SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
Iqra Syahbella Zulmi
NIM. 135050100111085
Prof.Dr.Sc.Agr.Ir. Suyadi, MS
NIP. 196204031987011001
Tanggal : …………………
RIWAYAT HIDUP
i
KATA PENGANTAR
ii
Ujian Sarjana serta memberikan arahan kepada penulis
guna kesempurnaan laporan skripsi.
7. Orang tua, saudara-saudara kami, atas doa, bimbingan,
serta kasih sayang yang selalu tercurah selama ini.
8. Saudara Masyhuri Azhar, S.Pt. selaku pemilik
Peternakan Azhar Indonesia yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tempat beliau untuk
melakukan penelitian ini.
9. Segenap Dosen Prodi Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
10. Keluarga besar Universitas Brawijaya (UB),
khususnya teman-teman seperjuangan kami di
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya, Malang, atas semua dukungan,
semangat, serta kerjasamanya.
Peneliti
iii
MORPHOMETRIC CHARACTERISTICS OF
HYLA AND HYCOLE CROSSED RABBIT
IN AZHAR FARM AT BATU CITY
1)
Student of Livestock Production Department, Faculty
of Animal Husbandry, Brawijaya University
2)
Lecturer of Livestock Production Department, Faculty
of Animal Husbandry, Brawijaya University
E-mail: iqra.zulmi05@gmail.com
ABSTRACT
iv
on chest depth (8.46±1.01 cm) and tibia length (13.00±0.98
cm), and male rabbits age 5 months was the longest on femur
length (10.70±2.97 cm). The conclusion of this study that male
rabbits age 5 and 8 months has significant differences in
variable body weight, head width and head height. While in
the female rabbits age 5 and 8 months there are significant
differences in variable head length and head height.
v
KARAKTERISTIK MORFOMETRIK KELINCI
PERSILANGAN HYLA DAN HYCOLE
DI AZHAR FARM KOTA BATU
1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
2)
Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
E-mail: iqra.zulmi05@gmail.com
RINGKASAN
vi
sebagai kelinci penghasil daging berdasarkan umur yang
berbeda dan sebagai panduan dalam menentukan kebijakan
pengembangan kelinci penghasil daging di Indonesia pada
umumnya.
Penelitian ini dilakukan terhadap 16 ekor kelinci yang
terdiri dari: 2 KJ5, 3 KJ8, 6 KB5 dan 5 KB8. Data primer yang
dikoleksi adalah pengukuran PK, LK, TK, LKD, DD, LD,
PRU, PH, PT, PF, PP, LP, PDT, LDT, dan BB. Data sekunder
yang dikoleksi adalah umur dan beberapa keterangan terkait
penelitian ini. Peralatan yang digunakan meliputi pita ukur,
jangka sorong, dan timbangan digital. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kelinci KJ8 memiliki rata-rata bobot
badan dan ukuran tubuh yang paling besar, yaitu 4849±338,92
g. Namun beberapa rata-rata ukuran tubuh lain seperti ukuran
dalam dada yang terbesar dimiliki oleh KB5 yaitu sebesar
8,46±1,01 cm, rata-rata panjang daun telinga yang paling besar
dimiliki oleh KB8 yaitu 14,12±0,46 cm serta panjang tibia
yang paling besar dimiliki KB5 yaitu 13,00±0,98 cm. Rata-rata
panjang femuris dari KJ5 berukuran lebih besar dibanding
yang lain yaitu sebesar 10,70±2,97 cm.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah rata-rata ukuran morfometrik KJ8 lebih unggul
daripada kelinci lain pada 11 variabel. Secara umum ukuran
tubuh kelinci persilangan Hyla dan Hycole jantan umur 8
bulan yang dipelihara di Azhar Farm Kota Batu berukuran
lebih besar daripada kelinci yang lain. Saran dari penelitian ini
adalah diperlukan kajian lebih lanjut mengenai pengukuran
ukuran tubuh kelinci persilangan Hyla dan Hycole dengan
manajemen pemeliharaan dan sumber bibit yang sama pada
daerah peternakan kelinci yang berbeda, serta ukuran
morfologi dan jumlah ulangan yang lebih banyak.
