Anda di halaman 1dari 65

1

PERAN SERTA STAKEHOLDER DALAM ALIH FUNGSI LAHAN


PERTANIAN DI DESA TAWAKUA KECAMATAN ANGKONA
KABUPATEN LUWU TIMUR

ALIFURRAHMAN
1602405070

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
2

PERAN SERTA STAKEHOLDER DALAM ALIH FUNGSI LAHAN


PERTANIAN DI DESA TAWAKUA KECAMATAN ANGKONA
KABUPATEN LUWU TIMUR

KRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo

ALIFURRAHMAN
1602405070

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
3
4
5

PENGESAHAN PROPOSAL

Judul Proposal : Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi Lahan


Pertanian di Desa Tawakua Kecamatan Angkona Kabupaten
Luwu Timur.
Nama : Alifurrahman
NIM : 1602405070
Program Studi : Agribisnis
Tanggal Ujian : 19 Agustus 2020

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si. Dharma Fidyansari. S.Pi., M.M.

Mengesahkan,

Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Pertanian,

Abdul Rais, S. Si., M. Ling. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.


Tanggal : Tanggal :

ii
6

ABSTRAK

Alifurrahman. 2020. Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi Lahan


Pertanian Di Desa Tawakua Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur
(dibimbing oleh Suaedi dan Dharma Fidyansari).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran serta Stakeholder


dalam alih fungsi lahan yang terjadi di desa Tawakua Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode deskriptif kualitatif, penelitian ini di laksanakan di Desa Tawakua
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur pada bulan Desember sampai bulan
Februari 2020, dengan jumlah sampel sebanyak 24 petani dan 3 orang Responden
Tambahan. Pengambilan sampel petani di lakukan dengan teknik Random
Sampling dan pemilihan responden tambahan di pilih dengan teknik Snowball.
Data di analisis dengan menggunakan teknik deskriptif yakni lebih banyak
menguraikan dari hasil wawancara dan studi dokumentasi, data yang telah di
peroleh akan di analisis secara kualitatif serta di uraikan dalam bentuk deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pweran serta stakeholder saling berkaitan
antara satu dengan yang lain saling melengkapi sehingga mecapai tujuan yang
sama-sama ingin di capai, peran serta stakeholder di dalamnya ada peran serta
petani yaitu sebagai pelaku alih fungsi lahan, sebagai pembuka lapangan
pekerjaan, dan sebagai penanggung jawab, peran serta pemerintah setempat
adalah mendukung keinginan dan kepusan petani, pengajian proposal dari desa
dan mengawasi, peran serta penyuluh pertanian adalah sebagai pengumpul dan
penyedia berkas yang du butuhkan dalam penbuatan proposal, membuat
kelompok tani dan berperan sebagai pendamping petani, peran serta dinas
pertanian adalah mensurvey lokasi alih fungsi lahan, pengambilan keputusan dan
pembuatan angaran.

Kata kunci: Peran serta Stakeholder, Alih Fungsi Lahan

vi
7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Desa Tawakua
Cekamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur”.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Hanafie Mahtika, Ms., selaku Rektor Universitas
Cokroaminoto Palopo.
2. Bapak Rahman Haeruddin,S.P., M. Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo.
3. Bapak Abdul Rais, S. Si., M. Ling. Selaku Ketua Program Studi Agribisnis,
4. Bapak Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan kepercayaan, perhatian, bimbingan, dan masukan yang sangat
berarti kepada penulis.
5. Ibu Dharma Fidyansari. S.Pi., M.M. Selaku pembimbing II dalam penulisan
porposal ini yang telah memberikan ilmu, perhatian, arahan dan masukan yang
sangat berarti kepada penulis.
6. Khususnya kedua orang tua yang telah memberikan doa restu sehingga proses
penulisan proposal ini dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu, serta tak
lupa saudara-saudara dan keluarga yang menjadi salah satu motivasi penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Selama proses penyelasaian Skripsi ini dengan segala kerendahan hati penulis
berharap semoga apa yang tertulis dalam Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama bagi penulis pribadi.
Palopo, November 2019

Alifurrahman

vi
8

RIWAYAT HIDUP
Alifurrahman, lahir pada tanggal 20 Desember 1997, di Desa
Tawakua, Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu Timur.
Anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Alisah dan
Rakyah. Pendidikan formal yang telah dilulusi adalah Sekolah
Dasar Madarasah Nahdlatul Wathan, tamat pada tahun 2011.
Melanjutkan Sekolah Menengah Pertama SMP Negri 1
Angkona, tamat pada tahun 2013, dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan
di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Angkona, tamat pada tahun 2016
dan pada tahun yang sama penulis kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi
pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto
Palopo.

vii
9

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI ............................. ii
KETERANGAN HASIL SILIMILARITY CHECK SKRIPSI .......................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................ ........................................................... vi
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ........................................................................................ 4
2.4 Penelitian yang Relevan ...................................................................... 8
2.5 Kerangka Fikir ..................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 12
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 12
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................ 12
3.4 Tehnik Pengambilan Data................................................................... 13
3.5 Jenis dan Sumber Data......................................................................... 13
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 14
3.7 Defenisi Operasional ........................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.................................................................................................... 16

viii
10

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 28


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 37
5.2 Saran ................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38
LAMPIRAN ....................................................................................................... 39

ix
11

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Jumlah Penduduk di Desa Tawakua. ............................................................ 17
2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tawakua .............. 18
3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pehencarian di Desa Tawakua ................. 19
4. Keadaan Sarana dan Prasarana di Desa Tawakua......................................... 20
5. Jumlah Responden Menurut Umur ............................................................... 21
6. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan ......................................... 22
7. Jumlah Responden Menurut Luas Lahan ...................................................... 22
8. Penyebab Petani Melakukan Alih fungsi Lahan ........................................... 23
9. Peran Serta Petani Terhadap Alih Fungsi lahan............................................ 24
10. Peran Serta Pemerintah Setempat ................................................................. 26
11. Peran Serta Penyuluh Pertanian Terhadap Alih Fungsi Lahan ..................... 27
12. Peran Serta Dinas Pertanian Terhadap Alih Fungsi Lahan ........................... 28

x
12

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka Pikir. ............................................................................................. 11
2. Dokumentasi ................................................................................................ 52

xi
13

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat Izin Penelitian. ..................................................................................... 40
2. Panduan Wawancara ..................................................................................... 41
3. Panduan Obserfasi......................................................................................... 50
4. Identitas Responden ...................................................................................... 51
5. Dokumentasi ................................................................................................. 51

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan salah satu sector utama yang menopang kehidupan
masyarakat, karena sector pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar
penduduk Indonesia. Berangkat dari hal tersebut, maka pertanian merupakan salah
satu penopang perekonomian nasional. Artinya bahwa sector pertanian memegang
peran penting dan seharusnya menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian.
Berdasarkan data BPS 2014, penduduk yang bekerja di sector pertanian berjumlah
sekitar 38,973,033 orang atau 40 persen dari total penduduk usia produktif,
sedangkan sisanya sebanyak 60 persen tersebut di berbagai sector di luar
pertanian.
Di indonesia sector pertanian terbagi menjadi lima, yaitu pertama sub
sector tanaman pangan, kedua sub sector perkebunan, ketiga sub sector
horticultural, keempat sub sector peternakan, dan kelima adalah sub sector
perikanan, Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub
sektor perkebunan. Kontribusi sub sektor perkebunan dalam PDB yaitu sekitar
3,57 persen pada tahun 2015 atau merupakan urutan pertama di sektor
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian. Sub sektor ini
merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga
kerja, dan penghasil devisa.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang
mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.
Kelapa sawit juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting
sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Indonesia merupakan
negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia.
Pada tahun 2017 di sub sector perkebunan rakyat, kecamatan angkona
merupakan produsen tanaman klapa sawit terbesar di kabupaten Luwu Timur,
dengan jumlah produksi sebesar 28.815,35 ton atau 25,65 persen dari produksi
Luwu Timur berada di kecamatan angkona dengan luas 2.508 hektar. Tingginya
hasil perkebunan kelapa sawit di kecamatan angkona bersumber dari perkebunan
rakyat atau perkebunan plasma dan adanya perkebunan inti milik PTPN. Besarnya
2

minat masyarakat kecamatan Angkona dalam perkebunan kelapa sawit tidak


terlepas dengan adanya pabrik kelapa sawit (CPO) milik swasta yakni PT.Bumi
Maju Sawit (BMS) yang terletak di desa Mantadulu. (Dinas Komunikasi dan
Informatika Luwu Timur. 2018).
Keberadaan lahan sawit yang luas di kecamatan Angkona tidak bertahan
lama, seiring dengan berjalannya waktu dengan kondisi umur sawit yang
semakinn tua di tambah dengan tingkat produksi kelapa sawit semakin menurun,
semakin hari harga kelapa sawit semakin rendah dan sudah tak mampu mencukupi
kebutuhan petani sehari-hari. Petani mulai mencari peruntungan baru dengan
melakukan pengalih fungsian lahan kelapa sawit menjadi lahan persawahan.
Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu fenomena yang cukup
banyak terjadi belakangan ini di Indonesia. Hal ini seiring dengan pertambahan
penduduk dan kegiatan pembangunan sehingga mengakibatkan permintaan dan
kebutuhan terhadap lahan semakin tinggi yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan dalam bidang pertanian maupun non pertanian.
Dalam ilmu ekonomi, kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak produktif dan tidak
menguntungkan selalu akan dengan cepat digantikan dengan kegiatan lain yang
lebih produktif dan menguntungkan. Persaingan terjadi untuk pemanfaatan yang
paling menguntungkan sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan
pemanfaatan lahan (Kustiwan, 2007).
Pemilihan sawah di karenakan saat ini sawah sudah bisa di harapkan lagi
ditambah dengan kemajuan teknologi, sarana dan parasarana yang sudah mulai
lengkap masuk kepelosok-pelosok desa dengan ketersedian pupuk yang selalu ada
mengakibatkan petani lebih memilih beralih kepersawahan ketimbang bertahan di
kelapa sawit dengan harga yang sudah tak menentu. Keinginan petani untuk
mengalihfungsikan lahan mereka menjadi lahan persawahan juga mendapat
dukungan dari pemerintah Kabupaten Luwu Timur.
Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi Lahan Pertanian perlu dikaji
lebih mendalam lagi guna mengetahui seberapa besar keterlibatan stakeholder
dalam laju laihfungsi lahan yang terji di desa tawakua kecamatan angkona
kabupaten luwu timur ini.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berkaitan dengan uraian di atas dapat di rumuskan permasalahan yaitu
bagai mana peran serta Stakkeholder dalam alih fungsi lahan yang terjadi di Desa
Tawakua Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur.?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah mengetahui peran serta stakeholder dalam alihfungsi lahan
yang terjadi di Desa Tawakua Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur.

