Pasal 1
Pemeriksaan Laboratorium
Pasal 2
Pasir (Agregat halus)
1. Agregat halus (pasir) dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
2. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir pasir harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca,
seperti terik matahari dan hujan.
3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur ialah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampui 5 % maka pasir harus dicuci.
Pasal 3
Kerikil dan Batu Pecah (Agregat kasar)
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batu batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecah batu. Pada
umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat dengan besar
butiran lebih dari 5 mm.
2. Agregat kasar (kerikil dan batu pecah) harus terdiri dari buti-butir pipih yang keras
dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampui 2 % dari berat
agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh0pengaruh cuaca, seperti terik matahari, hujan
atau alant bantu.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila kandungan
lumpur lebih dari 1 %, maka agregat kasar harus dicuci.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
zat-zat yang relatif alkalis.
Pasal 4
1. Semen PC yang digunakan harus memenuhi dan sesuai dengan syarat ASTM dan
S.400 menurut Standard Portland Cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia serta memenuhi persyaratan SII 0013-81
2. Semen harus diangkat ke lapangan dalam keadaan utuh (tidak terbuka jahitan
bungkusnya) dan harus disimpan ditempat yang kering / terlindung dari hujan agar
mutu semen tetap terjaga.
Pasal 5
Air
1. Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan yang merusak dan atau menurunkan mutu
adukan.
3. Jumlah air yang dipakai ditentukan dengan isi atau ukuran berat dan harus
dilakukan setepat-tepatnya
Pasal 6
Baja dan Batang Tulang (PBI 1971 NI-2 / SNI 2052:2014)
1. Besi beton haruslah baja luluh (batangan) tanpa cacat seperti serpih, retak,
belembung, berkarat, lipatan dan bagian yang tidak sempurna.
2. Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik baja yang telah sesuai
dengan persyaratan standar dapat dipakai.
3. Baja tulangan yang dipakai adalah baja tulangan mutu U-39 (dengan tegangan leleh
karakteristik 3900 kg/cm2).
Pasal 7
Tanah
Tanah yang dipergunakan untuk urugan ialah tanah yang tidak berubah strukturnya
apabila berhubungan dengan udara, air dan tidak boleh mengandung bahan-bahan
organik dan kotoran lainnya, seperti daun-daun, batang-batang / ranting pohon, akar-akar
sisa tanaman dan lain-lainnya.
Pasal 8
Batu Bata (PUBB 1956 NI-3 bagian pertama pasal 16)
1. Batu bata yang dipergunakan untuk konstruksi harus berisi tajam dan harus terlihat
bentuk persegi panjang tanpa salah bakar atau retak-retak. Batu bata ini harus
masak merata, hal ini dapat dilihat dari bidang-bidang patahan yang baru. Selain
tanah liat yang dibakar, batu bata tidak boleh mengandung kapur atau bahan-bahan
lain yang dapat mengurangi kekuatannya.
2. Kekuatan tekan dari sepuluh benda rata-rata percobaan yang dibuat dari sepuluh
buah batu bata yang telah direndam dalam air sampai lama, tidak boleh kurang dari
60 kg/cm2.
Pasal 9
Batu Belah
Batu belah / batu kali yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa
cacat / retak dengan ukuran maksimal 25 x 25 x 25 cm
Pasal 10
Penyimpanan Bahan-Bahan
3. Pada pemakain semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru didatangkan
tidak boleh disimpan di atas timbunan semen yang sudah ada, dan pemakain
semen dilakukan menurut urutan pengiriman.
4. Apabila semen telah disimpan lama atau mutunya diragukan, maka sebelum dipakai
harus dibuktikan terlebih dahulu apakah semen tersebut masih memenuhi syarat
atau tidak.
B. PEKERJAAN TANAH
Pasal 1
Umum
Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi dari tempat pekerjaan harus ditinjau
dahulu oleh tenaga ahli.
Kalau sekiranya tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dan keadaan seperti yang
ditunjukan dalam gambar, Pemborong harus segera menyampaikan kepada Direksi
secara tertulis untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut, juga Pemborong harus
menentukan letak bangunan pelengkap seperti Direksi keet, gudang dan sebagainya.
Pasal 2
Pembersihan Tempat Pekerjaan
Seluruh pepohonan, semak belukar dan akar-akar pohon didalam daerah batas pekerjaan
untuk seluruh panjang dari bangunan dan ditambah dengan jarak 1 m pada kedua ujung
dari bangunan harus dibersihkan dan ditebang, termasuk setiap pohon diluar batas-batas
ini yang diperkirakan dapat jatuh dan menghalangi bangunan, kecuali ada pernyataan lain
yang tertara didalam syarat-syarat khusus dan gambar rencana.
Bagian atas tanah tanaman harus tersendiri digali sampai kira-kira kedalaman 20 cm dan
dirtimbun diatu tempat yang layak, agar dapat digunakan lagi.
Pembersihan dan pengupasan diluar batas daerah pekerjaan tidak diberikan pembayaran
kepada pemborong, kecuali pekerjaan tersebut atas permintaan dari Direksi dan
persetujuan dari pemberi tugas.
