Gambar 1.
Jika s = kerapatan relatif (relatif density) air laut
0 = kerapatan relatif air tawar
t = kerapatan realtif rata-rata air dalam lock chamber pada saat t
setelah pintu luar dibuka
H = kedalam lock chamber
L = panjang lock chamber
maka pertukaran pada saat t dapat dinyatakan dengan faktor tidak berdimensi
s
1
... ... ... (1)
ut =
0
Jika i = s maka ut = 1
t = 0 maka u0 = 0
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan di Negeri Belanda
terhadap pintu-pintu pelayaran dengan berbagai dimensi, didapat rumus
emperis sebagai berikut :
ut =tgh
t
gH
4 L 0
1/2
dengan = s 0
Jika parameter tidak berdimensi
1
gH
4 L 0
1/2
dc x
dx
cx = kadar garam pada jarak x (ke arah laut) dari muara sungai
E = koefisien difusivitas
Pemecahan persamaan differensial tersebut diatas adalah sebagai berikut :
x Q 1 E
cx = c0 + (cs c0) e
... ... ... (4)
0
dengan
Jika
c
x =
Maka persamaannya
c
v c e().(x x)14 c
=2
x
d3
jika
alu
pasang
surutnya
diperdalam.
Pendalaman
yang
c
c
=k 2
t
x
2
( c 1c 0 ) k t
Dengan = porositas
vi. Drainase tanah asin
Air dalam sungai atau waduk di daerah delta dan pantai dapat dikotori
oleh masuknya air rembesan payau dan oleh air yang berasal dari drainasi
tanah asin. Dimana terdapat drainase tanah asin yang berada
vii. Kadar garam dalam air sungai
iii.
iv.
v.
laut dari garamnya) berada di luar jangkauan buku ini. Instalasi-instalasi semacam
itu beberapa buah telah dibuat orang di Saudi Arabia, Kuwait dan lain-lain,
sedangkan di Eropa ada juga di Belanda dengan kapasitas 30.000 m3/hari.
Gambar 5.
Biasanya semua potensial air tanah diubah menjadi potensial air tawar. Pada
Gambar 5. Diperlihatkan bahwa air dalam sumur pengamatan (obsevation well)
mempunyai komposisi sama dengan air pada kedalaman filter, dengan
xh
1000
air
tawar. Jadi untuk mengubah potensial air asin ke dalam air tawar harus diadakan
koreksi
1000
xh
1000
potensialnya.
Jika kita pelajari aliran arah horisontal di dalam air tanah yang tidak homogen
pada kedalaman tertentu terhadap datum, faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah potensial air tanah tawar pada kedalaman tersebut dan koefisien
permeabilitas (lihat Gambar 6).
Gambar 6.
Jika kita ingin meninjau komponen vertikal aliran air tanah yang tidak
homogen, tidaklah cukup dengan hanya mengubah tinggi piezometrik yang
diamati ke dalam potensial air tawar. Disini harus juga dilakukan perhitungan
potensial air tawar yang akan didapat, dengan distribusi kerapatan air yang
diketahui, di dalam akuifer bebas dengan permukaan air yang sama seperti pada
keadaan statis. Perbedaan antara potensial-potensial sebenarnya (yaitu potensial
pengamatan yang diubah) dengan potensial air tanah tawar yang harus terjadi pada
keadaan seperti yang diuraikan di atas, dapat dipandang sebagai anomali
potensial, yang menyebabkan adanya aliran vertikal. Dengan kata lain terjadinya
aliran vertikal di antara dua buah titik ditentukan oleh perbedaan anomali
potensial di antara dua buah titik tersebut, yang dinamakan effective head. Untuk
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas di bawah ini akan diberikan contoh.
Karena adanya alasan kontinuitas (lihat Gambar 7, dan Tabel 1.), aliran
vertikal melalui lapisan semi pervious (dari -14 m ke -19 m dan dari -34 m ke -39
m) harus diganti dengan aliran horisontal dari akuifer; pemberian air kedalam
akuifer tengah (-19 m ke -34 m) berlangsung bersamaan dengan adanya aliran dari
akuifer atas dan akuifer bawah (dari +1 m ke -14 m dan dari -39 m ke bawah).
