Disertasi
Diajukan Oleh:
IRWAN
NIM. 1304017008
Kepada
Program Studi Doktor Ilmu Kehutanan
Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman
Samarinda
2020
DISERTASI
Prof. Dr. Ir. Sigit Hardwinarto, M. Agr. Prof. Dr. Ir. Marlon Ivanhoe Aipassa, M. Agr.
NIP. 19610202 198603 1 003 NIP. 19580715 198103 1 008
Prof. Dr. Ir. Lambang Subagiyo, M. Si. Prof. Dr. Ir. Paulus Matius, M. Sc.
NIP. 19660520 199103 1 006 NIP. 19550411 198403 1 001
Mengetahui :
Prof. Dr. Rudianto Amirta, S. Hut., M.P. Dr. Wiwin Suwinarti, S. Hut., M.P.
NIP. 19721025 199702 1 001 NIP. 19690215 199403 2 003
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
IRWAN
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG.............................................................................................................. 1
1.2. PERUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 3
1.3. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................................... 4
1.4. MANFAAT PENELITIAN ..................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL
Tubuh Utama
No Judul Halaman
1 Komponen Neraca Air…………………………………………………. 24
2 Klasifikasi Koefisien Rezim Sungai…………………………………... 40
3 Koefisien tanaman menurut fase pertumbuhan tanaman…………. 45
4 Kebutuhan Air untuk Ternak………………………………………….. 45
5 Konsep dan Deskripsi Matriks SWOT……………………………….. 48
6 Luasan Karst Per Kecamatan………………………………………… 50
7 Karst Per Daerah Aliran Sungai………………………………………. 51
8 Sebaran geologi pada kawasan Karst Sangkulirang–Mangkalihat. 52
9 Karst Sangkulirang per Kecamatan…………………………………… 54
10 Karst Sangkulirang–Mangkalihat Versi Provinsi Berdasarkan Daerah 55
Aliran Sungai……………………………………………………………
11 Karst Versi Provinsi Berdasarkan Geologi…………………………... 56
12 Karst Sangkulirang–Mangkalihat versi ESDM per Kecamata……. 59
13 Karst Sangkulirang–Mangkalihat Versi ESDM per Daerah Aliran 60
Sungai (DAS)…………………………………………………………….
14 Karst Sangkulirang-Mangkalihat Versi ESDM Berdasarkan 60
Geologi…………………………………………………………………...
15 Lokasi Penelitian per Kecamatan……………………………………. 62
16 Lokasi Penelitian Berdasarkan Sub Daerah Aliran Sungai……….. 63
17 Lokasi Penelitian Berdasarkan Geologi…………………………...… 65
18 Potensi jenis (N), Frekuensi (F), Lbds dan Kerapatan Vegetasi di 69
Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat…………………………..
19 Hasil Analisa Vegetasi di Kawasan Karst Sangkulirang– 71
Mangkalihat……………………………………………………………....
20 Alokasi Pola Ruang Wilayah…………………………………………. 77
21 Analisis Karakteristik Hidrologi Mata Air Sekerat dan Goa Sigege.. 87
22 Data Kapasitas Air Maksimum Cutaneous zone dari Perbukitan 88
Karst Gunung Sekerat…………………………………………………..
23 Hasil Analisis Kualitas Air dari 11 sampel air di Kawasan Karst 92
Gunung Sekerat……………………………………………………..…
23 Lanjutan Hasil Analisis Kualitas Air dari 11 sampel air di Kawasan 93
ix
DAFTAR GAMBAR
Tubuh Utama
No Judul Halaman
1 Siklus Hidrologi secara umum………………………………………… 9
2 Drainase Bawah Permukaan di Karst……...….…………………….. 10
3 Peta Indikatif Karst Sangkulirang–Mangkalihat……………………. 29
4 Peta Sekerat dan Sekitarnya………………………………………….. 30
DAFTAR LAMPIRAN
Tubuh Utama
No Judul Halaman
ABSTRACT
this research is divided into several locations, namely Spatial data retrieval
carried out in the karst area of Sangkulirang-Mangkalihat while for the
retrieval of data related to hydrology, the water, biodiversity and interviews
for the formulation of strategies implemented in the area of Sekerat
Mountains and Selangkau and Sekerat village.
From the study obtained the following results: (1) Delineation of the
karst spread of Sangkulirang–Mangkalihat spatial has a total area of
392.700,49 ha, While the area of the karst area of Sangkulirang–
Mangkalihat East Kalimantan province is divided into two parts, namely
East Kutai area of 241.283,08 ha and Berau area of 151.417,41 ha. The
spatial analysis of karst delineation in the area of Sekerat Mountains has
an area of 38.245 hectares in 4 sub-districts, namely Sangkulirang,
Kaliorang, Bengalon and Kaubun. (2) The Karst of Sangkulirang–
Mangkalihat has a type of ecosystem that binds and forms the corridor-
biological. The karst area is a living place of millions of species of fauna
supporting the life balance of East Kalimantan. The karst area of
Sangkulirang-Mangkalihat which is buried from the mountains/hills of
Bengalon Forest, bouquet, Sangkulirang, backrest and surroundings,
According to forest type generally included in rainforest type below 1.000
m above sea level. However, there are some places that have a height
above 1.000 m above sea level as a row of karst hilly areas (limestone)
with specific landforms. There are several places that have damaged
ecosystems in forest areas. Ecosystem of damaged forest can have
difficulty to do revegetation due to the thin of humus content. This occurs
because of erosion (ground level washing), so it tends to be dominated by
plutonik basalt rocks that have very dry properties when the dry season;
(3) Hydrological systems in the Karst region play an important role
especially for the availability and the distribution of water in the karst and
surrounding areas. Karst Store water through rock solvent cavity. The
Input of water coming into the karst is derived from the interception of
vegetation, rainwater in the form of surface flows and underground rivers.
