Anda di halaman 1dari 78

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BERBASIS

MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN


EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI
BAHAN ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Oleh:

LIONARDO SETIAWAN
140405048

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BERBASIS
MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI
BAHAN ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Oleh:

LIONARDO SETIAWAN
140405048

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
OKTOBER 2018

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BERBASIS MINYAK KELAPA


DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera)
SEBAGAI BAHAN ANTIOKSIDAN

dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada


Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi
ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya.
Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila kemudian hari terbukti bahwa karya
ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia sanksi
sesuai dengan aturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2018

Lionardo Setiawan
NIM 140405048

i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini
merupakan Skripsi dengan judul “Pembuatan Sabun Transparan Berbasis
Minyak Kelapa dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera)
sebagai Bahan Antioksidan” berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan
di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai
ekonomi dari minyak kelapa dan lidah buaya dan penggunaannya dalam industri,
salah satunya dalam industri pembuatan sabun. Selain itu hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi referensi pada penelitian-penelitian yang akan datang.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Lilis Sukeksi, M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Zuhrina Masyithah, ST., M.Sc dan Bapak Bode Haryanto
ST., MT., Ph.D, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.Si., selaku Koordinator Penelitian
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D., IPM, selaku Ketua Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Maulida, ST., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
mata kuliah.
6. Seluruh Dosen/Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen
Teknik Kimia.

iv
Universitas Sumatera Utara
7. Meirany Sianturi selaku teman penelitian yang telah berkerja keras dan
bersabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2018


Penulis

Lionardo Setiawan

v
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI

Skripsi ini saya persembahkan untuk :


1. Orangtua terhebat yang telah membesarkan, mendidik dan mendukung
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Terima kasih atas pengorbanan,
nasehat dan do’a yang tiada hentinya yang telah kalian berikan selama ini.
2. Seluruh Keluarga Besar yang selalu memberikan nasehat dan do’a.
3. Seluruh guru dari TK, SD, SMP dan SMA, dan seluruh dosen yang telah
sabar mengajar dan membimbing selama ini.
4. Kakak pembina yang telah memberikan pelajaran spiritual dan motivasi.
5. Teman-teman terbaik yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu
yang telah memberikan keceriaan, dukungan dan do’a untuk meraih cita-cita
bersama.
6. Seluruh teman, senior dan junior sekaligus keluarga terbaik selama di Teknik
Kimia, khususnya seluruh mahasiswa/i stambuk 2014 tanpa terkecuali yang
telah banyak memberikan banyak dukungan, semangat, do’a, pembelajaran
hidup, dan kenangan tidak terlupakan kepada penulis.
Terima kasih kepada seluruhnya tanpa kalian semua saya mungkin tidak
akan mampu untuk menyelesaiankan semua ini. Terakhir saya meminta maaf
kepada seluruhnya jika selama ini ada tingkah laku saya yang kurang berkenan.

vi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Lionardo Setiawan


NIM : 140405048
Tempat, tanggal lahir : Medan, 22 Juli 1996
Nama orang tua : Kien Na
Alamat orang tua : Jl. Sunggal Komp. Mitra
Sunggal no. 252 J
Asal Sekolah:
 TK Sriwijaya, Sumatera Utara tahun 2001-2002
 SD Sultan Iskandar Muda, Sumatera Utara tahun 2002-2008
 SMP Sultan Iskandar Muda, Sumatera Utara tahun 2008-2011
 SMA Sultan Iskandar Muda, Sumatera Utara tahun 2011-2014
 Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara 2014-2018
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU
2. Anggota Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Sumatera Utara
3. Kerja Pratek di PT. Socfindo Kebun Tanah Gambus, Batubara tahun 2017

vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Lidah buaya merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kemampuan
antioksidan yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sabun
transparan berpengisi lidah buaya dan melihat bagaimana kemampuan aktivitas
antioksidan sabun dengan lidah buaya. Penelitian ini mencakup proses pre-
treatment lidah buaya yaitu pengupasan dan penghancuran gel lidah buaya,
kemudian pembuatan sabun dengan menggunakan minyak kelapa dan minyak
jarak, dengan variasi konsentrasi larutan alkali dan jumlah lidah buaya yang
digunakan. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa alkali bebas/
asam lemak bebas, kadar air, pH, tegangan permukaan, stabilitas busa, bilangan
penyabunan dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Pada analisa aktivitas
antioksidan, diperoleh bahwa pada konsentrasi larutan alkali 32% dan penambahan
𝜇𝑔
lidah buaya sebesar 30 gram, aktivitas antioksidan pada sabun bernilai 138,379 𝜇𝐿 ,
dimana menurut klasifikasi Blois termasuk ke dalam antioksidan sedang.

Kata kunci: aktivitas antioksidan, DPPH, klasifikasi Blois, lidah buaya, sabun
transparan

viii
Universitas Sumatera Utara
MAKING OF COCONUT OIL BASED TRANSPARENT
SOAP WITH ADDITION OF ALOE VERA EXTRACT
AS AN ANTIOXIDANT AGENT

ABSTRACT
Aloe vera is a plant that has high antioxidant ability. The amis of the study are to
make transparent soap filled with aloe vera and see how the antioxidant activity
ability of soap with aloe vera. This study consists of process of pre-treatment of
aloe vera, which is stripping and destroying aloe vera gel, then making soap using
coconut oil and castor oil, with variations in alkaline solution concentration and the
amount of aloe vera used. The analysis includes free alkali / free fatty acid analysis,
moisture content, pH, surface tension, foam stability, saponification number and
antioxidant activity using DPPH method. For analysis of antioxidant activity, it was
found that at an alkaline solution concentration of 32% and the addition of aloe vera
at 30 grams, antioxidant activity in soap was 138,379 μg / μL, which according to
the Blois classification was included in the moderate antioxidant.

Keywords: antioxidant activity, DPPH, Blois classification, aloe vera, transparent


soap

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
PERSETUJUAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
DAFTAR SIMBOL xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN 2
1.4 MANFAAT PENELITIAN 3
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 SABUN 5
2.2 JENIS-JENIS SABUN 7
2.2.1 Sabun Cair 7
2.2.2 Sabun Padat 7
2.3 SABUN TRANSPARAN 8
2.4 FORMULASI SABUN TRANSPARAN 8
2.4.1 Minyak Kelapa 8
2.4.2 Minyak Jarak 10

x
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Natrium Hidroksida (NaOH) 11
2.4.4 Asam Stearat (C17H35COOH) 13
2.4.5 Etanol (C2H5OH) 13
2.4.6 Gliserin (C3H8O3) 14
2.4.7 Gula Pasir 15
2.4.8 Asam Sitrat 15
2.4.9 Lidah Buaya (Aloe vera) 16
2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PENYABUNAN 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19
3.1 ALAT DAN BAHAN 19
3.1.1 Alat 19
3.1.2 Bahan 19
3.2 LOKASI PENELITIAN 20
3.3 CARA KERJA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 20
3.3.1 Pembuatan Sabun Transparan 20
3.3.2 Pemeriksaan Bilangan Penyabunan 222
3.3.3 Pemeriksaan Kadar Air pada Sabun Transparan 22
3.3.4 Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas / Asam Lemak Bebas 23
3.3.5 Pengujian Tegangan Permukaan 23
3.3.6 Pengukuran Stabilitas Busa 24
3.3.7 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH 24
3.3.8 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode
DPPH 24
3.4 FLOWCHART PENELITIAN 26
3.4.1 Penyiapan Gel Lidah Buaya 26
3.4.2 Pembuatan Sabun Transparan 27
3.4.3 Analisa Bilangan Penyabunan 28
3.4.4 Analisa Kadar Air Sabun Transparan 29
3.4.5 Analisa Kadar Alkali Bebas 30
3.4.6 Pengujian Tegangan Permukaan 31
3.4.7 Pengukuran Stabilitas Busa 32

xi
Universitas Sumatera Utara
3.4.8 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH) 33
3.4.9 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode
DPPH 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
4.1 Penentuan Konsentrasi Larutan Gula 35
4.2 Analisa Kadar Alkali Bebas Sabun Transparan 35
4.3 Analisa Kadar Air Sabun Transparan 36
4.4 Analisa pH Sabun Transparan 38
4.5 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan 39
4.6 Analisa Stabilitas Busa Sabun Transparan 40
4.7 Analisa Tegangan Permukaan Sabun Transparan 41
4.8 Analisa Bilangan Penyabunan Sabun Transparan 43
4.9 Analisa Aktivitas Antioksidan Sabun Transparan 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46
5.1 KESIMPULAN 46
5.2 SARAN 46
DAFTAR PUSTAKA 47

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi Pembentukan Sabun Padat pada Umumnya 6
Gambar 2.2 Minyak Kelapa 10
Gambar 2.3 Minyak Jarak 11
Gambar 2.4 Natrium Hidroksida 12
Gambar 2.5 Asam Stearat 13
Gambar 2.6 Etanol 14
Gambar 2.7 Gliserin 14
Gambar 2.8 Gula Pasir 15
Gambar 2.9 Asam Sitrat 16
Gambar 2.10 Lidah Buaya (Aloe vera) 17
Gambar 3.1 Flowchart Penyiapan Gel Lidah Buaya 26
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Sabun Transparan 27
Gambar 3.3 Flowchart Analisa Bilangan Penyabunan 28
Gambar 3.4 Flowchart Analisa Kadar Air Sabun Transparan 29
Gambar 3.5 Flowchart Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas 30
Gambar 3.6 Flowchart Pengujian Tegangan Permukaan 31
Gambar 3.7 Flowchart Pengukuran Stabilitas Busa 32
Gambar 3.8 Flowchart Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH) 33
Gambar 3.9 Flowchart Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode
DPPH 34
Gambar 4.1 Sabun Transparan dengan Variasi Konsentrasi Larutan Gula 35
Gambar 4.2 Grafik Analisa Kadar Air Sabun Transparan 37
Gambar 4.3 Grafik Analisa pH Sabun Transparan 38
Gambar 4.4 Grafik Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan 39
Gambar 4.5 Grafik Analisa Stabilitas Busa Sabun Transparan 40
Gambar 4.6 Grafik Analisa Tegangan Permukaan Sabun Transparan 42
Gambar 4.7 Grafik Analisa Bilangan Penyabunan Sabun Transparan 43
Gambar 4.8 Grafik Analisis Aktivitas Antioksidan Sabun Transparan 44
Gambar L3.1 Foto Hasil Pembuatan Sabun Transparan 54

xiii
Universitas Sumatera Utara
Gambar L3.2 Foto Hasil Pengujian Kadar Air 54
Gambar L3.3 Foto Hasil Pengujian Tegangan Permukaan 55
Gambar L3.4 Foto Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas 55
Gambar L3.5 Foto Hasil Pengukuran Stabilitas Busa 56
Gambar L3.6 Foto Hasil Pengukuran Derajat Keasaman 56
Gambar L3.7 Foto Hasil Pengujian Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis 57
Gambar L3.8 Foto Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan 57

