Anda di halaman 1dari 15

TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

KONSEP PENDIDIKAN PEMBEBASAN DALAM PERSPEKTIF


ISLAM
(Studi Pemikiran Paulo Freire)
Rinaldi Datunsolang
Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo

Abstrak

Perubahan paradigma pendidikan Islam dari otoriter ke paradigma demokratis, tertutup ke


keterbukaan, doktriner ke partisipatoris. Perombakan paradigmatik tidak bisa ditawar lagi, mengingat
kompleksitas problem umat semakin meningkat. Adanya sinkrionisasi antara lembaga-lembaga
pendidikan Islam dengan lingkungan masyarakat dimana pendidikan yang berorientasi pembebasan
dapat tercapai. Masyarakat perlu membudayakan tradisi kritis, dialog, keterbukaan, semangat
pluralisme dan praktek-praktek yang menyentuh problem-problem kaum tertindas(mustadhafin). Baik
secara politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Tentu dengan pendekatan kultural akan sangat berarti
dalam mencerahkan rakyat dalam program penyadaran dan pemberdayaan bukan pemaksaan.
Setidaknya kegelisahan akan model pendidikan dewasa ini yang hanya berorientasi knowledge ansich
dan kurang memepertimbangkan pada nilai (value) dapat teratasi. Mengingat kebutuhan manusia
yang berpihak pada nilai, tidak sekedar kepentingan sesaat sangat diharapkan dalam melakukan
tugas-tugas liberatif atau pemberdayaan masyarakat.

Kata Kunci: Pendidikan Pembebasan, Islam, Paulo Freire

A. Pendahuluan dianggap sebagai anak pandai, malah tidak


Selama ini kebanyakan orang bisa mencari makan sendiri, bahkan semakin
diyakinkan oleh sebuah prinsip bahwa tinggi jenjang sekolahnya, jadi tambah tidak
“pendidikan adalah hak dasar manusia”, bisa cari makan, tidak bisa jual kacang goreng,
“memberikan pelayanan pendidikan adalah malu bekerja kasar. Dengan membawa
kewajiban Negara”. Keyakinan atau pandangan ijasahnya yang bagus, berkeliling memasuki
hidup tersebut pada tahapan selanjutnya kantor-kantor mencari pekerjaan. Dan jadilah
menjadi “dengan pendidikan, manusia menjadi penganggur apabila ia tidak mendapat
pintar dan kreatif dalam mensiasati pekerjaan di kantor”.1
kehidupan” bahkan sampai pada “dengan
pendidikan manusia akan lebih mudah Kelihatannya apa yang telah
menghadapi tantangan-tantangan hidup”. diungkapkan oleh Dewantoro pada puluhan
Artinya, tanpa pendidikan manusia menjadi tahun silam, masih relevan dengan kenyataan
tidak mampu menjalani hidup secara wajar dan sekarang tentang tuntutan manusia akan nilai
cenderung “liar” dan “brutal” dalam mengisi sebuah pendidikan, yaitu menjadi orang yang
hidup. Tapi, dunia pendidikan sempat digaji setiap bulan, memakai sepatu mengkilat
dikagetkan oleh pernyataan Ki Hajar dan dasi yang rapi pergi ke instansi, naik mobil
Dewantoro bahwa : mewah kemana-mana, bisa liburan disetiap
akhir pekan, dan sekian perilaku hedonis
“Orang yang tidak sekolah (berpendidikan) lainnya. Jangan heran kalau kebanyakan dari
bisa mencari makan dengan menjual kacang,
berjualan sayuran, dan bisa hidup dari hasil 1
Darmaningtiyas, Pendidikan Rusak-
kerjanya itu. Tetapi, anak yang sekolah yang
Rusakan, (Yogjakarta : LKiS, 2005), h. 294.

132
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

masyarakat rela mengeluarkan uang jutaan atau tidak, pendidikan saat ini telah menjadi
rupiah hanya untuk mendapatkan ijasah dan partner kerja industri. Hal ini dapat dibuktikan
prestasi sosial. Maklum, lembaga pendidikan dengan potret kebijakan yang lebih pro pasar
Indonesia telah ”berselingkuh” dengan industri, dari pada menjadi wadah transformasi sosial.
anehnya bukan industri yang ikut ”birahi” Sebut saja privatisasi pendidikan dan
pendidikan, malah sebaliknya, pendidikan telah dikeluarkannya Undang-Undang Badan Hukum
dicecoki teori-teori industrialisasi tentang Pendidikan (BHP). Pada kenyataannya, proses
efektivitas dan efisiensi. Dan jadilah pendidikan tidak lagi hadir sebagai wahana
pendidikan Indonesia seperti perusahan yang pembebasan meminjam istilah Paulo Freire 5 ,
setiap tahunnya memproduksi ”robot-robot melainkan menjelma menjadi mesin industri
bernyawa” yang siap bekerja untuk memenuhi yang kerjanya hanyalah menyediakan manusia-
hasrat kapitalisme. Pendidikan tidak manusia mekanistik serta melupakan subtansi
menjadikan masyarakat Indonesia maju, kemanusiaan yang kian teraleniasi oleh sistem
bermutu dan memiliki sumber daya manusia dan dan struktur sosial yang menindas.
yang mumpuni dalam mengisi kemerdekaan 2 ,
malah mendorong pada ketidakmerdekaan, Orientasi pendidikan mestinya tidak
karena menghamba pada sekian mitos-mitos sekedar untuk memenuhi pangsa pasar tenaga
prestasi sosial dan kilapan materi. Manusia kerja, tetapi lebih dari itu, sebagai
memiliki kebutuhan dan keinginan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, penanaman
berkembang menjadi lebih baik. Kebutuhan nilai-nilai dan pengalaman, pengembangan
serta keinginan tersebut selalu diupayakan ketrampilan, kebudayaan peserta didik.
dengan berbagai cara, salah satunya adalah Kemampun mengartikulasikan pendidikan
melalui kegiatan pendidikan. Sangat Islam yang membebaskan dalam konsep yang
disayangkan, apabila pendidikan lebih jelas menjadi keharusan, mengingat Islam
cenderung dan dominan menggunakan gaya bukan agama yang statis melainkan sistem nilai
pendidikan bercerita 3 . Ketimbang gaya yang dinamis, humanis dan transformatif.
pendidikan kritis seperti dialog, diskusi, debat Kehadiran konsep pendidikan pemebebasan
dan problem solving. Yang sejatinya akan sangat relevan bagi khasanah pendidikan Islam,
membawa perubahan positif dalam laku hidup penyebabnya adalah, Islam mempunyai potensi
manusia sehari-hari. Pendidikan disadari atau sebagai agama pembebas, hal ini dapat dilihat
tidak adalah instrumen utama dalam pada ajaran-ajaran Islam yang revolusioner,
mentranformasikan pengetahuan dan seperti ajaran tentang keadilan, anti
membentuk kesadaran sosial budaya, ekonomi, diskriminasi, pluralisme, perlindungan terhadap
politik dan agama, dan yang paling utama yang lemah dan anti kekerasan. Selain itu,
adalah terbentuknya paradigma kritis dalam Islam sebagai agama besar mempunyai
membaca dan mengekspresikan perilaku dalam pengikut yang harus diselamatkan dari
masyarakat, serta menciptakan manusia- kehancuran, karena kaum penindas (para
manusia yang merdeka, bebas dari semua pelaku yang sewenang-wenang, lalim, pejabat
bentuk penindasan baik, dengan interes yang pro status quo) 6 kian hari semakin
material maupun ideologi tertentu 4 . Disadari bertambah. Selanjutya, Menggali dan
mengembangkan paradigma pendidikan Islam
yang membebaskan dalam menyiapkan
2
Arif Rohman, Politik Ideologi
Pendidikan, (Yogyakarta: LaksBaang Mediatama,
5
2009), h. 3. Pendapat Paulo Freire ini dapat dilihat
3
Paulo Freire, Pendidikan Kaum dalam Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas,
Tertindas, (Jakarta : LP3S, 2008), h.52. h.52.
4 6
Choirul Mahfud, Pendidikan Lihat dalam
Multikultural, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, http://kamus.cektkp.com/?s=tindas, di akses pada
2008), cet ke-2, h. 3. tanggal 4 Juli 2016.

