Anda di halaman 1dari 81

Analisis Kebutuhan Air Irigasi di Daerah Irigasi Batang Sanipan 2

Kabupaten Limapuluh Kota

LAPORAN PENELITIAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Profesi pada Program Studi
Pendidikan Profesi Insinyur Sekolah Pascasarjana Universitas Andalas

YAUMAL ARBI
NIM. 2341612087

PEMBIMBING:
Prof. Dr. Ir. Novirman Jamarun, M.Sc, IPU. ASEAN Eng

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI INSINYUR


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Laporan Penelitian : Analisis Kebutuhan Air Irigasi di Daerah Irigasi


Batang Sanipan 2 Kabupaten Limapuluh Kota
Nama Mahasiswa : Yaumal Arbi
Nomor Induk Mahasiswa : 2341612087
Program Studi : Pendidikan Profesi Insinyur

Laporan Penelitian ini telah diuji dan dipertahankan pada ujian Profesi Insinyur,
Program Studi Pendidikan Profesi Insinyur, Sekolah Pascasarjana Universitas Andalas dan
dinyatakan lulus pada tanggal 2 Januari 2024

Menyetujui,

Koordinator Program Studi, Pembimbing,

Ir. Elita Amrina, ST, M.Eng, Ph.D, IPU, Prof. Dr. Ir. Novirman Jamarun, M.Sc,
ASEAN Eng. IPU, ASEAN Eng.
NIP. 197701262005012001 NIP. 195511061980031001

Direktur Sekolah Pascasarjana


Universitas Andalas

Prof. apt. Henny Lucida, Ph.D


NIP. 196701151991032002
ABSTRAK

Kabupaten Limapuluh Kota merupakan salah satu kabupaten penghasil


tanaman pangan padi di Provinsi Sumatera Barat sehingga diperlukan jaringan
irigasi untuk memenuhi kebutuhan air dalam produktifitas pertanian. Masalah yang
terjadi pada daerah irigasi Batang Sanipan 2 adalah air tidak mampu untuk
mengaliri daerah layan hingga titik ujung daerah irigasi. Berdasarkan observasi dari
data e-PAKSI Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Limapuluh Kota, air hanya
mampu mengaliri saluran hingga jarak 3,175 Km dari pintu pengambilan dan
mengalami kehilangan air sepanjang 1,445 Km hingga ujung saluran. Oleh karena
itu diperlukan studi mengenai analisis kebutuhan air irigasi di daerah irigasi Batang
Sanipan 2 Kabupaten Limapuluh Kota.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode
penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan dengan mengumpulkan
beberapa data sebagai data primer serta data sekunder yang didapatkan dari dinas
terkait. Kebutuhan air irigasi dihitung dengan metode KP – 01 dan menggunakan
software Cropwat 8.0.
Berdasarkan analisis data, didapatkan hasil dari perhitungan manual KP –
01 kebutuhan air irigasi maksimum dengan nilai 0,139 m3/detik yang terjadi pada
bulan maret, sedangkan pada software Cropwat kebutuhan air irigasi maksimum
dengan nilai 0,149 m3/detik yang terjadi pada bulan Juli. Hasil pengukuran debit di
pintu pengambilan bendung Batang Sanipan 2 didapatkan hasil debit sebesar 0,378
m3/detik. Berdasarkan analisis kebutuhan air irigasi, air sangat mencukupi untuk
mengaliri seluruh area pertanian daerah irigasi Batang Sanipan 2 akan tetapi kondisi
yang terjadi saat ini air tidak mampu mengaliri sebagian daerah layan irigasi Batang
Sanipan 2.

Kata Kunci: Irigasi, Ketersediaan Air Irigasi, Kebutuhan Air Irigasi, Cropwat 8.0

i
ABSTRACT

The Limapuluh Kota Regency is one of the regencies that produces rice
crops in West Sumatra Province, thus requiring an irrigation network to fulfill the
water needs in agricultural productivity. The issue occurring in the Batang Sanipan
2 irrigation area is the inability of water to flow through the service area up to the
far end of the irrigation system. Based on observations from the e-PAKSI data of
the Public Works Office of Limapuluh Kota Regency, water is only able to flow
through the channels up to a distance of 3.175 kilometers from the intake gate and
experiences water loss along a distance of 1.445 kilometers to the end of the
channel. Therefore, a study is necessary to analyze the irrigation water requirements
in the Batang Sanipan 2 irrigation area of Limapuluh Kota Regency.
This research is of a descriptive nature with a quantitative approach. The
research method involves direct fieldwork by collecting various data as primary
data, as well as secondary data obtained from relevant departments. The irrigation
water requirements are calculated using the KP-01 method and the Cropwat 8.0
software.
Based on data analysis, the results of manual calculations using the KP-01
method show that the maximum irrigation water requirement is 0.139 m3/second,
occurring in March. Meanwhile, using the Cropwat software, the maximum
irrigation water requirement is calculated as 0.149 m3/second, occurring in July.
The measured discharge at the intake gate of the Batang Sanipan 2 weir is 0.378
m3/second. Based on this, the water is sufficient to irrigate the entire agricultural
area of the Batang Sanipan 2 irrigation zone. However, the current condition is such
that the water is unable to flow through some parts of the service area in the Batang
Sanipan 2 irrigation zone.

Keywords: Irrigation, Irrigation Water, Water Requirements, Cropwat 8.0

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga kemudahan, kekuatan dan kesabaran untuk
menyelesaikan laporan praktek keinsinyuran yang berjudul “Analisis Kebutuhan
Air di Daerah Irigasi Batang Sanipan 2 Kabupaten Limapuluh Kota”. Shalawat
berangkaian salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi
Wasallam. Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam Program Studi Program
Profesi Insinyur (PS PPI) Universitas Andalas. Penyusunan laporan ini diselesaikan
dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan penelitian
yang berjudul “Analisis Kebutuhan Air Irigasi Di Daerah Irigasi Batang Sanipan 2
Kabupaten Limapuluh Kota” dapat selesai berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Keluarga Tercinta yang telah memberikan banyak support dalam bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Novirman Jamarun, M.Sc, IPU. selaku dosen pembimbing
Program Studi Program Profesi Insinyur (PS PPI) yang telah memberikan
nasehat dan bimbingan dalam penyelesaian laporan ini.
3. Ibu Ir. Elitas Amrina, M.Eng, Ph.D, IPU sebagai Koordinator Program Studi
Program Profesi Insinyur (PS PPI) Universitas Andalas
4. Serta rekan-rekan yang telah membantu Penulis baik Secara lansung maupun
tidak Lansung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena danya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh
karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima
dengan senang hati.
Padang, 18 Desember 2023

Yaumal Arbi
NIM 2341612087

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Batasan Masalah........................................................................................... 4

C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

A. Hidrologi ...................................................................................................... 5

B. Irigasi............................................................................................................ 7

C. Ketersediaan Air Irigasi ............................................................................. 10

D. Analisa Kebutuhan Air Irigasi ................................................................... 13

E. Aplikasi/Software Cropwat ........................................................................ 20

BAB III PROSEDUR PERANCANGAN ......................................................... 20

A. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 20

B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 20

C. Peralatan Penelitian .................................................................................... 20

D. Metode........................................................................................................ 20

E. Diagram Alir .............................................................................................. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 37

A. Analisis Data .............................................................................................. 37

iv
B. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Metode KP - 01 ........................................ 50

C. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Menggunakan Cropwat 8.0 ...................... 59

D. Pembahasan ................................................................................................ 64

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 68

A. Kesimpulan ................................................................................................ 68

B. Saran ........................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70

LAMPIRAN ......................................................................................................... 72

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kehilangan Air Irigasi Batang Sanipan 2 ...................................... 3


Gambar 2. Siklus Hidrologi .................................................................................... 6
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian ......................................................................... 24
Gambar 4. Water Rain Gauge ............................................................................... 27
Gambar 5. Anemometer ........................................................................................ 28
Gambar 6. Humadity Meter .................................................................................. 28
Gambar 7. Menu Utama Software Cropwat .......................................................... 32
Gambar 8. Perhitungan Evapotranspirasi (Climate/Eto) Software Cropwat ........ 32
Gambar 9. Perhitungan Curah Hujan ( Rain ) Software Cropwat......................... 33
Gambar 10. Perhitungan Data tanaman ( Crop ) Software Cropwat..................... 34
Gambar 11. Perhitungan Data Tanah ( Soil ) Software Cropwat .......................... 34
Gambar 12. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi ( CWR ) Software Cropwat ...... 35
Gambar 13. Segitiga Tekstur Tanah...................................................................... 49
Gambar 14. Pengaturan Climate/ETo ................................................................... 59
Gambar 15. Hasil Input Data Klimatologi ............................................................ 60
Gambar 16. Pengaturan Rain Cropwat 8.0............................................................ 60
Gambar 17. Perhitungan Curah Hujan Untuk Padi ............................................... 61
Gambar 18. Input Data Tanaman Padi Pada Musim Tanam Awal November ..... 62
Gambar 19. Hasil Input Data Tanah Untuk Tanaman Padi .................................. 62
Gambar 20. Rekapitulasi Hasil Perhitungan CWR Tanaman Padi Pada Musim
Tanam Awal November ........................................................................................ 63
Gambar 21. Diagram Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Potensial Metode
Penman Modifikasi dan Software Cropwat 8.0 .................................................... 65
Gambar 22. Diagram Hasil Perhitungan Curah Hujan Efektif Metode Penman
Modifikasi dan Software Cropwat 8.0 .................................................................. 65
Gambar 23. Diagram Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Rata – Rata Perbulan
Metode KP – 01 dan Software Cropwat 8.0 ......................................................... 66
Gambar 24. Diagram Neraca Air DAS Batang Sanipan ...................................... 67

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Besarnya Kebutuhan Air ......................................................................... 17


Tabel 2. Koefisien Tanaman Padi ......................................................................... 18
Tabel 3. Harga Perkolasi dari berbagai Jenis Tanah ............................................. 18
Tabel 4. Pola Tanam ............................................................................................. 19
Tabel 5. Koefesien tananam padi per fase pertumbuhan ...................................... 20
Tabel 6. Rekapitulasi Data Klimatologi ................................................................ 37
Tabel 7. Rekapitulasi Data Primer Curah Hujan Setengan Bulanan ..................... 38
Tabel 8. Rekapitulasi Data Sekunder Curah Hujan Setengan Bulanan ................ 39
Tabel 9. Perhitungan ETo Metode Penman Modifikasi ........................................ 45
Tabel 10. Analisis Probabilitas R80 15 Harian (mm/hr)....................................... 47
Tabel 11. Analisis Curah Hujan Efektif Untuk Tanaman Padi ............................. 48
Tabel 12. Hasil Uji Analisis Saringan Dan Hidrometer ........................................ 49
Tabel 13. Hasil Pengukuran Debit Sungai ............................................................ 50
Tabel 14. Kebutuhan Air Pada Masa Penyiapan Lahan (mm/hr) ......................... 53
Tabel 15. Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Metode KP – 01 ....... 58
Tabel 16. Rekapitulasi Evapotranspirasi (ETo) Software Cropwat 8.0 ................ 60
Tabel 17. Rekapitulasi Curah Hujan Efektif Cropwat 8.0 .................................... 61
Tabel 18. Rekapitulasi CWR................................................................................. 63

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Curah Hujan Persetengah Bulan Stasiun Tanjung Pati Tahun
2010-2022 ............................................................................................................. 72
Lampiran 2. Data Klimatologi .............................................................................. 73
Lampiran 3. Nilai Bobot (W) Untuk Efek Radiasi Pada ETo Terhadap Temperatur
Dan Ketinggian Tertentu ....................................................................................... 74
Lampiran 4. Koefisien Tekanan Uap Jenuh (Ea) Dalam Mbar Terhadap Temperatur
Rata-Rata ............................................................................................................... 74
Lampiran 5. Koefisien Efek Temperatur F(T) Terhadap Radiasi Gelombang
Panjang (Rn1) Dengan Hubungan Suhu ............................................................... 74
Lampiran 6. Koefisien Nilai Radiasi Matahari (Ra) Pada Permukaan Di Luar
Atmosfer (mm/hari) .............................................................................................. 75
Lampiran 7. Koefisien Albedo Untuk Berbagai Tutupan Lahan .......................... 76
Lampiran 8. Nilai faktor penyesuaian (c) Evapotranspirasi Penman .................... 76
Lampiran 9. Data Curah Hujan Stasiun Tanjung Pati 2010-2022 ........................ 77
Lampiran 10. Data Klimatologi Stasiun Tanjung Pati .......................................... 90
Lampiran 11. Dokumentasi ................................................................................. 102

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris sangat bergantung pada ketersediaan air


untuk mendukung sektor pertanian melalui penggunaan air pada jaringan irigasi.
Air irigasi merupakan air yang mengalir dari sungai, bendungan atau mata air ke
beberapa petak sawah (Florianus Walbat dkk, 2022). Oleh karena itu,
pembangunan saluran irigasi diperlukan untuk menunjang ketersediaan pangan
guna memenuhi ketersediaan air bagi pertanian, meskipun negara tersebut jauh
dari sumber air permukaan (sungai). Hal ini merupakan bagian integral dari
bisnis Teknologi Irigasi, yang bertujuan untuk menyediakan air dengan kondisi,
kualitas, ruang dan waktu yang tepat secara efisien dan ekonomis.
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk mendukung pertanian. Jenis-jenis irigasi meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Tujuan irigasi
adalah untuk menggunakan air irigasi yang tersedia dengan benar, yaitu seefisien
mungkin agar produktivitas pertanian meningkat seperti yang diharapkan
(Juhana dkk, 2015). Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 (PP No.
23/1982) dan No. 77 Tahun 2001 (PP No.77/2001) tentang irigasi, menyatakan
bahwa irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk mendukung
pertanian . Sedangkan menurut (Dr. Hari Wibowo, 2019) irigasi juga
didefinisikan sebagai proses penambahan air secara tidak alami ke tanah untuk
pertumbuhan tanaman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa irigasi merupakan
bentuk usaha penunjang guna meningkatkan produktifitas pertanian.
Air merupakan faktor penting dalam pertanian. Selain jenis tanaman,
sifat dan jenis tanah, kondisi iklim, kesuburan tanah, cara budidaya, luas tanam,
topografi, dan vegetasi dapat mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Penyediaan
air irigasi untuk tanaman padi sesuai umur dan varietas padi. Irigasi berperan
penting dalam peningkatan produksi pangan, yaitu menyediakan irigasi bagi
tanaman dan dapat digunakan untuk mengatur kelembaban tanah, menyuburkan
tanah dengan endapan yang terbawa air, mengendalikan pertumbuhan gulma,

1
mencegah berkembangnya hama dan penyakit tertentu, serta memperlancar
budidaya (Erman Mawardi, 2010). Jika air yang diberikan terlalu sedikit,
pertumbuhan buah terganggu dan kualitas beras menurun, terutama pada musim
tanam, banyak faktor yang harus diperhatikan, mulai dari pemupukan hingga
penyemprotan. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan lahan pertanian
adalah memiliki sistem pengairan dan irigasi yang baik. Untuk menciptakan
sistem irigasi yang baik diperlukan kajian kebutuhan air irigasi yang lebih
mendalam. Kerusakan atau kegagalan salah satu bagian dari struktur irigasi akan
mempengaruhi pengoperasian sistem yang ada dan mengurangi efektivitas dan
efisiensi irigasi.
Daerah irigasi Batang Sanipan 2 merupakan saluran irigasi dimana
pengambilan airnya bersumber dari bendung sungai Batang Sanipan yang yang
dibangun pada tahun 1984. Bendung Batang Sanipan terletak di Kenagarian
Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera
barat. Saluran ini terletak pada 0° 13’ 50.19” LS dan 100° 37’ 53.83” BT dengan
ketinggian 510 MDPL. Pada aliran sungai Batang Sanipan terdapat tiga saluran
irigasi dengan masing-masing bendung yang terpisah yaitu daerah irigasi Batang
Sanipan 1, daerah irigasi Batang Sanipan 2 dan daerah irigasi Batang Sanipan 3.
Salah satu daerah irigasi yang mengalami masalah yaitu daerah irigasi
Batang Sanipan 2. Berdasarkan data perencanaan Batang Sanipan 2 dari Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Limapuluh Kota, debit air pada pintu pengambilan
sebesar 534,144 lt/detik dengan lahan yang di aliri seluas lebih kurang 73,64 ha.
Setelah dilakukan pengukuran debit secara langsung pada pintu pengambilan
ditemui debit air hanya sebesar 389,68 lt/detik.
Masalah yang terjadi pada daerah irigasi Batang Sanipan 2 adalah
ketidakmampuan air untuk mengaliri daerah layan hingga titik ujung daerah
irigasi. Berdasarkan observasi dari data e-PAKSI Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Limapuluh Kota, air hanya mampu mengaliri saluran hingga jarak
3,175 Km dari pintu pengambilan dengan areal persawahan yang teraliri lebih
kurang 34,19 ha dan mengalami kehilangan air sepanjang 1,445 Km hingga
ujung saluran. Bangunan irigasi yang belum seluruhnya permanen serta ditemui
beberapa titik kebocoran pada saluran sekunder irigasi Batang Sanipan 2. Pada

2
musim kemarau yang terjadi pada pertengahan tahun, daerah pertanian yang
tidak teraliri oleh air irigasi Batang Sanipan 2 mengalami krisis air dan menjadi
masalah yang cukup serius.