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Data Impor Sabun Transparan Indonesia 8
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa 9
Tabel 2.3 Fungsi Asam lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan 9
Tabel 2.4 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Jarak 11
Tabel 2.5 Komposisi Kimia Lidah Buaya (Aloe vera) dan Manfaatnya 17
Tabel 3.1 Syarat Mutu Sabun Mandi 21
Tabel L1.1 Hasil Pengujian pada Sabun Transparan 51
Tabel L4.1 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan 58
Tabel L4.2 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan 58

xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 51
L1.1 Pengujian Sabun Transparan 51
LAMPIRAN 2 CONTOH PERHITUNGAN 52
L2.1 Perhitungan Kadar Air 52
L2.2 Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas 52
L2.3 Perhitungan Tegangan Permukaan 52
L2.4 Perhitungan Bilangan Penyabunan 53
L2.5 Perhitungan Stabilitas Busa 53
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI PENELITIAN 54
L3.1 Hasil Pembuatan Sabun Transparan 54
L3.2 Hasil Pengujian Kadar Air 54
L3.3 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan 55
L3.4 Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas 55
L3.5 Hasil Pengukuran Stabilitas Busa 56
L3.6 Hasil Pengukuran Derajat Keasaman 56
L3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis 57
L3.8 Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan 57
LAMPIRAN 4 HASIL UJI LABORATORIUM 58
L4.1 Pengujian Aktivitas Antioksidan 58
L4.2 Pengujian Tegangan Permukaan 58

xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

ASTM American Society for Testing and Material


BHT Butil Hidroksitoluen
BPS Badan Pusat Statistik
DPPH 2,2-diphenyl-1-pycrylhydrazyl
IC Inhibitor Concentration
KOH Kalium Hidroksida
mg milligram
mL mililiter
NaOH Natrium Hidroksida
ppm part per million
SLS Sodium Lauryl Sulfate
SNI Standar Nasional Indonesia
UV-Vis UltraViolet-Visible

xvii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Dimensi


M massa contoh sabun/minyak g
T/N Normalitas HCl N
V0 Volume titrasi blanko mL
V1 Volume titrasi sampel mL
W1 berat contoh + botol timbang g
W2 berat contoh setelah pengeringan g
W berat contoh g
V volume titrasi HCl mL
µg mikrogram
µL mikroliter

xviii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang terlihat dari data
Badan Pusat Statistik (BPS), maka berakibat meningkatnya permintaan suatu produk
untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu produk yang cukup penting adalah produk
kebersihan dan kesehatan untuk kulit yaitu sabun mandi [1].
Sabun dapat dibuat dengan menggunakan proses saponifikasi. Proses
saponifikasi merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida melalui reaksi dengan
Natrium Hidroksida (NaOH) maupun Kalium Hidroksida (KOH) yang akan
menghasilkan produk utama berupa sabun dan produk sampingan yang berupa
Gliserin [10]. Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran yang bersifat sebagai
lemak atau minyak yang terdapat pada kulit dengan cara mengemulsikan lemak atau
minyak tersebut [2].
Sabun terbagi menjadi 2 jenis yaitu sabun lunak/cair yang dibuat dengan KOH
dan sabun keras/padat yang dibuat dengan NaOH [22]. Sabun padat dibagi menjadi
tiga macam yaitu sabun opaque, sabun translucent, dan sabun transparan. Ketiga jenis
sabun ini dapat dibedakan dengan mudah, dilihat dari segi tampilan atau
penampakannya.. Sabun opaque adalah jenis sabun yang paling banyak digunakan
sebagai sabun mandi sehari-hari yang berbentuk padat dan tidak tembus cahaya, sabun
transparan merupakan sabun yang paling mudah tembus cahaya jika pada batang sabun
dilewatkan cahaya, sedangkan sabun translucent adalah jenis sabun yang sifat
tampilannya di antara sabun transparan dan sabun opaque [23].
Sabun transparan adalah jenis sabun yang dapat digunakan untuk wajah
(sebagai sabun kecantikan) dan sabun untuk mandi yang dapat menghasilkan busa
yang lembut di kulit dan dapat digunakan untuk merawat kulit karena mengandung
bahan – bahan yang berfungsi sebagai humektan (moisturizer) [1].
Pada saat ini sabun transparan mulai menjadi produk yang dilirik oleh
masyarakat Indonesia, namun dalam upaya pemenuhannya masih dilakukan impor
dari negara-negara tetangga, di antaranya dari negara Hongkong, Jepang, Taiwan,
Singapura dan Malaysia [4].

1
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembuatan sabun secara umum, salah satu bahan baku yang sangat
potensial adalah minyak kelapa, karena mengandung asam laurat yang tinggi dan
vitamin E [5]. Asam laurat ini diperlukan dalam proses pembuatan sabun transparan
karena berfungsi untuk menghasilkan busa yang melimpah dan memberikan daya
pembersih yang tinggi [4]. Bahan tambahan yang dapat digunakan dalam pembuatan
sabun transparan adalah lidah buaya. Kandungan saponin dalam lidah buaya memiliki
kemampuan untuk membersihkan dan bersifat antiseptik. Selain itu, lidah buaya juga
mengandung accemanan yang berfungsi sebagai anti virus, anti bakteri dan anti jamur
yang dapat menghilangkan sel tumor dan meningkatkan daya tahan tubuh [7].
Pada lidah buaya juga terkandung vitamin dan juga flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang dapat menyumbangkan satu
atau lebih elektron kepada radikal bebas reaktif, sehingga membentuk radikal bebas
yang relatif lebih stabil [18].
Pada penelitian yang dilakukan oleh Gusviputri dkk (2013), diperoleh bahwa
jumlah penambahan lidah buaya yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan
antibakteri yang semakin tinggi, tetapi juga menyebabkan kadar alkali bebas yang
diperoleh semakin tinggi [7]. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Putri
(2014), dengan melakukan penambahan lidah buaya, diperoleh bahwa sifat
transparansi tertinggi didapatkan pada penambahan jumlah lidah buaya tertinggi[3].

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitan ini yaitu:
1. Bagaimana cara membuat sabun padat transparan dengan bahan baku minyak
kelapa dengan penambahan lidah buaya sebagai bahan antioksidan.
2. Bagaimana pengaruh penambahan larutan gula terhadap ketransparanan
sabun yang dihasilkan.
3. Bagaimana pengaruh penambahan lidah buaya terhadap bilangan
penyabunan, kadar air, kadar alkali bebas, stabilitas busa, pH, tegangan
permukaan dan aktivitas antioksidan pada sabun transparan yang dihasilkan.

2
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Membuat sabun padat transparan dengan bahan baku minyak kelapa dengan
penambahan lidah buaya sebagai bahan antioksidan.
2. Mengetahui pengaruh penambahan larutan gula terhadap ketransparanan
sabun yang dihasilkan.
3. Mengetahui pengaruh penambahan lidah buaya terhadap bilangan
penyabunan, kadar air, kadar alkali bebas, stabilitas busa, pH, tegangan
permukaan dan aktivitas antioksidan pada sabun transparan yang dihasilkan.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat meningkatkan nilai ekonomi dari minyak kelapa.
2. Dapat menambah nilai ekonomi dari tumbuhan lidah buaya.
3. Dapat menambah pengetahuan dalam bidang teknik kimia bagi pembaca
mengenai pembuatan sabun transparan dari minyak kelapa.
4. Dapat menjadi dasar referensi untuk penelitian-penelitian yang akan datang.
5. Dapat menjadi referensi untuk pengaplikasian di dalam industri sabun.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian Pemanfaatan Tanaman Lidah Buaya Dalam Pembuatan Sabun Padat
Transparan Berbasis Minyak Kelapa ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa,
minyak jarak, asam stearat, natrium hidroksida (NaOH), gula pasir, gliserin, etanol
96%, asam sitrat, lidah buaya dan aquadest. Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hotplate, timbangan, beaker glass, oven, termometer dan
magnetic stirrer.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel tetap:
(1) Bahan Baku = minyak kelapa 40 gram
= minyak jarak 30 gram

3
Universitas Sumatera Utara
(2) Suhu reaksi = 80˚C
(3) Waktu reaksi = 60 menit
2. Variabel berubah:
(1) Konsentrasi lidah buaya = 0; 10; 20; 30 gram
(2) Konsentrasi NaOH = 26% ; 28% ; 30% ; 32%

Adapun analisa yang akan dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan analisa tambahan adalah:
1. Analisa bilangan penyabunan
2. Analisa kadar air
3. Analisa kadar alkali bebas / asam lemak bebas
4. Analisa stabilitas busa
5. Analisa derajat keasaman (pH)
6. Analisa tegangan permukaan
7. Analisa aktivitas antioksidan

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dengan berbagai asam
lemak alami, yang pembuatannya menurut Gunstone et al (1986) telah berkembang
dari proses tradisional hingga menjadi proses kimia yang canggih. Bukti dari
pembuatan sabun membawa kita kembali ke zaman Mesir dan Babylonia. Beberapa
abad lalu campuran mentah dari lemak hewan dan abu tanaman beralkali ditemukan
untuk menghasilkan sabun mentah yang dapat berbusa dan membersihkan secara
efektif [8].
Sabun yang secara kimia dikenal sebagai alkil karboksilat merupakan
pembersih kulit yang tertua. Teknologi untuk pembuatan sabun telah berkembang dari
hanya berfungsi sebagai pembersih hingga mengandung bahan pelembab yang dapat
melembabkan, memberikan kelembutan dan efek lain terhadap kesehatan kulit.
Formula sabun sendiri telah mengalami perubahan dan peningkatan dengan
penambahan bahan aktif yang bertindak sebagai antioksidan, seperti asam askorbat,
palmitat, dan sebagainya [9].
Selain itu, sabun memiliki keistimewaan tertentu, yaitu jika dilarutkan dalam
air, akan bersifat surfaktan (surface active agent) yaitu menurukan tegangan
permukaan air, yang bersifat sebagai pembersih. Molekul sabun tersusun dari ”ekor”
alkil yang non-polar (larut dalam minyak) dan”kepala” ion karboksilat yang polar
(larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun memiliki daya pembersih.
Ketika kita mandi atau mencuci dengan menggunakan sabun, “ekor” non-polar dari
sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Hal ini
mengakibatkan tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air akan
jauh lebih mudah untuk menarik kotoran [4].
Pada umumnya sabun dibedakan atas dua bentuk yaitu sabun padat dan cair.
Perbedaan utama dari kedua bentuk sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam
reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik
(NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali.

5
Universitas Sumatera Utara
Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang
merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida melalui reaksi dengan NaOH maupun
KOH yang akan menghasilkan produk utama berupa sabun dan juga produk samping
yang berupa Gliserin [10]. Proses ini merupakan proses yang paling tua dan mudah di
antara proses-proses yang ada, karena bahan baku untuk proses ini sangat mudah
diperoleh, dari yang dulu hanya menggunakan lemak hewan, kini juga telah digunakan
lemak nabati[16].
Adapun reaksi pembentukan sabun adalah [11]:

Trigliserida basa gliserin sabun


Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi Pembentukan Sabun Padat pada Umumnya
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa dalam reaksi saponifikasi, untuk
menghasilkan 3 mol sabun, dibutuhkan 1 mol trigliserida dan 3 mol alkali, dengan
hasil samping yaitu 1 mol gliserin. Gugus R1, R2 dan R3 menunjukkan jenis asam
lemak yang menyusun trigliserida tersebut.
Pembuatan sabun umumnya terdiri dari 3 metode, yaitu [19]:
1. Metode panas
Proses ini melibatkan reaksi saponifikasi dengan pemberian panas yang
cukup tinggi yang menghasilkan sabun sebagai produk utama dan Gliserin
sebagai produk samping. Kemudian diberikan penambahan garam untuk
memisahkan campuran menjadi dua yaitu lapisan atas yang merupakan sabun
dan lapisan bawah yang merupakan minyak yang tidak tersabunkan, Gliserin,
sisa alkali, impurities dan yang lainnya.
2. Metode dingin
Cara ini merupakan cara paling mudah untuk dilakukan dan hemat
energi karena tidak adanya pemberian panas. Namun cara ini hanya dapat

6
Universitas Sumatera Utara
dilakukan terhadap minyak yang pada suhu kamar memang sudah berbentuk
cair.
Dalam proses ini, Gliserin yang dihasilkan tidak dipisahkan namun
dibiarkan dalam campuran sabun tersebut. Hal ini dikarenakan kandungan
Gliserin dapat memberikan efek kelembaban pada kulit sehinggan menjadi
nilai tambah pada sabun yang dihasilkan.
3. Metode semi-panas
Teknik ini merupakan modifikasi dari cara dingin. Perbedaannya hanya
terletak pada penggunaan panas 70-80oC. Cara ini memungkinkan pembuatan
sabun hanya dengan lemak bertitik leleh lebih tinggi.

