Anda di halaman 1dari 20

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,PERUMAHAN, KAWASAN


PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

SPESIFIKASI TEKNIS
(SPEKTEK)

PROGRAM

PROGRAM PENINGKATAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

KEGIATAN

PENYELENGGARAAN PSU PERMUKIMAN

PEKERJAAN

PEMBANGUNAN/PENINGKATAN PSU PERMUKIMAN


KEL. PANGKALAN KASAI KEC. SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

TAHUN ANGGARAN 2022


SPESIFIKASI TEKNIS

A. KETENTUAN UMUM

Nama Kegiatan ini adalah :


Program : Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU)
Kegiatan : Urusan Penyelenggaraan PSU Permukiman
Sub Kegiatan : Penyediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum di Permukiman untuk
Menunjang Fungsi Permukiman
Pekerjaan : Pembangunan/Peningkatan PSU Permukiman Kel. Pangkalan Kasai
Kec. Seberida Kabupaten Indragiri Hulu
Lokasi : Kel. Pangkalan Kasai Kec. Seberida Kabupaten Indragiri Hulu

1. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dalam pelaksanaan semenisasi
jalan merupakan aktualisasi pandangan bangsa Indonesia dalam memposisikan nilai strategis
jalan yang layak dan terjangkau didukung dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang
memadai. Ketersediaan jalan yang layak baik dalam bentuk jalan permukiman yang dapat
meningkatkan transportasi masyarakat. Dalam rangka menjamin penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman yang efektif dan efisien perlu didukung oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melalui pembinaan
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. Pembangunan semenisasi
merupakan suatu sarana dalam meningkatkan infrastruktur permukiman.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pemerintah Provinsi Riau melalui Bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman akan melaksanakan upaya pembangunan ataupun
peningkatan serta pemeliharaan prasarana umum yang diharapkan nantinya dapat
mendukung geliat dan mobilisasi perekonomian masyarakat serta meningkatnya fungsi jalan
suatu permukiman, dan akan dibiayai melalui Dana APBD Provinsi Riau Tahun Anggaran
2022.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. MAKSUD
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mewujudkan pembangunan urusan
penyelenggaraan PSU permukiman yang sesuai dengan persyaratan dan kaidah-kaidah
teknis berkualitas serta dapat diselesaikan tepat waktu

b. TUJUAN
Tujuan pekerjaan pembangunan urusan penyelenggaraan PSU permukiman ini adalah
agar memperlancar dan mempermudah arus transportasi barang/jasa ataupun aliran air
(drainase) sebagai pendukung dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pembangunan perumahan dan kawasan pemukiman sehingga meningkatnya fungsi
hunian

3. WAKTU PELAKSANAAN
Pelaksanaan Pembangunan/Peningkatan PSU Permukiman Kel. Pangkalan Kasai
Kec. Seberida Kabupaten Indragiri Hulu memerlukan waktu pelaksanaan pekerjaan adalah
60 (Enam Puluh) hari kalender dan jangka waktu pemeliharaan adalah 180 (Seratus delapan
puluh) hari kalender dimulai semenjak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
4. SUMBER PENDANAAN
Pembangunan/Peningkatan PSU Permukiman Kel. Pangkalan Kasai Kec. Seberida
Kabupaten Indragiri Hulu ini yang dilaksanakan oleh Bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Kawasan Permukiman
dan Pertanahan Provinsi Riau ini menggunakan sumber pendanaan dari dana APBD Provinsi
Riau, tahun anggaran 2022, dengan nilai pagu Rp. 929.450.000,- berdasarkan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Kegiatan Urusan
Penyelenggaraan PSU Permukiman nomor : DPA/A.1/1.03.1.04.2.10.01.0000/ 001/2022,
dengan nilai HPS sebesar Rp. 929.176.000,- kode RUP : 31055536.

B. SPESIFIKASI UMUM
1. UMUM
Ruang lingkup pekerjaan dalam spesifikasi teknis ini, antara lain :
a. Pekerjaan Pendahuluan, meliputi :
 Pembersihan dan Perataan
 Lokasi Pengukuran dan Pemasangan Patok
b. Pekerjaan Struktur, meliputi :
 Pekerjaan Bekisting Jalan Semenisasi.
 Pekerjaan Pemasangan Plastik Hitam
 Pekerjaan Pembesian Wiremesh M-6
 Pekerjaan Pengecoran Beton
 Pekerjaan Sosotan Aspal Laburan Pasir

2. PERALATAN
Peralatan yang dibutuhkan atau yang akan digunakan untuk pelaksanakan pekerjaan
harus disiapkan oleh kontraktor. Daftar peralatan tersebut harus disetujui oleh direksi,
kontraktor wajib mendatangkan alat alat tersebut tepat pada waktunya. Kontraktor dalam
keadaan apapun tidak dibenarkan memindahkan alat-alat tersebut sebagian atau
seluruhnya tanpa persetujuan direksi. Pekerjaan persiapan ini termasuk juga
menyediakan kantor lapangan (apabila diperlukan) untuk Kontraktor dan Direksi, barak
untuk tempat tinggal karyawan kontraktor, lapangan untuk persiapan (work yards),
pengadukan beton (batch plant), bengkel, depot dan gudang. Kegiatan ini juga termasuk
pekerjaan pemasangan dan pemuatan untuk transportasi peralatan di gudang pusat
kontraktor atau tempat dimana peralatan tersebut berada, pengangkutan dan pengiriman
peralatan maupun material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran,
pemasangan sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang ke lokasi
pekerjaan, termasuk segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.