133
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

generasi Islam di masa depan, disaat wajah Tocles Freire. 9 Freire berada dalam didikan
pendidikan baik umum mapupun Islam di orang tuanya dengan sikap yang demokratis,
Indonesia sangat membelenggu 7 Adalah terbuka dan dialogis. Dalam pengakuannya,
keniscayaan yang mesti terjadi. Secara bahwa orang tuanyalah yang membuat ia selalu
idealistik melalui ajaran normatif dan menghormati setiap dialog serta pendapat-
historinya, Islam sangat menekankan pendapat orang lain. Pada tahun 1929, krisis
pendidikan pembebasan. Namun secara realita ekonomi melanda brazilia dan ternyata
masih perlu perjuangan, tekad dan kemauan berdampak pada jatuh miskinnya masyarakat
mewujudkan pendidikan Islam yang Brasil, termasuk keluarga Freire 10 . Dari
membebaskan. Hal ini dapat melalui beberapa literatur tentang biografi Freire,
perombakan paradigmatik, maupun teknis disebutkan bahwa masa kecilnya berada pada
seperti perubahan kurikulum pendidikan yang situasi yang serba sulit, khususnya secara
kondusif bagi tumbuhnya semangat ekonomi. Bahkan, ketika ia berusia delapan
pembebasan, demokrasi dan tahun harus merasakan kelaparan yang luar
humanisme. Kurikulum pendidikan Islam harus biasa. Tanpa disadari, kondisi tersebut turut
dinamis dan memberi ruang bagi terwujudnya berpengaruh pada karakter Freire dalam
kreatifitas peserta didik, mempunyai semangat merspon setiap kenyataan yang muncul. Freire
untuk melakukan perubahan sosial, kritis menjadi sangat peka dan kritis dengan setiap
terhadap kekuasaan yang tiran. Kurikulum kenyataan yang dihadapinya. Bahkan masih
pendidikan Islam harus integral dengan kondisi pada usia yang sama, Freire kecil bertekad
sosial masyarakat. Sehingga pendidikan dapat untuk memperjuangkan hak-hak orang-orang
dijadikan sebagai energi dan spirit perubahan yang kelaparan. Menurutnya, jangan sampai
sosial. Tujuan pendidikan harus diarahkan pada kelaparan yang ia dan keluarganya rasakan
pembentukan pribadi yang bermental menimpa anak-anak lain yang sebaya
pembebas, humanis dan demokratis. dengannya.
B. Biografi Paulo Freire Pada tahun 1931, ayah Freire
Sebagai seorang pendidik, sikap hidup meninggal dunia. Pada saat itu usia Freire
dan karya-karya Freire adalah optimistik, menginjak sepuluh tahun. Tepatnya pada usia
sekalipun berada dalam kemiskinan, penjara, 13 tahun Freire menginjakkan kakinya di
dan diasingkan. Bagi Freire Misalnya, masa bangku sekolah, hingga ahirnya dapat
pengasingan adalah masa yang kreatif. Paulo melanjutkan studinya di Universitas Recife dan
Reglus Neves Freire lebih sering di panggil mengambil fakultas hukum. Pada jenjang studi
Paulo Freire, dan dalam penelititan ini akan berikut, Freire mengambil disiplin ilmu yang
sering disebut Freire, lahir pada tanggal 19 berbeda dengan studi awalnya, yaitu filsafat
September 1921 di Recife, sebuah kota kecil di pendidikan. pada tahun 1959 meraih gelar
daratan Amerika Latin. Kota Recife adalah doktor di bidang sejarah dan filsafat
adalah salah satu pusat kemiskinan dan pendidikan, yang juga merupakan saat pertama
keterbelakangan di kawasan Brazilia bgian Freire mengemukakan pikirannya tentang
Timur Laut 8 . Freire lahir dari seorang rahim
ibu bernama Edeltrus Neves Freire. Ayahnya
adalah seorang polisi bernama Joaquim Tomis

9
Siti Murtiningsih, Pendidikan Seabagai
Alat Perlawanan; Teori Pendidikan Radikal Paulo
7
Freire. (Yogyakarta; Insis Pres, Cet I 2004), h. 15
Asghar Ali Engineer, Islam dan 10
Dharma Kesuma, Teguh Ibrahim,
Pembebasan, Yogjakarta : LKiS, 1993 h. 33. Struktur Fundamental Paedagogik : Membedah
8
Mu‟arif, Wacana Pendidikan Kritis, Pemikiran Paulo Freire, (Bandung, Refika
(Yogyakarta: IRCiSoD,2005)., h. 68. Aditama, 2016) h. 53

134
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

filsafat pendidikan. 11 Tahun 1944 ketika mengajar di pusat pengkajian pendidikan dan
usianya tepat dua puluh tiga tahun, menikahi pembangunan Harvard dan merangkap sebagai
seorang guru sekolah dasar yang tinggal satu anggota pusat studi pembangunan dan
kota dengannya. Seorang gadis yang memikat perubahan sosial. Di Amerika Serikat kala itu
hatinya itu bernama Elza Maria. Bersamanya, tengah berlangusng huru-hararasialis yang
Freire dikaruniai tiga orang anak laki-laki dan meletus sejak tahun 1965. berbagai
dua orang anak perempuan. Freire yang pengalamannya di negeri paman sam tersebut
kemudian berkarir dibidang pendidikan menjadi bagian-bagian penting kebangkitan
masyarakat, memberi perhatian yang besar pemikirannya. Freire mendapati bahwa ternyata
pada awal tahun 60-an pada berjuta-juta rakyat tekanan dan penindasan terhadap kaum lemah
Brazil yang tidak berhak ikut pemilihan umum yang tidak memiliki kapasitas politis, tidak
karena tidak mampu membaca dan menulis. hanya terjadi pada dunia ketiga atau negara-
Kenyataan itu kemudian mendorongnya terlibat negara yang memiliki ketergantungan
aktif dalam gerakan pemberantasan buta huruf, kebudayaan saja. Pengenalan ini memperluas
walaupun sebagian lawan-lawannya pandangan Freire tentang dunia ketiga dan
menganggap apa yang dilakukannya adalah tidak lagi berkutat pada pengertian geografis
upaya untuk menghimpun kekuatan untuk belaka. Namun mulai merambah pada
melawan pemerintah saat itu. 12 Pada tahun presfektif-presfektif yang bersifat politis.
1964 pikiran-pikiran Freire dianggap Tematema kekerasan lantas menjadi sangat
membahayakan eksistensi pemerintah, bahkan menonjol di dalam karya-karya Freire di
freire dituduh oleh pemerintah Brazil kemudian hari. 14 Dari gambaran singkat
melakukan tindakan subversif. Akhirnya tersebut, perjalanan hidup Paulo Freire dapat
konflik tersebut membuat Freire di jebloskan disimpulkan bahwa kepribadian dan bangunan
ke dalam penjara selama tujuh puluh hari dan teori-teori pendidikan Freire salah satunya
menjadi pesakitan karena diinterogasi dikonstruksi dari konteks zaman dan kenyataan
berulang-ulang. Keluar dari penjara Freire obyektif yang melingkupinya. Freire yang
langsung diusir dari negerinya. Ia lantas hidupnya selalu diakrabi oleh kesulitan-
memutuskan untuk pindah ke Chili. Selama kesulitan hidup dan penindasan oleh negara,
lima tahun berada di Chili freire terlibat dalam dengan sendirinya menjadikannya seorang
program pemberantasan buta huruf yang teoritisi yang berpraksis. Freire menjadi
diselenggarakan oleh pemerintah Chili sampai intelektual organik 15 melahirkan gagasan-
akhirnya menarik perhatian dunai internasional. gagasan pengetahuan yang juga turun langsung
UNESCO mengakui bahwa chili merupakan ke lapangan perjuangan membela kaum buta
salah satu bangsa di dunia yang berhasil huruf di Brazil teraleniasi oleh proses
mengatasi masalah pendidikan dasar. Dan hegemoni kesadaran yang telah melahirkan
sampai akhirnya Freire ditarik ke UNECSO ”kebudayaan bisu”.
untuk bekerja dalam bidang pendidikan. di
sinilah kemudian sosok Freire mulai menarik C. Pengertian Pendidikan Pembebasan
perhatian.13 Menjelang akhir tahun 1950, Freire Sebelum menjelaskan pengertian
diundang ke Amerika Serikat dan pendidikan pembebasan, alangkah baiknya
diperkenankan menjabat sebagai guru besar dijelaskan pendidikan dan pembebasan.
tamu pada Universitas Harvard. Freire