2.2 Jenis-Jenis Sabun


2.2.1 Sabun Cair
Sabun cair adalah sabun yang dibuat dengan mereaksikan
minyak/lemak dengan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkalinya. Sabun cair
memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut [22]:
 Praktis, karena tersedia dalam bentuk kemasan botol (wadah tertutup),
sehingga tidak mudah terkontaminasi kuman.
 Lebih mudah dan efisien untuk digunakan sehingga menghemat waktu
penggunaannya.
 Kelembaban sabun cair lebih tinggi dibadingkan dengan sabun padat.
2.2.2 Sabun Padat
Sabun padat dibagi menjadi tiga macam yaitu sabun opaque, sabun
translucent, dan sabun transparan. Ketiga jenis sabun ini dapat dibedakan
dengan mudah, dilihat dari segi tampilan atau penampakannya.. Sabun opaque
adalah jenis sabun yang paling banyak digunakan sebagai sabun mandi sehari-
hari yang berbentuk padat dan tidak tembus cahaya, sabun transparan
merupakan sabun yang paling mudah tembus cahaya jika pada batang sabun
dilewatkan cahaya, sedangkan sabun translucent adalah jenis sabun yang sifat
tampilannya di antara sabun transparan dan sabun opaque [23].

7
Universitas Sumatera Utara
2.3 Sabun Transparan
Sabun transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan sabun
terlihat lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus
dibandingkan dengan sabun opaque. Ketransparanan sabun dipengaruhi oleh
kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun.. Kandungan gliserin baik untuk
kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada
sabun [6].
Menurut Hambali et, al (2005) dalam pembuatan sabun transparan digunakan
formulasi campuran antara Asam Stearat, minyak kelapa, NaOH, Gliserin, Etanol, gula
pasir, Cocoamide DEA, Natrium Klorida (NaCl), Asam Sitrat, pewangi, dan air [3].
Tabel 2.1 Data Impor Sabun Transparan Indonesia [15]
No Tahun Impor (Ton/Tahun)
1 2000 226
2 2001 265
3 2002 293
4 2003 317
5 2004 336
6 2005 378
7 2006 375
8 2007 380
9 2008 395
10 2009 414

Tabel 2.1 memperlihatkan data impor sabun transparan di Indonesia dari tahun
2000 hingga 2009. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa setiap tahun impor sabun
transparan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sabun transparan mulai
diminati oleh masyarakat Indonesia.

2.4 Formulasi Sabun Transparan


Adapun formula untuk pembuatan sabun transparan adalah:
2.4.1 Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam
industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh
melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi sehingga minyak kelapa tahan terhadap
oksidasi yang menimbulkan bau tengik [17].

8
Universitas Sumatera Utara
Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30-
35%, atau kandungan minyak dalam kopra berkisar 63-72%. Minyak kelapa
sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun
atas berbagai asam lemak dan 90% di antaranya merupakan asam lemak jenuh.
Komposisi asam lemak pada minyak kelapa dapat dilihat pada berikut.
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa [7]
Kategori
Jenis Asam Rumus
No Asam Kandungan (%)
Lemak Molekul
Lemak
1 Asam Kaproat C5H11COOH Jenuh 0,2-0,8
2 Asam Kaprilat C7H15COOH Jenuh 6-9
3 Asam Kaprat C9H19COOH Jenuh 6-10
4 Asam Laurat C11H23COOH Jenuh 46-50
5 Asam Miristat C13H27COOH Jenuh 17-19
6 Asam Palmitat C15H31COOH Jenuh 8-10
7 Asam Stearat C17H35COOH Jenuh 2-3
8 Asam Oleat C17H33COOH Tidak Jenuh 5-7
9 Asam Linoleat C17H31COOH Tidak Jenuh 1-2,5

Tabel 2.2 memperlihatkan komposisi asam lemak yang terdapat pada minyak
kelapa. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kandungan utama dalam minyak
kelapa adalah asam laurat yang merupakan asam lemak jenuh dengan persentase 46%
hingga 50%.
Adapun fungsi dari asam lemak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Fungsi Asam Lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan [4]
No Asam Lemak Fungsi
1 Asam Laurat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa
lembut
2 Asam Miristat Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa
lembut
3 Asam Palmitat Mengeraskan, menstabilkan busa
4 Asam Stearat Mengeraskan, menstabilkan busa, melembabkan
5 Asam Oleat Melembabkan
6 Asam Linoleat Melembabkan

Tabel 2.3 memperlihatkan beberapa jenis asam lemak yang sering ditemukan
dalam minyak nabati. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa fungsi penggunaan

9
Universitas Sumatera Utara
minyak kelapa yang mengandung asam laurat yang tinggi dalam pembuatan sabun
adalah untuk menghasilkan sabun yang keras, memiliki daya bersih yang tinggi dan
busa yang lembut.

Gambar 2.2 Minyak Kelapa


Gambar 2.2 merupakan gambar buah kelapa dan minyak kelapa. Kandungan
utama pada minyak kelapa adalah asam laurat. Oleh karena itu minyak kelapa sering
juga disebut minyak laurat. Asam laurat adalah asam lemak jenuh berantai sedang
dengan jumlah atom C sebanyak 12. Asam laurat memiliki titik lebur 44oC dan titik
didih 225oC. Asam laurat banyak dimanfaatkan oleh industri yang menghasilkan
produk personal care dan farmasi, misalnya pada industri sampo dan sabun. Industri
ini memanfaatkan asam laurat dalam bentuk turunannya yaitu natrium lauril sulfat atau
yang lebih dikenal dengan sodium lauryl sulfate (SLS). Hal ini dikarenakan asam
laurat dan monogliseridanya memiliki sifat anti mikroba, daya bersih yang tinggi dan
juga penghasil busa lembut yang berguna pada produk tersebut [24].

2.4.2 Minyak Jarak


Minyak jarak adalah minyak nabati yang diperoleh dari biji tanaman jarak
dengan cara pengepresan atau ekstraksi pelarut. Minyak jarak mempunyai sifat sangat
beracun. Racun tersebut terdapat dalam bentuk risin (suatu protein), risinin (suatu
alkaloid) dan heat-stable allergen yang dikenal dengan CB-IA. Kandungan asam
lemak essensialnya juga sangat rendah sehingga tidak dapat digunakan sebagai minyak
makan dan bahan pangan. Komposisi asam lemak pada minyak jarak dapat dilihat pada
Tabel 2.4 berikut.

10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Jarak [14]
Kategori
Jenis Asam Kandungan
No Rumus Molekul Asam
Lemak (%)
Lemak
1 Asam Palmitat C15H31COOH Jenuh 2
2 Asam Stearat C17H35COOH Jenuh 1
Asam
3 C7H14OHC10H18COOH TIdak Jenuh 87
Risinoleat
4 Asam Oleat C17H33COOH Tidak Jenuh 7
5 Asam Linoleat C17H31COOH Tidak Jenuh 3

Tabel 2.4 di atas memperlihatkan jenis-jenis asam lemak yang terkandung


dalam minyak jarak. Kandungan utama dalam minyak jarak adalah asam risinoleat.
Asam risinoleat adalah asam lemak tak jenuh 18-karbon (turunan asam stearat) yang
memiliki gugus hidroksil pada atom karbon ke-12. Pemanfaatan asam risinoleat lebih
banyak dalam bentuk turunannya daripada digunakan langsung. Hal ini dikarenakan
kandungan asam risinoleat yang besar dalam minyak jarak menyebabkan viskositas
(kekentalannya) menjadi tinggi pula, yakni sekitar 10 kali minyak nabati atau 100 kali
solar [14].

Gambar 2.3 Minyak Jarak


Gambar 2.3 merupakan gambar buah jarak dan minyak jarak. Penggunaan
minyak jarak dalam pembuatan sabun dapat memberikan efek positif terhadap kulit
karena minyak jarak memiliki kemampuan pembusaan yang baik [27].

2.4.3 Natrium Hidroksida (NaOH)


NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta
mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH berbentuk flake padat

11
Universitas Sumatera Utara
berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis. Ion-ion dari NaOH bereaksi dengan
asam lemak membentuk sabun[12].

Gambar 2.4 Natrium Hidroksida


Gambar 2.4 merupakan gambar dari senyawa reaktan pada pembuatan sabun
padat yaitu Natrium Hidroksida (NaOH). NaOH memiliki beberapa sifat sebagai
berikut [7]:
1. Berat molekul : 40 g/mol
2. Wujud : padat putih
3. Densitas : 2,13 g/ml
4. Titik leleh : 318,4oC
5. Titik didih : 1390oC
6. Kelarutan : 111g/100 ml air (20oC)
Pada pembuatan sabun, NaOH berfungsi sebagai sumber alkali dalam reaksi
penyabunan [16]. Penambahan NaOH harus dilakukan dengan jumlah yang tepat.
Penggunaan alkali yang berlebihan dapat menyebabkan alkali yang tidak habis
bereaksi dengan trigliserida atau asam lemak lebih tinggi. Hal ini dapat menjadikan
sabun yang diproduksi memiliki kadar alkali bebas yang tinggi dan mampu mengiritasi
kulit. Sebaliknya apabila alkali yang digunakan terlalu sedikit, maka trigliserida atau
asam lemak tidak akan habis bereaksi dan sabun yang dihasilkan akan mengandung
kadar asam lemak bebas yang tinggi. Hal ini dapat mengganggu proses emulsi sabun
dan kotoran pada saat sabun digunakan [17].

12
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Asam Stearat (C17H35COOH)
Asam stearat merupakan asam lemak yang terdiri dari 18 atom Karbon (C) dan
tidak memiliki gugus rangkap pada ikatannya atau jenuh dan memiliki wujud padat
dan berwarna putih kekuningan pada suhu ruangan [23].

Gambar 2.5 Asam Stearat


Gambar 2.5 merupakan gambar salah satu bahan dalam pembuatan sabun
transparan yaitu asam stearat yang memiliki wujud padat pada suhu ruangan. Pada
pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa.
[4]. Asam stearate memiliki beberapa sifat sebagai berikut [28]:
Wujud : padat
Berat molekul : 284,48 g/mol
Titik didih : 350oC
Titik leleh : 69,4oC

2.4.5 Etanol (C2H5OH)


Etanol merupakan senyawa kimia berwujud cairan bening, mudah menguap,
dan disusun oleh molekul polar. Etanol memiliki titik didih 78,3ºC dan titik beku -
144oC. Molekul penyusun etanol berbobot rendah sehingga menyebabkan etanol dapat
larut dalam air [23].

