,3 menit
25
Luas DAS Periode ulang 5 tahun
= (6000+ 19200) Maka diperoleh I = 335 liter/det/Ha
= 25200 meter2 = 2,52 Ha Kawasan perkotaan Cs = 0,8

Q = C.Cs.A.I
= 0,68 . 0,8 . 2,52,x 335 = 0,46
26
m3/det
t = 19,3 menit
Debit Banjir

Debit banjir rancangan

dapat berupa debit air hujan


saja atau perjumlahan
antara debit air hujan dan
debit air kotor
Debit banjir dipengaruhi oleh
Kemiringan

Bentuk Jenis tanah

Luasan
DAS Tata guna
lahan

daerah dimana air hujan yang jatuh (di


daerah tersebut) mengalir menuju muara
yang sama
Metode Rasional
berfungsi untuk menghitung debit banjir
rancangan, yang berupa debit puncak
banjir (Qp), jadi termasuk banjir
rancangan non hidrograf

Untuk kawasan pemukiman cukup


akurat bila luasnya kurang dari 500 Ha

29
Rumus
Rasional
Q p= 0,278 C.I.A (satuan A dalam km2)
Q p= 0,00278 C.I.A (satuan A dalam
Ha)

Adapun,
Q = kapasitas pengaliran (m3/ detik ).
C = Koefisien Pengaliran
i = Intensitas hujan (mm/jam)
A =Luas daerah pengaliran (Ha atau km2 )

* 0,00278 adalah faktor konversi agar satuan jadi m3/det.


Hujan selama 1 jam dengan intensitas 1 mm/jam di daerah
seluas 1 km2, maka debit banjirnya 0,278 m3/dtk, dan akan
melimpas merata selama 1 jam.
Analisis satuan, bila I dalam mm/jam

Qp= k. C.I.A
bila A dalam satuan Ha

(m3/det) = (mm/jam)* (Ha)


= (0,001 m/ 3,600 det) * (10.000 m2)
k = 0,00278 (m3/det)

Bila A dalam Km2


=(0,001 m/ 3.600 det) (1.000.000 m )2

k = 0,278 (m3/det)
31

Analisis satuan:
1 mm/jam berapa l/det/Ha?
(mm/jam) x Ha =
(0,001 dm/3.600 det) x 1.000.000

dm2 = 0, 278 dm3/det/Ha

Atau 1 mm/jam = 0,278 liter/det/Ha

32
Rumus
Rasional
Metode rasional yang telah dimodifikasi
adalah sebagai berikut (Hindarko, 2000)
Qp= Cs.C.I.A
A : luas dalam hektar
I : intensitas hujan dalam
liter/det/Ha Qp: debit puncak dalam
liter/det
C : koefisien pengaliran
Cs : koefisien retensi untuk daerah pemukiman
dan perkotaan 0,80.
Sumber: Hindarko, 2000, Drainase
Perkotaan, Jakarta: Penerbit Esha
33

Rumus Rasional
• Besarnya debit rencana dihitung dengan memakai
Metode Rasional kalau daerah alirannya kurang
dari 80 Ha.
• Untuk daerah aliran yang lebih luas sampai
dengan 5000 Ha dapat digunakan metode
rasional yang diubah.
• Untuk luas daerah yang lebih dari 5000 Ha
digunakan hidrograf satuan atau metode rasional
yang diubah.
Q =C x β x I x A
Rumus metode
rasional:
C
Dimana: :koefisien pengaliran (limpasan)
:debit rencana dengan kala ulang T β
tahun dalam m / det 3 :koefisien penyebaran hujan
Q
I
:intensitas selama waktu konsentrasi dalam mm/jam A
:Luas daerah aliran dalam Ha
Rumus penghitung banjir rancangan
non hidrograf yang lain

• Der Weduwen untuk luas daerah aliran


sungai sampai 100 km²,
• Melchior untuk luas daerah aliran
sungai lebih dari 100 km²
• Haspers untuk lebih dari 5000 ha 35

Koefisien Pengaliran c
Perbandingan antara jumlah air yang
mengalir (melimpas) di permukaan dengan
jumlah air hujan yang turun di kawasan
tersebut.

Dipengaruhi oleh:
Kemiringan, tata guna lahan, jenis tanah,
kebahasan tanah

36

Tata Guna Lahan Perkotaan


Koefisen
Kawasan pemukiman
pengaliran C

•Kepadatan rendah 20 rumah/Ha 0,25 – 0,40


0,40 – 0,70
•Kepadatan sedang
•Kepadatan tinggi > 60 rmh/Ha 0,70 – 0,80
0,20 – 0,30
•Dengan sumur resapan
0,90 - 0,95
Kawasan perdagangan
0,80 – 0,90
Kawasan Industri

Taman, Jalur Hijau, sejenisnya 0,20 – 0,30


Sumber : Hindarko (2000)
37

Koefisien Retensi (cs)


Akibat adanya berbagai hambatan dalam
pengaliran air limpasan, maka besar debit
puncak banjir dapat berkurang

Untuk daerah pemukiman dan perkotaan


adalah 0,80.
Untuk luas daerah yang kecil besar
koefisien retensi ini adalah 1

38

Koefisien Penyebaran Hujan (β)

Koefisien penyebaran hujan merupakan nilai


yang digunakan untuk mengoreksi pengaruh
penyebaran hujan yang tidak merata pada
suatu daerah pengaliran.

Nilai besaran ini tergantung dari kondisi dan


luas daerah pengaliran. Untuk daerah yang
relatif kecil biasanya kejadian hujan
diasumsikan merata, sehingga nilai koefisien
penyebaran hujannya adalah 1.
Tabel Koefisien Penyebaran Hujan
Luas daerah pengaliran

ien penyebaran hujan


(km2) (β)
0-4 1,000
5 0,995
10 0,980
15 0,955
20 0,920
25 0,875
30 0,820
50 0,500

40

Langkah menghitung Q
daerah lahan
Data hujan
Peta Tataguna Jenis Tanah
(topografi)
daerah A Retensi

Koef
Pengaliran dan
Luas
Intensitas hujan
dengan kala ulang
tertentu I
C dan Cs

Debit rancangan Q
= 0,278 . Cs. C . I . A

41

Contoh 3
QT= 0,00278 C.I.A A
= 0,26 km2
C = 0,70
I10 = 139 mm/jam
Q10 = 0,00278 . 0,70 . 139 . 0,26 =
3
0,0703 m /dtk.

42

Contoh 4

Bila I dalam satuan l/det/Ha, luas dalam satuan Ha


maka Q = C.Cs.A.i dalam satuan l/det
intensitas hujan 575 liter/detik/ha.; koefisien retensi Cs =
0,8; Luas A = 30 m2 = 0,003 ha; koef pengaliran C =
0,78

Debit banjir = C.Cs.A.i


= 0,78 x 0,8 x 0,003 x 575
= 1,07 liter/detik
= 0,00107 m3/det

43

Anda mungkin juga menyukai