Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

PERANCANGAN (BIDANG 2 : HIDROLOGI)

4.1 Kriteria Perancangan

4.1.1 Desain Saluran Drainase

Dalam perencanaan dimensi saluran drainase yang akan digunakan, sumber


referensi utama yang digunakan adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Dalam peraturan
ini, terdapat tiga konsep drainase yang diatur yakni drainase pengatusan, drainase ramah
lingkungan, dan drainase ramah lingkungan dan perubahan lingkungan.

1) Drainase pengatusan
Konsep drainase ini adalah drainase pengatusannya itu mengatuskan air kelebihan
terutama air hujan ke badan air terdekat. Air kelebihan dialirkan secapatnya ke
drainase pengaliran kemudian ke sungai hingga akhirnya ke laut, sehingga tidak
menimbulkan genangan atau banjir. Konsep drainase ini adalah konsep drainase
yang lahir sebelum pola piker komprehensif di mana masalah genangan, banjir,
kekeingan, dan kerusakan lingkungan masih dipandang sebagai masalah lokaldan
sectoral yang bisa diselesaikan secara lokal dan sectoral pula.
2) Drainase ramah lingkungan
Konsep drainase ini merupakan konsep di mana dilakukan upaya untuk mengelola
air kelebihan hujan dengan berbagai metode yakni menampung melalui bak tandon
air untuk langsung digunakan kembali, menampung dalam tampungan buatan atau
badan air alamiah, meresapkan dan mengalirkan ke sungai terdekat tanpa
menambah beban pada sungai yang bersangkutan serta memelihara system tersebut
sehingga berdaya guna secara berkelanjutan.
3) Drainase ramah lingkungan dan perubahan iklim
Konseo drainase ramah lingkungan ini merupakan konsep yang erat kaitannya
dengan perubahan iklim. Perubahan iklim ini ditandai dengan kenaikan muka air
laut, kenaikam temperature udara, perubahan durasi dan intensitas hujan,
perubahan arah angin, dan perubahan kelembaban udara. Dampak perubahan iklim
ini dapat diatasi dengan penggunaan konsep drainase ramah lingkungan dan
perubahan iklim.

Berdasarkan peraturan ini, untuk menentukan dimensi saluran drainase yang akan
digunakan, terdapat beberapa kriteria perencanaan yakni :

1) Kriteria perencanaan hidrologi


a. Hujan rencana
- Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap
data curah hujan harian rata-rata maksimum tahunan, dengan lama
pengamatan sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir dari minimal 1 stasiun
pengamatan.
- Apabila dalam 1 wilayah administasi terdapat lebih dari 1 stasiun
pengamatan, maka perhitungan rerata tinggi curah huajn harian
maksimum tahunan dapat ditentukan dengan tiga metode umum yang
dapat digunakan yakni : metode aritmatik, metode polygon Thiessen, dan
metode Isohyet. Pemilihan metode yang digunakan tergantung pada
jumlah dan sebaran stasiun hujan yang ada, serta karakterisik DAS.
- Analisis frekuensi curah hujan untuk menghitung hujan rencana
dilakukan terdahap berbagai kala ulang (1, 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun).
Analisis dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni metode Gumbel, log
Normal, dan log Pearson III.
- Unutk pengecean data hujan, lazimnya digunakan metode kurva masa
ganda atau analisis statistic untuk pengujian nilai rerata.
- Perhitungan intensitaas hujan ditinjua dengan menggunakan metode
Mononobe atau yang sesuai.
2
𝑅24 24 3
𝐼= ( )
24 𝑡𝑐
Di mana :
I = intensitas curah hujan dalam mm/jam
R24 = curah hujan harian maksimum tahunan untuk kala ulang t tahun
(mm)
tc = waktu konsentrasi hujan dalam jam
b. Debit banjir rencana
- Debit banir rencana drainase perkotaan dihitung dengan metode rasional,
metode rasioanl yang telah dimodifikasi, dan/atau typical hydrograph for
urban areas, atau cara lain yang sesuai dengan karakteristik DPSal dan
data yang tersedia.
𝑄𝑝 = 0,00278. 𝐶. 𝐼. 𝐴
Qp = debit puncak banjir (m3/s)
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
- Koefisien limpasan (runoff) ditentukan berdasarkan tata guna lahan
daerah tangkapan.
Kondisi Koefisien Sifat Permukaan Koefisien
Daerah Pengaliran Tanah Pengaliran

Perdagangan Jalan

Daerah Kota 0,7-0,95 Aspal 0,,70-0,95

Daerah dekat 0,5-0,7 Beton 0,80-0,95


kota
Pemukiman Batu bata 0,70-0,85

Rumah tinggal 0,3-0,5 Batu kerikil 0,15-0,35


terpencar
Kompleks 0,4-0,6 Jalan raya dan 0,70-0,85
perumahan trotoar
Pemukiman 0,25-0,7 Atap 0,75-0,95

Apartemen 0,5-0,7 Lapangan rumput,


tanah berpasir
Industri Kemiringan 2 0,13-0,17
persen
Industri ringan 0,5-0,8 Rata-rata 2-7 0,18-0,22
persen
Industri berat 0,6-0,9 Curam (7 persen) 0,25-0,35