13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Etanol
Gambar 2.6 merupakan gambar salah satu bahan pendukung untuk
pembentukan struktur transparan dalam pembuatan sabun yaitu Etanol. Dalam
pembuatan sabun, etanol berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut
dalam air dan lemak. Hal ini dikarenakan gugus OH pada etanol dapat melarutkan
molekul polar dan ion-ion, sedangkan gugus alkilnya dapat mengikat bahan non-polar
[25]. Selain sebagai pelarut etanol juga berfungsi sebagai pemberi efek transparan dan
pengawet yang dapat menghambat timbulnya ketengikan pada berbagai produk
berbahan baku minyak/lemak [23].

2.4.6 Gliserin (C3H8O3)


Gliserin berbentuk cairan bening, tidak berbau dan memiliki rasa manis, serta
bersifat humektan. Diperoleh dari hasil sampingan proses pembuatan sabun atau dari
asam lemak tumbuhan dan hewan [4].

Gambar 2.7 Gliserin


Gambar 2.7 merupakan gambar dari salah satu bahan pendukung dalam
pembuatan sabun transparan yaitu gliserin. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin
bersama dengan larutan gula dan alkohol berfungsi dalam pembentukan struktur
transparan [4]. Gliserin memiliki sifat-sifat sebagai berikut [29]:

14
Universitas Sumatera Utara
1. Wujud : cairan bening
2. Berat molekul : 92,09 g/mol
3. Titik didih : 290oC
4. Titik leleh : 19oC

2.4.7 Gula Pasir


Gula adalah salah satu bahan pemanis yang paling banyak dihasilkan dari
ekstraksi dan pemurnian tanaman tebu di Indonesia. Gula merupakan salah satu
sumber energi bagi manusia, dan terbagi menjadi dua jenis yaitu monosakarida dan
polisakarida. Monosakarida merupakan bentuk paling sederhana dari karbohidrat
sedangkan polisakarida tersusun dari dua atau lebih monosakarida. Contoh
monosakarida adalah glukosa dan contoh polisakarida adalah sukrosa [30].

Gambar 2.8 Gula Pasir


Gambar 2.8 merupakan gambar dari salah satu bahan pendukung dalam
pembuatan sabun transparan yaitu gula pasir. Gula dalam pembuatan sabun digunakan
untuk membantu dalam pembentukan transparansi, membentuk tekstur sabun,
membantu perkembangan kristal pada sabun, dan pengontrol kelembaban sabun.
Semakin banyak konsentrasi gula pasir halus maka tekstur sabun yang dihasilkan akan
semakan keras. Gula pasir halus dan gliserol jika dipanaskan akan membentuk polimer
sederhana yang mudah terdegradasi dan pH yang tinggi, berfungsi untuk menyangga
sabun agar tidak lembek [23].

2.4.8 Asam Sitrat


Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2 hidroksi – 1, 2, 3 – propana
trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi.

15
Universitas Sumatera Utara
Asam sitrat merupakan senyawa organik yang pertama kali diisolasi dan dikristalkan
oleh Scheele pada tahun 1784 dari sari buah jeruk kemudian dibuat secara komersial
pada tahun 1860 di Inggris.
Pada suhu kamar, asam sitrat berbentuk bubuk kristal putih terdiri dari asam
sitrat yang tidak berair (anhidrat) atau sebagai monohidrat (satu molekul air dalam
setiap molekul asam sitrat). Asam sitrat anhidrat mengkristal dari air panas sedangkan
monohidrat dikristalkan dari air dingin. Asam sitrat monohidrat dapat dikonversi
menjadi anhidrat melalui pemanasan di atas 74oC.

Gambar 2.9 Asam Sitrat


Gambar 2.9 merupakan gambar salah satu bahan dalam pembuatan sabun
transparan. Penggunaan asam sitrat dalam sabun atau deterjen adalah kemampuannya
sebagai penarik logam-logam berat dalam air sadah. Asam sitrat berfungsi sebagai
gelating agent, yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalent seperti Mn,
Mg dan Fe [26].

2.4.9 Lidah Buaya (Aloe vera)


Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) memiliki banyak manfaat yakni sebagai
sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk industri makanan, farmasi, dan
kosmetik. Lidah buaya memiliki kandungan saponin yang mempunyai kemampuan
untuk membersihkan dan bersifat antiseptik [7].

16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10 Lidah Buaya (Aloe vera)
Gambar 2.10 merupakan gambar salah satu bahan aditif/tambahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan sabun yaitu lidah buaya. Ekstrak daging daun lidah buaya
mengandung sekitar 75 senyawa bioaktif yang di antaranya terdiri dari polisakarida,
glikoprotein, flavonoid, aloesin, saponin, vitamin A, vitamin B, vitamin B12, vitamin
C, vitamin E serta asam amino. Getah daging daun lidah buaya juga mengandung 22
asam amino yang di antaranya adalah asam amino esensial yang tidak bias diproduksi
oleh tubuh. Selain itu daging daun lidah buaya juga bersifat antikanker.
Karboksipeptidase yang terdapat pada daging daun lidah buaya bersifat antiinflamasi,
hemiselulose dan mannan berfungsi untuk pertumbuhan dan perbaikan kulit.
Polisakarida dan flavonoid juga bersifat sebagai antioksidan [18].
Adapun beberapa kandungan dalam lidah buaya dan manfaatnya dapat dilihat
pada tabel berikut [13]:
Tabel 2.5 Komposisi Kimia Lidah Buaya (Aloe vera) dan Manfaatnya
No Komponen Manfaat
1 Anthraquinone Antibakteri, analgesik
2 Saponin Antiseptik
3 Asam Salisilat Analgesik
4 Steroid Analgesik, antiseptik
5 Vitamin Antioksidan
Tabel 2.5 menunjukkan beberapa komponen yang terdapat dalam tanaman
lidah buaya beserta dengan manfaat yang dapat diperoleh. Selain komponen di atas,
lidah buaya juga mengandung Accemanan yang berfungsi sebagai anti virus, anti
bakteri dan anti jamur. Berdasarkan penelitian, Accemanan juga dapat menghilangkan
sel tumor dan meningkatkan daya tahan tubuh [7].

17
Universitas Sumatera Utara
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyabunan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain [7]:
1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi alkali yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri
reaksinya, di mana penambahan alkali yang dilakukan sedikit berlebih agar reaksi
penyabunan dapat terjadi lebih sempurna. Jika alkali yang digunakan terlalu pekat
akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan, sehingga fasenya tidak homogen,
sedangkan jika basa yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan
waktu yang lebih lama.
2. Suhu (T)
Kenaikan suhu operasi akan meningkatkan konversi reaksi dari reaktan
menjadi produk yang terbentuk. Akan tetapi kenaikan suhu yang berlebihan akan
menurunkan konversi produk yang diinginkan. Hal ini dikarenakan proses saponifikasi
merupakan proses eksotermis, sehingga pemberian panas yang berlebih akan
menyebabkan reaksi bergeser ke kiri (reaktan).
3. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-
molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar,
maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar sehingga produk yang dihasilkan
lebih banyak.
4. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang
dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi
telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan
jumlah minyak yang tersabunkan.

18
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun
transparan adalah:
3.1.1 Alat
1. Aluminium foil
2. Batang Pengaduk
3. Beaker glass
4. Cetakan
5. Erlenmeyer
6. Gelas ukur
7. Hotplate
8. Klem + statif + buret
9. Labu leher tiga
10. Magnetic stirrer
11. Neraca digital
12. Oven
13. Pipet tetes
14. Refluks Kondensor
15. Spatula
16. Spektrofotometer UV-Vis
17. Tensiometer Du Nouy
18. Termometer

3.1.2 Bahan
1. 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)
2. Aquadest
3. Asam klorida
4. Asam sitrat
5. Asam stearat

19
Universitas Sumatera Utara
6. Etanol
7. Gliserol
8. Gula Pasir
9. Indikator phenolfthalein
10. Lidah buaya (Aloe vera)
11. Metanol
12. Minyak jarak
13. Minyak kelapa
14. Natrium Hidroksida
15. Natrium Klorida
16. Pewangi
17. Pewarna

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian Pembuatan Sabun Transparan ini dilaksanakan pada
Laboratorium Penelitian Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara Medan.

3.3 Cara Kerja Pembuatan Sabun Transparan


Adapun prosedur pembuatan sabun transparan adalah:
3.3.1 Pembuatan Sabun Transparan
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu 1) pengambilan gel lidah buaya,
2) pembuatan sabun. Mula-mula kulit lidah buaya disayat, kemudian diambil daging
dan gelnya untuk dihancurkan dengan menggunakan blender. Setelah itu,gel lidah
buaya disterilisasi dengan cara pemanasan sampai suhu 450C untuk mematikan enzim
yang terkandung dalam lidah buaya.
Proses pembuatan sabun menggunakan metode panas. Tahap pertama dalam
pembuatan sabun transparan adalah dengan memanaskan minyak kelapa dan minyak
jarak pada suhu 50oC. Kemudian ditambahkan dengan larutan NaOH sambil diaduk
menggunakan magnetic stirrer. Setelah campuran mulai mengental, ditambahkan
dengan asam stearat yang telah dilelehkan sambil diaduk hingga terbentuk padatan
sabun. Kemudian ditambahkan etanol dan diaduk lebih kurang 5 menit. Kemudian
tambahkan gliserol dan diaduk lebih kurang 5 menit. Setelah itu tambahkan larutan

20
Universitas Sumatera Utara
gula dan asam sitrat ke dalam campuran sambil diaduk lebih kurang 5 menit. Setelah
itu tambahkan pewarna dan pewangi dan aduk hingga campuran homogen. Setelah
sabun dasar transparan selesai dibuat, tambahkan lidah buaya sesuai dengan formula
yang telah ditentukan. Setelah itu campuran dituang dalam cetakan dan dibiarkan 24
jam. Setelah 24 jam, sabun dilakukan proses curing selama lebih kurang 3-4 minggu.
Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Minyak kelapa = 40 gram
2. Minyak jarak = 30 gram
3. Larutan NaOH 26%; 28%; 30%; 32% = 35 gram
4. Etanol = 30 mL
5. Gliserol = 30 mL
6. Larutan gula 70% = 60 mL
7. Lidah buaya = 0 gram; 10 gram; 20 gram; 30 gram
8. Asam Stearat = 10 gram
9. Asam Sitrat = 1 gram
10. Pewarna = secukupnya
11. Pewangi = secukupnya
Menurut Standar Nasional Indonesia, mutu sabun mandi yang harus terpenuhi
adalah sebagai berikut [20]:
Tabel 3.1 Syarat Mutu Sabun Mandi
No Uraian Tipe I Tipe II Superfat
1 Kadar air, % Maks 15 Maks 15 Maks 15
2 Jumlah asam lemak, % >70 64-70 >70
3 Alkali bebas
-dihitung sebagai NaOH, % Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1
- dihitung sebagai KOH, % Maks 0,14 Maks 0,14 Maks 0,14
4 Asam lemak bebas dan atau lemak
<2,5 <2,5 2,5-7,5
netral, %
5 Minyak mineral Negatif Negatif Negatif

Dalam pembuatan sabun transparan, digunakan bahan baku berupa campuran


minyak kelapa dan minyak jarak. Adapun pemeriksaan/pengujian yang dilakukan
terhadap bahan baku minyak adalah pemeriksaan bilangan penyabunan. Prosedur
pemeriksaan bilangan penyabunan dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

