Anda di halaman 1dari 49

KUANTITAS AIR HUJAN

Zainuddin Muchtar, S.T., M.T., P.Md-SDA


2.1 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah proses perputaran atau


pergerakan air di muka bumi yang berlangsung terus menerus
(lihat Gambar 2.1).

Awan
Awan

Salju Hujan
Transpirasi

Infiltrasi
Penguapan
Penguapan Penguapan
Tampungan
Salju
Aliran Permukaan
Tanah

Air Tanah Danau, Sungai

Perkolasi atau Waduk Lautan

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi


2.2 Curah Hujan

Faktor yang dipergunakan di dalam perencanaan


drainase jalan raya untuk memperoleh angka-angka debit
banjir rencana, umumnya didasarkan pada besarnya curah
hujan yang terjadi.
Karakteristik hujan pada suatu daerah akan sangat
berbeda dengan karakteristik hujan di daerah lain. Dengan
demikian, maka untuk memperkirakan besarnya curah hujan
yang akan terjadi pada suatu daerah, hanya dapat dilakukan
berdasarkan pengukuran-pengukuran besar curah hujan pada
waktu-waktu tertentu dengan menggunakan peralatan yang
disebut pengukur curah hujan (rain gauge).
2.2.1 Penakar hujan

Alatnya terdiri dari: - corong dan


- penampung
Melalui corong, air hujan terkumpul masuk ke dalam
penampung. Bila volume air hujan yang terkumpul dalam
penampung selama 24 jam sebesar V liter, maka tinggi curah
hujan d dapat dihitung dengan rumus berikut:
V
d= .......... .......... .......... .......... .......... .......... (Persamaan 2.1).
A
Dimana:
d = tinggi air hujan, dm.
V = volume air hujan, dm3.
A = luas penampang corong, dm2.
2.2.2 Konversi Curah Hujan Suatu Tempat ke Curah
Hujan Daerah

Untuk memperoleh gambaran karakteristik curah


hujan daerah, maka dari hasil pencatatan curah hujan
pada pos-pos penakar hujan suatu tempat dapat
dilakukan perhitungan-perhitungan curah hujan
daerah.
Curah hujan daerah, dapat dihitung dengan 3 metoda:
(a) Metoda perhitungan rata-rata arithmatik,
(b) Metoda poligon Thiessen, dan
(c) Metoda isohyet.
(a) Metoda perhitungan rata-rata arithmatik

Dipergunakan untuk daerah yang datar, dengan jumlah pos


penakar hujan cukup banyak dan curah hujannya bersifat
uniform.

R rata-rata = 1/n (R1 + R2 + R3 + … + Rn) …....... (Persamaan 2.2).

Dimana:

R rata-rata = tinggi curah hujan rata-rata daerah, (mm).

R1, R2, R3…, Rn = tinggi curah hujan pada masing-masing

pos penakar hujan, (mm).

n = banyaknya pos penakar pada daerah

yang bersangkutan.
(b) Metoda Poligon Thiessen
Metoda poligon Thiessen diperoleh dengan membuat
poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah
garis hubung dua pos penakar hujan. Misal A1 adalah
luas daerah pengaruh pos penakar hujan A, A2 luas
daerah pengaruh pos penakar hujan B, A3 luas daerah
pengaruh pos penakar hujan C, ........ An luas daerah
pengaruh pos penakar hujan n. Pos penakar hujan A
menakar tinggi curah hujan = R1, pos penakar hujan B
menakar tinggi curah hujan = R2, pos penakar hujan C
menakar tinggi curah hujan = R3, ........... pos penakar
hujan n menakar tinggi curah hujan = Rn, maka:
A1.R1+ A2.R2 + A3.R3 + ......... + An.Rn
R rata − rata =
A1 + A2 + A3 + ....... + An
n Ai.Ri
= .......... .......... .......... ... (Persamaan 2.3).
i =1 A

Dimana:
R rata-rata = tinggi curah hujan rata-rata daerah, (mm).
A1, A2, A3,…, An = luas daerah pos penakar 1, 2, 3,…, n, (m2).
R1, R2, R3,…, Rn = tinggi curah hujan di pos penakar
1, 2, 3,…, n, (mm).
F
Curah hujan = R6
Luas = A6
A
Curah hujan = R1
Luas = A1

