Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS INTRUSI AIR ASIN

a. Sumber Air Asin


Ada tujuh cara air asin dapat bercampur dengan air permukaan di daerah delta
dan pantai, yaitu :
i. Pemasokan (supply) air garam lewat atmosfir
Terdapat sejumlah garam dalam air hujan yang terbawa oleh angin yang
meniup kedarat (kira-kira 20 ppm Cl-). Jumlah garam yang dipasok dengan
cara ini kecil sekali jika dibandingkan dengan cara lain, tetapi tidak boleh
diabaikan jika mengingat periode geologi.
ii. Masuknya garam lewat pintu pelayaran
Ini telah diselidiki oleh HENRIC STEVIN. Haruslah dibedakan antara
jumlah garam yang masuk karena mengisi lock chamber dengan air laut, bila
prmukaan air laut lebih tinggi dari prmukaan kanal yang berisi air tawar,
dengan jumlah garam dari akibat pertukaran air dari laut dan air dalam lock
chamber yang berisi air tawar, jika pintu luarnya dibuka (lihat Gambar 1.).

Gambar 1.
Jika s = kerapatan relatif (relatif density) air laut
0 = kerapatan relatif air tawar
t = kerapatan realtif rata-rata air dalam lock chamber pada saat t
setelah pintu luar dibuka
H = kedalam lock chamber
L = panjang lock chamber
maka pertukaran pada saat t dapat dinyatakan dengan faktor tidak berdimensi
s
1
... ... ... (1)

ut =
0

Jika i = s maka ut = 1
t = 0 maka u0 = 0
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan di Negeri Belanda
terhadap pintu-pintu pelayaran dengan berbagai dimensi, didapat rumus
emperis sebagai berikut :
ut =tgh

t
gH
4 L 0

1/2

... ... ...(2)

dengan = s 0
Jika parameter tidak berdimensi

1
gH
4 L 0

1/2

diganti dengan T maka

u = tgh T ... ... ... (3)


iii. Intrusi air laut ke muara (estuaries)
Ini merupakan persoalan yang pelik, dan dari percobaan-percobaan yang
telah dilakukan secara intensif , belum dapat dilakukan analisis sepenuhnya.
Dalam beberapa hal (jika tidak ada pasang, tidak ada pelayaran, mempunyai
penampang uniform) airnya berlapis seperti baji air asin (salt water wedge)
berada di dasar sungai.
Pada keadaan lain tidak ada batas lapisan yang tegas (on sharp
interface) antara air tawar dan air asin, tetapi terjadi pencampuran (mixing)
sampai derajat tertentu.
Dalam pendekatan klasik, ditinjau dari kesetimbangan antara aliran
garam ke arah laut dan aliran ke hulu akibat penurunan konsentrasi (lihat
Gambar 2.).

Gambar 2. Distribusi konsentrasi garam dari laut ke arah sungai.


Distribusi salinitas (keasinan) pada setiap penampang melintang dianggap
homogen, sehingga
Q0 c = E
Dengan

Q0 = debit ke arah hulu

dc x
dx

cx = kadar garam pada jarak x (ke arah laut) dari muara sungai
E = koefisien difusivitas
Pemecahan persamaan differensial tersebut diatas adalah sebagai berikut :
x Q 1 E
cx = c0 + (cs c0) e
... ... ... (4)
0

dengan

cs = kadar garam air laut


c0 = kadar garam air sungai

kesulitan pemakaian rumus (4) terletak pada koefisien E yang tidak


dapat diramal besarnya.
VAN der BURG (1966) telah menurunkan rumus empiris yang
didasarkan atas pengamatan-pengamatan di muara dan kanal pada berbagai
kedalaman.
c

Jika

= kadar garam, dalam ppm Cl-, sebagai nilai rata-rata sepanjang


garis vertikal terdalam pada air dangkal.

c
x =

gradien keasinan (salinity gradient)

kecepatan air surut rata-rata, dalam m/detik (bukan

kecepatan ke arah hulu)


d

= kedalaman maksimum penampang melintang permukaan air


pasang rata-rata, dalam m.

Maka persamaannya
c
v c e().(x x)14 c
=2
x
d3

... ... ... (5)

Rumus (5) menunjukkan adanya pengaruh yang besar terhadap gradien


keasinan

jika

alu

pasang

surutnya

diperdalam.