21
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Pemeriksaan Bilangan Penyabunan
Analisa bilangan penyabunan dilakukan dengan menimbang sebanyak ± 2 gram
sampel minyak dan kemudian ditambahkan 25 mL Kalium Hidroksida (KOH)
alkoholis 0,5 N. Campuran dimasukkan ke dalam labu dan labu kemudian
dihubungkan refluks condenser dan dipanaskan di atas penangas air serta diaduk
dengan menggunakan stirrer selama 1 jam. Selanjutnya larutan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan 0,5 – 1 ml tetes indikator phenolphthalein (PP) ke dalam
larutan tersebut dan dititrasi dengan Asam Klorida (HCl) 0,5 N sampai warna berubah
menjadi tidak berwarna. Lakukan penetapan duplo dan blanko.
Hasilnya dihitung dengan rumus [21]:
56,1 × T × (V0 -V1 )
Bilangan penyabunan =
M
Keterangan:
V0 = volume titrasi blanko
V1 = volume titrasi sampel
T = normalitas HCl
M = berat sampel

Setelah sabun transparan selesai dibuat dan dicetak, sabun akan diuji untuk
melihat apakah sabun yang diperoleh telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI). Pemeriksaan/pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
3.3.3 Pemeriksaan Kadar Air pada Sabun Transparan
Timbang dengan teliti lebih kurang 4 gram contoh yang telah disiapkan, dengan
menggunakan botol timbang yang telah diketahui berat tetapnya. Panaskan dalam
lemari pengering pada suhu 105oC selama 2 jam sampai berat tetap.
Hasilnya dihitung dengan rumus [20]:
W1 – W2
Kadar air (%) = ×100%
W

Keterangan:
W1 = berat contoh + botol timbang
W2 = berat contoh setelah pengeringan
W = berat contoh

22
Universitas Sumatera Utara
3.3.4 Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas
Siapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 ml alkohol dalam labu
Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 0,5 ml penunjuk phenolphtalein dan dinginkan sampai
suhu 70° C kemudian netralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol. Timbang dengan
teliti lebih kurang 5 g contoh dan masukkan ke dalam alkohol netral di atas, tambahkan
batu didih, pasang pendingin tegak dan panasi agar cepat larut di atas penangas air,
didihkan selama 30 menit. Apabila larutan tidak bersifat alkalis (tidak berwarna
merah), dinginkan sampai suhu 70°C dan titan dengan larutan HCl 0,1 N dalam
alkohol, sampai warna merah tepat hilang.
Hasilnya dihitung dengan rumus [20]:
V × N × 0,04
% alkali bebas = ×100%
g contoh

Keterangan:
V = volume titrasi HCl (ml)
N = normalitas HCl (N)

3.3.5 Pengujian Tegangan Permukaan


Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Tensiometer Du Nouy. Wadah
yang digunakan yaitu gelas piala berukuran 250 ml. Sebelum digunakan, cincin dibilas
terlebih dahulu dengan aquadest, lalu dikeringkan. Cincin platinum dicelupkan ke
akuades. Posisi alat diatur supaya horizontal dengan water pass dan diletakkan pada
tempat yang bebas getaran, angin, sinar matahari, dan panas. Larutan sampel (sabun
10% dalam aquadest) dimasukkan ke gelas piala dan diletakkan di atas dudukan
(plateform) pada Tensiometer Du Nouy. Cincin platinum dimasukkan ke larutan
sampel tersebut dengan cara menaikkan dudukan sampai skala vernier Tensiometer
Du Nouy diatur pada posisi nol dan jarum penunjuk berada pada posisi berimpit
dengan skala kaca.
Proses ini diteruskan sampai film cairan tepat lepas dari cincin. Skala dibaca
dan dicatat sebagai tegangan permukaan pada saat lapisan surfaktan lepas dari cincin.
Perhitungan penurunan tegangan permukaan (PTP) dapat dihitung menggunakan
rumus [10]:
PTP = Tegangan permukaan air – tegangan permukaan 10% sabun dalam aquadest

23
Universitas Sumatera Utara
3.3.6 Pengukuran Stabilitas Busa
Sabun sebanyak 1 gram dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml
aquadest, kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit. Busa yang terbentuk
diukur tingginya menggunakan penggaris (tinggi busa awal). Tinggi busa diukur
kembali setelah 1 jam (tinggi busa akhir), kemudian stabilitas busa dihitung dengan
rumus [10]:
Stabilitas Busa = 100% - (% busa yang hilang)
tinggi busa awal − tinggi busa akhir
Busa yang hilang = ×100%
tinggi busa awal

3.3.7 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH)


Prosedur awal dalam pengukuran derajat keasaman (pH) yaitu menghaluskan
sampel berupa sabun padat sebanyak satu gram. Kemudian dilarutkan dalam aquadest
ber-pH netral (±7). Setelah larut, pH larutan diukur menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi, diamkan beberapa saat hingga didapat pH yang tetap [12].

3.3.8 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH


Adapun prosedur pemeriksaan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
A. Pembuatan larutan DPPH 0,4 mM
Ditimbang DPPH sebanyak 0,0157 gram dan dilarutkan ke dalam 100 ml metanol
kemudian disimpan dalam botol gelap.
B. Pembuatan larutan blanko
Dalam 1 ml larutan DPPH ditambahkan 4 ml metanol.
C. Pembuatan larutan uji
1. Larutan induk (1000 ppm)
10 mg sabun transparan dilarutkan ke dalam 10 mL metanol
10 mg 1 mg 1000 μg
= = =1000 ppm
10 mL 1 mL mL

2. Larutan seri
a) 5 ppm
25 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.

24
Universitas Sumatera Utara
b) 10 ppm
50 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
c) 25 ppm
125 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
d) 50 ppm
250 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
e) 100 ppm
500 µL dari larutan induk ditambahkan 1 mL larutan DPPH kemudian
dicukupkan volumenya dengan metanol hingga 5 mL.
Semua sampel dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit
dan diukur serapannya pada spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang
517 nm. Aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus [31]:
serapan blanko-serapan sampel
% hambatan= x 100%
serapan blanko
Nilai IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear dari DPPH
yaitu Y = a + bx, dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji sedangkan sumbu Y
adalah %IC. Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50%) dinyatakan sebagai konsentrasi
suatu bahan antioksidan yang dapat menyebabkan 50% radikal bebas DPPH
kehilangan karakter radikal.

25
Universitas Sumatera Utara
3.4 FLOWCHART PENELITIAN
3.4.1 Penyiapan Gel Lidah Buaya

Mulai

Disayat kulit lidah buaya hingga bersih

Diblender daging dan gel lidah buaya hingga halus

Disterilisasi pada suhu 45oC untuk mematikan enzim

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penyiapan Gel Lidah Buaya

26
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Pembuatan Sabun Transparan

Mulai

Dipanaskan minyak kelapa dan minyak jarak pada suhu 50oC

Ditambahkan larutan NaOH dan suhu dijaga 80oC

Ditambahkan asam stearat yang telah dilelehkan

Ditambahkan etanol kemudian diaduk selama 5


menit

Ditambahkan gliserol kemudian diaduk selama 5


menit

Ditambahkan larutan gula dan asam sitrat


kemudian diaduk selama 5 menit

Ditambahkan pewangi dan pewarna secukupnya

Ditambahkan lidah buaya kemudian diaduk


hingga homogen

Tuang sabun ke dalam cetakan dan diamkan


selama 24 jam pada suhu ruang

Diberikan proses curing selama ± 4 minggu

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Sabun Transparan

27
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Analisa Bilangan Penyabunan

Mulai

Ditimbang 2 gram minyak dan ditambahkan 25 ml KOH


alkoholis 0,5 N

Dimasukkan campuran ke dalam refluks dan dipanaskan selama


1 jam

Dimasukkan campuran ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 0,5-1 ml indikator phenolfthalein

Dititrasi dengan HCl 0,5 N hingga warna


berubah menjadi tidak berwarna

Diulangi prosedur untuk penetapan duplo dan blanko

Dihitung bilangan penyabunan

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Analisa Bilangan Penyabunan

28
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Analisa Kadar Air Sabun Transparan

Mulai

Ditimbang 4 gram sabun pada cawan porselen


yang telah ditimbang berat kosongnya

Dioven pada suhu 105oC selama 2 jam kemudian


ditimbang

Dioven dan ditimbang setiap 5 menit hingga


diperoleh berat konstan

Dihitung kadar air sabun transparan

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Analisa Kadar Air Sabun Transparan

29
Universitas Sumatera Utara
3.4.5 Analisa Kadar Alkali Bebas

Mulai

Dididihkan alkohol sebanyak 100 ml pada


Erlenmeyer 250 ml

Ditambahkan 0,5 ml indikator phenolfthalein

Dinetralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol

Dimasukkan 5 gram sabun kemudian direfluks


selama 30 menit hingga homogen

Dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga warna


berubah menjadi tidak berwarna

Dihitung kadar alkali bebas

Selesai
Gambar 3.5 Flowchart Pemeriksaan Kadar Alkali Bebas

30
Universitas Sumatera Utara
3.4.6 Pengujian Tegangan Permukaan

Mulai

Disiapkan larutan sabun 10% dan dimasukkan ke


dalam gelas piala

Gelas piala diletakkan di atas dudukan


Tensiometer

Dimasukkan cincin platinum ke dalam larutan


dengan kedalaman kurang lebih 0,5 mm

Diputar skala penunjuk yang telah diatur pada


posisi 0 secara perlahan hingga lapisan film yang
terbentuk pada cincin dan larutan sampel
pecah/lepas

Diulangi prosedur untuk air

Dihitung tegangan permukaan

Selesai

Gambar 3.6 Flowchart Pengujian Tegangan Permukaan

31
Universitas Sumatera Utara
3.4.7 Pengukuran Stabilitas Busa

Mulai

Dilarutkan 1 gram sabun dengan 10 ml aquadest


dalam tabung reaksi

Dikocok selama 1 menit

Diukur tinggi busa yang terbentuk kemudian


diamkan selama 1 jam (tinggi busa awal)

Diukur tinggi busa yang tersisa (tinggi busa


akhir)

Dihitung stabilitas busa

Selesai

Gambar 3.7 Flowchart Pengukuran Stabilitas Busa

32
Universitas Sumatera Utara
3.4.8 Pengukuran/Pemeriksaan Derajat Keasaman (pH)

Mulai

Dihaluskan sampel sebanyak 1 gram, kemudian


dilarutkan dalam aquadest

Diukur pH larutan menggunakan pH-meter yang


telah dikalibrasi

Didiamkan beberapa saat hingga didapat nilai pH


yang konstan/tetap

Selesai

Gambar 3.8 Flowchart Pengukuran/Pemeriksaan


Derajat Keasaman (pH)

33
Universitas Sumatera Utara
3.4.9 Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Mulai

PembuatanPUSTAKA
DAFTAR larutan DPPH

Pembuatan larutan blanko dan larutan uji

Diinkubasi semua sampel pada suhu 37oC


selama 30 menit

Diukur serapannya menggunakan


Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 517 nm

Dihitung aktivitas antioksidan

Selesai

Gambar 3.9 Flowchart Pemeriksaan Aktivitas


Antioksidan dengan Metode DPPH

34
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Konsentrasi Larutan Gula


Pada tahap ini dilakukan percobaan pembuatan sabun transparan menggunakan
larutan gula dengan konsentrasi 25%, 40%, 55% dan 70% tanpa penambahan lidah
buaya. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat transparansi sabun yang akan
dihasilkan. Berikut adalah foto hasil percobaan pembuatan sabun transparan:

Gambar 4.1 Sabun Transparan dengan Variasi Konsentrasi Larutan Gula

Gambar 4.1 di atas menunjukkan perbedaan ketransparanan sabun berdasarkan


variasi konsentrasi larutan gula yang digunakan. Larutan gula merupakan salah satu
factor pendukung ketransparanan sabun. Gula dalam pembuatan sabun digunakan
untuk membantu dalam pembentukan transparansi, membentuk tekstur sabun,
membantu perkembangan kristal pada sabun, dan pengontrol kelembaban sabun.
Semakin banyak konsentrasi gula pasir halus maka tekstur sabun yang
dihasilkan akan semakan keras. Gula pasir halus dan gliserol jika dipanaskan akan
membentuk polimer sederhana yang mudah terdegradasi dan pH yang tinggi, berfungsi
untuk menyangga sabun agar tidak lembek [23].