E
Curah hujan = R5
Luas = A5
B G
Curah hujan = R7
Curah hujan = R2 Luas = A7
Luas = A2

Curah hujan = R4
Luas = A4
Curah hujan = R3
Luas = A3 D
C

Gambar 2.2 Poligon Thiessen


(c) Metoda Isohyet
Isohiet adalah garis lengkung yang menunjukkan harga curah
hujan yang sama. Pada umumnya garis lengkung tersebut
menunjukkan angka yang bulat, yang diperoleh dengan cara
menginterpolasi harga-harga curah hujan yang tercatat pada
pos penakar hujan lokal.
Urutan perhitungannya sbb:
(1). Dari data curah hujan di daerah yang bersangkutan, dibuat
garis-garis lengkung isohyet dengan angka bulat (misal R0
= 50 mm; R1 = 75 mm; R2 = 100 mm; R3 = 125 mm;
……dan Rn = 200 mm).
(2). Luas areal diantara dua garis lengkung isohyet yang
berurutan diukur dengan alat planimeter, misal luas areal
antara garis lengkung isohyet R0 dan R1 = A1 m2; luas
areal antara garis lengkung R1 dan R2 = A2 m2;
luas areal antara garis lengkung isohyet R2 dan R3 = A3 m2;
luas areal garis lengkung isohyet Rn–1dan Rn=An m2.
(3). Hitung tinggi curah hujan rata-rata diantara dua garis lengkung
isohyet yang berurutan, misal tinggi curah hujan antara
lengkung isohyet R0 dan R1 = 1/2(R0 + R1); antara R1 dan
R2 = 1/2(R1 + R2); antara R2 dan R3 = 1/2(R2 + R3);………;
antara Rn-1 dan Rn = 1/2(Rn-1 + Rn).
(4). Hitung volume curah hujan diantara 2 garis lengkung isohyet
yang berurutan, misal volume air hujan antara garis lengkung
isohyet R0 dan R1 = 1/2(R0 + R1)(A1); volume air hujan antara
garis lengkung isohyet R1 dan R2 = 1/2(R1 + R2)(A2); volume
air hujan antar garis lengkung R2 dan R3 = 1/2(R2 +
R3)(A3);…; dan volume curah hujan antara garis lengkung
isohyet Rn-1dan Rn = 1/2(Rn-1 + Rn)(An).
 n Ri − 1 + Ri 
(5). Volume curah hujan seluruhnya =    x Ai
i = 1 2 
 
n R + Ri
 i - 1 x Ai
i = 1 2
(6). Curah hujan rata - rata =
n
 Ai
i=1
 n Ri − 1 + Ri 
R rata − rata = 1/A    .......... .......... ..(Persamaan 2.4).
i = 1 2 
 
Dimana:
R rata-rata = tinggi curah hujan rata-rata daerah, (mm)
R0; R1; R2; R3;…; Rn = tinggi curah hujan pada isohyet 0; 1; 2;
3; ..; n
A0; A1; A2; A3;…….; An = luas areal yang dibatasi oleh isohyet,
(m2).
A = A1 + A2 + A3 + ….. + An = total luas area, (m2)
Contoh 2.1. Di suatu daerah aliran sungai (DAS), terdapat
beberapa pos penakar hujan, curah hujan dan luas daerah
pengaruhnya seperti tergambar. Hitung curah hujan daerah
tersebut, dengan menggunakan (a). metoda perhitungan rata-
rata arithmatik dan (b). metoda poligon Thiessen.

