Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

PASAL 1
PERSYARATAN UMUM YANG BERLAKU

1. Semua bahan bangunan adalah berkwalitas baik, memenuhi segala


persyaratan yang terdapat dalam peraturan :
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berisi tentang peraturan
standarisasi bahan bangunan yang berlaku dalam wilayah Indonesia
b. Standar Industri Indonesia (SII)
2. Semua bahan bangunan dan peralatan kerja untuk keperluan pekerjaan ini,
seluruhnya ditanggung dan disediakan oleh Kontraktor.
3. Pengawas Lapangan berwenang untuk minta keterangan mengenai asal dari
bahan bangunan dan lain-lain, serta sebelum digunakan agar diperiksakan
terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan di tempat pekerjaan.
4. Penyebutan suatu merk dagang pada bestek ini adalah untuk keseragaman
mutu dan melindungi Pemberi Tugas dari suatu merk lain yang belum
terkenal dan teruji kwalitasnya. Apabila terdapat perselisihan tentang
merk/pemeriksaan bahan, maka Pengawas Lapangan berhak mengirimkan
contoh-contah bahan ke Balai Penelitian Bahan Bangunan dan segala biaya
yang berhubungan dengan hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
5. Yang dimaksud Bahan Bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan
dalam pelaksanaan sebagai tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat serta Gambar-gambar.
6. Bahan yang datang sebelum diturunkan dari kendaraan pengangkut harus
diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi (terutama bahan yang bervolume
besar) untuk disetujui atau ditolak/dikembalikan.
7. Dalam jangka waktu 2 x24 jam, semua bahan yang dinyatakan ditolak oleh
Pengawas Lapangan supaya segera dikeluarkan dari lokasi proyek. Apabila

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis II - 1


bahan-bahan tersebut masih tetap dipergunakan oleh Pelaksana, maka
Pengawas Lapangan berhak untuk memerintahkan membongkar kembali dan
segala kerugian yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 2
PORTLAND CEMENT

1. Semen yang dipakai/dipergunakan dalam pekerjaan ini harus berkwalitas


baik, memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam N.I. -8 (Normalisasi
Indonesia -8) dan untuk seluruh konstruksi hanya diperbolehkan memakai 1
(satu) macam semen (satu pabrik).
2. Dalam pengangkutannya, semen harus terlindung dari hujan, harus dalan
zak/kantong yang asli dari pabrik, dalam keadaan tertutup rapat, tidak
kena air dan diletakkan pada tempat yang telah ditinggikan paling rendah
30 cm dari lantai/tanah.
3. Semen yang telah disimpan lebih dari 4 (empat) bulan, harus dites kembali
sebelum dipakai atau dipergunakan dengan dibawa ke Laboratorium
pemeriksaan bahan-bahan bangunan dan hasilnya segera dilaporkan kepada
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan, untuk ini segala
pembiayaannya ditanggung oleh Kontraktor.

PASAL 3
PASIR

Pasir yang dipergunakan untuk adukan harus pasir yang berkwalitas baik dan
harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam P.B.I. 1971.
1. Pasir Beton.
a. Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya
mendekati bulat dan ukuran butirannya sebagian besar terletak antara
0,75-5 mm, kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%.
b. Pasir beton harus bersih tidak boleh mengandung zat-zat organik yang
dapat mengurangi mutu beton, sedang untuk beton dengan keawetan
yang tinggi reaksi pasir terhadap alkasit harus negatif.
2. Pasir Pasang.
Adukan pasir yang dipergunakan untuk adukan pasangan dan plesteran
dengan syarat antara lain:
a. Butiran-butirannya harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan
dengan jari tangan serta kadar lumpurnya tidak boleh lebih tinggi dari
5%.
b. Untuk adukan plesteran dan adukan pasangan, butiran-butirannya harus
dapat melalui ayakan yang berlubang persegi 3 mm.
3. Pasir Urug.
Pasir urug atau pasir pengisi dapat dipergunakan pasir biasa yang tidak
mengandung bahan-bahan organik (sisa-sisa kayu, biji-bijian, akar-akar
tanaman, daun-daun, garam dan lain-lain) serta tidak mengandung lumpur.