Pendalaman

yang

berkelanjutan pada jalan air di Rotterdam dari Hoek van Hoiland ke


pelabuhan Rotterdam sejak tahun 1890 menyebabkan masuknya air asin lebih

jauh ke hulu. Pengerukan alur yang dalam menuju Euroports (pelabuhan


Rotterdam) mengakibatkan adanya erosi alur yang retrogresif dan
menyebabkan adanya intrusi air asin yang lebih jauh. Sekarang sedang
diusahakan untuk menutup kembali alur tersebut sampai kedalaman tertentu
dan membuat dasar sungai menjadi tetap (fix bed) dengan jalan menimbun
dengan batu-batu.
iv. Rembesan air tanah payau ke daerah rendah (low lying areas)
Di daerah delta, pembentukan tanah dasarnya ditandai oleh lapisan tipis
(pervious strata) yang terdiri atas pasir dan kerikil, yang sebagian besar
termasuk plistocene. Lapisan tersebut ditutupi dengan formasi semi pervious
yang terdiri atas lempung, gambut (holocene). Lapisan tirisnya (pervious
strata) berada di atas dasar impervious yang terdiri atas batuan dasar (bed
rock) atau lempung padat (lihat Gambar 3). Kadang-kadang di dalam akuifer
ditemukan interkalasi lapisan semi impervious.
Adanya perbedaan tinggi permukaan air menyebabkan aliran air tanah.
Karena tanah tersebut payau atau bahkan asin, maka terdapat sejumlah gram
yang terbawa ke permukaan tanah. Air tanah payau itu berasal dari periode
waktu terjadinya transgresi laut ke daratan selama berlangsungnya endapan
plistocene.
Terjadinya rembesan air tanah asin tersebut merupakan hambatan utama
pekerjaan reklamasi di Laut Utara Negeri Belanda. Semestinya rembesan itu
dapat dikumpulkan di sebagian daerah polder secara terpisah, dan
dikeringkan secara terpisah pula, tetapi berhubung jumlah rembesannya yang
besar, maka usaha itu tidak dapat dilakukan.

Gambar 3. Rembesan air tanah asin karena perbedaan tinggi permukaan


air pada lapisan tipis gambut(pervious strata) di daerah delta.
v. Difusi garam pada tanah asin (saline soil)
Jika air tawar dengan konsentarasi co berada di atas tanah asin yan g
mengandung air pori berkonsentrasi c1, maka ion-ionnya akan bergerak ke
atas karena pengaruh gradien konsentrasi (Gambar 4.).

Gambar 4. Perpindahan ion ion dari konsentrasi tinggi (c1 )ke


konsentrasi rendah(co ).
Persamaan difusi tersebut berbentuk sebagai berikut :
2

c
c
=k 2
t
x

... ... ... (6)

dengan k = koefisien diffusi (untuk tanah pada umumnya sebesar 0,5


cm2/hari).
Penyelesaiannya persamaan (6) adalah sebagai berikut :
cc0 =( c 1c 0 )

2
( c 1c 0 ) k t

... ... ... (7)

Dengan = porositas
vi. Drainase tanah asin
Air dalam sungai atau waduk di daerah delta dan pantai dapat dikotori
oleh masuknya air rembesan payau dan oleh air yang berasal dari drainasi
tanah asin. Dimana terdapat drainase tanah asin yang berada
vii. Kadar garam dalam air sungai

Beberapa sungai mengalirkan garam dalam jumlah yang cukup besar


(misalnya Sungai Rhine, Colorado dan Tigris). Ini disebabkan oleh :
(1). Salinitas alami (natural salinity) komponen air tanah dari aliran sungai.
(2). Aliran balik (return flow) dari daerah irigasi di sebelah hulu.
(3). Pembuangan air sisa rumah tangga (domestik waste)
(4). Pembuangan air sisa industri (industrial waste)
Dewasa ini sungai Rhine mengangkut 325 kg ion Cl - dalam tiap detik.
Sebesar 130 kg berasal dari penambangan garam di Alsace, sisanya berasal
dari tambang batubara di daerah Ruhr dan sisa-sisa rumah tangga dan
industri.
b. Investigasi
Dalam pengelolaan air di daerah delta dan pantai, diperlukan pembuatan
inventarisasi adanya air tawar dan berusaha mengetahui terjadinya dan adanya
sumber-sumber air payau. Perlu dilakukan investigasi (penyelidikan) yang terinci
terhadap air permukaan dan air tanah.
Air di kanal dan waduk dapat diselidiki secara periodik dengan mengambil
contoh air di beberapa lokasi. Survei mengenai komposisi air di daerah hilir
muara lebih sulit. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk memasang pos-pos tetap
dengan pencatatan menerus (continous recording) terhadap keasinan (salinity) dan
menggabungkan hasil pengukuran tersebut dengan pengukuran detail periodik di
sejumlah pos-pos antara.
Komposisi air tanah dapat diselidiki dengan membuat lubang bor sampai
mencapai dasar kedap air dan memasang sumur-sumur pengamatan untuk
mengambil contoh air. Cara resistivitas dengan geophysical prospecting
merupakan bantuan besar bagi perkiraan distribusi air tawar dan asin di bawah
permukaan tanah. Cara ini sudah banyak digunakan secara besar-besaran untuk
menyelidiki distribusi air tawar dan air asin dibeberapa negara maju seperti di
Jepang dan Jerman.
c. Batas-batas Toleransi
Tindakan untuk memerangi intrusi air asin di daerah delta dan pantai sangat
mahal. Kelayakan tindakan-tindakan tersebut dipengaruhi oleh kerusakankerusakan yang disebabkan oleh air payau atau air asin dalam penyediaan air
untuk kebutuhan rumah tangga, industri dan pertanian (air irigasi). Ada berbagai