3. PERSYARATAN BAHAN-BAHAN BANGUNAN


3.1 Air
a. Air yang dipergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-
garam, bahan organik, atau lainnya yang dapat merusak beton ;
b. Air yang dipergunakan untuk adukan beton konstruksi harus sesuai dengan
petunjuk oleh direksi/Konsultan pengawas.

3.2 Pasir/Agregat Halus


a. Pasir yang digunakan dapat berupa pasir alami hasil dari disentralisasi alami
batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis ;
b. Agregat harus terdiri butir-butir keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh terik matahari dan
hujan ;
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat
kering, yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan 0.065 mm, apabila kadar lumpur melampui 5 % maka agregat halus harus
dicuci ;
d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton
kecuali petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

3.3 Kerikil/Batu Pecah/Agregat Kasar


a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil disentralisasi alami
dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecah batu-batu
pada umumnya, yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat yang besar
butirnya lebih dari 5 mm ;
b. Agregat kasar harus dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
yang mengandung butir-buitr pipih hanya dapat dipakai apabila jumlahnya tidak
melampaui 20% dari berat agregat keseluruhan. Butir-butir agregat kasar harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah dan hancur akibat pengaruh cuaca seperti sinar
matahari dan hujan ;
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0.063 mm, apabila kadar lumpur melampui dari 1% maka
agregat harus dicuci ;
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
zat- zat reaktif alkali ;
e. Besar butir agragat maksimum tidak boleh lebih dari dari seperlima jarak terkecil
antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga
per empat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas berkas
tulangan. Penyimpangan dari pembatas ini diizinkan apabila menurut penilaian
pengawas terampil cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga
menjamin tidak terjadi sarang-sarang kerikil.

3.4 Semen (bagian A, SK SNI S- 04-1989-F)


a. Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi, berat dan volumenya
tidak kurang dari ketentuan-ketentuan yang tercantum pada kantongnya,
semen tidak terjadi pembatuan atau bongkahan-bongkahan kecil;
b. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis semen yang memenuhi
ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI 0013-81;
c. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau berat. Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2.5%.

3.5 Kayu
a. Kayu yang digunakan harus kayu yang memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum dalam spesifikasi ukuran kayu untuk bangunan ;
b. Kayu yang digunakan harus kayu yang berkualitas baik, tidak mempunyai cacat
yang dinyatakan tidak dapat diterima seperti mata kayu, celah-celah susut
pinggir dan cacat lainnya, tidak boleh digunakan hati kayu.
3.6 Beton Ready Mixed
a. Beton ready mixed yang digunakan campuran beton formulatif dengan campuran
sesuai dengan standarisasi beton yang diproduski di batching plant yang
memiliki ijin ;
b. Mutu beton dengan inisial K adalah kode untuk karakteristik ukuran Indonesia
yang diterapkan untuk mendefinisikan kuat tekan beton. Sedangkan mutu f’c
ialah perhitungan kuat tekan beton dalam satuan mpa/mega pascal. Mutu beton
dengan kode K mengacu pada peraturan beton Indonesia BI 1971 N.1.-2
(Peraturan Beton Bertulang Indonesia), adapun mutu beton f'c mengacu pada
peraturan terbaru SNI 03-2847-2002. Pekerjaan ini menggunakan beton dengan
mutu K-225 atau f'c 18,68 MPa ;
c. Beton ready mixed yang bermutu baik, berat dan volumenya tidak kurang dari
ketentuan-ketentuan yang tercantum pada invoice ;
d. Beton ready mixed tidak tercampur dengan bahan – bahan yang tidak disyaratkan
seperti tanah, kayu, lumpur, dll

3.7 Wiremesh (Jaring Kawat)


a. Wiremesh yang digunakan harus berkualitas baik dan tidak berkarat.
b. Wiremesh yang digunakan adalah tipe M-6 dengan batas toleransi  0,3 cm ;
c. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam NI - 2 ( PBI tahun 1971)

3.8 Bahan-bahan lain


a. Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan
disini akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu
pelaksanaan pekerjaan ;
b. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus ditunjukkan
terlebih dahulu kepada pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan izin
pemakaiannya ;
c. Semua bahan yang tidak ditunjukkan pada pengawas atau ditolak oleh
pengawas tidak dibenarkan pemakaiannya ;
d. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan, harus
dibongkar dan kerugian yang ditimbulkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.

4. PENYIMPANAN BAHAN

Bahan-bahan harus disimpan dalam cara sedemikan rupa sehingga bahan-bahan


tersebut tidak rusak dan kualitasnya dilindungi, dan demikian hingga bahan tersebut selalu
siap digunakan serta denga mudah dapat diperiksa oleh direksi teknik. Penyimpanan
diataara tertulis oleh pemilik atau penyewa yang diberikan kuasa. Tempat penyimpanan
harus bersih dan bebas dari sampah dan bahan air, bebas pengaliran air kalau perlu
ditinggikan, bahan-bahan tidak boleh dicampur dengan tanah dasar, bila diperlukan satu
lapisan alas pelindung harus disediakan. Tempat penyimpanan berisi semen, kapur dan
bahan-bahan sejenis harus dilindungi terhadap hujan dan banjir
Penumpukan agregat :
a. Agregat batu harus ditumpukkan dalam satu cara yang disetujui sedemikian
sehingga tidak ada degresi serta untuk menjamin gradasi yang memadai. Tinggi
tumpukan maksimum adalah 5 (lima) meter ;
b. Masing-masing jenis berbagai agregat harus ditumpukkan secara terpisah, atau
dipisahkan dengan partisi kayu.