Bila dinyatakan syarat-syarat khusus atau diperintahkan oleh Direksi bahwa pepohonan
rindang dan tanaman ornamen tertentu akan diperintahkan, maka pepohonan/tanaman
tersebut harus dijaga betul dari kerusakan atas biaya pemborong.
Pepohonan yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian rupa dengan tidak
merusak pepohonan/tanaman lain yang dipertahankan, semua pohon, batang pohon,
akar dan sebagainya harus dibongkar dengan kedalaman minimal 0 cm dibawah
permukaan tanah asli dari permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih
rendah). dan bersama-sama dengan seluruh tempat sampah dalam segala bentuknya
pada tempat yang tidak terlihat segala bentuknya harus dibuang pada tempat yang tidak
terlihat dari tempat pekerjaan menurut cara yang praktis atau dibakar.
Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat pembesihan, harus diperbaiki
oleh pemborong atau tanggungannnya sendiri. Bila akan diberitahukan pembakaran hasil
penebangan, pemborong harus memberitahukan kepada penghuni, dari milik-milik yang
berbatasan dengan pekerjaan minimal 48 jam sebelumnya. Pemborong akan selalu
bertindak sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai pembakaran
ditempat terbuka.
1. Umum
Galian tanah dilaksanakan pada :
Semua bagian dari bangunan yang masuk dalam tanah
Semua bagian dari tanah yang harus dibuang
Lokasi pemasangan pipa dan box valve
Galian tanah harus dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik mengenai
lebar,panjang, dalam, kemiringan, dan sebaginya, dan benar-benar waterpass.
Kalau ternyata akan menimbulkan kesulitan-kesulitan pelaksanaan kalau
dilaksanakan menurut gambar, Pemborong boleh mengajukan usul kepada Direksi
mengenai cara pelaksanaannya.
2. Klasifikasi Galian
Galian akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan pembiayaan sebagai
berikut :
Galian tanah biasa
Galian tanah sedang, misalnya : pasir, lempung, cadas muda, dan sebagainya.
Galian batu terdiri dari galian material yang umumnya menurut Direksi perlu
menggunakan bor dan atau alat-alat khusus lainnya.
Galian dimana timbul persoalan air tanah pada kedalaman lebih dari 20 cm dari
permukaan air konstan, dimana biasanya air tanah naik pada penggalian
pondasi.
4. Coffer Dam
Untuk galian di bawah air atau di bawah permukaan air tanah, harus digunakan
coffer dam. Sebelum dimulainya pekerjaan, Pemborong harus memberikan gambar
rencana coffer dam yang akan dikerjakan kepada Direksi untuk disetujui.
Coffer Dam untuk galian pondasi harus dibuat cukup dalam di bawah permukaan
dasar pondasi yang cukup kedap air, dan diperkuat dengan silang-silang penguat
yang cukup kuat, agar keselamatan kerja terjamin. Luas Coffer Dam harus
direncanakan cukup untuk penempatan perancah atau acuan pondasi serta besi
untuk keperluan pemompaan air keluar acuan beton.
Coffer Dam harus direncanakan sedemikian rupa agar cukup memenuhi syarat
untuk melindungi beton muda dari arus air deras atau erosi, silang-silang penguat
dan atau bagian-bagian lain dari Coffer Dam tidak diperbolehkan masuk ke dalam
dan menjadi bagian permanen dari pondasi tanpa persetujuan Direksi, jadi harus
dibongkar dengan hati-hati agar tidak merusak konstruksi.
Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat pembersihan, harus
diperbaiki oleh Pemborong atas tanggungannya sendiri. Dalam hal akan dilakukan
pembakaran, pemborong akan memberitahukan kepada penghuni dari milik-milik
yang berbatasan dengan pekerjaan, paling kurang 48 jam kurang, maksudnya untuk
Melakukan pembakaran, pemborong akan selalu bertindak sesuai dengan
peraturan- peraturan Pemerintah yang berlaku mengenai pembakaran di tempat
terbuka.
Lubang bor harus dibuat dengan ukuran diameter lubang seperti yang telah
ditentukan dalm gambar,. Pengeboran harus vertical, dinding lubang dan dasar
lubang harus bersih dari Lumpur dan kotoran lainnya, semua material lepas yang
masih ada pada dasar lubang harus dikeluarkan. Dalam hal terjadi kelongsoran
pada dinding lubang waktu pelaksanaan pengeboran (terutama jika terjadi pada
bagian atas lubang bor), maka pengeboran harus dilakukan dengan menggunakan
casing/pelindung.
Selanjutnya dapat dilakukan penggalian tanaah sampai elevasi dasar pile cap,
kelebihan pengecoran beton pada pondasi bored pile dibobok/dibongkar sampai
pada elevasi yang ditentukan dalam gambar.
Pasal 4
Urugan Tanah
1. Umum
Urugan dilaksanakan pada :
Semua bekas lubang pondasi
Semua bagian yang harus ditinggikan, dengan jalan menimbun, urugan tanah
harus dilaksanakan menurut gambar serta peil-peil yang telah ditetapkan, juga
termasuk perataan dan penyelesaian tanah halaman disekitarnya.