Taman, 0,1-0,25
kuburan
Lapangan 0,1-0,25
bermain
Daerah 0,2-0,4
halaman KA
Daerah tidak 0,1-0,3
terawat
Sumber : “Urban Drainage Guidelines and Technical Design Standards “, Dep.PU, Jakarta,
November, 1994
- Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan yang
diperlukan air untuk mencapai debit maksimum dari titik saluran yang
terjauh sampai ke titik yang ditinjau. Waktu konsentrasi dihitung dengan
metode Kirpich atau lainnya.
- Saluran primer dalam kota yang mempunyai kemiringan dasar
saluran yang berbeda-beda, maka perhitungan kemiringan
ekuivalennya, equivalent slope, S3 digunakan rumus equivalent slope
S3, seperti dalam Gambar 1.
- Kala ulang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a) Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran
saluran dan jenis kota yang akan direncanakan sistem
drainasenya, seperti terlihat dalam Tabel 1.
b) Untuk bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama
dengan sistem saluran di mana bangunan pelengkap ini
berada ditambah 10% debit saluran.
c) Perhitungan curah hujan berdasarkan data hidrologi minimal
10 tahun terakhir (mengacu pada tata cara analisis curah
hujan drainase perkotaan).
- Menyusun IDF Curve drainase perkotaan untuk kota yang
bersangkutan untuk kala ulang 2, 5, 10, dan 20 tahun.
- Daerah Pengaliran Saluran (DPSal) yang mempunyai sub-DPSal, dan
setiap sub-DPSal mempunyai koefisien limpasan yang berbeda-beda,
maka perhitungan koefisien limpasan ekuivalen (Ceq) menggunakan
rumus koefisien limpasan ekuivalen (Ceq).

Luas Daerah Tangkapan Air (Ha)


Tipologi Kota
<10 10-100 101-500 >500

Kota Metropolitan 2 tahun 2-5 tahun 5-10 tahun 10-25 tahun

Kota Besar 2 tahun 2-5 tahun 2-5 tahun 5-20 tahun

Kota Sedang 2 tahun 2-5 tahun 2-5 tahun 5-10 tahun

Kota Kecil 2 tahun 2 tahun 2 tahun 2-5 tahun

2) Kriteria Perencanaan Hidraulika


Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut:
a. Bentuk saluran drainase umumnya: trapesium, segi empat, bulat,
setengah lingkaran, dan segitiga atau kombinasi dari masing-masing
bentuk tersebut
b. Kecepatan saluran rata-rata dihitung dengan rumus Chezy, Manning atau
Strickler
c. Apabila di dalam satu penampang saluran existing terdapat nilai
kekasaran dinding atau koefisien Manning yang berbeda satu dengan
lainnya, maka dicari nilai kekasaran ekuivalen (neq)
d. Aliran kritis, sub-kritis dan super-kritis dinyatakan dengan bilangan
Froude. Aliran kritis apabila Froude number, Fr=1; aliran sub-kritis
apabila Froude number, Fr<1 dan aliran super kritis apabila Froude
number, Fr>1
3) Kriteria kelayakan teknis
a. Kecepatan maksimum untuk saluran pasangan beton adalah 3 m/s
b. Kecepatan minimum untuk saluran pasangan beton adalah 0,6-1 m/s
c. Ketinggian freeboard ditentukan berdasarkan debit pada table di bawah ini

Debit (m3/s) Kedalaman Freeboard (m)

0,5-1,5 0,2

1,5-5,0 0,2

5,0-10,0 0,25

10,0-15,0 0,30

>15,0 0,40

4.1.2. Desain ABSAH


Dalam desain ABSAH, beberapa kriteria yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tinggi curah hujan minimal 1300 mm/tahun
2. ABSAH harus kedap air
3. Strktur ABSAH menggunakan struktur beton bertulang pada kolom, balok,
dindingnya.
4. Tebal pada bagian struktur ABSAH ditentukan sebagai berikut.
Ukuran
No Bagian
(cm)

1 Dinding beton bertulang 15

2 Pelat atas beton bertulang 12

3 Pelat bawah beton bertulang 20

4 Pasir halus 10

5 Aanstamping 20

6 Kolom 15 x 15

7 Balok 15 x 20
5. Komponen media penyaring adalah sebagai berikut.
a. Pasir dengan ketebalan 300-400 mm, ukuran diameter efektif 0,30-1,20 mm;
koefisien keseragaman 1,2-1,4 dan porositas 0,4.
b. Kerkil dengan ketebalan 200-350 mm dan diameter 10-40 mm

4.2 Metode Perancangan

4.2.1. Metode Analisis Data Hidrologi


Data hidrologi yang akan diolah merupakan data hujan harian dan jam-jaman. Data
hujan yang akan diolah kemudian dikelompokkan menjadi dua yakni data curah hujan
harian maksimum dan data hujan-jaman yang nilai kumulatifnya lebih dari 50 mm
dalam satu periode hujan.
Selanjutnya berdasarkan modul Perencanaan Drainase Permukaan Jalan Kementerian
PUPR pada tahun 2016, dilakukan analisis frekuensi dengan menggunakan empat jenis
distribusi yakni distribusi normal, log normal, gumbel, dan log pearson III. Frekuensi
banir rencana ditetapkan berdasarkan pertimbangan kemungkinan kerusakan terhadap
bangunan-bangunan di sekitar jalan akibat banjir.
Dalam melakukan analisis distribusi hujan, digunakan beberapa parameter statistic dasar
sebagai berikut.
a. Nilai rerata
b. Standar deviasi
c. Koefisien skewness
d. Koefisien Kurtosis
e. Koefisien Variasi
f. Nilai Tengah

Proses analisis frekuensi selanjutnya mengguanakn 2 pengujian yakni uji Chi-Kuadrat


dan uji Smirnov-Kolmogorov. Analisis yang dilakukan ini berdasarkan rumus dalam
buku “Applied Hydrology”, 1998, Ven Te Chow.

