SKRIPSI
Oleh:
LIONARDO SETIAWAN
140405048
SKRIPSI
Oleh:
LIONARDO SETIAWAN
140405048
Lionardo Setiawan
NIM 140405048
i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini
merupakan Skripsi dengan judul “Pembuatan Sabun Transparan Berbasis
Minyak Kelapa dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera)
sebagai Bahan Antioksidan” berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan
di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai
ekonomi dari minyak kelapa dan lidah buaya dan penggunaannya dalam industri,
salah satunya dalam industri pembuatan sabun. Selain itu hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi referensi pada penelitian-penelitian yang akan datang.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Lilis Sukeksi, M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Zuhrina Masyithah, ST., M.Sc dan Bapak Bode Haryanto
ST., MT., Ph.D, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.Si., selaku Koordinator Penelitian
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D., IPM, selaku Ketua Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Maulida, ST., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
mata kuliah.
6. Seluruh Dosen/Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen
Teknik Kimia.
iv
Universitas Sumatera Utara
7. Meirany Sianturi selaku teman penelitian yang telah berkerja keras dan
bersabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Lionardo Setiawan
v
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI
vi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS
vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Lidah buaya merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kemampuan
antioksidan yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sabun
transparan berpengisi lidah buaya dan melihat bagaimana kemampuan aktivitas
antioksidan sabun dengan lidah buaya. Penelitian ini mencakup proses pre-
treatment lidah buaya yaitu pengupasan dan penghancuran gel lidah buaya,
kemudian pembuatan sabun dengan menggunakan minyak kelapa dan minyak
jarak, dengan variasi konsentrasi larutan alkali dan jumlah lidah buaya yang
digunakan. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa alkali bebas/
asam lemak bebas, kadar air, pH, tegangan permukaan, stabilitas busa, bilangan
penyabunan dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Pada analisa aktivitas
antioksidan, diperoleh bahwa pada konsentrasi larutan alkali 32% dan penambahan
𝜇𝑔
lidah buaya sebesar 30 gram, aktivitas antioksidan pada sabun bernilai 138,379 𝜇𝐿 ,
dimana menurut klasifikasi Blois termasuk ke dalam antioksidan sedang.
Kata kunci: aktivitas antioksidan, DPPH, klasifikasi Blois, lidah buaya, sabun
transparan
viii
Universitas Sumatera Utara
MAKING OF COCONUT OIL BASED TRANSPARENT
SOAP WITH ADDITION OF ALOE VERA EXTRACT
AS AN ANTIOXIDANT AGENT
ABSTRACT
Aloe vera is a plant that has high antioxidant ability. The amis of the study are to
make transparent soap filled with aloe vera and see how the antioxidant activity
ability of soap with aloe vera. This study consists of process of pre-treatment of
aloe vera, which is stripping and destroying aloe vera gel, then making soap using
coconut oil and castor oil, with variations in alkaline solution concentration and the
amount of aloe vera used. The analysis includes free alkali / free fatty acid analysis,
moisture content, pH, surface tension, foam stability, saponification number and
antioxidant activity using DPPH method. For analysis of antioxidant activity, it was
found that at an alkaline solution concentration of 32% and the addition of aloe vera
at 30 grams, antioxidant activity in soap was 138,379 μg / μL, which according to
the Blois classification was included in the moderate antioxidant.
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
PERSETUJUAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
DAFTAR SIMBOL xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN 2
1.4 MANFAAT PENELITIAN 3
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 SABUN 5
2.2 JENIS-JENIS SABUN 7
2.2.1 Sabun Cair 7
2.2.2 Sabun Padat 7
2.3 SABUN TRANSPARAN 8
2.4 FORMULASI SABUN TRANSPARAN 8
2.4.1 Minyak Kelapa 8
2.4.2 Minyak Jarak 10
x
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Natrium Hidroksida (NaOH) 11
2.4.4 Asam Stearat (C17H35COOH) 13
2.4.5 Etanol (C2H5OH) 13
2.4.6 Gliserin (C3H8O3) 14
2.4.7 Gula Pasir 15
2.4.8 Asam Sitrat 15
2.4.9 Lidah Buaya (Aloe vera) 16
2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PENYABUNAN 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19
3.1 ALAT DAN BAHAN 19
3.1.1 Alat 19
3.1.2 Bahan 19
3.2 LOKASI PENELITIAN 20
3.3 CARA KERJA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 20
3.3.1 Pembuatan Sabun Transparan 20
3.3.2 Pemeriksaan Bilangan Penyabunan 222
3.3.3 Pemeriksaan Kadar Air pada Sabun Transparan 22
3.3.4 Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas / Asam Lemak Bebas 23
3.3.5 Pengujian Tegangan Permukaan 23
3.3.6 Pengukuran Stabilitas Busa 24
3.3.7 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH 24
3.3.8 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode
DPPH 24
3.4 FLOWCHART PENELITIAN 26
3.4.1 Penyiapan Gel Lidah Buaya 26
3.4.2 Pembuatan Sabun Transparan 27
3.4.3 Analisa Bilangan Penyabunan 28
3.4.4 Analisa Kadar Air Sabun Transparan 29
3.4.5 Analisa Kadar Alkali Bebas 30
3.4.6 Pengujian Tegangan Permukaan 31
3.4.7 Pengukuran Stabilitas Busa 32
xi
Universitas Sumatera Utara
3.4.8 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH) 33
3.4.9 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode
DPPH 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
4.1 Penentuan Konsentrasi Larutan Gula 35
4.2 Analisa Kadar Alkali Bebas Sabun Transparan 35
4.3 Analisa Kadar Air Sabun Transparan 36
4.4 Analisa pH Sabun Transparan 38
4.5 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan 39
4.6 Analisa Stabilitas Busa Sabun Transparan 40
4.7 Analisa Tegangan Permukaan Sabun Transparan 41
4.8 Analisa Bilangan Penyabunan Sabun Transparan 43
4.9 Analisa Aktivitas Antioksidan Sabun Transparan 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46
5.1 KESIMPULAN 46
5.2 SARAN 46
DAFTAR PUSTAKA 47
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi Pembentukan Sabun Padat pada Umumnya 6
Gambar 2.2 Minyak Kelapa 10
Gambar 2.3 Minyak Jarak 11
Gambar 2.4 Natrium Hidroksida 12
Gambar 2.5 Asam Stearat 13
Gambar 2.6 Etanol 14
Gambar 2.7 Gliserin 14
Gambar 2.8 Gula Pasir 15
Gambar 2.9 Asam Sitrat 16
Gambar 2.10 Lidah Buaya (Aloe vera) 17
Gambar 3.1 Flowchart Penyiapan Gel Lidah Buaya 26