Existing hydrological conditions in the hilly area of Sekerat mountain have
decreased water deposits by 3,17% of total water volume, so the minimum
xv
discharge in the dry season, while in terms of water demand in the karst
region is more intended for agriculture sector than other sectors. Based on
the analysis of water demand calculation, water resources in the karst
area of Sekerat mountain can fulfill the need for agricultural water 73
million m3/year. Another potential of hydrological system of karst area of
Sangkulirang is the utilization of water for daily needs such as drinking
water, water for livestock and for the needs of biota in the karst area of
Sekerat mountain; (4) The strategy and management of the karst area of
Sangkulirang–Mangkalihat directed to Srategi ST (Strenght-Threat) aimed
at using internal forces to reduce external threats with the following
strategy options: Improving the quality of human resources, to prevent the
activity of cement mining in the karst region, management of karst
potentials as a tourist attraction, create the concept of ecotourism-based
society to improve the tourism in Jepu-Jepu beach, protection of water
resources in the area of Sekerat village and Selangkau village to keep its
management sustainable, and land management that complies with
biophysical conditions and supports.
IRWAN
NIM 1304017008
xvii
IRWAN
NIM 1304017008
xviii
Surat Pernyataan ini saya buat rangkap lima asli yaitu masing-masing
untuk Promotor Utama, Promotor Pendamping I, Promotor Pendamping II,
Program Studi Doktor Ilmu Kehutanan dan untuk saya sendiri.
Mengetahui
Promotor Utama Promotor Pendamping I Promotor Pendamping II
Prof. Dr. Ir. Sigit Hardwinarto Dr.Ir. Muhammad Summaryono, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Lambang Subagiyo, M. Si.
NIP. 19610202 198603 1 003 NIP. 19550802 198302 1 003 NIP. 19660520 199103 1 006
1
I. PENDAHULUAN
pulau. Craton (inti benua) atau shield atau perisai atau bagian masif suatu
benua yang umumnya disusun oleh kerak granitic, merupakan bagian
benua yang paling tua, dari mana inti benua berasal. Kemudian, oleh
proses tektonik, benua itu tumbuh semakin luas ke arah luarnya melalui
berbagai macam batuan yang menyambung di sisi luarnya yang disebut
proses akresi (Awang, 2009; Dirmawan, 2009).
Muka air tanah adalah batas antara zona jenuh dan zona tak jenuh.
Secara sederhana muka air tanah adalah air yang ditemukan pertama kali
ketika menggali sebuah sumur. Secara regional, notasi air tanah sering
kali dinyatakan dengan suatu istilah yang dikenal sebagai hydraulic head
atau jumlah antara tekanan hidrostatis air tanah dan ketinggian tempat.
Lebih mudahnya, nilai hydraulic head adalah nilai ketinggian tempat
dikurangi ketinggian muka air tanah dari permukaan bumi.
a. Spektrum elektromagnetik
Dalam penginderaan jauh digunakan tenaga elektromagnetik
meliputi: spektra kosmik, gamma, x, ultraviolet, tampakan inframerah,
gelombang mikro (mikcowave) dan radio. Bagian tertentu yang penting
dari spektrum elektromagnetik antara lain adalah spektrum tampak,
spektrum inframerah dan spektrum ultraviolet. Saluran atau pita (channel,
band) digunakan untuk bagian yang lebih kecil seperti saluran biru,
saluran hijau, saluran merah dan saluran merah pada spektrum tampak.
Spektrum yang biasa digunakan dalam penginderaan jauh sistem
fotografik optik adalah; spektrum ultraviolet, spektrum tampak dan
spektrum inframerah (Sutanto, 1986).
1). Citra foto adalah citra yang direkam dengan kamera sebagai sensor
dengan menggunakan film sebagai detektor, perekamannya secara
serentak untuk seluruh daerah yang tergambar pada suatu lembar
citra. Pengklasifikasian berdasarkan wahana, citra foto terdiri dari:
a). Foto udara: foto yang dibuat dari udara (balon, pesawat terbang).
b). Foto satelit atau foto orbital: foto yang dibuat dari satelit.
2). Citra non foto adalah citra yang perekamannya dilakukan dengan
sensor berdasarkan atas pemindaian (scanning), detektornya bukan
film, perekamnya bagian demi bagian (tidak serentak untuk tiap
lembar), perekamannya dapat menggunakan satu atau beberapa
bagian dari seluruh jendela atmosfer.
b. Sensor
Menurut Muhadjir (1997), sebuah alat yang digunakan untuk
mendeteksi sumber data penginderaan jauh disebut “sensor“ (kamera
atau scanner), sedangkan kendaraan yang digunakan untuk membawa
sensor disebut “platform“.
2. Spesifikasi sensor
Satelit ALOS dilengkapi dengan tiga buah sensor indraja terdiri dari
2 buah sensor optik yaitu sensor PRISM (Pancromatic Remote
Sensing Instrument for Stereo Mapping) dan Sensor AVNIR-2
(Advance Visible and Near Infrared Radiometer type-2), sebuah
sensor gelombang mikro atau radar yaitu PALSAR (Phased Array
type L-band Syntetic Aperture Radar) (Sitanggang, 2008)
1. Mengoleksi data
Data yang digunakan dalam sistem informasi geografis sering berasal
dari berbagai tipe dan disimpan dengan cara yang berbeda. Sistem
informasi geografis mengintegrasikan data-data yang berbeda dalam
sebuah format agar mudah dibandingkan dan dianalisis. Sumber data
sistem informasi geografis sebagian besar berasal dari hasil digitasi
secara manual, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa data satelit
dapat dijadikan sebagai masukan untuk sistem informasi geografis.
