Anda di halaman 1dari 35

PB-3: SURVEI DAN PERANCANGAN

SUB POKOK BAHASAN

SPB 3.1: TATA CARA SURVEI & PERANCANGAN


SPB 3.2: POLA & TATA LETAK JARINGAN

SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

SPB 3.4: EVALUASI & PENGEMBANGAN

SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI


SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

1. Pengertian

 Debit rancangan adalah debit dengan periode ulang (T) tertentu yang
diperlukan untuk merancang saluran atau bangunan tertentu.

2. Data-data yang diperlukan


a. Data curah hujan: diolah dan dianalisis untuk menentukan Curah
Hujan Rancangan

b. Data teknis jaringan:


(1) Peta Situasi & Tata Letak Jaringan, digunakan untuk:
• Menentukan rancangan pembebanan aliran dan batas daerah
tangkapan hujan (DTH, Catchment Area)
• Menentukan panjang dan kemiringan medan / saluran.
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

(2) Peta Tata Guna Lahan & RUTR, digunakan untuk:


• Menginterpretasi karakteristik daerah tangkapan hujan
(menentukan koefisien limpasan) dan kapasitas tambahan
untuk pengembangan

3. Metode Analisis
 Metode yang lasim digunakan untuk menentukan debit rancangan
pada sistem drainase adalah Metode Rasional

 Asumsi yang digunakan:


• Curah hujan tersebar merata di seluruh daerah tangkapan hujan
(DTH) atau catchment area
• Debit maksimum tercapai jika seluruh daerah tangkapan hujan
telah menyumbangkan alirannya pada penampang sungai / saluran
yang ditinjau; dengan kata lain durasi hujan sama dengan waktu
konsentrasi.
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

 Rumus yang digunakan:

Q = f. C . I . A
diman f = faktor konversi satuan
a: Q = debit rencana [m3/detik]
C = koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (Runoff
coefficient)
I = intensitas curah hujan [mm/jam]
A = luas daerah tangkapan hujan (catchment area)
[km2 atau ha]

 Faktor konversi satuan (f), nilainya bergantung pada satuan luas


catchment (A) yang digunakan.
 Jika A dinyatakan dalam km2, maka f = 0,278
 Jika A dinyatakan dalam ha, maka f = 0,00278
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

 Jika A > 80 ha, harus digunakan rumus rasional – modifikasi:

m3/det
Q  f  Cs  C  I  A

dimana: Cs = koefisien penampungan palung sungai/saluran yang


dapat dihitung dengan persamaan:

2t c
Cs 
2t c  t d
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

 Koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (Runoff coefficient), C


 Koefisien limpasan adalah perbandingan antara tinggi limpasan
dan tinggi hujan.
 Nilai koefisien limpasan bergantung pada karakteristik daerah
tangkapan hujan, terutama : jenis penggunaan lahan, jenis tanah,
jenis penutupan lahan (vegetasi), dan kemiringan medan
 Jika penggunaan lahan beragam, maka harus dihitung koefisien
limpasan rata-rata dengan persamaan:

n n
A
C   i Ci dengan A   Ai
i 1 A i 1
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

Tabel Koefisien Limpasan (Runoff Coefficient), C

Diskripsi lahan / karakteristik Koef limpasan,


permukaan C
Business
perkotaan 0,70 – 0,95
pinggiran 0,50 – 0,70
Perumahan
rumah tunggal 0,30 – 0,50
multi-unit, terpisah 0,40 – 0,60
multi-unit, tergabung 0,60 – 0,75
perkampungan 0,25 – 0,40
apartemen 0,50 – 0,70
Industri
ringan 0,50 – 0,80
berat 0,60 – 0,90
Perkerasan
aspal dan beton 0,70 – 0,95
batu bata, paving 0,50 – 0,70
Atap 0,75 – 0,95
Halaman kereta api 0,10 – 0,35
Taman tempat bermain 0,20 – 0,35
Taman, pekuburan 0,10 – 0,25
Hutan
datar, 0 – 5% 0,10 – 0,40
bergelombang, 5 – 10% 0,25 – 0,50
berbukit, 10 – 30% 0,30 – 0,60
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