Gambar 1. Peta Kehilangan Air Irigasi Batang Sanipan 2


(Sumber: Google Earth)
Tanggal akses: 01 September 2023
Perkembangan irigasi di dunia khususnya di Indonesia tidak terlepas dari
penggunaan teknologi yang mempermudah dan mempercepat pekerjaan irigasi
untuk mencapai hasil yang maksimal. Metode yang sering digunakan untuk
menghitung kebutuhan air tanaman yaitu metode berdasarkan kriteria
perancangan jaringan irigasi KP - 01 dari Direktorat Jenderal Pengairan (1985)
atau dengan menggunakan software Cropwat versi 8.0. Cropwat adalah sistem
yang dikembangkan oleh FAO (Food and Agriculture Organization)
berdasarkan metode Penman-Monteith, yang menghitung penguapan standar,
kebutuhan air tanaman dan pengaturan irigasi dengan efisiensi penggunaan air
sebesar 70%. Cropwat dapat digunakan untuk menghitung potensi evaporasi,
evaporasi aktual, kebutuhan air irigasi untuk satu atau lebih jenis tanaman di area
pertanian dan untuk merencanakan penyediaan air irigasi (Mursal Junus, 2022).
Berdasarkan uraian di atas, mengingat pentingnya pengaruh kebutuhan
air irigasi terhadap hasil pertanian pada areal persawahan yang memiliki masalah
ketidakmerataan distribusi air irigasi, maka penulis ingin melakukan tinjauan
kembali terhadap analisis kebutuhan air irigasi di daerah irigasi Batang Sanipan
2 dan kebutuhan air yang sudah ada menjadi lebih baik dengan judul “Analisis

3
Kebutuhan Air Irigasi Di Daerah Irigasi Batang Sanipan 2 Kabupaten Limapuluh
Kota”.

B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik, diperlukan batasan-
batasan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan identifikasi
masalah yang ada, penulis membatasi dengan membahas :
1. Analisis kebutuhan air pada daerah irigasi Batang Sanipan 2.
2. Analisis kebutuhan air daerah irigasi Batang Sanipan untuk pemanfaatan
lahan persawahan.
3. Wilayah penelitian berada pada daerah irigasi Batang Sanipan, Kenagarian
Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.
4. Menggunakan metode KP - 01 dan Software Cropwat.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya maka untuk lebih terarah penelitian ini, penulis
merumuskan beberapa permasalahan yang ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:
1. Berapa kebutuhan air irigasi daerah irigasi Batang Sanipan 2?
2. Berapa ketersediaan air untuk mensuplai daerah irigasi Batang Sanipan 2?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini antara lain:
1. Mengetahui kebutuhan air irigasi daerah irigasi Batang Sanipan 2.
2. Mengetahui apakah ketersediaan air untuk mensuplai daerah irigasi Batang
Sanipan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu tentang keberadaan dan pergerakan air di alam.


Hidrologi secara luas mencakup berbagai bentuk air, termasuk pergantian antara
cair, padat, dan gas di atmosfer, di atas dan di bawah permukaan Bumi, dan juga
mencakup air laut, yang merupakan sumber penyimpanan air yang mendukung
kehidupan di planet bumi (Soemarto, 1995). Dalam hidrologi, salah satu aspek
analisis yang diharapkan dapat membantu dalam perancangan struktur hidrolik
adalah penentuan besaran desain untuk presipitasi, banjir, dan elemen hidrologi
lainnya. Ini adalah masalah yang cukup sulit, karena di satu sisi diperlukan hasil
yang sesuai, tetapi di sisi lain sumber daya yang dibutuhkan seringkali tidak
mencukupi.
Masalah praktis yang selalu di jumpai dalam analisis hidrologi adalah
terdapatnya banyak cara pendekatan, model, dan hasil penelitian dalam hidrologi
yang menggunakan pendekatan yang berbeda dan dalam banyak kasus hasilnya
juga berbeda. Hal ini terjadi karena penggunaan model yang berbeda untuk jenis
kasus yang sama sehingga menyebabkan perbedaan besaran respon yang sangat
besar. Selain itu, banyak masalah lingkungan juga dikaitkan dengan ilmu
hidrologi seperti polusi air dan perubahan iklim (Mardizal, J., & Andayono, T,
2023).
Siklus air yang lebih dikenal dengan siklus hidrologi adalah pergerakan
air dari laut ke udara, yang kemudian jatuh kembali ke tanah sebagai hujan atau
presipitasi lainnya, dan kemudian mengalir kembali ke laut. Menurut Robert J.
Kodoatie, (1996), siklus air merupakan konsep dasar neraca air. Urutan siklus
dari fenomena ini sebernarnya tidak sesederhana yang digambarkan. Dalam
perjalanannya ke tanah beberapa presipitasi dapat ber evaporasi ke atas atau
jatuh langsung dan kemudian ditangkap oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
Setelah mencapai permukaan bumi, siklus air berlanjut secara berlanjut dalam
tiga cara yang berbeda yaitu:
1. Evaporasi / transpirasi

5
Air dari laut, darat, sungai dan tumbuhan tersebut kemudian menguap
ke langit (atmosfer) dan kemudian menjadi awan. Dalam keadaan jenuh uap
air (awan), tetesan air terbentuk, yang kemudian jatuh dalam bentuk hujan,
salju dan es.
2. Infiltrasi / perkolasi ke dalam tanah
Air memasuki tanah melalui retakan dan pori-pori di tanah, dan masuk
ke air tanah melalui batuan. Air dapat bergerak dengan aksi kapiler, atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah
hingga kembali ke sistem air permukaan.
3. Air permukaan
Air bergerak di permukaan bumi didekat sungai dan danau besar;
Semakin landai suatu lahan, semakin sedikit pori-pori tanah sehingga
limpasan permukaan semakin besar. Limpasan terlihat di daerah perkotaan.
Sungai-sungai tersebut bergabung menjadi satu sungai utama yang
mengangkut semua air permukaan ke laut.
Air permukaan yang mengalir maupun yang tergenang (danau, kolam,
rawa-rawa) dan sebagian air permukaan terkumpul dan mengalir, membentuk
sungai dan berakhir di laut. Aliran air di darat terjadi pada komponen siklus air
yang membentuk sistem distribusi air (DAS). Jumlah total air di Bumi relatif
konstan, yang berubah adalah bentuk dan letaknya.

Gambar 2. Siklus Hidrologi


(Sumber: Sosrodarsono and Takeda, 1978)
i

Meskipun disederhanakan, gagasan tentang siklus air dapat membantu


memberikan garis besar taktik penting dalam siklus yang perlu dipahami oleh

6
ahli hidrologi. Air laut diuapkan melalui sinar matahari dan awan yang terbentuk
dari uap air beredar di planet ini, bergerak dengan bantuan angin. Curah hujan
yang disebabkan oleh tumbukan butiran-butiran uap air karena tekanan angin
dapat berupa hujan atau salju, yang jatuh ke permukaan dan membentuk run off
yang mengalir lebih rendah lagi ke lautan. beberapa menembus tanah (infiltrasi)
dan mengalir ke bawah (perkolasi) ke sektor jenuh air di bawah permukaan air.
Di wilayah ini, udara mengalir perlahan melalui akuifer ke sungai atau terkadang
langsung ke laut.
Air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) memberi kehidupan pada
tumbuhan dan sebagian naik melalui akar dan batang sehingga terjadi
transpirasi, transpirasi yaitu penguapan tumbuhan melalui bagian bawah daun
(stomata). Air tanah (retensi permukaan) sebagian menguap dan sebagian besar
mengalir ke sungai-sungai kecil dan mengalir ke sungai sebagai limpasan
permukaan. Permukaan sungai dan danau juga menguap, menyisakan air yang
berubah menjadi uap.

B. Irigasi

Irigasi adalah usaha memperoleh air dengan menggunakan bangunan


sintetik dan saluran-saluran untuk keperluan penunjang produksi pertanian
(Erman Mawardi, 2010). Istilah irigasi menurut PP Nomor: 7 tahun 2001 adalah
usaha manusia dalam pemberian dan pengaturan air untuk membantu pertanian
yang jenisnya terdiri dari irigasi permukaan, irigasi bawah tanah, irigasi pompa
dan irigasi tambak. Sedangkan menurut Husen (1992), Irigasi adalah karya seni
yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan keberadaan manusia atau dikatakan
bahwa peradaban manusia ternyata mengikuti peningkatan irigasi, peradaban
meningkat dengan bertambahnya daerah yang memiliki irigasi.
Suatu strategi usaha yang merupakan kegiatan atau usaha dalam penguasaan
dan pengembangan serta pemanfaatan sumber daya air yang dapat dikatakan
sebagai jaringan atau saluran irigasi yang meliputi beberapa jenis seperti irigasi
pompa irigasi tetes dan irigasi air bawah tanah (Priyonugroho, 2014). Jaringan
irigasi adalah bangunan yang terdiri dari saluran, dan rumah pelengkap yang
merupakan satu kesatuan yang diinginkan untuk penyaluran, pendistribusian,
pengelolaan, penggunaan dan pembuangan air (Ismaya dkk., 2016). Efisiensi

7
irigasi adalah perbandingan antara debit air yang sampai di pintu tersier lahan
pertanian dengan debit air irigasi yang keluar dari pintu pengambilan. Perbedaan
debit tersebut disebabkan adanya kehilangan-kehilangan dalam saluran yang
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adanya penguapan, kebocoran, dan
rembesan. Kehilangan akibat fisik, yang disebabkan rembesan air di saluran dan
perkolasi ditingkat lahan usaha tani (sawah), Kehilangan akibat operasional,
yang disebabkan pelimpasan dan kelebihan air pembuangan dan pada waktu
pengoperasian saluran dan pemborosan penggunaan air oleh petani.
Negara RI sejak tahun 1974 sudah mengeluarkan UU RI No 11/1974
tentang pengairan, yang berisi tentang kebijakan dasar bagi peraturan-peraturan
pelaksanaan tentang pengairan.
Pengairan merupakan pemanfaatan dan pengaturan air, meliputi:
1. Irigasi yaitu usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian,
baik air permukaan maupun air tanah.
2. Pengembangan daerah rawa, yaitu pematangan tanah daerah-daerah rawa
antara lain untuk pertanian.
3. Pengendalian dan pengairan banjir serta usaha untuk perbaikan sungai,
waduk, bending dan lainnya.
4. Pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan, air industri dan pencegahan
terhadap pencemaran atau pengotoran air dan lainnya. Bangunan pengairan
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah seperti dalam PP No 23/1982
bahwa:
a. Penyediaan air irigasi pada dasarnya untuk mengairi tanaman, tetapu perlu
di perhatikan keperluan, untuk permukiman, peternakan dan perikanan air
tawar.
b. Penggunaan air irigasi hanya diperkenankan dengan mengambil air dari
saluran tersier atau saluran kuarter pada tempat pengambilan yang telah di
tetapkan pihak yang berwenang.
c. Perkumpulan petani pemakai air (P3A) sangat ditekankan agar
memperhatikan perkembangan daerah irigasi dan pemerintah daerah
(pemda) setempat.

8
Irigasi didefenisikan sebagai cara-cara pengelolaan dan pemanfaatan air
yang ada pada tanah untuk keperluan pertumbuhan tanaman terutama bagi
tanaman pokok (di Indonesia yang utama ditujukan untuk tanaman padi dan
palawija). Lebih umum lagi diartikan sebagai pemanfaatan keberadaan air yang
ada di dunia ini tidak hanya untuk pertanian tapi untuk keperluan dan kebutuhan
hidup dan kelestarian dunia itu sendiri.

1. Sistem Irigasi

Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang terdiri dari
beberapa bagian yang berbeda yang menangani pekerjaan untuk
menghasilkan, mendistribusikan, mengelola dan mengatur air untuk
meningkatkan produksi pertanian. Pada umumnya, sistem irigasi di Indonesia
pengaliran airnya dengan sistem gravitasi dan sistem jaringannya terdiri dari
tiga golongan yaitu:
a. Sistem irigasi sederhana
Baik pembangunan maupun pemeliharaan sistem irigasi dilakukan
oleh petani dan biasanya luasnya relatif kecil. Biasanya terdapat di
pegunungan, sedangkan sumber airnya dari sungai-sungai kecil yang
airnya mengalir sepanjang tahun. Bangunan bendungan terbuat dari
bronjong atau tugu, dan konstruksi bangunannya sangat sederhana, serta
tidak ada kunci maupun alat pengukur drainase, sehingga distribusi airnya
tidak baik.
b. Sistem irigasi setengah teknis
Sistem irigasi ini mencakup semua bangunan semi teknis di
dalamnya, strukturnya dapat diperbaiki atau semi permanen, tetapi tidak
dilengkapi dengan pintu air dan pengukur tekanan. Untuk mengatur air
cukup memasang balok, sehingga distribusi dan penempatan saluran air
tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun irigasi ini dapat diperluas secara
bertahap menjadi sistem irigasi teknis.
c. Sistem irigasi teknis
Sistem irigasi ini meliputi semua bangunan jaringan irigasi teknik,
bangunan tersebut bersifat permanen dan juga dilengkapi dengan pintu air
dan meter drainase. Pendistribusian air dapat diatur dan diukur sesuai

9
dengan kebutuhan, sehingga pendistribusian atau pendistribusian air ke
sawah merata.
Saluran sistem irigasi ini memastikan tidak ada banjir dengan
bantuan jaringan drainase tersier, sekunder dan utama, yang pada gilirannya
mengarahkan air ke sungai. Saluran ini juga berfungsi untuk membuang sisa
air dari sawah.

2. Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang di


perlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya dan pembuangan air irigasi (Kementrian PU,
2007). Secara hirarki jaringan irigasi di bagi menjadi jaringan utama dan
jaringan tersier.Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan
saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan
saluran yang berbeda dalam petak tersier.
Mengacu pada direktorat jenderal pengairan (1986) cara pengaturan,
pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu jaringan irigasi sederhana, jaringan irigasi
semi teknis dan jaringan irigasi teknis.