19
3. Analisis geografis
Integrasi dan konversi data merupakan salah satu bagian dari tahap
pemasukan data dalam sistem informasi geografis, langkah yang
dibutuhkan selanjutnya adalah interpretasi dan analisis koleksi
informasi tersebut secara kuantitatif dan kualitatif.
1. Keterhubungan (connectivity)
Pasangan koordinat pada tiap-tiap ruas garis akan diawali dan diakhiri
dengan titik atau garis, baik yang terbuka maupun yang membentuk
poligon tertutup akan berhubungan satu dengan yang lain pada suatu
titik.
2. Pengartian (definition)
Garis yang berhubungan dan memiliki suatu luas akan membentuk
suatu poligon. Hal ini berarti garis atau kumpulan garis akan
mengartikan suatu poligon yang dibatasinya.
21
3. Arahan.
Garis-garis selalu memiliki arah, dari asal ke tujuan dan disertai
informasi sisi kanan kiri. Hal ini berarti suatu garis akan selalu
membawa informasi tentang kaitan kedudukannya terhadap luas
(areal) yang dibentuknya.
1. Digitasi peta
Digitasi peta analog (peta tematik, peta topografi, dll) merupakan
metode yang umum digunakan untuk mengkonversi peta menjadi data
digital. Proses terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan data, regristrasi
peta dan pemasukan data.
4. Penyiaman (scanning)
Penyiaman (scanning) merupakan proses mengkonversikan data peta
dan dokumen menjadi format raster digital.
11. Peta Lokasi Penelitian Karst Sekerat Berdasarakan Sub Daerah Aliran
Sungai
c. Kerapatan
Kerapatan pohon dinyatakan dengan luas bidang dasar per hektar
(m2/ha)
Kerapatan (m2/ha) = Jumlah LBD
Luas plot
( )
∑( )
43
E = 2,718
APWL = jumlah kumulatif defisit curah hujan
STo = kelengasan tanah saat kondisi kapasitas lapang
𝐾 𝑏𝑢𝑡𝑢 𝑛 𝑝 𝑡 𝑛 𝑛= 𝐾𝑐𝑥 T 𝑥 𝐿𝑢 𝑠 𝑙 𝑛
Kc : Koefisien tanaman
ETP : Evapotranspirasi (mm)
45
Jenis tanaman
Fase tanaman
Padi Kacang tanah Kedelai Kacang hijau Jagung
Vegetatif 1,05 0,40 0,50 0,50 0,70
Generatif 1,20 1,15 1,15 1,05 1,15
Pemasakan 0,75 0,60 0,50 0,90 1,05
Sumber: Allen et al. (1998)
Peluang (O)
Ancaman (T)
Keterangan:
a. Strategi Agresif, menggambarkan situasi yang sangat baik karena
ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang
menguntungkan. Untuk itu dapat digunakan alternatif strategi 1
yakni pengembangan (strategi agresif).
48
dan ekosistem, oleh karena itu perlu dikelola secara bijaksana. Karst
Sangkulirang–Mangkalihat secara wilayah administrasi provinsi berada di
Kalimantan Timur, tepatnya di dua kabupaten yaitu Kutai Timur dan
Berau, di mana karst ini merupakan tempat hidup berjuta spesies flora
fauna penunjang keseimbangan kehidupan Kalimantan Timur nan damai.
Dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Kalimantan Timur juga telah dibuat sebaran spasial Delineasi
lanskap Karst Sangkulirang–Mangkalihat, yang mana dibuat Delineasi
bentang alam karstnya sekaligus bentang alam ekosistem karstnya yang
masuk dalam kawasan strategi Provinsi Kalimantan Timur. Delineasi
sebaran karst yang dilakukan pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
berbeda batas maupun luasnya dengan Delineasi yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Di dalam RTRW Provinsi Kalimantan
Timur kawasan karst Sangkulirang–Mangkalihat itu menjadi kawasan
lindung geologi dalam pola ruang sesuai dengan lampiran peta RTRW
Provinsi Kalimantan Timur.
Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan yaitu tumpang susun
antara peta kawasan Karst Sangkulirang–Mangkalihat dengan peta
administrasi wilayah kabupaten, maka didapatkan luas wilayah karst
Sangkulirang–Mangkalihat di Kutai Timur seluas 166.541,22 ha dan
sisanya seluas 140.795,55 ha berada di Berau. Karst Sangkulirang-
Mangkalihat yang ada di Kutai Timur tersebar di 7 kecamatan yaitu
Sangkulirang, Kaliorang, Bengalon, Kaubun, Karangan, Sandaran dan
Kongbeng seperti terlihat pada Gambar 9 dan Tabel 9.
54
penelitian dengan hasil Delineasi Badan Geologi Pusat Sumber Daya Air
Tanah dan Geologi Lingkungan ESDM. Pada lokasi penelitian terdiri dari
kawasan karst seluas 7.471,30 ha, kawasan batu gamping bukan karst
seluas 17.487,95 ha dan kawasan bukan batu gamping dan bukan karst
seluas 13.286,35 ha. Sebaran geologi beserta luasnya dapat dilihat pada
Gambar 20.
Gambar 20. Peta Sebaran Karst dan Bukan Karst di Lokasi Penelitian
dipengaruhi oleh faktor altitude, latitude, klimatik dan edafik yang ada
pada kondisi lingkungan tersebut. Beragamnya potensi pohon di lokasi
penelitian juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu, intensitas
cahaya matahari dan perebutan unsur hara dengan jenis-jenis lainnya
sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan diameter batang pohon
pada suatu vegetasi.