Pos Curah hujan Luas


penakar (inchi) (mil2)

A 2,1 735
B 3,1 475
C 5,2 640
D 3,8 620
E 5,4 740
F 3,3 685
G 4,5 1.210
Penyelesaian:
(a) Metoda perhitungan rata-rata aritmatik.
R rata - rata = 1/7 (R1+ R2 + R3 + R4 + R5 + R6 + R7)
= 1/7(2,1 + 3,1 + 5,2 + 3,8 + 5,4 + 3,3 + 4,5)
= 3,91 inchi.
(b) Metoda poligon Thiessen.
Curah hujan (in) Luas poligon (mil2) Curah hujan x luas poligon (in mil2)
2,1 735 1.543,50
3,1 475 1.472,50
5,2 640 3.328,00
3,8 620 2.356,00
5,4 740 3.996,00
3,3 685 2.260,50
4,5 1.210 5.445,00
Jumlah = 5.105 Jumlah = 20.401,50

R rata -rata = 20.401,50 in mil2 = 4 inchi.


5.105 mil2
Contoh 2.2. Di suatu daerah aliran sungai (DAS), terdapat
beberapa pos penakar hujan, curah hujan dan luas daerah
pengaruhnya seperti tergambar. Hitung curah hujan daerah
tersebut, dengan menggunakan metoda isohyet.

Isohyet (inchi) Luas antar isohyet (mil2)


1,60
125
2,00
820
3,00
1.100
4,00
2.555
5,00
500
5,40
Penyelesaian:
• Perhitungan dengan metoda isohyet.

Isohyet Isohyet rata2 Luas antar isohyet, Volume hujan


(inchi) (inchi) An (mil2) (inchi mil2)
1,60
1,80 125 225
2,00
2,50 820 2.050
3,00
3,50 1.100 3.850
4,00
4,50 2.555 11.498
5,00
5,20 500 2.600
5,40
n n
 An = 5.100  Vn = 20.223
1 1

n n
Curah hujan rata − rata =  Vn :  An = 20.223 = 3,96 inchi.
1 1 5.100
2.3 Perhitungan Statistik
Fenomena-fenomena hidrologi seperti hujan, banjir dan
sebagainya, kapan terjadinya dan berapa besarnya sangat
tidak beraturan (random). Namun demikian, kita mengharapkan
agar semua bangunan pengairan termasuk fasilitas drainase
sedapat mungkin masih akan tetap bertahan sampai habis
umur rencan dan umur ekonomisnya.
Pengharapan tersebut dituangkan ke dalam bentuk
kemungkinan dengan suatu resiko. Yang dimaksud dengan
kemungkinan adalah suatu perkiraan perulangan dari pada
suatu kejadian. Banjir 100 tahunan, artinya banjir yang
diperkirakan akan disamai atau dilampaui debitnya satu kali
dalam 100 tahun, atau diperkirakan akan terjadi setiap tahun
dengan kemungkinan perbandingan 1 : 100.
2.4 Intensitas Hujan
Intensitas hujan dan lamanya hujan turun yang terjadi di
suatu daerah, sangat diperlukan untuk mengetahui debit aliran
permukaan yang terjadi di daerah yang bersangkutan.
Umumnya, hujan dengan durasi (rentang waktu) yang
lama mempunyai intensitas yang kecil. Sedang hujan deras
atau mempunyai intensitas yang tinggi, umumnya terjadi pada
durasi yang pendek.

Intensitas hujan,
mm/jam

Durasi, menit
Gambar 2.3 Kurva intensitas hujan - durasi
2.5 Persamaan Intensitas Hujan
Intensitas hujan rencana diperlukan untuk menghitung
debit aliran permukaan rencana. Karena durasi hujan dari data
pengamatan biasanya tidak sama dengan dengan durasi hujan
yang dipakai dalam perencanaan, maka diperlukan metoda
untuk mentransformasikannya ke dalam kurva IDF (Intensitas-
Durasi-Frekuensi). Kurva IDF adalah kurva yang
menggambarkan hubungan antara intensitas, durasi (rentang
waktu) dan frekuensi hujan. Kurva ini berguna untuk
mentransformasikan intensitas hujan dari durasi besar menjadi
durasi yang lebih kecil, dengan berbagai periode ulang.
Persamaan regresi untuk membuat kurva IDF, dengan analisa
1 Y .......... ..(Persamaan 2.5).
R=U+ 
probabilitas:
Dimana:
R = hujan rencana, (mm/24 jam)
Y = variasi yang berkurang (reduce variate) untuk berbagai
periode ulang T, lihat Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Variasi yang berkurang (reduce variate)

Periode ulang, T (tahun) Reduce variate, Y


2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001

Sedang U = R −  1 YN .......... .......... .......... (Persamaan 2.6).

