Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS DEBIT RANCANGAN

ANALISIS DEBIT RANCANGAN MENCAKUP:

I. ANALISIS DEBIT ANDAL

II. ANALISIS DEBIT BANJIR


ANALISIS DEBIT ANDAL

A. Pengertian

 Debit Andal adalah debit minimum yang diharapkan tersedia dengan peluang
tertentu selama umur rencana
 Debit andal 80% (Q80) artinya debit minimum yang diharapkan tersedia selama
80% dari umur rencana atau peluang gagal (tidak terpenuhinya) hanya 20%.
 Contoh: Q80 = 5,00 m3/detik, artinya ada peluang sebesar 80% bahwa debit
yang tersedia minimum sebesar 5,00 m3/detik atau peluang Q ≥ 5,00 m3/detik
sama dengan 80 %.

B. Metode perhitungan
 Ada berbagai metode statistik yang dapat digunakan untuk menentukan debit
andal dengan keandalan (peluang) tertentu. Pada penerapan metode
statistik langkah pertama yang harus ditentukan adalah pemilihan model
distribusi yang sesuai, dan selanjutnya dari model distribusi tersebut dapat
ditentukan debit andalnya.
ANALISIS DEBIT ANDAL

C. Metode Grafis

 Metode grafis yang lasim digunakan untuk menentukan debit andal, dikenal
sebagai metode Plotting Position (Posisi Penggambaran).
 Prosedur perhitungan & penggambaran:
(1) Urutkan data mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil
(2) Tentukan posisi penggambaran (plotting position) p dengan persamaan:

m
p 100%
N 1
dengan m = nomor urut data dan N = banyaknya data

(3) Gambarkan hubungan antara debit (Q) dan posisi penggambarannya (p),
kemudian tentukan lengkung debit (trend Q)
(4) Tentukan debit andal sesuai keandalan yang dinginkan
ANALISIS DEBIT ANDAL

Format Tabel Pernitungan

No Urut Debit, m
p  100 %
m Q(m3/detik) N 1
1
2
3
.
.
.
.
.
N
ANALISIS DEBIT ANDAL

Menentukan Q andal dari Lengkung Debit

80

70
60
Q (m3/detik)

50
40

30
Q80
20

10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

p (% )
ANALISIS DEBIT ANDAL

Contoh Soal: Tentukan debit andal 80% (Q80) dan debit andal 90% (Q90)
dari data debit berikut ini.
Debit
Bulan
(m3/det)
Jan 67,2
Feb 42,7
Mar 36,3
Apr 25,0
Mei 30,1
Jun 22,4
Jul 27,8
Ags 28,0
Sep 29,5
Okt 45,6
Nop 55,3
Des 70,5
ANALISIS DEBIT BANJIR

A. Metode Rasional
Asumsi: • Curah hujan tersebar merata di seluruh daerah tangkapan hujan
(DTH) atau catchment area
• Debit maksimum tercapai jika seluruh daerah tangkapan hujan
telah menyumbangkan alirannya pada penampang sungai /
saluran yang ditinjau; dengan kata lain durasi hujan sama dengan
waktu konsentrasi.

Rumus Umum:
Q =C.I.A
dimana: Q = debit banjir [m3/detik]
C = koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (Runoff coefficient)
I = intensitas curah hujan [mm/jam atau mm/hari]
A = luas daerah tangkapan hujan (catchment area) [km2 atau ha]
ANALISIS DEBIT BANJIR

1. Metode Rasional Jepang (berlaku untuk A ≤ 5000 ha)


Prosedur perhitungan dan rumus-rumus yang digunakan:
(1) Ukur / hitung luas daerah tangkapan hujan (A) dengan planimeter

(2) Tentukan koefisien limpasan (C) dengan memperhatikan karakteristik DTH,


terutama tata guna lahan, jenis tanah, vegetasi, dan kemiringan medan.
Hitung C rata-rata dengan persamaan:
n n
A
C   i Ci dengan A   Ai
i 1 A i 1