C. SPESIFIKASI PEKERJAAN
1. PEMBERSIHAN DAN PERATAAN LOKASI
Pekerjaan ini terdiri dari penyiapan tanah dasar mencakup pekerjaan perataan,
penimbunan/galian serta pembersihan badan jalan sebelum pekerjaan semenisasi
dilaksanakan. Pembentukan badan jalan tersebut sampai lebar penuh dasar jalan seperti
ditunjukkan pada gambar rencana dan dapat dibentuk diatas timbunan biasa atau diatas
timbunan galian setempat. Pekerjaan pembersihan ini hanya sesuai dengan petunjuk
dan arahan dari direksi teknik.

2. PENGUKURAN DAN PEMASANGAN PATOK


1) Umum
a) Cakupan kegiatan untuk menentukan pengukuran di lapangan, pihak
kontraktor menyediakan seluruh kebutuhan tenaga ahli teknik untuk keperluan
melayani penanganan pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan yang menyangkut masalah mutu dan ukuran ;
b) Kontraktor wajib menyediakan alat ukur dari pekerjaan yang diperlukan oleh
direksi untuk melakukan pengawasan/pengecekan hasil pematokan atau
pekerjaan lainnya yang serupa. Semua tanda-tanda di lapangan yang dipasang
oleh direksi atau kontraktor harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik.
Apabila terdapat tanda tanda yang rusak tanda tanda tersebut harus diganti
dengan yang baru dan pemasangan kembali harus disetujui oleh direksi;
c) Kontraktor harus mengerjakan pemasangan patok untuk membentuk profil jalan
sesuai dengan gambar rencana, pematokan ini harus seluruhnya telah disetujui
direksi sebelum memulai pekerjaan konstruksi, bila dipandang perlu direksi
dapat melakukan revisi atas pemasangan patok tersebut sesuai dengan petunjuk
sebelum memulai pematokan, kontraktor harus memberitahukan kepada direksi
dalam waktu tidak kurang dari 48 jam sebelumnya, agar direksi dapat
mempersiapkan segala peralatan untuk pengawasan.

2) Pekerjaan Penentuan Titik Pengukuran


a) Pada umumnya harus ditentukan letak sumbu jalan terhadap lebar badan jalan
yang akan dikerjakan, maka dalam hal ini perlu titik kontrol sementara yang
akan dibuat oleh direksi teknik dan penetapannya diserahkan kepada
kontraktor;
b) Apabila dianggap perlu untuk pengukuran kuantitas, maka pihak kontraktor
harus mengambil ukuran potongan melintang dari tanah asli dalam jarak 10 m,
15 m atau sesuai perintah lain direksi teknik ;

3) Pelaksanaan Pekerjaan
Segera setelah pembentukan badan jalan dilaksanakan, maka permukaan jalan
harus dipadatkan dengan alat pemadat yang dianjurkan oleh Direksi Teknis atau
yang sesuai dengan kondisi lapangan sehingga semenisasi yang ada di atasnya
betul-betul stabil dan tidak mengalami penurunan/bergelombang.
3. PEKERJAAN BEKISTING JALAN SEMENISASI
1) Bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar ;
2) Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan, sehingga cukup
kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran
dilakukan ;
3) Bekisting harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran, potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran
dilakukan. Dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton ;
4) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting, Pembongkaran bekisting hanya boleh
dilakukan dengan ijin dari Direksi. Setelah bekisting dibuka, tidak dijinkan
mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari
Direksi ;
5) Papan bekisting terlebih dahulu dilapisi minyak dan dibuat sedemikian rupa untuk
menghindari beton menempel pada bekisting ;
6) Sebelum dipakai papan bekisting harus disiapkan dengan matang cara
pemasangannya sehingga bisa dipakai untuk 3 (tiga) kali.

4. PEKERJAAN PEMASANGAN PLASTIK HITAM


Setelah badan jalan padat dan pekerjaan bekisting telah selesai dikerjakan,
dilanjutkan pemasangan lapisan plastik pada jalan dengan bentuk dan ukuran sesuai
gambar rencana kerja. Penyedia tidak diijinkan plastik hitam dibelah menjadi 2
bagian, seluruh badan jalan masing masing harus tertutup rapat dan merata oleh
plastik hitam, hingga pada kedua sisi papan mal/bekisting dengan ukuran  20 cm kiri
dan kanan

5. PEKERJAAN PEMBESIAN WIREMESH M-6


1) Sebelum proses pemasangan penulangan dilakukan, maka di pastikan bahwa
seluruh plastik cor hitam telah terpasang dengan benar ;
2) Semua lembaran besi Wiremesh M-6 berupa material mentah diperiksa ukurannya
dan dipotong menggunakan gunting besi hingga panjangnya sesuai dengan
komponen gambar ;
3) Pola penyambungan (overlapping) dengan lembaran besi wiremesh dibuat overlap
20 cm ;
4) Pada posisi penyambungan diikat dengan menggunakan kawat beton ;
5) Di bagian bawah wiremesh diletakkan tahu beton atau material batu dan
sejenisnyauntuk memenuhi tebal selimut beton minimum ;
6) Untuk pekerjaan pembesian tidak menggunakan lembaran wiremesh M-6 dapat
dilakukan menggunakan besi polos @ 6 - 12 m SNI, dengan persetujuann direksi.
Batas toleransi untuk besi @ 6 SNI yakni 0,01 - 0,02 mm. Apabila ditemukan pada
pelaksanaan di lapangan besi dengan ketebalan kurang dari batas toleransi maka
Kontraktor wajib mengganti dengan besi sesuai dengan persyaratan teknis yang
ditentukan. Jarak overlap antar sambungan arah memanjang dan melintang
ditentukan sebesar 20 cm dan diikat kuat dengan kawat ikat/bendrat.