4.2.2. Metode Perancangan Saluran Drainase


Dalam perancangan saluran drainase yang akan digunakan, dilakukan proses
perancangan berdasarkan began alir di bawah ini.
Dalam perancangan saluran drainase, berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan.
1. Melakukan sorting data untuk curah hujan harian maksimum dari setiap data
hujan tahunan selama 20 tahun
2. Melakukan analisis frekuensi dengan menggunakan distribusi normal, log-
normal, gumbel, dan log-pearson III. Setelah mekakukan analisis ini, kemudian
dilakukan uji chi-square dan uji Smirnov-Kolmogorov. Setelah itu, baru
dilakukan pemilihan curah hujan rencana yang memiliki hasil uji chi-square dan
Smirnov-Kolmogorv terbaik. Jika hasil yang didapatkan memiliki hasil yang
berbeda, maka kemudian dipilih curah hujan terbesar dari hasil dua uji terbaik.
3. Melakukan analisis intensitas hujan dengan menggunakan metode Mononobe.
2
𝑅24 24 3
𝐼= ( )
24 𝑡𝑐
Di mana :
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan rencana (mm)
Tc = waktu konsentrasi (jam)

4. Melakukan pengamatan terhadap tata guna lahan yang ada berdasarkan data peta
satelit atau data tata guna lahan eksisiting. Hal ini bertujuan untuk menentukan
koefisien limpasan dari setiap subcatchment yang ada berdasarkan tabel
5. Menentukan luasan dari setiap subcatchment yang ada. Dalam menentukan
luasan ini, digunakan aplikasi QGIS yang mana hal ini untuk mempemudah
dalam penentuan luasan dan panjang dari setiap saluran yang akan digunakan.
6. Menentukan waktu konsentrasi dari setiap subcatchment
𝑡𝑐 = 0,76. 𝐴0,38
Di mana :
A = luas subcatchment
7. Menentukan debit limpasan puncak dengan menggunakan metode rasional
dengan rumus sebagai berikut.
𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝐼. 𝐴
Di mana :
Qp = Debit limpasan puncak (m3/s)
C = Koefisien debit limpasan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas subcatchment (km2)
8. Menentukan tinggi saluran dengan menggunakan persamaan debit Manning
dengan persamaan sebagai berikut.
2
1 𝐴 3 1
𝑄 = . ( ) . 𝑆 2. 𝐴
𝑛 𝑃
Di mana :
n = koefisien kekasaran Manning
A = luas penampang basah saluran
P = jari-jari hidrolik saluran
S = kemiringan memanjang saluran
Dalam perancangan ini, digunakan saluran precast beton U-Ditch dengan
pertimbangan kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaan, serta umur layan
yang lebih lama dibandingkan dengan menggunakan saluran pasangan batu atau
tanah. Menurut USACE Hydrologic Engineering Center, nilai koefisien
kekasaran Manning untuk saluran beton berkisar antara 0,011 – 0,014 dengan
nilai normal diambil sebesar 0,012. Dengan menentukan nilai debit puncak pada
persamaan di atas sama dengan debit limpasan, maka kemudian dilakukan trial
pada tinggi basah saluran dengan asumsi bahwa lebar saluran sama dengan
tinggi saluran.
Jika hasil yang didapat bukan merupakan angka bulat, maka dilakukan
pembulatan ke atas untuk meningkatkan kapasitas debit saluran. Hal ini
dikarenakan perhitungan lebar saluran harus menghasilkan lebar saluran U-
Ditch yang tersedia di pasaran.
Jika dilakukan pembulatan pada lebar saluran, maka tinggi basah saluran akan
berubah dari hasil perhitungan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penyesuaian tinggi basah saluran dengan menggunakan lebar basah saluran yang
baru. Perhitungan tinggi basah saluran menggunakan rumus yang sama, yakni
dengan menggunakan persamaan debit Manning dan nilai debit puncak saluran
adalah nilai debit limpasan dari subcachment yang akan ditampung.
9. Jika tinggi basah saluran telah didapatkan, kemudian dilakukan penambahan
pada tinggi basah saluran dengan menabahkan tinggi freeboard. Tinggi
freeboard ditentukan berdasarkan debit limpasan yang akan dilayani oleh saluran
yang dapat dilihat pada table.
10. Tinggi total saluran yang didapatkan (setelah menambahkan tinggi freeboard),
kemudian dilakukan pembulatan ke atas jika angkanya tidak bulat sehingga
nantinya nilai freeboard dapat lebih besar dari nilai freeboard yang ada pada
table. Dengan demikian, besar dimensi saluran yang akan digunakan telah
selesai.
4.2.3. Metode Perancangan ABSAH
Metode perancangan ABSAH dilakukan dengan mengikuti Langkah-langkah berikut.
1. Menentukan curah hujan rerata setiap bulan dari data curah hujan selama 20
tahun yang sebelumnya telah digunakan pada analisis penentuan dimensi saluran
drainase.
2. Menentukan volume tampungan minimum ABSAH. Hal ini bertujuan untuk
memastikan keberadaan air akan selalu ada.
3. Melakukan trial and error pada penggunaan air setiap harinya. Hal ini dilakukan
hingga nilai kumulatif tampungan ABSAH tidak negative atau nilai
minimumnya nol.
4. Setelah menentukan konsumsi air per harinya, selanjutnya nilai volume ABSAH
yang harus dibangun dapat ditentukan. Selanjutnya berdasarkan Surat Edaran
Kementerian PUPR terkait ABSAH, ditentukan tinggi ABSAH setinggi 2,5 m.
5. Ukuran panjang dan lebar ABSAH dilakukan trial and error sehingga didapatkan
ukuran yang relative menyerupai persegi.