11 14
Muhammad Hanif Dakhiri, Paulo Ibid., h. 18-19
15
Freire, Islam dan Pembebasan, (Jakarta : Pena, Intelektual organik berasal dari gagasan
2000), h, 18. Antonio Gramsci yang digunakan untuk menunjuk
12
Ibid., h, 20. para teoritisi-teoritisi yang tidak hanya
13
Siti Murtiningsih, Pendidikan Seabagai menghabiskan waktu di belakang meja, melainkan
Alat Perlawanan, h, 18. turut dalam proses pembelaan kaum tertindas.

135
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

Definisi pendidikan. Secara etimologi menyelaraskan kepribadian dengan keyakinan


pendidikan berasal dari kata didik yang dan nilai-nilai yang beredar dan berlaku dalam
mendapat awalan pe dan akhiran an. Kosakata masyarakat berikut kebudayannya.20 Kemudian
pendidikan dalam Kamus Umum Bahasa dari pada itu, Ki Hajar Dewantoro berpendapat
Indonesia berarti perbuatan yang berhubungan bahwa pendidikan bagi setiap anak bangsa di
dengann mendidik, pengetahuan tentang negri ini memiliki arti dan makna mendalam
mendidik, dan pemeliharaan (latihan-latihan sebagai pemeliharaan dan pengembang benih-
dan sebagainya) baik lahir maupun batin 16 . benih persatuan dan kesatuan bangsa yang
Dalam Undang-Undangan Sistem Pendidikan telah dirintis oleh para pendahulu bangsa
Nasional bab I pasal 1 disebutkan bahwa: Indonesia 21 . Demikian pandangan para ahli
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mengenai pendidikan, dan berdasarkan
untuk mewujudkan susana belajar dan proses ”perasan” dari pandangan-pandangan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif merekalah penulis berargumentasi bahwa
mengembangkan potensi dirinya untuk pendidikan adalah usaha manusia yang
memiliki kekuatan spritual keagamaan, terencana guna untuk mendewasakan manusia
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, agar mencintai sesama, berbudi pekerti luhur
akhlak mulia, serta ketrampilan yang guna menjadi generasi yang dapat menjaga
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan nilai persatuan dan kesatuan untuk hidup yang
negara. 17 Konsekwensi logis dari pengertian mulia.
pendidikan yang merujuk pada undang-undang Demikian penjelasan mengenai
tersebut di atas berlaku bagi seluruh pendidikan, selanjutnya adalah pembebasan.
masyarakat yang hidup di Indonesia. secara etimologi, pembebasan berasal dari kata
Pendidikan berarti proses pengembangan sikap ” bebas” yang lepas sama sekali (tidak
dan tata laku seseorang atau kelompok dalam terhalang, terganggu, dan sebagainya. sehingga
usaha mendewasakan melalui pengajaran, dapat bergerak, berbicara, berbuat dan
pelatihan, proses dan cara mendidik 18 . Dalam sebagainya dengan leluasa 22 . Dari pengertian
pengertian lain, sebagaimana diungkapkan oleh tersebut, dapat dipahami bahwa ”bebas”
Jhon Dewey seorang teoritsi pendidikan bahwa merupakan situasi atau keadaan yang
kita bersedia untuk memahami pendidikan memungkinkan bergeraknya suatu hal sesuai
sebagai sebuah proses pembentukan pendapat- dengan yang dikehendaki tanpa adanya
pendapat mendasar, bersifat intelektual dan pemaksaan dari pihak manapun. Kebebasan
emosional, tentang alam serta tentang sesama secara umum bertarti ketiadapaksaan. Akan
manusia 19 . Menurut Siti Murtiningsih dalam tetapi, pembahasan mengenai kebebasan
bukunya Pendidikan Sebagai Alat Perlawanan bukanlah hal sepeleh. Lebih-lebih kebebasan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan yang melekat pada diri manusia. Dalam
terus-menerus oleh manusia dalam menganalisa konsepsi kebebasan manusia tentu
membutuhkan penalaran lebih jauh. Agar tidak
16 terjebak dalam pemahaman yang keliru,
Lihat W.J.S Poerwadarminta, kamus
umum bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, penulis akan mendeskripsikan konsepsi
1991), h. 250.
17 20
Departemen Pendidikan Nasional, Siti Murtiningsih, Pendidikan Alat
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Perlawanan, Teori Pendidikan Paulo Freire,
(Jakarta : Depdiknas, 2003), h. 34 (Yogyakarta; Insis Pres, Cet I 2004), h. 1.
18 21
Departemen Pendidikan Nasional, Mohammad Yamin, Menggugat
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Pendidikan Indonesia, Belajar Dari Paulo Freire
Depdiknas, 2000), h. 232. Dan Ki Hajar Dewantara, (Jogjakarta, Ar-Ruzz
Media 2009). h. 172.
19 22
William F. O‟Neil, Ideologi-Ideologi Departemen Pendidikan Nasional,
Pendidikan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2002), h. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta;
11. Depdiknas, 2000), h. 104.