Aliran vertikal dalam akuifer atas berubah ke arah samping (lateral) atau berjalan
terus menuju permukaan air tanah dan akan diuapkan.
Dari Tabel 1. Dapat dilihat bahwa komponen vertikal aliran tidak
memberikan tambahan terhadap perbedaan-perbedaan nyata pada anomali
potensial dalam akuifer.ini menunjukkan adanya angka permeabilitas yang besar
dalam akuifer.
c. Prinsip-prinsip BADON GHIJBEN HERZBERG
Prinsip-prinsip ini menjelaskan mengenai lensa-lensa air tawar yang terisolir,
diisi oleh hujan efektif, yang mengambang di atas lingkungan air asin atau air
payau. Hal ini menerangkan hubungan antara permukaan air tanah dengan
kedalaman air tawar. BADON GHIJBEN (Belanda) merupakan orang pertama
yang merumuskan prinsip-prinsip tersebut dalam tahun 1889. Kemudian dalam
tahun 1901 HERZBERG (Jerman), yang tidak mengenal prinsip-prinsip BADON
GHIJBEN tersebut, telah mengemukakan prinsip-prinsip yang sama.
Tabel 1. Aliran Air Tanah Tidak Homogen
Gambar 7.
BADON GHIJBEN mengemukakan mengenai lensa-lensa air tawar di bukitbukit pasir (sand dunes) yang banya terdapat di pantai-pantai Negeri Belanda,
sedangkan HERZBERG menyelidiki hal yang sama di pulau Borkum. Di kedua
tempat tersebut terdapat keadaan yang mirip pada daerah pengisiannya (recharge
area), yang ditandai dengan daerah berelevasi lebih tinggi daripada daerah
disekitarnya dan mempunyai daya infiltrasi yang baik ke dalam lingkungan air
asin atau payau.
Prinsip-prinsip BADON GHIJBEN HERZBERG ini dikemukakan dengan
perantaraan Gambar 8. Berikut ini.
dengan
10
=
0
atau
10251000
=0,025
1000
atau
1
40
Pada bukit pasir yang tinggi dan lebar , H dapat mencapai 100 m atau lebih,
sedangkan h dapat mencapai 2,5 m lapisan peralihan yang disebabkan oleh
adanya difusi dan pencampuran (mixing). Tebal zone payau pada umumnya
tergantung pada kecepatan air tawar di dekat perbatasan dan keadaan geologi pada
waktu pembntukan bukit-bukit pasir serta umur geologinya. Hal yang disebut
terakhir itu juga penting sehubungan dengan pertanyaan apakah kondisi-kondisi di
dalam bukit pasir itu, quasi stasioner atau tidak.
Tinggi h tergantung dari lebar transmisitas akuifer dan dari hujan efektif.
Disebabkan oleh adanya pengisian, (recharge) oleh curah hujan dan aliran keluar
(outflow) air tanah, lensa air tawar tersebut berada dalam keseimbangan dinamis.
Ini berarti bahwa di dalam lensa air tawar yang stabil terdapat aliran air tanah.
d. Penerapan prinsi-prinsip BADON GHIJBEN HERZBERG
Dalam menganalisis lensa-lensa air tawar yang mengambang di lingkungan
air asin, ada tiga buah persamaan yang harus digunakan yaitu :
i. Persamaan DARCY
ii. Persamaan Kontinuitas
iii. Persamaan BADON GHIJBEN HERZBERG
Di bawah ini akan diuaraikan hal-hal yang menyangkut aliran tersebut.
i. Air Tanah Tertekan (confined groundwater)
ii. Air tanah tidak tertekan (unconfined atau phreatic groundwater) disertai
pengisian (recharge)
iii. Air tanah setengah tertekan (semi confined groundwater) disertai pengisian
(recharge) di atas lapisan semipervious (semi kedap air).
Dari masing-masing keadaan tersebut di atas akan ditinjau dua buah hal, yaitu :
(1) Keadaan dua dimensi
(2) Keadaan radial simetris
Syarat-syarat berikut ini berlaku untuk semua keadaan tersebut diatas, yaitu :
-
Gambar 9.
q=k H
Menurut DARCY
q=q 0
k H
dh
dx
dengan =
s f
f
maka
dh
=q0
dx
sehingga
H=
d h q0
=
dx k
2 q 0 x
+C ... ... ... (15)
k
h=
2q 0 x
+C+ A
k
q=q 0
Menurut DARCY
Q=Q 0
2 r H k
dh
dr
dh
=Qn
... ... ... (19)
dr
maka
2 r H k
sehingga
dh
=Q n
dr
Qn
dh
=
dx 2 k r
H=
CQ n l n r
... ... ... (22)
k
h=
( CQ n l n r )
k
+ A
Q=Qn
Gambar 10.
