Anda di halaman 1dari 22

3.

10 Memahami data peta topografi


C. PETA TOPOGRAFI

Peta dalam arti umum merupakan gambaran konvensional


fenomena permukaan bumi yang di skalakan dan disajikan
pada bidang datar .

Ilmu pengetahuan, seni dan teknologi tentang pembuatan peta


disebut KARTOGRAFI

Pengertian peta topografi :


 Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta
bangunan alami maupun buatan manusia yang ada di atasnya.
 Peta yang menggambarkan relief/sifat permukaan bumi yang
digambarkan dengan garis kontur.
Peta Topografi
Simbol Peta
Sawah Irigasi
Sawah Tadah Hujan
Kebun/Perkebunan
Hutan

Sem ak/Belukar
Tegalan/Ladang

Tanah Kosong/Rum put


Hutan Rawa
Simbol Peta
Mencari titik Kontur Tertentu

50
d1
Ci =( ------ x Ci )
d2
25
A B?
Jarak antara kontur A ke
A kontur B pada peta adalah 5
C
cm, sedangkan jarak antara
B? kontur B ke kontur C adalah
Selisih nilai
antara dua 3 cm. Titik kontur A
kontur di A
dan di C berketinggian 50 meter dan
titik kontur C berketinggian
C
25 meter. Skala peta adalah
A Jarak horisontal di peta x skala
1:50.000. Berapa
ketinggian kontur B pada
Jarak antara kontur A ke kontur B pada peta adalah 5 cm,
sedangkan jarak antara kontur B ke kontur C adalah 3 cm.
Titik kontur A berketinggian 50 meter dan titik kontur C
berketinggian 25 meter. Skala peta adalah 1:50.000. Berapa
ketinggian kontur B pada peta tersebut?
Jawab:
Cari dahulu kontur intervalnya (CI)
CI = 1/2000 x skala
    = 1/2000 x 50.000
    =  25 meter

d1= B-C = 3 cm
d2 = A-C = (B-C) + (A-B) = 3 + 5 = 8  cm

Kx = d1/d2 x CI + tc
     = 3/8 x 25 meter + 25 meter
     =75/8 x 25 meter
     = 34,375 meter
CONTOH Menghitung
Kemeringan Lereng
100
Misal jarak B - C adalah 2 cm di
peta pada skala 50.000, maka
25 jarak di lapangan sama dengan 2
C cm x 50.000 = 100.000 cm= 1000
C m

B Beda Tinggi B-C adalah


100 – 25= 75 meter.
Selisih nilai
antara dua
kontur di A
dan di C Maka kemiringan lereng adalah
75 / 1000 = 0,075 derajad
atau 75/1000 x 100 % = 7,5 %
A Jarak horisontal di peta x skala B
CONTOH Bentuk Medan

Bentuk medan

Kenampakan di peta
dalam bentuk simbol
titik ketinggian
D. PENGETAHUAN TENTANG DASAR
PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI

1. PARAMETER PERENCANAAN IRIGASI

Dalam merencanakan sistem irigasi permukaan ada beberapa


parameter yang harus dipertimbangkan sebagai bahan masukan
untuk memilih sistem irigasi permukaan.

Pada sebuah design sistem irigasi, parameter- parameter yang


menjadi bahan pertimbangan dalam merancang sistem irigasi
permukaan ditentukan.

Adapun parameter tersebut adalah data tentang kondisi daerah


yang akan dibangun sistem irigasinya dan lingkungan sekitarnya.
Contoh sistem irigasi dapat dilihat pada tabel berikut :
1. Kedalaman air irigasi yang diberikan.
Parameter ini merupakan jumlah air yang harus disimpan di
zona perakaran tanaman pada saat air irigasi diberikan
dengan tujuan untuk mempertahankan pertumbuhan
tanaman agar tetap normal. Kedalaman air irigasi yang
diberikan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, yaitu jenis
tanaman, tingkat pertumbuhan tanaman, ada tidaknya
permukaan air tanah yang dangkal, dan pembatas lapisan
tanah seperti lapisan padas, dimana kesemua faktor tersebut
akan menentukan kedalaman lapisan perakaran yang efektif.
Jenis tanah merupakan faktor yang menentukan berapa
banyak air dapat disimpan per unit kedalaman tanah. Faktor-
faktor ini, bersama dengan kondisi iklim suatu wilayah harus
dipertimbangkan untuk menentukan jumlah yang diperlukan
aplikasi.
2. Maksimum kecepatan aliran yang diijinkan (Vmax).
Parameter ini digunakan untuk memperkirakan laju
aliran air yang tidak menyebabkan erosi. Nilai Vmax
umumnya tergantung pada jenis tanah, dan dapat
bervariasi dalam kisaran 8 m/menit atau 0.133 m/detik
untuk tanah yang mudah tererosi sampai 13 m/menit
atau 0.216 m/detik untuk tanah yang lebih stabil.
3. Koefisien kekasaran Manning (n)
Koefisien kekasaran Manning adalah sebuah parameter
dalam persamaan Manning yang dikenal dengan nilai n,
digunakan sebagai ukuran efek resistensi saluran ketika
air bergerak menuruni saluran, dinding atau cekungan.
Tabel 1 umum digunakan untuk mendapat nilai Manning
(n) dalam irigasi permukaan.