1.4 Manfaat penelitian


Berdasarkan tujuan yang telah di uraikan, maka hasil penelitian ini di
harapkan dapat:
1. Memberikan mamfaat bagi pembaca dan peneliti, baik sebagai tambahan
pengetahuan maupun sebagai imformasi untuk melaksanakan studi lanjutan di
masa mendatang.
2. Memberikan manfaat bagi petani bisa mengetahui alihfungsi yang dia
lakukan apakah sudah benar di lakukan atau belum sehingga selanjutnya
dapat mempertimbangkan lebih matang lagi sebelum melakukan alih fungsi
lahan mereka.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


1. Lahan Pertanian
Lahan merupakan sumber daya alam yang potensial dan strategis dalam
mendukung peoses pembangunan serta sangat penting untuk keberlangsungan
hidup manusia. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh sector pembangunan
memerlukan sumber daya lahan, seperti untuk pertanian, permukiman, industri,
transportasi, pertambangan, kehutanan, dan rekreasi.
Suparmako (1997) menjelaskan bahwa lahan merupakan factor produksi
yang sangat menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara. Negara
yang memiliki lahan yang subur memungkinkan juga memiliki tingkat
produktifitas pertanian yang tinggi dan hal tersebut akan berdampak positif
terhadap pertumbuhan ekonominya. Menurut Utomo (1992), lahan memiliki cirri-
ciri yang unik dibandingkan sumberdaya lainnya, yakni lahan merupakan
sumberdaya yang tidak dapat habis namun jumlahnya tetap dan dengan lokasi
yang tidak dapat dipindahkan.
Lahan pertanian merupakan lahan yang diperuntukan untuk kegiatan
pertanian, seperti sawah, kebun sayuran, dll. Lahan sawah adalah suatu tipe
penggunaan lahan pertanian yang untuk pengelolaannya menggunakan
genangan air. Oleh karena itu sawah selalu merupakan permukaan datar
atau yang atarkan dan dibatasi oleh pematang untuk menahan genangan air.
Berdasarkan is irigasinya sawah dibagi dalam tiga jenis, yaitu : (1)
sawah irigasi teknis, itu bentuk sawah yang pengairannya berasal dari waduk
dan dialirkan melalui uran primer dan selanjutnya dibagi-bagi kedalam saluran
sekunder dan ters lmelalui bangunan pintu pembagi. (2) sawah irigasi semi
teknis, yaitu bentuk ahyang pengairannya berasal dari waduk, akan tetapi
pemerintah hanya nguasai bangunan penyadap untuk mengatur pemasukan air.
(3) sawah irigasi erhana, yaitu pengairan sawan dari mata air dan pembuatan
salurannya dibuat pada bangunan permanen oleh masyarakat setempat (Pusat
Penelitian dan ngembangan Tanah dan Agroklimat, 2003). Adapun pada
kenyataannya di donesia masih terdapat sawah tadah hujan, yaitu sawah yang
5

pengairannya tidak nggunakan irigasi. Pengairan pada sawah ini hanya berbasis
pada air hujan.
Menurut Sumaryo dan Tahlim (2005), manfaat lahan pertanian dapat
lagi menjadi dua kategori, use value dan non use value. Use value atau manfaat
penggunaan didapat dari hasil eksploitasi atau kegiatan usaha tani yang dilakukan
dan lahan pertanian. Sedangkan non use value atau manfaat bawaan merupakan
manfaat yang tercipta sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan
sploitasi dari pemilik lahan pertanian. Yoshida dan Kenkyu (1996) dalam
maryanto (2005) mengutarakan pendapat lain tentang manfaat dari lahan
rtanian. Menurut mereka lahan pertanian dapat berperan dari aspek lingkungan,
erti pencegah banjir, pengendali keseimbangan air, pencegah erosi, pengurangan
pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah tangga, dan pencegah
pencemaran udara yang berasal dari gas buangan.

2. Alih Fungsi Lahan Pertanian


Alih fungsi lahan atau konversi lahan adalah berubahnya satu
penggunaan lahan ke penggunaan lainnya, sehingga permasalahan yang timbul
banyak terkait dengan kebijakan tata guna lahan (Ruswandi, 2005). Alih
fungsi lahan ini secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian
sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Hal ini
umumnya terjadi di wilayah sekitar perkotaan dan dimaksudkan untuk
mendukung perkembangan sektor industri dan Alih fungsi lahan pertanian
sebenarnya bukan merupakan hal baru di donesia. Isu yang berkaitan
dengan alih fungsi lahan pertanian marak pererdebatkan sejak
diterbitkannya hasil sensus pertanian yang mengungkapkan bahhwa antara
tahun 1983 hingga 1993 telah terjadi penyusutan lahan sawah sebeesar
1,28 juta hektar.
Alih fungsi lahan pertanian merupakan isu yang perlu diperhatikan
karena tergantungan masyarakat terhadap sektor pertanian, terutama pangan.
Dalam kegiatan alih fungsi lahan sangat erat kaitannya dengan
permintaan dan nawaran lahan, dimana penawaran atau persediaan lahan
sangat terbatas sedangkan permintaan lahan yang tidak terbatas. Menurut
Barlowe (1978), faktor- faktor yang mempengaruhi penawaran lahan adalah
6

karakteristik fisik alamiah, faktor ekonomi, faktor teknologi, dan faktor


kelembagaan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan lahan
adalah populasi penduduk, perkembangan teknologi, kebiasaan dan tradisi,
pendidikan dan kebudayaan, selera dan tujuan, serta perubahan sikap dan nilai
yang disebabkan oleh perkembangan usia. Pada umnya permintaan komoditas
pertanian terutama komoditas pangan terhadap pendapatan bersifat kurang
elastis, sedangkan permintaan komoditas non pertanian pangan bersifat
elastis. Konsekuensinya adalah pembangunan ekonomi untuk meningkatkan
pendapatan cenderung menyebabkan naiknya permintaan dan untuk kegiatan
non pertanian dibandingkan permintaan lahan untuk kegiatan perrtanian.

3. Stakeholder
Stakeholder adalah individu, kelompok organisasi baik laki-laki atau
perempuan yang memiliki kepentingan, terlibat atau dipengaruhi (positive atau
negative) oleh suatu kegiatan program pembangunan” Hertifah (2003, h.29).
Hal serupa juga dikemukakan oleh Scheemer (2000) yang menyebutkan
“Stakeholders in a process are actors persons, groups or organizations with a
vested interest in the policy being promoted”. Sedangkan Gonsalves et al. yang
dikutip oleh Iqbal (2007,h.90) mendeskripsikan stakeholder sebagai siapa yang
memberikan dampak dan/atau yang terkena oleh dampak dari suatu program,
kebijakan, dan/atau pembangunan. Mereka bisa sebagai individu, komunitas,
kelompok sosial, atau suatu lembaga yang terdapat dalam setiap tingkat golongan
masyarakat. menurut Nugroho (2014, h.16-17) stakeholder dalam program
pembangunan dapat diklasifikiasikan berdasarkan perannya, yitu :
a. Policy creator, stakeholder yang berperan sebagai pengambil keputusan dan
penentu suatu kebijakan.
b. Koordinator, stakeholder yang berperan mengkoordinasikan stakeholder lain
yang terlibat.
c. Fasilitator, stakeholder yang berperan memfasilitasi dan mencukupi apa
yang dibutuhkan kelompok sasaran.
d. Implementer, stakeholder pelaksana kebijakan yang di dalamnya termasuk
kelompok sasaran.
e. Akselerator, stakeholder yang berperan mempercepat dan memberikan
7

kontribusi agar suatu program dapat berjalan sesuai sasaran atau bahkan
lebih cepat waktu pencapaiannya.

4. Peraturan Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian


Dasar kebijakan pertanahan adalah Undang-Undang Dasar 1995 (UUD
1995 pasal 33 ayat (3), yang menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hal tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam
Undang-Undang No 5 tahun 1960 mengenai UUPA. UUPA merupakan suatu
landasan hukum dari adanya kebijakan pertanahan. Tujuan di berlakukannya
UUPA adalah:
1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agrarian nasional yang
merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan, dan keadilan
bagi Negara dan rakyattani. Dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.
2. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan
dalam hukum pertanahan.
3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-
hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.
Landasan hukum dari kebijakan alih fungsi lahan pertanian selain UUPA antara
lain:
1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian
berkelanjutan pada pasal 50, yang menyebutkan bahwa segala bentuk
perizinan yang mengakibatkan alihfungsi lahan pertanian pangan
berkelanjutan batal demi hukum, kecuali untuk kepentingan umum.
2. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang terutama pada
pasal 37, yang menyebutkan bahwa izin pemanfaatan ruang yang tidak sesui
dengan RTRW di batalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesui dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Peraturan pemerintah Nomer 16 Tahun 2004 tentang piñata gunaan tanah
terutama pasal 13, yang menjelaskan penggunaan dan pemanfaatan tanah do
kawasan lindung atau kawasan budidaya harus sesui dengan fungsi kawasan
dalam RTRW.
8

4. Peraturan pemerintah nomor 36 Tahun 1998 tentang penertiban dan


pendayagunaan tanah terlantar, di mana pada pasal 11 di jelaskan tanah yang
diperoleh dasar penggunaannya oleh perseorangan yang tidak menggunakan
tanah tersebut sesuai dengan keadaannya atau menurut sifatt dan tujuan
pemberian haknya, atau tidak memeliharanya dengan baik, atau tidak
mengambil lngkah-langkah pengolahan bukan karena tidak mampu dari segi
ekonomi, maka kepala kantor pertanahan mengusulkan kepada kepala kantor
wilayah agar pemegang hak diberi peringatan agar dalam waktu tertentu sudah
mrnggunakan tanahnya sesuai keadaan atau menurut sifat dan tujuan
pemberian haknya.
5. Peraturan Mentri Negara Agraria Nomer 2 Tahun 1999 tentang izin lokasi
penguasaan dan teknis tata guna tanah dimana pada pasal 6 disebutkan izin
lokasi berdasarkan pertimbangan mengenai aspek penguasaan tanah dan
teknis tata guna tanah yang meliputi keadaan hak serta penguasaan tanah yang
bersangkutan, penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah sertakemampuan
tanah.