batas-batas toleransi yang diperbolehkan, yang bergantung pada penggunaan air


untuk berbagai tujuan.
Untuk mengurangi penyakit malaria di daerah pantai dalam daerah tropis
diperlukan adanya pembatasan salinitas air permukaan sampai kira-kira 150 ppm
Cl-. Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Sedunia), untuk air minum kadar Cltidak boleh melebihi 200 ppm. Jika air irigasi yang dipakai untuk mengairi
beberapa tanaman sensitif (sayuran, bunga, buah-buahan) terdapat kadar garam
yang agak tinggi, akan terjadi kerusakan hebat. Di negeri Belanda telah dilakukan
eksperimen yang menunjukkan bahwa jika air penyiraman pada tanaman
hortikultura dalam rumah-rumah panas (green houses) mengandung lebih dari
100-125 ppm Cl- akan meyebabkan kerusakan-kerusakan. Dengan menurunkan
aliran garam yang berasal dari sungai Rhine sebesar 50 kg Cl - per detik, akan
mengurangi kerugian sebesar kira-kira 15 juta gulden setiap tahun.
d. Sumber-sumber Air Tawar
Air tawar di daerah delta dan pantai jarang sekali didapat atau sulit dicari.air
laut masuk ke bagian hilir sungai, yang menyebabkan adanya air payau di bawah
permukaan tanah dan air asinnya mencapai air permukaan di daratan dengan cara
rembesan dari pintu-pintu pelayaran (ship locks), lewat kebocoran pintu-pinu air
dan sebagainya. Di bawah ini disebutkan beberapa sumber air tawar :
i.
Dari sungai bagian hulu, di atas bagian yang terkena air asin. Ini meliputi
ii.

puluhan kilometer dari garis pantai.


Air tawar dalam kantong-kantong atau lensa-lensa di bawah bukit-bukit

iii.

pasir (dunes) di tepi pantai dan tanggul-tanggul alam sepanjang pantai.


Air tanah di daerah-daerah yang berdekatan dengan tanah-tanah yang

iv.

lebih tinggi, yang air hujannya berinfiltrasi.


Air hujan dan drainasi air tawar yang dikumpulkan di tangki-tangki (cara

v.

kuno, tetapi sekarang diterapkan lagi di negeri Belanda).


Waduk-waduk air tawar yang dibuat atau terbentuk dengan membendung
air sungai di muara.
Instalasi untuk desalinisasi (memperoleh air tawar dengan memisahkan air

laut dari garamnya) berada di luar jangkauan buku ini. Instalasi-instalasi semacam

itu beberapa buah telah dibuat orang di Saudi Arabia, Kuwait dan lain-lain,
sedangkan di Eropa ada juga di Belanda dengan kapasitas 30.000 m3/hari.

INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER DI DAERAH PANTAI


a. Umum
Dalam keadaan alami air tanah mengalir ke lautan lewat akuifer-akuifer di
daerah pantai yang berhubungan dengan lautan pada pantai yang menjorok ke
laut. Tetapi karena meningkatnya kebutuhan air tawar, maka aliran air tanah tawar
ke arah laut telah menurun, atau bahkan sebaliknya, air laut mengalir masuk ke
dalam akuifer daratan. Kejadian ini dinamakan intrusi air laut. Jika air laut telah
mengalir ke dalam sumur-sumur di daratan, maka penyediaan air tawar menjadi
tidak berguna, karena akuifer telah tercemar oleh air asin.untuk memebersihkan
kembali memerlukan waktu bertahun-tahun. Usaha untuk memindahkan air asin
tersebut dari akuifer daratan adalah dengan menggunakan air tanah tawar yang
tersedia, guna membilas air asin itu. Pentingnya melindungi akuifer pantai dari
ancaman seperti itu, memerlukan investigasi yang menekankan cara-cara untuk
mencegah atau mengendalikan intrusi air laut.
b. Hubungan Air Asin dan Air Tawar
Jika kita membicarakan tinggi piezometrik (=potensial) dalam air tanah asin
atau air tanah payau, kita harus memperhatikan distribusi salinitasnya. Potensial
pada kedalaman sembarang di bawah permukaan air, sama dengan tinggi air
dalam sumur fiktif yang ujung filternya diletakkan pada kedalaman tertentu.
Tinggi permukaan tergantung pada kerapatan airnya (kerapatan sebenarnya pada
kedalaman tersebut atau kerapatan lain yang dipakai sebagai referensi, misalnya
kerapatan air tawar).
Sebaliknya kerapatan tersebut tergantung pada suhu dan salinitas air. Pada
suhu 4o Celsius air tawar mempunyai kerapatan 1000 kg/m3. Air laut (dengan
18000-19000 mg/liter Cl-) mempunyai kerapatan 1250 kg/m3. Antara kedua batas
tersebut hubungan kerapatan dan salinitas (ditandai dengan kandungan ion-ion
Cl-) dapat dianggap linear.

Gambar 5.
Biasanya semua potensial air tanah diubah menjadi potensial air tawar. Pada
Gambar 5. Diperlihatkan bahwa air dalam sumur pengamatan (obsevation well)
mempunyai komposisi sama dengan air pada kedalaman filter, dengan

kerapatannya = . Tinggi air asin h dalam sumur ekivalen dengan

xh
1000

air

tawar. Jadi untuk mengubah potensial air asin ke dalam air tawar harus diadakan

koreksi

1000
xh
1000

Aliran air tanah tawar dipengaruhi oleh distribusi

potensialnya.
Jika kita pelajari aliran arah horisontal di dalam air tanah yang tidak homogen
pada kedalaman tertentu terhadap datum, faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah potensial air tanah tawar pada kedalaman tersebut dan koefisien
permeabilitas (lihat Gambar 6).

