Anda di halaman 1dari 52

PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN ARANG TEMPURUNG

KELAPA SEBAGAI MEDIA PENYARINGAN AIR SEDERHANA

Oleh:

YUYUN SUSANTI
NIM. 110 500 153

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAM ARI NDA
2014

i
PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN ARANG TEMPURUNG
KELAPA SEBAGAI MEDIA PENYARINGAN AIR SEDERHANA

Oleh :

YUYUN SUSANTI
NIM. 110500153

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2014

ii
PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN ARANG TEMPURUNG
KELAPA SEBAGAI MEDIA PENYARINGAN AIR SEDERHANA

Oleh:

YUYUN SUSANTI
NIM. 110 500 153

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2014

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Pemanfaatan Arang Sekam Padi dan Arang Tempurung
Kelapa Sebagai Media Penyaringan Air Sederhana

Nama : Yuyun Susanti

Nim : 110 500 158

Program Studi : Manajemen Lingkunga

Jurusan : Manajemen Pertanian

Menyetujui,

Pembimbing Penguji I Penguji II

Ir. Dadang Suprapto, MP Ir. H. Taman Alex, MP Taufiq Rinda Alkas, S.Si, M.Pd
NIP. 19620101 198803 1 003 196012121989031008 197805172009121002

Menyetujui Mengesahkan
Ketua Program Studi Ketua Jurusan
Manajemen Lingkungan Manajemen Pertanian

Ir. Dadang Suprapto, MP Ir. Hasanudin, MP


NIP. 19620101 198803 1 003 NIP. 19630805 198903 1 005

Lulus ujian pada tanggal :................................................

iv
ABSTRAK

YUYUN SUSANTI. Pemanfaatan Arang Sekam Padi dan Arang Tempurung Kelapa
Sebagai Media Penyaringan Air Sederhana (di bawah bimbingan DADANG
SUPRAPTO).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kemampuan arang
sekam padi dan arang tempurung kelapa dalam media penyaringan air dengan
media penyaringan air tanpa penggunaan arang sekam padi dan arang tempurung
kelapa terhadap tingkat kekeruhan, Fe dan pH.
Penelitian ini telah dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Mei dan bulan
Juni 2014 dengan sampel berasal dari air sumur gali di Jalan. Datu Iba RT. 4,
Kelurahan Sungai Keledang, Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda. Untuk
analisis parameter yang diteliti yaitu kekeruhan, kandungan logam Fe, dan pH
dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa arang sekam padi dan arang
tempurung kelapa menunjukan respon dalam penurunan tingkat kekeruhan, kadar
logam Fe, dan pH dalam air sumur gali. Air sumur gali yang memiliki tingkat
kekeruhan sebesar 11,9 NTU, setelah diakukan penyaringan dengan memanfaatkan
arang sekam padi dan arang tempurung kelapa memperoleh tingkat kekeruhannya
menjadi 2,19 NTU dengan persentase 81,60% dan telah memenuhi standar baku
mutu yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
dimana standar kekeruhan air adalah 5 NTU, demikian juga dengan kadar logam Fe
yang dikandung air sumur gali adalah sebesar 0,327 mg/L, setelah dilakukan
penyaringan menjadi 0,152 mg/L dengan persentase 53,52% dan sudah memenuhi
standar baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 bahwa kandungan Fe yang diperbolehkan adalah sebesar 0,3 mg/L, demikian
pula dengan nilai pH yang awalnya sebelum dilakukan penyaringan adalah 7,30 dan
setelah dilakukan penyaringan menjadi 7,04 dengan nilai persentase 3,69% dan
telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 bahwa nilai pH yang diperbolehkan adalah sebesar 6-9.

Kata kunci : Analisa Kekeruhan, Fe (Besi), dan pH

v
RIWAYAT HIDUP

Yuyun Susanti, lahir pada tanggal 28 Agustus 1991 di Kota Madiun,


Jawa Timur merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Waeran dan Ibu Katinem.
Tahun 1997 Penulis memulai pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)
Garon Madiun dan tamat pada tahun 1998. Penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Garon 1 Madiun, Jawa
Timur pada tahun 1998 ? 2004, kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2004 – 2007 di
SMPN 1 Balerejo, Madiun dan pada tahun yang sama Penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI Wonoasri Madiun pada
tahun 2007 - 2010.
Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen
Lingkungan. Selama menempuh Pendidikan Tinggi di Program Studi Manajemen
Lingkungan Penulis telah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama
kurang lebih dua bulan terhitung sejak tanggal 3 Maret sampai 2 Mei 2014 di PT.
Bharinto Ekatama yang berlokasi di Kantor Kladi Muara Begai, Kecamatan Muara
Lawa, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur.

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat pada
waktunya. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh penulis selama dua bulan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
sebutan Ahli madya Manajemen Lingkungan pada program Diploma III Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen
Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sekaligus sebagai
Pembimbing Karya Ilmiah.
2. Bapak Ir. Noorhamsyah, MP Selaku Kepala Laboratorium Tanah dan Air
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Ir. H. Taman Alex, MP., selaku Penguji I yang telah banyak membantu dalam
memberikan saran/masukan kepada penulis didalam penyusunan Karya Ilmiah
ini.
4. Taufiq Rinda Alkas, S.Si, M.Pd., selaku Penguji II yang telah memberikan
arahan dan nasehat didalam penyusunan Karya Ilmiah.
5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
6. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
7. Seluruh Staf Dosen dan Teknisi Manajemen Lingkungan yang telah banyak
memberikan masukkan baik itu didalam proses belajar mengajar maupun diluar
jam perkuliahan.
8. Bapak, Ibu dan Saudara/i tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara
materil maupun moril.
9. Sahabat senasib dan seperjuangan Diana, Via, Rika, Windy, Rafa dan seluruh
rekan-rekan mahasiswa/i Manajemen Lingkungan 2013/2014 Politeknik

vii
pertanian Negeri Samarinda yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat serta inspirasi bagi penulis hingga karya ilmiah ini selesai.
10. Dan seluruh pihak yang tidak bisa disebut satu-persatu secara langsung maupun
tidak langsung telah memberikan bantuan kepada penulis.
Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis baik Doa maupun
dukungan moral dapat dibalas oleh Allah SWT, amin. Dalam penyusunan laporan ini
penulis sadar bahwa Karya Ilmiah n
i i masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini, namun
semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yuyun Susanti

Kampus Sei Keledang, September 2014

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv


KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN 1
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Tinjauan Umum Sumur Gali............................................................. 4
B. Standar Baku Kualitas Air ................................................................ 6
C. Penyaringan Air Sederhana (Filtrasi)............................................... 8
D. Tinjauan Umum tentang Arang Sekam Padi ................................... 11
E. Tinjauan Umum Tentang Arang Tempurung Kelapa ...................... 13

III. METODE PENELITIAN 15


A. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................ 15
B. Bahan dan Peralatan Penelitian ...................................................... 15
C. Prosedur Kerja ................................................................................. 16
D. Analisis Data .................................................................................... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20


A. Hasil .................................................................................................. 20
B. Pembahasan..................................................................................... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN 27
A. Kesimpulan....................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 30

ix
DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Hasil Analisa Pengukuran Tingkat Kekeruhan, Fe (Besi), dan Ph ...... 20


2. Hasil Analisa Angka Penurunan dan Persentase Tingkat Kekeruhan ... 20
3. Hasil Analisa Angka Penurunan dan Persentase Kadar Fe .................. 21
4. Hasil Analisa Angka Penurunan dan Persentase Nilai pH..................... 22

Lampiran

5. Hasil Analisa Tingkat Kekeruhan ............................................................ 37


6. Hasil Analisa Fe (Besi) ............................................................................ 37
7. Hasil Analisa pH ...................................................................................... 37

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh utama Halaman

1. Grafik Penurunan Tingkat Kekeruhan .................................................... 21


2. Grafik Penurunan Kadar Fe.................................................................... 22
3. Grafik Penurunan Nilai pH ...................................................................... 22

Lampiran

4. Susunan Penyaringan Air ...................................................................... 31


5. Pengambilan Sampel Air Sumur Gali..................................................... 32
6. Menuang Sampel Air Sumur Gali Pada Wadah Jirigen......................... 32
7. Media Penyaringan ................................................................................. 32
8. Susunan Alat Penyaringan dengan Menggunakan Arang Sekam Padi
dan Arang Tempurung Kelapa .............................................................. 33
9. Pelaksanaan Penyaringan Air Sampel Sumur Gali ............................... 33
10. Sampel Air Sumur Gali Yang Disaring Dan Yang Tidak Disaring ......... 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001


Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 34
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990
Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 35
3. Hasil Analisa Sampel Air Sumur ........................................................... 36
4. Hasil Analisa dan Perhitungan Rataan Tingkat Kekeruhan, Fe (Besi),
dan pH.................................................................................................... 37
5. Cara Menghitung Hasil Angka Penurunan dan Persentase
Tingkat Kekeruhan dan Nilai Fe ............................................................ 38

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumberdaya air harus

dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk

hidup lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

bijaksana dengan memperhitungkan generasi sekarang maupun generasi

mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air ditanamkan pada

segenap pengguna air (Effendi, 2003).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

yang disebut sebagai air minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Kehidupan di alam ini berkepentingan kepada air. Oleh karena itu,

perlindungan terhadap kualitas air sangat penting dan berpengaruh besar terhadap

tingkat kesehatan makhluk hidup dan peningkatan lingkungan hidup yang sehat.

Untuk menjaga atau mencapai kualitas tersebut, yaitu kualitas air yang dapat

dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan mutu air yang diinginkan, maka

perlu upaya pelestarian untuk memelihara fungsi air sehingga kualitasnya tetap

memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Namun sering dijumpai bahwa banyak

penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang baik kualitasnya. Tentu
2

saja hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat baik

pada jangka pendek maupun pada jangka panjang. penggunaan air yang kurang

baik pada jangka pendek dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau

disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik.

Bila air tanah dan air permukaan tercemari oleh kotoran, secara otomatis kuman-

kuman tersebar ke sumber air yang dipakai untuk keperluan rumah tangga. Dalam

jangka panjang, penggunaan air yang berkualitas buruk dapat mengakibatkan

penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia dan kerusakan ginjal. Hal ini terjadi

antara lain karena terdapat logam-logam berat yang banyak bersifat toksik (racun)

dan pengendapan pada ginjal (Suryana, 2013)

Salah satu upaya perlindungan air adalah dibangunnya sarana air bersih baik

secara individual maupun berupa bantuan proyek dari pemerintah yang bertujuan

untuk menyediakan air yang sehat bagi masyarakat. Salah satunya yang paling

umum digunakan adalah sumur gali. Namun keberadaan sumur gali tersebut ditinjau

dari jarak peletakannya terhadap sumber pencemaran masih sangat

memprihatinkan sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas

air, baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya. Adanya

sumur gali belum menjamin tersedianya air yang berkualitas baik dan bebas dari

pencemar. Oleh karenanya diperlukan perlakuan tambahan sebagai usaha

perbaikan kualitas air konsumsi. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah

dengan cara penyaringan dengan berbagai media penyaring. Berbagai pilihan bisa

dilakukan dari bermacam benda yang ramah lingkungan untuk dijadikan media

penyaringan. Arang sekam padi dan arang tempurung kelapa merupakan pilihan
3

yang ramah lingkungan, memenuhi persyaratan teknis dan tersedia melimpah di

lapangan (Suryana, 2013).

Lutfi dan Efendi (2011) telah melakukan penelitian penggunaan arang sekam

padi dalam proses penyulingan air waduk Poto’an Laok di Pamekasan dan berhasil

memperbaiki kualitas air baik warna, tingkat kekeruhan dan rasa. Sedangkan

Rahayu (2003) mengemukakan bahwa arang tempurung kelapa dapat digunakan

sebagai penyaringan air untuk menurunkan kadar besi (Fe) dalam air serta

kekeruhannya. Dijelaskan pula bahwa arang tempurung kelapa juga dapat

menyerap logam berat, gas, dan zat warna. Demikian juga Almansyah (2006)

mengemukakan bahwa arang tempurung kelapa disebut karbon aktif dapat

menghilangkan warna dan bau pada air serta pencemaran bahan kimia.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang

bertujuan untuk membandingkan kemampuan arang sekam padi dan arang

tempurung kelapa dalam media penyaringan air dengan media penyaringan air

tanpa penggunaan arang sekam padi dan arang tempurung kelapa terhadap tingkat

kekeruhan, Fe dan pH.

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan informasi

ilmiah mengenai pemanfaatan arang sekam padi dan arang tempurung kelapa

sebagai media penjernihan air dalam upaya memperbaiki kualitas air sumur gali.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah

perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan

tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat

dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui

rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia

(kakus/jamban) dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya

maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara

pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur

dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba (Suryana, 2013).

Kebersihan sekitar sumur merupakan hal yang sangat penting sehingga tidak

menimbulkan gangguan kesehatan serta menurunkan nilai estetika. Sumur dangkal

adalah salah satu konstruksi yang paling umum dipergunakan untuk mengambil air

tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum.

Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat

dari tanah permukaan, oleh karena itu dengan mudah terkontaminasi melalui

rembesan (Daud, 2002 dalam Suryana, 2013).

Dari segi kesehatan, sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila

cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya.


5

Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik. Syarat

konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi adalah jarak sumur gali dari

sumber pencemaran, kedalaman dinding sumur gali, ketinggian bibir sumur gali dan

konstruksi lantai sumur gali (Suryana, 2013).

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka yang harus diperhatikan adalah

jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepagepit),

dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan

serta kemiringan tanah. Lokasi sumur gali perlu diusahakan peletakannya pada

daerah yang bebas banjir. Jarak sumur gali harus lebih dari 11 meter dari sumber

pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya.

Selain itu konstruksinya dibuat lebih tinggi dari sumber pencemaran (Suryana,

2013).

Jarak kedalaman dinding sumur gali 3 meter dari permukaan tanah, dinding

sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut

dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan

karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Kedalaman sumur gali dibuat sampai

mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim

kemarau (Suryana, 2013).

Ketinggian bibir sumur gali, terdapat beberapa pendapat antara lain :

a. Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk

mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan.

b. Dibuat lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah

daerah banjir.
6

c. Memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat.

Menurut Suryana (2013) beberapa persyaratan konstruksi lantai sumur antara

lain :

1. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding

sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah,

bentuknya bulat atau segi empat.

2. Lantai sumur dibuat dari pasangan bata/batu belah diplester dengan adukan 1

PC (semen) : 2 PS (pasir) atau beton tumbuk 1 PC : 3 PS : 5 kerikil.

B. Standar Baku Kualitas Air

Standar baku kualitas air merupakan parameter yang digunakan untuk

menentukan kualitas air layak pakai. Standar baku kualitas air layak pakai harus

memenuhi kualitas secara fisik, kimia, dan biologi. Standar fisik menetapkan batasan

tentang sifat fisik air. Standar kimia menetapkan tentang batasan kandungan sifat

dan bahan kimia yang terkandung di dalam air yang masih diperbolehkan dan tidak

berbahaya untuk dikonsumsi. Standar biologi menetapkan ada atau tidaknya

mikroorganisme patogen dan nonpatogen yang terkandung atau hidup di dalam air

(Anonim, 2013).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 pasal 8 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4

kelas yaitu:

1. Kelas satu yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau

peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama.


7

2. Kelas dua yaitu air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

budidaya ikan air tawar, perternakan,dan pertanian.

3. Kelas tiga yaitu air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar,

peternakan dan pertanian.

4. Kelas empat yaitu air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman atau

pertanian.

Menurut Effendi (2003) beberapa persyaratan/parameter air yang layak pakai

baik dari segi fisika maupun kimia antara lain sebagai berikut :

a. Persyaratan/ Parameter Fisika Air

Salah satu parameter fisika yang bisa digunakan untuk menentukan kualitas

air di antaranya kekeruhan.

1) Kekeruhan

Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. atas

maksimal kekeruhan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air adalah 5 skala NTU.

Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi,

seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat-zat halus lainnya.

Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan

absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak dapat dihubungkan secara langsung

antara kekeruhan dengan kadar semua jenis suspensi, karena tergantung

juga pada ukuran dan bentuk butir.


8

b. Persyaratan/ Parameter Kimia Air

Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni.

Ketika air mengembun di udara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah

menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbondioksida, dan berbagai jenis gas

lainnya. Kemudian air tersebut, baik yang di atas maupun di bawah permukaan

tanah waktu mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya,

melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya. Selain

itu sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrit, nitrat, amoniak dan

karbondioksida akan larut ke dalamnya (Achmad, 2004 dalam Effendi, 2003).

1) pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Batas maksimal

pH minimum dan maksimum air layak pakai menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan pengendalian Pencemaran Air adalah 6,5 – 8,5 mg/L.

2) Besi (Fe)

Dengan adanya sistem penyaringan pada akhir perlakuan,

menyebabkan endapan tersebut tersaring dan mengurangi konsentrasi Fe di

dalam air maka dari itu air hasil penyaringan/perlakuan sudah mengalami

penurunan dan jika dikaitkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 907 Tahun 2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan

kualitas air minum dengan kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,3
9

mg/L, maka air hasil dari proses penyaringan masih di bawah ambang batas

(Almansyah, 2006).

C. Penyaringan Air Sederhana (Filtrasi)

Penyaringan atau filtrasi merupakan proses pemisahan padatan yang terlarut

di dalam air. Pada proses ini, filter berperan memisahkan air dari partikel-partikel

padatan yang bertujuan untuk mendapatkan air jernih. Bahan yang dipisahkan dari

air antara lain kayu, daun, pasir, dan lumpur. Media yang digunakan untuk bahan

filter memiliki syarat, yaitu pori-pori yang berukuran sesuai dengan ukuran padatan

yang akan disaring dan tahan lapuk. Bahan-bahan yang digunakan sebagai media

fiter antara lain pasir, ijuk, kapas, arang, batu (Almansyah, 2006).

Menurut Almansyah (2006) tujuan dan manfaat dari filtrasi adalah sebagai

berikut :

a. Tujuan Filtrasi

1. Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali

2. Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah

3. Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air

4. Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor

5. Membantu pemerintah untuk menjalankan program alternatif perolehan air

bersih secara alami dan ramah lingkungan

b. Manfaat Filtrasi

1. Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja, misalnya sungai, rawa,

telaga, sawah, dan air kotor lainnya.

2. Dapat menghilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh.
10

3. Dapat mengubah warna air yang keruh menjadi lebih bening.

4. Menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya agar

air dapat layak untuk minum.

5. Cara ini berguna untuk desa yang masih jauh dari kota dan tempat terpencil.

Penjernihan air sederhana ini merupakan penjernihan air yang mudah untuk

diterapkan dan tidak memerlukan biaya yang mahal selain itu bahan-bahan yang

digunakan juga cukup mudah didapatkan.

Bahan-bahan yang sering digunakan diantaranya:

a. Arang memiliki sifat sebagai karbon aktif. Sifat Karbon aktif ini sangat disuka

sebagai habitat oleh beberapa jenis bakteri sehingga bakteri lebih memilih

tinggal di situ dari pada ikut bersama air. Termasuk juga didalamnya bakteri

yang menimbulkan bau pada air, sehingga karbon aktif juga dikenal sifatnya

untuk menghilangkan bau. Arang juga memiliki fungsi sebagai penyerap bahan-

bahan kimia pencemar air dan arang juga bisa menahan benda-benda padat

yang mengotori air. Namun, fungsi utamanya tetap untuk mengurangi warna

dan bau air kotor. (Almansyah,2006).

b. Ijuk berfungsi sebagai Menyaring kotoran yang berukuran sedang atau partikel-

partikel berukuran besar. Ijuk digunakan karena memiliki kelenturan sekaligus

padatan sehingga mudah menyaring kotoran besar pada air. Namun,

kepadatannya tidak membuat air sulit mengalir karena itu air tetap bisa mengalir

dengan baik. Umumnya ijuk merupakan saringan lanjutan setelah seluruh

kotoran tersaring dan bebas dari mikroorganisme (Anonim, 2014).


11

c. Batu koral berfungsi sebagai penyaring padatan yang berukuran sedang dan

besar yang ada di air (Anonim, 2014).

d. Kapas berfungsi untuk menyaring partikel – partkel kecil pada air dan untuk

membatasi antara pasir dan ijuk agar pasir tidak ikut terlarut dan tercampur

dengan ijuk selain itu kain juga berfungsi untuk mempermudahkan perawatan

alat penjernihan air (Anonim,2014).

D. Tinjauan Umum tentang Arang Sekam Padi

Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan/bahan sisa dari proses

pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung

lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga

mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita

lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini

pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap

menjadi bahan limbah yang mengganggu lingkungan (Lutfi dan Efendi, 2011).

Selanjutnya Lutfi dan Efendi (2011) telah melakukan penelitian penyulingan air

waduk Poto’an Laok di pamekasan dan berhasil memperbaiki kualitas air baik

warna, kekeruhan dan rasa.

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari

dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses

penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa

atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat

digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan

energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
12

sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk

menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani.

Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan

berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya.

Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak

antara 8-12% dan beras giling antara 50-63% data bobot awal gabah. Sekam

dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan

(Lutfi dan Efendi, 2011).

Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia

penting seperti berikut (Suharno, 1979):

• Kadar air : 9,02%

• Protein kasar : 3,03%

• Lemak : 1,18%

• Serat kasar : 35,68%

• Abu : 17,17%

• Karbohidrat dasar : 33,71

Komposisi kimia sekam padi menurut DTC – IPB adalah :

• Karbon (zat arang) : 1,33%

• Hidrogen : 1,54%

• Oksigen : 33,64%

• Silika : 16,98%

Dengan komposisi kandungan kimia seperti di atas, sekam dapat

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya:


13

Sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang

dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, sebagai bahan

baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat

digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-

board dan campuran pada industri bata merah, sebagai sumber energi panas pada

berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan

pembakaran yang merata dan stabil (Lutfi dan Efendi, 2011).

E. Tinjauan Umum Tentang Arang Tempurung Kelapa

Pohon kelapa atau sering disebut pohon nyiur biasanya tumbuh pada daerah

kawasan tepi pantai. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit

daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. Buah kelapa yang sudah tua

memiliki bobot sabut (35%), tempurung (12%), endosperm (28%) dan air (25%).

Pemanfaatan buah kelapa umumnya hanya bagian daging buahnya saja untuk

dijadikan kopra, minyak dan santan untuk keperluan rumah tangga, sedangkan hasil

sampingan lainnya seperti tempurung kelapa belum begitu banyak dimanfaatkan.

Penggunaan tempurung kelapa, sebagian kecil sebagai bahan bakar untuk

keperluan rumah tangga, pengasapan kopra, dan lain-lain.

Sedangkan bobot tempurung mencapai 12 % dari bobot buah kelapa. Dengan

demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar

200.686,7 ton, maka berarti terdapat sekitar 24.082,404 ton tempurung yang

dihasilkan. Potensi produksi tempurung yang sedemikian besar tersebut belum

dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai

tambah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kelapa (Anonim, 2010).


14

Arang tempurung kelapa sebagai penyerap memiliki titik kejenuhan yaitu saat

permukaan arang telah menyerap bahan terlarut dalam air. Sehingga dapat

dikatakan ada pengaruh penggunaan arang tempurung kelapa sebagai filter

terhadap penurunan kadar besi pada air. Dengan demikian arang tempurung kelapa

dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk pengolahan air sumur gali,

khususnya dalam menurunkan kadar besi dan kekeruhan. Arang tempurung memiliki

kapasitas yang tinggi dalam menyerap gas dan zat-zat warna. Selain bersifat

ekonomis, arang tempurung merupakan sisa buangan atau limbah industri maupun

rumah tangga, sehingga dapat memanfaatkan limbah sebagai media untuk

pengolahan air bersih. Arang tempurung kelapa ini yang berperan sebagai penyerap

logam-logam berat dengan penyerapan ion-ion bebas yang ada pada air, termasuk

besi sehingga arang tempurung sering digunakan sebagai arang/ karbon aktif.

Karbon aktif adalah suatu bahan yang berupa karbon yang sebagian besar terdiri

dari karbon bebas serta mempunyai kemampuan daya serap (adsorpsi) yang baik.

Karbon aktif digunakan sebagai bahan pemucat (penghilang zat warna), penyerap

gas, penyerap logam, dsb. Dari bahan tersebut yang paling sering dipergunakan

sebagai bahan adsorbent adalah activated carbon atau lebih dikenal sebagai arang

tempurung kelapa (Rahayu, 2003).


15

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan

Mei dan Juni 2014, meliputi kegiatan studi literatur, penentuan sumur gali,

pengambilan sampel air sumur gali dan analisa di laboratorium, persiapan bahan

penjernih air, pembuatan alat penjernih air, pelaksanaan penjernihan air, analisa

sampel di laboratorium dan pengolahan data dan penyusunan laporan.

Pengambilan sampel air sumur gali dilaksanakan di Jalan Datu Iba RT. 4,

Kelurahan Sungai Keledang, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda.

Analisa sampel air sumur awal maupun setelah penyaringan dilaksanakan di

Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

B. Bahan dan Peralatan Penelitian

1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Air sumur gali, untuk sampel air.

b. Arang sekam padi dan arang tempurung kelapa digunakan untuk media

penjernihan air

c. Ijuk, digunakan untuk media penjernihan

d. Batu, digunakan untuk media penjernihan

e. Kapas, digunakan untuk media penjernihan

2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Jirigen, digunakan untuk wadah sampel air sumur gali


16

b. Botol plastik 1,5 liter, digunakan untuk tempat sampel yang akan dibawa ke

laboratorium

c. Galon plastik + kran, digunakan untuk wadah penyaringan

d. Ember, digunakan untuk menampung air sampel

e. Alat tulis, digunakan untuk pengolahan data

f. Kamera, digunakan untuk dokumentasi proses penelitian

C. Prosedur Kerja

1. Studi literatur

Mempelajari beberapa referensi terkait teknik penyaringan air secara

sederhana dan lain-lain yang menunjang dalam pembahasan karya ilmiah.

2. Persiapan alat dan bahan penyaringan air

Menyediakan bahan-bahan penyaringan air seperti arang sekam padi,

arang tempurung kelapa, ijuk, batu koral dan kapas. Menyusun semua bahan

penyaringan air pada galon ukuran volume 9 sebagai perlakuan dalam

penelitian ini (P1) dengan urutan dari yang terbawah sampai yang teratas

berturut-turut adalah kapas dengan tebal (4 Cm), batu koral dengan tebal (4

Cm), Kapas dengan ketebalan (2 Cm), Ijuk aren dengan ketebalan (5 Cm), batu

koral dengan ketebalan (6 Cm), dan kapas dengan ketebalan (4 Cm), dan (P2)

dengan urutan dari yang terbawah sampai yang teratas berturut-turut adalah

kapas dengan tebal (4 Cm), batu koral dengan tebal (4 Cm), Arang Tempurung

Kelapa dengan ketebalan (6 Cm), Arang Sekam padi dengan ketebalan (6 Cm),

Kapas dengan ketebalan (2 Cm), Ijuk aren dengan ketebalan (5 Cm), batu koral
17

dengan ketebalan (6 Cm), dan kapas dengan ketebalan (4 Cm) untuk lebih lebih

jelasnya seperti pada Gambar 4. Pada Lampiran

3. Pengambilan sampel air

Kegiatan ini melakukan pengambilan sampel air dari sumur gali

masyarakat setempat di Jalan Datu Iba RT. 4, Kelurahan Sungai Keledang,

Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda. Pengambilan sampel untuk

yang disaring tanpa menggunakan arang sekam padi dan arang tempurung

kelapa (P1) , dengan menggunakan arang sekam padi dan arang tempurung

kelapa (P2),maupun yang tidak disaring (P0) diambil pada sumur gali yang

sama.

4. Tahap Penyaringan

a. Menuangkan air sampel sebanyak 5 Liter ke dalam alat penyaringan,

kemudian didiamkan selama 20 menit

b. Membuka kran alat penyaringan dan ditampung sementara menggunakan

ember, lalu dilanjutkan penuangan air saringan dalam botol 1,5 Liter untuk

dianalisa kekeruhan, Fe total, Fe terlarut dan pH air saring.

c. Menyaring kembali sisa air yang telah melewati penyaringan pertama

hingga penyaringan ke dua, lalu dilanjutkan penuangan air saringan dalam

botol 1,5 Liter untuk dianalisa kekeruhan, Fe total, Fe terlarut dan pH air

saring.

5. Pengukuran parameter

Parameter sampel air yang diukur meliputi kekeruhan dengan alat ukur

Turbidimeter, Fe (Besi) dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA),


18

dan pH dengan alat pH meter baik yang dilakukan penyaringan maupun yang

tidak disaring. Nilai parameter awal adalah hasil pengukuran air sampel

sebelum dilakukan penyaringan, sedangkan nilai parameter akhir adalah hasil

pengukuran air sampel yang sudah dilakukan penyaringan, yang kemudian

dianalisa di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

6. Pengolahan Data

Hasil analisa laboratorium dari ketiga parameter (kekeruhan, Fe, dan pH)

yang diperoleh masing-masing diperbandingkan antara yang disaring dan yang

tidak disaring. Sebagai rujukan dalam pembahasan kualitas air saringan dari

penggunaan bahan saringan berupa kapas, ijuk, batu kerikil, arang sekam padi

dan tempurung kelapa digunakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 82 tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air. Rujukan lain yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

D. Analisis Data

1. Analisa kelayakan sesuai peraturan

Analisa data yang dilakukan terhadap nilai-nilai parameter sampel air

seperti Kekeruhan, Logam Fe (Besi), dan nilai pH dilakukan dengan

menggunakan nilai masing-masing parameter yang diuji dan dibandingkan

dengan Standar Baku Mutu.


19

2. Analisa Kemampuan

Analisa kemampuan arang sekam padi dan arang tempurung kelapa ini

meliputi analisa penurunan parameter dan analisa persentase kemampuan

arang sekam padi dan arang tempurung kelapa. Analisa penurunan parameter

yang dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar angka penurunan yang

mampu direspon oleh arang sekam padi dan arang tempurung kelapa sebagai

media penyaringan, sedangkan analisa persentase kemampuan ini

dimaksudkan untuk mengetahui beberapa persen kemampuan arang sekam

padi dan arang tempurung kelapa sebagai media penyaringan air dengan

metode filtrasi.

Rumus berikut digunakan untuk mengetahui kemampuan arang sekam

padi dan arang tempurung kelapa terhadap parameter yang di uji (Tutut, 2012) :

a. Angka penurunan

Angka Penurunan = Nilai Parameter Awal – Nilai Parameter Akhir

b. Persentase Kemampuan

% = ( Nilai Parameter Awal – Nilai Parameter Akhir) X 100%


Nilai Parameter Awal

Dari hasil tersebut dapat diketahui berapa persen kemampuan arang sekam

padi dan arang tempurung kelapa sebagi media penyaringan.


20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil data yang diperoleh dari penelitian pemanfaatan arang sekam padi dan

arang tempurung kelapa sebagai media penyaringan sederhana yang telah dianalisa

di laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisa Pengukuran Tingkat Kekeruhan , Fe (Besi), dan pH


Rata-rata
No. Perlakuan Kekeruhan Fe
pH
(NTU) (Mg/L)
1. P0 11,9 0,327 7,30
2. P1 8,10 0,270 6,95
3. P2 2,19 0,152 7,04

Dari hasil Analisa diatas dapat diperoleh nilai penurunan dan persentase

kemampuan arang sekam padi dan arang tempurung kelapa sebagai penyaringan

air sumur dapat dilihat pada Tabel 2., Tabel 3., Tabel 4., dan Grafik 1., Grafik 2.,

dan Grafik 3.

Tabel 2. Hasil Analisa Angka Penurunan dan Persentase Tingka Kekeruhan


Tingkat Angka %
No Sampel
Kekeruhan Penurunan Kemampuan
1 P0 11,9 NTU - -
2 P1 8,10 NTU 3,8 NTU 31,93%
3 P2 2,19 NTU 9,71 NTU 81,60 %
21

Tingkat Kekeruhan

15

10

0
P0 P1 P2

bar 1. Grafik Penurunan Tingkat Kekeruhan


Gamb

nalisa Angka Penurunan dan Persentase Kadar Fe


Tabel 3. Hasil An
Kadar Angka %
No Sampel
Fe Penurunan Kemamp puan
1 P0 0,327 mg/L - -
2 P1 0,270 mg/L 0,057 mg/L 17,43 %
3 P2 0,152 mg/L 0,175 mg/L 53,52 %

Fe

0,4
0,3
0,2
0,1
0
P0 P1 P2

G
Gambar 2. Grafik Penurunan Kadar Fe
22

Tabel 4. Hasil Analisa A


Angka Penurunan dan Persentase Nilai pH
Angka %
No. Sampel pH
Penurunan Kemampu uan
1. P0 7,30 - -
2. P1 6,95 0,35 4,79 %
3. P2 7,04 0,26 3,69 %

pH
7,5

7 pH

6,5
P0 P1 P2

G
Gambar 3. Grafik Penurunan Nilai pH

Keterangan:
P0 : Sampel Awal
P1 : Tanpa Arang Sekam Padi dan Arang Tempurung Kelapa
P2 : Dengan Arang Sekam Padi dan Arang Tempurung Kelapa

B. Pembahasan

Dari hasil analisa di laboratorium terhadap ketiga parameter meliputi


m tingkat

n Fe dan nilai pH sampel air baik sebelu


kekeruhan, Kandungan um dilakukan

penyaringan maupun setelah penyaringan disampaikan pembaha


asan sebagai

berikut :

1. Analisa kelayakan ssesuai peraturan

Analisa kelayyakan yang dilakukan adalah dengan memban


ndingkan nilai

parameter yang dip


peroleh dari hasil penelitian dengan Standar Ba
aku Mutu yang

telah ditetapkan seb


bagai berikut :
23

a. Kekeruhan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium maka

diketahui, bahwa tingkat kekeruhan air sumur gali sebelum dilakukan

penyaringan (P0) adalah sebesar 11,9 NTU. Nilai kekeruhan ini belum

memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas dan

Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kekeruhan air adalah

sebesar 5 NTU.

Setelah dilakukan penyaringan dengan perlakuan (P1) menghasilkan

perbaikan nilai kekeruhan air saring yaitu menjadi 8,10. Walaupun sudah

mengalami penurunan nilai Fe tetapi belum memenuhi Standar Baku Mutu

yang telah ditetapkan, namun setelah dilakukan penyaringan dengan

perlakuan (P2) menghasilkan perbaikan nilai kekeruhan air saring yaitu

menjadi 2,19 NTU. Nilai kekeruhan ini telah memenuhi standar baku mutu

yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas dan Pengendalian

Pencemaran Air dimana standar kekeruhan air adalah 5 NTU.

b. Kadar Besi (Fe)

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium maka

diketahui, bahwa kandungan Fe air sumur gali sebelum dilakukan

penyaringan (P0) adalah sebesar 0,327 mg/L . Nilai Fe ini belum memenuhi

standar baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 82 tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan


24

Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kandungan Fe air adalah

sebesar 0,3 Mg/L.

Setelah dilakukan penyaringan dengan perlakuan (P1) menghasilkan

perbaikan nilai Fe air saring yaitu menjadi 0,270 mg/L. Nilai ini telah

memenuhi Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan, namun jika

dibandingkan dengan perlakuan (P2) menghasilkan perbaikan nilai Fe air

saring yaitu menjadi 0,152 mg/L dan penyaringan menunjukkan respon yang

lebih baik menggunakan perlakuan (P2) dibandingkan dengan perlakuan

(P1), nilai ini sudah memenuhi Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan oleh

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang

Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar

kandungan Fe air adalah 0,3 mg/L.

c. pH

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium maka

diketahui, bahwa Nilai pH air sumur gali sebelum dilakukan penyaringan (P0)

adalah sebesar 7,30 . Nilai pH ini sudah memenuhi standar baku mutu yang

ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun

2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

dimana standar nilai pH air adalah sebesar 6 - 9.

Setelah dilakukan penyaringan dengan perlakuan (P1) menghasilkan

nilai pH air saring yang relatif tidak berubah yaitu sebesar 6,95. Setelah

dilakukan penyaringan dengan perlakuan (P2) menghasilkan nilai pH air yang

juga relatif tidak berubah yaitu sebesar 7,04. Nilai pH ini sudah memenuhi
25

standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar Nilai pH air adalah 6 - 9.

2. Analisa Presentase Kemampuan Arang Sekam Padi dan Arang Tempurung


Kelapa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium maka

diketahui, bahwa nilai persentase setelah dilakukan penyaringan dengan

perlakuan (P2) terhadap respon penurunan tingkat kekeruhan pada air sumur

adalah sebesar 81,60 %. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan perlakuan (P1)

yang menunjukan respon hanya sebesar 31,93%. Sedangkan untuk persentase

perlakuan (P2) terhadap respon penurunan kadar logam Fe pada air sumur

adalah sebesar 53,52%. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan perlakuan (P1)

yang menunjukan respon hanya sebesar 17,43% , dan untuk nilai pH diketahui,

bahwa nilai persentase setelah dilakukan penyaringan dengan perlakuan (P2)

terhadap respon penurunan tingkat kekeruhan pada air sumur adalah sebesar

3,69%. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan perlakuan (P1) yang menunjukan

respon hanya sebesar 4.79%. tidak ada perubahan karena hasil yang diperoleh

relatif stabil.
26

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian analisisa penyaringan air sederhana dengan parameter

Kekeruhan, Fe dan pH yang dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa arang sekam padi dan

arang tempurung kelapa menunjukan respon terhadap penurunan parameter

kekeruhan, Fe (besi) dan pH terhadap air sumur. Hal ini terbukti diperoleh nilai

penurunan terhadap tingkat kekeruhan sebesar 81,60% dan menghasilkan

perbaikan nilai kekeruhan air saring yaitu menjadi 2,19 NTU. Nilai kekeruhan ini

telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengolahan

Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kekeruhan air adalah 5

NTU.

Untuk parameter logam Fe (besi) dari hasil analisa yang telah dilakukan

menunjukan respon terhadap penurunan nila Fe yaitu sebesar 53,52% dan

menghasilkan perbaikan nilai Fe air saring yaitu menjadi 0,152 mg/L. Nilai Fe ini

telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kandungan Fe air

adalah 0,3 mg/L.


27

Sedangkan untuk nilai pH dari hasil analisa yang telah dilakukan menunjukan

respon terhadap penurunan nila pH yaitu sebesar 3,69% dan menghasilkan

perbaikan nilai pH air saring yaitu menjadi 7,04. Nilai Fe ini telah memenuhi standar

baku mutu yang telah ditetapkan oleh oleh Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air dimana standar Nilai pH air adalah 6 - 9.

B. Saran

1. Air sumur gali pada lokasi penelitian jika akan dimanfaatkan untuk konsumsi

maka perlu terlebih dahulu dilakukan penyaringan.

2. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai media penyaringan air yang lebih

efektif dengan tinggi 1,5 meter sehingga dapat memperoleh air yang lebih jernih.
28

DAFTAR PUSTAKA

Almansyah, S. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernihan Air Untuk Rumah Tangga.
Kawan Pustaka. Jakarta.

Anonim, 2010. Tempurung Kelapa http://Www.Sharemyeyes. Com/2013/10/


TempurungKelapa.Html#Ixzz2n4s6dpgm. (Diakses Pada Tanggal 10
Desember 2013)

Anonim, 2013. Saringan Air Sederhana. http://Saringan- Air-Sederhana.


Blogspot.Com.(Diakses Pada Tanggal 15 Desember 2013).

Anonim, 2014. Tinjauan-Umum-tentang-Air. http://www.scribd.com/doc/


61507926/1/. (Diakses pada tanggal 20 Februari 2014).

Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta

Lutfi, M. Dan Efendi, M.R. 2011. Pemanfaatan Limbah Arang Sekam Padi dan
Limbah Arang Tempurung Kelapa Dalam Proses Penyulingan Air Waduk
Pato’an Laok Pamekasan. http://revolusiku89.blogspot.com/2013-07-25-
archive. html. (Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2013)

Rahayu, T.2003. Karakteristik Air Sumur Dangkal di Wilayah Kartasura dan Upaya
Penjernihannya. http:jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?
act=tampil&id=93538&idc=39. (Diakses pada tanggal 23 Januari 2014)

Suryana. 2013. Analisa Air Sumur Dangkal di Kecamatan Biringkanayya Kota


Makassar.http://repository.unhas.ac.id/bitsteam/handle/123456789/6139/AN
ALISIS/20%20AIR%20SUMUR%20DANGKAL %20DI% KECAMATAN %
20BIRINGKANAYA % 20KOTA % 20 MAKASAR. pdf? sequence=1T
(Diakses Pada Tanggal 15 Desember 2013)

Tutut, 2012. Perhitungan. http://tututhardiyanti.blogspot .com/2012/05/nephelo


metric - turbidity -unit-ntu-html. (Diakses pada tanggal 20 Februari 2014)
1

LAMPIRAN
312

Kapas 4 cm

Batu 6 cm

Ijuk 5 cm

Kapas 6 cm

Batu 6 cm

Kapas 4 cm

a.

Gambar 4. Susunan Penyaringan Air Sederhana Tanpa Menggunakan


Arang Sekam Padi dan Arang Tempurung Kelapa (P1)

32
3

Kapas 4 cm
Batu 6 cm

Ijuk 5 cm
Kapas 2 cm

Arang sekam 6 cm

Arang Tempurung 6 cm

Kapas 4 cm

Batu 6 cm

Kapas 4 cm

Gambar 5. Susunan Penyaringan Air Sederhana dengan Menggunakan


Arang Sekam Padi dan Arang Tempurung Kelapa (P2)

32
4

Gambar 5. Pengambilan sampel air


Gambar 6. Menuang sampel air
sumur gali sumur gali pada
wadah jirigen

Gambar 7. Media penyaringan


5

Gambar 8. Susunan alat penyaringan Gambar 9. Pelaksanaan penyaringan


air sampel sumur gali

Gambar 10. Sampel air sumur gali yang disaring dan


yang tidak disaring

34

Anda mungkin juga menyukai