 Intensitas curah hujan (I)


 Intensitas hujan (I) dihitung dengan rumus Mononobe:
2
R  24  3
I    mm/jam; R = curah hujan rencana (mm/hari);
24  t c 
tc = waktu konsentrasi (jam)

 Hitung waktu konsentrasi (tc) dengan persamaan: tc  t0  td


t0 = waktu pengaliran dari titik terjauh ke awal sungai/saluran
td = waktu pengaliran di dalam saluran sampai ke outlet yang ditinjau

0.77
 L0 
t0 dihitung dengan rumus Kirpich: t 0  0.0195  menit
 S 
 0 
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

L0 = jarak titik terjauh ke awal sungai/saluran [m]


S0 = kemiringan medan rata-rata; dihitung dengan persamaan:

H dengan H adalah beda tinggi antara titik terjauh


S0 
L0 dan awal saluran

Ld
td dihitung dengan persamaan: td 
V

dimana: Ld = panjang sungai/saluran

V = kecepatan rata-rata aliran dalam sungai/saluran.

Untuk keperluan praktis, nilai-nilai V untuk saluran alam dapat


ditaksir berdasarkan kemiringan rata-rata dasar saluran (lihat
tabel berikut)
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

Tabel 1. Taksiran kecepatan aliran berdasarkan kemiringan rata-rata


dasar sungai / saluran

No Kemiringan, S (%) Kecepatan Aliran, V (m/detik)


1 <1 0,4
2 1–2 0,6
3 2–4 0,9
4 4–6 1,2
5 6 – 10 1,5
6 10 – 15 2,4
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

Prosedur / Tahapan Kegiatan


(1) Pembuatan layout sistim & tata letak jaringan
(2) Pembuatan skema jaringan

(3) Rencana pembebanan aliran

(4) Inventarisasi data teknis jaringan


(5) Perhitungan intensitas hujan rencana

(6) Perhitungan debit rancangan


SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

(1) Layout sistem & tata letak jaringan


SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

Alternatif - 1

Alternatif – 2
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

(2) Skema Jaringan

Alternatif – 1

1 3 5 7 9

1 3 4 6 7

2 5
2 4 6 8 10
G1 G2
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

Alternatif – 2

3 7
1 3 4 6 8 9 11

1 4 5 8 9

2 6
2 5 7 10 12
G1 G2
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

(3) Pembebanan Aliran

Alternatif – 1a (Medan datar)

A1 A3 A4 A6

A2
A5
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

 Alternatif – 1b (Medan landai)

A1 A3 A4 A6
A2
A5
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

Alternatif – 2a (Medan datar)

A7
A3

A1 A4 A5 A8

A2
A6
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

Alternatif – 2b (Medan landai)

A3 A7

A1 A4 A5 A8
A2
A6
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

(4) Data Teknis Jaringan


 Luas daerah layanan atau daerah tangkapan hujan (catchment area)
untuk setiap ruas saluran (A)

 Panjang dan kemiringan medan aliran permukaan (L0 dan S0)

 Panjang dan kemiringan rata-rata dasar saluran (Ld dan Sd)

 Penggunaan lahan / kondisi permukaan lahan  koefisien limpasan, C


SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

Tabel Data Teknis Jaringan

Luas layanan (ha) Koef Limpasan


No
L0 (m) S0 Ld (m) Sd
Saluran Ai A Ci C
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

(5) Intensitas Hujan Rencana


 Tetapkan Periode Ulang Hujan (PUH) dengan mempertimbangkan: luas daerah layanan, umur rencana
saluran/bangunan, dan jenis penggunaan lahan (dalam kaitannya dengan resiko yang mungkin terjadi)
 Hitung waktu konsentrasi aliran (tc) berdasarkan data teknis saluran (L0, Ld, S0 dan Sd)
 Hitung intensitas hujan rencana dengan menggunakan grafik intensitas – durasi hujan, atau hitung
dengan rumus Mononobe:

2
RT  24  3
IT  
 t  mm / jam
24  c 
SPB 3.3: PERHITUNGAN DEBIT RANCANGAN

(6) Debit Rancangan


 Hitung debit rancangan dengan memperhatikan:

a) Luas total daerah layanan (catchment area). Jika A ≤ 80 ha: gunakan


rumus rasional, dan jika A > 80 ha: gunakan rumus rasional modifikasi

b) Luas catchment sepanjang saluran yang alirannya akan masuk secara


langsung ke saluran yang direncanakan.

c) Waktu konsentrasi dan beban aliran dari saluran cabang atau saluran
dibagian hulu yang alirannya akan menjadi beban saluran yang
direncanakan.
SPB 3.4: EVALUASI & PENGEMBANGAN JARINGAN

Evaluasi kapasitas saluran


Tujuan: untuk mengetahui apakah dimensi saluran yang ada (saluran eksisting)
masih bisa dipertahankan atau tidak.

Contoh kasus:
Sebuah saluran eksisting dari pasangan batu, berbentuk trapesium seperti tergambar
di bawah ini, direncanakan untuk mengalirkan debit sebesar 15 m 3/detik. Jika
kemiringan dasar saluran 0,09 %, periksa apakah saluran tersebut mampu
mengalirkan debit rancangan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, rekomendasikan
alternatif penanganannya.

5,60

2,00
1,80
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

A. Kriteria Perencanaan
1. Kriteria hidrolis

a. Kecepatan aliran yang terjadi harus dalam batas kecepatan


maksimum dan minimum.
b. Bentuk penampang disesuaikan dengan fungsi, kapasitas dan
kondisi setempat.
c. Kemiringan dasar saluran sedapat mungkin disesuaikan dengan
kemiringan medan.
d. Elevasi muka air harus tetap memungkinkan masuknya aliran dari
saluran cabang dan/atau lahan sekitarnya
e. Kelancaran aliran dari inlet jalan harus diperhitungkan, terutama
menyangkut letak, bentuk, jarak dan dimensi inlet jalan
f. Pada penentuan dimensi saluran harus disediakan tinggi jagaan
yang cukup
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

2. Kriteria konstruksi

a. Pemilihan bentuk dan dimensi konstruksi harus mempertimbangkan


ketersediaan bahan konstruksi, ketahanan, fungsi hidrolis dan biaya
b. Pemilihan jenis dan mutu bahan, harus sesuai persyaratan
desain, mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang cukup
c. Analisa kekuatan dan kestabilan harus memperhitungkan semua
beban yang mungkin bekerja, umur layanan dan daya dukung
tanah/pondasi
d. Kehadiran atau keberadaan konstruksi tidak mengganggu fungsi
bangunan yang lain
e. Murah dan mudah dalam pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

B. Rancangan hidrolis saluran


Asumsi yang digunakan:
Untuk menyederhanakan perancangan hidrolis saluran, maka diasumsikan:
(1) Untuk suatu ruas saluran yang ditinjau dianggap bahwa alirannya adalah aliran
tunak sehingga debit konstan sepanjang ruas saluran tersebut.
(2) Alirannya adalah aliran seragam, dengan demikian untuk perhitungan hidrolis
digunakan rumus-rumus aliran seragam

Prosedur Perancangan:
(1) Dengan mempertimbangkan kondisi setempat, tetapkan bentuk saluran dan
jenis bahan konstruksi yang digunakan.
(2) Tetapkan kemiringan dasar saluran dengan mempertimbangkan kemiringan
medan setempat
(3) Jika konsep penampang hidrolis terbaik tidak digunakan, tetapkan
perbandingan b dan h dan kemiringan talud m dengan mempertimbangkan
ketersediaan lahan.
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

(4) Hitung faktor penampang untuk perhitungan aliran seragam dan formulasikan
faktor penampang tersebut sebagai fungsi kedalaman aliran h.