(3) Hitung waktu konsentrasi (tc) dengan persamaan: tc  t0  td


t0 = waktu pengaliran dari titik terjauh ke awal sungai/saluran
td = waktu pengaliran di dalam saluran sampai ke outlet yang ditinjau
0.77
 L0 
t0 dihitung dengan rumus Kirpich: t 0  0.0195  menit
 S 
 0 
ANALISIS DEBIT BANJIR

L0
+ 2500
+ 1800

Rencana Bendung

+ 500
L = panjang sungai utama
L0 = jarak titik terjauh ke awal sungai
ANALISIS DEBIT BANJIR

dimana: L0 = jarak titik terjauh ke awal sungai/saluran [m]

S0 = kemiringan medan rata-rata; dihitung dengan persamaan:


H dengan H adalah beda tinggi antara titik terjauh dengan
S0 
L0 awal saluran

Ld
td dihitung dengan persamaan: td 
V
dimana: Ld = panjang sungai/saluran
V = kecepatan rata-rata aliran dalam sungai.

Untuk keperluan praktis, nilai-nilai V untuk saluran alam dapat ditaksir


berdasarkan kemiringan rata-rata dasar saluran (lihat Tabel R1)
ANALISIS DEBIT BANJIR

Tabel R1. Taksiran kecepatan aliran berdasarkan kemiringan rata-rata dasar


sungai / saluran
No Kemiringan, S (%) Kecepatan Aliran, V (m/detik)
1 <1 0,4
2 1–2 0,6
3 2–4 0,9
4 4–6 1,2
5 6 – 10 1,5
6 10 – 15 2,4

(4) Hitung intensitas hujan (I) dengan rumus Mononobe:


2
R  24  3
I   mm/jam; R = curah hujan rencana (mm/hari);
24  t 
t = waktu konsentrasi (jam)
ANALISIS DEBIT BANJIR

(5) Hitung debit banjir dengan persamaan berikut:


m3/det
• Jika A ≤ 80 ha: Q  f C  I  A
m3/det
• Jika: 80 < A ≤ 5000 ha: Q  f  Cs  C  I  A

dimana f = faktor konversi satuan yang nilainya adalah:


f = 0.00278 jika A dinyatakan dalam ha
f = 0.278 jika A dinyatakan dalam km2;
Cs = koefisien penampungan palung sungai/saluran yang dapat dihitung
dengan persamaan:

2t c
Cs 
2t c  t d
ANALISIS DEBIT BANJIR

Tabel Koefisien Limpasan (Runoff Coefficient), C

Diskripsi lahan / karakteristik Koef limpasan,


permukaan C
Business
perkotaan 0,70 – 0,95
pinggiran 0,50 – 0,70
Perumahan
rumah tunggal 0,30 – 0,50
multi-unit, terpisah 0,40 – 0,60
multi-unit, tergabung 0,60 – 0,75
perkampungan 0,25 – 0,40
apartemen 0,50 – 0,70
Industri
ringan 0,50 – 0,80
berat 0,60 – 0,90
Perkerasan
aspal dan beton 0,70 – 0,95
batu bata, paving 0,50 – 0,70
Atap 0,75 – 0,95
Halaman kereta api 0,10 – 0,35
Taman tempat bermain 0,20 – 0,35
Taman, pekuburan 0,10 – 0,25
Hutan
datar, 0 – 5% 0,10 – 0,40
bergelombang, 5 – 10% 0,25 – 0,50
berbukit, 10 – 30% 0,30 – 0,60
ANALISIS DEBIT BANJIR

2. Metode Melchior
Prosedur perhitungan dan rumus-rumus yang digunakan:
(1) Lukis ellips mengelilingi daerah
tadah hujan dengan sumbu a
panjang kira-kira 1,5 x sumbu
pendek, kemudian hitung luas
ellips (F) dengan rumus :
F  0,25ab P + 1800