2.2 Penelitian yang Releven


Lillo Adhiguno (2018) “Peran Dinas Pertanahan Dan Tata Ruang Dalam
Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Non Pertanian Di Kabupaten
Sleman” Tujuan Penelitian antara lain: bertujuan untuk mengetahui tugas dan
fungsi dinas pertanahan dan tata ruang kabupaten sleman. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa peran dinas pertanahan dan tata ruang dalam alih fungsi
tanah pertanian menjadi nonpertanian dikabupaten sleman sudah cukup baik,
namun masih belum maksimal masih pembinaan dan pengawasan belum
menyeluruh di seluruh plosok kabupaten sleman. Penegakan hukum terhadap
pelanggaran alih fungsi tanah pertanian juga belum maksimal, penegakan sanksi
terhadap warga yang melanggar izin alih fungsi belum diterapkan secara efektif.
Umi Afifatun ni’mah (2019) “Peran Kelompok Tnai “Sido Rukun” Dalam
Mensejahterakan Anggota Kelompok Tani Perspektif Ekonomi Islam”. Tujuan
penelitian antara lain: (1) Untuk mengetahui problematika yang di alami oleh
masyarakat petani kelopok tani “Sido Rukun”. (2) Untuk mengetahui peran yang
dilakukan oleh kelompok tani “Sido Rukun”. Hasil penelitian ini menunjukkan
9

bahwa : (1) Problamatika petani meliputi, pembiayaan, ketrampilan yang kurang,


tidak dimilikinya mesin pertanian yang modern serta kebijakan yang kurang pro
dengan petani, (2) Peran kelompok tani meliputi pembiayaan, diantarnya
pembiayaan pinjaman meminjam, pembiayaan sewa menyewa, pembiayaan jual
beli; memberikan keterampilan ; dan memberikan penyuluhan.
Vera Nur Fatmawati (2018) “ Peran Kelompok Wanita Tani Dalam
Meningkatkan Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani
Putrid Mandiri Desa Kabanggan Kecamatan Sumbang)” Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan peran kelompok wanita tani putrid mandiri dalam
meningkatkan pendapatan keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kelompok wanita tani (KET) putrid mandiri berperan sebagai wadah untuk
meningkatkan pendapatan melalu kegiatan pengolahan hasil pertanian dan bank
sampah, menjadi wadah untuk meningkatkan produktivitas melalui kegiatan
pemanfaatan lahan perkarangan, menjadi wadah untuk menambah pendidikan dan
pengetahuan melalui kegiatan pertemuan rutin dan pelatihan. Dari kegiatan
tersebut para anggota mampu meningkatkan pendapatan keluarga, dan menekan
biaya pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari.
Putri Resicha (2016) “Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan
Kelompok Tani Di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam”.
Tujan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan peran penyuluh pertanian dalam
pengembangan kelompok tani di Nagari Sungai Pua, Kecamatan Sungai Pua,
Kabupaten Agam dan (2) Mengetahui kendala yang dihadapi oleh penyuluh dalam
kegiatan penyuluhan pada kelompok tani di Nagari Sungai Pua, Kecamatan
Sungai Pua, Kabupaten Agam. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran
penyuluh sebagai penyuluh motivator, edukator, organisator, dan komunikator
dikategorikan berperan, sedangkan peran penyuluh sebagai katalisator dan
konsultan dikategorikan tidak berperan. Kendala-kendala yang dihadapi oleh
penyuluh dalam pengembangan kelompok tani adalah mengatur jadwal pertemuan
dengan 25 kelompok tani karena penyuluh hanya berjumlah satu orang, daerah
yang luas yang mengakibatkan penyuluh banyak menghabiskan waktu
diperjalanan, tidak semua solusi dan saran dari penyuluh dapat diterima kelompok
10

tani karena petani belum terbiasa menggunakan teknologi baru, dan kelompok tani
masih belum berkembang karena masih bergantung kepada penyuluh.

2.3 Kerangka Berpikir


Kerangka piker merupakan alur penelitian yang di gunakan seorang
peneliti untuk mengetahui Gambaran Penelitian Yang Akan Di Lakukan, Pada
Penelitian Mengenai Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi Lahan Pertanian
Di Desa Tawakua Cekamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur yang akan di
jelaskan pada kerangka piker di bawah ini.
Lahan merupakan modal penting yang diperlukan dalam proses produksi
pertanian. Namun, perkembangan sector ekonomi di suatu kawasan mendorong
perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut. Perubahan sector ekonomi
mendorong perubahan sumberdaya lahan ke penggunaan yang memberikan nilai
ekonomi lebih tinggi. Tingkat produksi kelapa sawit sudah mulai menurun, harga
tidak setabil mengakibatkan petani memilih mengalihfungsikan lahan mereka
kelahan sawah yang di mana lahan sawah suah bisa di harapkan lagi dengan
bantuan-bantuan pemerintah dan sarana dan prasarana yang sudah memadai petani
berminat menggalih fungsikan lahan mereka dari kebun kelapa sawit menjadi
lahan persawahan, pengalih fungsian lahan yang terjadi tak mungkin akan yerjadi
jika tidak ada campur tangan dari pihak-pihak terntu, peran serta Stakeholders
sebagai penanggung jawab dan pembantupara petani memudahkan proses
mengalih fungsikan lahan mereka, maka dari itu peran serta Stakeholders Dalam
alih fungsi lahan yang terjadi di Desa Tawakua Kecamatan Angkona Kabupaten
Luwu Timur perlu di kaji lebi mendalam.
11

Alih Fungsi Lahan

Kelapa Sawit Padi Peran Serta Stakeholders

Petani Pemerintah Setempat DinasTerkait Penyuluh

Gambar. Kerangka Pikir


12

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan,
mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian
dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Djam’an Satori (2011) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan
karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat
dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja,
formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam,
karakteristik suatu barang dan jasa, gambar- gambar, gaya-gaya, tata cara suatu

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi pengambilan data untuk keperluan penelitian yang di pilih adalah
desa Tawakua, kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu Timur. Lokasi ini di pilih
di karenakan rata-rata petani melakukan alih fungsi lahan. Penelitian ini telah
dilaksanakan Desember 2019 sampai Februari 2020.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga pemilik
lahan pertanian yang melakukan alih fungsi lahan di desa Tawakua, Kecamatan
Angkona yang berjumlah 120 orang. Dari populasi ini ditarik sampel 20% dengan
menggunakan teknik acak (Random sampling) pemberian kesempatan yang sama
bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian. Sehingga jumlah
sampel yang diperoleh sebanyak 24 orang, selain jumlah sampel terdapat
informan tambahan yang akan membantu peneliti dalam menjawab masalah
penelitian, informan tambahan di pilih menggunakan tehnik Snowball di mana
informan awal menunjuk seseorang yang mampu menjawab pertanyaan dan
masalah dari penelitian berjumlah 3 orang, jadi sampel dalam penelitian ini
berjumlah 27 orang.
13

3.4 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah:
1. Wawancara
Wawancara Merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung berhadapan dengan sumber informasi (yang
diwawancarai). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan
stakeholders (Petani, Pemerintah setempat, Dinas terkait dan Penyuluh).
2. Observasi
Observasi di lakukan di desa Tawakua Kecamatan Angkona Kabupaten
Luwu Timur. Teknik ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas
mengenai daerah yang diteliti.
Dalam melakukan observasi, tentu saja ada objek yang harus di teliti.
Objek penelitian yang harus diamati oleh peneliti adalah:
a. Tempat. Tempat ini dimana alih fungsi lahan pertanian dari kelapa sawit
menjadi lahan persawahan terjadi.
Tempat berlangsungnya observasi atau pengamatan dalam penelitian alih
fungsi lahan adalah di Desa Tawakua Kecamatan Angkona.
b. Pelaku. Orang yang menjalankan peran tertentu.
Pelaku di sini adalah petani yang melakukan alih fungsi lahan di Desa
Tawakua Kecamatan Angkona.
c. Kegiatan. Kegiatan yang di lakukan masyarakat.
Aktivitas yang di amati yaitu masalah social yang di alami petani setelah lahan
dialih fungsikan.

3.5 Jenis dan Sumber Data


Jenis data merupakan sumber informasi yang di kelompokkan serta
memiliki arti bagi sipengguna, jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang di peroleh secara langsung dari sumber
pertama. Di sini data perimer yang di maksut adalah data yang di peroleh dari
hasil wawancara, obserfasi maupun kuisener terhadap responden.
14

2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari pihak-pihak lain atau data
yang di peroleh secara tidak langsung melalui media perantara, data ini umumnya
berupa buku, jurnal catatan atau laporan historis yang telah ersusun dengan arsip.

3.4 Teknik Analisis data


Menurut Moleong (2005), analisis data merupakan proses mengorganisasi
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukkan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat
uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah
diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam
penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.

Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status


sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas.
Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan su atu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau
masalah aktual.
15

3.5 Defenisi Operasional


1. Alih fungsi lahan: alih fungsi lahan yang di maksut adalah alihfungsi lahan
dari tanaman perkebunan kelapa sawit menjadi lahan persawahan.
2. Stakeholder: Stakeholder yang di maksut adalah Petani, Pemerintah setempat,
Dinas terkait dan Penyuluh.
3. Petani : petani yang di maksut adalah masyarakat yang melakukan alih fungsi
lahan kebun kelapa sawit menjadi lahan persawahan.
4. Pemerintah : pemerintah yang di maksut adalah kepala Desa atau Sekertaris
desa yang mewakili.
5. Dinas : Dinas yang di maksut adalah dinas pertanian Kabupaten Luwu Timur.
6. Penyuluh : penyuluh yang di maksut adalah penyuluh pertanian yang
menangani masalah alih fungsi lahan Kabupaten Luwu Timur
7. Peranserta: peran serta yang di maksut adalah keikut terlibatan seseorang atau
instansi dalam pengalihfungsian lahan yang terjadi desa tawakua kecamatan
angkona.
8. Lahan Pertanian: lahan pertanian yang di maksut adalah lahan perkenunan
kelapa sawit dan lahan persawahan.
16

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


1. Gambaran Umum Keadaan Lokasi Penelitian
Luwu Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan
dengan ibukota Malili. Secara Geografis, Kabupaten Luwu Timur terletak antara
2°31’58”˗2°39’57” Lintang Selatan dan 120°45’20”-120°55’38” Bujur Timur.
Kabupaten Luwu Timur dibagi atas 11 kecamatan yaitu Kecamatan Burau, Wotu,
Tomoni, Tomoni Timur, Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Wasuponda,
Mangkutana, dan Kalaena. Luas wilayah Kabupaten Luwu Timur adalah 6.944,88
km2atau sekitar 11.14% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Desa Tawakua merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah
Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu Timur, yang memiliki luas wilayah 24,02
km2. Desa Tawakua berada di sebelah Barat ibu kota kecamatan dengan jarak 13
km2 dari pusat pemerintahan kecamatan dan 45 km2 dari ibu kota kabupaten Luwu
Timur. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Taripa
b. Sebelah Selatan : Desa Tarabbi
c. Sebelah barat : Desa Wanasari
Desa Tawakua terdiri dari 6 Dusun, yaitu Dusun Beringin, Mekar Sari,
Mulyasari, Tawakua, Tiku Lembang, dan Dusun Campur Sari. Wilayah desa
tawakua terdiri dari berbagai macam topografi, ada dataran tinggi, dataran rendah
dan juga Rawa-rawa. Menyebabkan daerah tersebut cocok di gunakan sebagai
lahan berbagai jenis tnaman pertanian. Baik itu tanaman musiman, tanaman
tahunan dan juga tanaman bulanan. Sebagai Desa yang memiliki berbagai macam
topografi menjadikannya sebagai desa yang memiliki prosfek yang tinggi unruk
menjadi sumber penghasilan bagi masyarakatnya.
Adapun sumber daya alam yang ada di desa Tawakua yakni terdiri dari
lahan sawah, lahan jagung, perkebunan Kakao, perkebunan kelapa sawit dan juga
perkebunan merica namun belum keseluruhannya berproduksi, dari berbagai
macam sumber daya yang ada komoditi Kelpa sawit merupakan komodi unguulan
setelah itu komoditi Sawah, sebagian besar penduduk di desa Tawakua ini
17

memiliki kedua dari komoditi unggulan di atas yakni perkebunan kelapa sawit dan
juga lahan sawah.
a. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk adalah kondisi wilayah yang dimana berdomisili yang
terdapat satu komunitas yang menunjukkan kondisi dari saatu masyarakat.
Sedangkan penduduk adalah orang yang tinggal di daerah tersebut yang secara
hokum berhak tinggal di daerah tersebut. Keadaan penduduka dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang yakni berdasarkan jumlah penduduk menuurut jenis
kelamin, tingkat pendidikan, serta mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Desa Tawakua

No Nama Dusun Jumlah Jiwa Kepala Keluarga


L P L+P
1 Dsn Beringin 306 272 578 165
2 Dsn Mekarsari 250 249 499 164
3 Dsn Mulyasari 352 305 657 175
4 Dsn Tawakua 328 323 651 143
5 Dsn Tikulembang 227 241 468 129
6 Dsn Campursari 260 264 524 158
Jumlah 1723 1654 3377 934
Sumber Data: Kantor Desa Tawakua (2019).