4.3 Alternatif Perancangan

4.5.1. Alternatif 1

Pada alternatif 1 ini, layout yang akan dibangun seperti pada gambar di atas. Jenis saluran
yang digunakan adalah saluran precast beton U-Ditch. Pada akhir saluran drainase pada
setiap kelompok saluran, nantinya akan digunakan ABSAH (Akuifer Buatan Simpanan Air
Hujan) yang berfungsi untuk menampung seluruh air limpasan hujan yang melimpah di
selutruh kawasan rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pendekatan system drainase
berwawasan lingkungan yakni berusaha untuk memanfaat kelebihan air hujan untuk
digunakan kembali. Air hujan yang telah ditampung, nantinya akan digunakan kembali
untuk memenuhi kebutuhan air untuk penyiraman tanaman.
Adapun gambar desain ABSAH yang akan digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

4.5.2. Alternatif 2

Pada alternatif ini, digunakan pendekatan system drainase konvensional di mana air hujan
yang melimpas akan dibuang ke badan sungai secepat-cepatnya. Selain itu juga, dari layout
saluran drainase yang direncanakan terdapat perbedaan di mana system drainase dibagi
menjadi dua bagian saja yakni system drainase pada bagian gedung induk dan gedung
UGD.
4.4 Pemilihan Desain

Pemilihan desain terhadap alternatif yang telah dibuat sebelumnya, didasarkan pada total
panjang saluran yang akan dibuat, besar biaya bahan bangunan yang akan digunakan, dan
penggunaan limpasan air hujan yang ada.

Total Panjang Penggunaan


No. Jenis Alternatif Biaya
Saluran Air Limpasan

Digunakan
kembali
1 Alternatif 1 802 Rp. 309,930,000 untuk
penyiraman
tanaman

Dibuang
2 Alternatif 2 878 Rp. 521,525,000 langsung ke
badan sungai

4.5 Detail Desain

4.5.1. Analisis Data Hidrologi Hujan


a. Parameter Statistik Dasar
P= Debit Ln Debit
m m/(N+1) Tahun (m3/dt) (m3/dt)
1 0.050 2007 200.500 5.301
2 0.100 2017 174.500 5.162
3 0.150 2004 169.000 5.130
4 0.200 2011 148.000 4.997
5 0.250 2012 147.000 4.990
6 0.300 2005 144.000 4.970
7 0.350 2001 134.000 4.898
8 0.400 2019 128.000 4.852
9 0.450 2018 114.600 4.741
10 0.500 2006 111.000 4.710
11 0.550 2008 110.500 4.705
12 0.600 2000 105.000 4.654
13 0.650 2002 101.000 4.615
14 0.700 2015 99.000 4.595
15 0.750 2016 98.500 4.590
16 0.800 2013 96.500 4.570
17 0.850 2003 93.000 4.533
18 0.900 1999 86.000 4.454
19 0.950 2009 79.000 4.369

Jumlah Data = 19 19
Nilai Rerata (Mean)
= 123.111 4.781
Standar Deviasi = 33.187 0.257
Koefisien Skewness
= 0.853 0.425
Koefisien Kurtosis
= 0.029 -0.669
Koefisien Variasi = 0.270 0.054
Nilai Tengah = 111.000 4.710

b. Uji Chi-Square
1. Distribusi Normal

Kelas P(x >= Xm) Ef Debit (m3/dt) Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef

5 0.200 0 < P <= 0.2 3.800 151.041 3.000 0.800 0.168


0.400 0.2 < P <= 0.4 3.800 131.518 4.000 0.200 0.011
0.600 0.4 < P <= 0.6 3.800 114.703 1.000 2.800 2.063
0.800 0.6 < P <= 0.8 3.800 95.180 8.000 4.200 4.642
0.999 0.8 < P <= 0.999 3.800 20.556 3.000 0.800 0.168
19.000 19.000 Chi-Kuadrat = 7.053
DK = 2
Distribusi NORMAL Ditolak Chi-Kritik = 5.991
Ket. : Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan

2. Distribusi Log Normal


3 2
Kelas P(x >= Xm) Ef Debit (m /dt) Of Ef - Of ( Ef-Of ) / Ef

5 0.200 0 < P <= 0.2 3.800 148.027 3.000 0.800 0.168


0.400 0.2 < P <= 0.4 3.800 127.235 5.000 1.200 0.379
0.600 0.4 < P <= 0.6 3.800 111.683 1.000 2.800 2.063
0.800 0.6 < P <= 0.8 3.800 95.996 7.000 3.200 2.695
0.999 0.8 < P <= 0.999 3.800 53.826 3.000 0.800 0.168
19.000 19.000 Chi-Kuadrat = 5.474
DK = 2
Distribusi LOG-NORMAL Diterima Chi-Kritik = 5.991
Ket. : Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan

3. Distribusi Gumbel

3 2
Kelas P(x >= Xm) Ef Debit (m /dt) Of Ef - Of ( Ef-Of ) / Ef

5 0.200 0 < P <= 0.2 3.800 146.987 5.000 1.200 0.379


0.400 0.2 < P <= 0.4 3.800 125.556 3.000 0.800 0.168
0.600 0.4 < P <= 0.6 3.800 110.437 3.000 0.800 0.168
0.800 0.6 < P <= 0.8 3.800 95.861 5.000 1.200 0.379
0.999 0.8 < P <= 0.999 3.800 58.166 3.000 0.800 0.168
19.000 19.000 Chi-Kuadrat = 1.263
DK = 2
Distribusi GUMBEL Diterima Chi-Kritik = 5.991
Ket. : Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan

4. Distribusi Log-Pearson III

3 2
Kelas P(x >= Xm) Ef Debit (m /dt) Of Ef - Of ( Ef-Of ) / Ef

5 0.200 0 < P <= 0.2 3.800 146.966 5.000 1.200 0.379


0.400 0.2 < P <= 0.4 3.800 125.015 3.000 0.800 0.168
0.600 0.4 < P <= 0.6 3.800 109.876 3.000 0.800 0.168
0.800 0.6 < P <= 0.8 3.800 95.672 5.000 1.200 0.379
0.999 0.8 < P <= 0.999 3.800 62.549 3.000 0.800 0.168
19.000 19.000 Chi-Kuadrat = 1.263
DK = 1
Distribusi LOG-PEARSON III Diterima Chi-Kritik = 3.841
Ket. : Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan

Dari hasil perhitungan distribusi di atas, didapatkan kesimpulan sebagai bahwa


menurut Uji Chi-Kuadrat, didapatkan hasil distribusi terbaik adalah distribusi Gumbel
dengan Chi-kritik adalah 5,991 dan nilai Chi-kuadratnya adalah 1,263.
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan sebelumnya, selanjutnya dilakukan analisis
berdasarkan probabilitas atau nilai kala ulang yang akan digunakan yang mana dapat
dilihta pada table berikut.

P(x >= Xm) T Karakteristik Debit (m3/dt) Menurut Probabilitasnya


Probabilitas Kala-Ulang NORMAL LOG-NORMAL GUMBEL LOG-PEARSON III
XT KT XT KT XT KT XT KT
0.9 1.1 80.580 -1.282 85.722 -1.127 86.594 -1.100 86.934 -1.227
0.5 2. 123.111 0.000 119.206 -0.118 117.659 -0.164 117.065 -0.070
0.2 5. 151.041 0.842 148.027 0.751 146.987 0.719 146.966 0.814
0.1 10. 165.641 1.282 165.767 1.285 166.405 1.305 167.308 1.318
0.05 20. 177.698 1.645 182.010 1.775 185.031 1.866 187.289 1.756
0.02 50. 191.268 2.054 202.202 2.383 209.141 2.592 214.010 2.274
0.01 100. 200.315 2.326 216.893 2.826 227.207 3.137 234.812 2.635
0.001 1,000. 225.666 3.090 264.000 4.245 286.906 4.936 309.704 3.711

Kesimpulan yang didapatkan yakni :


1. Menurut Uji Chi-Kuadrat, nilai terbaik didapatkan dengan menggunakan
distribusi Gumbel
2. Menurut Uji Smirnov-Kolmogorov, nilai terbaik didapatkan dengan
menggunakan distribusi Log-Pearson III.
3. Dari hasil yang ada, selanjutnya digunakan hasil uji distribusi Chi-Square
yakni distribusi Gumbel. Hal ini dikarenakan pada hasil uji ini, curah hujan
rencana yang dihasilkan lebih besar dibandingkan hasil uji Smirnov-
Kolmogorov yakni 117,659 mm.
c. Uji Smirnov-Kolmogorov
Debit (m3/dt) m P = m/(N+1) NORMAL LOG-NORMAL GUMBEL LOG-PEARSON III
P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do
200.500 1 0.050 0.010 0.040 0.022 0.028 0.028 0.022 0.032 0.018
174.500 2 0.100 0.061 0.039 0.069 0.031 0.074 0.026 0.078 0.022
169.000 3 0.150 0.083 0.067 0.087 0.063 0.091 0.059 0.094 0.056
148.000 4 0.200 0.227 0.027 0.200 0.000 0.193 0.007 0.193 0.007
147.000 5 0.250 0.236 0.014 0.208 0.042 0.200 0.050 0.200 0.050
144.000 6 0.300 0.265 0.035 0.231 0.069 0.222 0.078 0.221 0.079
134.000 7 0.350 0.371 0.021 0.325 0.025 0.308 0.042 0.304 0.046
128.000 8 0.400 0.441 0.041 0.391 0.009 0.372 0.028 0.366 0.034
114.600 9 0.450 0.601 0.151 0.561 0.111 0.542 0.092 0.533 0.083
111.000 10 0.500 0.642 0.142 0.609 0.109 0.592 0.092 0.584 0.084
110.500 11 0.550 0.648 0.098 0.616 0.066 0.599 0.049 0.591 0.041
105.000 12 0.600 0.707 0.107 0.689 0.089 0.677 0.077 0.670 0.070
101.000 13 0.650 0.747 0.097 0.740 0.090 0.733 0.083 0.727 0.077
99.000 14 0.700 0.766 0.066 0.765 0.065 0.760 0.060 0.755 0.055
98.500 15 0.750 0.771 0.021 0.771 0.021 0.766 0.016 0.762 0.012
96.500 16 0.800 0.789 0.011 0.794 0.006 0.792 0.008 0.789 0.011
93.000 17 0.850 0.818 0.032 0.833 0.017 0.834 0.016 0.834 0.016
86.000 18 0.900 0.868 0.032 0.898 0.002 0.905 0.005 0.909 0.009
79.000 19 0.950 0.908 0.042 0.945 0.005 0.954 0.004 0.960 0.010

DKritik = 0.300 0.151 0.111 0.092 0.084


Diterima Diterima Diterima Diterima
Ket. : m = Peringkat
P = Peluang di lapangan
Do = Selisih peluang lapangan dengan peluang teoritis

Berdasarkan uji Smirnov-Kolmogorov didapatkan nilai delta kritik 0,3 di mana untuk
semua uji distribusi yang dilakukan hasilnya dapat diterima, dengan hasil terbaik
didapatkan uji Log-Pearson III dengan nilai delta maksimum 0,084.