4.2 Analisa Kadar Alkali Bebas Sabun Transparan


Alkali bebas merupakan alkali yang terdapat dalam contoh sabun, tetapi tidak
terikat sebagai senyawa sabun. Sabun dengan kadar alkali bebas yang terlalu tinggi
tidak baik untuk digunakan karena dapat menyebabkan kerusakan dan iritasi kulit [7].

35
Universitas Sumatera Utara
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1994 tentang sabun mandi padat,
kadar alkali bebas yang diperbolehkan adalah 0,1%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusviputri dkk (2013), didapatkan
bahwa semakin bertambah konsentrasi lidah buaya yang digunakan (0 gram; 5 gram;
10 gram; 15 gram; 20 gram), maka akan menurunkan kadar alkali bebas. Dalam
penelitian ini, tidak terdapat kadar alkali bebas pada sabun setelah 2 minggu
penyimpanan (kadar alkali bebas 0%), yang ditandai dengan tidak terjadinya
perubahan warna larutan sabun menjadi merah muda setelah penambahan indikator
phenolphthalein.
. Hal ini dikarenakan lidah buaya yang memiliki nilai pH ± 3,5 mengalami
penetralan oleh NaOH pada saat proses pembuatan sabun [7]. Selain itu, tidak adanya
kadar alkali bebas pada sabun dapat juga disebabkan oleh adanya bahan tambahan lain
yaitu asam stearat dan asam sitrat yang bereaksi dengan NaOH sehingga alkali yang
dibutuhkan dalam penyabunan menjadi berkurang dan mengakibatkan terdapatnya
kadar asam lemak bebas pada sabun.

4.3 Analisa Kadar Air Sabun Transparan


Kadar air menunjukkan jumlah air yang terkandung pada suatu bahan. Kadar
air dapat mempengaruhi sifat dan daya simpan bahan tersebut. Sabun yang memiliki
kadar air yang tinggi dapat mengalami penyusutan berat pada saat pengemasan [4].
Selain itu sabun yang memiliki kadar air yang tinggi akan mudah menyusut dan cepat
habis pada saat digunakan [31]. Menurut SNI tahun 1994 tentang sabun mandi padat,
kadar air maksimal yang dianjurkan untuk sabun padat adalah sebesar 15%. Berikut
grafik yang menunjukkan variasi konsentrasi alkali dan bahan aditif terhadap kadar air
sabun transparan yang dihasilkan:

36
Universitas Sumatera Utara
30

25
Kadar Air (%)
20
Lidah buaya 0 gram
15
Lidah buaya 10 gram
10 Lidah buaya 20 gram

5
Lidah buaya 30 gram

0
26% 28% 30% 32%
Alkali
Gambar 4.2 Grafik Analisa Kadar Air Sabun Transparan

Gambar 4.2 di atas menunjukkan hasil analisa kadar air sabun transparan. Dari
grafik tersebut dapat dilihat bahwa dengan peningkatan konsentrasi alkali yang
digunakan, kadar air yang dihasilkan semakin berkurang, tetapi setiap penambahan
lidah buaya yang digunakan, kadar air yang dihasilkan semakin meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hambali dkk (2004), penambahan
lidah buaya sebesar 5%, 10%, 15% dan 20% mengakibatkan peningkatan kadar air
pada sabun transparan yang dihasilkan. Hasil analisa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa kadar air yang diperoleh berkisar antara 13,52% hingga 26,715%
dan hasil kadar air tanpa penambahan lidah buaya pada sabun lebih rendah
dibandingkan dengan sabun dengan penambahan lidah buaya.
Menurut SNI, kadar air pada sabun padat maksimal sebesar 15%. Berdasarkan
standar ini, hanya sabun transparan dengan konsentrasi larutan alkali 30% dan 32%
tanpa penambahan lidah buaya yang sesuai dengan standar SNI. Hal ini dapat
dikarenakan adanya bahan-bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan sabun
padat transparan yang tidak digunakan pada sabun padat biasa yang bersifat
higroskopis seperti gliserin, larutan gula dan etanol. Adanya penambahan lidah buaya
yang memiliki sifat serupa dan kadar air yang mencapai 99,51% pada gelnya juga
dapat meningkatkan kadar airnya [7]. Penambahan bahan-bahan tersebut
mengakibatkan sabun yang dihasilkan mudah menyerap uap air dari udara sehingga
mengakibatkan kadar air yang dihasilkan melebihi standar yang ditetapkan dalam SNI.

37
Universitas Sumatera Utara
4.4 Analisa pH Sabun Transparan
Rata-rata derajat keasaman dari sabun berkisar antara 10-11 [6] dan kriteria pH
sabun menurut ASTM 2001 berkisar antara 9-11 [26]. pH atau derajat keasaman
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat,
larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7
menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan
keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan
derajat kebasaan tertinggi [32]. Berikut grafik yang menunjukkan variasi konsentrasi
alkali dan bahan aditif terhadap derajat keasaman sabun transparan yang dihasilkan:
9,3
9,2
Lidah buaya 0 gram
9,1
9,0 Lidah buaya 10 gram
8,9 Lidah buaya 20 gram
pH

8,8 Lidah buaya 30 gram


8,7
8,6
8,5
8,4
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.3 Grafik Analisa pH Sabun Transparan

Gambar 4.3 menunjukkan hasil analisa derajat keasaman (pH) sabun


transparan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hambali dkk (2004), semakin
tinggi konsentrasi lidah buaya yang digunakan, semakin rendah nilai pH yang
terkandung dalam sabun. Hasil analisa yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan nilai pH sabun berkisar antara 8,7 hingga 9,2.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pembuatan sabun transparan
dengan penambahan lidah buaya, pH sabun yang dihasilkan cenderung menurun. Hal
ini dikarenakan tingginya kandungan asam yang terdapat pada lidah buaya sehingga
menghasilkan suasana asam pada sabun transparan. Lidah buaya sendiri memiliki nilai
pH ± 3,5-5 [7].

38
Universitas Sumatera Utara
4.5 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam sabun, tetapi tidak
terikat sebagai senyawa natrium ataupun senyawa trigliserida. Adanya asam lemak
bebas dalam sabun dapat mengurangi kemampuan membersihkan sabun. Menurut SNI
tahun 1994 tentang sabun mandi padat, jumlah asam lemak bebas yang diperbolehkan
dalam sabun untuk tipe I dan tipe II adalah maksimal 2,5%. Berikut grafik yang
menunjukkan variasi konsentrasi alkali dan bahan aditif terhadap kadar asam lemak
bebas sabun transparan yang dihasilkan:

0,9
Asam Lemak Bebas (%)

0,8
0,7
0,6
0,5 Lidah buaya 0 gram
0,4 Lidah buaya 10 gram
0,3 Lidah buaya 20 gram
0,2 Lidah buaya 30 gram
0,1
0
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.4 Grafik Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Sabun Transparan

Gambar 4.4 menunjukkan hasil analisa kadar asam lemak bebas yang terdapat
pada sabun transparan. dari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan konsentrasi
alkali yang digunakan akan menurunkan kadar asam lemak bebas, tetapi penambahan
lidah buaya yang dilakukan akan menaikkan kadar asam lemak bebasnya. Dari hasil
analisa diperoleh kadar asam lemak bebas berkisar antara 0,332% hingga 0,812%
dimana kadar asam lemak bebas pada sabun dengan penambahan lidah buaya lebih
tinggi dibandingkan dengan sabun tanpa penambahan lidah buaya.
Hal ini dapat dikarenakan oleh adanya kandungan asam-asam amino dan asam
lainnya yang terdapat dalam lidah buaya seperti salicyclic acid, aloetic acid,
chrysophanic acid, cinnamonic acid dan lainnya yang mempengaruhi proses
penyabunan dalam pembuatan sabun transparan. Selain itu, tingginya kadar asam

39
Universitas Sumatera Utara
lemak bebas juga dapat disebabkan oleh penambahan asam stearat dan juga asam sitrat
sebagai salah satu formula pembuatan sabun transparan. Penggunaan senyawa asam
yang tidak sebanding dengan jumlah alkali menyebabkan asam menjadi berlebih dan
tertinggal dalam sabun. Hasil analisa kadar asam lemak bebas pada sabun transparan
yang diperoleh telah sesuai dengan SNI dimana kadar asam lemak bebasnya tidak
melebihi 2,5%.

4.6 Analisa Stabilitas Busa Sabun Transparan


Stabilitas busa merupakan kemampuan suatu bahan (umumnya
sabun/surfaktan) untuk mempertahankan busa yang dihasilkannya. Belum ada standar
yang ditetapkan untuk menyatakan kestabilan busa sabun. Berikut grafik yang
menunjukkan variasi konsentrasi alkali dan bahan aditif terhadap stabilitas busa sabun
transparan yang dihasilkan:

100
90
80
Stabilitas Busa (%)

70
60
Lidah buaya 0 gram
50
40 Lidah buaya 10 gram
30 Lidah buaya 20 gram
20 Lidah buaya 30 gram
10
0
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.5 Grafik Analisa Stabilitas Busa Sabun Transparan


Gambar 4.5 di atas menunjukkan hasil analisa stabilitas busa pada sabun
transparan. Hasil analisa stabilitas busa sabun transparan yang diperoleh berkisar
antara 39% hingga 81%. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa stabilitas busa
meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi alkali dan juga lidah buaya yang
digunakan, sementara hasil penelitian yang dilakukan Hambali dkk (2004)
menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi lidah buaya dapat menurunkan
stabilitas busa.

40
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan stabilitas busa akibat penambahan lidah buaya disebabkan oleh
adanya kandungan saponin dalam lidah buaya. Saponin adalah zat/senyawa yang
memiliki kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptik. Saponin memiliki
karakteristik seperti buih, sehingga jika dikocok bersama air akan membentuk buih
yang dapat bertahan lama. Kandungan saponin dalam lidah buaya sekitar 5,651%
dalam 100 gram gel lidah buaya [7].
Hal yang membedakan hasil stabilitas busa pada penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hambali dapat dikarenakan adanya pemanasan hingga
suhu 70oC hingga 80oC pada lidah buaya oleh Hambali sebelum ditambahkan pada
larutan sabun, sehingga saponin yang tidak tahan terhadap panas berlebih mengalami
kerusakan.