C. Ketersediaan Air Irigasi

Ketersediaan air pada irigasi terdiri atas tiga bentuk, yaitu air hujan, air
permukaan, dan air tanah. Sumber air utama dalam pengelolaan alokasi air
adalah air permukaan dalam bentuk air sungai, saluran, danau, dan tampungan
lainnya. Ketersediaan air permukaan dapat didefenisikan dalam berbagai cara.
Lokasi ketersediaan air dapat berlaku pada suatu titik, misalnya pada suatu titik
pos duga air, bending tempat pengambilan air irigasi, dan lainnya sebagai satuan
yang kerap digunakan yaitu meter kubik persekon (m3/s) atau liter persekon
(lt/s). Banyaknya air yang tersedia dapat dinyatakan untuk suatu daerah tertentu,
misalnya pada suatu wilayah sungai (WS), daerah aliran sungai (DAS), daerah
irigasi (DI), dan sebagainya.
Analisis ketersediaan air menghasilkan perkiraan persediaan air di suatu
wilayah sungai, analisis terdiri atas langkah-langkah: (1) analisis data debit

10
aliran, (2) analisis data hujan dan iklim (3) pengisian data debit yang kosong, (4)
analisis frekuensi.
1. Curah Hujan
Pengertian curah hujan adalah jumlah air hujan yang terkumpul pada
permukaan datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah
hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat
yang datar tertampung air setinggi satu meter atau tertampung air sebanyak
satu liter.
Curah hujan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan secara efektif
untuk kebutuhan air tanaman. Curah hujan andalan untuk tanaman padi
adalah probabilitas curah hujan yang jatuh dengan kegagalan 80% (R 80) dan
untuk tanaman palawijah dengan kegagalan 50% (R 50).
Curah hujan andalan ditetapkan bedasarkan persamanan weibul
sebagai berikut :
𝑚
P = 𝑛+1 x 100% …………….……………………………………………..( 1)

Dimana:
P = Probabilitas
m = Nomor urut data
n = jumlah data
a. Curah hujan rata-rata
Curah hujan sangat diperlukan dalam rencana penggunaan air, baik
untuk menentukan kebutuhan air yang diperlukan maupun untuk
mengatasi banjir. Curah hujan yang dimaksud di sini adalah curah hujan
rata-rata yang terjadi di wilayah tersebut, bukan disuatu titik tertentu pada
daerah itu sendiri. Curah hujan ini biasanya dihitung biasanya dihitung dari
beberapa titik hujan atau beberapa stasiun hujan.
Salah satu cara untuk menghitung curah hujan rata-rata dengan cara
menghitung polygon tessen
𝑎1.𝑝1+𝑏1.𝑝2+𝑐1.𝑝3
P= ……………………………………………...……( 2)
𝑝1+𝑝2+𝑝3

Di mana:
P = Curah hujan rata-rata

11
a1, b1 dan c1 = Curah hujan keseluruhan
p1, p2 dan p3= Luas areal curah hujan
b. Curah hujan efektif
Curah hujan efektif adalah jumlah hujan yang jatuh pada suatu
daerah tertentu dan biasanya digunakan untuk pertumbuhan tanaman.
Tanaman menggunakan presipitasi efektif ini untuk menutupi kehilangan
air dari penguapan tanaman, limpasan tanaman dan penyebab lainnya.
Pada umumnya jumlah hujan yang digunakan tanaman tergantung dari
jenis tanaman itu sendiri.
Jumlah curah hujan itu sendiri dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman, sehingga ekstraksi yang diperlukan dari pintu
hisap dapat dikurangi. Ingatlah bahwa tidak semua curah hujan dapat
digunakan untuk tanaman.
Curah hujan efektif (Reff) di tentukan oleh besarnya R8 yang
merupakan curah hujan yang dapat dilampaui sebanyak 80% atau
dilampauinya 8 kali dari 10 kejadian. Dengan kata lain bahwa peluang
terjadinya yaitu 80% atau resiko tidak terjadinya hanya 20%.
Curah hujan efektif di analisis untuk menghitung kebutuhan irigasi.
Curah hujan efektif adalah bagian dari curah hujan keseluruhan yang
tersedia secara efektif untuk kebutuhan air tanaman. Pada irigasi sawah,
curah hujan bulanan efektif adalah 70% dari curah hujan minimum untuk
periode ulang tertentu, dengan probabilitas gagal atau resiko tidak
terjadinya sebesar 20%. Jika data curah hujan yang digunakan adalah 15
hari maka persamaannya adalah (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
2013):
Curah hujan untuk padi
Re = (R8 x 0,7/periode pengamatan) mm/hari……………………….( 3)
Curah hujan untuk palawija
Re = (R8 x 0,5/periode pengamatan) mm/hari………………...……..( 4)
Di mana
Re : Curah hujan efektif (mm/hari)
R8 : Curah hujan harian dengan probalias terjadi 80% selama Setahun

12
D. Analisa Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan irigasi adalah jumlah total air yang diperlukan untuk


memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air dan kebutuhan air tanaman,
dengan mempertimbangkan jumlah air yang dibawa oleh hujan alami dan
kontribusi air tanah (Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Pada pengelolaan alokasi
air di wilayah sungai, data air irigasi dapat diperoleh dari pengelolaan wilayah
sungai, seperti Dinas Pekerjaan Umum (DPUP) Kabupaten/Kota, atau Dinas
Sumber Daya Air Provinsi atau Balai Besar Wilayah Sungai, sebagai masukan
untuk pengelolaan alokasi air. Besarnya kebutuhan air diperiksa kebenarannya
dengan bantuan model komputer untuk menghitung kebutuhan air irigasi
berdasarkan parameter-parameter yang mempengaruhi antara lain pola dan
jadwal tanam, curah hujan efektif, perkolasi efesiensi, golongan, dan sebagainya
berdasarkan kriteria perancangan jaringan irigasi KP - 01 dari Direktorat
Jenderal Pengairan (1985) atau dengan menggunakan software Cropwat
merupakan decision support system yang dikembangkan oleh Divisi Land and
Water Development FAO berdasarkan metode Penman Monteith, untuk
merencanakan dan mengatur sistem irigasi. CROPWAT dimaksudkan sebagai
alat yang praktis untuk menghitung laju evapotranspirasi standar, kebutuhan air
tanaman dan pengaturan irigasi tanaman (marica, 2000). Dari beberapa
penelitian didapatkan bahwa model Penman-Moteith memberikan hasil duga
yang akurat sehingga FAO merekomendasikannya untuk pendugaan laju
evapotranspirasi standar dalam menghitung kebutuhan air bagi tanaman.

1. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah proses pelepasan air dari tanah dan tanaman


ke atmosfer. Evapotranspirasi terjadi pada siang hari saat matahari
menyebabkan air menguap dari tanah dan tanaman. berdasarkan kriteria
perancangan jaringan irigasi KP – 01, metode evapotranspirasi yang
disarankan adalah dengan rumus penman yang sudah dimodifikasi, dimana
perhitungan tersebut melibatkan data secara harian untuk temperatur,
kelembaban, angin dan penyinaran matahari pada stasiun meteorologi
setempat. untuk menghitung evapotranspirasi menggunakan metode Penman

13
modifikasi dengan rumus sebagai berikut (Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air, 2013):
ET0 = C x W x Rn + (1-W) x f(u) x (ea – ed)……………………………..( 5)
Di mana:
ET0 = Evapotranspirasi Acuan (mm/hari)
C = faktor koreksi
W = bobot factor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi
Rn = radiasi penyinaran matahari (mm/hari)
f (u) = fungsi angin
ea = tekanan uap jenuh (mbar)
ed = tekanan uap nyata (mbar)

2. Penggunaan Konsumtif

Kebutuhan air konsumtif tanaman merupakan kedalaman air yang


diprlukan untuk memenuhi evapotranspirasi yang bebas penyakit, tumbuh di
areal yang cukup air dari kesuburan tanah dengan potensi pertumbuhan yang
baik dan tingkat lingkungan pertumbuhan yang baik. Untuk menghitung
kebutuhan air konsumtif tanaman dapat digunakan persamaan empiris
sebagai berikut (Dep.PU,2013.KP-01 lampiran 02 : 165):
Etc = kc x Eto……………………………………………………………...( 6)
Di mana:
Kc = koefisien tanaman
Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Koefisien tanaman diperlukan untuk menghubungkan Eto dengan Etc
dan dipakai dalam rumus Penman. Koefisien yang dipakai harus didasarkan
pada pengalaman yang terus menerus proyek irigasi di daerah studi. Besarnya
nilai suatu koefisien tanaman ini merupakan faktor yang digunakan untuk
mencari besarnya air yang habis terpakai untuk tanaman periode 10 harian
yang akan datang.

14
3. Kebutuhan air untuk tanaman

Kebutuhan air untuk tanaman adalah air yang di perlukan untuk


memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman pada petak-petak irigasi.
Besarnya kebutuhan air di sawah menurut tahap pertumbuhan tanaman dan
bergantung kepada cara pengelolaan lahan, besar kebutuhan air sawah di
nyatakan dalam mm/hari. Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh
faktok-faktor berikut: penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi dan
pergantian lapisan air. Perhitungan kebutuhan air untuk irigasi menurut
prinsip keseimbangan air dengan periode 15 harian, sebagai berikut :

a. Kebutuhan air bersih di sawah (NFR)


NFR = Etc + WLR + P – Re……………………………...……………( 7)
b. Kebutuhan air irigasi untuk padi (WRD)
𝑁𝐹𝑅
IR = …………..…………………….…………………………..( 8)
𝑒

c. Kebutuhan air irigasi untuk palawija (WRP)


𝐸𝑡𝑐−𝑅𝑒
IR = ………………………………………....………………( 9)
𝑒

d. Kebutuhan air pada intake atau pintu pengambilan


𝐼𝑅
DR = 8.64 ………...…………………………………………………( 10)

Di mana:
NFR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)
Etc = evapotransiprasi untuk tanaman (mm/hari)
IR = kebutuhan air untuk konsumsi tanah (mm/hari)
WLR = kebutuhan air untuk pergantian lapisan tanah
P = perkolasi
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan (e = 65%)
DR = Kebutuhan air pada intake (lt/dt/ha), dengan 8.64 angka
konversi dari (mm/hari) menjadi (lt/dt/ha)
Adapun perhitungan kebutuhan air irigasi dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

15
𝑁𝐹𝑅
MOR = …………………………………………………..…..( 11)
𝑒 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟

𝑁𝐹𝑅
SOR = ………..………………….…………………….….( 12)
𝑒 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟

𝑁𝐹𝑅
TOR = ………………………………….………………...…( 13)
𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟

Di mana:
MOR = Main Off-Take Water Requirement, besarnya kebutuhan
air pada pintu sadap utama
SOR = Secondary Off-Take Water Requirement, besarnya
kebutuhan air pada pintu sadap sekunder
TOR = Tersier Off-Take Water Requirement, besarnya
kebutuhan air pada pintu sadap tersier
NFR = Net Field Water Requirement, besarnya kebutuhan air
bersih (netto) air disawah
e primer = efisiensi tingkat primer
e sekunder = efisiensi tingkat sekunder
e tersier = efisiensi tingkat tersier
Efisiensi irigasi dianggap jika seperempat sampai sepertiga dari
jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah.
Kehilangan di sebabkan oleh kegiatan operasi evaporasi dan rembesan.
Efiesiensi irigasi untuk masing-masing tingkat saluran irigasi adalah 0.80 di
tingkat tersier 0,90 di tingkat sekunder dan 0,90 di tingkat primer sehingga:
Efisiensi di saluran tersier = 0,80
Efisiensi di saluran sekunder = 0,80 x 0,90 x = 0,72
Efisiensi di saluran primer =0,80 x 0,90 x 0,90 = 0,65

4. Kebutuhan air untuk persiapan lahan

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan pada umumnya untuk


menentukan kebutuhan air maksimum pada suatu proyek irigasi. Adapun
faktor-faktor yang menentukan air pada tingkat kebutuhan air pada penyiapan
lahan yaitu:
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan

16
Kebutuhan air irigasi selama persiapan lahan pada umumnya
menggunakan metode yang dikembangkan oleh Van De Goor dan Zijlstra
(1986). Metode ini berdasarkan pada lajur air konstan dalam satuan l/dt
selama penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut:
IR = M.ek / (ek – 1)…………… …………………………………………( 14)
Di mana:
IR = kebutuhan air irigasi untuk pengelolaan tanah (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi
dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan dimana M=Eo+P
Eo = evaporasi air terbuka (mm/hari) = Etox 1,10
P = kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari) (tergantung tekstur
Tanah)
K = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air (untuk penjenuhan di tambah dengan lapisan air
50 mm, yaitu 200 + 50 = 250 mm
Pada petak tersier diharapkan melakukan penyiapan lahan selama 1.5
bulan, penyiapan lahan dapat dilakukan dalam jangka waktu sebulan apabila
penyiapan lahan menggunakan mesin. Untuk tanah bertekstur besar tanpa
retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lajan diambil 200 mm. Setelah
transplantasi selesai, lapisan air disawah akan bertambah 50 mm. Maka secara
keseluruhan, berarti bahwa lapisan air awal setelah transplantasi selesai. Bila
lahan telah dibiarkan selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih),
maka lapisan air yang di perlukan lahan diambil 300 mm, termasuk 50 mm
untuk penggenangan setelah transplantasi.

Tabel 1. Besarnya Kebutuhan Air


T = 30 hari T = 45 hari
Eo + P Mm/hari S = 250 S = 300 S = 250
S =300 mm
mm mm mm
5.00 11.1 12.7 8.4 9.5
5.50 11.4 13 8.8 9.8
6.00 11.7 13.3 9.1 10.1
6.50 12 13.6 9.4 10.4
7.00 12.3 13.9 9.8 10.8

17
T = 30 hari T = 45 hari
Eo + P Mm/hari S = 250 S = 300 S = 250
S =300 mm
mm mm mm
7.50 12.6 14.2 10.1 11.1
8.00 13 14.5 10.5 11.4
8.50 13.3 14.8 10.8 11.8
9.00 13.6 15.2 11.2 12.1
9.50 14 15.5 11.6 12.5
10.00 14.3 15.8 12 12.9
10.50 14.7 16.2 12.4 13.2
11.00 15 16.5 12.8 13.6
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum KP – 01: 2013 hal 165

Tabel 2. Koefisien Tanaman Padi


Nedeco / Prosida FAO
Bulan Vatrietas Varietas Varietas Varietas
Biasa Unggul Biasa Unggul
0.5 1.2 1.2 1.1 1.1
1 1.2 1.27 1.1 1.1
1.5 1.32 1.33 1.1 1.05
2 1.4 1.3 1.1 1.05
3.5 1.35 1.3 1.1 0.95
3 1.24 0 1.05 0
3.5 1.12 0.95
4 0 0
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum KP – 01: 2013 hal 167
5. Perkolasi atau Rembesan

Perkolasi merupakan pergerakan air dari zona tidak jenuh menuju ke


bawah, yang tertekan di antara permukaan tanah sampai ke permukaan air
tanah (zona jenuh). Daya perkolasi (P) adalah laju perkolasi maksimum yang
dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona
tidak yang berada diantara permukaan tanah dalam dengan permukaan air
tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengelolaan (puddling)
yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah yang lebih
ringan laju perkolasi bisa lebih tinggi (Priyonugroho, 2014). Nilai laju
perkolasi untuk jenis-jenis tanah dapat dilihat pada tabel 3 yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3. Harga Perkolasi dari berbagai Jenis Tanah
No. Macam Tanah Perkolasi (mm/hari)
1. Sandy loam 3-6

18
2. Loam 2-3
3. Clay 1-2
Sumber: Soemarto, 1987
6. Pergantian Lapisan Air (WLR = Water Layer Requirement)

Pergantian lapisan air dilakukan sesuai dengan kebutuhan, biasanya


dilakukan setelah proses pemupukan. Apabila jadwal seperti itu tidak ada
maka lakukan pergantian lapisan air sebanyak 2 kali, dilakukan sebanyak 50
mm atau (3,3 mm/hari selama setengah bulan) selama sebulan atau dua bulan
setelah prosen transplantasi selesai (Anton, 2015). Pergantian lapisan air
dengan nilai sebesar 1,65 mm/hari dapat juga dilakukan selama satu bulan
pertama dan satu bulan kedua setelah transplantasi/pemindahan benih (Hari
Wibowo, 2019).

7. Pola Tanam dan Perencanaan Golongan

a. Pola Tanam
Pola tata tanam merupakan gabungan antara kebutuhan air dengan
ketersediaan air, usaha untuk mengatur waktu, tempat jenis dan luas
penanaman saat musim hujan dan kemarau disertai pengunaan air yang
efisien untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin. Oleh sebab itu,
beberapa hal yang diperlukan dalam perencanaan pola tanam yaitu:
1) Pola tanam harus mengoptimalkan pemakaian air dari sumber air yang
tersedia.
2) Pola tanam harus praktis dan cocok berdasarkan kemampuan dan
lingkungan yang ada.
3) Pola tanam harus membawa keuntungan semaksimal mungkin bagi
petani.
Tabel 4. Pola Tanam
No Ketersediaan Air Untuk Jaringan Irigasi Pola Tanam
1. Air tersedia dalam jumlah cukup Padi-Padi-Palawija
banyak
2. Air tersedia dalam jumlah yang cukup Padi-Padi-Bera
Padi-Palawija-Palawija
3. Daerah yang cenderung kekurangan air Padi-Padi-Bera

19
No Ketersediaan Air Untuk Jaringan Irigasi Pola Tanam
Palawija-Padi-Palawija
Sumber: (Shidarta, 1997)
Tabel 5. Koefesien tananam padi per fase pertumbuhan
Koefesien
Fase pertumbuhan waktu
Tanaman
Penyiapan lahan/Nurseri 30 hari 1.20
Penggenangan/Land prepanation 20 hari -
Penanaman/Intial stage 20 hari 1.10
Pertumbuhan/Developin. Stage 40 hari -
Menjelang tumbuh/mid season 40 hari 1.05
Masa tua/Late season 30 hari 0.08
Total 150 hari 4.15
Sumber: Menurut Cropwat tahun 2009
b. Rencana tata tanam/pola tanam
Rencana tata tanam adalah suatu daftar perhitungan atau grafik
yang menggambarkan hal-hal berikut :
1) Rencana luas tanam (padi, palawija dan lain-lain)
2) Rencana golangan
3) Rencana pengeringan saluran (pemeriksaan dan perbaikan)
4) Jadwal tanam
5) Perhitungan kebutuhan air
6) Debit andalan
7) Keseimbangan air
Semua poin di atas harus di lakukan demi mendapatkan hasil yang
maksimal dari pengerjaan suatu lahan areal persawahan.