Berbagai jenis dari material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material yang
sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung dan
sebagainya. Penggunaan jenis-jenis material yang akan dipakai untuk keperluan
penggunaan harus ada persetujuan dari Direksi.
3. Urugan Tanah
Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis horizontal dan
dipadatkan.
Tebal dari tiap lapis diambil 15 cm dan selama proses pemadatan, harus dibasahi
dengan air untuk mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum.
Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk
pekerjaan yang besar sifatnya, dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan
kapasitas yang sesuai.
5. Lain-lain
Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan batu
merah, dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana.
C. PEKERJAAN BETON
Pasal 1
Lingkup Pekerjaan
Pasal 2
Bekisting
Bekisting harus dirancang, dibangun dan dirawat agar dapat menjamin bahwa setelah
pembongkarannya. Bagian beton yang akan difinishing bebas dari kesalahan cetakan,
bergelombang atau adanya tonjolan dan harus sesuai dengan bentuk, ukuran, bentangan,
elevasi dan proporsi serta masih dalam rentang toleransi yang diizinkan. Permukaan
bekisting yang kontak langsung dengan beton harus dibersihkan sebelum digunakan.
2. Material Bekisting
Semua bekisting beton harus mampu menahan lolosnya (kebocoran) cairan dari
permukaan beton yang dicetak. Bahan bekisting harus terbuat dari salah satu bahan
berikut ini :
▪ Bahan logam yang licin dengan sambungan yang mampu menahan cairan beton
yang masih plastis. Suhu bekisting harus bisa dikontrol sesuai cara
pengecorannya.
▪ Bahan kayu / multiplek yang dilapisi dengan bahan yang sesuai spesifikasi
sehingga permukaan bidang bekisting menjadi kedap dan sambungannya tidak
bocor.
3 Permukaan Beton
Permukaan beton yang akan diekspos atau dicat : Permukaan bekisting yang akan
kontak langsung dengan beton harus terbuat dari bahan yang tidak boleh bereaksi
dengan beton dan bisa menghasilkan permukaan beton yang setara kehalusan jika
dicetak dengan panel-panel plywood baru berukuran standar. Bagian permukaan
yang dipotong harus rata dan dilapisi dengan pelapis khusus bikisting. Sambungan-
smbungan panel yang akan kontak degan beton harus rata dan bebas dari
kesalahan pasang. Bahan bekisting yang cacat yang akan merusak bentuk dan
permukaan akhir beton tidak boleh digunakan. Bahan pelapis bekisting, jika
digunakan, harus dipasang menyelimuti bagian yang harus ditutup. Bekisting kolom
dibuat dengan sedikit mungkin sambungan.
Permukaan beton yang tidak diekspos : Permukaan bekisting yang kontak dengan
beton harus terbuat dari kayu yang kuat, atau bahan yang bisa menghasilkan
kualitas yang setara.
4 Form Ties
Form ties haruslah buatan pabrik yang menurut desainnya tidak memungkinkan
terjadinya defleksi dan tidak merusak beton saat dibuka atau dilepas. Solid backing
harus tersedia untuk tiap tie. Tie harus dipaskan dengan ukuran lobang pada beton.
Posisi dari bagian tie yang tertinggal didalam beton setelah pembongkaran bagian
luarnya tertanam sekurang-kurangnya 2,5 cm kedalam permukaan beton yang akan
diekspos, dicat, atau dilapisi.
6 Pelapisan (Coating)
Bekisting untuk permukaan beton harus dilapisi dengan ”form release agent”
sebelum pembesiaannya ditempatkan. Bahan pelapis ini haruslah dari formula yang
berkualitas baik, tidak lengket dan tidak berdampak buruk pada permukaan beton.
Bahan ini harus digunakan sesuai dengan cara yang direkomendasikan oleh pihak
pabrikan pada lembaran intruksinya (brosur). Bahan ini harus diberikan untuk
begisting yang terbuat dari kayu. Kelebihan (sisa) bahan pelapis ini pada permukaan
begisting, tulangan dan pada sambungan-sambungan konstruksi harus harus
disingkirkan sebelum pengecoran beton.
7 Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting harus dilakukan sebaik mungkin sehingga menjamin
keamanan struktur setelah ketentuan berikut ini dipenuhi. Struktur secara
keseluruhan ditopang pada sokongan. Bekisting pada bagian sisi dari balok, kolom
dan bagian struktur yang vertikal lainnya harus dibuka setelah 24 jam, agar beton
bisa mengeras tanpa terganggu. Bekisting penopang atau penyokong tidak boleh
dilepas hingga bagian-bagian struktur yang ditopangnya cukup mampu menahan
beban berat sendirinya serta beban-beban lain yang membebaninya.
Pembongkaran yang cepat terhadap penopang dan bekisting harus menghindari
timbulnya beban kejut terhadap beton yang seharusnya diperlakukan sehati-hati
mungkin. Bekisting dan sokongannya harus ditempatkan sedemikian rupa dengan
memperhatikan fungsi dari struktur tersebut.
8 Pembukaan Angkur
Bekisting pada saat pembukaannya harus bebas dari gemuk atau bahan-bahan dari
sejenis lainnya.