4.5.2. Analisis Debit Limpasan


Analisis debit limpasan dilakukan dengan menggunakan metode rasional yakni dengan
rumus sebagai berikut.
𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝐼. 𝐴
Di mana :
Qp = Debit limpasan puncak (m3/s)
C = Koefisien debit limpasan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas subcatchment (km2)
Selanjutnya, setiap bagian rumah sakit ditentukan menjadi beberapa subcatchment
dengan luasannya masing-masing. Dalam hal ini, pada setiap subcatchment, dicari
tahu luasannya dan nilai koefisien limpasan berdasarkan tata guna lahannya. Berikut
adalah hasil analisis subcatchment yang ada.

Id Jenis Tata Koefisien


No Luas (m2)
Catchment Guna Lahan limpasan, C
1 1 268 Parkir 0.85
2 6 287 Jalan 0.85
3 12 320 Jalan 0.85
4 11 803 Jalan 0.85
5 2 635 Parkir 0.85
6 8 415 Jalan 0.85
7 9 194 Jalan 0.85
8 5 368 Parkir 0.85
9 10 952 Jalan 0.85
10 3 961 Parkir 0.85
11 4 963 Parkir 0.85
12 7 851 Jalan 0.85
13 15 314 Rerumputan 0.1
14 16 273 Rerumputan 0.1
15 13 241 Rerumputan 0.1
16 14 150 Rerumputan 0.1
17 17 308 Parkir 0.85
18 18 444 Jalan 0.85
19 19 405 Rerumputan 0.1
Atap
20 20 1630 0.85
Bangunan
Atap
21 21 587 0.85
Bangunan
Atap
22 22 708 0.85
Bangunan
Atap
23 23 1895 0.85
Bangunan
Atap
24 24 671 0.85
Bangunan
Atap
25 25 818 0.85
Bangunan
Atap
26 26 381 0.85
Bangunan
Atap
27 27 524 0.85
Bangunan
Atap
28 28 0.85
1519.712 Bangunan

Setelah menentukan luas dari setiap subcatchment, selanjutnya ditentukan waktu


konsentrasi yakni waktu yang dibutuhkan dari air limpasan dari titik awal hingga
mencapai titik terjauhnya. Penentuan waktu konsentrasi setiap subcatchment
ditentukan dengan menggunakan metode Australian Road-Runoff.
𝑡𝑐 = 0,76. 𝐴0,38
Di mana :
Tc = waktu konsentasi (jam)
A = luas subcatchment (km2)
Misal untuk perhitungan subcatchment nomor 20 yakni subcatchment seluas 1630 m2,
dilakukan konversi menjadi km2 yakni 0.00163 km2.

𝑡𝑐 = 0,76.0,001630,38 = 0,066 𝑗𝑎𝑚 = 3,97 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Analisis dilanjutkan dengan menghitung nilai intensitas hujan untuk setiap penggal
saluran drainase yang ada. Perhitungan menggunakan metode Mononobe, di mana
waktu konsentrasi yang digunakan merupakan waktu konsentrasi dari masing-masing
saluran atau kumulatif dari beberapa saluran sebelumnya. Misal digunakan data
perhitungan intensitas hujan pada saluran ID 8. Pada saluran ini, terdapat dua
subcatchment yang limpasannya akan dimasukkan ke dalam saluran yakni
subcatchment 17 dan 27. Waktu konsentrasi yang akan digunakan adalah nilai
maksimal dari waktu konsentrasi pada subcatchment atau section yang ditinjau. Dalam
hal ini, nilai terbesar dimiliki oleh subcatchment 27 yakni 2,58 menit.
2
𝑅24 24 3
𝐼= ( )
24 𝑡𝑐
2
117,659 24 3
𝐼= ( ) = 331,982 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
24 2,58
Berikut adalah hasil perhitungan intensitas hujan dan debit limpasan untuk setiap
segmen saluran.

Panjang
itc Q
Id Saluran saluran ΣCA tc (min)
(m) (mm/jam) (m3/s)
Kelompok 1
8 28 0.00071 2.584 331.982 0.065
9 19 0.00094 2.591 331.393 0.086
14 6 0.00118 2.595 331.024 0.108
Kelompok 2
10 95 0.00081 2.426 346.211 0.078
11 39 0.00149 3.039 297.955 0.124
15 7 0.00230 3.047 297.425 0.190
Kelompok 3
4 42 0.00247 3.977 249.033 0.171
3 43 0.00059 2.839 311.823 0.052
1 40 0.00371 3.986 248.694 0.257
2 29 0.00081 2.698 322.570 0.073
5 72 0.00593 3.992 248.404 0.410
12 42 0.00082 3.254 284.701 0.065
13 58 0.00164 3.264 284.100 0.129
6 113 0.00829 4.004 247.933 0.572
7 56 0.00279 4.310 236.039 0.183
16 113 0.00112 3.665 263.007 0.082

4.5.3. Analisis Hidraulika Saluran Drainase

Analisis hidraulika saluran drainase berfungsi untuk menentukan dimensi saluran yang
akan digunakan berdasarkan hasil analisis hidrologi yang telah dilakukan sebelumnya.
Analisis hidraulika dilakukan dengan menggunakan persamaan Manning, dengan
persamaan sebagai berikut.