136
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

kebebasan manusia. Kebebasan merupakan pendidikan pembebasan adalah proses


unsur penting dalam pengalaman sebagai ”memanusiakan manusia” melalui kesadaran
manusia. Penyebab utamanya adalah karena untuk melepaskan diri dari bentuk penindasan
kebebasan juga merupakan realitas yang yang hegemonik dan dominatif. Karena kedua
kompleks dan memiliki berbagai aspek dan hal tersebut menjadi penghambat bagi tegaknya
karakteristik. Kebebasan terbagi dua, yakni pilar-pilar pembebasan. pendidikan adalah
kebebasan sosial-politik dan kebebasan untuk membebaskan bukan membelenggu.
individual 23 . Kebebasan pertama berindikasi
banyak orang, sedangkan yang selanjutnya 1. Konsep pendidikan pembebasan Paulo
lebih bersifat perorangan. Selain itu, terdapat Freire
pula kebebasan yuridis yang bersifat hukum, Konsep pendidikan pembebasan freire
dalam hal ini bersifat hak asasi manusia yang berangkat dari basis teorinya yang terbagi
di atur Negara, ada pula kebebasan psikologis,
sebagai berikut:
yaitu kebebasan manusia dalam mengarahkan
hidupnya. Terdapat pula kebebasan eksistensial a. Pandangan Freire tentang Ontologi
yakni, kebebasan yang mencakup seluruh
eksistensi manusia dan merupakan bentuk Freire sesungguhnya memahami dunia
kebebasan tertinggi. Orang yang bebas secara dari pandangannya tentang manusia. Filsafat
eksistensial seolah-olah “memiliki dirinya Freire sesungguhnya bertolak dari kehidupan
sendiri.” Ia mencapai taraf otonomi, nyata, bahwa di dunia ini sebagian besar
kedewasaan, otentisitas dan kematangan manusia hidup dalam penderitaan, sementara
rohani. terlepas dari segala alienasi atau sebagian lainnya menikmati jerih payah orang
keterasingan, yakni keadaan di mana manusia lain dengan cara-cara yang tidak adil, dan
terasing dari dirinya dan justru tidak kelompok yang menikmati ini justru bagian
“memiliki” dirinya sendiri 24 . Kebebasan minoritas umat manusia. Adanya ketimpangan
seseorang tentu memiliki batasan-batasan yang terjadi itu menurut kepercayaan Freire
tertentu, penulis berasumsi bahwa kebebasan adalah akibat dari ketidakadilan sistem norma,
memiliki sisi lemahnya. hal itu berdasarkan prosedur, kekuasaan dan hukum yang terus saja
bahwa kebebasan memiliki batasan-batasan memaksa individu-individu menerimanya
yang tidak bisa dilanggar seperti: kebebasan begitu saja karena itu fakta yang tak
orang lain (manusia membutuhkan norma dan terelakkan 25 . Oleh karena itu, Freire
etika), kondisi fisik dan psikis yang seseorang menganggap fitrah manusia sejati adalah
miliki terdapat perbedaan dengan orang lain menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita
contohnya minat, bakat dan watak. Bukan atau obyek. Panggilan manusia sejati adalah
hanya itu, faktor lingkungan pun berlaku. menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak
pembebasan yang dimaksud dalam penelitian mengatasi dunia serta realitas yang
ini adalah perbuatan yang berhubungan dengan menindasnya. Manusia harus menggeluti dunia
proses membebaskan manusia dari perlakuan- dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya
perlakuan yang membelenggu dan cenderung cipta, dan hal itu berarti mengandaikan
menginjak-injak kemanusiaan (dehumanisasi). perlunya sikap orientatif yang merupakan
Berdasarkan uraian mengenai pendidikan dan pengembangan pikiran26. Dari asumsi filosofis
pembebasan di atas, maka yang dimaksud tersebut, penulis melihat bahwa basis filsafat
teori pendidikan Freire sangat dipengaruhi oleh
23
K. Bertens Etika, Jakarta, PT. Gramedia, ajaran Materialisme Dialetika Historisnya Karl
2004. h. 91-138.
24
Lihat dalam
25
http://satrioarismunandar6.blogspot.co.id/2010/11/ Willian A. Smith, Conzienticacao :
berbagai-jenis-kebebasan-dalam.html di akses pada Tujuan Pendidikan Paulo Freire, h.2.
26
senin 4 juli 2016. Ibid hlm. Viii.

137
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

Marx 27 . Karena dalam moto teori ini, bahwa dengan cara menamainya. Selain itu, dialog
sesungguhnya manusia lahir ke dunia bukan juga menghubungkan antara kata dan aksi.
sekedar mengetahui dunia, melainkan harus
merubah dunia. Olehnya, jika seseorang pasrah c. Pandangan Freire tentang Aksiologi
dengan keadaan, apalagi tidak ada ikhtiar,
Bangunan pengetahuan yang baik
sesungguhnya sedang berada dalam “penjara” menurut Freire adalah ketika mengetahui,
dehumanisasi. Penulis melihat kekuatan teori manusia harusnya mampu melakukan.
Freire ada pada keberpihakannya terhadap Keselarasan teori dan praktik menjadi kunci
realitas masyarakat yang tertindas. Disinilah
ajarannya. Freire juga memandang perlu
keberpihakan pengetahuan yang menjadi dasar tindakan yang sesuai dengan norma-norma. Hal
terterimanya Freire bagi masyarakat yang itu didasari oleh pandangannya tentang etika.
situasi kehidupannya membutuhkan Asumsi Freire tentang kesetaraan manusia
pertolongan.
adalah hal mutlak. Meskipun terdapat
b. Pandangan Freire tentang Epistimologi pembedaan-pembedaan dalam hubungan suatu
manusia yang bermasyarakat. Penegasannya
Yang dimaksud epistimologi dalam adalah karena manusia makhluk yang bebas,
penelitian ini adalah pandangan mendasar berperan sebagai subjek pembuat keputusan
tentang pengetahuan serta bagaimana atas dunianya. Akan tetapi putusan tersebut
pengetahuan manusia muncul. Freire menolak harus bermuara pada etika dalam artian
dualisme epistimologi. Dualisme dalam kerendahan hati, keyakinan diri, cinta, saling
pengetahuan yang dimaksud Freire adalah percaya dan membangun harapan serta
pemisahan antara subyektivitas dan pemikiran yang kritis. Nilai-nilai etis yang
obyektivitas dalam memahami realitas. nampak adalah humanisasi. Oleh sebab itulah
Subyektifitas dan obyektifitas menurut Freire etika fundamental Freire bukanlah
bertemu dalam satu dialektika yang instrumental, melainkan fundamental. Dalam
menghasilkan pengetahuan yang diperkukuh situasi apapun di kehidupan sosial, diperlukan
oleh tindakan, begitu juga sebaliknya. 28 tegaknya humanisasi. Manusia harus menjadi
Pengetahuan yang dibangun melalui praktik tuan bagi dirinya sendiri, dan begitu juga
dan berakar dalam situasi-situasi konkrit. manusia-manusia yang lain. Yang pada tahapan
Tanpa praktik pengetahuan akan sulit. berikutnya bekerja sama dengan dasar cinta
Sehingganya, epistimologi Freire yang pertama dan kerendahan hati untuk menntransformasi
adalah praksis. Selanjutnya Freire berasumsi dunia yang lebih baik.
bahwa, pengetahuan didapat dari dialog. Dialog
yang dimaksud dalam pandangannya adalah D. Model Pendidikan Pembebasan Paulo
sarana epistimologis pencarian pengetahuan Freire
yang benar, sekaligus kehidupan yang lebih Pendidikan adalah penyokong utama
baik. Hal itu berdasarkan asumsinya bahwa kesadaran dalam diri setiap manusia, maka dari
dialog bukanlah sekedar metode atau tekhnik situlah konsepsi pembebasan dibutuhkan.
agar peserta didik berpartisipasi aktif dalam Freire bertutur:
sebuah proses pembelajaran. Dialog bukanlah
obrolan kosong, lawakan atau sejenisnya. Akan “Proses pembebasan melibatkan
tetapi dialog adalah laku penciptaan dunia arkeologi kesadaran, sehingga secara
alamiah manusia dapat membangun

27
Muhammad Yamin, menggugat
pendidikan Indonesia, h. 159.
28
Siti Murtiningsih, Pendidikan Alat
Perlawanan, h. 42.

138
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

kesadaran baru yang sanggup ِ‫بِقَىْ ٍمِ َحتَّىِيُ َغيِّرُواِ َها‬


merasakan keberadaan dirinya”29 ‫بِأ َ ًْفُ ِس ِه ِْن‬
Terjemahan: "Sesungguhnya Allah
Kesadaran menjadi kunci utama dalam
tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
proses membebaskan manusia dari belenggu
sehingga mereka mengubah keadaan
penindasan. Penindasan yang dimaksud adalah
yang ada pada diri mereka sendiri.
ketidaksadaran manusia akan kenyataan yang
(Qs.ar-Ra'd:11)31
disekelilingnya adalah rekayasa sosial semata
.
1. Model Pendidikan Humanisasi
Oleh sebab itu, pendidikan humanisasi
Pendidikan humanisasi adalah suatu menjadi titik tolak dan titik tuju pendidikan.
proyeksi pendidikan yang berakar dari Pendidikan berfungsi agar manusia mengalami
kegelisahan Freire mengenai sejumlah praktek pembebasan dari penindasan atau agar manusia
pendidikan yang tidak manusiawi menjadi lebih manusiawi. Asumsi Freire
(dehumanisasi). Kenyataan tersebut bukan tersebut menjadi kritikannya terhadap situasi
tanpa sebab, hal itu dapat dilihat dari maraknya penindasan di Brazil32. Pendidikan humanisasi
praktek pendidikan yang terus mengalienasikan Freire beranjak dari dua konsep fundamental
pendidik dan peserta didik dari realitas sosial yaitu:
yang mereka hadapi. Selama ini pendidikan di
2. Model Pendidikan Konsientisasi
Indonesia mengalami proses yang sama dengan
apa yang digambarkan Freire, bahwa : Bagi Mansour Fakih, sosok Freire
adalah tokoh pendidikan yang penuh misteri.
“Pendidikan karenanya menjadi
Banyak mitos yang menyelimuti pemikiran
sebuah kegiatan menabung, di mana
pendidikannya, sehingga tidak jarang banyak
para murid adalah celengan dan guru
yang lebih menghafal jargon-jargon dan istilah
adalah penabungnya. Yang terjadi
yang dipergunakannya, ketimbang memahami
bukanlah proses komunikasi, tetapi
secara praktis kedalam proses pembelajaran
guru menyampaikan pernyataan-
yang membebaskan. Banyak tema pemikiran
pernyataan dan “mengisi tabungan”
pendidikan Freire yang tertuang dalam karya-
yang diterima, dihafal dan diulangi
karyanya tidak mampu secara metodologis
dengan patuh oleh para murid”30
diterjemahkan ke dalam proses dan tekhnis
Humanisasi adalah proses manusia pembelajaran. Yang lebih ironis lagi, banyak
menjadi subjek yang membuat keputusan praktisi pendidikan menggunakan semboyan
dalam menjalani kehidupannya. Keputusan- “pembebasan” dan “humanisasi” tanpa disadari
keputusan yang diambil adalah merupakan terjerumus pada praktek pendidikan yang
pilihannya sendiri. Bahkan dalam Islam, menindas dan dehumanisasi, yang justru
pembuat keputusan untuk merubah kehidupan menjadi agenda utama kritik pendidikan
manusia menjadi lebih baik di perkuat dengan Freire. 33 Termonologi “pembebasan” dan
ayat berikut ini. Allah swt berfirman: “kesadaran kritis” lebih banyak dibicarakan
dalam seminar dan lokakarya oleh para
ِ‫ِإ‬
َّ ‫َّى‬
ِ‫َِّللاَ ََِل ِيُ َغيِّ ُر ِ َها‬ 31
Q.S. ar-Ra‟d ,13:11.
32
Dharma Kesuma, Teguh Ibrahim,
29
Paulo Freire, The Politic Education : Struktur Fundamental Paedagogik : Membedah
Culture, Power, adn Liberation, di indonesiakan Pemikiran Paulo Freire, (Bandung, Refika
oleh Agung Prihantono dan Fuad Arif Fudiyartanti, Aditama, 2016) , h. 161.
33
(Jakarta : Pustaka Pelajar, 1999)., h, 194. Mansour Fakih, Jalan Lain, Manivesto
30
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Intelektual Organik (Yogjakarta : Insit Press,
Tertindas, (Jakarta, LP3ES 2008), h. 52. 2002)., h. 108-109.

139
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

mahasiswa dan Ornop, ketimbang dipraksiskan fokus pemahaman mengenai kesadaran akan
bentuk perjuangan pendidikan dalam kerangka berpengaruh pada pemahaman tentang hakikat
membangkitkan kesadaran kritis dari proses pendidikan konsientisasinya Freire. Namun
masifikasi kelas penguasa dan ideologi demikian, Bagi penganut mazhab Freirean,
dominan. Penulis berpandangan bahwa yang hakekat pendidikan adalah demi
menyebabkan orang merasa tertindas adalah membangkitkan kesadaran kritis sebagai
kurang/tidak adanya kesempatan sehingga prasyarat proses humanisasi atau
ketika ingin berbuat tapi tidak memiliki memanusiakan manusia. Kunci bagi proses
kemampuan. Hal inilah yang kemudian pendidikan ialah “konsientisasi” atau proses
menjadi kristaliasi pemikiran Freire bahwa, pembangkitan kesadaran kritis. Dalam
proses pendidikan subyek-subyek (pendidik- pandangan Freire pendidikan tidak lain adalah
peserta didik) melahirkan dialog dan berbuah proses pemanusiaan manusia kembali atau
pada kesadaran bersama. Kesadaran merupakan menjadikan manusia yang utuh. Gagasan ini
suatu yang dimiliki oleh manusia dan tidak ada sesungguhnya berangkat dari suatu analisis
pada ciptaan Tuhan yang lain. Kesadaran yang bahwa sistem kehidupan sosial, politik,
dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik ekonomi dan budaya membuat masyarakat
dimana dirinya dapat menempatkan posisi mengalami proses “dehumanisasi”. 35 Freire
sesuai dengan yang diyakininya. Refleksi mengatakan bahwa
merupakan bentuk dari penggungkapan
kesadaran, yang dapat memberikan keyakinan “…dehumanisasi, meskipun
serta bertahan dalam situasi dan kondisi merupakan sebuah fakta sejarah yang
tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang kongret, bukanlah takdir yang turun
dihasilkan oleh seseorang merupakan refleksi dari langit, tetapi akibat dari tatanan
tentang realitas. Menurut Freire, kesadaran yang tidak adil yang melahirkan
adalah melakukan kritik. Melakukan pencarian kekerasan dari tangan-tangan para
makna baru, makna yang lebih baik. Karena itu penindas, yang pada gilirannya
sifat dari kesadaaran adalah transformatif. mendehumanisasikan kaum tertindas”.
36
Baginya, keadaran harus bersifat total. Tidak
hanya mengenai pemikiran atau rasio tetapi Konsientisasi menurut Freire
adalah juga tubuh manusia, perasaan dan sebagaimana yang dikutip oleh Smith adalah
tindakan dari diri manusia itu sendiri. proses penyadaran yang mengarah pada konsep
Sejalan dengan pemikiran diatas, Islam pembebasan yang dinamis dan mendorong
juga menyerukan manusia untuk sadar diri,
pada penciptaan manusia yang lebih utuh.
kesadaran mengenai kemuliaan yang telah Konsientisasi juga dapat dipahami sebagai
Allah swt berikan kepada manusia melebihi gambaran tingkat kesadaran di mana setiap
makhluk-makhluk lainya. Allah swt Berfirman individu mampu melihat sistem sosial secara
: kritis.37 Model pendidikan konsientisasi adalah
ِ‫ِاْل ًْسَاىَ ِفِي ِأَحْ َس ِي‬ model pendidikan yang mengarahkan pendidik
ِ ْ ‫لَقَ ْد ِ َخلَ ْقٌَا‬
ِ‫تَ ْق ِى ٍين‬ dan peserta didik menjadi relasi subyek-
subyek, bukan subyek-obyek.
Terjemahan:"Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. (Qs.at-Tin: 4)34. 35
Paulo Freire, Pendidikan Kaum
Melihat kesadaran menjadi bagian Tertindas, h. 121
36
terpenting bagi manusia, sebab itulah titik Willian A. Smith, Conzienticacao :
Tujuan Pendidikan Paulo Freire, ( Yogjakarta :
Pustaka Pelajar, 2001)., h 1.
34 37
Q.S. at-Tin, 95:4. Ibid., h, 2.