1 = x .......... .......... .......... .......... .. (Persamaan 2.7).


Serta  
N
Bila disubstitusikan ke persamaan sebelumnya, maka
persamaannya menjadi:

R=U+  1 Y = R − 1 YN + 1 Y
 
=R+  1  Y − YN 
 
 
x 
= R +   Y − YN  .......... .......... ........ (Persamaan 2.8).
N 
Dimana :
x = standar deviasi
N = standar deviasi yang diperkirakan (lihat Tabel 2.2)
YN = harga rata − rata yang diperkirakan (lihat Tabel 2.3)
N  
2
 Ri − R

Standar deviasi, x = i = 1 .......... .......... .(Persaman 2.9).
N
Dimana :
R = harga curah hujan rata − rata dalam sehari, (mm/24 jam)
N = jumlah data tahun pengamatan.
Tabel 2.2 Standar deviasi yang diperkirtakan, N

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0696 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1088
30 1,1124 1,1159 1,1159 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1436 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1623 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1859 1,1863 1,1863 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
Sumber: J. Nemec, 1995.
Tabel 2.3 Harga rata-rata yang diperkirakan, YN

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5225 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5402 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,5432
40 0,5436 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5518 0,5519
60 0,5521 0,5534 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
Sumber: J. Nemec, 1995.
Beberapa cara untuk membuat kurva IDF
(1). Bila durasi hujan yang tercatat adalah harian, data dari
hasil pengamatan pos pencatat curah hujan manual
dikumpulkan sebagai basis data.
(2). Pilih data yang dibutuhkan, yaitu curah hujan harian
maksimum per tahun (mm/hari) atau (mm/24 jam),
atau jumlah hari hujan badai dalam satu tahun.
(3). Menghitung hujan rencana harian untuk periode ulang
tertentu, R24 dengan menggunakan analisa
probabilitas.
(4). Transformasikan R24 menjadi hujan rencana dengan
durasi lebih kecil sesuai dengan waktu konsentrasi tc.
Persamaan untuk lengkung intensitas hujan terhadap durasi :
(a) Rumus Mononobe

R Tr  2/3
Tr = 24 
I tc 24 
 , mm/jam .......... ..... (Persamaan 2.10).
 tc 
24  
(b) Rumus Talbot
It = a , mm/jam .......... .......... ..... (Persamaan 2.11).
t +b

(c) Rumus Ishiguro


It = a , mm/jam.............. ... (Persamaan 2.12).
t +b
Dimana:
It = intensitas curah hujan dengan durasi t, (mm/jam)
R24 = rata-rata curah hujan maksimum, (mm/hari)
tc = waktu konsentrasi, (jam)
t = lamanya/durasi hujan, (jam)
a dan b = konstanta
Contoh 2.3. Dari pengamatan hujan pada salah satu pos
penakar hujan, diperoleh data-data berikut. Hitung dan
gambarkan kurva IDF, untuk periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10
tahun, dan 25 tahun, dengan waktu konsentrasi tc sama
dengan 5,10,20,30,40,50,60,70,80,90, 100, 110 dan 120 menit.

No Tahun Hujan harian No Tahun Hujan harian


(mm/24 jam) (mm/24 jam)
1 1967 125 11 1977 89
2 1968 130 12 1978 93
3 1969 110 13 1979 116
4 1970 96 14 1980 121
5 1971 78 15 1981 129
6 1972 99 16 1982 145
7 1973 105 17 1983 162
8 1974 112 18 1984 119
9 1975 136 19 1985 149
10 1976 142 20 1986 150
Penyelesaian:
Data curah hujan selama 20 tahun, disusun kembali
berdasarkan besaran nilai curah hujan harian (Ri) secara
berurutan dimulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Kemudian nilai curah hujan harian rata-rata, dihitung
berdasarkan rumus berikut:
N
R = (  Ri) : N = 2.404 : 20 = 120,20 mm.
i =1
N  2
 Ri − R
 

x = i = 1 = 10.041,20 = 22,4067 mm.


 

N 20
Untuk jumlah data N = 20, maka dari Tabel 2.2 diperoleh
harga standar deviasi  = 1,0628 dan dari Tabel 2.3 diperoleh
harga: YN = 0,5225; sehingga =
1 x 22,4067
= = 21,083.
 N 1,0628
 
No Tahun Curah hujan Ri  Ri − R 2
 
 Ri − R
 
. (mm/24 jam) (mm/24 jam) (mm/24jam)  

1 1967 125 162 41,80 1.747,24


2 1968 130 150 29,80 888,04
3 1969 110 149 28,80 829,44
4 1970 96 145 24,80 615,04
5 1971 78 142 21,80 425,24
6 1972 97 136 15,80 249,64
7 1973 105 130 9,80 96,04
8 1974 112 129 8,80 77,44
9 1975 136 125 4,80 23,04
10 1976 142 121 0,80 9,64
11 1977 89 119 -1,20 1,44
12 1978 93 116 - 4,20 17,64
13 1979 116 112 - 8,20 67,24
14 1980 121 110 -10,20 104,04
15 1981 129 105 - 15,20 231,04
16 1982 145 97 - 23,20 538,24
17 1083 162 96 - 24,20 585,64
18 1084 119 93 -27,20 739,84
19 1985 149 89 - 31,20 973,44
20 1986 150 78 - 42,20 1.780,84
N N  
2
 Ri = 2.404  Ri - R = 10.041,2
i=1 i=1
Dengan demikian, maka persamaan regresi curah hujan
rencana untuk berbagai periode ulang di daerah ini adalah:
x  
R=R+  Y − YN 
N  

= 120,20 + 21,083(Y − 0,5225)


(a) Periode ulang, T = 2 tahun.
Untuk periode ulang T = 2 tahun dari Tabel 2.1 diperoleh, harga
reduce variate Y = 0,3665; sehingga persamaannya:
R = 120,20 + 21,083(0,3665 – 0,5225) = 116,91 mm/24 jam.
R  24 2/3 116,91 24 2/3
Rumus Mononobe; i = 24   =  
24  tc 

24  tc 

Untuk waktu konsentrasi tc = 5 menit = 0,0833 jam,


2/3 116,91 24 2/3
i= 116,91 24 
  =
 
= 212,49 mm/jam.
 
24  tc  24  0,0833 
Untuk waktu konsentrasi tc = 10 menit = 0,1666 jam,
2/3 116,91 24 2/3
i= 116,91 24 
  =
 
= 133,86 mm/jam.
 
24  tc  24  0,1666 

Untuk waktu konsentrasi tc = 20 menit = 0,333 jam,


2/3 2/3
116,91 24  116,91 24 
i= =   = 84,36 mm/jam.
24  tc  24  0,333 
Untuk waktu konsentrasi tc = 30 menit = 0,5 jam,
2/3 2/3
116,91 24  116,91 24 
i= =   = 64,33 mm/jam.
24  tc  24  0,5 
 

Untuk waktu konsentrasi tc = 40 menit = 0,666 jam,


2/3 2/3
116,91 24  116,91 24 
i= =   = 53,14 mm/jam.
24  tc  24  0,666 
 

Untuk waktu konsentrasi tc = 50 menit = 0,833 jam,


2/3 2/3
116,91 24  116,91 24 
i= =   = 45,78 mm/jam.
24  tc  24  0,833 
 
Untuk waktu konsentrasi tc = 60 menit = 1,00 jam,
2/3 2/3
116,91 24  116,91 24 
i= =   = 40,53 mm/jam.
24  tc  24  1,00 
 

Untuk waktu konsentrasi tc = 70 menit = 1,166 jam,


2/3 2/3
116,91 24  116,91 24 
i= =   = 36,58 mm/jam.
24  tc  24  1,166 
 

Untuk waktu konsentrasi tc = 80 menit = 1,333 jam,


2/3 2/3
116,91 24  116,91 24 
i= =   = 33,46 mm/jam.
24  tc  24  1,333 
Untuk waktu konsentrasi tc = 90 menit = 1,50 jam,
2/3 116,91 24 2/3
i= 116,91 24 
  =  
= 30,93 mm/jam.
 
24  tc  24  1,50 
Untuk waktu konsentrasi tc = 100 menit = 1,666 jam,
2/3 116,91 24 2/3
i = 116,91 24 
   
=   = 28,84 mm/jam.
24  tc  24  1,666 
 
Untuk waktu konsentrasi tc = 110 menit = 1,833 jam,
2/3 116,91 24 2/3
i = 116,91 24 
   
=   = 27,06 mm/jam.
24  tc  24  1,833 
 

Untuk waktu konsentrasi tc = 120 menit = 2,0 jam,


2/3 116,91 24 2/3
i = 116,91 24 
   
=   = 25,53 mm/jam.
24  tc  24  2,0 
 

(b) Periode ulang, T = 5 tahun.


Untuk periode ulang T = 5 tahun dari Tabel 2.1 diperoleh, harga
reduce variate Y = 1,4999; sehingga persamaannya:
R = 120,20 + 21,083(1,4999 – 0,5225) = 140,80 mm/24 jam.
2/3 2/3
Rumus Mononobe; i = R24  24  = 140,80  24 
   

24  tc  24  tc 
Untuk waktu konsentrasi tc = 5 menit = 0,0833 jam,
2/3 2/3
i = R24  24  = 140,80  24 
   
= .....
24  tc  24  0,0833 
Untuk waktu konsentrasi tc = 10 menit = 0,1666 jam.
2/3 2/3
i = R24  24  = 140,80  24 
   
= ....... mm/jam.
24  tc  24  0,1666 
Untuk waktu konsentrasi tc = 20 menit = 0,333 jam.
2/3 2/3
i = R24  24  = 140,80  24 
   
= ....... mm/jam.
24  tc  24  0,333 
Untuk waktu konsentrasi tc = 30 menit = 0,50 jam.
2/3 2/3
i = R 24 = 140,80 24
24    
   = ....... mm/jam.
24 tc 


 24 0,50



Untuk waktu konsentrasi tc = 40 menit = 0,666 jam.


2/3 2/3
i = R24  24  = 140,80  24 
   
= ....... mm/jam.
24  tc  24  0,666 
Untuk waktu konsentrasi tc = 50 menit = 0,833 jam.
2/3 2/3
i = R24  24  = 140,80  24 
   
= ....... mm/jam.
24  tc  24  0,833 
Dengan cara yang sama, maka dapat dibuat persamaan
intensitas curah hujan untuk periode 10 tahun; 15 tahun; dan
25 tahun, kemudian hasilnya digambarkan berupa kurva IDF
(Intensitas-Durasi-Frekuensi).
-
2.6 Aliran Permukaan
Adalah aliran air hujan yang jatuh di atas permukaan bumi,
mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah,
dimana sebagian alirannya akan meresap masuk ke dalam tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan:
- luas daerah pengaliran (catchment area),
- infiltrasi/perkolasi,
- karakteristik hujan,
- karakteristik tanah, dan
- penguapan (evaporation).
2.7 Debit Aliran Permukaan
Langkah awal untuk mendisain saluran pembuangan air
hujan adalah memperkirakan debit aliran permukaan yang
mengalir dan yang akan disalurkan melalui saluran
pembuangan.
1 
Rumus Rasional: Q =  c.i.A  .......... ...... (Persamaan 2.13).

