Anda di halaman 1dari 7

Tugas Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air

ANALISIS CURAH HUJAN EFEKTIF DAN CURAH HUJAN DENGAN BERBAGAI PERIODE
ULANG UNTUK WILAYAH KOTA BANJAR

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Abstrak
Curah hujan efektif merupakan besaran curah hujan selama periode pertumbuhan tanaman dan berguna
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Besaran curah hujan efektif digunakan rumus Hazra, dimana hujan
efektif dihitung berdasarkan urutan dari yang terkecil. Rerata curah hujan dua belas tahun terakhir Stasiun
Pataruman lebih tinggi dibandingkan Stasiun Langensari. Rerata curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada
bulan November dan terendah pada bulan Agustus. Curah hujan efektif maksimum r 80 Stasiun Pataruman
(279 mm/bulan) 41,62 % lebih besar dari curah hujan efektif maksimum r 80 Stasiun Langensari (197
mm/bulan). Curah hujan efektif maksimum r 50 Stasiun Pataruman (405 mm/bulan) 12,81 % lebih besar dari
curah hujan efektif maksimum r 50 Stasiun Langensari (359 mm/bulan). R ef padi Stasiun Pataruman (195,30
mm/bulan ) 41,62 % lebih besar daripada r ef padi Stasiun Langensari (137,90 mm/bulan). R ef palawija
Stasiun Pataruman (283,50 mm/bulan) 12,81 % lebih besar daripada r ef palawija Stasiun Langensari (251,30
mm/bulan). Periode ulang curah hujan Stasiun Langensari lebih tinggi dibandingkan dengan periode ulang
curah hujan Stasiun Pataruman. Hasil penelitian curah hujan efektif padi dan palawija dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan pola tanam untuk hasil maksimal. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan data dari berbagai STA curah hujan di Kota Banjar untuk melihat pengaruh tofografi wilayah
terhadap curah hujan.

Kata Kunci : Curah hujan efektif, r 80, r 50, periode ulang.

Abstract

Effective precipitation is the amount of rainfall over a period of plants growth and useful to meet the
needs of water plants. The quantity of rainfall effectively used formula Hazra, where effective rainfall
calculated based on the sequence of the smallest. Average rainfall last ten years Station Langensari higher
than Station Pataruman. The highest mean monthly rainfall occurs in December and the lowest in August.
The maximum effective rainfall r 80 Station Pataruman (279 mm / month) 41,62 % greater than the maximum
effective rainfall r 80 Station Langensari (197 mm /month). The maximum effective rainfall r 50 Station
Pataruman (405 mm/month) 12,81 % greater than the maximum effective rainfall r 50 Station Langensari (359
mm/month). R ef rice Station Pataruman (195,30 mm/month) 41,62 % greater than r ef rice Station Langensari
(137,90 mm/month). R ef crops Station Pataruman (283,50 mm/month) 12,81 % greater than r ef crops Station
Langensari (251,30 mm/month). Return period rainfall Station Langensari higher than the return period
rainfall Station Langensari. The results of the research of effective precipitation rice and pulses can be used
as a material consideration cropping pattern for maximum results. Future studies should use data from a
variety of STA in Banjar Cityto see the influence of the topography to precipitation.

Keywords: Effective precipitation, r 80, r 50, return period

I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang dilalui oleh garis yang terjadi hanya dua, yaitu musim hujan (basah)
dan kemarau (kering)[1].
khatulistiwa oleh karena itu suatu negara yang
dilalui garis ini memiliki pola iklim yang sama Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke
sepanjang tahun. Pola yang dominan adalah permukaan bumi yang berupa hujan, salju, embun,
hangat dan basah atau hangat dan kering dan yang sejenis. Indonesia termasuk daerah
sepanjang tahun. Sebagian besar daerah tropis sehingga yang paling dominan jenis
khatulistiwa juga ditandai sebagai yang lembab. presipitasi yang terjadi adalah hujan. Menurut
Karena Indonesia dilalui garis ini, maka iklim Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi hujan