Tabel Kekasaran Manning untuk saluran


4. Kemiringan dasar saluran (So).
Kemiringan dasar saluran atau dinding perlu diketahui untuk
memperkirakan laju aliran non-erosif yang maksimal serta
aliran luas penampang atau kedalaman aliran pada setiap
bagian saluran diberikan dengan menggunakan persamaan
Manning. Kemiringan dasar saluran adalah kemiringan rata-
rata dalam arah irigasi dan merupakan parameter yang mudah
diukur. Untuk dinding dan alur kemiringan saluran tidak boleh
terlalu tinggi karena menyebabkan gerusan dan tidak boleh
terlalu rendah agar mengurangi efek sedimentasi dan
meningkatkan efisiensi aliran irigasi. Biasanya nilai yang
direkomendasikan oleh USDA, yang tergantung pada tanah,
yaitu jenis dan kedalaman profil, kombinasi tanaman dan
ukuran individu saluran yang digunakan.
4. Laju Infiltrasi (I).
Pengetahuan tentang karakteristik infiltrasi tanah sangat
penting untuk evaluasi, desain atau pengelolaan sistem irigasi
permukaan. Oleh karena itu, laju infiltrasi, ditentukan sebelum
mendesain saluran irigasi
2. ANALISA PARAMETER SISTEM IRIGASI PERMUKAAN

Sebelum suatu jaringan sistem irigasi permukaan


dirancang, maka parameterparameter yang menjadi bahan
pertimbangan dalam merancang sistem irigasi permukaan
ditentukan.

Adapun parameter tersebut adalah data tentang kondisi


daerah yang akan dibangun sistem irigasinya dan
lingkungan sekitarnya. Data-data tersebut harus diselidiki
secara akurat sesuai dengan kondisi lapangan.

Adapun data yang dibutuhkan dalam merencakan sistem


irigasi adalah sebagai berikut, yaitu data
(1) hidrologi,
(2) topografi dan
(3) geologi teknik
a. Data Hidrologi
Parameter-parameter data hidrologi yang sangat penting untuk
perencanaan jaringan irigasi adalah curah hujan, laju
evapotranspirasi, debit puncak dan debit harian, angkutan sedimen

1) Curah hujan
Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan:
- Curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah
hujan efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah
hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman.
- Curah hujan berlebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung
kebutuhan pembuangan atau drainase dan debit (banjir).
Untuk analisis curah hujan efektif, curah hujan di musim kemarau dan
penghujan akan sangat penting artinya.
Untuk curah hujan lebih, curah hujan di musim penghujan yaitu
bulan-bulan turun hujan.
Untuk kedua tujuan tersebut data curah hujan harian akan dianalisis
untuk mendapatkan tingkat ketelitian yang dapat diterima.
Data curah hujan harian yang meliputi periode sedikitnya 10 tahun
akan diperlukan.
2) Evapotranspirasi
Analisis mengenai evapotraspirasi diperlukan untuk
menentukan besarnya laju evapotranspirasi tanaman yang akan
dipakai untuk menghitung kebutuhan air irigasi, dan kalau
perlu untuk studi neraca air di daerah aliran sungai. Studi ini
mungkin dilakukan bila tidak tersedia data aliran dalam jumlah
yang cukup.

Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah


yang berkenaan dengan:
• Suhu, yaitu suhu harian maksimum, minimum dan rata-rata.
• Kelembaban relatif.
• Sinar matahari yaitu lamanya matahari bersinar dalam sehari.
• Kondisi angin, meliputi kecepatan dan arah angin.
• Laju evaporasi yaitu evaporasi harian.