Kerapatan tumbuhan di suatu vegetasi sangat berpengaruh dengan
ketersediaan sumber daya air di Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Vegetasi dapat berfungsi dalam konservasi tanah dan air karena ia
memiliki beberapa manfaat yang mendukung tanah. Vegetasi dapat
meningkatkan infiltrasi karena perakaran tanaman akan memperbesar
granulasi dan porositas tanah, disamping itu juga mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme yang berakibat pada peningkatan porositas tanah
(Harsono, 1995). Sehingga meningkatkan daya serap tanah dalam
menyerap air oleh hujan. Selanjutnya air masuk melalui infiltrasi tetap
tersimpan karena tertahan oleh tanaman penutup di bawahnya atau sisa-
sisa tanaman berupa daun yang sifatnya memiliki penutupan yang rapat
sehingga menekan evaporasi. Selain itu keberadaan vegetasi juga dapat
mengurangi kerusakan agregat tanah akibat jatuhnya butir hujan ke
permukaan tanah.
Indeks kemerataan vegetasi pada lokasi penelitian menunjukkan
nilai dibawah 0,1 kecuali jenis jambu-jambu, sehingga dapat dikatakan
tingkat kehadiran jenis-jenis lainnya tidak merata pada lokasi penelitian
tersebut. Komposisi suatu kawasan hutan dikatakan baik indeks
kemerataannya adalah jika individu-individu terdistribusi secara merata
pada jenis-jenis yang hadir pada suatu tingkat pertumbuhan (Pielou, 1966
dalam Odum, 1993). Dengan begitu kondisi ini juga berpengaruh terhadap
indeks dominasi yang hanya didominasi oleh jenis jambu-jambu dengan
indeks dominasi sebesar 0,04, kemudian diikuti oleh jenis jabon dengan
nilai indeks dominasi sebesar 0,02. Indeks dominasi merupakan informasi
penting dalam analisis vegetasi untuk mengetahui individu-individu lebih
terpusat pada satu atau beberapa jenis dari suatu tingkat pertumbuhan
73
resapan air seluas 40,26 ha, untuk lebih jelasnya data dilihat pada
Gambar 23 dan Tabel 20.
Medang (Polyalthia sp), dan Mangga Batu (Irvingia spp), Kedua kelompok
Strata Belukar. yang medominasi adalah Kelompok Rimba Campuran
yaitu dari jenis Jambu-jambu (Eugenia sp), Mahang (Macaranga spp) dan
Jabon/Anggrung/Klampayan (Neolamarckia cadamba) dan Ketiga
Kelompok Pertanian Campur Semak merupakan areal bekas ladang atau
ladang aktif oleh masyarakat, areal kebakaran dan lainnya yang
didominasi oleh tumbuhan perdu.
Zona Selatan sebanyak 20 mata air. Sebagian besar mata air karst
Gunung Sekerat bersifat perenial atau mengalir sepanjang tahun.
Sistem aliran di kawasan karst menurut White (1988)
dikelompokkan dua jenis aliran yaitu: aliran yang didominasi oleh ruang
antar butir batuan (diffuse) dan aliran yang didominasi oleh lorong-lorong
pelarutan (conduit). Mata air yang muncul di perbukitan karst Gunung
Sekerat Zona Utara berasal dari sistem drainase sungai bawah tanah
(conduit) dan rembesan dari celah-celah batuan (diffuse). Pada musim
hujan apabila mata air keruh, maka aliran yang dominan tersebut conduit.
Hal ini terjadi karena air hujan yang jatuh ke perbukitan karst menjadi
aliran permukaan. Aliran permukaan masuk ke dalam drainase sungai
bawah tanah disertai sedimen, maka mata air keruh. Mata air yang jernih
sepanjang tahun dihasilkan dari celah-celah batuan atau diffuse.
Kawasan karst Gunung Sekerat berdasarkan observasi lapangan
terdapat beberapa sungai permukaan. Sungai permanen yang mengalir
pada musim hujan dan kemarau yaitu Sungai Mampang, Sungai Sekerat
dan Sungai Selangkau. Ketiga sungai tersebut cukup besar debitnya dan
ada beberapa sungai kecil di bagian selatan, tetapi langsung masuk ke
muara dan laut. Gambar 24 menyajikan kondisi mata air kawasan karst
Gunung Sekerat.
1. Sungai Selangkau
Posisi Sungai Selangkau berada di sebelah timur laut. Secara
administrasi terletak di Desa Selangkau sampai ke muara Desa
Selangkau. Mata air sungai ini berasal dari mata air Selangkau dan Selok
Maciong. Debit aliran sungai ini sebesar 0,62 m3/detik. Sungai ini
berperan sebagai sumber irigasi sawah dan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga penduduk Desa Selangkau.
2. Sungai Mampang
Sungai Mampang terletak di Desa Sekerat. Pemanfaatan sungai ini
dijadikan sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) dan kebutuhan
rumah tangga Desa Sekerat. Debit aliran sungai ini sebesar 1,51 m3/detik.
Pada bagian hulu warna airnya jernih dan ke bagian muara berwarna
keruh karena banyak membawa sedimen.
sebesar 0,39 m3/detik. Alur sungai ini mengalir dari perbatasan karst
melewati rawa dan berakhir di pantai.
4. Sungai Sekerat
Sungai Sekerat secara administrasi terletak di Desa Sekerat. Mata
airnya berbentuk blue hole dengan warna air hijau kebiruan dan airnya
jernih. Sungai ini terdapat bangunan reservoir dan instalasinya di bagian
hulu sungai dan sungai ini digunakan oleh KPC. Pengukuran debit aliran
Sungai Sekerat sebesar 1,35 m3/detik.