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di desa


Tawakua sebanyak 3377 jiwa dan terdapat 934 kepala keluarga yang tersebar di
beberapoa dusun di antaranya dusun Beringin 578 jiwa yang terdiri atas 306 jiwa
Laki-laki dan 272 jiwa Perempuan, 165 kepala keluarga, dusun Mekarsari 499
Jiwa yang terdiri atas 250 jiwa Laki-laki dan 249 Perempuan, 164 kepala
keluarga, dusun Mulyasari,657 jiwa yang terdiri atas 352 jiwa Laki-laki dan 305
jiwa Perempuan, 175 kepala keluarga, dusun Tawakua 651 jiwa yang terdiri atas
328 jiwa Laki-laki dan 323 jiwa Perempuan, 143 kelapa keluarga, dusun
Tikulembang 468jiwa yang terdiri atas 227 jiwa Laki-laki dan 241 jiwa
Perempuan, 129 kepala keluarga, dan dusun Campursari 524 jiwa yang terdiri dari
260 jiwa Laki-laki dan 264 Perempuan, 158 kepala keluarga.
18

b. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Disamping itu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
memudahkan penduduk dalam memenuhi sebagai kebutuhan hidup, sehingga taraf
hidupnya selalu meningkat. Sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah dapat
menyebabkan lambannya kenaikan taraf hidup dan akibatnya kemajuan jadi
terhambat, Tingkat peendidikan juga berpengaruh pada sumber mata pehencarian
masyarakat semakin tinggi tingkat pendidikan memungkinkan mendapaatkan
pekerjaan yaang lebih baik.
Tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Tawakua

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase (%)


1 Tidak/Belum sekolah 1.081 32.2
2 Tammat Sd/Sederaajat 976 28.9
3 Tamat SLTP/Sederajat 387 11.4
4 Tamat SLTA//Sedderajat 325 9.6
5 Diplomaat I/II/II/SI 64 1.8
6 Tidak Tamat SD 544 16.1
Jumlah 3.377 100.00
Sumber: Kantor Desa Tawakua (2019)

Berdasarkan tabel diatas menunjukaan bahwa sebaagian besar masyarakat


di desa Tawakua Tidak atau belum sekolah sebanyak 1.081orang dengan
presentasi 32.2 % dari jumlah penduduk desaa tawaakua dan masyarakat di desa
Tawakua yang paling sedikit menyelesaikan pendidikaan sampaai tingkat
Diplomat I/II/I/SI dengan jumlaah 64 orang dengan persentasi 1.8 % dari jumlah
penduduk desa tawakua, mengapa jarang masyarakat tawa kua yang melanjutkaa
pendidikan setelah lulus SLTA di karenakan meraaka lebih mmemilih merantau
mencari kerja, membantu perekonomian keluarga ketimabang melanjutkaan
sekolah mereka, sebagain dari mereka juga memilih menikah muda yaang
menyebabkan jumlah penduduk belum sekolaah itu tinnggi karenaa tinggkaat
kelahiran masyarakaat desaa Tawaakua jugaa tinggi, masyarakat Desa tawakua
massi beranggapan sekolah masi bellum terlalu penting merekka lebih memilih
bekerja sedari kecil itu yaang menyebabkan masyarakaat yang hanya tamaat SD
19

beerjumlah 976 oran denaan persentasi 28.9 % dan bahkan banyak dari
masyarakat yang tidak tamat SD degan jumlah 544 orang dengan persentasi 16.1 .
c. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Desa Tawakua merupakan salah satu daerah di Kecamatan Angkona yang
sebagian besarnya menggantunkan kehidupannya di bidang pertanian sebagai
suatu sumber pendapatan utama di desa tersebut. Sebagai masyarakka yang hidup
di daerah yang perrtaniaan adaalah sumber pendapaatan makaa timbul bebberapa
mmacam pekerjaan yaang berkaitan dalam bidaang pertanian yang dapaat
meembanatu pereonomianmaasyarakat yang tinggaal di detaa Tawakua. Mengenai
keadaan penduduk di Desa Tawakua berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Tawakaua


No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
1 Tidak Bekerja 1.133 33.5
2 Buruh harian 675 20
3 Guru 12 0.3
4 PNS 23 0.7
5 Kariawan Swasta 53 1.6
6 Ibu rumah tangga 716 21.2
7 Wira swasta 122 3.6
8 Pelajar/Mahasiswa 367 10.9
9 Imam mesjit 7 0.2
10 Bidan 14 0.4
11 Petani 255 7.6
Jumlah 3.377 100
Sumber: Kantor Desa Tawakua (2019)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tidak


bekerja adalah jumlah terbanyak degan jumlah 1.133 jiwa dengan persentase 33.5
jumlah ini terdiri dari anak-anak yang baru lahir sampai Umur 15 tahun dan lansia
berumur lebih darim 64 tahun. Mata pencaharian yang sebagian besar di lakukan
oleh masyarakat yang sudah memasuki usia kerja adalah Buruh harian dengaan
jumlah 675 Jiwa dengan persentarse 20, terlepas dari jumlah masyarakaat yg
hanya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 716 jiwa dengan pesentase 21,2,
jumlahnya besar namun tidak bisa di katakan sebagi mata pehencarian. Kemudian
20

jumlah penduduk dengan jumlah mata pehencaarian terendah adalah Imam Mesjit
berjumlah 7 Jiwa dengan persentase 0,2.
d. Keadaan Sarana dan Prasarana di Desa Tawakua
Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur mutlak dalam suatu
wilayah sebagai upaya pengembangan kegiatan ekonomi dan kelancaran
pembangunan di suatu daerah sangat ditentukan oleh adanya sarana dan prasarana
diwilayah tersebut, terutama sangat erat kaitannya dengan aktivitas keagamaa,
perekonomian, pendidikan, dan sosiaal budaya. Adapun sarana dan prasarana
yang ada di Desa Tawakua Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu UTimur dapat
dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4. Keadaan Sarana dan Prasarana di Desa Tawakua

No. Jenis sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Kondisi


1 Taman Kanak-Kanak 3 Baik dan Berfungsi
2 SD 3 Baik dan Berfungsi
3 SMP/Madarasah 1 Baik dan Berfungsi
4 Mesjit 7 Baik dan Berfungsi
5 Musullah 2 Baik dan Berfungsi
6 Pasar 1 Baik dan Berfungsi
7 Kantor Desa 1 Baik dan Berfungsi
8 Gereja 3 Baik dan Berfungsi
9 Posyandu 1 Baik dan Berfungsi
10 Jalan raya Jalan Utama Baik dan Berfungsi
11 Lampu Jalan 5 Baik dan Berfungsi
12 Lapangan 1 Baik dan Berfungsi
13 Pura Umum 2 Baik dan Berfungsi
Sumber : Kantor Desa Tawakua, 2019

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa, sarana dan prasarana yang


terdapat di desa Tawakua cukup banyak dan kondisinya baik dan berfungsi
dengan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di desa
Tawakua.
2. Identitas Responden
a. Jumlah responden menurut umur
Umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktifitas
seseorang dalam bidang usahanya. Sebagaimana yang dikemukakan Faisal (1990),
bahwa umurnya seseorang yang masih muda dan sehat memiliki kemampuan fisik
yang lebih kuat dibanding dengan yang berumur tua. Seseorang yang masih
21

mudah lebih cepat menerima hal-hal yang baru, lebih berani mengambil resiko
dan lebih dinamis. Sedangkan seseorang yang relatif tua mempunyai kapasitas
pengelolaan yang matang dan memiliki banyak pengalaman dalam mengelolah
usahanya sehingga sangat berhati-hatidalam bertindak, mengambil keputusan, dan
cenderung bertindak dengan hal-hal yang bersifat tradisional, disamping itu
kemampuan fisiknya sudah mulai berkurang.
Menurut data dari badan pusat statistika (BPS 2014-2015) kelompom usia
produktif di identifikasikan sebagai kelompok yang terdiri dari orang yang berusia
15- 64 tahun. Untuk mengetahui keadaan responden di Desa tawakua Berdasarkan
Kelompok umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6. Jumlah responden menurut umur


No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 0-15 0 0
2 16-64 27 100
3 ≤65 0 0
Jumlah 27 100
Sumber. Data setelah diolah (2019)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah responden di Desa


Tawakua yang yang memiliki presentase paling tinggi adalah petaniyang berumur
antara 16-64 tahun berjumlah 20 orang dengan persentase 100%. Sedangkan tidak
ada responden yang berumur lebih dari 65 tahun yang sudah tidak termasuk umur
produktif. Dengan demikian dapat di katakana bahwa mayoritas responden yang
menjadi sampel dalam penelitian ini berada pada usia produktif.
b. Jumlah responden menurut tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Tawakua berbeda-beda antara
masyarakat yang satu dan lainnya. semakin tinggi tingkat pendidikan dari
seseorang maka semakin muda dalam menerima teknologi baru dan memecahkan
masalah yang dihadapinya. Tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
22

Tabel 7. Jumlah responden menurut tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%)


1 SD 6 22.2
2 SMP 10 37
3 SMA 8 29.6
4 Sarjana 3 11.1
Jumlah 27 100
Sumber. Data setelah diolah (2019)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan


masyarakat di Desa Tawakua terdiri dari 4 jenjang pendidikan yaitu mulai dari
lulusan SD sebanyak 6 orang dengan presentase 22.2%, jumlah lulusan SMP
sebanyak 10 orang dengan presentase 37%, lulusan SMA sebanyak 8 orang
dengan presentase 29.6%, dan lulusan Sarjana 3 orang dengan presentase 11.1%.
Dengan demikian sebagian besar masyarakat di Desa Tawakuas masih memiliki
tingkat pendidikan yang rendah.
c. Responden Menurut Luas Lahan
Luas lahan usahatani merupakan keseluruhan luas lahan yang di usahakan
petani responden lahan milik sendiri sebagi sumber ekonomi bagi masyarakat
desa kususnya petani luas lahan sebagai lahan pertanian sangat menentukan
produksi dan pendapatan rumahtangga petani, luas lahan petani dapat di liaht pada
tabel di bawah ini:

Tabel 8. Julah responden menurut luas lahan


No Luas lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase %
1 0,25-1 14 58,33
2 1,25-2 10 41,67
Jumlah 24 100
Sumber. Data setelah diolah (2019)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa luas lahan petani di Desa


Tawakua terdiri dari dua bagian yaitu 0,25-1 ha sebanyak 14 orang dengan
presentase 58,33% dan 1,25-2 ha sebanyak 10 orang dengan presentase 41,67%.
Dengan demikian luas lahan yang dimiliki petani di Desa Tawakua memiliki luas
lahan seluas 0,25-1 ha.
23

3. Penyebab Terjadinya Alihfungsi Lahan


Factor penyebab alih fungsi lahan pertanian dapat dibedakan menjadi
dua yaitu faktor langsung dan tak langsung. faktor langsung atau mikro yaitu
faktor konversi di tingkat petani dimana faktor sebut mempengaruhi langsung
keputusan petani. Faktor tersebut antara lain konndisi sosial ekonomi petani,
seperti pendidikan, pendapatan, kemampuan secara ekonomi, pajak tanah, harga
tanah, dan lokasi tanah. Sedangkan faktor tak lagsung atau makro yaitu
faktor konversi di tingkat wilayah dimana faktor sebut tidak secara langsung
mempengaruhi keputusan petani. Faktor ini mpengaruhi faktor-faktor lain yang
nantinya berpengaruh terhadap keputusan petani. Faktor tersebut antara lain
seperti pertumbuhan penduduk yang mpengaruhi pertumbuhan pembangunan
pemukiman dan perubahan struktur ekonomi ke arah industri dan jasa yang akan
meningkatkan kebutuhan akan sarana trnsportasi dan lahan untuk industri.
Factor penyebab alih fungsi lahan di desa tawakua kecamatan angkona
kabupaten luwu timur kebanyakan dindasarkan pada factor langsung di mana
pendapatan dari budaya tanaman sawit sudah tidak mampu lagi membiayai
kebutuhan keseharian petani dalam artian harga dari sawit sendiri sudah semakin
menurun dan juga produksi dari sawait di desa tawakua sudah rendah. Factor
penyebab alihfungsi lahan di desa tawakua kecamatan angkona dapat di lihat pada
tabel berikut:

Tabel 9. Penyebab petani melakukan alih fungsi lahan


No Penyebab alifungsi lahan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1 Produksi mulai menurun 9 37.5
2 Harga sawit rendah 10 41.7
3 Ikut-ikutan 5 20.8
Jumlah 24 100.00
Sumber. Data setelah diolah (2020)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa penyebab petani untuk
melakukan alih fungsi lahan ada tiga alasan yang pertama adalah karerena
produksi mulai menurun, yang kedua adalah karena harga sawit yang saat ini
rendah dan yang ketiga adalah karena ikut-ikutan, di mana jumlah petani yang
melaukan alih fungsi lahankarena produksi mulai menurun berjumlah 9 orang
dengan persentase 37.5%, petani yang melakukan alih fungsi lahan karena harga
24

sawit rendah berjumlah 10 orang dengan persentase 41.7% dan jumlah petani
yang melakukan alih fungsi lahan karena ikut-ikutan berjumlah 5 orang dengan
persentase 20.8%. dengan demikian sebagian besar penyebab petani melkukan
alih fungsi lahan adalah karena harga sawit yang rendah.
4. Peran Serta Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan
Petani adalah seseorang yang bergerak dibidang bisnis pertanian yang
utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk
menumbuhkan dan memelihara tanaman. Dengan harapan untuk memperoleh
hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya.
Peran serta adalah kontribusi dari masyarakat dalam proyek alihfungsi
lahan, di mana petani yang menjadi pelaku dalam proyek ini memiliki peran
sebagai penyedia lahan dan bertanggung jaw ab atas keberhasilan dari alih fungsi
lahan tersebut. Petani yang di berikan izin untuk melakukan alih fungsi lahan
adalah petani yang memang benar bersungguh-sungguh ingin berubah dan
mengubah masa depan mereka. Peran serta petani dapat dilihat pada tabel di
berikut:

Tabel 10. Peran serta petani terhadap alihfungsi lahan.


Peran serta petani terhadap alih fungsi lahan Responden Persentase
a. Pelaku 12 50
b. Pembuka lapangan pekerjaan 5 20.8
c. Penanggung jawab 7 29.2
Jumlah 24 100.00
Sumber. Data setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa peran serta petani terhadap


alih fungsi lahan sesui dengan hasil wawancara dngan petani, petani menjawabkan
tiga jenis peran yang pertama peran petani sebagai pelaku, pelaku di sini adalah
petani sebagai pelaksana terjadi alih fungsi lahan di mana petani yang berperan
sebagai pelaku sebanyak 12 orang dengan jumlah persentase 50%, petani yang
berperan sebagai pembuka lapangan pekerjaan sebanyak 5 orang dengan
persentase 20.8%, selanjutnya petani yang berperan sebagai penanggung jawab
berjumlah 7 orang dengan persentase 29.2%.
25

5. Peran Pemerintah Desa Terhadap Alihfungsi Lahan


Pemerintah desa adalah lembaga pemerintah yang bertugas mengelola
wilayah tingkat desa, mengayomi masyarakat, dan bertanggung jawab atas
pembangunan infrastruktur desa agar menjadi desa yang makmur dan
mensejahterakan masyarakat.
Alih fungsi lahan di desa tentu membutuhkan peran serta dan persetujuan
dari pihak pemegang kekuasaan di desa, pemerintah desa bertanggung jawab atas
apapun yang terjadi di desa tersebut, apa bila sesuatu hal yang berkaitan dengan
kemakmuran dan aspirasi dari masyarakatnya, masyarakat setempat
menginginkan lahan mereka di alihfungsikan menjadi lahan yang lebih produktif
dan lebih menguntungkan, di mana saat ini pemilihan padi adalah salah satu
pilihan yang tepat di karenakan lahan yang cocok untuk di tamai padi dan juga
harga padi yang saat ini selalu meningkat, sebagai pemegang keputusan di tingkat
desa, kepala desa bertugas sebagai pembantu dan penyambung aspirasi
masyarakat ke pemerintah di atas untuk memudahkan terselenggaranya alih fungsi
lahan di desa tawakua kecamatan angkona dengan mendapat bantuan dari pihak-
pihak dinas pertanian. Dari hasil wawancara dengan kepala desa tawakua
mengenai apa peran serta pemerintah desa terhadap alihfungsi lahan, Bapak
Paulus leppong saludung mengungkapkan bahwa:
“pihak desa mendukung penuh apa yang di inginkah oleh petani, pihak desa akan
selalu membantu dan menyiapkan hal-hal yang di butuhkan dan di perlukan demi
terlaksakannya alih fungsi lahan ini. Pihak desa membantu petani dalam hal
pengajuan proposal dari desa yang di tujukan ke dinas pertanian agar
mendapatkan bantuan agar biaya dari proses alih fungsi lahan tidak terlalu besar
di tanggung oleh petani”. (Wawancara tanggal 19 Februari 2020).

Selain dari pengungkapan bapak Paulus leppong saludung selaku kepala


desa tawakua, hal serupa di ungkap juga dengan masyarakat yang menjadi sampel
dalam penelitian ini , menurut mereka pemerintah sangan penting peranannya
dalam alih fungsi lahan yang terjadi ini, tanpa ada bantuan dan campur tangan
pemerinytah alih fungsi lahan ini tidak akan terjadi. Untuk lebih jelas dari peran
pemerintah setempat dalam alih fungsi lahan dapat di lihat pada tabel berikut ini:
26

Tabel 11. Perean Serta Pemerintah Setempat


Peran serta Pemerintah setempat Petani Persentas`e %
a. Pendukung 7 29.2
b. Pengajuan proposal dari desa 8 33.3
c. Mengawasi 9 37.5
Jumlah 24 100.00
Sumber. Data setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa peran serta pemerintah


setempat terhadap alihfungsi lahan ada tiga peran utama menurut hasil wawancara
dan juga menurut jumlah petani yang mengungkapkan, di mana peran serta
pemerintah sebagai pendukung di benarkan oleh petani sebanyak 7 orang dengan
jumlah persentase 29.0 %, peran selanjutnya adalah pemerintah sebagai pengajuan
proposal dari desa dengan jumlah petani yang membenarkan sebanyak 8 orang
dengan jumlah persentase 33.3%, dan terakhir peran serta perintah setempat
sebagi Pengawas dengan jumlah petani yang membenarkan 9 orang dengan
jumlah persentase 37.5%.
6. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Alih Fungsi Lahan
Kualitas hasil pertanian dari pedesaan dituntut selalu meningkatdan dalam
jumlah yang mencukupi. Peran penyuluh pertanian dapat dikatakan sebagai garda
terdepan untuk meningkatkan kualitas petani saat ini, penyuluh berperan sebagai
perantara dan penghubung informasi untuk petani maupun dari petani. Penyuluh
menyampaikan informasi dari balai pengkajian maupun peneliti ke petani dan
menyampaikan aspirasi dari petani ke pembuat kebijakan, karena penyuluh
langsung terjun ke petani dan masyarakat sehingga akan lebih mengetahui kondisi
di lapangan yang sebenarnya.
Hasil wawancara dengan penyuluh pertanian Bapak Repi mengungkapkan
bahwa peran serta Penyuluh pertanian terhadap alih fungsi lahan didesa tawakua
kecamatan angkona adalah:
“Peran sertanya penyuluh memfasilitasi dalam artian penyediaan berkas,
pengumpulan berkas, penyediaan CPCL, membentuk kelompok tani dengan
benggotakan 20-22 orang, peran serta selanjutnya adalah mendampingi, segala
urusan yang beraitan dengan dinas di tangani oleh penyuluh seperti pengajuan
proposal”.. (Wawancara tanggal 19 Februari 2020).