6. PENGECORAN BETON
a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan
dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan
ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak ;
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan Pengawas ;
c. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral atau split yang dapat
memperlemah konstruksi ;
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas ;
e. Jumlah semen dengan catatan tidak boleh lebih rendah daripada mutu beton
karakteristik yang disyaratkan

7. SYARAT PEKERJAAN PENGECORAN


1) Umum
a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan beton
sesuai dengan persyaratan dan sesuai dengan tebal, lebar, dan panjang
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi ;
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton
akan ditempatkan, termasuk pembongkaran dari setiap beton yang harus
dibongkar dan tindakan lain untuk mempertahankan agar beton tetap kering, dan
urugan kembali disekeliling struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan ;
c) Syarat dari PBI NI 2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan
beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan
dengan syarat dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari Spesifikasi harus
dipakai ;
d) Selama Pengecoran kekentalan adukan mobil mixer beton harus diawasi
dengan jalan memeriksa slump pada setiap mobil mixer. Pengujian slump,
minimum  5 -13 cm ;

8. PEKERJAAN ACUAN ATAU BEKISTING


a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan atau yang diperlukan dalam gambar ;
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan ;
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran
(tahi gergaji). Potongan kayu, tanah atau lumpur dan sebagainya, sebelum
pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan
beton ;
d. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral atau split, pasir,
kayu, kawat ikat, wiremesh dan beton ready mix) kepada Konsultan Pengawas,
untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan ;
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton atau rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 4 mm. Kawat pengikat besi beton atau
rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan ;
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan ;
h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.
9. PEKERJAAN PEMBONGKARAN ACUAN ATAU BEKISTING
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Konsultan
Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun
pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas.

10. PENGUJIAN MUTU PEKERJAAN


a. Bila tidak ada Certificate Test maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas test
kubus untuk beton di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian.
b. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil benda uji
berupa kubus/silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat atau ketentuan
dalam SNI 2847:2013. Pengambilan sampel / benda uji harus disaksikan oleh
Konsultan Pengawas dan diperiksa di laboratorium konstruksi beton yang ditunjuk
Konsultan Pengawas;
c. Kontraktor diwajibkan membuat contoh pengecoran dengan beton ready mix
terlebih dahulu, sebelum melaksanakan semua pekerjaan beton;
d. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan Pengawas ;
e. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi
tanggung jawab Kontraktor;

11. SYARAT-SYARAT PENGAMANAN PEKERJAAN


a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
setelah pengecoran ;
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain ;
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Kontraktor ;
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan
air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih.

12. PENGECORAN
a) Pengecoran baru dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari direksi
teknik ;
b) Pengecoran beton harus dilanjukan tanpa berhenti sampai sambungan konstruksi
yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai ;
c) Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi
(pemisahan) partikel kasar dan halus dari campuran ;
d) Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dari ketinggin 1,5 m atau lebih ;
e) Permukaan beton yang akan disambung dengan beton baru harus dikasarkan,
harus bebas dari material lepas dan harus dibasahi dengan air sebelum
beton baru dituangkan. Sebelum beton baru dituangkan, permukaan bidang kontak
tersebut harus diberi adukan semen cair atau bahan aditif tertentu yang disetujui
direksi teknis ;
f) Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus
diperhatikan ;
g) Setelah selesai pengecoran per 3 meter, kemudian dibuat garis transversal
(melintang) sedemikian rupa tegak lurus terhadap badan jalan.
13. FAKTOR AIR SEMEN (FAS)
Agar dihasilkan suatu konstruksi beban yang sesuai dengan yang direncanakan,
maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut : Faktor air semen untuk konstruksi
jalan dengan mutu beton K-225 Kg/cm2 maksimum 0,55. Untuk lebih mempermudah
dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan suatu mutu sesuai dengan yang
direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan faktor air semen maksimum 0.55
harus memakai plasticizer sebagai bahan addiktif. Pemakaian merk dari bahan addiktif
tersebut harus sesuai dengan batching plant beton.