6. Sungai Sigege
Sungai Sigege ini berasal dari mata air Goa Sigege. Hasil
observasi lapangan mata air ini keluar dari outlet sump. Pengukuran debit
aliran dari Goa Sigege pada musim hujan sebesar 0,34 m3/detik.
Pemanfaatan mata air Goa Segege dijadikan sebagai objek wisata ketika
liburan oleh penduduk sekitar Desa Sekerat dan Selangkau. Pada musim
hujan mata air Goa Sigege berubah warna jadi kecoklatan setelah 1 jam
hujan turun. Hal ini terjadi karena aliran permukaan masuk ke dalam sela-
sela batuan karst yang membawa sedimen keluar menjadi mata air Goa
Segege (aliran conduit). Gambar 25 menunjukkan kondisi eksisting mata
air Goa Sigege.
85
kawasan karst perbukitan Gunung Sekerat dari segi hidrologi masih baik.
Tabel 20 menyajikan data karakteristik hidrologi dari mata air Sekerat dan
Goa Sigege dari segi KRS. Mata air Goa Sigege berdasarkan data
observasi lapangan memiliki nilai KRS 3,09 kategori sangat rendah. Hal ini
menunjukkan kapasitas karst sebagai penampung sumber air dari segi
hidrologi harus dipertahankan kelestariannya. Berdasarkan peta kawasan
hutan lindung Kalimantan Timur peruntukan penggunaan lahan kawasan
karst perbukitan Sekerat masuk ke dalam kawasan perlindungan geologi.
Tetapi, penerapan di lapangan terjadinya konversi lahan kawasan hutan
menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertanian lahan kering.
Tabel 21. Analisis Karakteristik Hidrologi Mata Air Sekerat dan Goa Sigege
Debit aliran (m3/detik)
No Mata air KRS Keterangan
Musim hujan Musim kemarau
1 Sekerat 1,35 0,42 3,21 Sangat rendah
2 Goa Sigege 0,34 0,11 3,09 Sangat rendah
Tabel 22. Data Kapasitas Air Maksimum Cutaneous zone dari Perbukitan
Karst Gunung Sekerat
Nomor unit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nomor laboratorium 30/LT/11 31/LT/11 32/LT/11 33/LT/11 34/LT/11 35/LT/11 36/LT/11 37/LT/11 38/LT/11 39/LT/11
Nomor pengiriman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Parameter Satuan
Berat Jenis - 1,67 1,77 1,86 1,95 1,73 1,93 1,50 2,24 1,97 2,15
Berat Volume gr/cc 1,61 1,44 1,57 1,71 1,26 1,12 0,71 1,47 1,57 1,28
Kadar Air
% 62,86 73,32 74,73 68,42 62,91 67,29 71,37 72,59 69,91 58,19
Maksimal
Permeabilitas cm/jam 0,015 0,029 8,888 0,026 70,67 0,043 2,288 0,019 0,037 5,890
Tabel 23. Hasil Analisis Kualitas Air dari 11 Sampel Air di Kawasan Karst Gunung Sekerat
No Parameter Satuan Sampel 442 K Sampel 443 K Sampel 444 K Sampel 445 K Sampel 446 K Sampel 447 K Sampel 448 K Sampel 449 K
Mata Air Sekerat Mata Air Mata Air Batu Mata Air Mata Air SP 1 Mata Air SP 2 Mata Air Mata Air
Selangkau Pondong Selangkau Mampang 2 Mampang
A. FISIKA
1 Bau - Tak berbau Tak berbau Tak berbau Tak berbau Tak berbau Tak berbau Tak berbau Tak berbau
2 Jml Z Pdt terlarut (TDS) mg/l 195 281 230 283 190 202 201 187
3 Kekeruhan* NTU 9 4 11 1 2 3 1 8
4 Rasa - Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa Tak berasa
5 Suhu* *C 27 27 27 27 27 27 27 27
6 Warna TCU 3 2 5 1 4 Tak terdeteksi 4 13
B. KIMIA
1 Air Raksa (Hg) mg/l - - - - - - - -
2 Arsen (As) mg/l - - - - - - - -
3 Besi (Fe)* mg/l <0,0193 <0,193 <0,0193 <0,0193 <0,0193 <0,0193 <0,0193 0,1464
4 Deterjen mg/l Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi
5 Fluorida (F) mg/l 0,11 0,09 0,10 0,07 0,06 0,07 0,20 0,12
6 Kadmium (Cd)* mg/l - - - - - - - -
7 Kesadahan sbg CaCO3* mg/l 157,21 254,72 163,18 254,72 171,14 177,11 188,06 133,33
8 Klorida (Cl)* mg/l 5,0 2,0 29,4 4,0 3,0 3,0 4,0 <1.7
9 Kromium (Cr+6) mg/l - - - - - - - -
10 Mangan (Mn)* mg/l 0,14 0,06 0,15 <0,02 <0,02 0,05 <0,02 0,11
11 Natrium (Na)* mg/l 4 3 4 5 3 4 3 6
12 Nitrat (NO3-N)* mg/l 0,47 0,55 0,81 0,48 0,63 0,42 0,94 0,52
13 Nitrit (NO2-N)* mg/l 0,0009 0,0094 <0,0008 0,0030 0,0011 0,0133 0,0060 0,0032
14 Perak (Ag)* mg/l - - - - - - - -
15 pH* 7,1 6,9 6,8 6,9 7,0 7,1 7,0 7,1
16 Seng (Zn)* mg/l - - - - - - - -
17 Sianida (CN) mg/l Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi Tak terdeteksi
18 Sulfat (SO4)* mg/l <2 5 <2 4 4 9 5 31
19 Timbal (Pb)* mg/l - - - - - - - -
20 Zat Organik (KmnO4) mg/l 2,50 0,63 3,13 0,63 0,63 0,95 1,26 7,27
21 Selenium (Se) mg/l - - - - - - - -
Tabel 24. Hasil Analisis Kualitas Air dari Sungai Mampang dan Sekerat
sebesar 218 mm dan puncak kedua terjadi pada bulan Desember dengan
jumlah 226 mm. Desember merupakan bulan dengan curah hujan paling
basah dan bulan paling kering terjadi pada bulan Oktober dengan jumlah
curah hujan 105 mm (Gambar 28). Jumlah curah hujan rata-rata tahunan
adalah 2.036 mm.