Pasal 3
Pembesian
1 Material
Batangan besi baja untuk pembesian harus sesuai dengan ketentuan.
2 Pembengkokan (Bending)
Semua pekerjaan pembengkokan besi harus dalam keadaan dingin. Mesin dan
peralatan pembengkokan yang sesuai bisa digunakan, namun yang berlebihan dan
merusak tidak boleh dilakukan. Pemanasan dan pengelasan baja terhadap baja
tulangan tidak boleh dilakukan. Ketentuan tentang pembengkokan minimal berikut
ini harus dilakukan :
3 Pemasangan Besi
Baja tulangan harus dipasang dengan hati hati dan persis sesuai dengan gambar
penulangan. Potongan-potongan beton untuk penyangga harus digunakan. Bahan
penyangga pembesiaan ini harus terlebih dahulu mendapat persetujuan. Jika
ditentukan lain dalam gambar, penyangga ini harus bisa menjamin terbetuknya
selimut beton setebal 3-4 cm, jika beton terekspos ke lingkungan yang korosif.
Semua baja harus ditempatkan secara persis. Kontraktor harus menyediakan
penyangga sementara dan penstabil agar bisa menjamin stabilitas dari tulangan.
Penyambungan dan overlaping pembesiaan harus dilakukan sesuai gambar dan
harus dicek kesesuaiannya dengan standar.
Pasal 5
Beton
1 Material
Agregat : Agregat harus disediakan secara terpisah yang terdiri dari atas sekurang-
kurangnya 2 bagian, yakni pasir dan split dan penyimpanan juga secara terpisah.
Agregat tidak boleh mengandung bahan organik dan harus bersih. Dan yang berasal
dari bantaran sungai bisa digunakan. Material tersebut harus dari kualitas satu
(terbaik).
Semen : Semua semen yang digunakan haruslah dicocokan dengan ketentuan dan
standar setempat. Jika memungkinkan semua semen yang digunakan berasal dari
fabrik yang sama. Untuk satu bagian struktur hanya boleh digunakan dari merek dan
jenis yang sama. Secara umum semen PC bisa digunakan.
Air pencampur beton : Air yang digunakan haruslah air segar dan bebas dari
kandungan yang merusak seperti oli, asam, garam, alkali, bahan organik atau
subtansi yang merusak lainnya.
2 Pengadukan Beton
Penentuan jumlah semen haruslah diukur berdasarkan beratnya. Penentuan jumlah
semen berdasarkan volumenya haruslah dengan ketentuan berat perliternya antara
1,0 dan 1,35 kg / dm³. Dalam beberapa kasus, besaran berat perliter dari semen
harus ditentukan terlebih dahulu. Penggunaan jenis semen ”panas” harus secara
hati hati. Karena waktu ”setting” nya yang lebih cepat. Pemenuhan ketentuan kadar
semen harus dikontrol. Kadar agregat harus diukur berdasarkan beratnya, atau hasil
transformasi dari data berat jenis dan volume yang sudah ditentukan, asalkan
metode pengadukan betnya tidak berubah selama pelaksanaan pekerjaan. Air yang
diberikan harus sesuai dengan yang ditentukan saja. Konsistensi dari beton harus
dijaga konstan dengan cara mengontrol kadar airya. Untuk keperluan tersebut,
perubahan kadar cairan dari agregat harus diperhitungkan. Pengadukan beton
harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai. Pengadukan secara manual hanya
dibolehkan untuk strutur yang kecil dan tidak penting. Pengadukan beton harus
dilakuka dalam rangka mencapai ditribusi dan campuran yang merata antara semua
meterial kesemua bagian. Ini akan menetukan lamanya pengadukan dilakukan.
Yang mana tergantung juga pada kontruksi alat pengaduk. Secara umum sekurang
kurangnya selama 1 menit untuk pengadukan secara total. Penambahan air sesaat
sebelum tuntasnya pengadukan tidak dibenarkan.
Pasal 6
Pengecoran Beton
1 Umum
Kegiatan pengecoran dilakukan harus selalu dibawah pengawasan mandor yang
handal. Pengecoran hanya boleh dimulai setelah adanya persetujuan dari pengawas
setelah dilakuka pengecekan ukuran-ukuran, pembesiaan dan bekistingnya.
Pengecoran tidak boleh dimulai pada pada saat terik matahari, panas, dan angin
kencang atau dalam kondisi keterbatasan fasilitas kontraktor untuk finishing dan
perawatan beton hasil coran. Beton dicorkan pada bekistingnya dengan posisi
sedekat mungkin ke lokasi akhir peruntukannya, dengan cara pengecran lapis
perlapis secara horizontal. Sesaat setelah pengecoran, beton akan berproses, untuk
itu harus ditebar semerata mungkin, dipadatkan dan semua bagian harus terisi dan
pembesian harus terselimuti. Bagian yang tertekan sebisanya harus dicorkan secara
simultan. Jika kondisi yang mengharuskan pekerjaan pengecoran perbagian, maka
pengawas harus memperhatikan benar benar cara penyambungannya.