E. Aplikasi/Software Cropwat

Cropwat adalah decision support system yang dikembangkan oleh Divisi


Land and Water Development FAO berdasarkan metode Penman-Monteith,
Untuk merencanakan dan mengatur irigasi (Tumiar dkk., 2012). Cropwat
merupakan sebuah program computer untuk perhitungan kebutuhan air tanaman
dan kebutuhan irigasi bedasarkan tanah, iklim dan tanaman. Selain itu, program

20
ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang
berbeda dan perhitungan penyediaan air untuk berbagai skema pola tanam.
Cropwat juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-praktek irigasi dan
untuk menilai kinerja di bawah kedua kondisi tadah hujan dan irigasi.
Cropwat merupakan salah satu perangkat lunak yang dikembangkan oleh
Divisi Pengembangan Tanah dan Air FAO dengan metode penmen-monteith
yang menrancang dan mengelola irigasi. Perangkat lunak Cropwat dipopulerkan
oleh FAO pada tahun 1990. Cropwat merupakan software yang telah
memberikan hasil prediksi berdasarkan hasil uji coba peneliti sebelumnya yang
menggunakan aplikasi ini, memberikan data yang akurat sehingga FAO
memberikan saran untuk menggunakan aplikasi tersebut dalam menghitung
kebutuhan air baik untuk tanaman dan juga irigasi (Shalsabillah dkk., 2018).
Sesuai dengan rumus empiris Penman-Monteith untuk memperkirakan
evapotranspirasi, jadwal irigasi dan kebutuhan air pada pola tanam yang
berbeda. Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan bahwa daerah yang
kebutuhan airnya lebih besar daripada air yang diberikan, jumlah hasil yang
hilang dapat dikurangi secara signifikan dengan penerapan jadwal irigasi yang
baik (Prastowo dkk., 2016)
Menurut Shalsabillah (2018), data awal yang dibutuhkan pada aplikasi
Cropwat adalah:
1. Data klimatologi yang memuat tentang cuaca suatu daerah merupakan data
klimatologi yang bisa didapatkan bukan saat itu melainkan data yang
memiliki jangka yang cukup lama, beberapa data klimatologi yang
dibutuhkan untuk software cropwat yaitu kecepatan angin, suhu udara,
kelembaban dan lama penyinaran matahari.
2. Data tanaman memuat beberapa variabel seperti jenis tanaman, masa
tanaman, dan perkembangan tanaman selama masa tanam dan jadwal panen
tanaman.
3. Data tanah yaitu jenis tanah yang digunakan atau ditempati untuk menanam,
beberapa data tanah yang dibutuhkan yaitu jenis tanah, kelembaban tanah dan
porositas tanah.

21
4. Data CWR atau kebutuhan air tanaman Data CWR bisa ditentukan jika data
Eto atau data tanaman telah didapakan hasilnya.
Program Cropwat 8.0 merupakan versi terbaru yang didalamnya
mengandung data karakteristik tanah dan karakteristik tanaman standar dalam
perhitungan kebutuhan air irigasi ini cukup menggunakan 4 fitur yaitu:
1. Climate/Eto yang berisi data klimatologi dengan model analisis dengan
menggunakan metode Penman monteith.
2. Rain yang berisi analisis data curah hujan dengan metode kalkulasi effective
rain.
3. Crop yang berisi data tanaman kc, daur hidup, rooting depth dan lainnya
4. Soil yang berisi data tanah untuk menghitung infeltrasi max, roofing depth
max.
5. Crw yang berisi data kc, ETc, dan effective rain untuk menghitung
ketersediaan air irigasi (irrigation requirement).
Metode ini cukup mudah digunakan dibandingkan dengan cara lain yang
bersifat konvesional. Dengan adanya program ini, menghitung kebutuhan air
tanaman menjadi lebih praktis. Hampir semua jenis tanaman (30 jenis tanaman)
dapat diketahui kebutuhan airnya secara tepat dan teliti, selain itu dapat diketahui
kebutuhan airnya secara teliti dan tepat dan juga data yang disajikan lengkap.
Kita dapat mengetahui kapan waktu penanaman, jadwal irigasi, dan kebutuhan
air tanaman setiap bulannya. Selain itu Cropwat 8.0 mudah digunakan, sangat
praktis karena juga cepat dalam mengolah data dan menyajikan hasil yang
diinginkan, mampu mendesain, memanajemen, serta mampu menampilkan hasil
dalam bentuk grafik dan form. File – file jadwal irigasi dapat disimpan sehingga
dapat digunakan di kemudian hari.
Kelebihan dari perangkat lunak Cropwat 8.0, aplikasi ini memudahkan
perkerjaan dalam menghitung kebutuhan air tanaman dan bagaimana
penjadwalan pengairan untuk tanaman yang inigin di ketahui. Selain itu program
ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang
berbeda dalam perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman.
Software Cropwat 8.0 juga dapat digunakan untuk menvaluasi praktik irigasi
pertanian dan untuk menilai kinerja tanaman yang berhubungan dengan

22
kebutuhan air. Namun ada kekurangan dari aplikasi ini yaitu penggunaannya
masih belum menyeluruh dan hanya digunakan oleh kalangan tertentu, misalnya
kalangan petani belum bisa menggunakan aplikasi ini, kemudian aplikasi ini
hanya tersedia dalam beberapa beberapa bahassa. Kekurangan lainnya dari
Cropwat 8.0 adalah hasil data yang hanya bersikisar dua angka di belakang koma
sehingga nilai yang dihasilkan sangat bergantung pada pembulatan yang di
lakukan (Prijono, Sugeng. 2009).

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada daerah irigasi Batang Sanipan 2 di


Kenagarian Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota. Saluran
irigasi yang di analisis mempunyai panjang ± 4,62 km dengan pengambilan air
dari bendung yang berada pada sungai Batang sanipan. Area persawahan yang
dilayani oleh irigasi batang sanipan seluas ± 73,64 ha.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian


(Sumber: Google Earth)
Tanggal akses: 01 September2023
B. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan untuk proses analisis


menggunakan perhitungan metode KP 01 dan software Cropwat berupa data
primer yang akan didapatkan langsung dari hasil pengujian di lapangan dan data
sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Berikut data-data yang diperlukan
untuk proses analisis yaitu sebagai berikut:
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh atau didapatkan berdasarkan
pendataan dan mengamatan langsung di lokasi penelitian, data primer
tersebut yaitu:

24
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui situasi suatu objek yang
akan dikaji seperti lahan yang mengalami keterbatasan air, kerusakan
bangunan eksisting, air yang tidak dapat menjangkau seluruh jaringan
irigasi, dan sebagainya. Observasi dilakukan dengan cara meninjau
langsung pada lokasi penelitian tepatnya di daerah irigasi Batang Sanipan
2 Kenagarian Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.
b. Wawancara
Wawancara ditujukan kepada kelompok tani Kenagarian
Sarilamak, dengan membahas kondisi atau keadaan lahan pertanian,
berapa banyak lahan pertanian yang mengalami krisis air, data kelompok
tani, luas lahan pertanian, dan dampak dari keterbatasan air terhadap hasil
panen. Wawancara juga dilakukan dengan Wali Jorong Ketinggian untuk
mendapatkan data-data lain yang diperlukan untuk mendukung dalam
pengerjaan penelitian ini.
c. Data Curah Hujan
Data curah hujan adalah kumpulan informasi atau pengukuran
yang mencatat jumlah air hujan yang jatuh dalam suatu periode tertentu di
suatu lokasi atau wilayah. Data curah hujan umumnya dinyatakan dalam
satuan millimeter (mm) atau sentimeter (cm) dan dapat dikumpulkan
dalam interval harian, bulanan, tahunan, atau dalam periode lainnya
tergantung pada kebutuhan analisis atau pemantauan. Pada penelitian ini
alat yang dipakai adalah Wireless Rain Gauge, alat ini dipasang pada
daerah irigasi Batang sanipan selama ± 1 bulan.
d. Data Klimatologi
Data klimatologi adalah data yang terdiri atas data suhu,
kecepatan angin, lama penyinaran matahari, dan kelembaban udara.
Karena pada daerah di kabupaten Limapuluh Kota tidak memiliki stasiun
klimatologi yang aktif maka akan digunakan data primer untuk
mendapatkan data klimatologi yang diperlukan.
Data klimatologi didapatkan dari penggunaan Anemometer, Lux
Meter Dan Humadity. Alat di pasang pada daerah penelitian selama 7 hari.

25
Penggunaan alat ini bertujuan untuk mengganti data yang tidak diperoleh
i i

pada data sekunder yaitu data klimatologi di antaranya data suhu,


kecepatan angin, lama penyinaran matahari, dan kelembaban udara pada
daerah irigasi Batang Sanipan 2.
e. Data Perkolasi
Data perkolasi adalah informasi yang menggambarkan
kemampuan tanah atau material tertentu dalam menyerap atau melewati
air. Data ini didapatkan dengan menentukan jenis tanah sebagai acuan
perkolasi dalam mm/hari. Data perkolasi dikumpulkan melalui pengujian
tekstur tanah yang di ambil di lapangan dan dilakukan pengujian tekstur
tanah di laboratorium menggunakan metode analisis saringan dan analisis
hidrometer. Pengujian tekstur tanah dilakukan pada dua titik berbeda di
area irigasi Batang Sanipan 2. Dalam percobaan ini, jenis tanah yang
didapatkan akan menentukan nilai perkolasi pada daerah irigasi Batang
Sanipan 2.
f. Data Debit Sungai
Pengukuran debit sungai bertujuan untuk mengetahui ketersediaan
air sungai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Pengukuran debit sungai
menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama dengan metode
konvensional, hanya saja kecepatan aliran diukur dengan menggunakan
pelampung. Perhitungan ini membutuhkan data kedalaman sungai dan
lebar dari sungai dan pada saat pengambilan data akan diperoleh kecepatan
dari benda apung berupa bola pingpong.
2. Data Sekunder
a. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang dibutuhkan adalah data yang berada atau
tercatat pada stasiun hujan yang terletak di cakupan areal daerah irigasi
Batang Sanipan 2. Pada penelitian ini, data curah hujan yang di gunakan
merupakan data curah hujan yang tercatat pada stasiun hujan Tanjung Pati.
Data curah hujan diperoleh dari Badan Pengelolaan Sumber Daya Air
Sumatera Barat (BPSDA Sumbar). Data curah hujan yang diperlukan
adalah data curah hujan 10 tahun terakhir.

26
b. Data Klimatologi
Data klimatologi yang dibutuhkan adalah data data suhu, kecepatan angin,
lama penyinaran matahari, dan kelembaban udara dalam 10 tahun terakhir.
Data klimatologi diperoleh dari Badan Pengelolaan Sumber Daya Air
Sumatera Barat (BPSDA Sumbar).
b. Luas Area
Luas area atau daerah layan irigasi Batang Sanipan 2 didapatkan
pada Dinas PUPR Kabupaten Limapuluh Kota.

C. Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


1. Water Rain Gauge
Water Rain Gauge adalah alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran curah hujan dalam satuan mm.

Gambar 4. Water Rain Gauge


2. Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin dalam satuan km/jam. Pada alat anemometer juga dilengkapi dengan
nilai temperatur dalam satuan 0C.

27
Gambar 5. Anemometer
3. Humadity Meter
Humadity meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
air dan kelembaban udara pada suatu tempat. Alat ini juga dilengkapi dengan
temperatur dalam ruangan dan temperatur luar ruangan.

Gambar 6. Humadity Meter


D. Metode Pembahasan

penelitian merupakan suatu cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan


yang valid dengan tujuan menemukan, mengembangkan, dan membuktikan
pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk dipahami, memecahkan,
dan memprediksi masalah (Sugiyono,2007). Metode penelitian yang digunakan
pada penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Menurut Sudjana & Ibrahim (2004), Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau
peristiwa yang sedang terjadi, sedangkan pendekatan kuantitatif adalah
pendekatan penelitian terhadap proposisi, proses, hipotesis, kerja lapangan,
analisis data dan inferensi data dengan menggunakan aspek pengukuran,
perhitungan, rumus dan kepastian bilangan.

28
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian
deskriptif dilakukan dengan cara mencari informasi tentang gejala yang ada,
menjelaskan dengan jelas tujuan yang dicapai, merencanakan kegiatan dan
mengumpulkan informasi sebagai bahan untuk menyusun laporan. Dalam
penelitian ini penulis ingin mengetahui kebutuhan air irigasi daerah irigasi
Batang Sanipan 2, apakah debit air yang ada pada daerah irigasi Sanipan 2 dapat
mencukupi kebutuhan air untuk lahan pertanian. Pendekatan penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif karena menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran data, serta penampilan dari hasilnya. Pendekatan
ini di hubungkan dengan variable penelitian yang memfokuskan pada masalah
dan fenomena yang terjadi pada saat sekarang dengan bentuk penelitian berupa
hasil angka yang memiliki makna. Adapun tahapan dalam pelaksanaan
penelitian yaitu:
A. Studi Literatur
Studi literatur adalah studi kepustakaan untuk mendapatkan teori atau
materi yang berhubungan dengan permasalahan utama di antaranya hidrologi,
irigasi, ketersediaan air irigasi dan analisa kebutuhan air irigasi.

B. Survei dan Pengumpulan Data


Survey lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan sebagai data primer dan data sekunder. Data primer bersumber
lagsung dari pengamatan dan pengujian di lapangan dan data sekunder berasal
dari instansi terkait.
3. Analisa Data Klimatologi
Analisa data klimatologi dilakukan untuk menentukan nilai
evapotranspirasi pada lahan pertanian daerah irigasi Batang Sanipan 2 di
Kenagarian Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.
Analisa menggunakan metode Penman Modifikasi, Metode ini dipilih karena
data-data yang diperoleh cukup lengkap untuk melakukan analisis
mengunakan metode tersebut. Rumus Penman modifikasi dapat dilihat pada
persamaan 5 halaman 15.