TUGAS PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1


Tugas Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air

adalah titik-titik air yang berjatuhan dari udara membantu dalam menentukan dimensi saluran
karena proses pendinginan. dan elevasi mercu bangunan air[4]. Khusus untuk
Pola umum curah hujan di Indonesia Tanaman terutama padi, hujan yang diperhitungkan
dipengaruhi oleh letak geografis, Indonesia yang adalah curah hujan efektif, yaitu hujan yang
dilalui garis khatulistiwa menyebabkan sepanjang langsung dimanfaatkan oleh tanaman untuk
tahun disinari matahari. Pada umumnya besaran memenuhi kebutuhannya selama masa
curah hujan di Indonesia tidak sama. Curah hujan pertumbuhan. Proposal penelitian ini akan
rata-rata di Indonesia setiap tahun tidak sama, tetapi membandingkan curah hujan efektif dan curah
secara umum besar curah hujan adalah sebesar hujan berbagai periode ulang untuk kepentingan
2000 3000 mm per tahun. Provinsi Jawa Barat kebutuhan air untuk tanaman padi dan penentuan
memiliki curah hujan rata-rata per tahun adalah elevasi mercu bendung yang ada di wilayah Kota
2000 4000 mm dan merupakan curah hujan Banjar dengan 2 stasiun curah hujan.
tahunan rata-rata tertinggi di Indonesia[2]. Kondisi pos penakar hujan di wilayah Kota
Sampai saat ini sebagian besar masyarakat di Banjar tersebar, maka penentuan curah hujan harus
Indonesia masih mengandalkan pertanian sebagai berdasarkan curah hujan rata-rata karena
sumber kehidupan, meskipun dengan adanya kemungkinan besar curah hujan pada masing-
perkembangan kota tetapi pemerintah tetap masing pos tidak sama. Curah hujan rata- rata bisa
berusaha untuk mengoptimalkan dan dipakai untuk perhitungan besar curah hujan
mengembangkan kembali areal pertanian. Salah dengan periode ulang tertentu, serta bisa juga
satu bentuk komitmen pemerintah adalah dengan untuk menghitung curah hujan efektif yang sering
membangun beberapa infrastruktur keairan dipakai dalam perhitungan kebutuhan air untuk
terutama pembangunan bendung dan bendungan. tanaman padi. Menurut Yunus dkk di Kab Aceh
Infrastruktur keairan yang baru selesai dibangun Barat, bahwa penyusunan model imbangan air di
di Jawa Barat adalah Bendung Copong di sawah adalah hujan efektif dasar, evapotranspirasi,
Kabupaten Garut dan Waduk Jatigede di perkolasi, perubahan tampungan di lahan dan
Kabupaten Sumedang. perubahan lengas tanah di zona perakaran[5]. Dari
analisis dengan menggunakan data sekunder di
Dalam bidang pertanian khususnya tanaman daerah studi, hasil simulasi menunjukkan bahwa
padi, air mempunyai peranan yang penting bagi perbandingan hujan efektif hasil simulasi lebih
pertumbuhan tanaman. Keberadaan air bagi besar dari pada hujan efektif hasil rumus empiris
tanaman juga harus dikelola dan dikendalikan menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-01.
dengan baik sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Dirwan dkk di Kab Aceh Besar, pernah
Kelebihan air pada tanaman akan terjadi meneliti bahwa tinggi pematang sawah
pembusukan, sedangkan kekurangan air tanaman berpengaruh terhadap besar curah hujan efektif[6]
akan mengalami kekeringan sehingga akan terjadi
kegagalan pertumbuhan. Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga
unsur klimatologi. Hujan adalah hydrometeor
Kota Banjar merupakan bagian dari Propinsi yang jatuh berupa partikel-partikel air yang
Jawa Barat. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan mempunyai diameter 0.5 mm atau lebih.
umum Kota Banjar, pada tahun 2010 tercatat rata- Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan
rata curah hujan dalam setahun mencapai 408,4 sedangkan yang tidak sampai tanah disebut
mm. Curah hujan pada tahun 2010 secara umum Virga[7]. Selain itu hujan juga bisa diartikan adanya
menunjukkan peningkatan yang cukup besar bila perubahan wujud dari benda cair menjadi benda
dibandingkan dengan keadaan tahun 2009, yang padat yang membentuk awan yang memiliki
mencapai rata-rata 235,7 mm[3]. massa yang berat sehingga jatuh ke permukaan
Besaran curah hujan sangat berpengaruh bumi. Berikut ini adalah jenis-jenis hujan yang
terhadap areal pertanian, kapasitas drainase, dan lazim terjadi:
bangunan air di kedua daerah tersebut. Besaran 1. Hujan Siklonal
curah hujan efektif yang terukur dan terhitung Hujan ini terjadi karena adanya udara yang
dengan baik akan berdampak pada pengoptimalan panas, suhu tinggi yang disertai dengan angin
hasil panen terutama pada saat pembagian air berputar. Hal ini karena adanya pertemuan antara
pada areal irigasi. Sedangkan untuk drainase dan angin pasat timur laut dan angina pasat tenggara,
bangunan air besaran curah hujan akan sangat kemudian angina itu naik terjadi penggumpalan di