Gambar 11.
ii. Air tanah tidak tertekan (unconfined atau phreatic groundwater)
(1). Keadaan dua dimensi
Gambar 12.
q=k ( H+h )
Menurut DARCY
dh
dx
dq=f dx
q=f x +C1
k (H +h)
dh
=f x+
dx
C1
dh
dH
=
dx
dx ... ... ... (27)
maka
k ( H + H )
dh
=f x +C1
dx
f x +C1
dh
=
dx k (1+ )
sehingga
f x 2 2 C1 x+C 2
H=
... ... ... (29)
k (1+ )
f x 2 2C 1 x +C2
h=
k (1+ )
q=f x +C1
Menurut DARCY
dh
dr
dQ=f 2 r dr
2 r ( H +h) k
Q
dh
=f r + n
dr
r
dh
dH
=
dr
dr
maka
2 k ( H+ h)
Q
dH
=f r + n
dr
r
atau
sehingga
Qn
dH
r
H
=
dr 2 k (1+ )
f r
H=
H=
2 Qn
ln r
2 k ( 1+ )
2
C f r
2 Qn
ln r
2 k ( 1+ )
C f r2
Q=f r +Q 0
iii. Air tanah setengah tertekan
(1). Keadaan dua dimensi
Menurut DARCY
q=k H
dh
dx
dq
d 2 h dH dh
=k H
+
dx
d x 2 dx dx
Gambar 13.
Dari hukum Kontinuitas
dq=
h p
dx
c
dq h p
=
dx
c
k H
d h dH dh h p
+
=
c
d x 2 dx dx
maka
( )}
d 2 H dH
k H
+
2
dx
dx
atau
( H + A ) p
c
d2 H
dH 2
kc H
+k c
( H+ A ) + p=0
dx
d x2
( )
Q=2 r H k
Menurut DARCY
dh
dr
dQ
d2 h dH dh
=2 k r H 2 +r
+
dr
dr dr
dr
dQ=2 r dr
h p
c
dQ
hp
=2 r
dr
c
d h dH dh
dh
k c r H 2+r
+H
r (h p) =0
dr dr
dr
dr
dh
dH d h
d H
=
=
2
2
dr
dr d r
dr
maka
k c r H
d H
dH
dH
+r
+
r ( H + A p)=0 ... ... ... (44)
2
dx
dr
dr
( )
oleh VAN DER MOLEN. Dalam hal ini Hax adalah nilai rata-rata H pada suatu
jarak tertentu. Dengan demikian akan didapat penyelesaian pendekatan.
Q=2 r H k
Menurut DARCY
dQ=2 r
Q= r 2
2 r H k
2H k
dh
dr
hax p
dr
c
(Pendekatan)
hax p
+C
c
h p
dh
= r 2 ax
+C
dr
c
h p C
dh
r ax
+ =0
dr
c
r
dh
dH
=
dr
dr
maka
H
( ax+ A) p
C
r + =0
2 k c
r
dH
H
dr
H=
1 ( H ax + A ) p 2
r C 1 ln r +C 2 ... ... ... (49)
2
k c
h= A +
Q=
1 ( H ax + A ) p 2
r C1 ln r +C2
2
kc
( H ax + A ) p 2
r + k C 1 ... ... ... (51)
c
PENGELOLAAN AIR
a. Tindakan-Tindakan Preventiv
Intrusi air garam dapat dicegah atau dikurangi dengan tindakan-tindakan khusus
sebagai berikut :
i.
t
gh
4L
1/ 2
f =
(qa g )
1/ 3
gh
1/ 2
miring
dengan
menimbun
tanah
disekelilingnya.
Saluran-saluran
pengeringan air tawar dari daerah disekitarnya dikumpulkan dalam tangki tersebut
dengan pemompaan atau gravitasi.
Gambar 14.
Contoh-contoh klasik mengenai tangki yang dapat dikemukakan disini adalah
tangki yang dibuat di Khmer dalam abad 8 -14 sebelum Masehi di pedalaman
delta Me Khong (Angkor Wat). Air yang terkumpul digunakan untuk irigasi
sawah-sawah pada musim kemarau.
Gambar 15.
Waduk semacam ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
i. Dengan memperpendek garis pantai intrusi air asin dapat dikurangi
ii. Dapat diperoleh pertahanan yang lebih baik terhadap gelombang badai.
iii. Drainase daerah-daerah rendah yang berdekatan dapat diperbaiki.
iv. Pelayaran dapat lebih dipermudah dibandingkan dengan sebelum dibendung.
Perencanaan waduk di daerah pantai memerlukan :
i. Peramalan kadar garam ultimate dari air waduk.
ii. Perkiraan luas permukaan air dari sudut penyediaan air dan drainsi.
iii. Pengaturan waktu (reservoir regulation)
Peramalan keadaan salinitas (keasinan) didasarkan atas konsep keseimbangan
kadar garam lihat Gambar 15.
Untuk keadaan tunak :
q c = x d
c=
qc
d
'
dengan qc adalah laju aliran garam dari berbagai sumber (lihat Gambar 16.a).
Dari rumus (55). Dapat dilihat bahwa tingkat salinitas dipengaruhi oleh besarnya
drainasi
Untuk keadaan tidak tunak, keseimbangan kadar garamnya ditinjau per
periode elementer dt
q dt c ' =d c dt +V dc ... ... ... (56)
dengan V = volume waduk
Dengan mengubah bentuk persamaan (56) tersebut di atas di dapat persamaan
diferensial sebagai berikut :
V
dc
+ d c=q c '
dt
c=C 1 e v +
dt
q c'
1e v
d
Dengan persamaan (58) tersebut dapat dihitung disalinisasi air dalam waduk
setelah dibendung (Lihat Gambar 16.)
Gambar 16 a dan b
Persamaan tersebut juga menggambarkan salinisasi yang dimungkinkan
dalam waduk. Persamaan tersebut mengandung nilai-nilai istimewa seperti berikut
'
t= , c=
qc
t
V
qc
:d=, c=c'
V
Pada umumnya V, d, q, dan c merupakan fungsi dari waktu (Lihat Gambar 17.)
Gambar 17.
Jika diambil selang waktu t maka dapat dihitung neraca air dan neraca
garam dalam setiap periode
V 1+ q t=V 2 + ( e +d ) t
C1 V 1+ q c ' t =C2 V 2+ d t c d
C1 V 1+ T =C2 V 2+ t c d
dengan
Cd
C1 +C 2
2
C 1+ ( V 1 0,5 D ) +T
V 2 +0,5 D
Pengaturan waduk antara lain tergantung pada sifat-sifat iklim daerah tempat
waduk itu dibuat. Pada Gambar 18. diperlihatkan beberapa contoh.
Permukaan air normal pada waduk Teluk Kojima (Jepang) dibiarkan rendah
pada musim dingin, untuk memungkinkan drainase dari daerah sekitarnya. Dalam
musim panas ada kebutuhan air irigasi sehingga permukaan air normalnya
ditinggikan mulai dari permulaan musim panas, tetapi selama musim typhoon
berat banyak turun hujan yang memerlukan ruangan untuk menampung banjirbanjir yang bakal terjadi. Jadi, meskipun dalam musim panas muka air waduk
rendah dan air irigasinya dimungkinkan untuk di naikkan dengan pompa.
Gambar 18.
Didaerah yang beriklim agak kering, seperti muara Maratecca di Portugal,
bahaya Thypoon seperti di Jepang tidak ada. Sebagian besar aliran musim dingin
dapat ditampung, yang memungkinkan muka air waduk, dapat dinaikkan sampai
+2,00 m di atas muka air laut rata-rata (MSL) pada permulaan musim panas.
OLEH :
SARI WAHYUNI (D611 05 017)
INDRA SETIAWAN S (D611 05 024)
MEITHARISHA F.H (D611 05 0
LORA RANTETADUNG (D611 05 042)
ALWI (D611 05 067)
HUTRIANI (D611 05 085)
M AK AS S AR
2009