Disusun Oleh:
Penelitian ini dilakukan pada proyek yang sudah selesai dikerjakan sebagai bahan
evaluasi secara teknis mengguankan teori-teori yang diperoleh selama penulis mendalami
kuliah teknik sipil.. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan drainase
kawasan dengan beberapa metode hitungan yang ada dalam teori drainase perkotaan.
Kemudian menemukan faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab banjir yang terjadi
dilapangan dan mengusulkan solusi tindakan perbaikan sedapat mungkin dikendalikan
dengan menggunakan metoda fishbone diagram. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengamati pelaksanaan proyek yang sedang berjalan pada pekerjaan struktur. Dan
mengajukan pertanyaan langsung kepada pekerja, pihak konsultan, ataupun kontraktor
dilapangan.
-2-
RENCANA ISI LAPORAN TUGAS AKHIR
-3-
BAB I
PENDAHULUAN
-4-
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan terjadinya banjir dan genangan di wilayah kelurahan
Mautapaga kecamatan Ende Timur kabupaten Ende?
2. Bagaiman kondisi saluran drainase eksistingnya?
3. Solusi apa yang tepat terhadap hasil evaluasi termasuk alternatif-alternatif setelah
saluran drainase direncanakan agar saluran tersebut mampu mengalirkan debit hujan
dengan baik?
1.4 Tujuan
1. Mengetahui penyebab banjir dan genangan di wilayah kelurahan Mautapaga
kecamatan Ende Timur kabupaten Ende
2. Menganalisa kondisi saluran drainase eksisting di wilayah kelurahan Mautapaga
kecamatan Ende Timur kabupaten Ende
3. Mencari alternatif penggulangan genangan dan banjir agar saluran tersebut mampu
mengalirkan debit hujan dengan baik
1.5 Manfaat
1. Mengetahui penyebab banjir dan genangan di kelurahan Mautapaga
2. Dapat menganalisa kondisi saluran eksisiting di kelurahan Mautapaga
3. Didapatkan alternatif penanggulangan banjir dan genangan akibat debit hujan
-5-
BAB II
DASAR TEORI
Cara yang dipakai dalam menghitung hujan rata-rata adalah dengan rata-rata
Metode Thiessen biasa digunakan untuk daerah–daerah dimana titik-titik dari pengamat
hujan tidak tersebar merata, dan hasilnya pun lebih teliti. Adapun caranya, yaitu :
a. Stasiun pengamat digambar pada peta, dan ditarik garis hubung masing-masing
stasiun.
b. Garis bagi tegak lurus dari garis hubung tersebut membentuk poligon-poligon
mengelilingi tiap–tiap stasiun, dan hindari bentuk poligon segitiga tumpul.
c. Sisi tiap poligon merupakan batas-batas daerah pengamat yang bersangkutan.
d. Hitung luas tiap poligon yang terdapat di dalam DAS dan luas DAS seluruhnya
dengan planimeter dan luas tiap poligon dinyatakan sebagai persentase dari luas DAS
seluruhnya. Selain itu, menghitung luas juga bisa menggunakan kertas milimeter
blok.
e. Faktor bobot dalam menghitung hujan rata–rata daerah di dapat dengan mengalikan
hujan rata–rata area yang didapat dengan mengalikan presipitasi tiap stasiun pengamat
dikalikan dengan persentase luas daerah yang bersangkutan.
Rumus umum :
R =
A R A R ...................... A R
1 1 2 2 n n
1.1
A A .................... A
1 2 n
-6-
Keterangan :
A1, A 2,..... ,An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan (km2)
Dalam perhitungan curah hujan rancangan ini digunakan analisa frekuensi. “Suripin
(2003) Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan” Frekuensi adalah besarnya
kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya kala ulang (return)
periode dalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau
dilampau. Adapun untuk menghitung analisa frekuensi digunakan metode-metode sebagai
berikut :
1. Gumbel
1
XT= b + yt 3.6
a
S Yn . S
a = ;b =X -
Sn Sn
T -1
YT= - ln ( - ln ( )) 3.7
T
dimana :
-7-
2. Log Pearson Tipe III (apabila memenuhi syarat)
Rumus :
n
( log xi - log x ) 2
Sd =
i 1 n -1
3.9
n
log xi
log x =
i 1 n
3.10
n
n ( log xi - log x ) 3
i 1
Cs = 3.11
( n - 1 ) ( n - 2 ) Sd 3
dimana :
Sd = standar deviasi
-8-
Q
( Oi - Ei )
i 1
2
X2h = 3.12
Ei
dimana :
Untuk L > 15 km
Tg= 0,4 + 0,058 L 4.2
3. Mencari nilai tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak (Tp)
-9-
Tp= Tg + 0,8 Tr (jam) 4.4
4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak sampai
menjadi 30 % dari debit puncak (T0,3)
T0,3 = α Tg (jam) 4.5
dimana :
Untuk daerah pengaliran biasa, α = 2.
Untuk bagian naik hidrograf yang lambat, bagian menurun yang cepat (terjadi
pada daerah yang sangat landai), α = 1,5.
Untuk bagian naik hidrograf yang sangat cepat, bagian menurun yang lambat
(terjadi pada daerah curam), α = 3.
C A Ro
Qp= ( m 3 / dt ) 4.6
3,6 ( 0,3 Tp T0,3 )
dimana :
1 2,4
Qa= Qp ( ) 4.7
Tp
- 10 -
(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5.𝑇0,3)
( )
Qd = 0,3Qp 1,5.𝑇0,3 4.9
0,32 Qp > Qd
(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5.𝑇0,3)
( )
Qd = 0,3Qp 2.𝑇0,3 4.10
R 24 t
RT = ( ) ( )2/3 4.11
t T
Rt = T RT – (T – 1) (RT – 1) 4.12
dimana :
Rc= Rt x Rn 4.13
Rn= C R 4.14
dimana :
C = koefisien pengaliran
- 11 -
Dibuat grafik yang menghubungkan t sebagai sumbu x dengan Q total sebagai
sumbu y dan di peroleh hidrograf satuan sintetik dengan metode NAKAYASU.
Dimana:
- 12 -
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- 13 -
Analisa debit banjir
Analisa data di lapangan
2. Analisa hidrolika :
Analisa saluran eksisting
Analisa terjadinya back water
Perencanaan dimensi saluran drainase
Mengetahui titik banjir dari masing-masing saluran
- 14 -
3.2.4 Bagan Alir
MULAI
Persiapan
-Data Hujan
Alternatif Penanggulangan
Banjir :
Saluran
- Normalisasi
mampu Tidak
- Tampunagn
menampung
- Pompa
debit banjir
Ya
Masih terjadi
banjir?
Ya
Tidak
SELESAI
- 15 -
DAFTAR PUSTAKA
- 16 -