Selain ungkapan dari bapak Repi selaku penyuluh pertanian desa tawakua
yang menangini masalah alihfungsi lahan di desa tawakua mengenai perasan serta
27

penyuluh pertanian, masyarakat juga mengungkapkan hal yang sama, dari 24


responden pertani menyebutkan bahwa peran serta penyuluh pertanioan sebagai
berikut:

Tabel 12. Perean serta penyuluh pertanian terhadap alih fungsi lahan.
Peran serta Penyuluh Pertanian Petani Persentase %
a. Pengumpulan dan penyediaan berkas 5 20.8
b. Membuat Kelompomk Tani 10 41.7
c. Pendampingan 9 37.5
Jumlah 24 100.00
Sumber. Data setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa peran serta penyuluh


pertanian terhadap alih fungsi lahan yang terjadi di desa tawakua yaitu sebagai
pengumpul dan penyedia berkas, sebagai pembuat kelompok tani dan berperan
sebagai pendamping, responden yang menyatakan penyuluh pertanian sebagai
pengumpul dan penyedia berkas berjumlah 5 orang dengan persentase 20.8%,
kemudian responden yang menyatakan penyuluh pertanian sebagai pembuat
kelompok tani berjumlah 10 orang dengan persentase 41.7% dan responden yang
menyatakan penyuluh pertanian sebagai pendamping berjumlah 9 orang dengan
jumlah persentase 37%.
7. Peran Serta Dinas Pertanian Terhadap Alihfungsi Lahan
Dinas pertanian merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di
bidang pertanian yang menjadi kewenangan mengatur dan memberi keputusan
dalam bidang pertanian, dinas pertanian pula sebagi pengendali terjadinya alih
fungsi lahan yang terjadi, memberikan keputusan apakah alih fungsi lahan yang
terjadi bermanfaat baik bagi masyarakat atau bahkan malah merugikan, peran
dinas pertanian terhadap alih fungsi lahan pertanian di desa tawaua adalah sebagai
berikut di mana yang di ungkaplang lansung oleh dinas pertanian sekaligus yang
di sampaikan oleh responden sebagai berikut:
28

Tabel 13. Peran serta dinas pertanian terhadap alih fungsi lahan.
Peran serta Dinas Pertanian Petani Persentase %
a. Mensurver lokasi 5 20.8
b. Pengambil keputusan 15 62.5
c. Membuat anggaran 4 16.7
Jumlah 24 100.00
Sumber. Data setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa peran serta dinas pertanian


terhadap alih fungsi lahan yang terjadi mencakup semua sector yang di mana
peran pertama yang di lakukan adalah melakukan survey lokasi di mana alih
fungsi lahan akan terjadi dengan jumlah responden yang menyatakan hal yang
sama berjumlah 5 orang dengan persentase 20.8%, peran yang kedua yai
mengambil keputusan dengan jumalh responden yang menyatakan hal yang sama
berjumlah 15 orang dengan persentase 62.5%, dan peran serta selanjutnya adalah
penentuan dan pembuat anggran, jumlah responden yang menyatakan hal yang
serupa adalah 4 orang dengan jumlah persentase 16.7%.

4.2 Pembahasan
1. Penyebab Terjadinya Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan atau konversi lahan adalah berubahnya satu penggunaan
lahan ke penggunaan lainnya, alih fungsi lahan ini secara umum menyangkut
transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke
penggunaan lainnya. Alih fungsi lahan bisa berdampak baik atau berdampak
buruk terhadap perokonomian masyarakat, namun alih fungsi lahan juga di
perlukan jika lahan yang tersebut sudah tidak dapat lagi menghasilkan jika
lahan tersebut di Tanami tanaman tersebut. Jadi di perlukan penggantian
tanaman agar lahan dapat berproduksi kembali.
Alih fungsi lahan tidak selamanya menimbulkan keruagian selagi alih
fungsi lahan yang terjadi sama-sama dalam konteks pertanian, yaitu mengganti
jenis tanaman yang akan di tanam menjadi jenis tanaman yang lebih
menguntungkan dan lebih mampu mensejahterajan masyarakat.
Dedesa tawakua sendiri alih fungsi lahan terjadi karena ada 3 sebab
utama seperti yang tercantum pada tabel 9. Di jelaskan bahwa penyebab yang
pertama sehingga terjadinya alih fungsi lahan karena produksi tanaman sawit
29

mulai menurun, penurunan produksi sawit di akibatkan berbagai hal, penyebab


yang sering terjadi di desa tawakua adalah penggunaan bibit sawit yang tidak
unggul, padasaat petani ingin menanami lahan sawit meraka, yang terpikirkan
hanyalah sawit yang berbuah cepat dan bibit yang harganya murah tanpa
mencari tahu apakah bibit yang mereka tanam adalah bibit unggul, kemudian
penyebab selanjutnya yang mengakibatkan lahan sawit tidak optimal adalah
petani tidak mengelola lahan sawit dengan dengan benar, mulai dari perawatan
tanaman, pemupukan hingga pemanenan. Petani bahkan ada yang tidak
mengetahui cara panen dengan benar dan membersihkan pelebah dengan baik
karena itu semua berpengaruh terhadap produksi sawit selanjutnya.
Penyebab terjadinya alih fungsi lahan yang kedua adalah Harga sawit
yang rendah, responden mengungkapkan bahwa harga sawit saat ini selalu
mengalami penurunan harga, penurunan harga ini terjadi terus menerus
sehinnga membuat petani malas lagi mengurusi lahan mereka, petani ketimbang
mengurusi lahan sawit yang harganya sangat rendah mencari cara lain agar
kebutuhan untuk hidup petani selalu tercukupi dari sinilah timbul keinginan
petani untuk melakukan alih fungsi lahan mereka menjadi areal persawahan,
mengingat saat ini Padi adalah bahan kebutuhan pokok dan harga gabah saat ini
mulai membaik, yang menyebabkan parapetani sawit ini ingin mengubah lahan
mereka manjadi lahan persawahan.
Penyebab alih fungsi lahan yang ketiga adalah ikut-ikutan atau
terpengaru oleh tetangga kebun mereka, ada beberapa responden yang
menyatakan bahwa mereka di ajak oleh tetannga rumah atiu tengga kebun utuk
sama-sama mengalih fungsikan lahan mereka, dengan alasan jika tidak semua
lahan di area tersebut di jadikan lahan persawahan kebun sawit akan menjadi
sarang untuk hama dan hewan prusak tanaman berkembang biak seperti tikus
dan lainnya, petani juga mengungkapkan yang terpenting dalam usaha
pertanian adalah kekompakan, jadi petani melakukan apa yang di lakukan
teman mereka selagi itu bagus dan menghasilkan.`
2. Peran Serta Petani Terhadaop Alih Fungsi Lahan
Petani memegang peranan terpenting dalam perekonomian pedesaan.
Masyarakat mendapatkan mata pencaharian dengan memanfaatkan sumber daya
30

alam yang tersedia. Oleh karena itu pemerintah perlu sekali memperhatikan petani
sebagai pelaku penting dalam perekonomian dipedesaan. DesaTawakua adalah
salah satu desa yang berada di Kecamatan angkona Kabupaten Luwu Timur yang
sumber mata pencaharian utama masyarakat adalah bertani.
Petani adalah pelaku utama dalam kegiatan alih fungsi lahan yang
terjadi di desa tawakua, tanpa adanya petani alih fungsi lahan tidak akan bisa
terlaksana, peran serta petani sudah pasti lebih berat ketimbang pihak-pihak
lain yang juga berperan dalam alih fungsi lahan ini karena petani selaku
pelaksana dan yang akan menerima sebab akibat dari alih fungsi lahan, baik itu
berakibat baik atau berakibat buruk, namun petani selalu ingin berusaha untuk
mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Pada tabel 10. Menunjukkan ada tiga peran serta petani dari hasil
wawancara yang di lakukan dengan 24 petani responden, peran yang pertama
adalah petani berperan sebagai pelaku, pelaku di yang dimaksutkan adalah
petani sebagai pelaksana, petani sebagai orang yang melakukan kegiatan alih
fungsi lahan tersebut, pada awal timbul keinginan petani untuk melakukan alih
fungsi lahan petani melihat apabila terus bertahan pada pada tanaman sawit
tidak akan pernah ada perubahan di mana tanaman kelapa sawit sudah tidak
produktif lagi di tambah dengan harga kelapa sawit yang terus menurun,
sehinga timbul keinginan bsear untuk mengalih fungsikan lahan mereka, petani
kemudian mengajukan keinginan mereka untuk melakuakan perombakan yaitu
pengaliahn fungsi lahan ke tanaman padi kepada pihak desa selaku pemimpin
daerah, setelah dari desa memberikan pengarahan petani tinngal menunggu
keputusan dan mempersiapkan diri untuk melengkapi semua berkas-berkas
yang di butuhkan.
Peran petani sebagai pembuka lapanagn pekerjaan, petani yang
melakukan alih fungsi lahan mereka sebagiuan besar adalah petani yang telah
lama bertani tanaman sawit jadi untuk memulai bercocok tanam pada akan
sedikit meyusahkan melihat cara perawatan antara tanaman lelapa sawit dan
pada sangan jau berbeda, jadi agar alih fungsi lahan yang mereka lakukan bisa
di katakana berhasil sebagain responden yang melakukan alih fungsi lahan
memberikan orang lain untuk menggarap lahan nya untuk sementara selagi
31

pemilik lahan belajar untuk berbudi daya tanaman padi tersebut, petani memilih
petani lain yang lebih berpengalaman di bidang persawahan sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal, selain itu dengan terjadinya alih fungsi
lahan ini akan terbuka lapanagn pekerjaan bagi masyarakat lain sperti pembawa
alat berat mendapatkan pekerjaan menebang dan meratakan tanah, pembawa
alat Traktor penggembur lahan sawah, penanam, dan lain sebagainya.
Peran petani sebagai penangggung jawab, petani yang menjadi pelaku
utama dalam alih fungsi lahan ini di tuntut untuk selalu bertanggung jawab atas
apa yang meraka rencanakan dan mereka lakukan, dalam halini alih fungsi lahan
adalah sesuatu yang dapat berakibat buruk jika tidak di tangani dengan baik,
sehingga dari pihak pemerintah mengharuskan bagi petani yang melakukan alih
fungsi lahan berungguh-sungguh dalam menjalankannya, petani harus
bertanggung jawab atas apa yang di berikan pemerintah sehinnga ada timbale
balik yang di dapatkan baik itu untuk petani itu sendiri,untuk orang lain dan juga
untuk kemajuan desa itu sendiri.
3. Peran Serrta Pemerintah Setempat
Pemerintah desa adalah lembaga pemerintah yang bertugas mengelola
wilayah tingkat desa, mengayomi masyarakat, dan bertanggung jawab atas
pembangunan infrastruktur desa agar menjadi desa yang makmur dan
mensejahterakan masyarakat, terkait dalam alih fungsi lahan yang terjadi pihak
desa berperan penting terhadap petani selalu memberikan dukungan, bantuan dan
selalu mengawasi petani agar apa yang di harapkan mampu di capai dengan baik,
karena tak bisa di pungkiri petani akan melakukan hal-hal semaunya jika tidak
adanya pengawasan dari pihak-pihak pemerintah.
Pada tabel 11. Dapat di lihat bahwa peran pemerintah setempat brdasarkan
hasil wawancara dengan petani ada tigaperan, peran yang pertama adalah
pemerintah setempat sebagai Pendukung, sebagi pemerintah bertugas mendukung
apapun yang di inginkan masyarakatnya selagi aoa yang di inginkan itu berakibat
baik bagi semua kalangan, dukungan yang di kaitkan dalam alih fungsi lahan ini
adalah pemerintah setempat selalu menberikan jalan untuk bisa menjalankan apa-
apa saja yang di butuhkan masyarakatnya saat ini, pemerintah setempatpun
mengerti le adaan bahwa asaat ini perkebunan kelapa sawit emang lagi mengalami
32