29
4. Analisa Data Curah Hujan
a. Curah hujan andalan
Curah hujan andalan untuk tanaman padi adalah probabilitas curah
hujan yang jatuh dengan kegagalan 80% (R 80) dan untuk tanaman
palawija dengan kegagalan 50% (R 50). Curah hujan andalan ditetapkan
bedasarkan persamanan 1 halaman 12.
b. Curah hujan rata-rata
Salah satu cara untuk menghitung curah hujan rata-rata dengan cara
menghitung polygon tessen berdasarkan persamaan 2 halaman 13.
c. Curah hujan efektif
Curah hujan efektif (Reff) di tentukan oleh besarnya R8 yang
merupakan curah hujan yang dapat di lampaui sebanyak 80% atau
dilampauinya 8 kali dari 10 kejadian. Dengan kata lain bahwa peluang
terjadinya yaitu 80% atau resiko tidak terjadinya hanya 20%. Curah hujan
efektif untuk padi menggunakan rumus pada persamaan 3 halaman 14 dan
curah hujan efektif untuk palawija menggunakan rumus pada persamaan 4
halaman 14.
5. Analisa Kebutuhan Air Irigasi Metode KP - 01
Analisa kebutuhan air irigasi pada area persawahan terdiri dari
beberapa komponen yang mempengaruhinya yaitu sebagai berikut :
a. Penyiapan lahan
Kebutuhan air irigasi selama persiapan lahan pada umumnya
menggunakan metode yang dikembangkan oleh Van De Goor dan Zijlstra
(1986). Metode ini berdasarkan pada lajur air konstan dalam satuan l/dt
selama penyiapan lahan dan menghasilkan rumus pada persamaan 13
halaman 18.
b. Koefisien tanaman
Koefisien tanaman yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2 pada
halaman 20. Nilai kc yang digunakan yaitu FAO varietas unggul untuk
tanaman padi.
c. Penggunaan konsumtif

30
menghitung kebutuhan air konsumtif tanaman dapat digunakan
rumus empiris pada persamaan 6 halaman 16.
d. Perkolasi
Nilai perkolasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4 pada
halaman 21 dengan nilai perkolasi 3 mm/hari.
e. Pergantian lapisan air
Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali dengan nilai 50
mm atau (3,3 mm/hari selama setengah bulan) selama sebulan dan dua
bulan setelah proses transplantasi selesai. Pergantian lapisan air dapat juga
dilakukan selama satu bulan dan satu bulan kedua setelah transplantasi
dengan nilai 1.65 mm/hari.
f. Kebutuhan air bersih di sawah (NFR) dapat dihitung menggunakan
persamaan 7 halaman 17.
g. Kebutuhan air bersih untuk padi (WRD) dapat dihitung menggunakan
persamaan 8 halaman 17 dan kebutuhan air bersih untuk palawija (WRP)
dapat dihitung menggunakan persamaan 9 halaman 17.
h. Kebutuhan air irigasi dapat dihitung menggunakan persamaan 10 halaman
17 untuk kebutuhan air pada pintu sadap utama, persamaan 11
halaman 17 untuk kebutuhan air pada pintu sadap sekunder dan persamaan
12 halaman 12 untuk kebutuhan air pada pintu sadap tersier.
6. Tahap Analisis Kebutuhan Air Irigasi Menggunakan Software Cropwat
Dalam pelaksanaan penelitian, analisis data dilakukan bersamaan
dengan proses pengamatan. Pada software Cropwat menu yang digunakan
hanya sampai pada tahap analisis CWR untuk mendapatkan nilai kebutuhan
air irigasi. Adapun prosedur penggunaan software Cropwat adalah sebagai
berikut:
a. Jalankan Software Cropwat Version 8.0

31
Gambar 7. Menu Utama Software Cropwat
(Sumber: Cropwat Version 8.0)

b. Menghitung Evapotranspirasi (Climate/Eto)


Menghitung Evapotranspirasi dalam aplikasi ini di input data
klimatologi berupa:
1) Klik ikon Climate.
2) Input data country, nama (Negara) lokasi stasiun klimatologi.
3) Input data stasiun, nama stasiun klimatologi pencatatan.
4) Input data latitude, koordinat tinggi tempat stasiun pencatat.
5) Input data longitude, koordinat letak lintang (Utara/Selatan)
6) Input data temperature maksimum dan minimum (˚C/˚F/˚K)
7) Input data kelembaban relatif (% mm/Hg, kpa, mbar)
8) Input data kecepatan angin (km/hari, km/jam, m/det, mile/jam)

Gambar 8. Perhitungan Evapotranspirasi (Climate/Eto) Software Cropwat


(Sumber: Cropwat Version 8.0)

32
c. Menghitung Curah Hujan
Dalam menghitung data curah hujan yang harus di input adalah
sebagai berikut:
1) Klik Ikon Rain.
2) Input data curah hujan dari stasiun yang di tentukan.
3) Data total hujan tiap bulan dari Bulan Januari s/d Desember.
4) Pilih dan isikan metode perhitungan, option pilih USDA soil
conservation service ( untuk perhitungan Palawija).
5) Otomatis curah hujan efektif terhitung dan hasil langsung tampil.

Gambar 9. Perhitungan Curah Hujan (Rain) Software Cropwat


(Sumber: Cropwat Version 8.0)
d. Menghitung Data Tanaman (Crop)
Dalam menghitung tanaman (crop) yang harus di imput adalah
sebagai berikut:
1) Klik Ikon Crop.
2) Input data tanaman (mengambil dari data base FAO) atau survei
langsung di lapangan lalu di analisis.
3) Kemudian edit tanggal awal tanam.
4) Maka Akan Muncul dengan Sendirinya Perhitungan data tanaman.

33
Gambar 10. Perhitungan Data tanaman (Crop) Software Cropwat
(Sumber: Cropwat Version 8.0)
e. Menghitung Data Tanah (Soil)
Dalam menganalisa data tanah atau (soil) yang di input adalah
sebagai berikut:
1) Klik Ikon Soil.
2) Masukkan data tanah (Mengambil dari data Base FAO) atau survei
langsung pada lapangan.
3) Edit angka.
4) Maka akan muncul dengan sendirinya hasil dari perhitungan data tanah.

Gambar 11. Perhitungan Data Tanah (Soil) Software Cropwat


(Sumber: Cropwat Version 8.0)
f. Menghitung Kebutuhan Air Tanaman (CWR)
Dalam menganalisa CWR atau kebutuhan air tanaman yang di
input adalah sebagai berikut:

34
1) Klik ikon CWR.
2) Otomatis analisis kebutuhan air akan langsung muncul setelah semua
pengisian sebelumnya telah dilakukan.
3) Analisa perhitungan yang telah di hitung oleh software Cropwat.
4) Lihat Kebutuhan Air yang telah keluar di bagian akhir atau bawah tabel.

Gambar 12. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi (CWR) Software Cropwat


(Sumber: Cropwat Version 8.0)
7. Kesimpulan
Setelah hasil analisis diperoleh menggunakan software Cropwat 8.0
dan metode KP – 01, sehingga diperlukan adanya kesimpulan akhir apakah
ketersediaan air irigasi Batang Sanipan 2 masih mencukupi kebutuhan air
untuk lahan pertanian atau harus diadakan evaluasi dan perbaikan pada
jaringan irigasi Batang Sanipan 2.

35
E. Diagram Alir

Mulai

Studi Literalur

Pengumpulan Data

Data Sekunder Data Primer


a. Data Curah Hujan a. Data Curah Hujan
b. Data Klimatologi b. Data Klimatologi
c. Luas Area c. Data Tanah
d. Hasil Obeservasi
dan Wawancara
e. Data Debit Sungai

Analisis Data

a. Curah hujan rata-rata


b. Curah hujan efektif
c. Evapotranspirasi

Software Cropwat Metode KP-01

Kebutuhan air Sistem pola tanam Kebutuhan air Sistem pola tanam
tanaman tanaman

Kesimpulan

Selesai

36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Pengumpulan Data
Analisis kebutuhan air menggunakan perhitungan manual KP-01
(Kriteria Perencanaan 01) dan menggunakan software Cropwat 8.0 dapat
dilakukan menggunakan data hidrologi yaitu curah hujan dan klimatologi dan
bersumber dari data primer yang dilakukan pada bulan juni - juli dan sekunder
selama 10 tahun terakhir yang didapatkan dari BPSDA Sumatera Barat, data
– data hidrologi tersebut antara lain:
a. Data Klimatologi
Berdasarkan data primer klimatologi yang di ukur pada bulan Juni
- Juli berupa data temperatur udara (Co), data kelembapan relative (%)
serta data sekunder yang diperoleh dari BPSDA Sumatera Barat berupa
data temperatur udara (Co), data kelembapan relative (%), dan data
kecepatan angin (km/hr) dan data lama penyinaran matahari (%), berikut
hasil rekapitulasi rata – rata bulanan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Data Klimatologi
Bulan Temperatur Kelembapan Lama Penyinaran Kecepatan Angin
C° Udara (%) (jam/hr) (m/detik)
Jan 25,00 85,60 29,29 46,37
Feb 25,90 84,60 21,22 44,76
Mar 25,50 85,20 27,73 45,25
Apr 25,50 86,00 34,50 39,23
May 25,40 85,40 29,92 35,57
Jun 25,10 85,90 25,14 40,07
Jul 25,00 86,10 32,76 42,02
Aug 25,60 85,00 34,26 45,46
Sep 25,40 86,00 27,26 46,31
Oct 25,30 84,50 23,93 45,24
Nov 25,20 84,70 27,66 43,64
Dec 25,80 85,60 30,23 44,61

b. Data Curah Hujan


Data curah hujan yang didapatkan melalui data primer yang
dilakukan pada periode 2 pada bulan Juni dan periode 1 pada bulan Juli

37
serta data sekunder yang berasa dari BPSDA Sumatera barat pada stasiun
hujan Tanjung Pati berupa data curah hujan harian selama 13 tahun yang
akan digunakan sebagai data unput dalam pengolahan data analisa
kebutuhan air irigasi Batang Sanipan 2. Berikut rekapitulasi curah hujan
data primer dan sekunder dalam 15 harian.
Tabel 7. Rekapitulasi Data Primer Curah Hujan Setengan Bulanan
Juni 2023 Juli 2023
Hari
Perd. 1 Perd. 2 Perd. 1 Perd. 2
1 - 0,30
2 - 0,60
3 - -
4 - 23,70
5 - 56,50
6 12,00 18,90
7 1,50 12,40
8 9,00 36,30
9 - 16,40
10 0,30 14,10
11 2,40
12 1,30
13 21,50
14 1,20
15 5,10
Jumlah - 54,30 179,20

Setelah didapatkan data primer curah hujan harian periode


setengan bulanan pada bulan Juni periode 1 dan Juli periode 2, kemudian
data primer di masukkan pada data sekunder rekapitulasi curah hujan
setengah bulanan pada tahun yaitu tahun 2022 untuk bulan juni periode 2
dan juli periode 1. Berikut rekapitulasi curah hujan setengan bulanan data
primer dan sekunder:

38
Tabel 8. Rekapitulasi Data Sekunder Curah Hujan Setengan Bulanan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahun
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
2010 338,00 462,00 142,00 182,00 94,50 125,00 338,00 205,50 120,00 63,00 41,00 117,00 112,50 25,00 66,00 43,00 96,50 234,50 35,00 51,00 21,80 71,80 17,50 99,50
2011 17,00 144,00 75,00 93,00 106,00 40,00 58,50 205,50 9,50 214,00 90,50 3,00 26,00 27,00 67,00 108,50 218,50 98,50 38,00 243,00 225,00 86,00 140,00 250,00
2012 40,00 16,00 150,50 116,80 98,00 182,00 165,00 219,00 60,00 144,00 171,00 97,00 284,00 172,00 7,00 140,00 37,00 37,00 176,00 109,00 494,00 364,00 200,00 322,00
2013 0,00 83,00 210,00 68,00 99,00 239,00 44,00 76,00 93,00 63,00 43,00 64,00 27,00 58,00 1,00 155,00 128,00 65,00 216,00 285,00 159,00 154,00 232,00 145,00
2014 26,00 68,00 16,00 2,00 59,00 33,00 96,50 175,00 136,00 128,00 75,00 0,00 57,00 0,00 100,00 130,00 119,00 151,00 95,00 37,00 167,00 273,00 54,00 143,00
2015 44,00 156,00 83,00 42,00 94,00 132,00 175,00 160,00 45,50 89,00 184,00 8,00 17,00 2,00 97,00 67,00 17,00 123,00 11,00 39,00 184,00 421,50 206,00 83,00
2016 60,00 48,00 59,00 6,00 81,00 114,00 131,00 134,00 21,00 20,00 41,00 8,00 0,00 11,00 21,00 40,00 32,00 0,00 2,00 22,00 168,00 61,00 30,00 41,00
2017 29,00 74,40 8,00 41,00 171,00 23,00 54,00 95,00 139,00 104,00 39,00 35,00 52,00 0,00 30,00 66,00 83,00 110,00 45,00 82,00 49,00 105,00 135,00 82,00
2018 51,00 110,00 92,00 113,00 121,00 114,00 61,00 86,00 85,00 42,00 55,00 85,00 42,00 40,00 30,00 66,00 83,00 100,00 45,00 82,00 49,00 105,00 135,00 82,00
2019 51,00 110,00 92,00 113,00 45,00 129,00 100,00 117,00 65,00 42,00 55,00 85,00 51,00 56,00 79,00 29,00 143,00 51,00 67,00 141,00 125,00 224,00 221,00 215,00
2020 59,00 132,00 90,00 30,00 18,00 127,00 196,00 122,00 47,00 108,00 67,00 19,00 177,00 2,00 39,00 16,00 120,00 49,00 59,00 131,00 44,00 94,00 5,00 44,00
2021 64,00 81,00 47,00 0,00 65,00 61,00 99,00 133,00 97,00 50,00 84,00 38,00 86,00 0,00 0,00 86,00 92,00 54,00 0,00 0,00 171,00 17,00 94,00 103,00
2022 21,00 46,00 104,00 89,00 250,00 24,00 131,00 116,00 27,00 56,00 63,00 60,30 179,20 62,00 79,00 159,00 20,00 73,00 179,00 130,00 57,00 47,00 127,00 10,00

39
2. Analisa Data Klimatologi
Analisa data klimatologi dilakukan untuk menghitung nilai
evapotranspirasi potensial (ETo), data yang digunakan untuk menganalisis
nilai evapotranspirasi di antaranya kecepatan angin, temperatur udara rata –
rata harian, kelembaban relative, lama penyinaran matahari, ketinggian
stasiun pengamatan dan koordinat stasiun pengamatan klimatologi. Berikut
hasil perhitungan evapotranspirasi pada bulan Januari menggunakan metode
penman modifikasi berdasarkan buku FAO Irrigation And Drainage Paper
24:
A. Data
Data – data yang dibutuhkan dalam menghitung nilai
evapotransipirasi acuan (ETo) dapat dilihat pada lampiran.
1) Nama stasiun : Tanjung Pati
2) Lokasi Stasiun :0° 10’ 46.03” LS - 100° 39’ 45.06”
BT
3) Tinggi Dpl : 503 m Dpl
4) Temperatur rata – rata (T) : 25 oC
5) Kelembaban relative (Rh) : 85,60 %
6) Kecepatan angin (Uday) : 46,37 Km/Hari
7) Penyinaran Matahari (%) : 29,29 %
b. Analisis Data
1) Menentukan nilai tekanan uap jenuh (ea)
Nilai tekanan uap jenuh (ea) dipengaruhi oleh suhu yang di
dapatkan dengan cara interpolasi pada lampiran 4 pada halaman 77 dan
didapatkan nilai tekanan uap jenuh yaiutu sebagai berikut:
𝑇 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑇1
ea =( ) 𝑥 (𝑒𝑎2 − 𝑒𝑎1) + 𝑒𝑎1
𝑇2−𝑇1
25−25
= (26−25) 𝑥 (33,6 − 31,7) + 31,7

= 31,7
2) Faktor koreksi temperatur pada radiasi (Weighting factor, W)
Nilai kefisien factor radiasi dengan hubungan suhu didapatkan
pada lampiran 3 pada halaman 77. Elevasi pada kawasan Irigasi Batang
Sanipan 2 yaitu 503 m Dpl sedangkan nilai W pada tabel hanya terdapat

40
pada ketinggian 500 hingga 1000 m Dpl maka digunakan interpolasi
sebagai berikut :
ℎ 𝑚𝑒𝑎𝑛−ℎ1
W (24oC) = ( ) 𝑥 (𝑤2 − 𝑤1) + 𝑤1
ℎ2−ℎ1
503−500
= (1000−500) 𝑥 (0,75 − 0,74) + 0,74

= 0,7401
ℎ 𝑚𝑒𝑎𝑛−ℎ1
W (26oC) = ( ) 𝑥 (𝑤2 − 𝑤1) + 𝑤1
ℎ2−ℎ1
503−500
= (1000−500) 𝑥 (0,77 − 0,76) + 0,76

= 0,7601
Maka nilai w di interpolasikan
𝑇 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑇1
W (25oC) = ( ) 𝑥 (𝑤2 − 𝑤1) + 𝑤1
𝑇2−𝑇1
25−24
= (26−24) 𝑥 (0,7601 − 0,7401) + 0,7401

= 0,7501
3) Faktor pemberat (1 – W)
(1-W) =1–W
= 1- 0,7501
= 0,2499
4) Efek temperatur (Effect of temperature, f(T) )
Nilai koefisien efek temperatur terhadap radiasi gelombang
panjang (Rn1) menggunakan interpolasi pada lampiran 5 halaman 77
dan dihasilkan nilai f(T) sebagai berikut :
𝑇 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑇1
f(T) =( ) 𝑥 (𝑓(𝑇)2 − 𝑓(𝑇)1) + 𝑓(𝑇)1
𝑇2−𝑇1
25−25
f(T) = (26−25) 𝑥 (15,9 − 15,7) + 15,7

= 15,70
5) Tekanan uap nyata (ed)
Ed = ea x Rh
= (31,7 x 85,60)/100
= 27,14
6) Fungsi tekanan uap nyata (ed)
f(ed) = 0,34 – 0,044 x √ed