3 Pengangkutan Beton
Untuk jarak hingga 1000 m, kontraktor bebas memilih metode pengangkutan
betonnya, seperti penggunaan pompa beton, truk atau yang lainnya. Untuk jarak
lebih dari 1000 m harus menggunakam truk mixer.
Semua adukan beton harus dicorkan secepat mungkin setelah diaduk. Semua
operasional pengangkutan beton dari truk mixer ke bekistingnya yang mencakup
pengecoran dan pemadatan harus diselesaikan sebelum betonnya ”setting”.
Pengecoran beton pada setiap tahapnya harus dilakukan secara menerus dan tidak
diperbolehkan adanya waktu jeda makan, pergantian shift kerja, dll.
5 Pencegahan Segregasi
Beton diangkut, dibongkar dan dicorkan sedemikian rupa sehingga tidak sampai
terjadi segregasi (terpisahnya antara agregat kasar dan agregat halus).
Penangganan khusus harus dilakukan untuk pengcoran dinding, kolom dan pondasi
dalam. Jika coran beton dijatuhkan melebihi kedalaman 1 m, harus digunakan pipa
pengarah. Beton tidak boleh dijatuhkan langsung dari ”bucket” ke bekistingnya. Jika
bagian yang akan dicor tidak terlalu dalam, beton dapat dibongkar pada plat form
antara yang kemudian disekop secara manual kedalam bekistingnya. Beton
dicorkan dan dipadatkan lapis perlapis dengan ketebalan maksimum 1 m. Hal ini
juga dilakukan untuk pengecoran pada bentangan struktur vetikal yang panjang.
6 Pemadatan Beton
Semua beton kelas 1, 2 dan 3 harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator.
Konsistensi dari beton saat digetarkan harus dalam kondisi cair hingga plastis.
Pemadatan dengan vibrator harus dilakukan dari jarak yang cukup untuk itu. Jarak
pemadatan harus diatur agar tidak ada bagian yang terlewatkan untuk dipadatkan.
Batang penggetar tersebut harus dibenamkam cukup dalam untuk menjamin
sempurnanya pertautan sambungan. Penggunaan batang penggetar untuk
mendistribusikan coran beton kesemua bagian begisting sebaiknya dihindari.
Vibrator internal yang digunakan harus dengan cepat dibenamkan dan secara
perlahan diangkat dari betonan. Betonan ini harus tepat dibelakang batang
penggetar pada saat diangkat. Kontak langsung antara tulangan dengan vibrator
sedapat mingkin harus dihindari. Beton digetarkan hingga padat yang terlihat dari
permukaannya dan sebagian besar gelembung yang terbentuk telah lenyap.
Permukaan beton disepanjang penutupnya tersebut harus benar benar tertutup.
8 Perawatan Beton
Beton yang masih plastis harus dilindungi secara hati hati dari semua gangguan
eksternal yang dapat merusak proses ”setting”nya beton. Selama periode sekurang
kurangnya 4 hari semua permukaan beton yang akan diekspos harus dijaga agar
tetap lembab. Usulan tentang metode perawatan dan perawatan khusus lainnya
yang mungkin dilakukan harus diajukan ke pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
Pasal 7
Finising Permukaan Beton
1 Permukaan Beton
Sangat penting bahwa semua sisi yang akan diekpos dari struktur beton / harus
dalam keadaan bersih dan bebas dari kerusakan.
Berikut ini dikemukakan toleransi bagi pekerjaan beton :
▪ Permukaan beton yang dicetak dengan begisting yang kasar,kekasarannya tidak
boleh melebihi ± 2 cm.
▪ Permukaan beton yang dicetak dengan begisting yang rata, kekasarannya tidak
boleh melebihi ± 1 cm.
Permukaan dinding, kolom, pondasi dan lain lain tidak boleh dipapas agar tetap
memenuhi batas toleransi diatas.
Yang perlu diperhatikan bahwa untuk bagian struktur yang lebih besar,
pengecorannya harus dilakukan harus sesuai dengan program / rencana yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Penghentian pengecoran harus dilakukan tepat
pada posisi yang telah diperhitungkan sebelumnya. Lokasi penyambungan, kalau
terpaksa dilakukan, sebisanya dilokasi bagian beton yang akan tertekan. Bidang
penyambungan harus bisa dicapai untuktujuanpembersihannya sebelum
pengecoran selanjutnya diteruskan dan permukaan ini harus dibasahi hingga
jenuh air. Perbaikan sambungan kontruksi dengan cairan semen bisa berbahaya.
Penjuluran tambahan tulangan baja direkomendasikan untuk keperluan
sambungan kontruksi. Pengecoran secara tertutup harus dilakukan jika dalam
kalkulasi strukturnya mengharuskan hal tersebut, khususnya dalam rangka
mengantisipasi dampak temperatur.
Finishing Kasar : Pelat pelat yang dicor, selanjutnya diratakan agar tercapai
bidang permukaan yang diinginkan tanpa adanya tonjolan tonjolan akibat
menyembulnya agregat kasar.