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Sabun Transparan 27
Gambar 3.3 Flowchart Analisa Bilangan Penyabunan 28
Gambar 3.4 Flowchart Analisa Kadar Air Sabun Transparan 29
Gambar 3.5 Flowchart Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas 30
Gambar 3.6 Flowchart Pengujian Tegangan Permukaan 31
Gambar 3.7 Flowchart Pengukuran Stabilitas Busa 32
Gambar 3.8 Flowchart Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH) 33
Gambar 3.9 Flowchart Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode
DPPH 34
Gambar 4.1 Sabun Transparan dengan Variasi Konsentrasi Larutan Gula 35
Gambar 4.2 Grafik Analisa Kadar Air Sabun Transparan 37
Gambar 4.3 Grafik Analisa pH Sabun Transparan 38
Gambar 4.4 Grafik Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan 39
Gambar 4.5 Grafik Analisa Stabilitas Busa Sabun Transparan 40
Gambar 4.6 Grafik Analisa Tegangan Permukaan Sabun Transparan 42
Gambar 4.7 Grafik Analisa Bilangan Penyabunan Sabun Transparan 43
Gambar 4.8 Grafik Analisis Aktivitas Antioksidan Sabun Transparan 44
Gambar L3.1 Foto Hasil Pembuatan Sabun Transparan 54
xiii
Universitas Sumatera Utara
Gambar L3.2 Foto Hasil Pengujian Kadar Air 54
Gambar L3.3 Foto Hasil Pengujian Tegangan Permukaan 55
Gambar L3.4 Foto Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas 55
Gambar L3.5 Foto Hasil Pengukuran Stabilitas Busa 56
Gambar L3.6 Foto Hasil Pengukuran Derajat Keasaman 56
Gambar L3.7 Foto Hasil Pengujian Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis 57
Gambar L3.8 Foto Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan 57
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Data Impor Sabun Transparan Indonesia 8
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa 9
Tabel 2.3 Fungsi Asam lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan 9
Tabel 2.4 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Jarak 11
Tabel 2.5 Komposisi Kimia Lidah Buaya (Aloe vera) dan Manfaatnya 17
Tabel 3.1 Syarat Mutu Sabun Mandi 21
Tabel L1.1 Hasil Pengujian pada Sabun Transparan 51
Tabel L4.1 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan 58
Tabel L4.2 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan 58
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 51
L1.1 Pengujian Sabun Transparan 51
LAMPIRAN 2 CONTOH PERHITUNGAN 52
L2.1 Perhitungan Kadar Air 52
L2.2 Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas 52
L2.3 Perhitungan Tegangan Permukaan 52
L2.4 Perhitungan Bilangan Penyabunan 53
L2.5 Perhitungan Stabilitas Busa 53
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI PENELITIAN 54
L3.1 Hasil Pembuatan Sabun Transparan 54
L3.2 Hasil Pengujian Kadar Air 54
L3.3 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan 55
L3.4 Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas 55
L3.5 Hasil Pengukuran Stabilitas Busa 56
L3.6 Hasil Pengukuran Derajat Keasaman 56
L3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis 57
L3.8 Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan 57
LAMPIRAN 4 HASIL UJI LABORATORIUM 58
L4.1 Pengujian Aktivitas Antioksidan 58
L4.2 Pengujian Tegangan Permukaan 58
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
xvii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SIMBOL
xviii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembuatan sabun secara umum, salah satu bahan baku yang sangat
potensial adalah minyak kelapa, karena mengandung asam laurat yang tinggi dan
vitamin E [5]. Asam laurat ini diperlukan dalam proses pembuatan sabun transparan
karena berfungsi untuk menghasilkan busa yang melimpah dan memberikan daya
pembersih yang tinggi [4]. Bahan tambahan yang dapat digunakan dalam pembuatan
sabun transparan adalah lidah buaya. Kandungan saponin dalam lidah buaya memiliki
kemampuan untuk membersihkan dan bersifat antiseptik. Selain itu, lidah buaya juga
mengandung accemanan yang berfungsi sebagai anti virus, anti bakteri dan anti jamur
yang dapat menghilangkan sel tumor dan meningkatkan daya tahan tubuh [7].
Pada lidah buaya juga terkandung vitamin dan juga flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang dapat menyumbangkan satu
atau lebih elektron kepada radikal bebas reaktif, sehingga membentuk radikal bebas
yang relatif lebih stabil [18].
Pada penelitian yang dilakukan oleh Gusviputri dkk (2013), diperoleh bahwa
jumlah penambahan lidah buaya yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan
antibakteri yang semakin tinggi, tetapi juga menyebabkan kadar alkali bebas yang
diperoleh semakin tinggi [7]. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Putri
(2014), dengan melakukan penambahan lidah buaya, diperoleh bahwa sifat
transparansi tertinggi didapatkan pada penambahan jumlah lidah buaya tertinggi[3].
2
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Membuat sabun padat transparan dengan bahan baku minyak kelapa dengan
penambahan lidah buaya sebagai bahan antioksidan.
2. Mengetahui pengaruh penambahan larutan gula terhadap ketransparanan
sabun yang dihasilkan.
3. Mengetahui pengaruh penambahan lidah buaya terhadap bilangan
penyabunan, kadar air, kadar alkali bebas, stabilitas busa, pH, tegangan
permukaan dan aktivitas antioksidan pada sabun transparan yang dihasilkan.
3
Universitas Sumatera Utara
(2) Suhu reaksi = 80˚C
(3) Waktu reaksi = 60 menit
2. Variabel berubah:
(1) Konsentrasi lidah buaya = 0; 10; 20; 30 gram
(2) Konsentrasi NaOH = 26% ; 28% ; 30% ; 32%
Adapun analisa yang akan dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan analisa tambahan adalah:
1. Analisa bilangan penyabunan
2. Analisa kadar air
3. Analisa kadar alkali bebas / asam lemak bebas
4. Analisa stabilitas busa
5. Analisa derajat keasaman (pH)
6. Analisa tegangan permukaan
7. Analisa aktivitas antioksidan
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabun
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dengan berbagai asam
lemak alami, yang pembuatannya menurut Gunstone et al (1986) telah berkembang
dari proses tradisional hingga menjadi proses kimia yang canggih. Bukti dari
pembuatan sabun membawa kita kembali ke zaman Mesir dan Babylonia. Beberapa
abad lalu campuran mentah dari lemak hewan dan abu tanaman beralkali ditemukan
untuk menghasilkan sabun mentah yang dapat berbusa dan membersihkan secara
efektif [8].
Sabun yang secara kimia dikenal sebagai alkil karboksilat merupakan
pembersih kulit yang tertua. Teknologi untuk pembuatan sabun telah berkembang dari
hanya berfungsi sebagai pembersih hingga mengandung bahan pelembab yang dapat
melembabkan, memberikan kelembutan dan efek lain terhadap kesehatan kulit.