41
= 0,34 – 0,044 x √27,14
= 0,11 mbar
7) Selisih ea dengan ed (ea-ed)
(ea-ed) = (31,7-27,14)
= 4,56 mbar
8) Menentukan nilai angot / Radiasi matahari (Ra)
Nilai radiasi matahari (Ra) didapatkan dari interpolasi pada
lampiran 6 halaman 78, nilai angot dipengaruhi oleh latitude (letak
lintang), stasiun Tanjung Pati berada pada koordinat 0° 10’ 46.03” LS,
koordinat tersebut dikonversikan ke decimal.
0° 10’ 46,03” = 0 + 10/60 + 46,03/3600
= 0,17945
Sehingga didapatkan nilai Ra dengan menggunakan interpolasi
sebagai berikut :
𝐴 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝐴1
Ra =( ) 𝑥 (𝑅𝑎2 − 𝑅𝑎1) + 𝑅𝑎1
𝐴2−𝐴1
0,1795−0
=( ) 𝑥 (15,3 − 15,0) + 15,0
2−0

= 15,177 mm/hr
9) Radiasi gelombang pendek (Rs)
Rs = (0,25+0,5 x (n/N/100)) x Ra
= (0,25+0,5 x 0,29) x 15,177
= 6,19 mm/hr
10) Fungsi ratio lama penyinaran (f(n/N))
F(n/N) = 0,1 + 0,9 x (n/N/100)
= 0,36
11) Koofisien albedo
Koofisien albedo/refleksi (α) tergantung pada sifat penutup
lahan, untuk tanaman oada umumnya nilai α = 0,25 (Doorenbos &
Pruitt,1977) dan pada lampiran 7 halaman 79 dengan tutupan lahan
rumput nilai albedo (α) =0,1 – 0,33 sehingga di asumsikan nilai = 0,25.
12) Fungsi Kecepatan angin (f(U))
f(U) = 0,27 x (1 + U /100)
= 0,27 x (1 +( 46,37 /100))

42
= 0,395
13) Radiasi netto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs (1- α)
= 6,19 x (1 - 0,25)
= 4,65 mm/hr
14) Radiasi netto gelombang panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x F(n/N)
= 15,70 x 0,11 x 0,36
= 0,63 mm/hr
15) Radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 4,65 – 0,3
= 4,01 mm/hr
16) Faktor penyesuaian ( C )
Nilai factor penyesuaian bergantung pada kecepatan angin (U),
kelembaban relative (RH), nilai radiasi matahari (Rs), ratio penjalaran
angin siang dan malam (Uday/Unight), karena perbandingan kecepatan
angin pada siang dan malam tidak tersedia pada data stasiun Tanjung
Pati sehingga nilai c di asumsikan 1 berdasarkan lampiran 8 halaman
79 dengan interpolasi sebagai berikut :
𝑅𝑠 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑅𝑠1
c (Rh 60%; Uday 0) =( ) 𝑥 (𝑐2 − 𝑐1) + 𝑐1
𝑅𝑠2−𝑅𝑠1
6,19−6
=( ) 𝑥 (1,05 − 0,98) + 0,98
9−6

= 0,985
𝑅𝑠 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑅𝑠1
c (Rh 60%; Uday 3) =( ) 𝑥 (𝑐2 − 𝑐1) + 𝑐1
𝑅𝑠2−𝑅𝑠1
6,19−6
=( ) 𝑥 (0,94 − 0,86) + 0,86
9−6

= 0,865
Jadi nilai c (Rh 60%) di interpolasikan
𝑈 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑈1
c (Rh 60%) =( ) 𝑥 (𝑐2 − 𝑐1) + 𝑐1
𝑈2−𝑈1
0,536−0
=( ) 𝑥 (0,98 − 0,87) + 0,87
3−0

= 0,89

43
𝑅𝑠 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑅𝑠1
c (Rh 90%; Uday 0) =( ) 𝑥 (𝑐2 − 𝑐1) + 𝑐1
𝑅𝑠2−𝑅𝑠1
6,19−6
=( ) 𝑥 (1,10 − 1,06) + 1,06
9−6

= 1,063
𝑅𝑠 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑅𝑠1
c (Rh 90%; Uday 3) =( ) 𝑥 (𝑐2 − 𝑐1) + 𝑐1
𝑅𝑠2−𝑅𝑠1
6,19−6
=( ) 𝑥 (1,01 − 0,92) + 0,92
9−6

= 0,926
Jadi nilai c (Rh 60%) di interpolasikan
𝑈 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑈1
c (Rh 90%) =( ) 𝑥 (𝑐2 − 𝑐1) + 𝑐1
𝑈2−𝑈1
0,536−0
=( ) 𝑥 (1,063 − 0,926) + 0,950
3−0

= 0,950
Maka nilai c untuk Rh 85,60% adalah sebagai berikut :
𝑅ℎ 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑅ℎ1
c (Rh 85,60%) =( ) 𝑥 (𝑐2 − 𝑐1) + 𝑐1
𝑅ℎ2−𝑅ℎ1
85,60−60
=( ) 𝑥 (0,950 − 0,890) + 0,890
90−60

= 0,941
17) Evapotranspirasi Potensian (Eto)
Perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode
penman modifikasi dihitungan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Eto = c (W x Rn + (1-W) x f(U) x (ea-ed))
= 0,941 ( 0,7501 x 4,01 + 0,2499 x 0,395 x 4,56)
= 3,257 mm/hr
Perhitungan Evapotranspirasi potensial (ETo) untuk bulan Januari
sampai desember menggunakan cara yang sama dapat dilihat pada tabel
berikut :

44
Tabel 9. Perhitungan ETo Metode Penman Modifikasi
Data Sat Ket Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sep Okt Nov Dec
Temperatur Rata-rata (t) °C Data 25,00 25,90 25,50 25,50 25,40 25,10 25,00 25,60 25,40 25,30 25,20 25,80
Kelembaban udara (Rh) Rata-rata % Data 85,60 84,60 85,20 86,00 85,40 85,90 86,10 85,00 86,00 84,50 84,70 85,60
Kecepatan angin (u) Rata-rata Km/hari Data 46,37 44,76 45,25 39,23 35,57 40,07 42,02 45,46 46,31 45,24 43,64 44,61
Kecepatan angin (u) Rata-rata m/dt Data 0,54 0,52 0,52 0,45 0,41 0,46 0,49 0,53 0,54 0,52 0,51 0,52
Penyinaran matahari (n/N) Rata-rata % Data 29,29 21,22 27,73 34,50 29,92 25,14 32,76 34,26 27,26 23,93 27,66 30,23
ANALISA DATA
ea mbar Tabel 31,70 33,41 32,65 32,65 32,46 31,89 31,70 32,84 32,46 32,27 32,08 33,22
Rh mean/100 Data 0,86 0,85 0,85 0,86 0,85 0,86 0,86 0,85 0,86 0,85 0,85 0,86
ed = ea × Rh/100 mbar Perhit 27,14 28,26 27,82 28,08 27,72 27,39 27,30 27,91 27,92 27,27 27,17 28,44
(ea-ed) mbar Perhit 4,56 5,15 4,83 4,57 4,74 4,50 4,41 4,93 4,54 5,00 4,91 4,78
f(u) = 0,27 (1+ u × 0,864) Perhit 0,40 0,39 0,39 0,38 0,37 0,38 0,38 0,39 0,40 0,39 0,39 0,39
W Tabel 0,75 0,76 0,76 0,76 0,75 0,75 0,75 0,76 0,75 0,75 0,75 0,76
(1-W) Perhit 0,25 0,24 0,24 0,24 0,25 0,25 0,25 0,24 0,25 0,25 0,25 0,24
Ra mm/hr Tabel 15,18 15,62 15,70 15,18 14,22 13,66 13,86 14,62 15,24 15,46 15,22 14,98
n/N/100 Data 0,29 0,21 0,28 0,34 0,30 0,25 0,33 0,34 0,27 0,24 0,28 0,30
Rs = Ra × (0,25+0,54 × n/N) Perhit 6,19 5,69 6,28 6,62 5,85 5,27 5,92 6,36 6,05 5,86 6,08 6,19
Rns = (1-a) × Rs (a= 0,25) Perhit 4,65 4,27 4,71 4,97 4,39 3,95 4,44 4,77 4,54 4,40 4,56 4,64
f(ed) = 0,34 – 0,044 ed Perhit 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
f ( n/N ) = 0.1+0.9 × n/N Perhit 0,36 0,29 0,35 0,41 0,37 0,33 0,39 0,41 0,35 0,32 0,35 0,37
f(t) Tabel 15,70 15,88 15,80 15,80 15,78 15,72 15,70 15,82 15,78 15,76 15,74 15,86
Rn1 = f (t) × f (ed) × f (n/N) Perhit 0,63 0,49 0,60 0,69 0,63 0,56 0,68 0,69 0,59 0,55 0,61 0,62
Rn = Rns - Rn1 Perhit 4,01 3,78 4,11 4,27 3,76 3,39 3,76 4,08 3,95 3,85 3,95 4,02
Uday/Unight Asumsi 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
c Tabel 0,94 0,93 0,94 0,95 0,93 0,92 0,93 0,94 0,94 0,93 0,93 0,94
Et0 = c×[W×Rn+(1–w)×f(u)×(ea–ed)] mm/hr Perhit 3,26 3,11 3,36 3,47 3,02 2,72 3,02 3,35 3,21 3,15 3,22 3,29

45
3. Analisa Curah Hujan
a. Curah Hujan Andalan
Curah hujan andalan ditihung menggunakan cara yang telah di
paparkan pada BAB III. Data primer dan sekunder curah hujan setengah
bulan pada stasiun Tanjung Pati dari tahun 2010 – 2022 dapat dilihat pada
tabel. Data curah hujan tersebut kemudian di urutkan mulai dari nilai
terbesar hingga nilai terkecil. Perhitungan R80 menggunakan metode
Weibull didapatkan berdasarkan nilai probabilitas yaitu sebagai berikut:
𝑚
P = 𝑥 100%
𝑛+1
1
P-1 = 13+1 𝑥 100% = 7,14 %
2
P-2 = 13+1 𝑥 100% = 14,28 % dan seterusnya

Untuk menghitung nilai probabilitas berikutnya dilakukan dengan


cara yang sama dengan probabilitas di atas hingga nilai probabilitas 13.
Curah hujan untuk padi ditentukan pada angka probabilitasnya yaitu 80%.
Setelah rangking data dilakukan dari nilai curah hujan terbesar hingga nilai
curah hujan terkecil dan telah didapat nilai probabilitas maka selanjutnya
menentukan nilai curah hujan andalan (R80) untuk tanaman padi. Jika
pada rangking data tidak terdapat probabilitas 80% maka dilakukan
interpolasi sebagai berikut :
𝑃𝑟 𝑚𝑒𝑎𝑛−𝑃𝑟1
R80 jan perd. 1 =( ) 𝑥 (𝑅2 − 𝑅1) + 𝑅1
𝑃𝑟2−𝑃𝑟1
80%−78,57
= (85,71−78,57) 𝑥 (17 − 21) + 21

= 20,2 mm
Rekapitulasi curah hujan andalan (R8) untuk tanaman padi pada
bulan januari – desember dengan periode 15 harian dari gabungan data
primer dan sekunder dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

46
Tabel 10. Analisis Probabilitas R80 15 Harian (mm/hr)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
NO Probabilitas
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 7,142857143 338 462 210 182 250 239 338 219 139 214 184 117 284 172 100 159 218,5 234,5 216 285 494 421,5 232 322
2 14,28571429 64 156 150,5 116,8 171 182 196 205,5 136 144 171 97 179,2 62 97 155 143 151 179 243 225 364 221 250
3 21,42857143 60 144 142 113 121 132 175 205,5 120 128 90,5 85 177 58 79 140 128 123 176 141 184 273 206 215
4 28,57142857 59 132 104 113 106 129 165 175 97 108 84 85 112,5 56 79 130 120 110 95 131 171 224 200 145
5 35,71428571 51 110 92 93 99 127 131 160 93 104 75 64 86 40 67 108,5 119 100 67 130 168 154 140 143
6 42,85714286 51 110 92 89 98 125 131 134 85 89 67 60,3 57 27 66 86 96,5 98,5 59 109 167 105 135 103
7 50 44 83 90 68 94,5 114 100 133 65 63 63 38 52 25 39 67 92 73 45 82 159 105 135 99,5
8 57,14285714 40 81 83 42 94 114 99 122 60 63 55 35 51 11 30 66 83 65 45 82 125 94 127 83
9 64,28571429 29 74,4 75 41 81 61 96,5 117 47 56 55 19 42 2 30 66 83 54 38 51 57 86 94 82
10 71,42857143 26 68 59 30 65 40 61 116 45,5 50 43 8 27 2 21 43 37 51 35 39 49 71,8 54 82
11 78,57142857 21 48 47 6 59 33 58,5 95 27 42 41 8 26 0 7 40 32 49 11 37 49 61 30 44
12 85,71428571 17 46 16 2 45 24 54 86 21 42 41 3 17 0 1 29 20 37 2 22 44 47 17,5 41
13 92,85714286 0 16 8 0 18 23 44 76 9,5 20 39 0 0 0 0 16 17 0 0 0 21,8 17 5 10
Re 80 20,2 47,6 40,8 5,2 56,2 31,2 57,6 93,2 25,8 42 41 7 24,2 0 5,8 37,8 29,6 46,6 9,2 34 48 58,2 27,5 43,4

47
b. Curah Hujan Efektif (Re)
Nilai curah hujan andalan R80 digunakan sebagai acumen
perhitungan curah hujan efektif untuk tanaman padi, berikut contoh
perhitungan curah hujan efektif pada bulan januari periode 1 :
𝑅80 𝑥 0,7
Re (Padi) Jan perd. 1 = 15
20,2 𝑥 0,7
= 15

= 0,94 mm/hr
Berikut hasil rekapitulasi perhitungan curah hujan efektif untuk
tanaman padi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Analisis Curah Hujan Efektif Untuk Tanaman Padi
Reff Padi (mm/hari)
Bulan Periode R80 Jumlah Hari
Periode 15 Harian
1 20,2 15 0,94
Januari
2 47,6 16 2,08
1 40,8 15 1,90
Februari
2 5,2 13 0,28
1 56,2 15 2,62
Maret
2 31,2 16 1,37
1 57,6 15 2,69
April
2 93,2 15 4,35
1 25,8 15 1,20
Mei
2 42 16 1,84
1 41 15 1,91
Juni
2 7 15 0,33
1 24,2 15 1,13
Juli
2 0 16 0,00
1 5,8 15 0,27
Agustus
2 37,8 16 1,65
1 29,6 15 1,38
September
2 46,6 15 2,17
1 9,2 15 0,43
Oktober
2 34 16 1,49
1 48 15 2,24
November
2 58,2 15 2,72
1 27,5 15 1,28
Desember
2 43,4 16 1,90

48
4. Analisa Data Tanah
Berdasarkan hasil pengujian analisis saringan dan analisis hidrometer
sehingga dapat di klasifikasikan kelas tekstur tanah berdasarkan persentase
pasir, debu dan liat dengan mengunakan konsep gradasi USDA (United States
Departemen Of Agriculture). Sistem ini di dasarkan pada ukuran batas dari
butiran tanah sebagai berikut:
Pasir : butiran dengan diameter 2 – 0.05 mm
Lanau : butiran dengan diameter 0.05 – 0.002 mm
Lempung : butiran dengan diameter < 0.002 mm
Persentase pasir, debu dan liat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Hasil Uji Analisis Saringan Dan Hidrometer
Sampel Pasir Lanau Lempung
C1 88,1% 7,7% 4,2%
C2 87,6% 7,9% 4,5%
Berdasarkan hasil persentase kelas tekstur tanah yang telah
didapatkan maka dapat di klasifikasikan kelas tekstur tanah menggunakan
piramid soil classification USDA pada gambar berikut:

Gambar 13. Segitiga Tekstur Tanah


Dari hasil pengujian tekstur tanah sehingga di dapatkan klasifikasi
tanah dengan tekstur tanah pasir berlempung, maka nilai perkolasi dapat
ditentukan berdasarkan harga perkolasi yang dapat dilihat pada tabel 3

49
halaman 20. Untuk jenis tanah pasir berlempung harga perkolasi yaitu 3 – 6
mm/hari.
5. Analisis Data Debit Sungai
Berdasarkan hasil pengukuran debit yang dilakukan langsung di
sungai Batang Sanipan makan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Pengukuran Debit Sungai
Titik Lebar (m) Tinggi (m) Jarak (m) Waktu (dtk)
C1 22 0,9 10 51
C2 22 0,9 10 39
C3 22 0,9 10 38
Rata-rata 22 0,9 10 42,7
Perhitungan:
Luas Penampang
A =LxT
= 22 x 0,9
= 19,8 m2
V = Jarak / waktu
= 10/42,7
= 0,23 m/detik
Q =VxA
= 19,8 m2 x 0,23 m/detik
= 4,6 m3/detik

B. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Metode KP - 01

Kebutuhan air irigasi dapat di analisis berdasarkan cara yang sudah di


paparkan pada BAB III. Perhitungan kebutuhan air irigasi di pegaruhi oleh
beberapa factor di antaranya kebutuhan air untuk penyiapan lahan (LP),
Penggunaan air konsumtif (ETc), Perkolasi (P), Pergantian lapisan air (WLR),
curah hujan efektif (Re), efisiensi irigasi ( e ) dan pola tanam. Pada daerah irigasi
Batang Sanipan 2 adalah padi – padi – padi dalam satu tahun. Berikut
perhitungan kebutuhan air irigasi menggunakan metode KP – 01 :
1. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Jangka waktu yang diberikan untuk penyiapan lahan biasanya selama
1 bulan atau 1 setengah bulan(Standar Perencanaan Irigasi, KP -01: 1986).