140
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

E. Pendidikan Pembebasan Paulo Freire Artinya: Dari Abdullah menceritakan


Dalam Perspektif Islam Abi Said bin Mansur berkata :
1. Islam Sebagai Spirit Pembebasan menceritakan Abdul Aziz bin
Muhammad dari Muhammad bin „Ijlan
Secara harfiah, Islam berasal dari dari Qo‟qo‟ bin Hakim dari Abi Shalih
bahas Arab salima, yang antara lain berarti to dari Abi Hurairoh berkata Rasulullah
be safe (terpelihara), and sound (dan terjaga), SAW bersabda : “Sesungguhnya Aku
unharmed (tidak celaka), safe (terjaga). Islam hanya diutus untuk menyempurnakan
adalah agama yang ajaran-ajaranya akhlak yang mulia”. (H.r Bukhari)40
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
Nabi Muhammad saw. Sebagai Rasul, Hal ini sejalan dengan tujuan manusia
Demikian definisi agama Islam yang dilahirkan kedunia yaitu untuk menjadi
dikemukakan oleh Harun Nasution 38 . khalifah dan hamba Allah di muka bumi 41 .
Selanjutnya, dalam ajaran Islam senantiasa Demikian halnya dengan konsepsi
mengarahkan manusia pada akhlak yang baik pembebasan, Islam menyerukan agar manusia
(akhlaq mahmudah) dan menjauhi akhlak yang hidup senantiasa bertujuan untuk menjadi
buruk (akhlaq mazmumah). Berangkat dari pemimpin bagi dirinya dan tentu memiliki hak
pernyataan tersebutlah maka, seharusnya untuk berbuat sesuai fitrah yang dimilikinya.
agama Islam menjadi spirit manusia dalam Pembebasan untuk mengangkat harkat
melakukan hal-hal baik seperti tolong- martabat manusia serta memberikan kebebasan
menolong, tenggang rasa, mencintai sesama, berpikir dan berbuat. Inilah gambaran yang
mencintai perdamaian, hidup rukun. Bukan ideal dan mulia, yang bukan hanya
malah sebaliknya. Pendekatan dalam memberikan inspirasi untuk hidup, namun juga
memahami agama Islam tidak boleh tunggal, mendorong kreatifitas dan perbuatan yang
apalagi hanya bersifat tekstual saja. Hal itu mempunyai tujuan yang jelas. hal ini dilakukan
dapat memicu “kekakuan” yang pada tahap oleh Muhamad SAW. dalam rangka
berikutnya akan menghasilkan fanatik buta membebaskan kaum tertindas, fakir miskin,
dibarengi dengan klaim-klaim kebenaran (truth dan orang-orang yang bodoh.
calim). Islam adalah agama yang bersumber
pada Al-Quran dan Sunah. Selain itu, juga Muhammad saw. dalam melakukan
terdapat Ijtihad (Ijma dan Qiyas) sebagai semua ini bukan hanya memerankan diri
penuntun memahami kedua sumber Islam sebagai seorang guru filosof, namun juga
sebelumnya. Sebagai agama yang di Turunkan sebagai seorang aktivis yang turun kelapangan
kepada Nabi Muhammad saw. adalah untuk dan juga menjadi seorang pejuang. Muhammad
menyempurnakan akhlak manusia, ini saw juga berhasil membebaskan masyarakat
39
diperkuat oleh hadis Nabi : yang pada waktu itu juga mengalami krisis
moral dan spiritual. Spirit pembebasan yang
َِ ‫ي ِأَبُى ِ َس ِع ْي ٍِد ِبْيُِ ِ َه ٌْصُىْ ٍِر ِقَا‬
ِ:ِ ‫ل‬ ِْ ٌَِ‫َّللاِ ِ َح َِّد ِث‬
ِ ِ ‫َي ِ َع ْب ِِد‬ِْ ‫ع‬ dibawa oleh Islam ini, tampak juga dalam
ِِ‫اع‬ َ َ ْ َ ْ ْ
ِ ‫َح َّدثٌَاِ َع ْبدِِال َع ِزي ِْزِِبْيُِِ ُه َح َّو ٍدِِعَيِِ ُه َح َّو ٍدِِب ِيِِ َعجْ َلىِع َِيِِالق ْعق‬
ُ َ beberapa ayat dalam Al-Qur‟an. Ayat-ayat
ِِِ‫ِقَا َلِِ َرسُىْ ُلَِِّللا‬:ِِ‫حِِع َْيِِأَبِ ْيِِهُ َر ْي َرةَِِقَا َل‬ ٍ ِ‫صال‬ َ ِِ‫ْب ِيِِ َح َك ٍنِِع َْيِِأَبِ ْي‬
‫ق‬ ْ َ ْ
ِِ َ‫صالِ َحِِاألخَل‬ ُ
َ ِِ‫ِِألِِتَ ِّو َن‬
ِ ‫ت‬ ْ
ُ ‫ِاًَِّ َواِبُ ِعث‬:ِِ‫صلَّىَِّللاُِِ َعلَ ْي ِهِِ َو َسل َن‬
َّ َ 40
Hr. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad
no 273 (shahihul adabil Mufrad No. 207)Lihat
takhrij hadits ini dalam kitab Silsilah Ahadits
Shahihah karya Syaikh Al Albani 1/112 no.45
38
Sofya A. P. Kau, zulkarnaen suleman, dan Manhaj Al Anbiya Fi Tazkiyatin Nufus karya
Metodologi Studi Islam Kontemporer,(Gorontalo: Syaikh Saalim bin „Ied Al Hilaliy hal 22-23 serta At
Sultan Amai Pres, Cet. I, 2013), h. 9. Tamhiid karya Ibnu Abdil Barr 24/333-335.
39 41
https://ansoriok.wordpress.com/2008/03/ Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir Ilmu
17/muhammad-diutus-untuk-menyempurnakan- Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media
akhlak-mulia-2/ di akses pada 11 Juli 2016. Group2008), h.53.