Gambar 6.
Jika kita ingin meninjau komponen vertikal aliran air tanah yang tidak
homogen, tidaklah cukup dengan hanya mengubah tinggi piezometrik yang

diamati ke dalam potensial air tawar. Disini harus juga dilakukan perhitungan
potensial air tawar yang akan didapat, dengan distribusi kerapatan air yang
diketahui, di dalam akuifer bebas dengan permukaan air yang sama seperti pada
keadaan statis. Perbedaan antara potensial-potensial sebenarnya (yaitu potensial
pengamatan yang diubah) dengan potensial air tanah tawar yang harus terjadi pada
keadaan seperti yang diuraikan di atas, dapat dipandang sebagai anomali
potensial, yang menyebabkan adanya aliran vertikal. Dengan kata lain terjadinya
aliran vertikal di antara dua buah titik ditentukan oleh perbedaan anomali
potensial di antara dua buah titik tersebut, yang dinamakan effective head. Untuk
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas di bawah ini akan diberikan contoh.
Karena adanya alasan kontinuitas (lihat Gambar 7, dan Tabel 1.), aliran
vertikal melalui lapisan semi pervious (dari -14 m ke -19 m dan dari -34 m ke -39
m) harus diganti dengan aliran horisontal dari akuifer; pemberian air kedalam
akuifer tengah (-19 m ke -34 m) berlangsung bersamaan dengan adanya aliran dari
akuifer atas dan akuifer bawah (dari +1 m ke -14 m dan dari -39 m ke bawah).
Aliran vertikal dalam akuifer atas berubah ke arah samping (lateral) atau berjalan
terus menuju permukaan air tanah dan akan diuapkan.
Dari Tabel 1. Dapat dilihat bahwa komponen vertikal aliran tidak
memberikan tambahan terhadap perbedaan-perbedaan nyata pada anomali
potensial dalam akuifer.ini menunjukkan adanya angka permeabilitas yang besar
dalam akuifer.
c. Prinsip-prinsip BADON GHIJBEN HERZBERG
Prinsip-prinsip ini menjelaskan mengenai lensa-lensa air tawar yang terisolir,
diisi oleh hujan efektif, yang mengambang di atas lingkungan air asin atau air
payau. Hal ini menerangkan hubungan antara permukaan air tanah dengan
kedalaman air tawar. BADON GHIJBEN (Belanda) merupakan orang pertama
yang merumuskan prinsip-prinsip tersebut dalam tahun 1889. Kemudian dalam
tahun 1901 HERZBERG (Jerman), yang tidak mengenal prinsip-prinsip BADON
GHIJBEN tersebut, telah mengemukakan prinsip-prinsip yang sama.
Tabel 1. Aliran Air Tanah Tidak Homogen

Gambar 7.
BADON GHIJBEN mengemukakan mengenai lensa-lensa air tawar di bukitbukit pasir (sand dunes) yang banya terdapat di pantai-pantai Negeri Belanda,
sedangkan HERZBERG menyelidiki hal yang sama di pulau Borkum. Di kedua
tempat tersebut terdapat keadaan yang mirip pada daerah pengisiannya (recharge
area), yang ditandai dengan daerah berelevasi lebih tinggi daripada daerah

disekitarnya dan mempunyai daya infiltrasi yang baik ke dalam lingkungan air
asin atau payau.
Prinsip-prinsip BADON GHIJBEN HERZBERG ini dikemukakan dengan
perantaraan Gambar 8. Berikut ini.

Gambar 8. Penerapan prinsip GHIJBEN HERZBERG pada pulau.


Kedalaman air tanah tawar H + h, dengan kerapatan 0 = 1000 kg/m3 berada
dalam keadaan seimbang dengan kedalaman air asin H, dengan kerapatan 1 =
1025 kg/m3. Jadi (H + h) 0 = H 1, atau
h
h
H= 0 =
10

dengan

10
=
0

atau

... ... ... (9)

10251000
=0,025
1000

atau

1
40

Pada bukit pasir yang tinggi dan lebar , H dapat mencapai 100 m atau lebih,
sedangkan h dapat mencapai 2,5 m lapisan peralihan yang disebabkan oleh
adanya difusi dan pencampuran (mixing). Tebal zone payau pada umumnya
tergantung pada kecepatan air tawar di dekat perbatasan dan keadaan geologi pada
waktu pembntukan bukit-bukit pasir serta umur geologinya. Hal yang disebut
terakhir itu juga penting sehubungan dengan pertanyaan apakah kondisi-kondisi di
dalam bukit pasir itu, quasi stasioner atau tidak.
Tinggi h tergantung dari lebar transmisitas akuifer dan dari hujan efektif.
Disebabkan oleh adanya pengisian, (recharge) oleh curah hujan dan aliran keluar

