SPESIFIKASI TEKNIS
A. SPESIFIKASI UMUM
1. UMUM
Ruang lingkup pekerjaan dalam spesifikasi teknis ini, antara lain :
Pekerjaan Jalan Lingkungan (Semenisasi), meliputi :
a. Pekerjaan Pendahuluan, meliputi :
Pengukuran dan Pematokan
Pembersihan Lokasi dan Perataan
b. Pekerjaan Badan Jalan, meliputi :
Pekerjaan Pasang Plastik Alas
Pekerjaan Bekisting Jalan Semenisasi
Pekerjaan Cor Beton Jalan
Pekerjaan Sosotan Aspal
2. PERALATAN
Peralatan yang dibutuhkan atau yang akan digunakan untuk pelaksanakan
pekerjaan harus disiapkan oleh kontraktor. Daftar peralatan tersebut harus
disetujui oleh direksi, kontraktor wajib mendatangkan alat alat tersebut tepat
pada waktunya. Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan memindahkan
alat-alat tersebut sebagian atau seluruhnya tanpa persetujuan direksi.
1
SPESIFIKASI TEKNIS
b. Air yang dipergunakan untuk adukan beton konstruksi harus sesuai
dengan SNI 12971-1990-F.
2
SPESIFIKASI TEKNIS
apabila kadar lumpur melampui dari 1% maka agregat harus
dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton, seperti zat-zat reaktif alkali.
e. Besar butir agragat maksimum tidak boleh lebih dari dari
seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari
cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga per empat dari jarak
bersih minimum diantara batang-batang atau berkas berkas
tulangan. Penyimpangan dari pembatas ini diizinkan apabila
menurut penilaian pengawas ahli cara-cara pengecoran beton
adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi sarang-
sarang kerikil.
3
SPESIFIKASI TEKNIS
3.6 Aspal
Jenis aspal yang digunakan adalah aspal cair dengan penetrasi 60/70,
ini sesuai dengan kondisi jalan yang akan dikerjakan dengan volume
lalu lintas sedang dan kondisi daerah dengan cuaca iklim panas.
4. PENYIMPANAN BAHAN
Bahan-bahan harus disimpan dalam cara sedemikan rupa sehingga bahan-
bahan tersebut tidak rusak dan kualitasnya dilindungi, dan demikian hingga
bahan tersebut selalu siap digunakan serta dengan mudah dapat diperiksa
oleh direksi teknik. Penyimpanan diatas tanah hak milik pribadi hanya akan
diizinkan jika diperbolehkan secara tertulis oleh pemilik atau penyewa
yang diberikan kuasa.
Tempat penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah dan bahan air,
bebas pengaliran air kalau perlu tinggikan, bahan-bahan tidak boleh
dicampur dengan tanah dasar, bila diperlukan satu lapisan alas pelindung
harus disediakan.
Tempat penyimpanan berisi semen, kapur dan bahan-bahan sejenis harus
dilindungi terhadap hujan dan banjir.
4
SPESIFIKASI TEKNIS
Penumpukan Agregat :
a. Agregat batu harus ditumpukkan dalam satu cara yang disetujui
sedemikian sehingga tidak ada degresi serta untuk menjamin gradasi
yang memadai. Tinggi tumpukan maksimum adalah lima meter.
b. Masing-masing jenis berbagai agregat harus ditumpukkan secara
terpisah, atau dipisahkan dengan partisi kayu.
c. Penempatan tumpukan meterial dan peralatan, harus ditempat-tempat
yang memadai dan tidak boleh menimbulkan kemacetan lalu lintas dan
bendungan lintasan air.
5
SPESIFIKASI TEKNIS
A. SPESIFIKASI KHUSUS
6
SPESIFIKASI TEKNIS
kontrol sementara yang akan dibuat oleh direksi teknik dan
penetapannya diserahkan kepada kontraktor.
1.3 Pengukuran dan Pembayaran
Penilaian atas kemajuan pekerjaan pengukuran dan pematokan akan
ditentukan oleh direksi teknik, berdasarkan atas hasil kemajuan
pekerjaan pengukuran dan pengambaran yang telah dicapai dan telah
disetujui. Kegiatan pengukuran dan pematokan harus dibayar sesuai
dengan kemajuan pekerjaan.
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Segera setelah pembentukan badan jalan dilaksanakan, maka permukaan
jalan harus dipadatkan dengan alat pemadat yang dianjurkan oleh Direksi
Teknis atau yang sesuai dengan kondisi lapangan sehingga semenisasi yang
ada diatasnya betul-betul stabil dan tidak mengalami
penurunan/bergelombang.
7
SPESIFIKASI TEKNIS
4. PEKERJAAN BEKISTING
1. Bekesting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
2. Bekesting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan, sehingga
cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.
3. Bekesting harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari
kotoran-kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan
sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan. Dan harus mudah dibongkar
tanpa merusak permukaan beton.
4. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin dari
Direksi. Setelah bekisting dibuka, tidak dijinkan mengadakan perubahan
apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Direksi.