TUGAS PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2


Tugas Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air

atas awan yang berada di garis khatulistiwa. datangnya angin tersebut yang biasanya bergerak
Hujan ini biasanya terjadi di wilayah yang dilalui secara horizontal, dan angin akan bertiup terus
garis khatulistiwa. Sumber curah hujan sangat deras, mendaki pengunungan dan menuruni lereng tetap
terdiri dari massa udara besar beberapa ratus mil angin tidak membawa uap air lagi sehingga di
dengan tekanan rendah di pusatnya dan angin bertiup lereng yang membelakangi arah datangnya angin
ke pusat searah jarum jam (belahan Bumi selatan) tidak akan turun hujan. Kemudian karena berat
atau berlawanan arah jarum jam (belahan Bumi massa air yang semakin besar, di mana tidak
utara)[8]. Meski siklon dapat mengakibatkan mampu di bawa oleh angin, maka turunlah hujan
kematian dan kerusakan properti yang besar, inilah di atas pegunungan.
faktor penting dalam penguasaan hujan atas suatu Siklus hidrologi adalah sirkulasi air dari laut ke
daerah, karena siklon dapat membawa hujan yang atmosfer kemudian ke bumi dan kembali lagi ke laut
sangat dibutuhkan di wilayah kering[9]. dan seterusnya. Air dari permukaan laut menguap
2. Hujan Frontal ke udara, bergerak dan naik ke atmosfer. Kemudian
Hujan ini terjadi adanya pertemuan antara massa mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik
udara yang karena dingin suhu yang rendah dan air berbentuk awan dan selanjutnya jatuh ke bumi
massa udara panas suhu tinggi. Biasanya perbedaan dan lautan sebagai hujan. Hujan yang jatuh ke
kedua masa tersebut bertemu di front yaitu salah bumi sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan
satu tempat yang paling mudah terjadi kondensasi sebagian lagi meresap ke dalam tanah, jika tanah
dan pembentukan awan. Berbagai jenis cuaca sudah jenuh maka air akan mengalir di atas
dapat ditemukan di sepanjang front tutupan dengan permukaan tanah yang mengisi cekungan, danau,
kemungkinan terjadinya badai petir, namun sungai dan kembali lagi ke laut.
biasanya jalur mereka dikaitkan dengan penguapan
massa air. Front tutupan biasanya terbentuk di II. BAHAN DAN METODE
sekitar daerah bertekanan rendah[10]. Penelitian curah hujan dilakukan untuk
3. Hujan Muson mengetahui besar curah hujan efektif dan curah
Hujan ini terjadi karena ada pergerakan semu hujan dengan periode ulang tertentu di wilayah
matahari dengan garis balik utara dan selatan, hujan Kota Banjar dengan 2 stasiun curah hujan yaitu
ini turun dalam kurun waktu tertentu. Dan biasanya stasiun Langensari dan stasiun Pataruman. Untuk
musim kemarau dan hujan, seperti yang terjadi di menghasilkan yang lebih baik, sebaiknya
Indonesia. pengambilan pos hujan diambil lebih dari satu.
4. Hujan Zenithal (Hujan konveksi) Tahapan penelitian dimulai dari mempelajari
Hujan ini tejadi karena adanya pertemuan studi pustaka yang akan dipakai sebagai acuan dan
angina pasat timur laut dan angin pasat tenggara. yang berkaitan dengan curah hujan. Langkah
Hal ini menyebabkan awan yang memiliki massa selanjutnya adalah pengumpulan data curah hujan
berat mengalami penurunan suhu yang berakibat masing-masing dari dua stasiun hujan. Tahapan
terjadinya kondensasi, dan terjadi turun hujan. berikutnya adalah pengolahan data dan serta
Biasanya hujan ini berada di daerah tropis[11]. perhitungan curah hujan, mengkaji dan
5. Hujan Orografis membandingkan serta ditutup dengan kesimpulan.
Merupakan hujan yang terjadi karena adanya Lokasi penelitian dilakukan terhadap dua stasiun
angin yang mengandung uap air, kemudian arah hujan yang ada di wilayah tersebut.
pergerakannya secara horizontal. Perjalanan angin Cara pengumpulan data yang dipakai adalah
tersebut harus melewati pegunungan yang mengumpulkan data primer dan sekunder dengan
menyebabkan suhu angin menjadi dingin akibat cara survey lapangan, mendatangi langsung di
adanya proses kondensasi (saat melewati instansi setempat, dan wawancara.
pegunungan tadi)[12].
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Curah
Lalu pembentukan titik-titik air yang mulai Hujan
mengendap yang akan menyebabkan terjadinya
hujan pada lereng gunung yang menghadap angin