(outflow) air tanah, lensa air tawar tersebut berada dalam keseimbangan dinamis.
Ini berarti bahwa di dalam lensa air tawar yang stabil terdapat aliran air tanah.
d. Penerapan prinsi-prinsip BADON GHIJBEN HERZBERG
Dalam menganalisis lensa-lensa air tawar yang mengambang di lingkungan
air asin, ada tiga buah persamaan yang harus digunakan yaitu :
i. Persamaan DARCY
ii. Persamaan Kontinuitas
iii. Persamaan BADON GHIJBEN HERZBERG
Di bawah ini akan diuaraikan hal-hal yang menyangkut aliran tersebut.
i. Air Tanah Tertekan (confined groundwater)
ii. Air tanah tidak tertekan (unconfined atau phreatic groundwater) disertai
pengisian (recharge)
iii. Air tanah setengah tertekan (semi confined groundwater) disertai pengisian
(recharge) di atas lapisan semipervious (semi kedap air).
Dari masing-masing keadaan tersebut di atas akan ditinjau dua buah hal, yaitu :
(1) Keadaan dua dimensi
(2) Keadaan radial simetris
Syarat-syarat berikut ini berlaku untuk semua keadaan tersebut diatas, yaitu :
-

Akuifer bersifat homogen dan isotropik

Garis batasnya tajam (sharp interface)

Komponen vertikal kecepatan di dalam akuifer diabaikan

Air tanah asin (saline groundwater) berada dalam keadaan statis

i. Air tanah tertekan (confined groundwater)


(1). Keadaan dua dimensi
Ada tiga buah variabel yang tidak diketahui dan harus dicari penyelesaiannya,
yaitu H, h dan q0. Dalam hal ini q0 konstan. Selanjutnya lihat Gambar 9.

Gambar 9.
q=k H

Menurut DARCY

q=q 0

Dari hukum Kontinuitas

k H

Dari rumus (10) dan (11) di dapat

dh
dx

... ... ... (10)

... ... ... (11)


dh
=q 0
... ... ... (12)
dx

Menurut BADON GHIJBEN HERZBERG


h= ( H + A )

dengan =

s f
f

s =Kerapatan air asin

... ... ... (13)

f =Kerapatan air tawar

maka

dh
=q0
dx

sehingga

H=

d h q0
=
dx k

... .... .... (14)

2 q 0 x
+C ... ... ... (15)
k

h=

2q 0 x
+C+ A
k

... ... ... (16)

q=q 0

(2). Keadaan radial simetrik


Q=2 r H k

Menurut DARCY

Q=Q 0

Dari hukum Kontinuitas

... ... ... (17)

... ... ... (18)

2 r H k

Dari rumus (17) dan (18) di dapat

dh
dr

dh
=Qn
... ... ... (19)
dr

Menurut BADON GHIJBEN HERZBERG


h= ( H + A )
dh
dH
=
dr
dr

maka

2 r H k

sehingga

... ... ... (20)

dh
=Q n
dr

Qn
dh
=
dx 2 k r

H=

... .... .... (21)

CQ n l n r
... ... ... (22)
k

h=

( CQ n l n r )
k

+ A

... ... ... (23)

Q=Qn

Gambar 10.

Gambar 11.
ii. Air tanah tidak tertekan (unconfined atau phreatic groundwater)
(1). Keadaan dua dimensi

Gambar 12.
q=k ( H+h )

Menurut DARCY

dh
dx

... ... ... (24)

dq=f dx

Dari hukum Kontinuitas

q=f x +C1

k (H +h)

Dari rumus (24) dan (25) di dapat

... ... ... (25)

dh
=f x+
dx

C1

Menurut BADON GHIJBEN HERZBERG


h= H

dh
dH
=
dx
dx ... ... ... (27)

maka

k ( H + H )

dh
=f x +C1
dx

f x +C1
dh
=
dx k (1+ )

... .... .... (28)

... ... ... (26)

sehingga

f x 2 2 C1 x+C 2
H=
... ... ... (29)
k (1+ )

f x 2 2C 1 x +C2
h=
k (1+ )

... ... ... (30)

q=f x +C1

(2). Keadaan radial simetrik


Q=2 r ( H + h) k

Menurut DARCY

dh
dr

... ... ... (31)

dQ=f 2 r dr

Dari hukum Kontinuitas

Q=f r +Q0 ... ... ... (32)

Dari rumus (31) dan (32) di dapat

2 r ( H +h) k

Q
dh
=f r + n
dr
r

Menurut BADON GHIJBEN HERZBERG


h= H

dh
dH
=
dr
dr

maka

... ... ... (33)

2 k ( H+ h)

Q
dH
=f r + n
dr
r

atau

sehingga

Qn
dH
r
H
=
dr 2 k (1+ )
f r

H=

H=

... ... ... (34)

2 Qn
ln r

2 k ( 1+ )
2

C f r

2 Qn
ln r

2 k ( 1+ )

C f r2

... ... ... (35)

... ... ... (36)

Q=f r +Q 0
iii. Air tanah setengah tertekan
(1). Keadaan dua dimensi
Menurut DARCY

q=k H

dh
dx

... ... ... (24)

dq
d 2 h dH dh
=k H
+
dx
d x 2 dx dx

... ... ... (37)

Gambar 13.
Dari hukum Kontinuitas
dq=

h p
dx
c

dq h p
=
dx
c

k H

Dari rumus (37) dan (38) di dapat

... ... ... (38)

d h dH dh h p
+
=
c
d x 2 dx dx

Menurut BADON GHIJBEN HERZBERG


h=(H + A)
dh
dH
=
dx
dx
d2h
d2 H
=
d x2
d x2

... ... ... (39)

maka

( )}

d 2 H dH
k H
+
2
dx
dx

atau

( H + A ) p
c

d2 H
dH 2
kc H
+k c
( H+ A ) + p=0
dx
d x2

( )

persamaan (40) tidak mempunyai pemecahan umum.