vii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
RIWAYAT HIDUP............................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................ii
ABSTRACT.........................................................................iv
RINGKASAN...................................................................vi
DAFTAR ISI......................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................xi
DAFTAR GAMBAR.........................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN....................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................4
1.4 Kegunaan Penelitian...................................4
1.5 Kerangka Pikir............................................5
1.6 Hipotesis.....................................................6
viii
2.4.2 Pakan.................................................13
2.4.3 Perkandangan....................................14
2.4.4 Kesehatan dan Sanitasi......................15
2.4.5 Faktor Lain........................................16
ix
4.3.1 Ukuran Kepala..................................38
4.3.2 Ukuran Dada.....................................41
4.3.3 Panjang Tulang Kaki Depan..............42
4.3.4 Panjang Tulang Kaki Belakang.........44
4.3.5 Panjang Punggung.............................45
4.3.6 Lebar Punggung................................46
4.3.7 Ukuran Telinga.................................48
4.3.8 Bobot Badan......................................49
4.4 Hasil Uji Hipotesis.....................................51
DAFTAR PUSTAKA.......................................................54
LAMPIRAN......................................................................63
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
DAFTAR SINGKATAN
BB : Bobot Badan
cm : centimeter
DD : Dalam Dada
dkk. : dan kawan-kawan
dll. : dan lain-lain
et al. : et alia; et alii
g : gram
kg : kilogram
Kkal : kilokalori
LD : Lebar Dada
LDT : Lebar Daun Telinga
LK : Lebar Kepala
LKD : Lingkar Dada
LP : Lebar Punggung
m : meter
mg : milligram
mm : millimeter
PDT : Panjang Daun Telinga
PF : Panjang Femuris
PH : Panjang Humerus
PK : Panjang Kepala
PP : Panjang Punggung
PRU : Panjang Radius Ulna
PT : Panjang Tibia
TK : Tinggi Kepala
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kelinci memiliki beberapa keunggulan yaitu
menghasilkan daging yang berkualitas tinggi dengan kadar
lemak yang rendah, tidak membutuhkan areal yang luas dalam
pemeliharaannya, hasil sampingannya (kulit/bulu, kepala, kaki
dan ekor serta kotorannya) dapat dimanfaatkan, biaya produksi
relatif murah, pemeliharannya mudah dan dapat melahirkan
anak 4-6 kali setiap tahunnya serta menghasilkan 4-12 anak
setiap kelahiran. Informasi dasar yang bisa diperoleh dengan
sederhana sebagai salah satu prasyarat untuk peningkatan mutu
genetik adalah pengetahuan mengenai karakter morfologi
kelinci dari rumpun dan populasi yang berbeda (Ajayi dan
Oseni, 2012).
Fenotip atau performans produksi seekor ternak
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Pengaruh dari faktor genetik tersebut secara bersama-sama
dengan pengaruh lingkungannya, menentukan fenotip dari
individu. Ternak yang memiliki genetik tinggi harus dipelihara
pada lingkungan yang baik pula agar menampilkan produksi
secara maksimal (Noor, 2000). Menurut Zotte, Paci and
Sartori (2012) pengukuran morfometrik kelinci meliputi
panjang badan, panjang telinga, panjang kepala, tinggi kepala,
lebar skapula, tulang ulna, tulang tibia, lebar telinga, lingkar
kepala dan lingkar pinggul. Brahmantiyo, Raharjo dan
Murtisari (2007) menyatakan bahwa karakteristik kuantitatif
yang diukur adalah ukuran-ukuran tubuh (bobot badan, lingkar
dada, panjang badan, panjang dan lebar telinga). Ukuran tubuh
lain seperti lingkar dada, panjang badan, lingkar leher, panjang
dan lebar telinga merupakan cerminan produktivitas dan
karakteristik spesifik rumpun kelinci.