+ 1500
a = sumbu panjang ellips.
b = sumbu pendek ellips.
b
a = 1,5 x b

P berjarak 0,9 L dari bendung


L = panjang sungai utama + 500
ANALISIS DEBIT BANJIR

(2) Ukur / hitung luas daerah tangkapan hujan (A) dengan planimeter; A dalam km2

(3) Hitung kemiringan rata-rata dasar sungai dengan persamaan:

H
S H adalah beda tinggi dan L adalah panjang sungai.
0,9L

1970
(4) Hitung β1 dengan persamaan: F  3960  17201
1  0,12

(5) Taksir curah hujan R1 (m3/det/km2) berdasarkan luas ellips dengan


menggunakan Tabel M1.

(6) Hitung Q dengan persamaan: Q  1R1A m3/det


ANALISIS DEBIT BANJIR

(7) Hitung V dengan persamaan: 


V  1,31 QS 2 
0,2
m/det

10L
(8) Hitung t dengan persamaan: t jam;
36V
L dalam km dan V dalam m/det

(9) Tentukan β2 berdasarkan nilai t dan F dengan menggunakan Tabel M2

(10) Hitung β dengan persamaan:   12

10R24maks
(11) Hitung R dengan persamaan: R 
36t
R24-maks adalah curah hujan terpusat maksimum sehari;
sebagai acuan, untuk Jakarta R24-maks = 200 mm
ANALISIS DEBIT BANJIR

(12) Periksa apakah nilai R sama dengan R1 yang ditaksir. Jika sama, lanjutkan
perhitungan Q; namun jika tidak, ulangi perhitungan mulai dari prosedur (5)
dengan mengganti nilai R1 dengan nilai R yang diperoleh pada prosedur (11).

Prosedur tersebut harus diulangi sampai didapatkan: Rn  Rn 1

(13) Tentukan nilai tambahan untuk curah hujan, ΔR berdasarkan nilai t dengan
menggunakan Tabel M3, kemudian hitung:

R  Rn  R
r
(14) Hitung Q dengan persamaan: Q  CRA 
200
r adalah curah hujan harian maksimum (curah hujan rencana) pada daerah
perencanaan.
ANALISIS DEBIT BANJIR

Tabel M1. Perkiraan nilai R berdasarkan luas ellips F

F R F R F R
(km2) (m3/det/km2) (km2) (m3/det/km2) (km2) (m3/det/km2)
0,14 29,60 144,00 4,75 720,00 2,30
0,72 22,45 216,00 4,00 1080,00 1,85
1,40 19,90 288,00 3,60 1440,00 1,55
7,20 14,15 360,00 3,30 2160,00 1,20
14,00 11,85 432,00 3,05 2880,00 1,00
29,00 9,00 504,00 2,85 4320,00 0,70
72,00 6,25 576,00 2,65 5760,00 0,54
108,00 5,25 648,00 2,45 7200,00 0,48

Sumber: Subarkah Iman, 1980, Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung
ANALISIS DEBIT BANJIR

Tabel M2. Faktor reduksi 2 terhadap R24-maks untuk hujan yang durasinya
kurang dari 24 jam

F Nilai 2 (%) untuk durasi hujan (t) dalam jam


(km2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 16 20 24
0 44 64 80 89 92 92 93 94 95 96 98 100

10 37 57 70 80 82 84 87 90 91 95 97 100

50 29 45 57 66 70 74 79 83 88 94 96 100

300 20 33 43 52 57 61 69 77 85 93 95 100

~ 12 23 32 42 50 54 66 74 83 92 94 100

Sumber: Subarkah Iman, 1980, Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung
ANALISIS DEBIT BANJIR