Data-data di atas adalah standar bagi stasiun-stasiun


agrometerologi. Jangka waktu pencatatan untuk keperluan
analisis yang cukup tepat dan andal adalah sekitar sepuluh
tahun
3) Banjir Rencana
Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah
dengan periode ulang rata-rata yang sudah ditentukan yang dapat
dialirkan tanpa membahayakan jaringan irigasi dan stabilitas bangunan-
bangunan. Debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis debit
puncak, dan biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian
tinggi muka air. Untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan andal,
catatan data yang dipakai harus paling tidak mencakup waktu 20 tahun.
Faktor lain yang lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan tinggi
muka air atau debit puncak dari catatan data yang tersedia. Data debit
puncak yang hanya mencakup jangka waktu yang pendek akan
mempersulit dan bahkan berbahaya bagi si pengamat.

4) Debit Andalan
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk
kemung-kinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai
untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan
bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit
andalan ditentukan untuk periode tengah – bulanan. Debit minimum
sungai dianalisis atas dasar data debit harian sungai. Agar analisisnya
cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan harus meliputi
jangka waktu paling sedikit 20 tahun. Jika persyaratan ini tidak bisa
dipenuhi, maka metode hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai.
Dalam menghitung debit andalan, harus dipertimbangkan air yang
diperlukan dari sungai di hilir pengambilan. Dalam praktek ternyata
debit andalan dari waktu kewaktu mengalami penurunan seiring dengan
penurunan fungsi daerah tangkapan air
b. Data Topografi
Data topografi lahan merupakan data penting yang sangat
menentukan keberfungsian jaringan irigasi permukaan.
Pengukuran dan pemetaan topografi merupakan kegiatan awal
yang harus dilakukan dalam perencanaan sistem irigasi
permukaan.

Pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran di lapangan secara


penuh, sehingga dihasilkan peta topografi yang dilengkapi
dengan garis konturnya.
Untuk sistem irigasi dengan luas lahan sekitar 10.000 ha atau
lebih biasanya didasarkan pada peta foto udara dengan
dilengkapi detail topografinya.

Persyaratan untuk pembuatan peta topografi umum dirinci


sebagai berikut, yaitu:
• Potret bentuk tanah (landform) harus memiliki relief mikro
dengan bentuk fisik yang jelas, hal ini akan langsung
menentukan tata letak dan lokasi saluran irigasi, saluran
pembuang dan jalan.
• Kelitian ketinggian permukaan lahan
Di daerah datar, kemiringan saluran sebaiknya kurang dari 10
cm/km. Ketepatan dalam hal ketinggian adalah penting sekali
karena hal ini akan menunjukkan apakah suatu layanan sistem
irigasi dan drainase (pembuangan) akan berfungsi.

Di daerah yang memiliki lahan curam, layanan sistem irigasi dan


sistem drainase sangat tergantung pada kemiringan lahan dan
ketinggian, sesuai dengan interval garis kontur dengan
ketentuan, sebagai berikut:
• Tanah datar < 2 % dengan interval 0,5 m
• Tanah berombak dan landai 2-5 % dengan interval 1,0 m
• Berbukit-bukit 5 - 20 % dengan interval 2,0 m
• Bergunung-gunung >20 % dengan interval 5,0 m

Pengukuran trase saluran biasanya mencakup jaringan irigasi


maupun drainase. Pengukuran trase saluran (pengukuran strip)
akan sebanyak mungkin mengikuti trase saluran yang diusulkan
pada tata letak pendahuluan. Pengukuran ini akan meliputi jarak
75 m dari as saluran.
Pengukuran trase saluran meliputi pembuatan:
 Peta trase saluran dengan skala 1:2000 dengan garis–garis
kontur pada interval 0.5 m untuk daerah datar dan 1.0 m
untuk tanah berbukit-bukit;
 Profil memanjang dengan skala horizontal l:2000 dan skala
vertikal 1:200 (atau) 1:100 untuk saluran-saluran kecil,
 Potongan melintang pada skala horizontal dan vertikal
1:200 atau 1:100 untuk saluran-saluran kecil pada interval
50 m pada ruas-ruas lurus dan 25 m pada tikungan.
4.10 Menyajikan data peta topografi
JOBSHEET 4

Anda mungkin juga menyukai