4.7 Analisa Tegangan Permukaan Sabun Transparan pada Penambahan


Lidah Buaya 20 Gram
Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga
permukaannya seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan
adanya gaya tarik menarik antar partikel sejenis di dalam zat cair sampai ke
permukaan. Di dalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis di
dekatnya dengan gaya yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa
(resultan) gaya yang bekerja pada masing-masing molekul. Adanya gaya atau tarikan
ke bawah menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan
tegang. Tegangan ini disebut dengan tegangan permukaan [32].
Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus
diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya pada
tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs [33]. Berikut
grafik yang menunjukkan variasi konsentrasi alkali dan bahan aditif terhadap tegangan
permukaan sabun transparan yang dihasilkan:

41
Universitas Sumatera Utara
30,0

Tegangan Permukaan
29,5

29,0

28,5

28,0
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.6 Grafik Analisa Tegangan Permukaan Sabun Transparan

Gambar 4.6 di atas menunjukkan hasil analisa tegangan permukaan pada sabun
transparan dengan penambahan lidah buaya sebesar 20 gram. Tegangan permukaan
untuk air pada analisa ini adalah 59,33 dyne/cm, sementara hasil analisa tegangan
permukaan pada air yang dilakukan oleh Jannah (2009) menunjukkan bahwa nilai
tegangan permukaan air adalah sebesar 58,35 dyne/cm. Hasil analisa tegangan
permukaan pada sabun transparan berkisar antara 28,5 dyne/cm hingga 29,5 dyne/cm.
Sabun merupakan senyawa yang bersifat surfaktan jika dilarutkan dalam air.
Molekulnya terdiri dari bagian ekor yang dapat larut dalam minyak dan bagian kepala
yang dapat larut dalam air. Ketika sabun digunakan dalam proses mencuci, bagian
ekornya akan menempel pada kotoran dan bagian kepalanya akan menempel pada air.
Hal ini menyebabkan tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air
akan lebih mudah untuk menarik kotoran [4].
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa penambahan lidah buaya mampu
menurunkan tegangan permukaan sabun. Hal ini dapat dikarenakan adanya kandungan
saponin dalam lidah buaya yang bersifat sebagai agen pembersih sehingga
meningkatkan kemampuan membersihkan dalam sabun dan menurunkan tegangan
permukaannya [7]. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannah
(2009) dimana pada pembuatan sabun dengan penambahan madu, semakin tinggi
konsentrasi madu yang ditambahkan maka semakin rendah tegangan permukaannya.

42
Universitas Sumatera Utara
4.8 Analisa Bilangan Penyabunan Sabun Transparan
Bilangan penyabunan adalah banyaknya alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah minyak. Semakin tinggi bilangan penyabunan menunjukkan
semakin tinggi pula kadar asam lemak bebas pada minyak sehingga alkali yang
dibutuhkan untuk menyabunkan minyak tersebut juga akan semakin banyak [34].
Berikut grafik yang menunjukkan variasi konsentrasi alkali dan bahan aditif terhadap
bilangan penyabunan sabun transparan yang dihasilkan:

130
120
Bilangan Penyabunan

110
100
Lidah buaya 0 gram
90
Lidah buaya 10 gram
80 Lidah buaya 20 gram
70 Lidah buaya 30 gram
60
50
26% 28% 30% 32%
Alkali

Gambar 4.7 Grafik Analisa Bilangan Penyabunan Sabun Transparan

Gambar 4.7 di atas menunjukkan hasil analisa bilangan penyabunan terhadap


sabun transparan yang dihasilkan. Hasil analisa bilangan penyabunan pada sabun
transparan berkisar antara 122 hingga 78. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa
setiap peningkatan konsentrasi alkali, bilangan penyabunan yang dihasilkan semakin
rendah, dan semakin tinggi lidah buaya yang ditambahkan, bilangan penyabunan
semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Sitorus dkk (2017) menunjukkan
bahwa seiring peningkatan suhu reaksi dan waktu pengadukan, maka bilangan
penyabunan yang dihasilkan semakin rendah.
Hal ini dapat dikarenakan meningkatnya konsentrasi alkali yang digunakan
menyebabkan jumlah asam lemak yang tersabunkan menjadi lebih banyak sehingga
asam lemak bebasnya akan lebih rendah, dan dengan penambahan lidah buaya yang

43
Universitas Sumatera Utara
memiliki kandungan senyawa asam, meyebabkan jumlah asam dalam larutan sabun
menjadi lebih banyak. Tingginya kadar asam lemak bebas pada sabun dapat
dikarenakan adanya kandungan asam pada lidah buaya itu sendiri, kandungan asam
lemak bebas pada minyak yang digunakan, dan juga kandungan asam dari formula
pembuatan sabun yang digunakan, seperti asam stearat dan juga asam sitrat.
Penggunaan asam berlebih yang tidak disesuaikan dengan penggunaan alkali menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kadar asam lemak bebas yang
dihasilkan.

4.9 Analisa Aktivitas Antioksidan Sabun Transparan


Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menangkal
radikal bebas. Dalam analisa ini digunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazil). Prinsip kerja metode DPPH ini berdasarkan kemampuan DPPH untuk
menerima atom hidrogen yang didonorkan oleh bahan antioksidan. Setelah mendapat
donor hidrogen, kemampuan absorpsi DPPH akan berkurang dan warnanya akan
berubah dari ungu pekat menjadi kuning pucat yang kemudian akan dibaca dengan
spektrofotometer UV-Vis [18]. Berikut grafik yang menunjukkan variasi konsentrasi
sabun terhadap aktivitas antioksidan:
100
90
80 y = 0,193x + 23,164
Hambatan (%)

70 R² = 0,9839
60
50
40
30
20
10
0
5 10 25 50 100
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.8 Grafik Analisis Aktivitas Antioksidan Sabun Transparan

Gambar 4.8 di atas menunjukkan hasil analisa aktivitas antioksidan terhadap


sabun transparan. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa kenaikan konsentrasi akan

44
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan % hambatan DPPH oleh antioksidan dalam sabun. Dalam analisa ini
digunakan konsentrasi uji sebesar 5; 10; 25; 50 dan 100 ppm dan diperoleh %
hambatan sebesar 30,886% hingga 69,367%.
Untuk menentukan IC50 (inhibition concentration 50%) maka akan digunakan
persamaan regresinya, dengan cara mengganti sumbu y dengan angka 50 dan dihitung
nilai x menggunakan matematika. Dimana:
y = 0,193x + 23,164
50 = 0,193x + 23,164
50 – 23,164 = 0,193x
26,836 = 0,193x
26,836
x= = 138,379 𝜇𝑔/𝜇𝐿
0,193

Menurut klasifikasi Blois, aktivitas antioksidan sebesar 138,379 𝜇𝑔/𝜇𝐿


termasuk golongan antioksidan sedang, sementara aktivitas antioksidan dari lidah
buaya sendiri dapat mencapai 58,36 𝜇𝑔/𝜇𝐿 yang tergolong ke dalam antioksidan kuat.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan lidah buaya ke dalam sabun menurunkan
kemampuan antioksidan pada sabun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Agustini dkk (2017), penambahan ekstrak karotenoid pada pembuatan sabun dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan pada sabun yang dihasilkan.
Penurunan kemampuan antioksidan ini dapat dikarenakan adanya pemberian
suhu yang tinggi pada saat pembuatan sabun sehingga mengakibatkan rusaknya
senyawa-senyawa antioksidan yang terkandung dalam lidah buaya. Selain itu, pada
penelitian Agustini diberikan penambahan senyawa butil hidroksitoluen (BHT) yang
merupakan senyawa antioksidan sintetik sehingga dapat membantu meningkatkan
aktivitas antioksidan dari sabun.

45
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali menurunkan kadar
alkali bebas pada sabun yang dihasilkan.
2. Hasil kadar air terbaik diperoleh pada formula konsentrasi larutan alkali
30% dan 32% tanpa penambahan lidah buaya, masing-masing 14,910% dan
13,520%.
3. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali menurunkan nilai pH
pada sabun yang dihasilkan.
4. Peningkatan konsentrasi lidah buaya meningkatkan kadar asam lemak bebas
pada sabun, tetapi peningkatan konsentrasi larutan alkali menurunkan kadar
asam lemak bebas pada sabun.
5. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali meningkatkan
stabilitas busa pada sabun.
6. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali menurunkan
tegangan permukaan pada sabun.
7. Peningkatan konsentrasi lidah buaya dan larutan alkali menurunkan
bilangan penyabunan pada sabun.
8. Penambahan lidah buaya menurunkan aktivitas antioksidan pada sabun.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan peningkatan konsentrasi larutan alkali mengingat nilai
kadar air yang dihasilkan masih melebihi standar SNI.
2. Perlu dilakukan pengujian kandungan senyawa antioksidan pada sabun
transparan untuk melihat konsentrasi senyawa antioksidannya, misalnya
flavonoid.

46
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

[1] Widyasanti, Asri dan Anditya Husnul Hasna. 2016. Kajian Pembuatan Sabun
Padat Transparan Basis Minyak Kelapa Murni Dengan Penambahan
Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 19(2), hal
179-195.
[2] Kasor, Fatimah. 2015. Pengaruh Penggunaan Virgin Coconut Oil (Vco) Sebagai
Emolient Terhadap Sifat Fisik Dan Stabilitas Vitamin C Dalam Sabun
Transparan. Tugas Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta: Surakarta.
[3] Putri, Ike Anjani Roso. 2014. Pengaruh Penambahan Sari Aloe Vera Terhadap
Sifat Fisik Dan Masa Simpan Sediaan Sabun Transparan Untuk Wajah. E-
journal, vol. 03 no. 02 Edisi Yudisium, hal 23-29.
[4] Usmania, Irma Diah Ayu dan Widya Rahma Pertiwi. 2012. Pembuatan Sabun
Transparan Dari Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil). Tugas Akhir.
Program Studi Diploma III Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
[5] Dyartanti, Endah Retno, Nesia Angela Cristi dan Irwan Fauzi. 2014. Pengaruh
Penambahan Minyak Sawit pada Karakteristik Sabun Transparan. Jurnal
EKUILIBRIUM vol. 13 no. 2 hal: 41-44.
[6] Widyasanti, Asri, Chinty Listiarsi Farddani dan Dadan Rohdiana. 2016.
Pembuatan Sabun Padat Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit
(Palm Oil) Dengan Penambahan Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih (Camellia
sinensis). Jurnal Teknik Pertanian Lampung, vol.5 no. 3: 125-136.
[7] Gusviputri, Arwinda, Njoo Meliana P.S., Aylianawati dan Nani Indraswati. 2013.
Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Antiseptik
Alami. Widya Teknik vol. 12, no. 1, hal 11-21.
[8] Warra, A.A., L.G. Hassan, S.Y. Gunu and S.A. Jega. 2010. Cold-Processes
Synthesis and Properties of Soaps Prepared from Different Tryacylglycerol
Sources. Nigerian Journal of Basic and Applied Science, page 315-321.
[9] Borhan, Farrah Payyadhah, Siti Salwa Abd Gani and Rosnah Shamsuddin. 2014.
The Use of D-Optimal Mixture Design in Optimising Okara Soap