Finishing dengan papan perata : permukaan fondasi interior ataupun exterior atau
juga pelat pelat untuk landasan peralatan atau mesin mesin lainnya harus
diratakan dengan alat agar bisa mencapai bidang rata yang diinginkan tanpa
adanya tonjolan tonjolan akibat menyembulnya agregat kasar. Setelah bidang
permukaannya mulai mengering, bidang ini harus dibentuk sesuai dengan tekstur
yang diinginkan. Finishing anti gelincir harus diberikan pada jalan masuk, lantai,
platform, ramp, loading dock serta lantai tangga beton, dll.
Penggunaan Floor Hardener : Finishing hardener non metalik, tahan bahan kimia
dan anti gelincir harus diberikan untuk permukaan interior seperti yang
dikemukakan dalam gambar. Permukaan beton diratakan terlebih dahulu sesuai
yang direncanakan tanpa adanya tonjolan agregat kasar. Bidang permukaan ini
harus benar benar licin tanpa ada bekas mesin pelicin yang digunakan untuk
sebelumnya.
Pelapisan eksternal : Finishing kasar (bergaris garis) harus diberikan pada
permukaan bidang eksterior, kecuali tangga beton dan jalan masuk ke bangunan,
beton ini harus di ratakan agar sesuai dengn yang diinginkan tanpa adanya
tonjolan tonjolan agregat kasar. Setelah bidang permukaannya mulai mengering,
bidang ini harus dibentuk sesuai dengan tekstur yang direncanakan. Finishing
kasar diberikan dengan menggunakan sikat sehingga membentuk garis garis yang
menyilang terhadap arah utama pergerakann pada bidang tersebut.
Pasal 8
Grouting Pelat Dasar dan Pelat Penahan
Setelah diukur dan ditentukan posisinya dengan benar, pelat pelat yang disangga kolom,
pelat pelat penahan untuk balok dan pelat pelat dasar untuk landasan mesin dan
peralatan lainnya harus diberikan adukan beton dengan cara dipadatkan, kecuali
ditentukan suatu jenis bahan grouting yang ekspansiv untuk digunakan. Ruang antara
bagian atas beton atau permukaan pasangan yang akan dibebani ini dengan dasar dari
pelat harus ditentukan dalam gambar. Permukaan beton harus bersih, bebas minyak,
gemuk dan tetap lembab. Permukaan logam harus dibersihkan dan bebas dari minyak,
gemuk dan karat. Adukan beton yang dimaksud harus terdiri atas 1 bagian semen PC tipe
1 dan 2,5 bagian agregat seperti ketentuan ASTM C33, yang diukur berdasarkan
beratnya serta air dengan proporsi berdasarkan W/C ratio tidak boleh melebihi 0,4. Ruang
antara bagian atas beton atau permukaan pasangan yang dibebani dan dasar pelat harus
diisi dengan adukan beton dengan cara dipadatkan atau dirojok dengan batangan besi,
hingga ruang ruang kosong tersebut benar benar terisi. Pemberian bahan grouting yang
ekspansiv (tidak bisa susut) harus sesuai petunjuk supliernya.
Pasal 9
Test (uji) Beton
D. PEKERJAAN BAJA
Pasal 1
Umum
Baja Profil maupun plat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah baja dari jenis st 37.
Sedangkan pipa untuk tiang dan konstruksi kuda-kuda digunakan pipa baja sch-40.
Rangka kuda-kuda digunakan pipa galvanis medium A. Semua baja dan pipa harus
diproduksi dari pabrik-pabrik terkenal dan dijamin oleh sertifikat. Baja konstruksi dan pipa
kuda-kuda harus memenuhi syarat-syarat pengujian, pemilihan, pengukuran,
penimbangan pengujian tarik dan epngujian lentur dalam keadaan dingin p baja
konstruksi tersebut sesuai dengan persyaratan pengujian yang berlaku.
Pasal 2
Standard
Standar dipakai adalah menurut standard to the Specification for design Fabracation and
Erection of Structural Steel for Building oleh AISc.
Pasal 3
Pabrikasi
3. Meluruskan
Plat harus diperiksa kerataannya, semua batang diperiksa keseluruhannya sebelum
dilakukan dan semua bagian tersebut harus bebas dari puntiran dan kalau perlu
diadakan tindakan-tindakan perbaikan sehingga kalau plat itu tersusun akan terlihat
rapat seluruhnya.
4. Memotong
Kecuali diisyaratkan lain, pekerjaan baja dapat dipotong dengan cara menggunting,
menggergaji, atau dengan las pemotong. permukaan yang diperoleh dari
pemotongan harus menyiku pada bidang yang dipotong. tepat dan rata menurut
ukuran yang diperlukan. Penyelesaian pada permukaan umumnya dilakukan oleh
mesin atau gerinda. Bila digunakan las pemotong, maka hanya permukaan yang
kurang merata dapat digerinda seperlunya. Ujung dari plat penguat harus dipotong
dan diselesaikan agar rapat dengan flens dari gambar junung dan batang tekan, dan
gelagar-gelagar batang lain yang disambung dengan plat penyambung yang
mamakai paku keling atau baut harus diratakan setelah pabrikasi agar rapat
seluruhnya, bila sambungan batang tekan maka toleransi maksimum adalah 0.1 mm
dan tidak untuk sambungan batang tarik maksimum 0.2 mm untuk setiap titik
sambungan.
8. Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan
semua plat potongan-potongan dan sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk
membuat lubang dan dibor menembus seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan
baut-baut pas pada salah satu lubang ini dibor lebih kecil dan baru kemudian
diperbesar untuk mencapai ukuran yang sebenarnya. cara lain adalah bahwa
batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan menggunakan mal. setelah
mengebor seluruh kotoran besi harus disingkirkan, plat-plat dan sebagainya dapat
dilepas bila perlu.
Tuangan dan tempaan yang terletak diatas beton bila menurut pendapat Direksi
dalam penyelesaian permukaan bawah yang akan berhubungan dengan beton tidak
cukup baik, maka harus dioleh dengan mesinh perkakas dan biaya-biaya untuk
pekerjaan tersebut dibebankan atau resiko Pemborong.
Pasal 4
Penyediaan untuk Pemasangan Akhir
Paku Keling
Ukuran paku keling yang tertera pada gambar rencana adalah ukuran sebelum
dipanaskan. kepala paku keling haruslah penuh, dibentuk dengan cermat,
konsentris dengan batangnya dan berhubungan langsung dengan permukaan
batang. Setiap paku keling harus cukup panjang untuk membentuk kepala dengan
ukuran-ukuran standard serta cukup untuk lubang.
Baut baja keras, mur dan cincin baut harus berukuran seperti yang tertera pada
gambar rencana dan harus memenuhi standar.
Pasal 2
Pengangakutan dan Penanganan
Cara pengangkutan dan penanganan pekerjaan besi harus sesuai dengan cara yang
telah disetujui oleh Direksi. Sebelum penyerahan untuk pekerjaan. kalau dipakai pihak ke
3 dalam pekerjaan pemasangan untuk semua penyerahan, dan bertanggung jawab untuk
setiap kehilangan dan sewa gudang yang dapat terjadi disebabkan oleh kelalaian dan
kegagalan untuk menerima pekerjaan baja. Segera setelah menerima penyerahan
pekerjaan baja. pihak ke 3 akan segera menyampaikan secara tertulis kepada Direksi
setiap kerusakan atau cacad tanpa ditunda-tunda atau kalau tidak demikian, dia harus
memperbaiki setiap kerusakan, kehilangan serta yang terjadi diluar dan sesudah
penyerahan atas biaya sendiri.
Pasal 3
Pemasangan
1. Umum
Pemborong harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat yang diperlukan dan
Pemasangan
Setiap sambungan dibuat bersama-sama dengan baut stel sehingga setiap bagian
serta plat berhubungan rapat dengan baut menyeluruh sebanyak 50 % dari lubang
harus diisi dengan baut stel dan minimal 10 % atau pada setiap potongan dan plat
minimal 2 lubang diisi dengan drift paralel sesuai dengan yang disyaratakan pada "
Peralel drift untuk Montase" baut baja keras harus dipasang dengan dincin baut
yang diperlukan, sebuah dibawah kepala baut dan sebuah lagi dimur.
Harus diperhatikan bahwa cincin baut itu terpasang dengan cekungnya menghadap
keluar. Memasukkan dan mengencangkan baut baja keras dimulai sebelum
sambungan diperiksa dan disetujui oleh Direksi atau wakilnya. Bidang dibawah
kepala baut tidak boleh menyimpang dari bidang tegak lurus terhadap as baut lebih
dari 3.5 derajat, memakai cincin baut yang miirng(tarped) dapat dilakukan kalau
dipandang perlu, baut menonjol melalui mur tidak kurang dari 1,5 mm tidak melebihi
4,5 mm. Baut stel yang digunakan untuk membuat permulaan dapat seterusnya
digunakan pada sambungan.
Mengencangkan Kayu
Baut baja keras dapat dikencangkan dengan tangan atau dengan konci yang
digerakkan dengan mesin. Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui oleh
Direksi dan dapat menunjukkan bila tercapai torque yang disyaratkan telah tercapai.
Pasal 4
Pengecatan Baja
1. Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan cat dasar
yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang dikerjakan dengan mesin
perkakas misalnya pada perletakkan cat lapangan terdiri dari :
a Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah dicat
di bengkel, seperti yang telah diperintahkan oleh Direksi, karena telah rusak
pada saat transfort dan pemasangan serta bidang-bidang lain yang
diperintahkan oleh Direksi.
b Pengecatan dari bahan yang sejenis dengan bahan yang dicat disemua bengkel
bagian yang disebutkan pekerjaan besi itu
c Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan tertentu, untuk
seluruh bidang terbuka pekerjan besi itu.
2. Pembersihan
Semua permukaan dari pekerjaan baja harus bersih dan dikupas dengan sand
blashting atau cara lain yang disetujui oleh Direksi agar menjadi logam yang bersih
dengan menghilangkan seluruh gemuk, olie, karatan, lumpur atau lainnya yang
melengket padanya yang dibersihkan haruslah dapat sekaligus ditutup dengan cat
dasar yang dan dicat segera setelah dibersihkan sebelum terjadi oksidasi.