250
200
Curah Hujan (mm/bulan)
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
28,2
28,0
27,8
Suhu Udara (˚C)
27,6
27,4
27,2
27,0
26,8
26,6
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
tertinggi terjadi pada bulan Mei dan suhu rata-rata terendah terjadi pada
bulan Januari.
Evapotranspirasi potensial (EP) adalah jumlah air yang hilang dari
luas lahan tertentu melalui permukaan tanah/air maupun pertanaman
yang hanya ditentukan oleh unsur-unsur iklim (Handoko, 1994). EP yang
terjadi di kawasan karst Sangkulirang–Mangkalihat tahun 2007-2016
(Gambar 30) cenderung stabil setiap bulannya. EP maksimum terjadi
pada bulan Mei. Nilai evapotranspirasi potensial pada bulan tersebut
mencapai 174 mm dengan curah hujan yang hanya sebesar 218 mm. Hal
ini terjadi disebabkan oleh suhu dan curah hujan. Evapotranspirasi tinggi
juga dapat terjadi pada saat suhu udara sedang tinggi, sedangkan EP
terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 140 mm.
CH ETP ETA
250
200
Tinggi Kolom Air (mm)
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Evapotranspirasi Aktual (ETA) yaitu jumlah air yang hilang dari luas
lahan tertentu melalui permukaan tanah atau air maupun pertanaman
yang ditentukan oleh unsur-unsur iklim, kondisi tanah dan sifat tanaman
(Handoko, 1994). Jika curah hujan lebih tinggi dari pada EP, maka ETA
yang terjadi akan sama dengan EP, sedangkan jika curah hujan lebih
rendah daripada EP, maka ETA yang terjadi lebih rendah dari EP. Bulan
Agustus sampai dengan Oktober ETA lebih rendah dibanding EP. Nilai
98
ETA lebih kecil dari nilai EP dapat terjadi jika kondisi permukaan tanah
kering.
Jenis tanah yang terdapat di kawasan karst umumnya adalah tanah
inceptisol dengan tekstur clay loam (BBPPSLP, 2014). Tanah dengan
tekstur seperti itu pada kondisi kapasitas lapang memiliki nilai kelengasan
tanah sekitar 54 mm. Nilai lengas tanah akan menurun jika curah hujan
lebih kecil dari kehilangan air potensialnya (EP). Nilai lengas tanah
mengalami penurunan pada bulan Juni hingga Oktober. Jika dibandingkan
dengan bentang alam yang lain, bentang alam karst memiliki nilai
kelengasan yang rendah karena kedalaman tanah yang tipis. Kedalaman
tanah yang tipis disebabkan oleh banyaknya batu gamping di bawah
permukaan tanah (Salim, 2016).
Kondisi pada kawasan air mengalami surplus dan defisit hasil
perhitungan neraca air disajikan pada Tabel 25. Kondisi surplus terjadi
dari bulan November sampai bulan Mei. Kondisi surplus tertinggi terjadi
pada bulan Desember sebesar 67 mm/bulan dan kondisi surplus terendah
terjadi pada bulan Maret sebesar 13 mm/bulan. Kondisi defisit terjadi
pada bulan Juni hingga Oktober dengan nilai tertinggi terjadi pada bulan
Oktober dan defisit terendah Juni.
Tabel 25. Neraca Air Lahan Kawasan Karst Sangkulirang–Mangkalihat
Tahun 2007-2016
Parameter Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
T 27,1 27,4 27,7 28,0 28,1 27,7 27,5 27,7 27,8 27,8 27,9 27,6
CH 165 153 166 208 218 147 164 136 107 105 201 226
EP 148 140 163 165 173 158 156 161 160 164 162 159
CH - EP 16 13 3 42 45 -11 7 -25 -53 -58 38 67
APWL 0 0 0 0 0 -11 0 -25 -78 -136 0 0
KAT 54 54 54 54 54 44 54 34 13 4 54 54
dKAT 0 0 0 0 0 -10 10 -20 -21 -8 50 0
ETA 148 140 163 165 173 157 156 156 128 114 162 159
DEF 0 0 0 0 0 1 0 5 31 50 0 0
SURP 16 13 3 42 45 0 7 0 0 0 38 67
T= temperature, CH= curah hujan, EP= evapotranspirasi potensial, CH-EP= curah hujan dan evapotranpirasi
potensial, APWL= jumlah kumulatif defisit curah hujan, KAT=kandungan air tanah, dKAT=perubahan kadar air
tanah, ETA=evapotranpirasi actual, DEF=deficit dan SURP= surplus.