47
Universitas Sumatera Utara
Formulation for Stratum Corneum Application. The Scientific World
Journal. http://dx.doi.org/10.1155/2014/173979.
[10] Jannah, Barlianty. 2009. Sifat Fisik Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi
Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
[11] Onyegbado, C.O, Iyagba E.T. and Offor O.J. 2002. Solid Soap Production Using
Plantain Peel Ash as Source of Alkali. Journal of Applied Sciences &
Environmental Management, Vol. 6, No. 1, page 73-77.
[12] Qisty, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi
Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
[13] Sahu, Pankaj K., Deen Dayal Giri, Ritu Singh, Priyanka Pandey, Sharmistha
Gupta, Atul Kumar Shrivastava. Ajay Kumar and Kapil Dev Pandey. 2013.
Therapeudic and Medicinal Uses of Aloe vera: A Review. Pharmacology &
Pharmacy, vol 4, page 599-610.
[14] Kusumaningsih, Triana, Pranoto dan Ragil Saryoso. 2006. Pembuatan Bahan
Bakar Biodiesel dari Minyak Jarak: Pengaruh Suhu dan Konsentrasi KOH
pada Reaksi Transesterifikasi Berbasis Katalis Basa. Jurnal Bioteknologi
no 1, hal 20-26. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
[15] Nurjannah. 2011. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Transparan dari
Minyak Kelapa Sawit dan VCO dengan Kapasitas 150.000 ton/tahun. Tugas
Akhir. Universitas Sumatera Utara: Medan.
[16] Lubis, Ade Friadi. 2009. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun Transparan
dari RBDPs dengan Kapasitas 600.000 ton/tahun. Tugas Akhir. Universitas
Sumatera Utara: Medan.
[17] Shinthia, Mega. 2016. Pembuatan Sabun Transparan (Rasio Tallow-Minyak
Kelapa-Minyak Jagung). Tugas Akhir. Politeknik Negeri Palembang:
Palembang.
[18] Aji, Rahman Mukti. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Daging Daun
Lidah Buaya menggunakan Metode DPPH. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

48
Universitas Sumatera Utara
[19] Novitasari. 2016. Formula Pembuatan Sabun Transparan dengan Penambahan
Kulit Pisang Ambon dan Sumbangsihnya pada Materi Pemanfaatan Limbah
Organik di Kelas X SMA/MA. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden
Fatah: Palembang.
[20] SNI. 1994. SNI 06-3532-1994: Sabun Mandi. Jakarta: Balai Standarisasi
Nasional.
[21] SNI. 1998. SNI 01-3555-1998: Cara Uji Minyak dan Lemak. Jakarta: Balai
Standarisasi Nasional.
[22] Lestari, Yunita Ayu. 2014. Pengaruh Temperatur dan Kecepatan Pengadukan
Sludge Industri Minyak Kelapa Sawit dalam Produksi Minyak untuk
Pembuatan Sabun Cair. Tugas Akhir. Politeknik Negeri Sriwijaya:
Palembang.
[23] Nugraha, Febriyawati Cahyanty. 2015. Pengaruh Nisbah Konsentrasi Minyak
Kelapa - Asam Stearat dan Nisbah Konsentrasi Gula Pasir – Etanol
terhadap Karakteristik Sabun Sereh. Skripsi. Universitas Udayana: Bali.
[24] Luna, Prima. 2011. Optimasi Sintesis Monolaurin Menggunakan Katalis Enzim
Lipase Imobil pada Circulated Packed Bed Reactor. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
[25] Aziz, Tamzil, Ratih Cindo K.N., dan Asima Fresca. 2009. Pengaruh Pelarut
Heksana dan Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu Ekstraksi terhadap Hasil
Ekstraksi Minyak Kopi. Jurnal Teknik Kimia no. 1 vol. 16.
[26] Purnamawati, Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam
Sitrat terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
[27] Suryani, Ani, Erliza Hambali dan Mira Rivai. 2005. Pemanfaatan Minyak Jarak
Pagar dan Gliserin Hasil Samping Produksi Biodiesel untuk Pembuatan
Sabun. Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas
Linn) untuk Biodiesel dan Minyak Bakar.
[28] Sciencelab. 2013a. Stearic Acid MSDS.
[29] Sciencelab. 2013b. Glycerin MSDS.

49
Universitas Sumatera Utara
[30] Purwaningsih, Ikawati. 2012. Penilaian Daur Hidup (Life Cycle Assessment)
Gula pada PT. Rajawali II Unit PG Subang. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
[31] Agustini, Ni Wayan Sri dan Agustina H. Winarni. 2017. Karakteristik Dan
Aktivitas Antioksidan Sabun Padat Transparan Yang Diperkaya Dengan
Ekstrak Kasar Karotenoid Chlorella pyrenoidosa. Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
[32] Munson, Bruce R., Donald F. Young, Theodore H. Okiishi, dan Wade W.
Huebsch. 1990. Fundamental of Fluid Mechanics. Sixth Edition. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc.
[33] Juliyanto, Eko, Janatur Rofingah, Arba Finda Sejati, Fatih Nuzulil Hakim. 2016.
Menentukan Tegangan Permukaan Zat Cair. Jurnal Kajian Pendidikan
Sains. Wonosobo: Universitas Sains AlQuran.
[34] Sukeksi, Lilis, Andy Junianto Sidabutar, Chandra Sitorus. 2017. Pembuatan
Sabun dengan Menggunakan Kulit Buah Kapuk (Ceiba petandra) Sebagai
Sumber Alkali. Jurnal Teknik Kimia USU Vol. 6 No. 3.
[35] Hambali, Erliza, Ani Suryani, dan Evimia Indriani Umiarti. 2004. Kajian
Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Mutu Sabun
Transparan. Jurnal Teknik Industri Pertanian, vol. 14 hal. 74-79.

50
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN

L1.1 Pengujian Sabun Transparan


Tabel L1.1 Hasil Pengujian pada Sabun Transparan
Run Kadar ALB Tegangan pH Bilangan Stabilitas
Air (%) (%) Permukaan Penyabunan Busa (%)
(dyne/cm)
A1B1 18,129 0,492 30,13 8,9 110 39
A1B2 16,300 0,451 29,13 9,0 97 43
A1B3 14,910 0,382 29,67 9,1 84 47
A1B4 13,520 0,332 30,00 9,2 78 50
A2B1 21,393 0,632 29,67 8,8 116 51
A2B2 19,175 0,588 29,33 8,8 100 55
A2B3 17,768 0,532 29,00 8,9 88 57
A2B4 16,894 0,494 29,00 9,0 83 61
A3B1 23,808 0,761 29,50 8,7 119 58
A3B2 22,045 0,713 29,33 8,8 104 64
A3B3 21,252 0,642 29,00 8,9 94 71
A3B4 20,915 0,576 28,50 8,9 87 73
A4B1 26,715 0,812 29,00 8,7 122 61
A4B2 24,650 0,766 28,67 8,9 107 66
A4B3 22,311 0,695 29,13 9,0 98 73
A4B4 21,951 0,636 28,67 9,0 91 81

Keterangan:
A1 = Lidah buaya 0 gram ( tanpa lidah buaya)
A2 = Lidah buaya 10 gram
A3 = Lidah buaya 20 gram
A4 = Lidah buaya 30 gram
B1 = Konsentrasi larutan alkali 26%
B2 = Konsentrasi larutan alkali 28%
B3 = Konsentrasi larutan alkali 30%
B4 = Konsentrasi larutan alkali 32%

51
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
CONTOH PERHITUNGAN

L2.1 Perhitungan Kadar Air


Diambil contoh pada run A1B1
Berat aluminium foil = 0,167 gram
Berat sabun = 4,01 gram
Berat total = 0,167 + 4,01
= 4,177 gram
Berat sabun oven = 3,45 – 0,167
= 3,283
3,283 - 4,01
Kadar Air = x 100%
4,01

= 18,129%

L2.2 Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas


Diambil contoh pada run A1B1
V = KOH 0,1 N yang dipergunakan, ml
N = Normalitas KOH yang digunakan, 0,1 N
W = Berat contoh, gram
205 = Berat setara asam laurat
Dari hasil pengujian diperoleh V KOH yang dipergunakan sebesar 1,2 ml
V x N x 0,205
Kadar ALB = x 100%
W
1,2 x 0,1 x 0,205
= x 100%
5

= 0,492%

L2.3 Perhitungan Tegangan Permukaan


Diambil contoh pada run A1B1
Tegangan Permukaan air = 59,33 dyne/cm
Tegangan Permukaan sabun = 29,2 dyne/cm
Penurunan Tegangan Permukaan = TP air - TP sabun
= 59,33 – 29,2 = 30,13 dyne/cm

52
Universitas Sumatera Utara
L2.4 Perhitungan Bilangan Penyabunan
Diambil contoh pada run A1B1
V0 = Volume titrasi blanko, ml
V1 = Volume titrasi sampel, ml
T = Normalitas HCl, 0,5 N
M = Berat sampel, gram
Dari hasil pengujian diperoleh
V0 = 13,2 ml
V1 = 5,4 ml
56,1 x 0,5 x (V0-V1)
Bilangan Penyabunan = m
56,1 𝑥 0,5 𝑥 (13,2−5,4)
= 2

= 109,395

L2.5 Perhitungan Stabilitas Busa


Diambil contoh pada run A1B1
Tinggi busa awal = 7,2 cm
Tinggi busa akhir = 2,8 cm
7,2-2,8
Busa yang hilang = x 100%
7,2

= 61%
Stabilitas busa = 100% - busa yang hilang
= 100% - 61%
= 39%

53
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI PENELITIAN

L3.1 Hasil Pembuatan Sabun Transparan

Gambar L3.1 Foto Hasil Pembuatan Sabun Transparan

L3.2 Hasil Pengujian Kadar Air

Gambar L3.2 Foto Hasil Pengujian Kadar Air

54
Universitas Sumatera Utara
L3.3 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan

Gambar L3.3 Foto Hasil Pengujian Tegangan Permukaan

L3.4 Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas

Gambar L3.4 Foto Hasil Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas

55
Universitas Sumatera Utara
L3.5 Hasil Pengukuran Stabilitas Busa

Gambar L3.5 Foto Hasil Pengukuran Stabilitas Busa

L3.6 Hasil Pengukuran Derajat Keasaman

Gambar L3.6 Foto Hasil Pengukuran Derajat Keasaman

56
Universitas Sumatera Utara
L3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Gambar L3.7 Foto Hasil Pengujian Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

L3.8 Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan

Gambar L3.8 Foto Hasil Pengujian Bilangan Penyabunan

57
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
HASIL UJI LABORATORIUM

L4.1 Pengujian Aktivitas Antioksidan


Tabel L4.1 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
Blanko 0,395
5 0,273
10 0,222
25 0,184
50 0,143
100 0,121

L4.2 Pengujian Tegangan Permukaan


Tabel L4.2 Hasil Pengujian Tegangan Permukaan
Run I II III Rata-rata PTP
Air 59,00 59,00 60,00 59,33 -
A1B1 28,50 30,50 28,60 29,20 30,13
A1B2 30,30 29,80 30,50 30,20 29,13
A1B3 29,20 30,40 29,40 29,66 29,66
A1B4 29,50 29,00 29,50 29,33 30,00
A2B1 29,70 30,30 29,00 29,66 29,66
A2B2 30,00 30,60 29,40 30,00 29,33
A2B3 30,30 30,70 30,00 30,33 29,00
A2B4 30,50 30,50 30,00 30,33 29,00
A3B1 29,50 30,60 29,40 29,83 29,50
A3B2 30,00 30,40 29,60 30,00 29,33
A3B3 29,70 30,30 31,00 30,33 29,00
A3B4 31,00 31,70 29,80 30,83 28,50
A4B1 31,00 30,60 29,40 30,33 29,00
A4B2 29,80 30,60 31,60 30,66 28,66
A4B3 29,70 30,60 30,30 30,20 29,13
A4B4 30,20 31,00 30,70 30,63 28,70

58
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai