Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH AGROHIDROLOGI

“Menghitung CH”

Dosen Pengampu :
Ir. Zurhalena M.P
Dr. Ir. Aswandi, M. Si.

Disusun oleh :
Bahditra Zanifer
D1A019176

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
MENGHITUNG CURAH HUJAN (CH)
RATA -RATA

Hari / Tanggal : Sabtu, 20 Maret 2021


Materi Praktikum : Menentukan Curah Hujan (CH) rata-rata
Tujuan : Untuk mengetahui Curah Hujan (CH) rata-rata

Prinsip Teori :
Dalam siklus hidrologi hujan merupakan faktor penting dalam menentukan kapasitas
air yang ada di suatu Daerah. Hujan yang turun di suatu daerah akan masuk ke dalam DAS,
mengalir ke dalam sungai, dan akhirnya ke laut. Hujan yang terjadi akan berbeda-beda di
setiap daerah, tergantung pada ketinggian daerah, iklim, musim, dan faktor-faktor lain yang
menyebabkan itu turun. Intensitas dan durasi hujan juga menentukan banyaknya jumlah air
yang turun pada daerah tersebut.
Hujan merupakan sumber dari semua air yang mengalir di sungai dan di dalam
tampungan baik di atas maupun dibawah permukaan tanah. Jumlah dan variasi debit sungai
tergantung pada jumlah, intensitas dan distribusi hujan. Hujan juga dapat diartikan sebagai
ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap
dan tidak mengalir (Suroso 2006). Terdapat hubungan antara debit sungai dan curah hujan
yang jatuh di DAS yang bersangkutan. Apabila data pencatatan debit tidak ada, data
pencatatan hujan dapat digunakan untuk memperkirakan debit aliran.
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar, tertampung air setinggi satu
milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah
hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan
lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.
Jumlah curah hujan merupakan volume air yang terkumpul di permukaan bidang datar
dalam suatu periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan). Curah hujan
merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang
diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan horizontal. Pengertian curah
hujan dapat juga dikatakan sebagai air hujan yang memiliki ketinggian tertentu yang
terkumpul dalam suatu penakar hujan, tidak meresap, tidak mengalir, dan tidak menyerap
(tidak terjadi kebocoran). Tinggi air yang jatuh ini biasanya dinyatakan dengan satuan
milimeter. Curah hujan dalam 1 (satu) millimeter artinya dalam luasan satu meter persegi,
tempat yang datar dapat menampung air hujan setinggi satu mm atau sebanyak satu liter.
Data curah hujan sangat penting untuk perencanaan teknik khususnya untuk bangunan
air misalnya irigasi, bendungan, drainase perkotaan, pelabuhan, dermaga, dan lain-lain.
Karena itu data curah hujan di suatu daerah dicatat terus menerus untuk menghitung
perencanaan yang akan dilakukan. Pencatatan data curah hujan yang dilakukan pada suatu
DAS dilakukan di beberapa titik stasiun pencatat curah hujan untuk mengetahui sebaran
hujan yang turun pada suatu DAS apakah merata atau tidak. Diperlukan data curah hujan
bertahun-tahun untuk mendapatkan perhitungan perencanaan yang akurat, semakin banyak
data curah hujan yang ada maka semakin akurat perhitungan yang akan dilakukan.
Media yang digunakan
1. Kalkulator
2. Komputer dengan program Software MS Excel

Tujuan Praktikum
1. Menghitung curah hujan dengan metode Rata -rata aritmatik.
2. Menghitung curah hujan dengan Teknik poligon (Thiessen polygon).
3. Menghitung curah hujan dengan Teknik Isohet (Isohyetal).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Curah hujan dengan metode Rata -rata aritmatik pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Data curah hujan bulanan Lokasi X (mm)
Lokasi Stasiun Penakar CH rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 (mm)
A 80 75 89 105 75 95 125 - 80.5
B 150 160 200 - 100 - 140 120 108.75
C 158 187 250 264 300 230 178 190 219.625

Curah hujan rata-rata dengan Teknik poligon (Thiessen polygon) pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Data CH tahunan suatu wilayah A
Daerah Luas Daerah aI (ha) CH (mm) Luas Daerah x CH
(km2/mm)
a1 25000 1500 37.500.000
a2 45000 2500 112.500.000
a3 15000 800 12.000.000
a4 75000 1250 93.750.000
Jumlah 160.000 6050 255.750.000
CH rata-rata wilayah A 1.598,4375 mm

Curah hujan dengan Teknik Isohet (Isohyetal) pada Tabel 1.3


Tabel 1.3. Data CH bulanan sua tu wilayah A
Daerah antara Luas antara dua CH isohet (mm) Volume CH
dua Isohet Isohet (km2)
I1 – I2 1200 250 300.000
I2 – I3 2000 125 250.000
I3 – I4 500 200 100.000
I4 – I5 4500 175 787.500

I6 – I7 100 225 22.500

Curah Hujan rata-rata wilayah A 175.903


2. Pembahasan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dalam periode waktu tertentu, yang
diukur dengan satuan ketinggian di atas permukaan lantai horisontal, yang diyakini bebas dari
infiltrasi, limpasan, atau penguapan. Curah hujan juga dapat diartikan sebagai tingkat air
hujan yang dikumpulkan di lokasi yang dangkal, tidak menguap, tidak menyerap dan tidak
mengalir. Curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi. Namun di
Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter (mm). Curah
hujan di Indonesia cenderung memiliki tingkat keragaman yang sangat tinggi secara ruang
dan waktu.

Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu
milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Sedangkan intensitas curah hujan adalah
banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya
besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan banjir,
longsor dan efek negatif terhadap tanaman.

1. Metode Aritmatika atau Rata-rata Aljabar


Metode ini adalah yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata pada suatu
daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang
bersamaan dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Stasiun yang
digunakan dalam hitungan biasanya adalah yang berada dalam DAS, tetapi stasiun
di luar DAS yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan (Triatmodjo, 2013).
Metode rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
a. Stasiun hujan tersebar merata di DAS
b. Distribusi hujan relative merata pada seluruh DAS

Rata-rata CH = (ΣRi)/n
dimana Ri = besarnya CH pada stasiun i
n = jumlah penakar (stasiun)

Rata-rata CH = (ΣRi)/n
A. Rata-rata CH= = 80.5 mm

B. Rata-rata CH= = 108.75 mm

C. Rata-rata CH= = 219.625 mm

2. Cara Poligon (Thiessen polygon)


Rata-rata terbobot (weighted average), masing-masing stasiun hujan ditentukan luas
daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk (menggambarkan garis-
garis sumbu pada garis-garis penghubung antara dua stasion hujan yang
berdekatan). Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak
lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian
tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An.
Dengan menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = An/A,
dimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang
dicari tinggi curah hujannya. Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara
menjumlahkan pada masing-masing penakar yang mempunyai daerah pengaruh
yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
penghubung antara dua pos penakar.

̅= = 1.9598,4375mm

3. Cara Isohet (Isohyetal)


Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang
sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah diantara dua
garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis isohye
tersebut (Triatmodjo, 2013). Metode isohyet cocok digunakan di daerah
pegunungan dan berbukit . Peta isohyet digambar pada peta fotografi berdasarkan
titik-titik pengamatan yang diukur. Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika
garis-garis isohyet dapat digambar dengan teliti. Prosedur pembuatan isohyet dapat
dilakukan dengan menentukan langkah berikut :
1. Lokasi stasiun hujan dan kedalam hujan digambarkan pada daerah yang ditinjau.
2. Dari nilai kedalaman hujan di stasiun yang berdampingan dibuat interpolasi dengan
pertambahan nilai yang ditetapkan.
3. Dibuat kurva yang menghubingkan titik-titik interpolasi yang mempunyai
kedalaman yang sama. Ketelitian tergantung pada pembuatan garis isohyet dan
intervalnya.
4. Diukur luas daerah antara dua isohyet yang berurutan dan kemudian dikalikan
dengan nilai rerata dari nilai kedua garis isohyet.
5. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis isohyet dibagi dengan luas
daerah yang ditinjau menghasilkan kedalaman hujan rerata daerah tersebut.

R= = 175.903 mm
KESIMPULAN

1. Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan hujan
sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian meramalkan besarnya
curah hujan pada periode tertentu.
2. Sebaran curah hujan di wilayah studi bisa dihitung untuk wilayah yang bertetangga
yang tidak memiliki data curah hujan menggunakan metode Thiessen polygon
dimana rata-rata terbobot (weighted average), masing-masing stasiun hujan
ditentukan luas daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk
(menggambarkan daris-garis sumbu pada gris-garis penghubung antarta dua stasiun
hujan yang berdekatan).
3. Dengan menggunakan metode aritmatika atau rata-rata aljabar, hujan rata-rata
terbesar di lokasi C, sebesar 219.625 mm/bulan dan terkecil lokasi A sebesar 80.5
mm/bulan.
4. Dengan menggunakan metode isohyet, hujan rata-rata terbesar di area I4-I5 sebesar
787.500 mm/bulan dan terkecil I6-I7 sebesar 22.500 mm/bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Suroso. 2006. Analisis Curah Hujan Untuk Membuat Kurva Intensity-Duration- Frequency
(IDF) Di Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Banyumas. Jurnal Teknik Sipil, vol.3,
no.1
BMKG. 2013. Analisis Curah Hujan dan Implikasinya di Bidang Pertanian. Jurnal
Meteorologi. Jakarta
Prayuda, D. D. 2015. Analisis Karakteristik Intensitas Hujan Di Wilayah Lereng Gunung
Merapi. Jurnal Rekayasa Infrastruktur, Vol. 1 No. 1, 1-43
Arsyad. M, Sulistiawati, Vistarani, A. T. 2015 .Analisis Karakteristik dan Klasifikasi Curah
Hujan di Kawasan Karst Maros. Proceeding Internasional Seminar On mathematics,
Science, and Computer Education, 57-62

Anda mungkin juga menyukai