penurunan baik itu dari segi produksi dan juga harga, namun dari pihak pemeritah
setempat pun me,mberiakn persyratan kondisi lahan yang bisa di jadikan atau di
alih fungsikan lahan sebagai areal persawahan, di antaranya seperti lahan yang
berda di dataran rendah dan dekat dengan sumber air, lahan yang sudah benar-
benar tidak berproduksi dengan baik dan likasinya masi memungkinkan untuk
mendapatkan pasokan air dan lahan yang petani ingin alih fungsikan adalah tanah
milik pribadi.
Setelah semua persyaratan terpenuhi peran pemerintah selanjutnya adalah
membantu petani untuk mangajukan proposal denagnmenyediakan berkas-berkas
yang di perlukan dari pihak desa, yang selanjutnya nanti akan di berikan kepada
penyuluh pertanian untuk meneruskan dan memberikan tambahan yang nanti akan
langsung di berikan kepada dinas pertanian.
Peran serta pemerintah setempat setelah alih fungsi lahan terlaksana adalah
sebagai pengawas, segala aktifitas petani memang seharusnya selalu di berikan
pengawasan agar rencana tidak melenceng dari tujuan yang di harapkan,
pengawasan yang di berikan pemerimtah setempat berupa pengontrolah langsung
ke lapangan, melakukan pembinaan bersama penyuluh minimal 2 kali sebulan
agar se mua yang di harapkan berjalan dengan maksimal.
4. Peran Serta Penyuluh Pertanian Terhadap Alih Fungsi Lahan
Penyuluh pertanian adalah orang yang bertugas dalam memberikan
dorongan kepada petani agar mampu mengubah cara berpikir, carakerja, dan cara
hidup yang lebih sesuai dengan perkembangan, baik pengetahuan budidaya dan
teknologi, menurut Mardikanto (2009) Penyuluh petrtanian adalah suatu proses
perubahan social, ekonomidan politik untuk memberdayakan dan memperkuat
kemampuan masyararakat melalui proses belajar bersama yang partisipasi, agar
terjadi perubahan prilaku pada diri diri sendiri dan semua orang yang ikut terlibat
dalam proses pengembangan, demi terwujutnya kehidupan yang berdaya, mandiri
dan partisipatip yang semakin sejahtera dan berkelanjutan.
Penyuluh pertanian berperan aktip terhadap alih fungsi lahan yang terjadi
desa tawakua kecamatan angkona, peran penyuluh pertanian sangat di butuhkan
untuk membina dan memberi dampingan kepada masyarakat agar alih fungsi
lahan yang mereka lakukan lebih terarah dan memberi pembelajaran langsung
33

kepada petani yang baru pertama kali melakukan budi daya tanaman padi.
Berdasarkan Tabel 12. Menjelaskan bahwa peran serta penyuluh pertanian
terhadap alih fungsi lahan, yang petma peran serta sebagai Pengumpul dan
penyedia berkas, berkas-berkas yang dukumpul berupa nama-nama petani yang
ingin melakukan alih fungsi lahan, fotokopi KTP, KK, Sertifikat tanah, data luas
lahan yang ingin di alih fungsikan dan juga surat persetujuan dari desa, semua hal-
hal yang bisa mendukung agar alihfung lahan ini bisa terlaksana.
Peran serta penyuluh pertanian terhadap alih fungsi lahan di desatakua
selanjutnya adalah pembentukan kelompok tani, ini di maksut kan agar
pengonrolan dan pemberian bantuan lebih gampang dan lebih cepat, karena jika
setiap petani yang ingin melakukan alih fungsi lahan mengurusmasing-masing
akan lebih menyusahkan, dengan adanya kelompok tani selain lebih memudahkan
dan juga gampang dalam pengontrolan dan pemberian bantuan dari pusat
nantinya, kelompok tani yang di buat beranggotakan 20-22 orang dalam satu
kelompok, dan terbagi menjadi beberapa kelompok yang di gabung berdasarkan
letak lahan. Pengambilan 20-22 orang dalam satu kelompok di maksutkan agar
lebih mudah dalam pengawasan oleh ketua kelompok jika terlalu banyak akan
menimbulkan persainagn-persaingan yang nantinya bisa memecah keberadaan
kelompok.
Peran serta penyuluh pertanian terhadap alih fungsi lahan di desa tawakua
kecamatan angkona selanjutnya adalah penyuluh pertanian sebagai pendamping,
pendampingan di sini adalah pendampingan dari awal proses perencanaan alih
fungsi lahan hingga alih fungsi lahan benar-benar terjadi, penyuluh pertanian
mendampingi petani dalam pengurusan perizinan alih fungsi lahan dan segala
bentuk keterkitan petani dengan dinas pertanian penyuluhselalu ada dan menjadi
perantara sehinnga bisa mencapai kesepakatan, penyuluh pertanian selalu
memberikan arahan-arahan kepada petani tentang apa yang harus di lakukan agar
alih fungsi lahan ini bisa berjalan dengan baik
5. Peran Serta Dinas Pertanian Terhadap Alih Fungsi Lahan
Dinas pertanian merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di
bidang pertanian yang menjadi kewenangan yang di pimpin oleh kepala dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada buapati melalui
34

sekertaris daerah. Dinas pertanian dalam melaksanakan tugas sebagai mana di


maksut menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian,
pelaksanaan kebijakan pemerintahan dan pelayanan umum di bidsng petanian,
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pertanian, pelaksanaan administrasi
dinas pertanian dan pelaksanaan fungsi lain yang di beriakn oleh bupati dengan
tugas dan fungsinya.
Pada tabel 13. Menjelaskan bahwa peran serta dinas pertanian dalam alih
fungsi lahan di desa tawakua yaitu mensurvey lokasi di mana alih fungsi lahan
yang akan terjadi, survey sendiri menurut Mohammad Musa dalam bukunya yang
berjudul metodelogi penelitian, surveymemiliki arti pengamatan atau penyelidikan
yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan baik terhadap suatu
persoalan di dalam suatu daerah tertentu, survey yang di lakukan dinas pertanian
meliputi pengukuran luas lahan yang akan di alih fungsikan, sekaligus
membuktiikan apakah luas lahan yang ada di proposal benar ada di lokasi,
pengambilan dokumentasi, dan mengamati apakah lahan tersebut bisa di jadikan
lahan pertanian padi.
Peran dinas pertanian sebagai pengambil keputusan sekaligus pembuatan
anggran, setelah hasil survey di olah dan dinyatakan layak dan cocok di jadikan
lahan persawahan, kepala dinas pertanian memberikan keputusan bahwa jumlah
yang di izinkan dan lokasi mana saja yang bolehkan untuk melakukan alih fungsi
lahan, sehingga untuk tahap pertama alih fungsi lahan dinas pertanian membeikan
izin sebanyak 70 Hektar lahan di desa tawakua yang di alih fungsikan, setelah
penentuan jumlah luas lahan selanjutnya dinas pertanian membuat anggaran
pelaksanaan, di mana anggaran pada alih fungsi lahan ini adalah 25 juta per dua
hektar.
Alih fungsi lahan yang terjadi di Desa Tawakua Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur umumnya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki
lahan perkebunan kelapa sawit yang produktivitasnya menurun dan harganya pun
menurun sehingga dianggap sudah tidak efektif lagi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga petani. Sehingga mencari pekerjaan lain dibidang pertanian
yaitu membuka lahan persawahan yang dianggap lebih menguntukngkan.
35

Adapun kelebihan dari penelitian ini adalah lokasi penelitian yang tidak
terlalu jauh dari tempat tinnggal penulis yang tidak terlalu jauh dari dari tempat
tinggal penulis sehingga memudahkan penulis dalam pengambilan data, tidak
memerlukan biaya yang banyak, dan waktu yang lama dalam melakukan
penelitian. Dalam pengambilan data responden yang ditemui sangat terbuka
mengenai alih fungsi lahan yang dilakukannya sekarang dan menjamu penulis
pada saat pengambilan data di Desa Tawakua Kecamatan angkona Kabupaten
Luwu Timur.
Secara umum kekurangan dalam penelitian ini adalah waktu penelitian
yang terbtas dan penulis terkendala dalam pengambilan data terkadang responden
yang akan penulis temui tidak ada dilokasi karena responden memilikikesibukan
masing-masing pada siang hari. Jadi sebelum menemui responden harus membuat
janji terlebih dahulu dan mewawncarai responden pada malam hari disaat mereka
telah istrahat dari pekerjaannya.
Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi
dan waktu penelitian sebelumnya adalah lokasi dan waktu penelitian yang
berbeda, hasil darn pembahasan dalam penelitian penulis mengemukakan bahwa
alih fungsi lahan yang terjadi di Desa Tawakua Kecamatan Angkona Kabupaten
Luwu Timur mendapat dukungan dan perhatian penuh terhadap pemerintah
setempat, penyuluh pertanian, dan dinas terkait. Untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pendapatan petani. Dengan harapan peran serta stakeholder
terhadap pembangunan pertanian memiliki manfaat dan keberlanjutan sehingga
bantuan dana yang diberikan untuk alih fungsi lahan perkebunan kelapa sawit
menjadi lahan persawahan tidak terbuang percuma.
36

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Tawakua Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur mengenai peran serta Stakeholder terhadap alih fungsi
lahan di desa Tawakua dapat di simpulkan sebagai berikut:
Peran serta stakeholder terhadap alih fungsi lahan yang terjadi di desa
tawakua kecamatan angkona saling berkaitan antara stakeholder yang satu dengan
satakeholder yang lainnya, hal ini menunjukkan kerja sama yang baik untuk
meningkatkan kemakmuran masyarakat secara bersama-sama, di mana keterkaitan
itu adalah peran serta petani yaitu sebagai pelaku alih fungsi lahan, sebagai
pembuka lapangan pekerjaan, dan sebagai penanggung jawab, peran serta
pemerintah setempat adalah mendukung keinginan dan kepusan petani, pengajian
proposal dari desa dan mengawasi, peran serta penyuluh pertanian adalah sebagai
pengumpul dan penyedia berkas yang du butuhkan dalam penbuatan proposal,
membuat kelompok tani dan berperan sebagai pendamping petani, peran serta
dinas pertanian adalah mensurvey lokasi alih fungsi lahan, pengambilan
keputusan dan pembuatan angaran.

5.2 Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian maka saran yang dapat di
kemukanakan oleh penulis yaitu:
1. Bagi pemerintah hendaknya lebih berperan aktif dalam membantu petani
dalam memecahkan masalah yang petani hadapi, memberikan pellatihan-
pelatihan tatacara bertani padi bagi petani yang baru melakukan alih fungsi
lahan, karena banyak di antaranya masi belum terlalu paham akan cara
bercocok tanam padi.
2. Bagi petani yang melakukan alih fungsi lahan dan baru pertama kali
menanam padi, lebih banyak bertanya kepada orang-orang yang
berpengalaman dan selalu berkoordinasi dengan penyuluh pertanian yang
selalu siap membantu segala jenis permasalah yang di hadapi petani baru,
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
37

DAFTAR PUSTAKA

Afifatun Ni’mah, U. 2019. Peran Kelompok Tani “Sido Rukun”Dalam


Mensejahterakan Anggota Kelompok Tani Perspektif Ekonomi Islam.
(Studi Deskriptif Pada Kelompok Tani “Sido Rukun” Di Dukuh Tanjung
Kamal Desa Mlengkang Kecamatan Gajah Kabupaten Demak). Skripsi
Tidak Di Terbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Kepala Dinas Kominfo. 2018. Profil Kecamatan Angkona. Malili: Dinas


Komunikasi dan Informatika Kabupaten Luwu Timur.