14. TEST SILINDER


a) Konsultan Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Kontraktor untuk membuat
benda uji coba dari adukan beton yang dibuat ;
b) Nilai dari kuat tekan beton dalam spesifikasi teknis ini adalah nilai Uji Kuat Tekan
Beton. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji. Test selama
pekerjaan dengan membuat minimum 6 benda uji dengan total pengecoran total
dapat diselesikan selama satu hari atau minimum 1 benda uji setiap pengecoran atau
dari setiap mutu betonyang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran yang
dicor harus dibuat sampel dengan jumlah dan ketentuan seperti diatas. Buat dan
simpan benda uji tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. Setiap benda uji
yang diambil adalah 2 sampel apabila pengujian dengan silinder 15 x 30 cm atau 3
sample untuk kubus 10 x 20 cm ;
c) Apabila di inginkan untuk pengujian pada umur lainnya yaitu 7 hari, 14 hari atau 21
hari maka Pengawas dan atau kontraktor dapat melakukannya sebagai bagian
dari kebutuhan/metode teknis pelaksanaan di lapangan, dengan mengikuti
syarat atau standar pada Pasal 2.6.6 ;
a) Pengawas di lapangan berhak untuk meminta benda uji di tempatkan di lapangan
dan dilakukan pengujian independen/mandiri, dengan mengikut isyarat atau standart
pada Pasal 2.6.6 ;
b) Untuk selalu diperhatikan kemungkinan kegagalan dalam pelaksanaan pengujian
beton, maka perlu disiapkan cadangan benda uji. Jika test silinder pada hari ke-14
berhasil, test silinder cadangan untuk menghasilkan kekuatan rata-rata dari kedua
sample pada hari ke-28. Sediakan fasilitas pada lokasi proyek untuk menyimpan
contoh-contoh yang diperlukan oleh badan penguji.
c) Test silinder dengan ukuran sesuai dengan standar ASTM. Pengujian dapat juga
dilakukan dengan Uji Kubus, dengan standar pengujian beton adalah K = (f’c x 10)
+ 50 Kg/cm2. Misal mutu beton adalah f’c = 25 MPa maka dapat dilakukan dengan
uji kubus mutu beton K-300 ;
d) Cetakan silinder harus berbentuk silinder dalam segala arah dan memenuhi
syarat-syarat dalam SNI 03-4810-1998 ;
e) Setiap benda uji yang diambil untuk sekali pengujian adalah 2 sampel ;
f) Apabila pengujian dengan silinder 15 x 30 cm atau 3 sampel untuk silinder 10 x 20
cm. Pengambilan adukan beton, pencetakan benda uji kubus dan curing nya harus
dibawah pengawasan Konsultan Pengawas.
Prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-1974 1990 yakni sebagai
berikut :
a) Untuk identifikasi, silinder coba harus ditanda dengan suatu kode yang dapat
menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur dan lain-lain yang
perlu dicatat ;
b) Pengujian dilakukan sesuai dengan SNI 2847:2013, termasuk juga pengujian-
pengujian slump dan pengujian-pengujian tekanan. Jika beton tidak memenuhi
syarat-syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat
itu tidak boleh dipakai dan kontraktor harus menyingkirkannya dari tempat
pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan
mengikuti prosedur perbaikan di dalamnya ;
c) Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan silinder uji menjadi tanggung jawab
Kontraktor ;
d) Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat
dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi
dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis harus disertai sertifikat dari
laboratorium. Penunjukkan laboratorium harus dengan persetujuan Konsultan
Pengawas ;
e) Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas segera
sesudah percobaan, paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah pengecoran, dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran adukan,
berat kubus benda uji dan data-data lain yang diperlukan ;
f) Apabila dalam pelaksanaan terdapat mutu beton yang tidak memenuhi
spesifikasi, maka Konsultan Pengawas berhak meminta kontrak agar mengadakan
percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan coring.
Percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 2847 : 2013. Apabila gagal,
maka bagian tersebut harus dibongkar dan dibangun kembali sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas. Semua biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor ;
g) Selama pelaksanaan kontraktor diharuskan mengadakan slump test menurut syarat-
syarat dalam SNI 2847 : 2013. Slump beton berkisar antara 5 – 13 cm (atau
mengikuti pada Standar Drawing perencanaan). Cara pengujian slump adalah
dengan beton diambil tetap sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton
(bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu rata atau pelat
baja. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut
ditusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm, panjang 600 mm, dengan ujung yang
bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikutnya. Setiap lapisan ditusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk satu
lapisan dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka dibiarkan setengah menit lalu
cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai slump nya) ;
h) Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung
setelah seluruh komponen adukan masuk ke dalam mixer ;
i) Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen- komponen
beton.
15. CETAKAN BETON
a) Kontraktor harus memberikan sample bahan yang akan dipakai untuk cetakan beton
untuk disetujui oleh Pengawas ;
b) Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti potongan-
potongan kayu, paku, tahi gergaji, tanah dan sebagainya ;
c) Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
kebocoran atau hilangnya air hujan selama pengecoran, tetap lurus (tidak
berubah bentuk)dan tidak bergoyang ;
d) Untuk beton exposed, cetakan beton yang digunakan harus memberikan hasil
permukaan beton yang baik, halus (tidak kasar) dan mempunyai warna yang
merata pada seluruh permukaan beton tersebut ;
e) Permukaan cetakan beton yang bersentuhan dengan beton harus di coating
dengan oli, untuk mempermudah saat pembongkaran cetakan dan memperbaiki
permukaan beton.

16. METODE PENGECORAN BETON


a) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton, yang merupakan bagian utama
dari pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas dan
mendapatkan persetujuannya. Jika tidak ada persetujuan, maka kontraktor dapat
diperintahkan untuk menyingkirkan atau membongkar beton yang sudah dicor tanpa
persetujuan, atas biaya kontraktor sendiri ;
b) Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan
menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan
adanya pengendapan aggregat dan tercampurnya kotoran- kotoran atau bahan lain
dari luar ;
c) Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan bekisting
dan besi beton selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
;
d) Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih
dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-
lain) dan dibasahi dengan air semen ;
e) Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis maksimum 15 cm dan
tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian 1,5
m , yang akan menyebabkan pengendapan aggregat ;
f) Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran
digunakan external concrete vibrator. Pemakaian external concrete vibrator tidak
dibenarkan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas ;
g) Pengecoran dilakukan secara terus menerus (bertahap atau tanpa berhenti).
h) Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah
keluar dari mobil mixer adukan beton dan juga adukan yang tumpah selama
pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai lagi ;
i) Pada penyambungan beton lama dan baru, maka permukaan beton lama terlebih
dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan. Apabila perbedaaan waktu pengecoran
kurang atau sama dengan 1 hari, beton lama disiram dengan air semen dan
selanjutnya seperti pengecoran biasa. Apabila lebih dari 1 (satu) hari maka harus
digunakan bahan additive untuk penyambungan beton lama dan beton baru ;
j) Tempat dimana pengecoran akan dihentikan, harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas
17. PEMBONGKARAN CETAKAN BETON
a) Spesifikasi Beton Struktural SNI 03-6880-2002, dimana bagian konstruksi yang
dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaannya ;
b) Cetakan beton baru dibongkar bila bagian beton tersebut cacat, rusak, amblas,
berongga, keropos ;
c) Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya oleh
Konsultan Pengawas ;
d) Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang
keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut,
maka Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas,
untuk meminta persetujuan mengenai cara pengisian atau menutupnya. Semua resiko
yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya pengisian atau
penutupan bagian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor ;
e) Meski pun hasil pengujian silinder/kubus beton memuaskan, Konsultan Pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti
berikut :
- Konstruksi beton sangat keropos.
- Konstruksi beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisi-
posisinya tidak seperti yang ditunjuk oleh gambar.
- Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

18. PERAWATAN BETON


a) Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam SNI 2847 : 2013 ;
b) Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan
harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu, jika tidak
ditentukan lain ;
c) Dalam jangka waktu tersebut cetakan beton harus tetap dalam keadaan basah ;
d) Apabila cetakan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan, maka selama sisa
waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi
permukaan beton terus menerus atau dengan menutupinya dengan karung basah atau
dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

19. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan -ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang
diberikan. Adanya atau kehadiran Konsultan Konsultan Pengawas selaku wakil
Pemberi Tugas atau Perencana yang sejauh mungkin melihat atau mengawasi atau
menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut
diatas.

20. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON


Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran adukan
semen (cement mortar) setelah pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setelah
mendapat persetujuan dan sepengetahuan Konsultan Pengawas. Jika ketidaksempurnaan
itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan yang diharapkan dan diterima
Konsultan Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali
atas beban biaya kontraktor. Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang
tidak teratur, pecah atau retak, ada gelembung udara, keropos, berlubang, tonjolan dan
yang lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan atau diinginkan.

21. PEKERJAAN LAIN-LAIN


a) Contoh Bahan :
- Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material kepada Direksi, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan ;
- Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Perencana/owner, akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site ;
- Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang
aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.
b) Syarat-Syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan :
- Bahan baru didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat.
Beberapa bahan tersebut harus masih di dalam kotak/kemasan aslinya yang masih
bersegel dan berlabel pabriknya ;
- Bahan harus disimpan di tempat yang berlindung dan tertutup, kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik ;
- Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya ;
- Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban
Kontraktor.
c) Syarat Syarat Pengamanan Pekerjaan.
- Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain ;
- Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan ;

22. PEKERJAAN SOSOTAN ASPAL LABURAN PASIR


Setelah pekerjaaan pengecoran badan jalan selesai dikerjakan dan telah cukup umur
maka akan dilakukan pekerjaan penyiraman aspal. Aspal akan dimasak dengan cara
manual yaitu dibakar. Pembakaran aspal akan dilakukan ditepi badan jalan yang akan
dikerjakan. Setelah aspal disiramkan, dilakukan penaburan pasir di atas aspal dengan
ketebalan sesuai dengan gambar kerja dan telah mendapat persetujuan dari Direksi
pekerjaan.
Langkah kerja Sosotan Aspal Laburan Pasir adalah sebagai berikut:

1. Panaskan aspal yang digunakan sesuai dengan jenis aspal dan jumlah
pengencer, dengan tujuan untuk memperoleh suatu distribusi aspal yang seragam
kecuali bila menggunakan aspal emulsi ;
2. Pasang lembaran kertas penutup (kertas tebal, kertas semen) pada tempat-
tempat penyiraman dimulai dan berakhir, yang diperlukan untuk mendapatkan
batas permukaan yang rapih pada awal dan akhir ;
3. Pasang tanda dengan benang atau kapur atau cat pada batas-batas samping
pengaspalan sebagai petunjuk bagi operator ;
4. Gerakkan penebar agregat penutup (pasir) maju atau mundur dengan kecepatan
tetap sambil menebarkan agregat sehingga lapisan aspal akan tertutup
agregat sebelum terlewati ban truk jungkit (dump truck) sampai persediaan pasir
hampir habis ;
5. Lanjutkan penebaran agregat segera setelah penyemprotan aspal sehingga
seluruh lapisan aspal tertutup dan pada bagian-bagian yang diperlukan
penambahan agregat dapat dilakukan penaburan agreget tarnbahan dengan
tangan (manual).
6. Taburkan agregat pada jalur yang sudah disemprot aspal, sisi sambungan
memanjang aspal selebar 20 cm harus dibiarkan tidak tertutup agregat sehingga
pada penyemprotan aspal berikutnya (dari jalur sebelahnya) dapat diperoleh
penyemprotan tumpang tindih.

D. ANALISA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PP No 50 Tahun 2012 )

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO K3


JENIS/TYPE IDENTIFIKASI JENIS PENGENDALIAN RESIKO
NO
PEKERJAAN BAHAYA DAN RESIKO K3
I Pek. Pendahuluan a. Menggunakan safety shoes ;
Pek. Pembersihan dan
1 Terjatuh, Terluka b. Menggunakan sarung tangan ;
Perataan
c. Pembuatan rambu-rambu dan
pekerja pengatur lalu lintas
Pek. Pengukuran dan
2 Terjatuh, Terluka, Lecet a. Menggunakan safety shoes ;
Pemasangan Patok
b. Menggunakan sarung tangan ;
c. Pembuatan rambu-rambu dan
pekerja pengatur lalu lintas
II Pek. Utama
1 Pek. Plastik Hitam Terluka, lecet a. Menggunakan sarung tangan ;
b. Pembuatan rambu-rambu dan
pekerja pengatur lalu lintas
Pek. Wire Mesh M-6
2 atau Pembesian @ 6- Terjatuh, Terluka, Lecet a. Menggunakan safety shoes ;
12 SNI
b. Menggunakan sarung tangan ;
c. Pembuatan rambu-rambu dan
pekerja pengatur lalu lintas
Pek. Beton Mutu K- Terjatuh, Tertimpa, Tergores, a. Menggunakan sepatu safety
3
225 Terjepit, Tertabrak shoes
b. Menggunakan sarung tangan
c. Pembuatan rambu-rambu dan
pekerja pengatur lalu lintas
d. Menggunakan garis pembatas
police line
e. Menggunakan traffic cone
Pek. Pemasangan Terjatuh, Tergores, Terjepit,
4 a. Menggunakan safety shoes
Bekisiting Terluka
b. Menggunakan helm
c. Menggunakan sarung tangan
JENIS/TYPE IDENTIFIKASI JENIS PENGENDALIAN RESIKO
NO
PEKERJAAN BAHAYA DAN RESIKO K3

Pekerjaan Laburan
5 a. Menggunakan safety shoes
Aspal (Buras) Terpapar, Terbakar, Terluka
b. Menggunakan sarung tangan
c. Menggunakan face shield

NB: Jenis pekerjaan yang memiliki identifikasi dan pengendalian resiko tertinggi adalah Pek.
Beton Mutu K-225 dengan klasifikasi resiko rendah.

E. KUALIFIKASI BADAN USAHA


Persyaratan kualifikasi perusahaan untuk pelaksanaan pekerjaan :
NO KBLII Sub Kualifikasi Kode

1 42101 Kontruksi Bangunan Sipil Jalan/Jasa Pelaksana Untuk Kontruksi BS 001/SI 003
Jalan Raya

F. KEBUTUHAN PERSONIL DAN PERALATAN


 Kebutuhan Personil/Tenaga Terampil Dalam Pekerjaan
Tenaga terampil yang diperlukan dalam Pekerjaan Pembangunan/Peningkatan
PSUadalah sebagai berikut :

NO JABATAN PENDIDIKAN /SERTIFIKAT JUMLAH PENGALAMAN

1 Pelaksana SKT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan 1 Orang 2 tahun


Lapangan (TS 028) atau SKT Pelaksana Pekerjaan
Jalan (TS 045)
2 Petugas K3 Sertifikat Petugas Keselamatan 1 Orang 0 tahun
Konstruksi Konstruksi (KK)

 Peralatan Utama
Peralatan utama untuk pelaksanaan Pembangunan/Peningkatan PSU adalah :

No. Jenis Peralatan Jumlah Status Kepemilikan

1 Mobil Pick Up 1 s/d 2 kubik 1 Unit Milik Sendiri/Sewa

2 Gunting Besi 2 Buah Milik Sendiri/Sewa


 Peralatan Pendukung

No. Jenis Peralatan Jumlah Status Kepemilikan

1 Gerobak Sorong 6 Buah Milik Sendiri/Sewa

2 Sekop 4 Buah Milik Sendiri/Sewa

3 Rusa Kayu/Besi 4 Buah Milik Sendiri/Sewa

G. PERSYARATAN BERKONTRAK
G1. Penyedia wajib melampirkan :
Surat Dukungan Dari Batching Plant dengan Mutu Beton K-225 sesuai dengan
Penawaran penyedia (Format Terlampir).

H. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN


 Standar –Standar Pelaksanaan
Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat
ketentuan–ketentuan yang tersebut dibawah ini dan dianggap pemborong telah
mengetahui dan memahaminya termasuk (apabila ada) segala perubahan dan
tambahannya, yakni :
1. Peraturan Perencanaan Perhitungan Beton (SNI T-15-1991-03) ;
2. Peraturan Pembuatan Campuran Beton (SNI –T-15-1991-03)
3. Peraturan Baja Tulang Beton (SII 01236-84) ;
4. Peraturan Ukuran Kayu Bangunan (SKSNI S-05-1990-F) ;
5. Peraturan Portland Cement (SSI 0013-81) ;
6. Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB-N.3) ;
7. Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI.2 Tahun 1971) ;
8. Peraturan Pabrik untuk bahan – bahan yang belum ada ketentuan – ketentuannya.
9. Peraturan Agregat Kasar dan Pasir (SKSNI S-04-1989-F) ;
10. Permen PUPR No. 1 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan
Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

 Untuk Kelancaran Pelaksanaan, Kontraktor harus menyediakan :


1. Tenaga kerja yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan ;
2. Gudang untuk penyimpanan material dan bahan, dengan ketentuan Kontraktor harus
membuat gudang, los kerja pada lokasi lapangan yang tidak mengganggu kegiatan
pelaksanaan pekerjaan ;
3. Alat–alat kerja (peralatan utama minimal) dan mesin pengaduk beton, alat–alat
pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ;
4. Bahan–bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
dilaksanakan ;
5. Lampu penerangan yang memadai untuk mengantisipasi apabila pekerjaan
dilaksanaan hingga malam hari ;

6. Selama pekerjaan berlangsung Pemborong wajib menyediakan fasilitas – fasilitas


keamanan serta keselamatan kerja antara lain : obat-obatan dan peralatan pemadam
kebakaran serta menempatkan tenaga kerja yang bertanggung jawab atas keamanan
lokasi kerja ;
7. Kontraktor harus menyediakan air bersih untuk proyek, pengadaan air bersih tersebut
dapat dari PAM bilamana mungkin atau dengan membuat sumur gali atau sumur bor
atau dari sumber lain yang berdekatan, dengan syarat air tersebut harus memenuhi
persyaratan untuk pembangunan seperti persyaratan yang tercantum dalam SK SNI S-
S04-1989-F.