TUGAS PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 3


Tugas Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air

RERATA CURAH HUJAN TAHUNAN


Stasiun Langensari Stasiun Pataruman

346.92
319.33

310.25
322.5

282.25

279.67
258.17
254.5
236.42

211.42

194.33
192.58

187.08
202.5

182.42

175.83
175.17

172.58
142.58

132.17
170

123.42
109.17

122.5
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 1. Grafik Rerata Curah Hujan Tahunan

Perbandingan rerata curah hujan di Kota Banjar 346,92 mm/bulan. Rerata curah hujan terendah
berdasarkan data curah hujan dari STA Langensari selama 12 tahun terakhir di STA Langensari terjadi
dan Pataruman. Rerata curah hujan tertinggi pada tahun 2006 sebesar 109,17 mm/bulan dan di
selama 12 tahun terakhir di STA Langensari STA Pataruman pada tahun 2008 sebesar 122,50
terjadi pada tahun 2010 sebesar 319,33 mm/bulan, mm/bulan.
dan di STA Pataruman terjadi pada 2013 sebesar

RERATA CURAH HUJAN BULANAN


Stasiun Langensari Stasiun Pataruman
372.17

320.92
302.42
291.33
286.75

285.17
278.83
270.33

265.42
263.75
254.83
253.08

205.25
202.25

196.50
192.92
175.50

146.00
128.83

120.08
96.58

88.92
80.83

47.58

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

Gambar 2. Grafik Rerata Curah Hujan Bulanan


Rerata curah hujan bulanan tertinggi selama 12 Selama 12 tahun terakhir terjadi pada bulan Agustus
tahun terakhir terjadi pada bulan November di sebesar 47,58 mm/bulan di STA Langensari dan
STA Langensari sebesar 320,92 mm/bulan dan pada bulan Juli di STA Pataruman sebesar 80,83
pada bulan Desember di STA Pataruman 372,17 mm/bulan.
mm/bulan. Rerata curah hujan bulanan terendah

TUGAS PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 4


Tugas Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air

Curah Hujan Efektif


1. Curah Hujan Efektif Maksimum
a. Curah Hujan Efektif Maksimum R80
Rerata Curah Hujan Efektif
300 Maksimum
250
300.00
200
200.00 Stasiun
150
Langensari
100 100.00
Stasiun
50
0.00 Pataruman
0
R80 R50
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