2
1 𝐴 3 1
𝑄 = . ( ) . 𝑆 2. 𝐴
𝑛 𝑃
Di mana :
n = koefisien kekasaran Manning
A = luas penampang basah saluran
P = jari-jari hidrolik saluran
S = kemiringan memanjang saluran
Pada saluran yang dirancang, akan menggunakan saluran U-Ditch berbahan beton,
sehingga nilai koefisien Manningnya digunakan 0,012. Selanjutnya, dengan
menggunakan debit limpasan yang telah dicari sebelumnya, kita dapat menentukan
dimensi saluran dengan asumsi awal tinggi dan lebar basah penampang saluran adalah
sama. Misla diambil contoh data pada saluran ID 8. Pada saluran ini, akan menerima
debit limpasa sebesar 0,0652 m3/s. Dengan asumsi penampan basah saluran adalah
persegi, maka persamaan Manning sebelumnya dijabarkan dengan menggunakan luas
penampang persegi.

2
1 𝑏2 3 1
𝑄 = .( ) . 𝑆 2 . 𝑏2
𝑛 𝑏 + 2ℎ
Dengan melakukan trial and error, didapatkan lebar penampang basah saluran adalah
0,157 m. Nilai ini kemudian dibulatkan ke atas menjadi 0,4 menimbang pada ukuran U-
Ditch yang ada di pasaran. Dikarenakan dilakukan pembulatan pada lebar saluran, maka
tinggi basah saluran juga akan berubah menjadi lebih kecil. Dengan cara yang sama,
namun kali ini dengan nilai b dan h yang tidak sama di mana nilai h ditrial hingga debit
saluran sama dengan debit limpasan yang akan ditampung.
2
1 𝑏. ℎ 3 1
𝑄 = .( ) . 𝑆 2 . 𝑏. ℎ
𝑛 𝑏 + 2ℎ

Dengan melakukan trial and error, didaparkan nilai h sebesar 0,14 m.


Untuk mengetahui tinggi penampang total U-Ditch yang akan digunakan, selanjutnya
perlu diipertimbangkan juga freeboard, yakni ruang bebas yang tidak dialiri oleh aliran
air. Pada saluran ini, dikarenakan debit yang mengaliri < 2 m3/s, maka nilai freeboard
minimum yang digunakan adalah 0,2 m. Sehingga total tinggi saluran adalah 0,34 m.
Nilai ini kemudian dibulatkan ke atas sehingga tinggi total penampang saluran adalah
0,4 m.
Berikut adalah hasil perhitungan untuk dimensi seluruh penampang saluran.

Panjang Koef.
Slope Q Freeboard
Id Saluran saluran Manning b (m) h (m)
(m)
(m/km)
(n) (m3/s) (m)

Kelompok 1
8 28 5 0.012 0.065268 0.4 0.40 0.26
9 19 5 0.012 0.086139 0.4 0.40 0.22
14 6 5 0.012 0.108492 0.4 0.50 0.29
Kelompok 2
10 95 5 0.012 0.077883 0.3 0.50 0.28
11 39 5 0.012 0.123564 0.4 0.50 0.27
15 7 5 0.012 0.190463 0.4 0.60 0.27
Kelompok 3
4 42 5 0.012 0.171282 0.4 0.50 0.20
3 43 5 0.012 0.051531 0.3 0.40 0.24
1 40 5 0.012 0.256553 0.5 0.60 0.28
2 29 5 0.012 0.072793 0.3 0.50 0.29
5 72 5 0.012 0.40975 0.5 0.70 0.23
12 42 5 0.012 0.064651 0.3 0.40 0.21
13 58 5 0.012 0.129164 0.4 0.50 0.26
6 113 5 0.012 0.571551 0.6 0.70 0.21
7 56 5 0.012 0.182837 0.4 0.60 0.29
16 113 5 0.012 0.081663 0.3 0.50 0.27
Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan terhadap kecepatan saluran yang telah
dirancang. Perhitungan kecepatan saluran, dilakukan dengan menggunakan persamaan
Manning.
2
1 𝑏. ℎ 3 1
𝑉 = .( ) . 𝑆2
𝑛 𝑏 + 2ℎ
Di mana :
n = koefisien Manning
b = lebar basah saluran
h = tinggi basah saluran
S = kemiringan memanjang saluran

Misal diambil contoh hitungan pada saluran ID 8. Saluran ini memiliki dimensi 40 x
40 cm, dengan tinggi muka air adalah 0,14 m, dan kemiringan memanjang saluran
adalah 5 m/1 km atau 0,005.

2
1 0,14.0,4 3 1
𝑉= .( ) . 0,0052 = 2,23 𝑚/𝑠
0,012 0,4 + 2.0,14

Nilai kecepatan saluran yang dihasikan di bawah 3 m/s yang mana merupakan nilai
kecepatan maksimum untuk saluran beton.

Berikut adalah rekap hasil perhitungan kecepatan saluran drainase untuk setiap
segmen saluran.