Formula sabun sendiri telah mengalami perubahan dan peningkatan dengan
penambahan bahan aktif yang bertindak sebagai antioksidan, seperti asam askorbat,
palmitat, dan sebagainya [9].
Selain itu, sabun memiliki keistimewaan tertentu, yaitu jika dilarutkan dalam
air, akan bersifat surfaktan (surface active agent) yaitu menurukan tegangan
permukaan air, yang bersifat sebagai pembersih. Molekul sabun tersusun dari ”ekor”
alkil yang non-polar (larut dalam minyak) dan”kepala” ion karboksilat yang polar
(larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun memiliki daya pembersih.
Ketika kita mandi atau mencuci dengan menggunakan sabun, “ekor” non-polar dari
sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Hal ini
mengakibatkan tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air akan
jauh lebih mudah untuk menarik kotoran [4].
Pada umumnya sabun dibedakan atas dua bentuk yaitu sabun padat dan cair.
Perbedaan utama dari kedua bentuk sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam
reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik
(NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali.
5
Universitas Sumatera Utara
Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang
merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida melalui reaksi dengan NaOH maupun
KOH yang akan menghasilkan produk utama berupa sabun dan juga produk samping
yang berupa Gliserin [10]. Proses ini merupakan proses yang paling tua dan mudah di
antara proses-proses yang ada, karena bahan baku untuk proses ini sangat mudah
diperoleh, dari yang dulu hanya menggunakan lemak hewan, kini juga telah digunakan
lemak nabati[16].
Adapun reaksi pembentukan sabun adalah [11]:
6
Universitas Sumatera Utara
dilakukan terhadap minyak yang pada suhu kamar memang sudah berbentuk
cair.
Dalam proses ini, Gliserin yang dihasilkan tidak dipisahkan namun
dibiarkan dalam campuran sabun tersebut. Hal ini dikarenakan kandungan
Gliserin dapat memberikan efek kelembaban pada kulit sehinggan menjadi
nilai tambah pada sabun yang dihasilkan.
3. Metode semi-panas
Teknik ini merupakan modifikasi dari cara dingin. Perbedaannya hanya
terletak pada penggunaan panas 70-80oC. Cara ini memungkinkan pembuatan
sabun hanya dengan lemak bertitik leleh lebih tinggi.
7
Universitas Sumatera Utara
2.3 Sabun Transparan
Sabun transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan sabun
terlihat lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus
dibandingkan dengan sabun opaque. Ketransparanan sabun dipengaruhi oleh
kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun.. Kandungan gliserin baik untuk
kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada
sabun [6].
Menurut Hambali et, al (2005) dalam pembuatan sabun transparan digunakan
formulasi campuran antara Asam Stearat, minyak kelapa, NaOH, Gliserin, Etanol, gula
pasir, Cocoamide DEA, Natrium Klorida (NaCl), Asam Sitrat, pewangi, dan air [3].
Tabel 2.1 Data Impor Sabun Transparan Indonesia [15]
No Tahun Impor (Ton/Tahun)
1 2000 226
2 2001 265
3 2002 293
4 2003 317
5 2004 336
6 2005 378
7 2006 375
8 2007 380
9 2008 395
10 2009 414
Tabel 2.1 memperlihatkan data impor sabun transparan di Indonesia dari tahun
2000 hingga 2009. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa setiap tahun impor sabun
transparan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sabun transparan mulai
diminati oleh masyarakat Indonesia.
8
Universitas Sumatera Utara
Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30-
35%, atau kandungan minyak dalam kopra berkisar 63-72%. Minyak kelapa
sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun
atas berbagai asam lemak dan 90% di antaranya merupakan asam lemak jenuh.
Komposisi asam lemak pada minyak kelapa dapat dilihat pada berikut.
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa [7]
Kategori
Jenis Asam Rumus
No Asam Kandungan (%)
Lemak Molekul
Lemak
1 Asam Kaproat C5H11COOH Jenuh 0,2-0,8
2 Asam Kaprilat C7H15COOH Jenuh 6-9
3 Asam Kaprat C9H19COOH Jenuh 6-10
4 Asam Laurat C11H23COOH Jenuh 46-50
5 Asam Miristat C13H27COOH Jenuh 17-19
6 Asam Palmitat C15H31COOH Jenuh 8-10
7 Asam Stearat C17H35COOH Jenuh 2-3
8 Asam Oleat C17H33COOH Tidak Jenuh 5-7
9 Asam Linoleat C17H31COOH Tidak Jenuh 1-2,5
Tabel 2.2 memperlihatkan komposisi asam lemak yang terdapat pada minyak
kelapa. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kandungan utama dalam minyak
kelapa adalah asam laurat yang merupakan asam lemak jenuh dengan persentase 46%
hingga 50%.
Adapun fungsi dari asam lemak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Fungsi Asam Lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan [4]
No Asam Lemak Fungsi
1 Asam Laurat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa
lembut
2 Asam Miristat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa
lembut
3 Asam Palmitat Mengeraskan, menstabilkan busa
4 Asam Stearat Mengeraskan, menstabilkan busa, melembabkan
5 Asam Oleat Melembabkan
6 Asam Linoleat Melembabkan
Tabel 2.3 memperlihatkan beberapa jenis asam lemak yang sering ditemukan
dalam minyak nabati. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa fungsi penggunaan
9
Universitas Sumatera Utara
minyak kelapa yang mengandung asam laurat yang tinggi dalam pembuatan sabun
adalah untuk menghasilkan sabun yang keras, memiliki daya bersih yang tinggi dan
busa yang lembut.
10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Jarak [14]
Kategori
Jenis Asam Kandungan
No Rumus Molekul Asam
Lemak (%)
Lemak
1 Asam Palmitat C15H31COOH Jenuh 2
2 Asam Stearat C17H35COOH Jenuh 1
Asam
3 C7H14OHC10H18COOH TIdak Jenuh 87
Risinoleat
4 Asam Oleat C17H33COOH Tidak Jenuh 7
5 Asam Linoleat C17H31COOH Tidak Jenuh 3
11
Universitas Sumatera Utara
berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis. Ion-ion dari NaOH bereaksi dengan
asam lemak membentuk sabun[12].
12
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Asam Stearat (C17H35COOH)
Asam stearat merupakan asam lemak yang terdiri dari 18 atom Karbon (C) dan
tidak memiliki gugus rangkap pada ikatannya atau jenuh dan memiliki wujud padat
dan berwarna putih kekuningan pada suhu ruangan [23].