50
Jangka waktu penyiapan lahan yang diberikan pada penelitian ini yaitu
selama satu bulan sampai awal penanaman padi. Penyiapan lahan dilakukan
hanya untuk lahan yang di tanami padi. Kebutuhan air untuk tahap persiapan
lahan menggunakan metode Van De Goor dan Zijlstra (1968). Berikut
perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan:
a. Evapotranspirasi Potensial (ETo)
Perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode
penman modifikasi dapat dilihat pada tabel.
ETo (bulan Januari) = 3,26 mm/hr
b. Evapotranspirasi daerah terbuka selama penyiapan lahan (Eo) di gunakan
nilai 1,1 Eo
Eo = 1,1 x Eto
= 1,1 x 3,26
= 3,58 mm/hr
c. Perkolasi (P)
P = 3 mm/hr
d. Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat P & Eo (M)
M = Eo + P
= 3,58 + 3
= 6,58 mm/hr
e. Jangka waktu penyiapan lahan (T)
Perhitungan dilakukan perbulan maka jangka waktu penyiapan lahan
disesuaikan dengan jumlah hari peninjauan (N) dalam satu bulan. Untuk
bulan Januari adalah 31 hari kalender sehingga :
T = 31 hr
f. Kebutuhan air untuk penjenuhan (S)
S = 250 mm/hr
g. Menghitung nilai k
k = (M x T)/S
= (6,58 x 31) / 250
= 0,82 mm/hr
h. ek

51
e merupakan bilangan dasar = 2,718281828 , maka :
ek = 2,7182818280,82
= 2,26
i. ek – 1
ek – 1 = 2,26 – 1
= 1,26
j. Kebutuhan air masa penyiapan lahan (LP)
IR/LP = M.ek / (ek-1)
= (6,58 x 2,26) / 1,26
= 11,8 mm/hr
Berikut rekapitulasi perhitungan air masa penyiapan lahan (LP) dapat
dilihat pada tabel berikut:

52
Tabel 14. Kebutuhan Air Pada Masa Penyiapan Lahan (mm/hr)
No Keterangan Notasi Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Evapotranspirasi Potensial Eto mm/hr 3,3 3,1 3,4 3,5 3,0 2,7 3,0 3,4 3,2 3,1 3,2 3,3
Evaporasi air terbuka Selama
2 Eo = 1.1 x Etomm/hr 3,6 3,4 3,7 3,8 3,3 3,0 3,3 3,7 3,5 3,5 3,5 3,6
Penyiapan Lahan
3 Perkolasi (P) P mm/hr 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
Kebutuhan air pengganti kehilangan
4 M= Eo+P mm/hr 6,6 6,4 6,7 6,8 6,3 6,0 6,3 6,7 6,5 6,5 6,5 6,6
air akibat evaporasi dan perkolasi
5 Lama waktu penyiapan lahan T Hr 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
6 Kebutuhan Air Untuk Penjenuhan S mm/hr 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250
7 k = (M x T)/S - 0,8 0,7 0,8 0,8 0,8 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
8 eᵏ - 2,3 2,1 2,3 2,3 2,2 2,1 2,2 2,3 2,2 2,2 2,2 2,3
9 eᵏ-1 - 1,3 1,1 1,3 1,3 1,2 1,1 1,2 1,3 1,2 1,2 1,2 1,3
Kebutuhan Air Untuk
10 LP=Meᵏ/eᵏ-1 mm/hr 11,8 12,5 11,9 12,2 11,6 11,7 11,6 11,9 12,0 11,7 12,0 11,8
Penyiapan Lahan

53
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan terbesar adalah pada bulan
Februari dengan jumlah yang diperlukan adalah 12,5 mm/hari, Sedangkan
untuk kebutuhan air terkecil untuk penyiapan lahan adalah pada bulan Mei
sebesar 11,635 mm/hr. Namun kebutuhan air yang diperhitungkan untuk
penyiapan lahan akan disesuaikan dengan pola tanam yang sudah ada pada
daerah irigasi Batang Sanipan 2.
2. Kebutuhan Air Bersih di Sawah (NFR)
Analisis kebutuhan air irigasi dilakukan untuk mengetahui jumlah
kebutuhan bersih air irigasi dalam ltr/dtk/ha dan kebutuhan air pada intake
(DR) adalah untuk mengetahui kebutuhan air yang dibutuhkan oleh pintu
pengambilan (intake) untuk sampai pada areal sawah dengan menginput
factor efisiensi irigasi (ef). Sistem pola tanam dilakukan untuk menentukan
potensi tanaman acuan yang tersedia pada area irigasi dengan
menghubungkan pada debit aliran yang di rencanakan dapat mencukupi
kebutuhan air dalam jangka waktu tertentu.
Pola tanam masyarakat pada daerah irigasi batang sanipan 2 menurut
ketua P3A daerah irigasi Batang Sanipan 2 yaitu padi – padi – padi dalam
kurun waktu satu tahun dengan jenis padi variates unggul yang dibedakan
pada ratio luas penggunaan lahan dalam satu kali musim tanam dengan
asumsi luas ratio yang diberikan untuk keseluruhan adalah 100%. Berikut
pembagian ratio luas penggunaan lahan persawahan :
a. Golongan 1 = 40%
b. Golongan 2 = 30%
c. Golongan 2 = 30%
Pada penelitian berdasarkan observasi dengan ketua P3A, awal musim
tanam dimulai pada awal bulan November. Berikut hasil perhitungan
kebutuhan air irigasi daerah irigasi Batang Sanipan 2 :
a. Perhitungan kebutuhan air irigasi tanaman padi di masa persiapan lahan
pada bulan Novemper periode 1 :

1) Penggunaan air konsumtif (Etc)


Etc = LP = 12,03 mm/hr

54
2) Perkolasi (P)
P = 3 mm/hr
3) Curah hujan efektif untuk padi
Re padi = 0,94 mm/hari
4) Pergantian lapisan air (WLR)
WLR = 0 mm/hari
5) Kebutuhan air di persawahan / Net Field Requirement (NFR)
Karena pada awal bulan November adalah masa penyiapan lahan maka
:
NFR = LP – Re
= 12,3 – 0,94
= 11,08 mm/hr
6) Efisiensi irigasi (ef)
Nilai efisiensi irigasi menggunakan harga efisiensi irigasi oleh
Standar Perencanaan Irigasi KP – 01 (1986) :
Efisiensi saluran primer = 90%
Efisiensi saluran sekunder = 90%
Efisiensi saluran tersier = 80%
Efisiensi keseluruhan = 65%
7) Kebutuhan air irigasi (IR)
𝑁𝐹𝑅
IR = 0,65
11,08
= 0,65

= 17,05 mm/hr
8) Kebutuhan air pada intake (DR)
𝐼𝑅
DR (lt/detik/ha) = 8,64
17,05
= 8,64

= 1,97 lt/dtk/ha
𝐷𝑅 𝑥 𝐴(𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑖𝑟𝑖𝑔𝑎𝑠𝑖 (ℎ𝑎)
DR (m2/dtk) = 1000
1,97 𝑥 73,64
= 1000

= 0,145 m3/dtk

55
b. Kebutuhan air irigasi tanaman padi setelah masa penyiapan lahan pada
bulan Desember periode 1 :
1) Penggunaan konsumtif
Etc = Eto x kc
= 3,29 x 1,1
= 3,62 mm/hr
2) Perkolasi
P = 3 mm/hr
3) Curah hujan efektif untuk padi (Re)
Re padi = 1,90 mm/hari
4) Pergantian lapisan air (WLR)
Pergantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali masing
masing setinggi 50 mm selama 1 bulan dan 2 bulan setelah transplantasi
yang diberikan dengan jangka waktu satu setengah bulan.
50
WLR 1,2,3 = 15

= 3,3 mm/hr
𝑊𝐿𝑅 1+𝑊𝐿𝑅 2+𝑊𝐿𝑅 3
WLR = 3
3,3+3,3+3,3
= = 1,1 mm/hr
3

5) Kebutuhan air di sawah untuk padi (NFR)


NFR = Etc + WLR + P – Re
= 3,62 + 1,1 + 3 - 0,47 – 1,90
= 5,82 mm/hr
6) Efisiensi irigasi (ef)
Nilai efisiensi irigasi menggunakan harga efisiensi irigasi oleh
Standar Perencanaan Irigasi KP – 01 (1986) :
Efisiensi saluran primer = 90%
Efisiensi saluran sekunder = 90%
Efisiensi saluran tersier = 80%
Efisiensi keseluruhan = 65%
7) Kebutuhan air irigasi (IR)
𝑁𝐹𝑅
IR = 0,65

56
5,82
= 0,65

= 8,96 mm/hr
8) Kebutuhan air pada intake (DR)
𝐼𝑅
DR (lt/detik/ha) = 8,64
8,96
= 8,64

= 1,04 lt/dtk/ha
𝐷𝑅 𝑥 𝐴(𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑖𝑟𝑖𝑔𝑎𝑠𝑖 (ℎ𝑎)
DR (m2/dtk) = 1000
1,04 𝑥 73,64
= 1000

= 0,076 m3/dtk
Berikut rekapitulasi kebutuhan air irigasi metode KP – 01 dapat dilihat
pada tabel.

57
Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Metode KP – 01
Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
Uraian
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 Jumlah Hari 15,00 15,00 15,00 16,00 15,00 16,00 15,00 13,00 15,00 16,00 15,00 15,00 15,00 16,00 15,00 15,00 15,00 16,00 15,00 15,00 15,00 16,00 15,00 15,00

PL Padi Padi PL Padi


PL

2 ET0 (Penman) mm/hari 3,22 3,22 3,29 3,29 3,26 3,26 3,11 3,11 3,36 3,36 3,47 3,47 3,02 3,02 2,72 2,72 3,02 3,02 3,35 3,35 3,21 3,21 3,15 3,15
3 P mm/hari 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
Water Layer ReLPacement/Pergantian Lapisan Air
4 WLR1 WLR WLR 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33
5 WLR2 50,00 50,00 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33
6 WLR3 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33
7 WLR 1,11 1,11 2,22 1,11 1,11 1,11 1,11 2,22 1,11 1,11 1,11 1,11 2,22 1,11 1,11
Koefisien Tanaman
8 C1 LP/PL LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP/PL LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP/PL LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00
9 C2 LP/PL LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP/PL LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP/PL LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00
10 C3 LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP/PL 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00
11 Kc LP/PL LP/PL 1,10 1,08 1,05 1,02 0,63 0,00 LP/PL LP/PL 1,10 1,08 1,05 1,02 0,63 0,00 LP/PL LP/PL 1,10 1,08 1,05 1,02 0,63 0,00
12 ETc = ET0 x Kc 3,62 3,56 3,42 3,31 1,97 0,00 3,81 3,75 3,17 3,07 1,72 0,00 3,69 3,63 3,37 3,26 1,99 0,00
Penyiapan Lahan (LP)/Land Preparation (LP)
13 Eo = 1,1 x to 3,539 3,539 3,696 3,696 3,324 3,324
14 M = Eo + P 6,539 6,539 6,696 6,696 6,324 6,324
15 k = MT / S S= 250,00 0,785 0,785 0,804 0,804 0,759 0,759
16 ek T= 30 --> Kerbau 2,19 2,19 2,23 2,23 2,14 2,14
17 LP = M. eᴷ / (eᴷ-1) 12,03 12,03 12,13 12,13 11,89 11,89
CH Efektif
18 Re mm/hari 0,94 2,08 1,90 0,28 2,62 1,37 2,69 4,35 1,20 1,84 1,91 0,33 1,13 0,00 0,27 1,65 1,38 2,17 0,43 1,49 2,24 2,72 1,28 1,90
Kebutuhan Bersih Air di Sawah
19 Kebutuhan Air Total mm/hari 12,03 12,03 7,73 7,40 8,48 7,37 7,22 6,11 12,13 12,13 7,58 7,58 8,24 7,13 6,83 5,72 11,89 11,89 7,46 7,46 8,43 7,32 7,26 6,15
20 NFR mm/hari 11,08 9,94 5,82 7,12 5,86 6,00 4,53 1,76 10,92 10,29 5,66 7,25 7,11 7,13 6,56 4,07 10,51 9,72 7,04 5,98 6,19 4,61 5,97 4,25
IR 17,05 15,30 8,96 10,95 9,01 9,24 6,97 2,70 16,80 15,83 8,71 11,15 10,94 10,97 10,10 6,26 16,17 14,95 10,82 9,20 9,53 7,09 9,19 6,53
21 DR l/detik/ha 1,97 1,77 1,04 1,27 1,04 1,07 0,81 0,31 1,94 1,83 1,01 1,29 1,27 1,27 1,17 0,72 1,87 1,73 1,25 1,06 1,10 0,82 1,06 0,76
Kebutuhan Air Irigasi
DR EFISIENSI
22 m3/detik 0,145 0,130 0,076 0,093 0,077 0,079 0,059 0,023 0,143 0,135 0,074 0,095 0,093 0,094 0,086 0,053 0,138 0,127 0,092 0,078 0,081 0,060 0,078 0,056
TOTAL =

58
C. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Menggunakan Cropwat 8.0

Penggunaan software Cropwat 8.0 dilakukan sesuai tahap perhitungan


KP – 01 yang sebelumnya sudah di analisis. Pada perhitungan menggunakan
software cropwat analisis dilakukan hanya sampai tahap kebutuhan air irigasi
(CWR).
1. Perhitungan Evapotranspirasi
Dimulai dengan menginput data klimatologi yang sudah di dapatkan
dari data primer dan sekunder berupa kecepatan angin, temperatur udara,
lama penyinaran matahari dan kelembaban udara.
a. Input Data Klimatologi (Climate/ETo)
Pada tampilan utama software Cropwat klik ikon Climate/ETo,
Sebelum menginput data terlebih dahulu masuk ke menu options dan
setting data dan satuan sesuai hasil rekapitulasi klimatologi. Temperature
(average), Humadity (%), Wind(km/day), Sunshine (%) dan ETo
(mm/day).

Gambar 14. Pengaturan Climate/ETo


(Sumber : Cropwat Version 8.0)
Setelah satuan dan data Climate/ETo di ubah lalu di input data
sebagai berikut:
Country (Negara), Station (Stasiun pengamatan klimatologi), Lattitude
(Koordinat stasiun pengamatan) dan Data Klimatologi.

59
Gambar 15. Hasil Input Data Klimatologi
(Sumber: Cropwat Version 8.0)
b. Hasil data Climate/ETo
Tabel 16. Rekapitulasi Evapotranspirasi (ETo) Software Cropwat 8.0
Data Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nov Dec
Eto 2.96 2.86 3.11 3.18 2.87 2.61 2.81 3.09 3.02 2.93 2.95 3.00
(Sumber : Perhitungan Cropwat 8.0)
2. Perhitungan Curah Hujan Efektif Menggunakan Cropwat 8.0
Data curah hujan yang di input adalah data curah hujan rata – rata
(R80) dalam periode bulanan selama 13 tahun.
a. Input data curah hujan (Rain)
Pada penelitian ini tanaman yang ada pada area irigasi Batang
Sanipan adalah padi maka di input data R80 perbulan lalu pada menu
options di pilih – Fixed Percentage (70%).