141
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

tersebut sangat menekankan pada terbentuknya kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-
suatu tatanan masyarakat yang adil di bidang orang yang beruntung”.(Qs. Al-A‟raf 157)42.
sosial, ekonomi dan persamaan esensial. Semua
legislasi Al-Qur‟an dalam bidang kehidupan Ayat ini tampak secara jelas upaya
peribadi dan masyarakat bahwa lima rukun pembebasan mannusia, bahwa Allah swt.
Islam yang dipandang sebagai pas memerintahkan kepada Nabi Muhamad saw.
excellence mempunyai tujuan keadialan sosial untuk melepaskan umat manusia dari belenggu-
dan pengembangan masyarakat yang belenggu dan kekuatan tirani lainnya. Di sini
egalitarian. Salah satu ayat yang menaruh betapa Islam bukan sekedar agama formal,
perhatian besar pada pembebasan manusia tetapi juga risalah yang sangat agung bagi
ialah tampak dalam Firman Allah surat Al- transformasi sosial dan tantangan bagi
A‟raf ayat 157. kepentingn-kepentingan pribadi. Dalam
pandangan yang lain Hasan Hanafi 43
Mengatakan bahwa Islam adalah Agama
ِِ ِ ِ ِ 
protes, oposisi dan revolusi. Baginya Islam
memiliki makna ganda, pertama, Islam sebagai
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ  ketundukan, yang diberlakukan oleh kekuatan
politik kelas atas, dan kedua Islam sebagai
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ  revolusi, yang diberlakukan oleh mayoritas
yang tidak berkuasa dan kelas miskin.
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ 
Berdasarkan beberapa penyataan di
atas, dapat dikatakan bahwa Islam mampu
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ  melakukan terobosan yang mengarah pada
kondisi pembebasan, namun tetap menyatu
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ  pada agama. Kalau diteliti secara seksama,
sebenarnya terdapat dua pengaruh pokok yang
ِ ِِِِِِ sangat erat hubungannya yang menunjukan
bahwa antar Islam dengan pendidikan tidak
bisa di pisah-pisahkan dan keduanya ini dapat
Terjemahan:”(yaitu) orang-orang yang dijadikan kaca mata untuk melihat mengapa
mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang Islam begitu berjaya dimasa lalu. Kedua
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam pengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang berikut. pertama, senantiasa melakukan
menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf rekonstruksi dan reinterpretasi pemilkiran
dan melarang mereka dari mengerjakan yang Islam dengan memakai berbagai pendekatan
mungkar dan menghalalkan bagi mereka disiplin ilmu, termasuk didalamnya ilmu
segala yang baik dan mengharamkan bagi filsafat. kedua, senantiasa melakukan
mereka segala yang buruk dan membuang dari revormasi sistem pendidikan, baik yang
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu bersifat institusional Maupun yang bersifat
yang ada pada mereka[574]. Maka orang- konseptual. Ketika Islam dilihat sebagai upaya
orang yang beriman kepadanya. pembebasan manusia, melalui pendidikan maka
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti terdapat dua konteks pemaknaan
cahaya yang terang yang diturunkan yaitu: pertama, pendidikan harus dipahami

42
Q.S al-A‟raf, 7:157.
43
Seorang Tokoh pemikir Islam yang
terkenal dengan gerakan new left, di timur tengah.

142
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

dalam posisinya secara demokratis, yakni dan kebahagiaan setinggi-tingginya 45 ”. Sama


pelaksana pendidikan harus dilakukan secara halnya dengan Freire, Ki Hajar Dewantara pun
demokratis, terbuka dan dialogis. Kedua, menginginkan tercapainya kodrat manusia
pendidikan Islam sebagsi proses alih nilai-nilai yang paripurna melalui atribut-atribut jiwa
ke-Islaman atau transfer of Islamic value. kata manusia yaitu cipta, rasa dan karsa.
kunci dari nilai-nilai ke-Islaman itu adalah Menurut Freire, pertetangan pendidik
Tauhid yang menujukan pada pengertian dan peserta didik terjadi karena pendidik
bahwa tidak ada penghambatan kepada selain adalah subjek dan peserta didik adalah objek.
Allah swt, bebas dari belenggu kebadanan dan Menghapus relasi demikian adalah cirri utama
kerohanian. Islam sebagai sistem tauhid inilah dari model pendidikan humanisasi yang
yang merupakan sistem normative dasar digagas Freire. Harusnya pendidik dan peserta
ontologisme bagi pengembangan landasan didik senantiasa bersinergi dalam komunikasi
aksiologis Islam dan sebagai landasan yang aktif bersama dan menciptakan dialog.
epistemologis (Islam sebagai sistem Dalam Islam, humanisasi dianjurkan selama itu
pengetahuan) kalau dengan kata kunci ini, tidak mendewakan manusia lain juga tidak
Islam secara transparan menghendaki dan merendahkannya. Mencintai sesama dan
menciptakan persamaan, maka pendidikan bahkan menjaga hubungan kebersamaan. Hal
Islam harus dipahami sebagai proses ini ditegaskan Allah swt:
pembebasan manusia untuk tidak merasa ada
diskriminasi tertentu dengan orang atau ِِ ِِِِِ
kelompok lain, dikuasai ditindas ataupun
diperbudak
ِ ِِِِِِِ

2. Model Pendidikan Pembebasan Dalam


Perspektif Islam Terjemahan: “orang-orang beriman itu
a. Humanisasi dalam Perspektif Islam Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan)
Humanisasi ditawarkan Freire sebagai antara kedua saudaramu itu dan
bentuk kritknya terhadap proses pembelajaran takutlah terhadap Allah, supaya kamu
gaya bank 44 , pendidik menjadi Subyek dan mendapat rahmat”.(Q.s. al-Hujarat:
peserta didik menjadi obyek. Dalam konsep 10)46.
pendidikan gaya bank, pengetahuan merupakan
sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka Selain itu, humanisasi juga tertuang
yang menganggap diri berpengetahuan kepada dalam Falsafah Indonesia. Kemanusiaan yang
mereka yang dianggap tidak memiliki adil dan beradab, demikian petikan dalam butir
pengetahuanapa-apa. Selain itu. juga membuat pancasila sebagai Ideologi Bangsa. Pendidikan
peserta didik seperti bejana kosong yang terus- idealnya menjadikan manusia mencintai
menerus di isi akan menimbulkan hafalan- sesamanya. Dinamika dalam kehidupan mesti
hafalan tanpa makna. Dalam pandangan Freire dijadikan pelajaran untuk perbaikan bukan
humanisasi yakni memanusiakan manusia malah menjadi terpecah belah, humanisasi
sejalan dengan apa yang di ungkapka oleh Ki dalam pandangan Islam dalah menyerukan
Hajar Dewantara bahwa” menuntun segala pada kebersamaan. Meskipun demikian,
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar humanisasi bukanlah segala-galanya.
mereka sebagai manusia dan sebagai aggota Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa,
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan pendidikan Islam juga sangat mementingkan

45
Dharma Kesuma, Teguh Ibrahim,
44
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Struktur Fundamental Paedagogik, h.127.
46
Tertindas, h. 53. Q.S. al-Hujarat, 49: 10.