13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Etanol
Gambar 2.6 merupakan gambar salah satu bahan pendukung untuk
pembentukan struktur transparan dalam pembuatan sabun yaitu Etanol. Dalam
pembuatan sabun, etanol berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut
dalam air dan lemak. Hal ini dikarenakan gugus OH pada etanol dapat melarutkan
molekul polar dan ion-ion, sedangkan gugus alkilnya dapat mengikat bahan non-polar
[25]. Selain sebagai pelarut etanol juga berfungsi sebagai pemberi efek transparan dan
pengawet yang dapat menghambat timbulnya ketengikan pada berbagai produk
berbahan baku minyak/lemak [23].
14
Universitas Sumatera Utara
1. Wujud : cairan bening
2. Berat molekul : 92,09 g/mol
3. Titik didih : 290oC
4. Titik leleh : 19oC
15
Universitas Sumatera Utara
Asam sitrat merupakan senyawa organik yang pertama kali diisolasi dan dikristalkan
oleh Scheele pada tahun 1784 dari sari buah jeruk kemudian dibuat secara komersial
pada tahun 1860 di Inggris.
Pada suhu kamar, asam sitrat berbentuk bubuk kristal putih terdiri dari asam
sitrat yang tidak berair (anhidrat) atau sebagai monohidrat (satu molekul air dalam
setiap molekul asam sitrat). Asam sitrat anhidrat mengkristal dari air panas sedangkan
monohidrat dikristalkan dari air dingin. Asam sitrat monohidrat dapat dikonversi
menjadi anhidrat melalui pemanasan di atas 74oC.
16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10 Lidah Buaya (Aloe vera)
Gambar 2.10 merupakan gambar salah satu bahan aditif/tambahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan sabun yaitu lidah buaya. Ekstrak daging daun lidah buaya
mengandung sekitar 75 senyawa bioaktif yang di antaranya terdiri dari polisakarida,
glikoprotein, flavonoid, aloesin, saponin, vitamin A, vitamin B, vitamin B12, vitamin
C, vitamin E serta asam amino. Getah daging daun lidah buaya juga mengandung 22
asam amino yang di antaranya adalah asam amino esensial yang tidak bias diproduksi
oleh tubuh. Selain itu daging daun lidah buaya juga bersifat antikanker.
Karboksipeptidase yang terdapat pada daging daun lidah buaya bersifat antiinflamasi,
hemiselulose dan mannan berfungsi untuk pertumbuhan dan perbaikan kulit.
Polisakarida dan flavonoid juga bersifat sebagai antioksidan [18].
Adapun beberapa kandungan dalam lidah buaya dan manfaatnya dapat dilihat
pada tabel berikut [13]:
Tabel 2.5 Komposisi Kimia Lidah Buaya (Aloe vera) dan Manfaatnya
No Komponen Manfaat
1 Anthraquinone Antibakteri, analgesik
2 Saponin Antiseptik
3 Asam Salisilat Analgesik
4 Steroid Analgesik, antiseptik
5 Vitamin Antioksidan
Tabel 2.5 menunjukkan beberapa komponen yang terdapat dalam tanaman
lidah buaya beserta dengan manfaat yang dapat diperoleh. Selain komponen di atas,
lidah buaya juga mengandung Accemanan yang berfungsi sebagai anti virus, anti
bakteri dan anti jamur. Berdasarkan penelitian, Accemanan juga dapat menghilangkan
sel tumor dan meningkatkan daya tahan tubuh [7].
17
Universitas Sumatera Utara
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyabunan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain [7]:
1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi alkali yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri
reaksinya, di mana penambahan alkali yang dilakukan sedikit berlebih agar reaksi
penyabunan dapat terjadi lebih sempurna. Jika alkali yang digunakan terlalu pekat
akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan, sehingga fasenya tidak homogen,
sedangkan jika basa yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan
waktu yang lebih lama.
2. Suhu (T)
Kenaikan suhu operasi akan meningkatkan konversi reaksi dari reaktan
menjadi produk yang terbentuk. Akan tetapi kenaikan suhu yang berlebihan akan
menurunkan konversi produk yang diinginkan. Hal ini dikarenakan proses saponifikasi
merupakan proses eksotermis, sehingga pemberian panas yang berlebih akan
menyebabkan reaksi bergeser ke kiri (reaktan).
3. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-
molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar,
maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar sehingga produk yang dihasilkan
lebih banyak.
4. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang
dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi
telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan
jumlah minyak yang tersabunkan.
18
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.2 Bahan
1. 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)
2. Aquadest
3. Asam klorida
4. Asam sitrat
5. Asam stearat
19
Universitas Sumatera Utara
6. Etanol
7. Gliserol
8. Gula Pasir
9. Indikator phenolfthalein
10. Lidah buaya (Aloe vera)
11. Metanol
12. Minyak jarak
13. Minyak kelapa
14. Natrium Hidroksida
15. Natrium Klorida
16. Pewangi
17. Pewarna
20
Universitas Sumatera Utara
gula dan asam sitrat ke dalam campuran sambil diaduk lebih kurang 5 menit. Setelah
itu tambahkan pewarna dan pewangi dan aduk hingga campuran homogen. Setelah
sabun dasar transparan selesai dibuat, tambahkan lidah buaya sesuai dengan formula
yang telah ditentukan. Setelah itu campuran dituang dalam cetakan dan dibiarkan 24
jam. Setelah 24 jam, sabun dilakukan proses curing selama lebih kurang 3-4 minggu.
Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Minyak kelapa = 40 gram
2. Minyak jarak = 30 gram
3. Larutan NaOH 26%; 28%; 30%; 32% = 35 gram
4. Etanol = 30 mL
5. Gliserol = 30 mL
6. Larutan gula 70% = 60 mL
7. Lidah buaya = 0 gram; 10 gram; 20 gram; 30 gram
8. Asam Stearat = 10 gram
9. Asam Sitrat = 1 gram
10. Pewarna = secukupnya
11. Pewangi = secukupnya
Menurut Standar Nasional Indonesia, mutu sabun mandi yang harus terpenuhi
adalah sebagai berikut [20]:
Tabel 3.1 Syarat Mutu Sabun Mandi
No Uraian Tipe I Tipe II Superfat
1 Kadar air, % Maks 15 Maks 15 Maks 15
2 Jumlah asam lemak, % >70 64-70 >70
3 Alkali bebas
-dihitung sebagai NaOH, % Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1
- dihitung sebagai KOH, % Maks 0,14 Maks 0,14 Maks 0,14
4 Asam lemak bebas dan atau lemak
<2,5 <2,5 2,5-7,5
netral, %
5 Minyak mineral Negatif Negatif Negatif
21
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Pemeriksaan Bilangan Penyabunan
Analisa bilangan penyabunan dilakukan dengan menimbang sebanyak ± 2 gram
sampel minyak dan kemudian ditambahkan 25 mL Kalium Hidroksida (KOH)
alkoholis 0,5 N. Campuran dimasukkan ke dalam labu dan labu kemudian
dihubungkan refluks condenser dan dipanaskan di atas penangas air serta diaduk
dengan menggunakan stirrer selama 1 jam. Selanjutnya larutan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan 0,5 – 1 ml tetes indikator phenolphthalein (PP) ke dalam
larutan tersebut dan dititrasi dengan Asam Klorida (HCl) 0,5 N sampai warna berubah
menjadi tidak berwarna. Lakukan penetapan duplo dan blanko.