Gambar 16. Pengaturan Rain Cropwat 8.0


(Sumber : Cropwat Version 8.0)

60
Gambar 17. Perhitungan Curah Hujan Untuk Padi
(Sumber: Cropwat Version 8.0)
b. Output data curah hujan efektif Cropwat 8.0
Setelah data curah hujan dimasukkan otomatis curah hujan efektif
didapatkan hasilnya seperti tabel berikut :
Tabel 17. Rekapitulasi Curah Hujan Efektif Cropwat 8.0
Data Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sep Okt Nov Dec
Reff (mm/bulan) 47,5 32,2 61,2 105,6 47,5 33,6 16,9 30,5 53,3 30,2 74,3 49,6
(Sumber : Perhitungan Cropwat 8.0)
3. Input Data Tanaman (Crop)
Pada data tanaman di ambil data dari FAO pada pilihan open – FA0 –
Rice, lalu di edit tanggal awal tanam. Data tamanan ini merupakan data
default untuk tanaman padi dari FAO yang durasi penanaman dalam satu kali
masa tanam yaitu ± 5 bulan. Sedangkan pada daerah irigasi Batang Sanipan
2 pola tanam masyarakat dalam satu tahun yaitu padi – padi – padi sehingga
dalam satu kali masa tanam memerlukan waktu 4 bulan untuk mencukupi tiga
pola tanam dalam setahun. Maka durasi penyiapan lahan dikurangi menjadi 1
bulan dan awal tanam pada bulan ke dua sampai akhir bulan ke 4. Crop untuk
pola tanam awal november dapat dilihat pada gambar berikut :

61
Gambar 18. Input Data Tanaman Padi Pada Musim Tanam Awal November
(Sumber: Cropwat Version 8.0)
4. Input Data Tanah (Soil)
Data tanah yang dipakai di ambil dari database FAO (open – FAO – Medium).
Pada jenis tanah medium (loam) yang dipakai, untuk kekurangan kadar airnya
pada tanah yaitu sebesar 0% dan untuk maximum rain infiltration rate sebesar
40mm/day dan maksimal kedalaman akar sedalam 900 cm.

Gambar 19. Hasil Input Data Tanah Untuk Tanaman Padi


(Sumber: Cropwat Version 8.0)
5. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman (CWR)
Pada tahapan analisis kebutuhan air tanaman didapatkan dari hasil
input dari data climate/ETo, curah hujan efektif, data tanaman dan data tanah.
Kemudian pada menu CWR otomatis perhitungan kebutuhan air tanaman
padi akan secara langsung di dapatkan hasil seperti gambar berikut:

62
Gambar 20. Rekapitulasi Hasil Perhitungan CWR Tanaman Padi Pada Musim
Tanam Awal November
(Sumber: Cropwat Version 8.0)
Pada data di atas adalah gambaran berapa kebutuhan air dan kapan
akan dilakukan proses irigasi yang tepat pada musim tanam awal November,
lalu di lanjutkan input data tanaman untuk musim tanam awal Maret dan awal
Juli maka masa tanam tercukupi dalam satu tahun yaitu untuk satu masa
tanam membutuhkan waktu 4 bulan mulai dari penyiapan lahan hingga masa
panen. Berikut hasil rekapitulasi kebutuhan air tanaman dalam satu tahun
pada daerah irigasi Batang Sanipan 2 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18. Rekapitulasi CWR
DR Efisiensi
NFR IR DR
Musim Tanam Bln Periode Total
mm/dec mm/hr mm/hr lt/dtk/h m3/detik

1 58,0 5,80 8,92 1,03 0,076


Nov 2 203,7 20,37 31,34 3,63 0,267
3 58,2 5,82 8,95 1,04 0,076
1 14,2 1,42 2,18 0,25 0,019
Dec 2 17,5 1,75 2,69 0,31 0,023
3 19,7 1,97 3,03 0,35 0,026
I
1 14,3 1,43 2,20 0,25 0,019
Jan 2 13,3 1,33 2,05 0,24 0,017
3 17,7 1,77 2,72 0,32 0,023
1 17,8 1,78 2,74 0,32 0,023
Feb 2 18,3 1,83 2,82 0,33 0,024
3 8,1 0,81 1,25 0,14 0,011
1 61,1 6,11 9,40 1,09 0,080
II Mar
2 179,5 17,95 27,62 3,20 0,235

63
DR Efisiensi
NFR IR DR
Musim Tanam Bln Periode Total
mm/dec mm/hr mm/hr lt/dtk/h m3/detik
3 114,8 11,48 17,66 2,04 0,151
1 1,3 0,13 0,20 0,02 0,002
Apr 2 0,0 0,00 0,00 0,00 0,000
3 1,2 0,12 0,18 0,02 0,002
1 9,9 0,99 1,52 0,18 0,013
May 2 15,0 1,50 2,31 0,27 0,020
3 17,6 1,76 2,71 0,31 0,023
1 14,0 1,40 2,15 0,25 0,018
Jun 2 13,4 1,34 2,06 0,24 0,018
3 11,7 1,17 1,80 0,21 0,015
1 68,4 6,84 10,52 1,22 0,090
Jul 2 194,5 19,45 29,92 3,46 0,255
3 194,0 19,40 29,85 3,45 0,254
1 24,6 2,46 3,78 0,44 0,032
Aug 2 24,2 2,42 3,72 0,43 0,032
3 23,8 2,38 3,66 0,42 0,031
III
1 14,7 1,47 2,26 0,26 0,019
Sept 2 10,2 1,02 1,57 0,18 0,013
3 13,2 1,32 2,03 0,24 0,017
1 19,0 1,900 2,92 0,34 0,025
Oct 2 20,9 2,090 3,22 0,37 0,027
3 10,4 1,040 1,60 0,19 0,014
(sumber : Perhitungan CWR Cropwat 8.0)

D. Pembahasan

Daerah irigasi Batang Sanipan 2 dengan lahan yang di aliri seluruhnya


merupakan area pertanian dengan tanaman padi, maka kebutuhan air untuk
tanaman padi pada masa penyiapan lahan cukup besar. Berdasarkan perhitungan
dari dua metode yaitu menggunakan metode manual dan aplikasi Cropwat maka
di dapatkan hasil perhitungan Evapotranspirasi metode Penman Modifikasi dan
Penman Monteith dan hasil perhitungan kebutuhan air menggunakan metode KP
– 01 dan penggunaan aplikasi Cropwat 8.0. Berikut perbandingan nilai
evapotranspirasi dari pengunaan metode manual dan software Cropwat dapat
dilihat dari diagram berikut :

64
Evapotranspirasi Potensial
4.00
3.50
mm/hari 3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Eto Penman Modifikasi Bulan
Eto Cropwat

Gambar 21. Diagram Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Potensial Metode


Penman Modifikasi dan Software Cropwat 8.0
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
evapotranspirasi pada daerah irigasi Batang Sanipan 2 tertinggi terjadi pada
bulan April yaitu 3,47 mm/hari pada metode Penman Modifikasi dan 3,18
mm/hari pada metode Penman Monteith di software Cropwat. Sedangkan nilai
evapotranspirasi minimum terjadi pada bulan Juni yaitu 2,72 mm/hari pada
metode Penman Modifikasi dan 2,61 mm/hari pada metode Penman Monteich
di software Cropwat 8.0.
Pada perhitungan curah hujan efektif menggunakan metode KP -01 dan
software Cropwat maka didapatkan hasil curah hujan efektif dari kedua metode.
Curah hujan efektif pada metode KP – 01 lebih besar dibandingkan curah hujan
pada aplikasi Cropwat 8. 0 dapat dilihat pada diagram berikut:

Curah Hujan Efektif (Re)


8.00
7.00
6.00
mm/hari

5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agus Sep Okt Nov Dec
Re KP - 01
Re Cropwat
Bulan

Gambar 22. Diagram Hasil Perhitungan Curah Hujan Efektif Metode Penman
Modifikasi dan Software Cropwat 8.0

65
Pada perhitungan kebutuhan air irigasi Daerah Batang Sanipan 2
menggunakan metode KP – 01 dan software Cropwat, setelah perhitungan
kebutuhan air tanaman maka untuk kebutuhan air irigasi didapatkan berdasarkan
efisiensi irigasi yaitu 65% dan luas area pertanian seluas 73,64 ha. Perbandingan
hasil perhitungan kebutuhan air irigasi rata – rata perbulan metode KP – 01 dan
Software Cropwat 8.0 pada daerah Irigasi Batang Sanipan 2 dapat dilihat dari
diagram berikut :
0.250
Kebutuhan Air Irigasi
0.200

0.150
m3/detik

0.100

0.050

0.000
Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct
DR KP - 01 0.138 0.085 0.078 0.041 0.139 0.085 0.093 0.070 0.133 0.085 0.071 0.067
DR Cropwat 0.140 0.022 0.020 0.019 0.155 0.001 0.019 0.017 0.200 0.032 0.032 0.022
Gambar 23. Diagram Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Rata – Rata
Perbulan Metode KP – 01 dan Software Cropwat 8.0
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air
irigasi daerah irigasi Batang Sanipan 2 untuk pola tanam padi – padi – padi
dihitung menggunakan metode KP – 01 dan software Cropwat 8.0 nilai
kebutuhan air maksimum terjadi pada masa pernyiapan lahan yang dilakukan
pada bulan November, Maret dan Juli. Pada metode KP – 01 nilai kebutuhan air
maksimum terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 0,139 m3/detik dan minumum
terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 0,041 m3/detik. Sedangkan pada
software Cropwat 8.0 Kebutuhan air maksimum terjadi pada bulan Juli yaitu
sebesar 0,200 m3/detik dan minimum terjadi pada bulan, April yaitu sebesar 0,00
m3/detik.
Pada pengukuran debit sungai sehingga didapatkan debit DAS Batang
Sanipan sebesar 4,6 m3/detik sehingga didapatkan neraca air untuk kebutuhan
air irigasi dapat dilihat pada diagram berikut:

66
5 Neraca Air DAS Batang Sanipan
4.5
4
3.5
3
2.5
m3/detik

2
1.5
1
0.5
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des
Ketersediaan Air 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6
DR KP - 01 0.078 0.041 0.139 0.085 0.093 0.070 0.133 0.085 0.071 0.067 0.138 0.085
DR Cropwat 0.020 0.019 0.155 0.001 0.019 0.017 0.200 0.032 0.032 0.022 0.140 0.022
Gambar 24. Diagram Neraca Air DAS Batang Sanipan
Berdasarkan gambar di atas diketahui kebutuhan air dalam satu tahun
menunjukkan bahwa adanya surplus atau kelebihan ketersediaan air pada DAS
Batang Sanipan jika ditinjau hanya dari kebutuhan air irigasi Batang Sanipan 2. Jika
dibandingkan dengan kebutuhan air maksimum yang terjadi pada bulan juli yaitu
sebesar 0,200 m3/detik maka kebutuhan air irigasi Batang Sanipan 2 hanya
memerlukan air 4,35% dari debit DAS Batang Sanipan yang diketahui sebesar 4,6.
m3/detik.

67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan


hasil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Dengan luas lahan pertanian daerah irigasi Batang Sanipan 2 sebesar 73,64
ha dengan pola tanam padi – padi – padi dimulai penyiapan lahan pada awal
bulan November, Maret dan Juli maka didapatkan hasil dari perhitungan
manual KP – 01 kebutuhan air irigasi rata - rata dalam satu bulan maksimum
dengan nilai 0,139 m3/detik pada bulan maret dan minimum yaitu 0,041
m3/detik pada bulan februari , sedangkan pada software Cropwat kebutuhan
air irigasi rata - rata dalam satu bulan maksimum dengan nilai 0,200 m3/detik
pada bulan Juli dan minimum yaitu 0,00 m3/detik pada bulan April.
2. Hasil pengukuran debit di pintu pengambilan bendung Batang Sanipan 2
didapatkan hasil debit sebesar 0,378 m3/detik sedangkan kebutuhan air
maksimum dalam satu tahun terjadi pada bulan juli sebesar 0,200 m3/detik
dari hasil perhitungan software Cropwat 8.0. Berdasarkan hal tersebut air
sangat mencukupi untuk mengaliri seluruh area pertanian daerah irigasi
Batang Sanipan 2 akan tetapi kondisi yang terjadi saat ini air tidak mampu
mengaliri sebagian daerah layan irigasi Batang Sanipan 2.
3. Berdasarkan pengamatan di lapangan, banyaknya kebocoran pada saluran
dan pemakaian air irigasi yang tidak sesuai dengan fungsi utama jaringan
irigasi sehingga menyebabkan air tidak mampu mengaliri sebagian daerah
layan irigasi Batang Sanipan 2.

B. Saran

Adapun saran dari pembahasan yang telah dilakukan antara lain sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada pemerintah dan dinas terkait dapat mengatasi masalah
ketidakmampuan air untuk mengaliri seluruh daerah layan irigasi Batang
Sanipan 2 dengan dengan memperketat pengawasan kegiatan yang
berhubungan dengan saluran irigasi serta pemeriksaan struktur bangunan dan

68
perbaikan bangunan sehingga kebutuhan air untuk daerah irigasi Batang
Sanipan 2 dapat terpenuhi.
2. Untuk daerah pertanian yang tidak teraliri oleh aliran air irigasi dapat
ditanami tanaman palawija yang kebutuhan airnya jauh lebih rendah daripada
kebutuhan air tanaman untuk padi.
3. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat menghitung efisiensi saluran
eksisting yang ada pada daerah irigasi Batang Sanipan 2.

69
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2013). Standar Perencanaan Irigasi


Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi Kp-01.
Doorenbos, J., & Pruitt, W. O. (1977). FAO Irrigation And Drainage Paper 24
Guidelines for predicting Crop Water Requirements. Rome: Food And
Agriculture Organization of The United Nations.
Ismaya, T., Sulakasana, J., & Hadiana, D. (2016). Pengembangan dan pengelolaan
jaringan irigasi untuk meningkatkan hasil produksi dan pendapatan usahatani
padi sawah. Agrivet: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian dan Peternakan (Journal of
Agricultural Sciences and Veteriner), 4(2).
Juhana, E. A., Permana, S., & Farida, I. (2015). Analisis Kebutuhan Air Irigasi Pada
Daerah Irigasi Bangbayang Uptd Sdap Leles Dinas Sumber Daya Air Dan
Pertambangan Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi, 13(1).
Junus, M. (2022). AIR IRIGASI DAN POLA TANAM PADI (ORYZA SATIVA)
DENGAN APLIKASI CROPWAT. Feniks Muda Sejahtera.
Kodoatie, R. J. (1996). Pengantar Hidrogeologi. Penerbit: Andi Offset.
Yogyakarta.
Krispedana, I. W., Setiyo, Y., & Madrini, I. A. G. B. (2022). Analisis Persentase
Kekurangan Air Irigasi pada Subak di Das Ho Saat Musim Kemarau.
JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN). 10(1), 1–11.
Mardizal, J., & Andayono, T. (2023). Manajemen Irigasi dan Bangunan Air.
EUREKA MEDIA AKSARA, Mardizal.
Marica, A. (2000). Short Description of CROPWAT Model. 17 February 2022.
Mawardi, Erman. (2010). Desain Hidraulik Bangunan Irigasi (2 ed.). Alfabeta.
Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. 2007. Nomor: 32/PRT/M/2007: Pedoman
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Kementerian Pekerjaan Umum.
Jakarta, Indonesia.
Prastowo, D. R. (2016). Penggunaan model cropwat untuk menduga
evapotranspirasi standar dan penyusunan neraca air tanaman kedelai (Glycine
max (L) Merrill) di dua lokasi berbeda. Jurnal Teknik Pertanian Lampung
(Journal of Agricultural Engineering), 5(1).

70
Priyonugroho, A. (2014). Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah
Irigasi Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang). Dalam Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan (Vol. 2, Nomor 3).
Shalsabillah, H., Amri, K., & Gunawan, G. (2018). Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Menggunakan Metode Cropwat Version 8.0 (Studi Kasus Pada Daerah Irigasi
Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan). Jurnal Inersia Oktober, 10(2).
Soemarto, C. D. (1995). Hidrologi Teknik (Edisi ke-2). Erlangga. Jakarta.
Sosrodarsono, S., & Takeda, K. (2003). Hidrologi untuk pengairan, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Wibowo, H. (2019). Irigasi Dan Bangunan Air 1. Pontianak.

71

Anda mungkin juga menyukai