PASAL 4
KERIKIL UNTUK BETON

1. Kerikil yang dapat dipergunakan adalah jenis yang permukaannya


kasar/jenis klos atau adesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran maksimum
2 - 3cm. Apabila kerikil yang dimaksud sukar untuk didapatkan, maka
diperbolehkan menggunakan batu pecah yang sama ukurannya. Kerikil-
kerikil tersebut tidak boleh dicampur dengan batu cadas dan dalam keadaan
bersih serta tidak mengandung lumpur.
2. Kerikil (agregat kasar) diperiksa sesuai yang disyaratkan oleh peraturan
umum Bahan Bangunan/PUBBI serta Peraturan Beton Indonesia/PBI-1971.
PASAL 5
BATU KALI

1. Semua bahan batu kali kecuali ada persyaratan lain, ha-rus sesuai dengan
P.U.B.B N.I-3, dan cara mengerjakannya harus dilakukan menurut cara yang
terbaik serta bentuk dan besarnya.
2. Batu harus keras, dengan permukaan yang kasar, tanpa cacat atau retak-
retak dan belah-belah, tidak diperkenankan memakai batu bulat dengan
permukaan yang licin maupun batu dari gunung yang masih terbungkus
dengan tanah, begitu pula batu cadas tidak diperkenankan untuk dipakai/
dipergunakan.

PASAL 6
BATU BATA (BAHAN DINDING)

1. Bentuk standar bata merah adalah prisma segi empat, bersudut siku–siku
dan tajam, permukaanya rata dan tidak menampakan adanya retak–retak
yang merugikan .
2. Ukuran standard bata merah.
Pejal adalah seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini

Modul Ukuran Tabel Lebar Panjang

M – 5a 65 90 190
M – 5b 65 140 190
M–6 55 110 230

Untuk ketentuan ukuran batu bata yang dipergunakan sesuai petunjuk


Direksi.
Batu bata yang digunakan untuk seterusnya yang setara.
PASAL 7
CAT

1. Cat yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dan berkualitas baik
serta waktu tiba ditempat pekerjaan, harus masih tertutup dalam kaleng
aslinya.
2. Cat yang sudah siap dan segera dipakai tidak diperbolehkan mengandung
endapan-endapan yang sudah membatu dan sesudah diaduk dengan baik,
harus menjadi homogin serta dapat dicatkan dengan mudah.
3. Warna cat adalah asli dari kalengnya dan tidak boleh mengadakan campuran
dari bermacam-macam warna. Cat yang sudah disetujui warna dan merknya
harus diberitahukan kepada pemberi tugas, guna melaksanakan
pemeliharaan dikemudian hari dan sebelum dilaksanakan pekerjaan
pengecatan kontraktor harus menunjukkan contoh merk, maupun jenis
warnanya kepada Pengawas Lapangan.

PASAL 8
MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Bahan bahan yang digunakan untuk pekerjaan mekanikal dan Elektrikal sesuai
dengan bahan pada Bab Persyaratan Teknik Mekanikal & Elektrikal.

PASAL 9
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

1. Semua bahan yang dipergunakan/diperlukan untuk pekerjaan ini harus


disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/Pengawas Lapangan sebelum
dipergunakan.
2. Apabila terdapat perselisihan dengan Kontraktor tentang pemerikasaan
bahan-bahan, Pengawas Lapangan berhak meminta kepada Kontraktor untuk
mengambil contoh-contoh yang didatangkan untuk diperiksakan ke
Laboratorium.
3. Selama ini Kontraktor dapat melanjutkan pekerjaan, akan tetapi sama
sekali atas tanggungannya sendiri. Apabila ternyata bahwa bahan-bahan
yang diperiksakan tersebut tidak baik atau tidak memenuhi syarat-syarat,
maka bahan-bahan tersebut harus segera disingkirkan an semua bagian
pekerjaan yang telah dikerjakan dengan bahan-bahan tersebut harus
dibongkar dan selanjutnya harus menggantikannya kembali dengan bahan
lain yang memenuhi syarat.
4. Semua biaya pemeriksaan oleh Laboratorium tersebut dalam pasal 21 butir
2 seluruhnya ditanggung oleh Kontraktor.

Anda mungkin juga menyukai