Hasilnya dihitung dengan rumus [21]:
56,1 × T × (V0 -V1 )
Bilangan penyabunan =
M
Keterangan:
V0 = volume titrasi blanko
V1 = volume titrasi sampel
T = normalitas HCl
M = berat sampel
Setelah sabun transparan selesai dibuat dan dicetak, sabun akan diuji untuk
melihat apakah sabun yang diperoleh telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI). Pemeriksaan/pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
3.3.3 Pemeriksaan Kadar Air pada Sabun Transparan
Timbang dengan teliti lebih kurang 4 gram contoh yang telah disiapkan, dengan
menggunakan botol timbang yang telah diketahui berat tetapnya. Panaskan dalam
lemari pengering pada suhu 105oC selama 2 jam sampai berat tetap.
Hasilnya dihitung dengan rumus [20]:
W1 – W2
Kadar air (%) = ×100%
W
Keterangan:
W1 = berat contoh + botol timbang
W2 = berat contoh setelah pengeringan
W = berat contoh
22
Universitas Sumatera Utara
3.3.4 Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas
Siapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 ml alkohol dalam labu
Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 0,5 ml penunjuk phenolphtalein dan dinginkan sampai
suhu 70° C kemudian netralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol. Timbang dengan
teliti lebih kurang 5 g contoh dan masukkan ke dalam alkohol netral di atas, tambahkan
batu didih, pasang pendingin tegak dan panasi agar cepat larut di atas penangas air,
didihkan selama 30 menit. Apabila larutan tidak bersifat alkalis (tidak berwarna
merah), dinginkan sampai suhu 70°C dan titan dengan larutan HCl 0,1 N dalam
alkohol, sampai warna merah tepat hilang.
Hasilnya dihitung dengan rumus [20]:
V × N × 0,04
% alkali bebas = ×100%
g contoh
Keterangan:
V = volume titrasi HCl (ml)
N = normalitas HCl (N)
23
Universitas Sumatera Utara
3.3.6 Pengukuran Stabilitas Busa
Sabun sebanyak 1 gram dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml
aquadest, kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit. Busa yang terbentuk
diukur tingginya menggunakan penggaris (tinggi busa awal). Tinggi busa diukur
kembali setelah 1 jam (tinggi busa akhir), kemudian stabilitas busa dihitung dengan
rumus [10]:
Stabilitas Busa = 100% - (% busa yang hilang)
tinggi busa awal − tinggi busa akhir
Busa yang hilang = ×100%
tinggi busa awal
2. Larutan seri
a) 5 ppm
25 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
24
Universitas Sumatera Utara
b) 10 ppm
50 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
c) 25 ppm
125 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
d) 50 ppm
250 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
e) 100 ppm
500 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
Semua sampel dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit
dan diukur serapannya pada spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang
517 nm. Aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus [31]:
serapan blanko-serapan sampel
% hambatan= x 100%
serapan blanko
Nilai IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear dari DPPH
yaitu Y = a + bx, dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji sedangkan sumbu Y
adalah %IC. Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50%) dinyatakan sebagai konsentrasi
suatu bahan antioksidan yang dapat menyebabkan 50% radikal bebas DPPH
kehilangan karakter radikal.
25
Universitas Sumatera Utara
3.4 FLOWCHART PENELITIAN
3.4.1 Penyiapan Gel Lidah Buaya
Mulai
Selesai
26
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pembuatan Sabun Transparan
Mulai
Selesai
27
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Analisa Bilangan Penyabunan
Mulai
Selesai
28
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Analisa Kadar Air Sabun Transparan
Mulai
Selesai
29
Universitas Sumatera Utara
3.4.5 Analisa Kadar Alkali Bebas
Mulai
Selesai
Gambar 3.5 Flowchart Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas
30
Universitas Sumatera Utara
3.4.6 Pengujian Tegangan Permukaan
Mulai
Selesai
31
Universitas Sumatera Utara
3.4.7 Pengukuran Stabilitas Busa
Mulai
Selesai
32
Universitas Sumatera Utara
3.4.8 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH)
Mulai
Selesai
33
Universitas Sumatera Utara
3.4.9 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Mulai
PembuatanPUSTAKA
DAFTAR larutan DPPH
Selesai
34
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
35
Universitas Sumatera Utara
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1994 tentang sabun mandi padat,
kadar alkali bebas yang diperbolehkan adalah 0,1%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusviputri dkk (2013), didapatkan
bahwa semakin bertambah konsentrasi lidah buaya yang digunakan (0 gram; 5 gram;
10 gram; 15 gram; 20 gram), maka akan menurunkan kadar alkali bebas. Dalam
penelitian ini, tidak terdapat kadar alkali bebas pada sabun setelah 2 minggu
penyimpanan (kadar alkali bebas 0%), yang ditandai dengan tidak terjadinya
perubahan warna larutan sabun menjadi merah muda setelah penambahan indikator
phenolphthalein.
. Hal ini dikarenakan lidah buaya yang memiliki nilai pH ± 3,5 mengalami
penetralan oleh NaOH pada saat proses pembuatan sabun [7]. Selain itu, tidak adanya
kadar alkali bebas pada sabun dapat juga disebabkan oleh adanya bahan tambahan lain
yaitu asam stearat dan asam sitrat yang bereaksi dengan NaOH sehingga alkali yang
dibutuhkan dalam penyabunan menjadi berkurang dan mengakibatkan terdapatnya
kadar asam lemak bebas pada sabun.
36
Universitas Sumatera Utara
30
25
Kadar Air (%)
20
Lidah buaya 0 gram
15
Lidah buaya 10 gram
10 Lidah buaya 20 gram
5
Lidah buaya 30 gram
0
26% 28% 30% 32%
Alkali
Gambar 4.2 Grafik Analisa Kadar Air Sabun Transparan
Gambar 4.2 di atas menunjukkan hasil analisa kadar air sabun transparan. Dari
grafik tersebut dapat dilihat bahwa dengan peningkatan konsentrasi alkali yang
digunakan, kadar air yang dihasilkan semakin berkurang, tetapi setiap penambahan
lidah buaya yang digunakan, kadar air yang dihasilkan semakin meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hambali dkk (2004), penambahan
lidah buaya sebesar 5%, 10%, 15% dan 20% mengakibatkan peningkatan kadar air
pada sabun transparan yang dihasilkan. Hasil analisa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa kadar air yang diperoleh berkisar antara 13,52% hingga 26,715%
dan hasil kadar air tanpa penambahan lidah buaya pada sabun lebih rendah
dibandingkan dengan sabun dengan penambahan lidah buaya.