Panjang
Slope
Id Saluran saluran V (m/s)
(m/km)
(m)
Kelompok 1
8 28 5 2.23
9 19 5 2.10
14 6 5 1.98
Kelompok 2
10 95 5 1.45
11 39 5 1.91
15 7 5 1.68
Kelompok 3
4 42 5 1.74
3 43 5 1.63
1 40 5 2.14
2 29 5 1.48
5 72 5 1.84
12 42 5 1.53
13 58 5 1.89
6 113 5 2.19
7 109 5 1.37
16 111 5 2.18

4.5.4. Analisis Dimensi ABSAH


Analisis dimensi ABSAH dilakukan dengan cara mentrial jumlah pemakaian air bersih
per harinya. Jumlah pemakaian air bersih ditrial hingga nilai kumulatif tampungan
ABSAH tidak negative. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan fitur goalseek
pada Microsoft Excel.
Dalam perencanaan ini, direncanakan terdapat dua ABSAH yakni :
1. ABSAH Gedung Induk yang berfungsi untuk menampung limpasan yang berasal
dari atap, jalan, tempat parkir, atau lainnya yang berada di sisi utara rumah sakit.
2. ABSAH Gedung UGD yang berfungsi untuk menampung limpasan yang berasal
dari atap, jalan, tempat parkir yang berada di sisi selatan rumah sakit.
Berikut adalah hasil perhitungan volume ABSAH yang akan digunakan untuk
masing-masing ABSAH.
1. ABSAH Gedung Induk

Kumulatif -
Curah Volume Pengambilan Pengambilan Volume CH -
Jumlah Penguapan CH Efektif Luas Atap Kumulatif nilai
Bulan Hujan CH Air Air Pengambilan Air
Hari minimum
mm mm mm m2 m3 liter/hari m3 m3 m3 m3
Jan 31 79.73 0 79.73 12269 97.82 1744.71 54.09 43.73 43.73 43.23
Feb 28 74.74 0 74.74 12269 91.69 1744.71 48.85 42.84 86.57 86.07
Mar 31 68.05 0 68.05 12269 83.49 1744.71 54.09 29.41 115.98 115.48
Apr 30 65.12 0 65.12 12269 79.90 1744.71 52.34 27.56 143.54 143.04
Mei 31 45.82 0 45.82 12269 56.21 1744.71 54.09 2.13 145.66 145.16
Jun 30 24.18 0 24.18 12269 29.67 1744.71 52.34 -22.67 122.99 122.49
Jul 31 12.24 0 12.24 12269 15.01 1744.71 54.09 -39.07 83.92 83.42
Agu 31 1.13 0 1.13 12269 1.38 1744.71 54.09 -52.70 31.22 30.72
Sep 30 17.63 0 17.63 12269 21.63 1744.71 52.34 -30.72 0.50 0.00
Okt 31 49.75 0 49.75 12269 61.04 1744.71 54.09 6.95 7.45 6.95
Nov 30 77.48 0 77.48 12269 95.06 1744.71 52.34 42.72 50.17 49.67
Des 31 76.83 0 76.83 12269 94.26 1744.71 54.09 40.17 90.34 89.84
Jumlah 365 592.67895 0 592.678947 147228 727.1578 20936.51 636.82 90.33892215
Vol. Tampungan Maksimum
3 145.16
(m )
Vol. Tampungan Minimum
0.00
(m3)
(Vol. Maks - Vol. Tampungan Optimum
145.16
Vol. Min) (m3)
Ditetapkan tinggi ruang ABSAH adalah 2,5 m, sehingga,
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = = 58,06 𝑚2
2,5
Selanjutnya, dilakukan trial and error untuk mendapatkan ukuran panjang dan
lebar ABSAH. Sehingga didapatkan panjang ABSAH 10 m dan lebar 5,9 m.
2. ABSAH Gedung UGD

Kumulatif -
Curah Volume Pengambilan Pengambilan Volume CH -
Jumlah Penguapan CH Efektif Luas Atap Kumulatif nilai
Bulan Hujan CH Air Air Pengambilan Air
Hari minimum
mm mm mm m2 m3 liter/hari m3 m3 m3 m3
Jan 31 79.73 0 79.73 1387 11.06 195.61 6.06 4.99 4.99 4.49
Feb 28 74.74 0 74.74 1387 10.37 195.61 5.48 4.89 9.88 9.38
Mar 31 68.05 0 68.05 1387 9.44 195.61 6.06 3.37 13.26 12.76
Apr 30 65.12 0 65.12 1387 9.03 195.61 5.87 3.16 16.42 15.92
Mei 31 45.82 0 45.82 1387 6.35 195.61 6.06 0.29 16.71 16.21
Jun 30 24.18 0 24.18 1387 3.35 195.61 5.87 -2.51 14.20 13.70
Jul 31 12.24 0 12.24 1387 1.70 195.61 6.06 -4.37 9.83 9.33
Agu 31 1.13 0 1.13 1387 0.16 195.61 6.06 -5.91 3.92 3.42
Sep 30 17.63 0 17.63 1387 2.44 195.61 5.87 -3.42 0.50 0.00
Okt 31 49.75 0 49.75 1387 6.90 195.61 6.06 0.84 1.34 0.84
Nov 30 77.48 0 77.48 1387 10.75 195.61 5.87 4.88 6.21 5.71
Des 31 76.83 0 76.83 1387 10.66 195.61 6.06 4.59 10.81 10.31
Jumlah 365 592.67895 0 592.678947 16644 82.20457 2347.36 71.40 10.80566322
Vol. Tampungan Maksimum
3 16.21
(m )
Vol. Tampungan Minimum
0.00
(m3)
(Vol. Maks - Vol. Tampungan Optimum
16.21
Vol. Min) (m3)

Ditetapkan tinggi ruang ABSAH adalah 1 m, sehingga,


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑢𝑚
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = = 16,21 𝑚2
1
Selanjutnya, dilakukan trial and error untuk mendapatkan ukuran panjang dan
lebar ABSAH. Sehingga didapatkan panjang ABSAH 5,667 m dan lebar 3 m.

Anda mungkin juga menyukai