99
200
Air Tersedia (juta m3)
150
100
50
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Gambar 31. Ketersedian Air Tahunan Sangkulirang–Mangkalihat Tahun
2007-2016
1,60
1,40
Kebutuhan air (juta m3)
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
peningkatan pada tahun 2016 yakni 1,63 juta m3/tahun dengan jumlah
penduduk sebesar 74.631 jiwa.
145
144
Kebutuhan Air (ribu m3)
143
142
141
140
139
138
2012 2013 2014
80
70
50
40
30
20
10
0
2017
Gambar 34. Kebutuhan Air Pertanian Sangkulirang–Mangkalihat Tahun
2017
juga dapat terjadi pada saat suhu udara sedang tinggi, sedangkan ETP
terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 140 mm. Tinggi rendahnya
nilai evapotranspirasi yang terjadi berpengaruh terhadap ketersediaan air
di dalam tanah (Dugan dan Zelt, 2001).
Dalam pembahasan terkait curah hujan, neraca air serta suhu perlu
adanya keterkaitan terhadap dampak elnino El Nino-Southern
Oscillation (ENSO) yang merupakan salah satu fenomena iklim skala
antar-tahunan yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan atau
anomali iklim di Indonesia. Fase hangat dari ENSO biasa dikenal dengan
istilah El Nino dapat menyebabkan kekeringan panjang. Untuk
mengantisiapsi hal tersebut pemerintah hendaknya melakukan peringatan
dini kepada masyarakat agar bisa melakukan persiapan di segala sektor,
untuk masyarakat agar tidak melakukan pembukaan lahan yang bisa
mengakibatkan kebakaran hutan dan untuk para akademisi dapat
melakukan penelitian dan inovasi teknologi budidaya yang dapat
dilakukan pada saat el nino.
Pada pengukuran kondisi air di kawasan air mengalami surplus dan
defisit. Kondisi surplus terjadi dari bulan November sampai bulan Mei.
Kondisi surplus tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 67
mm/bulan dan kondisi defisit terjadi pada bulan Maret sebesar 13
mm/bulan. Surplus disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya kondisi
iklim, karateristik lahan serta jenis tanah yang ada di lokasi penelitian.
Kondisi defisit terjadi pada bulan Juni hingga Oktober dengan nilai tinggi
terjadi pada bulan Oktober dan defisit terendah pada bulan Juni.
Ketersedian air menunjukkan bahwa ketersedian air mengalami fluktuatif
setiap tahun. Jumlah air tersedia tertinggi terjadi pada tahun 2010, yaitu
sebesar 205 m3/tahun dan terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu 44
m3/tahun, dengan ketersedian air rata-rata 177,6 juta m3/tahun setara
dengan 1647 mm/tahun. Menurut Tufaila et al. (2017) pada lahan-lahan
yang terbentuk pada daerah karst memiliki nilai defisit air yang tinggi bila
dibandingkan dengan surplus air yang terjadi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi ini adalah kondisi lahan yang terbentuk di atas batuan
106
karst, maka dari segi hidrologi debit aliran minimum di setiap mata air
pada musim kemarau akan berkurang.
Peluang (O)
Kuadran 3 Kuadran 1
Ancaman
(T)
Gambar 35. Diagram Analisis SWOT Kawasan Karst Sangkulirang-
MangkalihatBerada di Kuadran 2 (Strategi S-T)
Tabel 26. Analisis Kebijakan Matriks SWOT Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat
diperhatikan secara serius agar potensi ekosistem karst tidak rusak akibat
aktivitas tersebut.
5.1. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil Delineasi sebaran karst Sangkulirang–Mangkalihat
secara spasial memiliki luas keseluruhan 392.700,49 ha, sedangkan
luas wilayah karst Sangkulirang–Mangkalihat secara administrasi
Provinsi Kalimantan Timur terbagi dua bagian, yaitu: Kutai Timur
seluas 241.283,08 ha dan Berau seluas 151.417,41 ha. Adapun
analisis spasial delineasi karst di kawasan Pegunungan Sekerat
memiliki luas 38.245 ha yang terdapat di 4 kecamatan yaitu
Sangkulirang, Kaliorang, Bengalon dan Kaubun.
2. Karst Sangkulirang–Mangkalihat memiliki tipe ekosistem yang saling
berikatan dan membentuk koridor-hayati. Kawasan karst adalah
tempat hidup berjuta spesies flora-fauna penunjang keseimbangan
kehidupan Kalimantan Timur. Kawasan karst Sangkulirang-
Mangkalihat yang terdri dari pegunungan/perbukitan dari hutan
Bengalon, Karangan, Sangkulirang, Sandaran dan sekitarnya, menurut
tipe hutan pada umumnya termasuk dalam Tipe Hutan Hujan di bawah
1000 m dpl. Tetapi, ada beberapa tempat yang mempunyai ketinggian
di atas 1000 m dpl seperti deretan daerah perbukitan karst (batu
kapur) dengan ciri bentang alam spesifik. Terdapat beberapa tempat
yang mengalami kerusakan ekosistem di kawasan hutan. Ekosistem
kawasan hutan rusak dapat mengalami kesulitan untuk dilakukan
revegetasi karena tipisnya kandungan humus. Hal ini terjadi karena
adanya erosi (pencucian permukaan tanah), sehingga cenderung
didominasi oleh batuan plutonik basalt yang mempunyai sifat sangat
kering apabila musim kemarau.
3. Sistem hidrologi di kawasan karst memiliki peranan penting terutama
menjaga ketersediaan dan ditribusi air pada kawasan karst dan
sekitarnya. Karst menyimpan air melalui rongga-rongga pelarut batuan.
Input air yang masuk ke dalam karst berasal dari intersepsi vegetasi,
air hujan dalam bentuk aliran permukaan dan sungai bawah tanah.