(5) Hitung kedalaman aliran h dan lebar saluran b (b harus dibulatkan sedemikian
rupa sehingga praktis untuk dilaksanakan)

(6) Kontrol kecepatan dan debit aliran berdasarkan hasil perhitungan dimensi
saluran (Vmin ≤ V ≤ Vmax) dan Q yang terjadi ≥ Q rancangan)
(7) Tetapkan tinggi jagaan (w) dengan mempertimbangkan besaran debit dan
kondisi setempat
(8) Gambarkan hasil perancangan (potongan memanjang & melintang saluran)
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

C. Rancangan hidrolis gorong-gorong


a. Bentuk penampang:

• Bentuk lingkaran

D D

• Bentuk segi empat (kotak, box)

D D

b b b
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

b. Jenis bahan konstruksi:

• Beton bertulang • Pasangan batu + beton

• Baja • Baja bergelombang

c. Keadaan aliran:
(1) Aliran penuh; mulut atau lubang pemasukan (inlet) dan lubang
pelepasan (outlet) dalam keadaan tenggelam

H

H > 1,2 D H
D

L
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

(2) Aliran penuh; mulut atau lubang pemasukan dalam keadaan


tenggelam tetapi lubang pelepasan tidak tenggelam

H

H > 1,2 D H D

(3) Aliran kritis; mulut atau lubang pemasukan dalam keadaan


tenggelam dan lubang pelepasan tidak tenggelam

H > 1,2 D h
H D

L
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

(4) Aliran saluran terbuka; mulut atau lubang pemasukan dan lubang
pelepasan tidak tenggelam

H
H<D H D

d. Kriteria desain:
• Kecepatan aliran di dalam gorong-gorong harus lebih besar dari
kecepatan aliran di saluran agar tidak terjadi pengendapan di
dalam gorong-gorong
• Tidak menimbulkan efek pembendungan (tidak menaikkan elevasi
muka air di hulu gorong-gorong
• Aliran penuh jika H > 1,2 D atau D < (H / 1,2)
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

e. Kehilangan energi
(1) Kehilangan energi pada lubang pemasukan, he
he = K (V2/2g) V = kecepatan aliran dalam gorong2
K = koefisien yang bergantung bentuk lubang pemasukan

siku bulat

V V

K = 0,5 K = 0,05

(2) Kehilangan energi akibat gesekaan pipa, hf

n = angka kekasaran Manning


n 2 LV 2
hf  4 L = panjang gorong-gorong
R 3
R = jari-jari hidrolis
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

(3) Kehilangan energi akibat tinggi kecepatan, hv

V2
hv 
2g
(4) Total kehilangan energi (H)

H = he + hf + hv

 2 gn 2 L  V 2
atau H   K  4  1 
 R3  2g
(5) Kehilangan energi pada keadaan aliran kritis (h)

1 Q2
Q  C d A 2 gh atau h 2
Cd ≈ 0,62
Cd 2 gA 2
SPB 3.5: DISAIN HIDROLIS & KONSTRUKSI

f. Prosedur perencanaan

(1) Tetapkan bentuk dan jenis bahan konstruksi

(2) Taksir kecepatan rencana V > V saluran

(3) Hitung luas penampang: A = Q / V

(4) Untuk gorong-gorong bentuk kotak (box), taksir D dengan


mempertimbangkan kondisi medan setempat dan kriteria hidrolis
D < (H/1,2), kemudian hitung b
Untuk bentuk lingkaran, hitung D dari A dan kontrol apakah D
memenuhi kriteria hidrolis

(5) Hitung kehilangan energi

(6) Gambarkan hasil perencanaan (potongan memanjang dan melintang,


lengkap dengan ukuran dan elevasi bangunan / muka air)

Anda mungkin juga menyukai