R80 Stasiun Langensari Gambar 5. Grafik Rerata Curah Hujan Efektif


Maksimum
R80 Stasiun Pataruman
Grafik pada Gambar 5 menunjukkan curah
Gambar 3. Grafik Curah Hujan Efektif Maksimum hujan efektif maksimum Kota Banjar berdasarkan
R80 curah hujan dari STA Langensari sebesar 106,25
Grafik pada Gambar 3 menunjukkan bahwa mm/bulan untuk r80 dan untuk r50 sebesar 190,33
untuk curah hujan efektif maksimum r80 Kota mm/bulan sedangkan dari STA Pataruman sebesar
Banjar sebesar 279 mm/bulan terjadi di bulan 102,67 mm/bulan untuk r80 dan untuk r50 sebesar
November pada STA Pataruman. Curah hujan 201,83 mm/bulan. Curah hujan efektif maksimum
efektif maksimum r80 terendah sebesar 0 r80 STA Langensari (106,25 mm/bulan ) 3,49 %
mm/bulan terjadi pada bulan Juli sampai lebih besar dari curah hujan efektif maksimum r80
September pada kedua stasiun hujan. STA Pataruman (102,67 mm/bulan). Curah hujan
efektif maksimum r50 STA Pataruman (201,83
b. Curah Hujan Efektif Maksimum R50 mm/bulan) 6,04 % lebih besar dari curah hujan
efektif maksimum r50 STA Langensari (190,33
500 mm/bulan).
400
2. Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Padi dan
300 Palawija
200 300
100 200
0 100
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
0
R50 Stasiun Langensari Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

R50 Stasiun Pataruman R80 Stasiun Langensari

Gambar 4. Grafik Curah Hujan Efektif Maksimum R80 Stasiun Pataruman


R50 R50 Stasiun Langensari
Grafik pada Gambar 4 menunjukkan bahwa R50 Stasiun Pataruman
untuk curah hujan efektif maksimum r50 Kota
Banjar sebesar 405 mm/bulan terjadi di bulan Gambar 6. Grafik Curah Hujan Efektif untuk
November pada STA Pataruman. Curah hujan Tanaman Padi
efektif maksimum r50 terendah sebesar 9 Grafik pada Gambar 6 menunjukkan bahwa pada
mm/bulan terjadi pada bulan September pada setengah bulan pertama Juli sampai setengah bulan
STA Langensari. terakhir september R efektif padi dan palawija di
STA Langensari dan STA Pataruman sebesar 0
mm/bulan. Untuk R efektif palawija terendah tidak
sampai 0 mm/bulan, tetapi 9 mm/bulan pada STA
Langensari dan 10 mm/bulan pada STA Pataruman.