141
5.2. SARAN
1. Diharapkan pada pemerintah pusat dan daerah dalam penetapan
delineasi atau luasan kawasan karst agar diperjelas supaya tidak
terjadi tumpang tindih luasan untuk memudahkan pengelolaan dan
perlindungan pada kawasan karst.
128 142
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2007, BAPPEDA dan
BPS Kutai Timur, Sangatta.
Anonim. 2009. Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2008, BAPPEDA dan
BPS Kutai Timur, Sangatta.
Anonim. 2010. Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2009, BAPPEDA dan
BPS Kutai Timur, Sangatta.
Anonim. 2011. Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2010, BAPPEDA dan
BPS Kutai Timur, Sangatta.
Anonim. 2012. Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2011, BAPPEDA dan
BPS Kutai Timur, Sangatta.
144
Anonim. 2013. Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2012, BAPPEDA dan
BPS Kutai Timur, Sangatta.
Bonita, R dan M.A. Mardyanto. 2015. Studi Water Balance Air Tanah di
Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Jurnal Teknik ITS 4(1): 21-26.
Haryono, E dan T.N. Adji. 2004. Bahan Ajar Geomorfologi dan Hidrologi
Karst. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lilles, T.M dan F.W. Kiefer. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra. Alih bahasa. R. Dubahri. Gadjah Mada University Press.
Linsley, R.K dan J.B. Franzini. 1995. Teknik Sumber Daya Air. Edisi ke-2
(Terjemahan oleh Djoko Sasongko). Erlangga, Jakarta. 627 LIN t.
147
Odum, P.E. 1993. Dasar-dasar Ecology. Edisi Ketiga. Gadjah Mada Univ.
Press. Yogyakarta.
Rice, E.W.; R.B. Baird;, A.D. Eaton and L.S. Clesceri. 2012. APHA
(American Public Health Association): Standard Method for The
Examination of Water and Wastewater 22th ed. Washington DC
(US): AWWA (American Water Works Association) and WEF
(Water Environment Federation).
Tufaila,M,; L.A. Mpia dan J. Karim. 2017. Analisis Neraca Air Lahan pada
Jenis Tanah yang Berkembang pada Daerah Karts di Kecamatan
Parigi Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Jurnal AGRITECH
37(2):215-219.
Urich, P.B. (2002). Land use in karst terrain: Review of impacts of primary
activities on temperate karst ecosystems. In Science for
Conservation.
Wallace, J and D.M. Janet. (2012). Climate Change Impacts on The Water
Balance of Coastal and Montane Rainforests in Northern
Queensland. Australia Journal of Hydrology 475: 84-96.
Penjelasan
1. Maksud dari analisis SWOT digunakan untuk strategi pengembangan dan
pengelolaan ekosistem karst yang berbasis lestari berdasarkan persepsi
masyarakat. Hasil dari persepsi/ aspirasi masyarakat terhadap pengembangan
dan pengelolaan ekosistem karst yang berbasis lestari yang dapat dijadikan
sebagai rekomendasi terhadap kebijakan pemerintah daerah dalam waktu
jangka panjang.
2. Tujuan dari analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
persepsi masyarakat yang berada pada ekosistem karst atas penilaian faktor
internal dan faktor eksternal yang berkaitan dengan sosial ekonomi dan
lingkungan.
3. Kegunaan penelitian ini adalah untuk menyusun disertasi guna untuk
melengkapi salah satu syarat penyelesaian pendidikan Doktor.
No. Responden :
Lokasi :
Hari/ Tanggal :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Jenis Kelamin :L/P
Umur : Tahun
Suku :
Alamat :
Lama Tinggal dilokasi : Tahun
Pendidikan Terakhir : SD/ SMP/ SMA/ S1/ S2/ S3/ lainnya .......
Status Kependudukan : Asli / Pendatang, dari.......
Status Perkawainan : Belum Menikah / Menikah
Pekerjaan Utama : Petani / Peternak / Nelayan / Lainnya.......
151
Penilaian responden
Faktor internal Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju
(5) (4) (3) (2) (1)
Kekuatan (strengths)
1. Memiliki potensi yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat
2. Daya dukung kawasan belum
terlampaui untuk pengembangan dan
pengelolaan ekosistem karst
3. Memiliki potensi kawasan wisata
alam yang cukup bagus jika
dikembangkan secara optimal
4. Ekosistem karst yang dimiliki oleh
kabupaten kutai timur dapat
digunakan sebagai lahan pertanian
masyarakat
5. Nilai ilmiah, keindahan, keunikan
dan kelangkaan kawasan karst yang
tinggi
6. Berbagai jenis satwa dan tanaman
yang hidup di kawasan tersebut
yang bergantung pada kawasan karst
7. Kearifan lokal masyarakat yang
masih dilestarikan
Kelemahan (weaknesses)
152
masyarakat
Faktor eksternal
Peluang (opportunities)
1. Gugusan karst memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi
2. Kawasan karst sangkulirang
memiliki situs purbakala (lukisan
tangan di dinding goa batu kapur
sekitar 10000 tahun yang lalu)
3. Dukungan pemerintah pusat untuk
pengembangan kawasan karst
4. Keberadaan stakeholder yang
potensial dalam konservasi kawasan
5. Letak kawasan karst strategis
6. Masyarakat yang berada disekitar
kawasan karst berprofesi sebagai
petani
7. Wilayah sangkulirang menjadi
tujuan destinasi wisata agro yang
cukup tinggi
8. Kuliner khas, kuliner hasil budidaya
dan kerajinan tangan dapat
menyumbangkan untuk ekowisata
Ancaman (threats)
1. Flora dan fauna sekitar kawasan
154