Menurut SNI, kadar air pada sabun padat maksimal sebesar 15%. Berdasarkan
standar ini, hanya sabun transparan dengan konsentrasi larutan alkali 30% dan 32%
tanpa penambahan lidah buaya yang sesuai dengan standar SNI. Hal ini dapat
dikarenakan adanya bahan-bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan sabun
padat transparan yang tidak digunakan pada sabun padat biasa yang bersifat
higroskopis seperti gliserin, larutan gula dan etanol. Adanya penambahan lidah buaya
yang memiliki sifat serupa dan kadar air yang mencapai 99,51% pada gelnya juga
dapat meningkatkan kadar airnya [7]. Penambahan bahan-bahan tersebut
mengakibatkan sabun yang dihasilkan mudah menyerap uap air dari udara sehingga
mengakibatkan kadar air yang dihasilkan melebihi standar yang ditetapkan dalam SNI.
37
Universitas Sumatera Utara
4.4 Analisa pH Sabun Transparan
Rata-rata derajat keasaman dari sabun berkisar antara 10-11 [6] dan kriteria pH
sabun menurut ASTM 2001 berkisar antara 9-11 [26]. pH atau derajat keasaman
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat,
larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7
menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan
keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan
derajat kebasaan tertinggi [32]. Berikut grafik yang menunjukkan variasi konsentrasi
alkali dan bahan aditif terhadap derajat keasaman sabun transparan yang dihasilkan:
9,3
9,2
Lidah buaya 0 gram
9,1
9,0 Lidah buaya 10 gram
8,9 Lidah buaya 20 gram
pH
38
Universitas Sumatera Utara
4.5 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam sabun, tetapi tidak
terikat sebagai senyawa natrium ataupun senyawa trigliserida. Adanya asam lemak
bebas dalam sabun dapat mengurangi kemampuan membersihkan sabun. Menurut SNI
tahun 1994 tentang sabun mandi padat, jumlah asam lemak bebas yang diperbolehkan
dalam sabun untuk tipe I dan tipe II adalah maksimal 2,5%. Berikut grafik yang
menunjukkan variasi konsentrasi alkali dan bahan aditif terhadap kadar asam lemak
bebas sabun transparan yang dihasilkan:
0,9
Asam Lemak Bebas (%)
0,8
0,7
0,6
0,5 Lidah buaya 0 gram
0,4 Lidah buaya 10 gram
0,3 Lidah buaya 20 gram
0,2 Lidah buaya 30 gram
0,1
0
26% 28% 30% 32%
Alkali
Gambar 4.4 Grafik Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan
Gambar 4.4 menunjukkan hasil analisa kadar asam lemak bebas yang terdapat
pada sabun transparan. dari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan konsentrasi
alkali yang digunakan akan menurunkan kadar asam lemak bebas, tetapi penambahan
lidah buaya yang dilakukan akan menaikkan kadar asam lemak bebasnya. Dari hasil
analisa diperoleh kadar asam lemak bebas berkisar antara 0,332% hingga 0,812%
dimana kadar asam lemak bebas pada sabun dengan penambahan lidah buaya lebih
tinggi dibandingkan dengan sabun tanpa penambahan lidah buaya.
Hal ini dapat dikarenakan oleh adanya kandungan asam-asam amino dan asam
lainnya yang terdapat dalam lidah buaya seperti salicyclic acid, aloetic acid,
chrysophanic acid, cinnamonic acid dan lainnya yang mempengaruhi proses
penyabunan dalam pembuatan sabun transparan. Selain itu, tingginya kadar asam
39
Universitas Sumatera Utara
lemak bebas juga dapat disebabkan oleh penambahan asam stearat dan juga asam sitrat
sebagai salah satu formula pembuatan sabun transparan. Penggunaan senyawa asam
yang tidak sebanding dengan jumlah alkali menyebabkan asam menjadi berlebih dan
tertinggal dalam sabun. Hasil analisa kadar asam lemak bebas pada sabun transparan
yang diperoleh telah sesuai dengan SNI dimana kadar asam lemak bebasnya tidak
melebihi 2,5%.
100
90
80
Stabilitas Busa (%)
70
60
Lidah buaya 0 gram
50
40 Lidah buaya 10 gram
30 Lidah buaya 20 gram
20 Lidah buaya 30 gram
10
0
26% 28% 30% 32%
Alkali
40
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan stabilitas busa akibat penambahan lidah buaya disebabkan oleh
adanya kandungan saponin dalam lidah buaya. Saponin adalah zat/senyawa yang
memiliki kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptik. Saponin memiliki
karakteristik seperti buih, sehingga jika dikocok bersama air akan membentuk buih
yang dapat bertahan lama. Kandungan saponin dalam lidah buaya sekitar 5,651%
dalam 100 gram gel lidah buaya [7].
Hal yang membedakan hasil stabilitas busa pada penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hambali dapat dikarenakan adanya pemanasan hingga
suhu 70oC hingga 80oC pada lidah buaya oleh Hambali sebelum ditambahkan pada
larutan sabun, sehingga saponin yang tidak tahan terhadap panas berlebih mengalami
kerusakan.
41
Universitas Sumatera Utara
30,0
Tegangan Permukaan
29,5
29,0
28,5
28,0
26% 28% 30% 32%
Alkali
Gambar 4.6 di atas menunjukkan hasil analisa tegangan permukaan pada sabun
transparan dengan penambahan lidah buaya sebesar 20 gram. Tegangan permukaan
untuk air pada analisa ini adalah 59,33 dyne/cm, sementara hasil analisa tegangan
permukaan pada air yang dilakukan oleh Jannah (2009) menunjukkan bahwa nilai
tegangan permukaan air adalah sebesar 58,35 dyne/cm. Hasil analisa tegangan
permukaan pada sabun transparan berkisar antara 28,5 dyne/cm hingga 29,5 dyne/cm.
Sabun merupakan senyawa yang bersifat surfaktan jika dilarutkan dalam air.
Molekulnya terdiri dari bagian ekor yang dapat larut dalam minyak dan bagian kepala
yang dapat larut dalam air. Ketika sabun digunakan dalam proses mencuci, bagian
ekornya akan menempel pada kotoran dan bagian kepalanya akan menempel pada air.
Hal ini menyebabkan tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air
akan lebih mudah untuk menarik kotoran [4].