Tabel M.3. Tambahan nilai R (dalam % terhadap Rn) untuk berbagai


waktu konsentrasi

t R t R t R t R
(menit) (%) (menit) (%) (menit) (%) (menit) (%)
40 2 630 – 720 10 1330 – 1420 18 2035 – 2120 26
40 – 115 3 720 – 810 11 1420 – 1510 19 2120 – 2210 27
115 – 190 4 810 – 895 12 1510 – 1595 20 2210 – 2295 28
190 – 270 5 895 – 980 13 1595 – 1680 21 2295 – 2380 29
270 – 360 6 980 – 1070 14 1680 – 1770 22 2380 – 2465 30
360 – 450 7 1070 – 1155 15 1770 – 1860 23 2465 – 2550 31
450 – 540 8 1155 – 1240 16 1860 – 1950 24 2550 – 2640 32
540 – 630 9 1240 – 1330 17 1950 – 2035 25 2640 – 2725 33
2725 – 2815 34
Sumber: Subarkah Iman, 1980, Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung
ANALISIS DEBIT BANJIR

3. Metode Weduwen (A < 100 km2)


Prosedur perhitungan dan rumus-rumus yang digunakan:
(1) Ukur / hitung luas daerah tangkapan hujan (A) dengan planimeter; A dalam km2

(2) Hitung kemiringan rata-rata dasar sungai dengan persamaan:

H
S H adalah beda tinggi dan L adalah panjang sungai.
0,9L
(3) Taksir waktu konsentrasi t (jam)
t 1
120  A
(4) Hitung β dengan persamaan:  t 9
120  A
67,65
(5) Hitung R dengan persamaan: R m3/det/km2
t  1,45
4,1
(6) Hitung C dengan persamaan: C  1
R  7
ANALISIS DEBIT BANJIR

(7) Hitung Q dengan persamaan: Q  C RA m3/det

L
(8) Hitung t kontrol dengan persamaan: t k jam; L dalam km
8Q 0,125 S 0,25

(9) Periksa apakah nilai t taksiran sama dengan nilai tk. Jika t ≠ tk, ulangi prosedur
(3) sampai dengan (8) hingga diperoleh t = tk.

r
(10) Hitung Q dengan persamaan: Q  CRA  m3/det
240
r adalah curah hujan harian maksimum pada daerah perencanaan

Catatan: untuk menyederhanakan perhitungan, sebaiknya ditabelkan


ANALISIS DEBIT BANJIR

4. Metode Haspers (A < 200 km2)


Prosedur perhitungan dan rumus-rumus yang digunakan:
(1) Ukur / hitung luas daerah tangkapan hujan (A) dengan planimeter; A dalam km2

(2) Hitung kemiringan rata-rata dasar sungai dengan persamaan:

H
S H adalah beda tinggi dan L adalah panjang sungai.
0,9L
1  0,012A0,7
(3) Hitung C dengan persamaan: C
1  0,075 A0,7

(4) Hitung t dengan persamaan: t  0,1L0,8S 0,3


t dalam jam dan L dalam km
1 t  3,7  100,4t A0,75
(5) Hitung β dengan persamaan:  1 
 t 2  15 12
ANALISIS DEBIT BANJIR

(6) Hitung R dengan ketentuan dan persamaan sebagai berikut:

t  R24 maks
• Jika t < 2 jam, maka: R mm
t  1  0,0008260  R24 maks 2  t 
2

t  R24 maks
• Jika 2 jam < t < 19 jam , maka: R mm
t 1

• Jika 19 jam < t < 30 hari , maka: R  0,707R24 maks t 1 mm


t dalam satuan hari
R
(7) Hitung q dengan persamaan: q m3/det/km2
3,6t
(8) Hitung Q dengan persamaan: Q  C qA m3/det
ANALISIS DEBIT BANJIR

B. Metode Hidrograf
1. Pengertian:
• Hidrograf adalah penyajian secara grafis variasi atau fluktuasi debit terhadap waktu.

puncak
Q
Lengkung turun

Aliran langsung

Aliran dasar

t
ANALISIS DEBIT BANJIR

• Hidrograf bersifat unik untuk setiap DPS dan sangat dipengaruhi oleh karakteristk
DPS tersebut.
• Ordinat hidrograf dapat dipisahkan menjadi dua unsur, yaitu unsur aliran/limpasan
langsung dan unsur aliran dasar (base flow).
• Hidrograf satuan adalah hidrograf aliran langsung akibat hujan sebesar 1 mm,
tersebar merata pada seluruh DPS.
• Curah hujan efektif (curah hujan netto) adalah bagian dari curah hujan yang
menghasilkan aliran langsung.
• Hidrograf satuan sintetik adalah model (tiruan) hidrograf satuan yang dapat
digunakan untuk mengestimasi hidrograf banjir pada sebarang daerah dengan
menyesuaikan parameter hidrograf satuan tersebut dengan karakteristik DPS yang
ditinjau.

• Contoh hidrograf satuan sintetik yang digunakan secara luas, antara lain:
(1) Hidrograf Snyder
(2) Hidrograf Nakayasu
ANALISIS DEBIT BANJIR

2. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

r tr

q 0,8 tr tg

lengkung naik lengkung turun

qd1

qa
qd2
qp
qd3
0,3 qp
0,09 qp

Tp T0,3 1,5 T0,3 t


ANALISIS DEBIT BANJIR

Ordinat hidrograf dihitung sebagai berikut:


 Ordinat puncak hidrograf:
CAR0
qp 
3,60,3Tp  T0,3 
A = luas daerah tadah hujan (catchment area)
R0 = curah hujan satuan (= 1 mm)
Tp = waktu sejak awal hujan sampai terjadinya debit puncak (lag time); jam.
T0,3 = waktu sejak terjadinya debit puncak sampai tercapai debit sebesar 30 %
(= 0,3) debit puncak
Lag time Tp dihitung dengan persamaan: Tp  0,8t r  tg
tr = durasi hujan efektif (diambil 0,5 tg sampai tg)
tg = waktu konsentrasi, bergantung panjang sungai utama; dihitung sebagai berikut:

• Jika L ≤ 15 km, maka t g  0,21L0,7

• Jika L > 15 km, maka t g  0,4  0,058L L dalam km dan tg dalam jam
ANALISIS DEBIT BANJIR

T0,3 dihitung dengan persamaan: T0,3  t g


 = 2,0 untuk daerah pengaliran biasa,
 = 1,5 untuk daerah pengaliran yang lengkung naik hidografnya lebih lambat
dan lengkung turun lebih cepat.
 = 3,0 untuk daerah pengaliran yang lengkung naik hidografnya lebih cepat
dan lengkung turun lebih lambat.
2,4
 t 
 Ordinat pada lengkung naik (t < Tp): qa  q p   
T 
 p
 Ordinat pada lengkung turun (t > Tp):
t Tp  / T0,3
- untuk Tp < t < (Tp+T0,3) : qd 1  q p  0,3
t Tp 0,5T0,3  / 1,5T0,3 
- untuk (Tp+T0,3) < t < (Tp+2,5 T0,3) : qd 2  q p  0,3
t Tp 1,5T0,3  / 2T0,3 
- untuk t > (Tp+2,5 T0,3) : qd 3  q p  0,3
ANALISIS DEBIT BANJIR

Debit banjir akibat hujan dengan intensitas sebesar I mm/jam, dihitung dengan
persamaan:

Qt,I   qt,1 I
Untuk hujan dengan durasi lebih dari 1 jam, dengan intensitas masing-
masing I1, I2, I3, . . ., In; debit total dihitung dengan metode superposisi
sebagai berikut:

Qt   qt,1  I1  qt  1,1  I2  qt  2,1  I3      qt  n  1,1  In


ANALISIS DEBIT BANJIR

Anda mungkin juga menyukai