(2). Keadaan radial simetrik

... .... .... (40)

Q=2 r H k

Menurut DARCY

dh
dr

dQ
d2 h dH dh
=2 k r H 2 +r
+
dr
dr dr
dr

dQ=2 r dr

Dari hukum Kontinuitas

... ... ... (41)

h p
c

dQ
hp
=2 r
dr
c

... ... ... (42)

Dari rumus (41) dan (42) di dapat


2

d h dH dh
dh
k c r H 2+r
+H
r (h p) =0
dr dr
dr
dr

Menurut BADON GHIJBEN HERZBERG


h=( A+ H)
2

dh
dH d h
d H
=
=
2
2
dr
dr d r
dr

... ... ... (43)

maka

k c r H

d H
dH
dH
+r
+
r ( H + A p)=0 ... ... ... (44)
2
dx
dr
dr

( )

Persamaan differensiasi (44) tidak mempunyai pemecahan umum. Untuk


memudahkan penyelesaiannya H diganti dengan Hax menurut yang disarankan

oleh VAN DER MOLEN. Dalam hal ini Hax adalah nilai rata-rata H pada suatu
jarak tertentu. Dengan demikian akan didapat penyelesaian pendekatan.
Q=2 r H k

Menurut DARCY

dQ=2 r

Dari hukum Kontinuitas

Q= r 2

2 r H k

2H k

dh
dr

... ... ... (45)

hax p
dr
c

(Pendekatan)

hax p
+C
c

h p
dh
= r 2 ax
+C
dr
c

... ... ... (46)

h p C
dh
r ax
+ =0
dr
c
r

Menurut BADON GHIJBEN HERZBERG


h=( H + A)

dh
dH
=
dr
dr

... ... ... (47)

maka
H
( ax+ A) p
C
r + =0
2 k c
r
dH
H

dr

H=

... ... ... (48)

1 ( H ax + A ) p 2
r C 1 ln r +C 2 ... ... ... (49)
2
k c

h= A +

Q=

1 ( H ax + A ) p 2
r C1 ln r +C2
2
kc

... ... ... (50)

( H ax + A ) p 2
r + k C 1 ... ... ... (51)
c
PENGELOLAAN AIR

a. Tindakan-Tindakan Preventiv
Intrusi air garam dapat dicegah atau dikurangi dengan tindakan-tindakan khusus
sebagai berikut :
i.

Rintangan tekan (pneumatic barriers)

Dengan menyuntikkan gelembung-gelembung udara pertukaran air dapat


dikurangi. Pengaruh tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
ut = 1 (0,95 0,085 T) f1/2 tgh T ... ... ... (52)
berlaku untuk 0,5 < f < 0,9
dengan
T=

t
gh
4L

1/ 2

... ... ... (53)

Lihat rumus (2) dan (3)

f =

(qa g )

1/ 3

gh

1/ 2

... ... ... (54)

qa = debit air dalam m3/ detik per lebar pintu


ii. Penggantian air asin dalam lock chamber dengan air tawar dengan
menggunakan pompa

Air asin dikeringkan dengan pemompaan lewat lubang di lantai chamber.


Cara ini lebih mahal dibandingkan dengan cara penyuntikan udara tetapi lebih
efektif (pintu pelayaran Duinkerken dan Kreekrak di navigation junction
Rhine-Schelde).
iii. Tindakan untuk mengurangi intrusi air laut
Intrusi air laut dapat dikurangi dengan memperbesar debit sungai dari
daerah hulu (penggunaan air tidak ekonomis), atau mengurangi kedalaman
alur (mahal) dan menutup muara.
iv. Pengisian buatan ke dalam kantong-kantong air tawar di daerah bukitbukit pasir di pantai (dunes)
Dengan cara ini intrusi air laut ke dalam akuifer pantai dapat dikurangi.
Di negeri Belanda pengisian buatan (artficial recharge) di daerah bukit-bukit
pantai semacam ini telah dilaksanakan dengan sekala besar melalui pipa-pipa
air dari sungai Rhine, dialirkan ke bukit-bukit pasir untuk kepentingan
penyediaan air minum bagi kota-kota Den Haag, Amsterdam dan Propinsi
Noord Holland.
b. Tindakan-tindakan Represif
Pada hakikatnya tidaklah mungkin untuk mengeliminir sumber-sumber
garam. Tindakan-tindakan represif ini dimaksudkan untuk memindahkan air
payau sebelum menyebar lebih jauh ke dalam sistem saluran (kanal).
Air asin yang masuk karena pembukaan dan penutupan pintu air pelayaran
pada saat kapal masuk atau keluar (locking of ships) setidak-tidaknya dapat
dibuang sebagian, jika sistem drainasi muara terletak dekat dengan lock chamber
dan jika pembukaan pintunya dapat dilakukan dengan baik, mka air asin dapat
dibuang secara periodik. Dapat pula digali satu kolong (sump) di kanal dekat lock
untuk mengumpulkan air asin. Dengan memompa atau secara gravitasi, kolong
tersebut dapat dikosongkan dari asin jika diperlukan.
Aliran air garam melalui rembesan hampir-hampir tidak dapat diperkecil,
tetapi yang penting adalah menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan seperti
berikut ini :
- Membuat lubang-lubang atau galian pada lapisan-lapisan stas semi pervious
untuk mengambil pasir.