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa penambahan lidah buaya mampu
menurunkan tegangan permukaan sabun. Hal ini dapat dikarenakan adanya kandungan
saponin dalam lidah buaya yang bersifat sebagai agen pembersih sehingga
meningkatkan kemampuan membersihkan dalam sabun dan menurunkan tegangan
permukaannya [7]. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannah
(2009) dimana pada pembuatan sabun dengan penambahan madu, semakin tinggi
konsentrasi madu yang ditambahkan maka semakin rendah tegangan permukaannya.
42
Universitas Sumatera Utara
4.8 Analisa Bilangan Penyabunan Sabun Transparan
Bilangan penyabunan adalah banyaknya alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah minyak. Semakin tinggi bilangan penyabunan menunjukkan
semakin tinggi pula kadar asam lemak bebas pada minyak sehingga alkali yang
dibutuhkan untuk menyabunkan minyak tersebut juga akan semakin banyak [34].
Berikut grafik yang menunjukkan variasi konsentrasi alkali dan bahan aditif terhadap
bilangan penyabunan sabun transparan yang dihasilkan:
130
120
Bilangan Penyabunan
110
100
Lidah buaya 0 gram
90
Lidah buaya 10 gram
80 Lidah buaya 20 gram
70 Lidah buaya 30 gram
60
50
26% 28% 30% 32%
Alkali
43
Universitas Sumatera Utara
memiliki kandungan senyawa asam, meyebabkan jumlah asam dalam larutan sabun
menjadi lebih banyak. Tingginya kadar asam lemak bebas pada sabun dapat
dikarenakan adanya kandungan asam pada lidah buaya itu sendiri, kandungan asam
lemak bebas pada minyak yang digunakan, dan juga kandungan asam dari formula
pembuatan sabun yang digunakan, seperti asam stearat dan juga asam sitrat.
Penggunaan asam berlebih yang tidak disesuaikan dengan penggunaan alkali menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kadar asam lemak bebas yang
dihasilkan.
70 R² = 0,9839
60
50
40
30
20
10
0
5 10 25 50 100
Konsentrasi (ppm)
44
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan % hambatan DPPH oleh antioksidan dalam sabun. Dalam analisa ini
digunakan konsentrasi uji sebesar 5; 10; 25; 50 dan 100 ppm dan diperoleh %
hambatan sebesar 30,886% hingga 69,367%.
Untuk menentukan IC50 (inhibition concentration 50%) maka akan digunakan
persamaan regresinya, dengan cara mengganti sumbu y dengan angka 50 dan dihitung
nilai x menggunakan matematika. Dimana:
y = 0,193x + 23,164
50 = 0,193x + 23,164
50 – 23,164 = 0,193x
26,836 = 0,193x
26,836
x= = 138,379 𝜇𝑔/𝜇𝐿
0,193
45
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali menurunkan kadar
alkali bebas pada sabun yang dihasilkan.
2. Hasil kadar air terbaik diperoleh pada formula konsentrasi larutan alkali
30% dan 32% tanpa penambahan lidah buaya, masing-masing 14,910% dan
13,520%.
3. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali menurunkan nilai pH
pada sabun yang dihasilkan.
4. Peningkatan konsentrasi lidah buaya meningkatkan kadar asam lemak bebas
pada sabun, tetapi peningkatan konsentrasi larutan alkali menurunkan kadar
asam lemak bebas pada sabun.
5. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali meningkatkan
stabilitas busa pada sabun.
6. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali menurunkan
tegangan permukaan pada sabun.
7. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali menurunkan
bilangan penyabunan pada sabun.
8. Penambahan lidah buaya menurunkan aktivitas antioksidan pada sabun.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan peningkatan konsentrasi larutan alkali mengingat nilai
kadar air yang dihasilkan masih melebihi standar SNI.
2. Perlu dilakukan pengujian kandungan senyawa antioksidan pada sabun
transparan untuk melihat konsentrasi senyawa antioksidannya, misalnya
flavonoid.
46
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
[1] Widyasanti, Asri dan Anditya Husnul Hasna. 2016. Kajian Pembuatan Sabun
Padat Transparan Basis Minyak Kelapa Murni Dengan Penambahan
Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 19(2), hal
179-195.
[2] Kasor, Fatimah. 2015. Pengaruh Penggunaan Virgin Coconut Oil (Vco) Sebagai
Emolient Terhadap Sifat Fisik Dan Stabilitas Vitamin C Dalam Sabun
Transparan. Tugas Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta: Surakarta.
[3] Putri, Ike Anjani Roso. 2014. Pengaruh Penambahan Sari Aloe Vera Terhadap
Sifat Fisik Dan Masa Simpan Sediaan Sabun Transparan Untuk Wajah. E-
journal, vol. 03 no. 02 Edisi Yudisium, hal 23-29.
[4] Usmania, Irma Diah Ayu dan Widya Rahma Pertiwi. 2012. Pembuatan Sabun
Transparan Dari Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil). Tugas Akhir.
Program Studi Diploma III Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
[5] Dyartanti, Endah Retno, Nesia Angela Cristi dan Irwan Fauzi. 2014. Pengaruh
Penambahan Minyak Sawit pada Karakteristik Sabun Transparan. Jurnal
EKUILIBRIUM vol. 13 no. 2 hal: 41-44.
[6] Widyasanti, Asri, Chinty Listiarsi Farddani dan Dadan Rohdiana. 2016.
Pembuatan Sabun Padat Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit
(Palm Oil) Dengan Penambahan Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih (Camellia
sinensis). Jurnal Teknik Pertanian Lampung, vol.5 no. 3: 125-136.
[7] Gusviputri, Arwinda, Njoo Meliana P.S., Aylianawati dan Nani Indraswati. 2013.
Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Antiseptik
Alami. Widya Teknik vol. 12, no. 1, hal 11-21.
[8] Warra, A.A., L.G. Hassan, S.Y. Gunu and S.A. Jega. 2010. Cold-Processes
Synthesis and Properties of Soaps Prepared from Different Tryacylglycerol
Sources. Nigerian Journal of Basic and Applied Science, page 315-321.
[9] Borhan, Farrah Payyadhah, Siti Salwa Abd Gani and Rosnah Shamsuddin. 2014.
The Use of D-Optimal Mixture Design in Optimising Okara Soap
47
Universitas Sumatera Utara
Formulation for Stratum Corneum Application. The Scientific World
Journal. http://dx.doi.org/10.1155/2014/173979.
[10] Jannah, Barlianty. 2009. Sifat Fisik Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi
Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
[11] Onyegbado, C.O, Iyagba E.T. and Offor O.J. 2002. Solid Soap Production Using
Plantain Peel Ash as Source of Alkali. Journal of Applied Sciences &
Environmental Management, Vol. 6, No. 1, page 73-77.