5. Pada saat akan dimulai pengecoran, bekisting terlebih dahulu
diperiksa ulang dipastikan kuat dan rapi. Apabila bahan bekisting terbuat
dari kayu/triplek maka maksimal pemakaian hanya 3 kali.
6. PEKERJAAN BETON
6.1 UMUM
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan
beton sesuai dengan persyaratan dan sesuai dengan tebal, lebar, dan
panjang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi.
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana
pekerjaan beton akan ditempatkan, termasuk pembongkaran dari
setiap beton yang harus dibongkar dan tindakan lain untuk
mempertahankan agar beton tetap kering, dan urugan kembali
disekeliling struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
8
SPESIFIKASI TEKNIS
c. Syarat dari PBI NI 2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua
pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila
terdapat pertentangan dengan syarat dalam Spesifikasi ini, dalam hal
ini syarat dari Spesifikasi harus dipakai.
d. Kontraktor harus mengirim contoh dari seluruh material yang hendak
digunakan untuk mendapatkan persetujuan pemakaian dari direksi
teknik, disertai dengan permohonan tertulis.
6.2 BAHAN
a. Beton yang digunakan adalah beton ready mix dari Batching Plan yang
disetujui direksi teknis
6.3 PENCAMPURAN
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanik
dari type dan ukuran yang disetujui dan menjamin distribusi merata
dari material.
b. Pencampuran harus dilengkapi dengan penampungan air yang cukup
dan peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan secara teliti dalam masing-masing penakaran.
c. Alat pencampur pertama tama harus diisi dengan agregat dan semen
yang telah ditakar dan selanjutnya pencampuran dimulai sebelum air
ditambah.
d. Pencampuran Beton K-250 dilakukan di Batching Plan dengan komposisi
sesuai dengan mutu yang disyaratkan dan disetujui oleh direksi / sesuai
Mix Design.
6.4 PENGECORAN
a. Pengecoran baru dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
dari direksi teknik.
b. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai sambungan
konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan
selesai.
c. Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi
(pemisahan) partikel kasar dan halus dari campuran.
9
SPESIFIKASI TEKNIS
d. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dari ketinggin 1,5 m
atau lebih
e. Permukaan beton yang akan disambung dengan beton baru harus
dikasarkan, harus bebas dari material lepas, Sebelum beton baru
dituangkan, permukaan bidang kontak tersebut harus diberi adukan
semen cair atau bahan aditif tertentu yang disetujui direksi teknis.
f. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas , sehingga tidak terjadi
penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya
hujan harus diperhatikan.
g. Pada permukaan beton diberi deletasi perjarak 7 m, dengan cara
menggaris permukaan beton yang sudah agak kering dengan papan
dengan kedalaman ± 2 cm.
h. Untuk penghamparan dilapangan digunakan alat bantu vibrator
concrete.
i. Beton yang baru dihampar harus dibasahi dengan air paling sedikit
selama 1 minggu setelah pengecoran.
6.5 BETON
a. Beton yang digunakan adalah mutu K-250.
b. Pekerjaan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-
1971 / SNI 2847:2013. Pengecoran baru dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan dari direksi teknik.
c. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai sambungan
konstruksi yang telah disetujui bersama atau sampai pekerjaan selesai
d. Permukaan beton yang selesai dicor harus dilakukan trowel finish
(disapu) untuk mencegah permukaan beton licin ketika kering dan
untuk memperkuat ikatan sosotan aspal diatasnya.
Jenis aspal yang digunakan adalah aspal keras dengan penetrasi 60/70, ini
sesuai dengan kondisi jalan yang akan dikerjakan dengan volume lalu lintas
sedang dan kondisi daerah dengan cuaca iklim panas.
10
SPESIFIKASI TEKNIS
a. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan taburan aspal antara lain :
Kereta dorong, dan alat bantu lainnya
Ketel aspal
Pemanasan dan penyemprotan aspal dapat menggunakan asphalt sprayer
(jika tersedia) atau dengan kaleng bekas yang dilubangi.
b. Penghamparan
Bila terdapat lubang-lubang pada permukaan jalan harus ditambal
Permukaan jalan harus cukup kering dan bebas dari bahan yang tidak
di kehendaki, misalnya debu dan bahan lainnya.
Penyiraman aspal dilakukan pada temperatur yang disyaratkan agar
dapat melekat pada permukaan beton, tidak diizinkan penyiraman
aspal pada waktu cuaca mendung/hujan, permukaan jalan yang
disiram aspal harus merata dan sesuai dengan jumlah/volume yang
direncanakan.
Setelah aspal ditebar dipermukaan jalan, maka segera dihamparkan
taburan pasir agar aspal tidak melekat/lengket pada kendaraan yang
melewati jalan tersebut.
9. PEKERJAAN LAIN-LAIN
a. Contoh Bahan :
1. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material seperti (pasir
cor, aspal, plastik alas) kepada Direksi, untuk mendapatkan
persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
11
SPESIFIKASI TEKNIS
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Perencana/owner, akan
dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima
material yang dikirim oleh Kontraktor ke site.
3. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan
tetap terjamin sesuai persyaratan.
12
SPESIFIKASI TEKNIS
13