143
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

nilai-nilai kemanusiaan disamping nilai-nilai hakekat pendidikan adalah demi


spiritual. Al-Qur‟an juga banyak membangkitkan kesadaran kritis sebagai
menggambarkan bahwa ciri-ciri orang Islam prasyarat proses humanisasi atau
yang bertaqwa adalah mereka-mereka yang memanusiakan manusia. Kunci bagi proses
peduli terhadap sesama manusia, tolong pendidikan ialah “konsientisasi” atau proses
menolong dalam kebaikan serta saling pembangkitan kesadaran kritis. Dalam
membantu, sebagaimana ayat dibawah ini: pandangan Freire pendidikan tidak lain adalah
proses pemanusiaan manusia kembali atau
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ  menjadikan manusia yang utuh. Sementara itu
dalam Islam pendidikan adalah untuk
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ  menjadikan manusia Khalifah sebagaimana
Firman Allah swt berikut ini:

ِ ِِِِ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ 
Terjemahan: “dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ 
dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan ِِ ِ ِ ِ ِ 
pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ 
Amat berat siksa-Nya”. (Q.s. al-
Maidah:2) ِ ِِِ
Ayat di atas menjadi pedoman bagi seseorang Terjemahan:”ingatlah ketika Tuhanmu
dalam rangka melakukan kebaikan sebab berfirman kepada Para Malaikat:
dengan tolong menolong kearah kebaikan "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
niscaya akan menjadikan manusia menjadi seorang khalifah di muka bumi." mereka
mulia. Dari sumber ajaran Islam di atas dapat berkata: "Mengapa Engkau hendak
dipahami bahwa, seruan tentang berbuat baik menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
menjadi perhatidan dalam Islam. Sebab akan membuat kerusakan padanya dan
manusia yang paling mulia adalah yang menumpahkan darah, Padahal Kami
berguna bagi manusia yang lain. Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
b. Konsientisasi dalam perspektif Islam dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
Kesadaran diri dewasa ini menjadi kamu ketahui." (Q.S.al-Baqara 30.)47
wacana yang telah ditinggalkan. Hal itu
disebabkan oleh masuknya manusia kedalam Ayat di atas memiliki makna yang
era globalisasi yang menonjolkan akal semata relevan dengan pendidikan dalam Islam, bahwa
dalam proses kehidupan. Padahal tema manusia mestilah menjadi pemimpin di muka
kesadaran adalah merupakan hal penting bagi bumi. Kemudian dari pada itu, Freire
manusia. Melihat kesadaran menjadi bagian merumuskan pendidikan sebagai suatu latihan
terpenting bagi manusia, sebab itulah titik kebebasan, tindakan mengetahui, pendekatan
fokus pemahaman mengenai kesadaran akan kritis terhadap realitas, serta dorongan untuk
berpengaruh pada pemahaman tentang hakikat merubahnya. Konsientisasi adalah
pendidikan konsientisasinya Freire. Namun perkembangan kesadaran kritis yang dicapai
demikian, Bagi penganut mazhab Freirean,
47
Q.S. al-Baqara 2:30.

144
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

melalui praktik pendidikan yang dialogis seta pentingnya kesadaran kritis dalam melihat
berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan realitas dunia. proses penyadaran yang
politik. Tujuanya ialah membentuk sikap kritis mengarah pada konsep pembebasan yang
masyarakat. Sikap kritis ini diharapkan dinamis akan mendorong pada penciptaan
menuntun mereka dalam mewujudkan manusia yang lebih utuh. Model selanjutnya
tranformasi dunia. Pendidikan Islam pun adalah hadap masalah dimana Freire
demikian halnya, dalam prosesnya mengkiritisi pendidikan ”gaya bank: yang
menginginkan kesadaran terbentuk bagi peserta menjadikan peserta didik untuk sekedar hafal-
didik. Sebab Islam menjadi spirit dalam hafalan tanpa mengenal secara kritis realias di
tindakan pendidikan. sekitarnya.
Daftar Pustaka
F. Penutup
Konsep pendidikan pembebasan menurut Bertens, K. Etika, Jakarta : PT. Gramedia,
Pulo Freire adalah pendidikan yang 2004.
memanusiakan manusia. Hal ini didasari dari Darmaningtiyas, Pendidikan Rusak-
pandangannya melihat kenyataan manusia
Rusakan, Yogyakarta : LKiS, 2005.
mengalami proses penindasan yang
Engineer, Asghar Ali Islam dan
tersistematis, selain itu pendidikan harusnya
membebaskan manusia dari perlakuan- Pembebasan, Yogjakarta : LKiS,
perlakuan yang membelenggu dan cenderung 1993.
menginjak-injak kemanusiaan (dehumanisasi). Freire, Paulo, The Politic Education :
manusia harus menjadi subyek yang Culture, Power, adn Liberation,
menentukan keputusan-keputusan yang Terj. Agung Prihantono dan Fuad
diambil. Bukan tenggelam dengan keadaan Arif Fudiyartanti, Jakarta : Pustaka
yang menindas. Dibutuhkan kesadaran kritis Pelajar, 1999.
untuk terbebas dari belenggu sistem yang Fakih, Mansour. Jalan Lain, Manivesto
menindas. Pendidikan pembebasan melihat Intelektual Organik, Yogyakarta :
kenyataan yang timpang itu mesti dilawan
Insit Press, 2002.
dengan penyadaran bagi manusia. Termasuk di
Freire, Paulo Pendidikan Kaum Tertindas,
dalamnya pendidik, peserta didik, sekolah,
madrasah dan lembaga pendidikan baik umum Jakarta : LP3S, 2008.
maupun lembaga pendidikan Islam serta Hanif Dakhiri, Muhammad, Paulo Freire,
masyarakat. Pendidikan yang membebaskan Islam dan Pembebasan, Jakarta :
dapat ditempuh melalui model pendidikan Pena, 2000.
hadap masalah, konsientisasi dan humanisasi. http://satrioarismunandar6.blogspot.co.id/
Model pendidikan pembebasan 2010/11/berbagai-jenis-kebebasan-
menurut Paulo Freire adalah model pendidikan dalam.html di akses pada senin 4
konsientisasi, hadap masalah dan humanisasi. juli 2016.
Humanisasi merupakan model pendidikan yang https://ansoriok.wordpress.com/2008/03/17
memandang Pendidik juga menjadi peserta
/muhammad-diutus-untuk-
didik dan peserta didik sebagai pendidik dalam
menyempurnakan-akhlak-mulia-2/
proses pembelajaran. Hal ini menjadikan
proses pembelajaran subyek-subyek, bukan di akses pada 11 Juli 2016.
suyek-obyek. Proses belajar haruslah kreasi http://kamus.cektkp.com/?s=tindas, di
dan re-kreasi pengetahuan bukan memorisasi akses pada tanggal 4 Juli 2016.
pengetahuan. model selanjutnya adalah model Kesuma, Dharma. Teguh Ibrahim, Struktur
pendidikan konsientisasi yang bermakna Fundamental Paedagogik :

145
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 1 : Februari 2017

Membedah Pemikiran Paulo


Freire, Bandung, Refika Aditama,
2016.
Kau, Sofyan A. P., Zulkarnaen Suleman,
Metodologi Studi Islam
Kontemporer, Gorontalo: Sultan
Amai Pres, Cet. I, 2013.
Mujib Abdul, Yusuf Mudzakkir Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,
2008.
Mahfud, Choirul Pendidikan Multikultural,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008.
Mu‟arif, Wacana Pendidikan Kritis,
Yogyakarta: IRCiSoD, 2005.
Murtiningsih, Siti, Pendidikan Seabagai
Alat Perlawanan; Teori Pendidikan
Radikal Paulo Freire. Yogyakarta;
Insis Pres, Cet I 2004.
O‟Neil, William F. Ideologi-Ideologi
Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002.
Poerwadarminta, W.J.S, kamus umum
bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1991.
Pendidikan Nasional, Departemen,
Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta : Depdiknas,
2003.
, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta; Depdiknas,
2000.
Rohman, Arif Politik Ideologi Pendidikan,
Yogyakarta: LaksBaang
Mediatama, 2009.
Smith, Willian A. Conzienticacao : Tujuan
Pendidikan Paulo Freire,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001.
Yamin, Mohammad, Menggugat
Pendidikan Indonesia, Belajar Dari
Paulo Freire Dan Ki Hajar
Dewantara, Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media 2009.

146

Anda mungkin juga menyukai