[12] Qisty, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi
Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
[13] Sahu, Pankaj K., Deen Dayal Giri, Ritu Singh, Priyanka Pandey, Sharmistha
Gupta, Atul Kumar Shrivastava. Ajay Kumar and Kapil Dev Pandey. 2013.
Therapeudic and Medicinal Uses of Aloe vera: A Review. Pharmacology &
Pharmacy, vol 4, page 599-610.
[14] Kusumaningsih, Triana, Pranoto dan Ragil Saryoso. 2006. Pembuatan Bahan
Bakar Biodiesel dari Minyak Jarak: Pengaruh Suhu dan Konsentrasi KOH
pada Reaksi Transesterifikasi Berbasis Katalis Basa. Jurnal Bioteknologi
no 1, hal 20-26. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
[15] Nurjannah. 2011. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Transparan dari
Minyak Kelapa Sawit dan VCO dengan Kapasitas 150.000 ton/tahun. Tugas
Akhir. Universitas Sumatera Utara: Medan.
[16] Lubis, Ade Friadi. 2009. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Transparan
dari RBDPs dengan Kapasitas 600.000 ton/tahun. Tugas Akhir. Universitas
Sumatera Utara: Medan.
[17] Shinthia, Mega. 2016. Pembuatan Sabun Transparan (Rasio Tallow-Minyak
Kelapa-Minyak Jagung). Tugas Akhir. Politeknik Negeri Palembang:
Palembang.
[18] Aji, Rahman Mukti. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Daging Daun
Lidah Buaya menggunakan Metode DPPH. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.
48
Universitas Sumatera Utara
[19] Novitasari. 2016. Formula Pembuatan Sabun Transparan dengan Penambahan
Kulit Pisang Ambon dan Sumbangsihnya pada Materi Pemanfaatan Limbah
Organik di Kelas X SMA/MA. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden
Fatah: Palembang.
[20] SNI. 1994. SNI 06-3532-1994: Sabun Mandi. Jakarta: Balai Standarisasi
Nasional.
[21] SNI. 1998. SNI 01-3555-1998: Cara Uji Minyak dan Lemak. Jakarta: Balai
Standarisasi Nasional.
[22] Lestari, Yunita Ayu. 2014. Pengaruh Temperatur dan Kecepatan Pengadukan
Sludge Industri Minyak Kelapa Sawit dalam Produksi Minyak untuk
Pembuatan Sabun Cair. Tugas Akhir. Politeknik Negeri Sriwijaya:
Palembang.
[23] Nugraha, Febriyawati Cahyanty. 2015. Pengaruh Nisbah Konsentrasi Minyak
Kelapa - Asam Stearat dan Nisbah Konsentrasi Gula Pasir – Etanol
terhadap Karakteristik Sabun Sereh. Skripsi. Universitas Udayana: Bali.
[24] Luna, Prima. 2011. Optimasi Sintesis Monolaurin Menggunakan Katalis Enzim
Lipase Imobil pada Circulated Packed Bed Reactor. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
[25] Aziz, Tamzil, Ratih Cindo K.N., dan Asima Fresca. 2009. Pengaruh Pelarut
Heksana dan Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu Ekstraksi terhadap Hasil
Ekstraksi Minyak Kopi. Jurnal Teknik Kimia no. 1 vol. 16.
[26] Purnamawati, Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam
Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
[27] Suryani, Ani, Erliza Hambali dan Mira Rivai. 2005. Pemanfaatan Minyak Jarak
Pagar dan Gliserin Hasil Samping Produksi Biodiesel untuk Pembuatan
Sabun. Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas
Linn) untuk Biodiesel dan Minyak Bakar.
[28] Sciencelab. 2013a. Stearic Acid MSDS.
[29] Sciencelab. 2013b. Glycerin MSDS.
49
Universitas Sumatera Utara
[30] Purwaningsih, Ikawati. 2012. Penilaian Daur Hidup (Life Cycle Assessment)
Gula pada PT. Rajawali II Unit PG Subang. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
[31] Agustini, Ni Wayan Sri dan Agustina H. Winarni. 2017. Karakteristik Dan
Aktivitas Antioksidan Sabun Padat Transparan Yang Diperkaya Dengan
Ekstrak Kasar Karotenoid Chlorella pyrenoidosa. Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
[32] Munson, Bruce R., Donald F. Young, Theodore H. Okiishi, dan Wade W.
Huebsch. 1990. Fundamental of Fluid Mechanics. Sixth Edition. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc.
[33] Juliyanto, Eko, Janatur Rofingah, Arba Finda Sejati, Fatih Nuzulil Hakim. 2016.
Menentukan Tegangan Permukaan Zat Cair. Jurnal Kajian Pendidikan
Sains. Wonosobo: Universitas Sains AlQuran.
[34] Sukeksi, Lilis, Andy Junianto Sidabutar, Chandra Sitorus. 2017. Pembuatan
Sabun dengan Menggunakan Kulit Buah Kapuk (Ceiba petandra) Sebagai
Sumber Alkali. Jurnal Teknik Kimia USU Vol. 6 No. 3.
[35] Hambali, Erliza, Ani Suryani, dan Evimia Indriani Umiarti. 2004. Kajian
Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Mutu Sabun
Transparan. Jurnal Teknik Industri Pertanian, vol. 14 hal. 74-79.
50
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN
Keterangan:
A1 = Lidah buaya 0 gram ( tanpa lidah buaya)
A2 = Lidah buaya 10 gram
A3 = Lidah buaya 20 gram
A4 = Lidah buaya 30 gram
B1 = Konsentrasi larutan alkali 26%
B2 = Konsentrasi larutan alkali 28%
B3 = Konsentrasi larutan alkali 30%
B4 = Konsentrasi larutan alkali 32%
51
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
CONTOH PERHITUNGAN
= 18,129%
= 0,492%
52
Universitas Sumatera Utara
L2.4 Perhitungan Bilangan Penyabunan
Diambil contoh pada run A1B1
V0 = Volume titrasi blanko, ml
V1 = Volume titrasi sampel, ml
T = Normalitas HCl, 0,5 N
M = Berat sampel, gram
Dari hasil pengujian diperoleh
V0 = 13,2 ml
V1 = 5,4 ml
56,1 x 0,5 x (V0-V1)
Bilangan Penyabunan = m
56,1 𝑥 0,5 𝑥 (13,2−5,4)
= 2
= 109,395
= 61%
Stabilitas busa = 100% - busa yang hilang
= 100% - 61%
= 39%
53
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI PENELITIAN
54
Universitas Sumatera Utara
L3.3 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan
55
Universitas Sumatera Utara
L3.5 Hasil Pengukuran Stabilitas Busa
56
Universitas Sumatera Utara
L3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
57
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
HASIL UJI LABORATORIUM
58
Universitas Sumatera Utara