Azhar Farm Indonesia merupakan salah satu
peternakan yang mengembangbiakkan ternak kelinci pedaging
2
persilangan Hyla dan Hycole di Jawa Timur. Bibit kelinci
yang dikembangbiakkan di peternakan tersebut berasal dari
Balai Penelitian Peternakan di Ciawi dengan induk berasal dari
China. Kelinci Hyla dan kelinci Hycole mulai diimpor ke
Indonesia pada tahun 2013 sebagai kelinci pedaging. Kelinci
ini memiliki beberapa karakteristik yakni tubuh besar dan
dapat memiliki bobot badan indukan mulai 6,5-7 kg, cukup
tahan terhadap penyakit, jumlah kelahiran anak hidup rata-rata
9-10 ekor/kelahiran, tingkat kematian rendah dan pertumbuhan
anak yang cepat.
3
diternakkan pun bervariasi, mulai dari New Zealand White
sampai kelinci persilangan dan jenis kelinci lain. Kelinci
persilangan atau kelinci campuran merupakan kelinci yang
akan mewarisi sebagian gen induknya dan sangat cocok untuk
dikembangkan di lini peternakan kelinci pedaging. Contoh ras
kelinci pedaging adalah Hyla dan Hycole yang saat ini sudah
dikembangkan dan menjadi prospek untuk menghasilkan
daging kelinci secara maksimal. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah perbedaan karakteristik
fenotip kelinci pada umur 5 dan 8 bulan di Azhar Farm
Indonesia.
4
1.5 Kerangka Pikir
Kebutuhan bahan pokok khususnya daging sebagai
sumber protein hewani setiap tahun akan meningkat seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia.
Kesadaran masyarakat Indonesia tentang daging rendah
kolesterol dan tinggi kandungan protein seperti daging kelinci
sudah muncul. Kelinci penghasil daging pun saat ini sudah
dikembangkan dan tersebar keseluruh penjuru negeri, sehingga
alternatif pengganti daging sapi dan unggas keberadaanya
tidak langka. Langkah yang dapat diambil dalam usaha
pembibitan kelinci penghasil daging yaitu dengan memperoleh
data berupa karakteristik fenotip dan keseragaman dalam
populasi serta perkembangan ditiap umur yang berbeda. Data
tersebut penting agar dapat dijadikan dasar atau patokan untuk
evaluasi pertumbuhan dan perkembangan kelinci penghasil
daging pada umur 5 dan 8 bulan. Berdasarkan uraian di atas
dapat disusun kerangka pikir penelitian dalam Gambar 1.
Karakteristik Morfometrik
Ukuran Tubuh
5
1.6 Hipotesis
Karakteristik morfometrik kelinci persilangan Hyla
dan Hycole jenis kelamin jantan dan betina umur lima bulan
dan delapan bulan di Azhar Farm Indonesia Kota Batu diduga
berbeda.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelinci
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) merupakan salah satu
ternak pseudoruminansia yang cukup baik dalam
produktivitasnya. Menurut Zakiyah, Minarti dan Cholis (2013)
kelinci dalam satu tahun mampu melahirkan 6 kali dengan
jumlah anak per kelahiran (litter size) 2-12 ekor dengan
tingkat mortalitas 5-15%, memiliki siklus reproduksi yang
pendek (birahi 4 hari sekali) dan lama bunting 30-32 hari.
Meski memiliki ukuran tubuh lebih kecil dan laju
pertumbuhan lebih lambat dari kelinci impor, namun kelinci
lokal berguna dalam penyilangan dengan bangsa lain untuk
mengembangkan kelinci yang tahan penyakit dan mempunyai
toleransi panas (Sarwono, 2001). Menurut Rahardjo dkk.