3. Penggunaan Cat
Cat dapat digunakan dengan kuas tangan yang halus yang disetujui oleh Direksi.
Pengecatan tak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab, berdebu. atau pada
cuaca lain yang jelek. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tidak berdebu
lapisan berikutnya tidak boleh dikerjakan sebelum lapisan cat yang terdahulu telah
kering betul. lapisan penutup diberikan diatas cat dasar dalam tempo kurang dari 6
bulan tetapi tidak boleh lebih cepat dari dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila
terjadi demikian maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau dicat lagi
seperti yang diuraikan diatas. Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh
Direksi)harus disapu dengan kuat pada permukaan baja, sekitar paku keling pada
setiap sudut , sambungan pada setiap bagian yang dapat menampung air, atau
dapat dirembesi air, bahan lain yang disetujui oleh Direksi.
Pasal 1
Umum
Semua ukuran dari pekerjaan pasangan harus mengikuti gambar rencana. Apabila
ternyata ada kekurangan-kekurangan dalam gambar tersebut maka Pemborong harus
meminta persetujuan Direksi untuk menetapkannya.
Pasal 2
Standar
Pasal 3
Bahan-bahan
1. Sement Portland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang dipakai pada beton
dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera pada Peraturan
Semen Portland Indonesia NI-8.
2. Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan
tangan.
b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
c. Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida, akibat adanya
zat-zat organik tidak boleh lebih tua dari larutan normal atau larutan teh yang
sedang kepekatannya.
d. Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih natrium sulfat
tidak boleh lebih dari 10 %.
e. Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang mengandung lebih dari
0,6 % alkali, dihitung sebagai natrium oksida pada pengujian tidak boleh
menunjukkan sifat reaktif terhadap alkali.
f. Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengan adukan pembanding yaitu
yang menggunakan semen sama dengan pasir normal tidak boleh ... (65 % pada
pengujian 7 hari).
g. Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan.
3. Batu alam
Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari gunung), batu
belah atau batu karang asalkan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta bentuknya.
b. Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk.
c. Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda dan tidak
hitam, biru atau kecoklat-coklatan tanpa garis-garis kelapukan, mempunyai
keteguhan yang tinggi serta bidang patahnya harus mempunyai kepadatan dan
warna putih yang merata.
4. Bata merah
Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran, dapat
digunakan produksi lokal dengan ukuran nominal 6 cm x 12 cm x 24 cm dan ukuran
diusahakan tidak jauh menyimpang.
Bata merah yang dipakai harus bata kualitas nomor 1 berwarna merah tua yang
merata tanpa cacat atau mengandung kotoran. Bata merah minimum harus
mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm2.
Kalau blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdiri dari 1
bagian Portland Cement dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan.
Blok-blok semen yang baru dicetak harus dilindungi dari panas matahari dan dirawat
selama tidak kurang dari 10 hari dengan jalan membasahi atau menutupi dengan
memakai karung basah.
5. Air
Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan boleh dipakai
semua seperti yang dipakai untuk pekerjaan beton.
6. Lain-lain
Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel teraso,
keramik, dan lain-lain harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi atau
seperti yang disyaratkan pada saat rapat penjelasan.
Pasal 4
Pasangan bata merah
1. Mortar
Semua penembokan yang diletakkan di atas balok pondasi beton sampai 20 cm di
atas bidang lantai harus dipakai mortar type M2. Untuk penembokan kamar mandi,
toilet, tempat mencuci, dan sebagainya dipakai mortar type M2 sampai setinggi 150
cm di atas bidang lantai jika tidak dilakukan dengan cara lain untuk selebihnya
dipakai mortar type M1.
2. Pemasangan
Penembokkan harus dipilih dan dipasang dengan ukuran seperti pada gambar
rencana juga mengenai tinggi dan tebalnya. Sebelum pemasangan bata merah
harus dibasahi dulu dengan air untuk menjamin pelekatan yang lebih baik antara
mortar dan bata merah. Pasangan bata merah dan lainnya harus disusun dan diberi
jarak minimal 1 cm antara bata merah yang satu dengan yang lainnya.
Penembokkan harus dilaksanakan pada keadaaan cuaca yang baik, ataupun
dengan perlindungan yang khusus dan tiap hari tidak diperbolehkan melaksanakan
pasangan dengan tinggi melebihi 1 cm.
3. Mengorek
Semua hubungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar daya pelekat antara
mortar plesteran dan tembok dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
Pasal 5
Pasangan Batu
1. Umum
Batu -batu yang dipakai untuk pekerjaan pondasi dan sebagainya harus keras
dengan ukuran yang sesuai dan tidak menunjukkan pelapukan ataupun retak.
pemasangan dari batu-batu tersebut harus rapi dan cocok sehingga dapat
menghasilkan pekerjaan yang sebaik-baiknya.
2. Mortar
Campuran yang dipakai untuk pondasi dan sebagainya kalau disyaratkan lain dapat
dipakai campuran M3. Kecuali kalau disyaratkan lain misalnya untuk bangunan
reservoir ataupun bangunan lain yang fungsinya hampir sama yang dipakai
campuran M2.