TUGAS PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 5


Tugas Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air

Berdasarkan grafik tersebut, perlu diperhatikan 2. Curah hujan efektif maksimum r80 STA
pola tanam untuk Kota Banjar. Langensari (106,25 mm/bulan ) 3,49 % lebih
besar dari curah hujan efektif maksimum r80
Rerata Curah Hujan Efektif STA Pataruman (102,67 mm/bulan). Curah
Maksimum hujan efektif maksimum r50 STA Pataruman
(201,83 mm/bulan) 6,04 % lebih besar dari
150.00 curah hujan efektif maksimum r50 STA
100.00 Stasiun Langensari (190,33 mm/bulan).
Langensari 3. R efektif Padi STA Langensari (74,38
50.00 mm/bulan ) 3,49 % lebih besar dari R efektif
Stasiun
0.00 Pataruman Padi STA Pataruman (71,87 mm/bulan). R
Ref Padi
Ref palawija efektif Palawija STA Pataruman (141,28
mm/bulan) 6,04 % lebih besar dari R efektif
Gambar 7. Grafik Rerata Curah Hujan Efektif Padi
Palawija STA Langensari (133,23 mm/bulan).
dan Palawija
4. Periode ulang curah Kota Banjar pada STA
Grafik pada Gambar 7 menunjukkan R efektif Langensari lebih tinggi dari STA Pataruman.
Kota Banjar dari STA Langensari sebesar 74,38
mm/bulan untuk R efektif Padi dan untuk R efektif Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
Palawija sebesar 133,23 mm/bulan sedangkan dari hasil penelitian curah hujan efektif padi dan
STA Pataruman sebesar 71,87 mm/bulan untuk R palawija dapat dijadikan sebagai bahan
efektif Padi dan untuk R efektif Palawija sebesar pertimbangan pola tanam terutama dalam
141,28 mm/bulan. R efektif Padi STA Langensari penentuan waktu tanam untuk hasil maksimal dan
(74,38 mm/bulan ) 3,49 % lebih besar dari R efektif penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan
Padi STA Pataruman (71,87 mm/bulan). R efektif data dari berbagai STA di Kota Banjar ntuk melihat
Palawija STA Pataruman (141,28 mm/bulan) 6,04 pengaruh tofografi wilayah terhadap curah hujan.
% lebih besar dari R efektif Palawija STA
Langensari (133,23 mm/bulan). DAFTAR PUSTAKA
[1] Hanifah, A. dan. Endarwin. Analisis Intensitas
Curah Hujan Wilayah Bandung Pada Awal
Periode Ulang Curah Hujan 2010. Jurnal Meteorologi dan Geofisika,
298.45 2011;12 (2): 145-148.
231.03 260.42
200.04 [2] BMKG. (2013). Prakiraan Hujan Bulanan
154.14
108.14 126.97 137.49 149.23 157.12 Retrieved Oktober, 2013, www.bmkg.co.id.
[3] Http://banjarkota.go.id/kondisi-geografis/
X2 X5 X10 X20 X50
[4] Priyonugroho, A. Analisis Kebutuhan Air
Curah Hujan STA Langensari (mm) Irigasi (Studi Kasus pada Daerah Irigasi
Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat
Curah Hujan STA Pataruman (mm)
Lawang. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan.2014.2 (3): 457-469.
Gambar 8. Grafik Periode Ulang Curah Hujan Kota
[5] Yunus. dan. Amran, 2004. Analisa Curah
Banjar dari STA Langensari dan STA Pataruman
Hujan Efektif Pada Sawah Tadah Hujan di
Grafik pada Gambar 8 menunjukkan bahwa Kabupaten Aceh Barat. Yogyakarta :
periode ulang curah hujan untuk X2, X5, X10, X20 Universitas Gadjah Mada.
dan X50 STA Langensari lebih tinggi dari STA [6] Dirwan. dan. Hasanah. Hujan Efektif Untuk
Pataruman. Padi Sawah Daerah Irigasi KruengAceh.
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 2012.
1. Rerata curah hujan selama 12 tahun terakhir di [7] Tjasyono. 2006. Ilmu Kebumian dan
Kota Banjar di STA Pataruman lebih besar Antariksa. Bandung : PT Rosdakarya
dari pada STA Langensari. Rerata curah hujan [8] Landsea, Chris 2007. "Subject: D3) Why do
tropical cyclones' winds rotate counter-
bulanan tertinggi selama 12 tahun terakhir
clockwise (clockwise) in the Northern
terjadi pada bulan Desember di STA
(Southern) Hemisphere?". National
Pataruman dan rerata curah hujan bulanan Hurricane Center. Diakses tanggal 05-04-
terendah terjadi pada bulan Agustus di STA 2016.
Langensari. [9] Climate Prediction Center 2005. "2005

TUGAS PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 6


Tugas Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air

Tropical Eastern North Pacific Hurricane


Outlook". National Oceanic and Atmospheric
Administration. Diakses tanggal 05-04-2016.
[10] Roth, David. 2007. Unified Surface Analysis
Manual. Hydrometeorological Prediction
Center. Diakses tanggal 05-05-2016
[11] Geerts, B. 2002. "Convective and stratiform
rainfall in the tropics". University of
Wyoming.
[12] Pidwirny, M. 2008. "CHAPTER 8:
Introduction to the Hydrosphere (e). Cloud
Formation Processes". Physical Geography.

TUGAS PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 7

Anda mungkin juga menyukai