Kustiwan, Iwan. 2007. Kajian Permasalahan dan Kebijakan Pengendalian


Konversi Lahan Pertanian di Wilayah Pantai Utara Pulau Jawa.

Nur Fatmawati, V. 2018. Peran Kelompok Wanita Tani Dalam Meningkatkan


Pendapatan Keluarga (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Putrid
Mandiri Desa Kabanggan Kecamatan Sumbang). Skripsi Tidak di
Terbitkan. Purwokerto: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut
Agama Islam Negri (IAIN) Purwokerto.

Suparmoko M. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan :Suatu


Pelekatan Teoritis. Yogyakarta (ID): BPFE.

Sumaryo, S Tahlim. 2005, Pemahaman Dampak Negatifkonversi Lahan Sawah


Sebagai Landasan Perumusan Strategi Pengendaliannya.Prosiding
Seminar Penanganan Konversi Lahan Pencapaian Pertanian Abadi.
LPPM IPB: Bogor.

Utomo M. 1992. Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan.


Lampu\ng (ID): Universitas Lampung.

Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimatologi. 2003. Pengembangan Lahan


Sawah Mendukung Pengembangan Agribisnis Berbasis Tanam Pangan.
Bogor. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat.

Resicha, P. 2016. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Kelompok


Tani Di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam.
Skripsi Tidak Di Terbitkan. Padang: Fakultas Pertanian Universitas
Andalas Padang.
38

LAMPIRAN
39

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


40

Lampiran 2. Panduan wawancara


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

PANDUAN WAWANCARA
Judul Penelitian :
Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi Lahan
Pertanian Di Desa Tawakua Cekamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
Nama Peneliti : Alifurrahman
NIM : 1602405070
No. Hp : 082347910569

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
II. Daftar Pertanyaan
Petani
1. Berapa luas lahan anda.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Apakah peran anda dalam melakukan alih fungsi lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Apa penyebab anda melakukan alih fungsi lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. Apa di desa ini terdapat ke,lompok tani.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
41

5. Bagaimana hubungan kelompok tani dengan stakeholder.?


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6. Bagaimana kinerja penyuluh pertanian terhadap alih fungsi lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
7. Apakah peran penyuluh pertanian di anggap penting atau tidak dalam melakukan alih
fungsi lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
8. Menurut andakeikut sertaan pemerintah setempat dalam alih fungsi lahan apakah bisa
membantu dalam usaha tani.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
9. Apa saja peran pemerintah untuk alih fungsi lahan mengenai usaha tani tersebut.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
10. Apakah peran pemerintah dianggap penting atautidak dalam usaha tani tersebut.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
11. Menurut anda, keikut sertaan dinas pertanian dalam alih fungsi lahan apakah bisa
membantui dalam usaha tani yang di lakukan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
12. Apakah peran dinas pertanian dalam alih fungsi lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
13. Menurut anda apakah perlu melibatkan dinas pertanian dalam alih fungsi lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

14. Apa keuntungan yang anda dapatkan dalam keikutsertaan dinas pertanian dalam alih
fungsi lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
42

15. Apakah keikut sertaan dinas pertanian di anggap penting atau tidak dalam alih fungsi
lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
16. Apakah anda mendapat bantuan dari pemerintah mengenai alih fungsi lahan.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
17. Menurut anda, sejak di lakukan alih fungsi lahan apakah menguntungkan atau tidak.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
18. Menurut anda, apakah alih fungsi lahan yang sedang anda lakukan dapat di nilai
berhasil.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
19. Apa yang anda sudah capai sejak alih fungsi lahan terjadi.?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
43

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

PANDUAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi
Lahan Pertanian Di Desa Tawakua Cekamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur
Nama Peneliti : Alifurrahman
NIM : 1602405070
No. Hp: 082347910569

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
II. Daftar Pertanyaan
Kepala desa
1. Bagai mana Pandangan anda terhadap alihfungsi lahan..?
Jawab:…………………………………………………………………………...
.......................................................................................................................
2. Bagai mana pendapat anda dengan alihfungsi lahan yg banyak terjadi akhir-
akhhir ini..?
Jawab:,…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Menurut anda Baik atau tidak kah alih fungsi lahan itu..?
Jawab:…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..……
44

4. Adakah Peranan pemerintah dalam terjadinya alihfungsi lahan..?


Jawab:…………………………………………………………………………
……………………………………………………….……………………….…

5. Adakah peranturan desa mengenai alih fungsi lahan..?


Jawab:…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Kenapa alihfungsi lahan bisa terjadi..?
Jawab:…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
6. Apa penyebab masyarakat melakukan alih fungsi lahan..?
Jawab:…………………………………………………………………………
……………………………………………..…..……………………………
7. Apakah alihfungsi lahan yg terjadi, bakalan untung atau rugi.. melihat modal
yg telah keluar.. bagai mana menurut anda..?
Jawab:………………………………………………...…………………………
…………………………………………………………………………………
45

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

PANDUAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi
Lahan Pertanian Di Desa Tawakua Cekamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur
Nama Peneliti : Alifurrahman
NIM : 1602405070
No. Hp : 082347910569

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
II. Daftar Pertanyaan
Dinas Terkait
1. Bagai manaPandangan anda terhadap alihfungsi lahan..?
Jawab:……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Apa peranan pemerintah dalam alihfungsi lahan yang terjadi..?
Jawab:……………………………………………………………………………
…….……..…………………………………………………………………
3. Adakah larangan melakukan alihfungsi lahan..?
Jawab:……………………………………………………………………………
….……..……………………………………………………………………
4. Apakah alihfungsi lahan di izinkan..? apa persyaratannya..?
Jawab:……………………………………………………………………………
….……..……………………………………………………………………
46

5. Baik atau tidak ketika melakukan alihfungsi lahan..?


Jawab:……………………………………………………………………………
….……..……………………………………………………………………
6. Kenapa alihfungsi lahan bisa terjadi..?
Jawab:……………………………………………………………………………
….……..……………………………………………………………………
7. Apa penyebab masyarakat melakukan alih fungsi lahan..?.
Jawab:……………………………………………………………………………
….……..……………………………………………………………………
8. Peraturan pemerintah tentang alihfungsi lahan..?
Jawab:……………………………………………………………………………
….……..……………………………………………………………………
9. Apa dampak baik/buruk yg di timbulakn ketika melakukan alih fungsi lahan..?
Jawab:……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
10. Alihfungsi lahan di desa tawakua, sawit ke padi, dapat bantuan dari
pemerintah..?
Jawab:……..……………………………………………………………………
………………………………………………………………………………...
11. Apa itu program cetak sawah,,?
Jawab:…………………………………………………………………………
…………..……………………………………………………………………
47

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

PANDUAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi
Lahan Pertanian Di Desa Tawakua Cekamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur
Nama Peneliti : Alifurrahman
NIM : 1602405070
No. Hp : 082347910569

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
II. Daftar Pertanyaan
Penyuluh Pertanian
1. Bagaimana presepsi / pandangan anda terhadap alih fungsi lahan..?
Jawab:…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Adakah peran serta Penyuluh pertanian dalam alih fungsi lahan..?
Jawab:…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Baik atau tidak ketika melakukan alihfungsi lahan..?
Jawab:…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4. Kenapa alihfungsi lahan bisa terjadi..?
Jawab:…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
48

5. Apa penyebab masyarakat melakukan alih fungsi lahan..?


Jawab:…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
6. Apa tujuan membuat program cetak sawah..?
Jawab:…………………………………………………………………………
…………………………………………………………….……..……………
49

Lampiran 3. Panduan Obserfasi


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
Jalan Latmacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan
Telp (0471) 22111,Fax,0471-523055,Website: www.uncp.ac.id

PANDUAN OBSERVASI
Judul Penelitian :
Peran Serta Stakeholder Dalam Alih Fungsi Lahan
Pertanian Di Desa Tawakua Cekamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
Nama Peneliti : Alifurrahman
NIM : 1602405070
No. Hp : 082347910569
Dalam pengamatan (Observasi) yang dilakukan adalah mengamati alih fungsi
lahan yang terjadi desa tawakua kecamatan angkona kabupaten luwu timur.
A. Tujuan
Untuk memperoleh informasi Mengenai alih fungsi lahan yang terjadi di Desa
tawakua kecatan Angkona.
B. Aspek ang di amati:
1. Tempat/ Lokasi alih fungsi lahan:

2. Pelaku/ Petani yang melakukan alih fungsi lahan:

3. Aktifitas petani setelah melakukan alih fungsi lahan:

4. Fasilitas yang di berikan pemerintah:

5. Warna tanah:

6. Ketinggian lokasi alih fungsi lahan:

7. Kondisi tanaman:
50

Lampiran 4. Identitas Responden


Nama Umur Pendidikan Luas Lahan Jenis Pekerjaan
Nengah Wardana 45 SD 0,25 Petani
Kadek Sudana 21 SMA 0,25 Petani
Ahmat Ismail 22 SMA 1 Petani
Rande 39 SMP 1 Petani
Ketut Wirdana 35 SMA 1 Petani
Komang Tirta 25 SMA 0,25 Petani
Wayan Karta 50 SD 2 Petani
Komang Sukiantra 40 SMP 1,25 Petani
Nyoman Sudana 40 SMP 2 Petani
Komang Munata 37 SD 2 Petani
Limpo 60 SD 1 Petani
Nyoman Darmawan 50 SD 0,25 Petani
Gede Sumaryasa 26 SMP 1 Petani
Komang Tika 42 SMP 1,25 Petani
Kadek Sandi Yasa 42 SMA 1,25 Petani
Ahmat Tahir 25 SMA 1 Petani
Made Putra 40 SMA 2 Petani
Wayan Mulyana 29 S1 1,25 Guru
Nyoman Senan Tiasa 20 SMP 0,25 Petani
Putu Riasa 48 SMP 2 Petani
Gusti Ketut 36 SMP 1,25 Petani
Kadek Hanawan 41 SMP 1 Petani
Nyoman Sudana 50 SMP 0,25 Petani
Saribah 63 SD 1 Petani
Paulus Leppong
Saludung 42 S1 - Kepala Desa
Repi 45 SMA - Penyuluh Pertanian
Muharif 43 S1 - Dinas Pertanian
51

Lampiran 5. Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan wawancara Kepala Desa Paulus Leppong Saludung

Gambar 2. Kegiatan wawancara dengan petani, Bapak Kadek Sudana


52

Gambar 3. Kegiatan wawancara dengan penyuluh pertanian, Bapak Repi

Gambar 4. Kegiatan wawancara dengan petani, Bapak Nyoman darmawan

Anda mungkin juga menyukai