PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam upaaya untuk mengatasi/mengurangi masalah genangan air hujan di
berbagai kota di Indonesia, maka pemerintah Indonesia mempunyai strategi dan
program-program di bidang Cipta Karya, dimana salah satu program tersebut
adalah Sektor Drainase.
Di tinjau dari ketersediaan prasarana drainase kota yang ada saat ini,
terdapat indikasi bahwa tingkat kebutuhan sudah jauh diatas tingkat penyediaan,
utamanya untuk kota-kota yang sedang pesat mengalami proses pembangunan.
Selain dari itu masalah banjir/genangan dapat pula disebabkan oleh karena
belum tertatanya dengan baik sistim drainase yang diperlukan, atau karena kurang
terpeliharanya sistim drainase yang telah ada.
Xtr = x + k. Sd
Ytr Yn
k = Sn
DRAINASE PERK0TAAN
Tr
Ytr = -(0,834 + 2,303 log.log Tr 1 )
Dimana :
Xtr = Besar aliran/curah hujan untuk periode ulang tr tahun.
x = Curah hujan maksimum rata-rata selama pengamatan
k = faktor frekuensi Sn & Yn merupakan fungsi dari besarnya
data
Ytr = Adalah Reduced Variate
Reduced Variate = YT
Return Period (years) = T
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
20 2,9702
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
200 5,2958
DRAINASE PERK0TAAN
(i )(it ) ( N )(i 2 t )
b
N (i 2 ) (i )(i )
b. Formula Sherman
DRAINASE PERK0TAAN
a
I
tn
dimana :
(log i )(log t ) 2 (log t log i )(log t )
log a
N (log t ) 2 (log t )(log t )
c. Formula Ishiguro
a
I
t b
dimana :
(i t )(i 2 ) (i t )(i )
a
N (i 2 ) (i )(i )
(i )(i t ) N (i 2 t )
b
N (i 2 ) (i )(i )
Metropolitan 1–2 2– 5 5 – 10 10 – 25
Kota Besar 1–2 2– 5 2- 5 5 – 15
Kota Sedang 1–2 2- 5 2- 5 10
Kota Kecil 1–2 1–2 1–2 2– 5
Kota Sangat Kecil 1 1 1 -
Sumber:UrbanDrainageGuidelinesandDesign standart
DRAINASE PERK0TAAN
Pada tahun 1993 Ujung Pandang masuk kategori kota metropolitan dengan
jumlah penduduk kurang lebih 1 juta jiwa . Namun dalam perhitungan desain
masih dianggap kota besar. Karena keterbatasan dana dan lahan serta sistem
pengaliran yang ada adalah gravitasi .
2.3.5 Metode Analisa Curah Hujan
Metode yang digunakan di dalam menganalisa curah hujan adalah metode
Gumbel. metode Hasper, metode Iwai dan metode Weduwen di mana hasil
perhitungan yang maksimal dari keempat metode tersebut pada tiap-tiap stasiun
merupakan curah hujan daerah perencanaan, yang akan digunakan untuk
perhitungan selanjutnya.
Xt = X + K. Sx
Yt Yn
K = Sn
X 2 X .X
Sx = n 1
dimana :
Xt = Besaran yang diharapkan terjadi dalam t tahun
X = Harga pengamatan rata-rata
t = Periode ulang
K = Faktor frekuensi
Yt = Reduced Variate
Yn = Reduced mean
Sn = Reduced standard deviasi
Sx = Standart deviasi
Perkiraan harga Xo :
Xo = log (Xo + b)
1 n
n
log( xi b)
= n 1
Perkiraan harga c :
1 2n( Xa Xo 2 )
c n 1
dimana :
DRAINASE PERK0TAAN
dimana:
Rn = Curah hujan dengan periode ulang n tahun
Mn = Koefisien perbandingan curah hujan dengan periode
ulang n
Mp = Koefisien perbandingan curah hujan dengan periode
ulang
R maks II = Curah hujan maksimum kedua.
td = L/V
Dimana:
L = jarak alirandari tempat masuknya air sampai ke tempat yang di tuju
V = Kecepatan aliran ( m/dtk).
Keterangan:
Rumus Rasional Metode sesuai digunakan untuk daerah pengaliran
yang kecil dengan batasan 20 sampai 300 ha, sedangkan untuk
DRAINASE PERK0TAAN
0,02081A.Q
Qp = Tp
Dimana :
Qp = Debit puncak banjir (M3/det)
A = Luas daerah tangkapan (ha)
Tp = Waktu puncak hydrograph aliran (jam)
D/2 + log Time atau 0,70 Tc
D = Lamanya terjadi hujan
Q = Aliran permukaan/limpasan langsung
25400
N = 254 S
Dimana :
IA = Abstraksi awal
(IA = 2,5 mm untuk DAS Indonesia)
Atau
IA = 0,2 S
DRAINASE PERK0TAAN
A.R2 / 3 .S1/ 2
Q
n
dengan asumsi aliran dalam tampang saluran adalah Aliran Seragam.
2.4.1.2 Koeffisien kekasaran Manning
Besarnya koeffisien kekasaran Manning (n) diambil :
-. Pasangan batu kali/gunung tidak diplester 0,20
-. Pasangan batu kali/gunung diplester 0,018
-. Tanah 0,025
2.4.1.3 Kecepatan Dalam Saluran
Kecepatan aliran dalam saluran direncanakan sedemikian rupa, sehingga
tidak menimbulkan erosi pada dasar dan dinding saluran serta tidak terjadi
penumpukan sedemikian/kotoran di hulu saluran.
Kecepatan aliran yang diizinkan dalam saluran diambil :
- Kecepatan Maksimum = 3,0 m/det pakai lining
- Kecepatan Maksimum = 1,6 m/det tanpa lining
- Kecepatan Minimum = 0,3 m/det pakai lining
- Kecepatan Minimum = 0.6 m/det tanpa lining
2.4.1.4 Kemiringan Talud
Besarnya kemiringan talud disesuaikan dengan ruang yang tersedia ( lebar
tanah) dan juga kestabilan tanahnya. Untuk kemiringan Talud direncanakan 0,33 –
0,25 untuk saluran lining (pasangan) dan 1,00 – 0,33 untuk saluran tanah. Untuk
kondisi-kondisi tertentu talud tegak dapat diterapkan
2.4.1.5 Tinggi Jagaan (Free Board)
Fungsi jagaan digunakan untuk menjaga adanya faktor-faktor yang
kemungkinan adanya penambahan debit, untuk jagaan disini diambil :
Saluran primer : 0,20 – 0,30 m
Saluran Sekunder : 0,10 – 0,20 m
Saluran Tersier : 0,10 m
Atau disesuaikan dengan kondisi muka tanah yang ada. Dapat juga
dihitung dengan rumus :
f b C f .h
Dimana :
DRAINASE PERK0TAAN
ib = Kemiringan invert
h = perubahan tinggi muka air (m)
L = panjang ruas saluran yang tinggi airnya berubah (m)
DRAINASE PERK0TAAN
DRAINASE PERK0TAAN
DRAINASE PERK0TAAN
DRAINASE PERK0TAAN
DRAINASE PERK0TAAN
DRAINASE PERK0TAAN
DRAINASE PERK0TAAN