3,6  

Dimana:
Q = debit maksimum aliran permukaan, (m3/dt)
c = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan selama waktu konsentrasi, (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran, (km2)

2.7.1 Koefisien pengaliran, c

Harga c yang biasa dipakai untuk berbagai karakteristik


lahan, seperti terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Koefisien pengaliran, c
Karakteristik lahan c
• Daerah perdagangan: -
- pusat kota 0,70 – 0,95
- pinggiran kota 0,50 – 0,70
• Daerah pemukiman/perumahan: -
- perumahan yang teratur 0,30 – 0,50
- perumahan yang terpisah 0,40 – 0,60
- perumahan yang menyatu 0,60 – 0,75
- perumahan di pinggiran kota 0,25 – 0,40
- rumah susun 0,50 – 0,70
• Daerah industri: -
- industri ringan 0,50 – 0,80
- industri berat 0,60 – 0,90
• Taman, tempat pemakaman/kuburan 0,10 – 0,25
• Lapangan 0,20 – 0,35
• Jalan: -
- jalan aspal 0,70 – 0,95
- jalan beton 0,80 – 0,95
- jalan batu bata 0,70 – 0,85
Karakteristik lahan c
•Atap bangunan 0,75 – 0,95
• Padang rumput di atas tanah berpasir: -
- landai/datar (kemiringan ≤ 2%) 0,05 – 0,10
- sedang (kemiringan 2% - 7%) 0,10 – 0,15
- curam (kemiringan ≥ 7%) 0,15 – 0,20
• Padang rumput di atas tanah keras: -
- landai/datar (kemiringan ≤ 2%) 0,13 – 0,17
- sedang (kemiringan 2% - 7%) 0,18 – 0,22
- curam (kemiringan ≥ 7%) 0,25 – 0,35
Sumber: Linsley, 1991.

2.7.2 Koefisien pengaliran rata-rata, c rata-rata


Untuk daerah pengaliran yang terdiri dari campuran
berbagai macam karakteristik lahan, maka koefisien pengaliran
rata-rata, dihitung sebagai berikut.
c rata - rata = A1.c1 + A2.c2 + A3.c3 + ... + An.cn...(Persam aan 2.14).
A1 + A2 + A3 + ... An
Dimana:
A1; A2; A3;…; An = luas masing-masing daerah pengaliran, m2
c1; c2; c3;….; cn = koefisien pengaliran masing-masing lahan.

Berdasarkan rumus seperti di atas, beberapa ahli


pengembangan sumber daya air menggunakan harga c yang
tergantung pada karakteristik lahan, lihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Koefisien pengaliran rata-rata, c rata-rata

Karakteristik lahan c rata-rata


• Daerah perdagangan: -
- perkotaan 0,70 – 0,90
- pinggiran 0,50 – 0,70
Karakteristik lahan c rata-rata
•Daerah pemukiman: -
- bungalows 0,30 – 0,50
- perumahan teratur/real estate 0,40 – 0,60
- perumahan dengan banyak 0,60 – 0,70
keluarga -
- perumahan pinggiran 0,25 – 0,40
- apartemen 0,50 - 0,70
• Daerah industri: -
- ringan 0,50 – 0,80
- berat 0,60 – 0,90
• Taman 0,10 – 0,25
• Tempat bermain 0,20 – 0,30
Sumber: Ram S. Gupta 1990.

Contoh 2.4. Suatu wilayah seluas 0,20 km2 terdiri dari 3.000 m2
tertutup oleh bangunan rumah; 5.000 m2 tertutup oleh trotoar
jalan pasangan batu bata; kemudian 2.000 m2 tertutup oleh
jalan beton;
dan sisanya terdiri dari padang rumput yang datar di atas tanah
keras. Hitung koefisien pengaliran rata-rata, kemudian hitung
debit aliran permukaannya, bila wilayah ini mempunyai
intensitas curah hujan, i = 40 mm/jam.

Penyelesaian:

• Bangunan rumah
c = (0,75 s/d 0,95) x 3.000/200.000 = 0,0105 s/d 0,0142
• Trotoar jalan pasangan batu bata
c = (0,75 s/d 0,85) x 5.000/200.000 = 0,0187 s/d 0,0212
• Jalan beton
c = (0,80 s/d 0,95) x 2.000/200.000 = 0,0080 s/d 0,0095
• Padang rumput datar di atas tanah keras
c = (0,13 s/d 0,17) x 190.000/200.000 = 0,1235 s/d 0,1615
c rata-rata = 0,1600 s/d 0,2100
Untuk daerah ini, ambil c rata-rata = 0,18 (antara 0,16 – 0,21)
Debit aliran permukaan;
Q = (1/3,6)(c.i.A)
= (1/3,6)(0,18 x 40 mm/jam x 0,20 km2)
= 0,40 m3/dt.
Contoh 2.5. Suatu wilayah seluas 200 hektar, terdiri dari
beberapa karakteristik lahan sebagai berikut:

Karakteristik lahan Persen luas, (%) Luas, (ha) c


Atap bangunan 20 40 0,90
Jalan aspal 15 30 0,80
Kebun 30 60 0,15
Jalan tanah 20 40 0,40
Padang rumput 15 30 0,10
Pertanyaan:
(a) Hitung koefisien pengaliran rata-rata untuk wilayah ini.
(b) Jika intensitas curah hujan di wilayah ini; i = 35 mm/jam,
hitung kuantitas aliran permukaannya.
Penyelesaaian:
(a) Koefisien pengaliran c rata-rata

c rata - rata = A1.c1 + A2.c2 + A3.c3 + ... + An.Cn


A1 + A2 + A3 + .... + An
= (40)(0,9) + (30)(0,8) + (60)(0,15) + (40)(0,4) + (30)(0,1)
40 + 30 + 60 + 40 + 30
= 0,44.
(a) Kuantitas aliran permukaan, Q
Total luas wilayah, A = 200 hektar = 2 km2.
Kuantitas akliran permukaan, Q = (1/3,6)(ciA)
= (1/3,6)(0,44)(35)(2)
= 9,778 m3/dt.
2.7.3 Waktu konsentrasi, tc
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh aliran
permukaan untuk mengalir dari tempat yang terjauh sampai ke
tempat masukan (inlet). Waktu konsentrasi atau waktu perambatan
banjir inilah yang dianggap sebagai durasi (lamanya) hujan yang
menyebabkan terjadinya debit banjir rencana.

Besarannya dipengaruhi oleh beberapa faktor:


(a) Jarak/panjang yang ditempuh oleh aliran permukaan,
(b) Karakteristik lahan tempat aliran permukaan, dan
(c) Kemiringan lahan (slope) tempat aliran permukaan.
Bila faktor-faktor yang mempengaruhi besaran waktu
konsentrasi tc tidak diketahui dengan pasti, maka tc dapat
dihitung dengan rumus berikut :
tc = to + td, (menit)………… (Persamaan 2.15)
Dimana:
to = waktu masuk (inlet time), (menit)
td = waktu aliran (conduit time), (menit)
Waktu masuk (inlet time) to, yaitu waktu yang diperlukan oleh aliran
permukaan untuk mengalir mula-mula dari atap bangunan,
pekarangan, pelataran, saluran pembuangan (got) dan akhirnya ke
inlet saluran drainase. Waktu masuk to sering diasumsikan
berkisar antara 5 sampai 10 menit, atau dapat ditentukan dengan
perhitungan-perhitungan.
0,167
to = 2/3 x 3,28 x Lo.nd S 
 
 .......... .........( Persamaan 2.16).
 
 

Dimana:
Lo = jarak dari titik terjauh sampai ke fasilitas drainase, (m).
nd = koefisien hambatan, lihat Tabel 2.6.
S = kemiringan daerah pengaliran.
Tabel 2.6 Koefisien hambatan, nd

No Kondisi lapis permukaan nd


1 Lapisan semen dan aspal beton 0,013
2 Permukaan licin dan kedap air 0,020
3 Permukaan licin dan kokoh 0,100
4 Tanah dengan rumput tipis atau gundul 0,200
5 Padang rumput dan rerumputan 0,400
6 Hutan gundul 0,600
7 Hutan rimbun 0,800

Sedang waktu aliran (conduit time) td, adalah waktu yang


diperlukan oleh aliran permukaan untuk mengalir di dalam
saluran.

td = L/60V, (menit) ………………………. (Persamaan 2.17).


Dimana:
L = panjang saluran, (m)
V = kecepatan aliran rata-rata di dalam saluran, (m/dt)
Terima Kasih
atas
Perhatian Anda

Anda mungkin juga menyukai