Penggantian lapisan lunak untuk pondasi


Membuat sumur-sumur dan lain-lain.
Rembesan air tanah asin dapat dikumpulkan di sepanjang jalur tanggul sungai

atau laut yang disediakan secara terpisah berikut sistem drainasenya.


Karena tindakan-tindakan tersebut di atas tidak dapat mencegah penetrasi air
asin, maka diperlukan tindakan pembilasan atau penggelontoran seluruh sistem
kanal (drainage cum irrigation) untuk mengendalikan salinitas.
Pembilasan kanal-kanal ini telah diterapkan secara luas di Negeri Belanda,
terutama di musim semi dan musim panas. Hal ini memerlukan jumlah air yang
besar, yang diperkirakan sebesar 40% dari jumlah air yang diperlukan untuk
pengendalian salinitas dengan cara pembilasan ini.
c. Perencanaan Waduk Pantai
Ada dua buah jenis waduk, berupa tangki-tangki dan waduk-waduk yang
terbentuk karena bendungan muara-muara dan tidal inlet.
Tangki-tangki (lihat Gambar 14.) dibuat pada median horisontal atau yang
agak

miring

dengan

menimbun

tanah

disekelilingnya.

Saluran-saluran

pengeringan air tawar dari daerah disekitarnya dikumpulkan dalam tangki tersebut
dengan pemompaan atau gravitasi.

Gambar 14.
Contoh-contoh klasik mengenai tangki yang dapat dikemukakan disini adalah
tangki yang dibuat di Khmer dalam abad 8 -14 sebelum Masehi di pedalaman
delta Me Khong (Angkor Wat). Air yang terkumpul digunakan untuk irigasi
sawah-sawah pada musim kemarau.

Tangki-tangki yang telah dan sedang dibangun, di daerah pantai di Negeri


Belanda dimaksudkan untuk tujuan penyediaan air minum. Tangki dibuat dengan
membuat galian pada tanah pasir dengan di kelilingi tanggul. Dengan cara ini
dapat diperoleh keragaman yang sangat berbeda dengan permukaan airnya.
Waduk-waduk pantai, yang prinsip dasrnya dapat dilihat pada Gambar 15, ini
dibuat dengan memisahkan tidal inlet, teluk atau muara sungai dengan
membangun sebuah bendungan. Pada bendungan tersebut diberi pintu air untuk
membuang air yang berlebihan dari waduk. Jika kedalam waduk tersebut dapat
dialirkan air tawar dalam jumlah yang cukup besar, maka air waduk tersebut
lambat laun akan menjadi tawar dan cocok untuk digunakan bagi berbagai tujuan.

Gambar 15.
Waduk semacam ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
i. Dengan memperpendek garis pantai intrusi air asin dapat dikurangi
ii. Dapat diperoleh pertahanan yang lebih baik terhadap gelombang badai.
iii. Drainase daerah-daerah rendah yang berdekatan dapat diperbaiki.
iv. Pelayaran dapat lebih dipermudah dibandingkan dengan sebelum dibendung.
Perencanaan waduk di daerah pantai memerlukan :
i. Peramalan kadar garam ultimate dari air waduk.
ii. Perkiraan luas permukaan air dari sudut penyediaan air dan drainsi.
iii. Pengaturan waktu (reservoir regulation)
Peramalan keadaan salinitas (keasinan) didasarkan atas konsep keseimbangan
kadar garam lihat Gambar 15.
Untuk keadaan tunak :

q c = x d
c=

qc
d

'

... ... ... (55)

dengan qc adalah laju aliran garam dari berbagai sumber (lihat Gambar 16.a).
Dari rumus (55). Dapat dilihat bahwa tingkat salinitas dipengaruhi oleh besarnya
drainasi
Untuk keadaan tidak tunak, keseimbangan kadar garamnya ditinjau per
periode elementer dt
q dt c ' =d c dt +V dc ... ... ... (56)
dengan V = volume waduk
Dengan mengubah bentuk persamaan (56) tersebut di atas di dapat persamaan
diferensial sebagai berikut :
V

dc
+ d c=q c '
dt

... ... ... (57)

Jika V, d, q dan c konstan, maka penyelesaian persamaan diferensial (57)


tersebut adalah sebagai berikut :
dt

c=C 1 e v +

dt

q c'
1e v
d

... ... ... (58)

Dengan persamaan (58) tersebut dapat dihitung disalinisasi air dalam waduk
setelah dibendung (Lihat Gambar 16.)