 Pemeriksaan Dan Penyediaan Bahan dan Barang


1. Bila dalam spesifikasi teknis disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang,
maka hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat mutu, bahan dan barang
yang digunakan ;
2. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang
harus disetujui oleh Pengawas/Pemberi Tugas dan bila tidak ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis serta gambar kerja maka bahan dan barang tersebut
diusahakan dan disediakan oleh pemborong yang harus mendapat persetujuan dari
Pengawas atau Pemberi Tugas ;
3. Contoh bahan dan barang yang dipergunakan dalam pekerjaan harus
segera disediakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui Pengawas atau
Direksi, harus dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan ;
4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Pengawas atau Direksi
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak
sesuai kualitasnya maupun sifatnya.

I. KETENTUAN LAINNYA
 Perizinan
1. Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan izin-izin
yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan antara lain :
Izin penebangan, pengambilan material, izin jalan, izin pembuangan,
izinpengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan serta
izin- izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.
2. Izin penggunaan tenaga kerja dari luar daerah/Propinsi ;
3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam
ayat 1 di atas menjadi tanggungjawab kontraktor ;

 Papan Nama Kegiatan


Pemborong harus membuat suatu Papan Nama Kegiatan, adapun besar, ukuran dan
pemasangannya harus menurut Direksi

 Pelaporan
Penyedia Barang/jasa harus membuat laporan pekerjaan antara lain :
1. Laporan Harian ;
2. Laporan Mingguan ;
3. Laporan Bulanan ;
 Dokumentasi
Selama Penyedia Barang/Jasa Pekerjaan sampai dengan selesai pekerjaan,
Penyedia Barang/Jasa harus mengadakan Foto Dokumentasi dengan Ketentuan :
- Penyedia Barang/Jasa harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta
pengirimannya ke pemberi tugas serta pihak –pihak lain yang diperlukan.
- Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah : foto – foto pekerjaan,
berwarna minimal ukuran postcard, pelaksanaan pengambilan foto dimaksud yaitu
dimulai dari pekerjaan 0%, 50%, dan 100%. Untuk pengambilan foto 0%, 50%, dan
100% diambil pada setiap 25 meter, 50 meter dan selanjutnya. Hal ini dapat berubah
jika ada permintaan dari Direksi.
- Untuk posisi pengambilan foto di harapkan pada titik yang sama, hal ini guna
melihat progress pada pekerjaan dan keaslian foto.
- Penyedia Barang/Jasa harus mengambil foto pada setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan. Untuk urutan penyusunan sesuai dengan item kerja yang ada.

 Kontrak/ SPK
- Penyedia yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan dalam jangka
waktu yang ditentukan sesuai dengan volume, gambar, spesifikasi teknis dan harga
yang tercantum dalam SPK ;
- Dokumen-dokumen yang terdapat dalam dokumen kontrak yang memiliki urutan
sebagai berikut :
a. Adendum Surat Perintah Kerja/SPK (apabila ada) ;
b. Surat Perintah Kerja ;
c. Daftar Kuantitas dan Harga hasil negosiasi dan koreksi aritmatik ;
d. Surat Penawaran;
e. Syarat-Syarat Umum SPK;
f. Spesifikasi teknis;
g. Gambar-Gambar; dan
h. Dokumen lainnya seperti: Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa, Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan, jaminan-jaminan, Berita Acara Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kontrak.

 Pemeliharaan Hasil Pekerjaan


- Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga
kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan ;
- Lamanya masa Pemeliharaan ditetapkan dalam Kontrak/SPK ;
- Setelah Masa Pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Pengguna Jasa untuk penyerahan akhir pekerjaan ;
- Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan, Penyedia telah melaksanakan semua
kewajibannya selama Masa Pemeliharaan dengan baik dan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak/SPK maka pengguna Jasa dan penyedia
menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan
- Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana
mestinya, maka SPK dapat diputuskan sepihak oleh Pengguna Jasa dan Penyedia
dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangan.
J. KELUARAN ( OUTPUT )
Keluaran atau output dari Pekerjaan Pembangunan Urusan Penyelenggaraan PSU
Perumahan ini adalah prasarana fisik berupa jalan beton agar memperlancar dan
mempermudah arus transportasi barang/jasa ataupun aliran air (drainase) sebagai
pendukung dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembangunan perumahan dan
kawasan pemukiman sehingga meningkatnya fungsi hunian.

K. GAMBAR – GAMBAR
Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan secara terinci, lengkap dan jelas, antara
lain :
1. Peta Lokasi ;
2. Lay Out ;
3. Potongan Memanjang.
4. Potongan Melintang.
5. Detail-detail konstruksi.

L. MATA PEMBAYARAN UTAMA


Mata pembayaran utama pada paket pekerjaan ini adalah Pekerjaan :
1. Pek. Wire Mesh M-6 atau Pembesian @ 6-12 SNI
2. Pek. Beton Mutu K-225

M. PENUTUP
Meskipun dalam spesifikasi teknis ini, uraian pekerjaan dan bahan-bahan tidak
dinyatakan kata demi kata yang dibuat dan dilaksanakan/disediakan kontraktor.
pekerjaan dianggap tercantum/dibuat dalam spesifikasi teknis dan bukan sebagai
pekerjaan tambahan.

Pekanbaru,

Anda mungkin juga menyukai