Gambar 16 a dan b
Persamaan tersebut juga menggambarkan salinisasi yang dimungkinkan
dalam waduk. Persamaan tersebut mengandung nilai-nilai istimewa seperti berikut
'

t=0, c=C 1 :d =0 c=C 1+

t= , c=

qc
t
V

qc
:d=, c=c'
V

Pada umumnya V, d, q, dan c merupakan fungsi dari waktu (Lihat Gambar 17.)

Gambar 17.
Jika diambil selang waktu t maka dapat dihitung neraca air dan neraca
garam dalam setiap periode
V 1+ q t=V 2 + ( e +d ) t

C1 V 1+ q c ' t =C2 V 2+ d t c d
C1 V 1+ T =C2 V 2+ t c d
dengan

... ... ... (59)

T = q c t = banyaknya garm yang dimasukkan dalam waktu t


D = d t

= banyaknya air yang dikeluarkan dalam waktu t

Cd

= kadar garam rata-rata yang dipindahkan oleh air

dengan anggapan (lihat Gambar 17.)


C d=

C1 +C 2
2

... ... ... (60)

kadar garam pada akhir setiap periode t dapat dihitung dari


C2 =

C 1+ ( V 1 0,5 D ) +T
V 2 +0,5 D

... ... ... (61)

d. Pengaturan dan eksploitasi waduk-waduk pantai


Dalam banyak hal pengaturan dan eksploitasi waduk pantai tidak banyak
berbeda denga waduk-waduk di hulu. Perbedaan-perbedaannya adalah :
i. Pengeluaran-pengeluaran dari waduk-waduk pantai yang dialirkan secara gravitasi
ke laut bergantung dari adanya pasang surut air laut, sehingga menyebabkan
tidak dapat dilkukan pengaliran air waduk ke laut selama waktu tertentu.
ii. Neraca garam menjadi sama penting dengan neraca air
iii. Pengendalian salinitas memerlukan pengeluaran air tawar dalam jumlah yang
cukup besar.
iv. Jika waduk dikelilingi oleh dataran rendah, irigasi dan drainasi dataran tersebut
tergantung kepada muka air waduk, sehingga fluktuasinya tidak boleh
melebihi batas tertentu.
v. Sehubungan dengan iv, diatas perlu diadakan peramalan dan penyesuaian
permukaan air harian.

Pengaturan waduk antara lain tergantung pada sifat-sifat iklim daerah tempat
waduk itu dibuat. Pada Gambar 18. diperlihatkan beberapa contoh.
Permukaan air normal pada waduk Teluk Kojima (Jepang) dibiarkan rendah
pada musim dingin, untuk memungkinkan drainase dari daerah sekitarnya. Dalam
musim panas ada kebutuhan air irigasi sehingga permukaan air normalnya
ditinggikan mulai dari permulaan musim panas, tetapi selama musim typhoon
berat banyak turun hujan yang memerlukan ruangan untuk menampung banjirbanjir yang bakal terjadi. Jadi, meskipun dalam musim panas muka air waduk
rendah dan air irigasinya dimungkinkan untuk di naikkan dengan pompa.

Gambar 18.
Didaerah yang beriklim agak kering, seperti muara Maratecca di Portugal,
bahaya Thypoon seperti di Jepang tidak ada. Sebagian besar aliran musim dingin
dapat ditampung, yang memungkinkan muka air waduk, dapat dinaikkan sampai
+2,00 m di atas muka air laut rata-rata (MSL) pada permulaan musim panas.

Penurunan air oleh kehilangan karena penguapan yang besar merupakan


penurunan muka air selama musim panas.
Danau Ijssel di negeri Belanda (bekas Zuider Zee), luas permukaan airnya
sebesar 1200 km2 setelah proyek reklamasi tersebut diselesaikan, terletak di
daerah yang beriklim dingin, dengan curah hujan yang hampir merata sepanjang
tahun. Pengaturan waduknya dipegaruhi

oleh kepentingan daerah-daerah

disekitarnya. Berikut system kanalnya.


Kita dapat belajar dari kegagalan-kegagalan. Ada dua buah kasus yang setelah
pembendungan inlet atau muara kita tidak dapat mengubah air asin menjadi air
tawar, yaitu :
i.
Masuknya garam air tanah asin kedalam waduk
ii.
Masuknya air laut pada musim kering, untuk mempertahankan muka air
waduk.
Waduk sungai Jurong dimaksudkan untuk menutup suatu muara di Singapura.
Airnya sangat asin yang disebabkan oleh kesalah eksploitasi pada pintu-pintu
bendungan (yang terdiri atas flop gates).

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER DI DAERAH PANTAI


DAN HUBUNGANNNYA DENGAN PRINSIP
BADON GHIJBEN-HERZBERG (1889-1901)

OLEH :
SARI WAHYUNI (D611 05 017)
INDRA SETIAWAN S (D611 05 024)
MEITHARISHA F.H (D611 05 0
LORA RANTETADUNG (D611 05 042)
ALWI (D611 05 067)
HUTRIANI (D611 05 085)

M AK AS S AR
2009

Anda mungkin juga menyukai