(2004) bahwa kelinci yang telah cukup lama dikenal oleh
peternak dan telah beradaptasi dengan lingkungan tropis
Indonesia adalah kelinci-kelinci impor dari berbagai negara di
Eropa dan Amerika. Adaptasi di daerah tropis menyebabkan
perubahan kinerja biologis pada ternak- ternak tersebut yang
sangat berbeda dengan kinerja rumpun murni di negara
asalnya.
Kehidupan kelinci memiliki dimensi sosial yang kuat
sehingga ia akan merasa tertekan manakala terpisahkan dari
lingkungannya yang tadinya nyaman berubah ke lingkungan
yang tak nyaman (Manshur dan Fakkih, 2010). Menurut hasil
penelitian Qisthon (2012) bahwa kelinci akan mengalami stres
apabila hidup pada suhu lingkungan lebih dari 28-30°C dan
mengalami cekaman yang hebat apabila selisih suhu
lingkungan antara siang dan malam hari lebih dari 2°C.
7
2.1.1 Kelinci Hyla
Hyla adalah jenis kelinci pedaging hibrida yang bisa
dikatakan terbaik di dunia (setidaknya hingga saat ini). Kelinci
ini diciptakan (dikembangkan) melalui kerjasama antara
pemerintah Cina yang diwakili oleh Qingdau Kangda Food ltd.
dengan Eurolap yang berada di Perancis. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan bibit kelinci pedaging yang dapat
dikatakan super atau memiliki seluruh kriteria terbaik / unggul.
Kelinci ini didominasi 3 pola warna, yaitu putih, putih dengan
pola seperti kelinci Himalayan atau kelinci Californian dan
abu-abu kuning (sandy). Berdasarkan pola warna tersebut,
saya menebak jika kelinci Hyla merupakan persilangan dari
jenis kelinci New Zealand White, kelinci Californian dan
beberapa tipe kelinci raksasa seperti kelinci Flemish Giant,
kelinci Giant Continental, dll. (Anonimus, 2014).
Persentase karkas kelinci Hyla mencapai 60,20% pada
umur potong 70 hari (Zita et al. 2012). Hasil penelitian Qing
et al. (2015) menunjukkan bahwa daging kelinci Hyla pada
umur 70 hari memiliki kadar lemak sebesar 0,91±0,08% dan
memiliki kadar protein sebesar 22,23±0,28%, hal tersebut
menunjukkan bahwa daging kelinci Hyla dapat dijadikan
alternatif sumber protein hewani yang berkualitas.
8
bisa disebut juga kelinci New Zealand White blood line dari
Perancis. Kelinci ini merupakan bibit unggulan karena
pertumbuhannya cepat, beranak dalam jumlah banyak dan
bobot relatif berat. Usia 90 hari atau 3 bulan kelinci ini
memiliki bobot panen yaitu 2,2-2,5 kg dan kelinci lepas sapih
di usia 1,5 bulan sudah mencapai bobot 1,7 kg (Anonimus,
2017).
Hyla dan Hycole merupakan kelinci pedaging unggul
dengan laju pertumbuhan dan tingkat prolifik yang tinggi.
Kedua kelinci tersebut masih relatif baru dikembangkan di
Indonesia (Putra, Nuraini dan Brahmantiyo, 2016). Kelinci
Hycole pada umur 77 hari memiliki kadar lemak sebesar
1,23±0,10% dan kadar protein sebesar 22,30±0,35%
(Chrastinova et al. 2009).
9
ukuran-ukuran tubuh (bobot badan, lingkar dada, panjang
badan, panjang dan lebar telinga). Ukuran tubuh lain seperti
lingkar dada, panjang badan, lingkar leher, panjang dan lebar
telinga merupakan cerminan produktivitas dan karakteristik
spesifik rumpun kelinci. Menurut Mulliadi (1996) dalam
Fafarita (2006) pengukuran tubuh dilakukan berdasarkan
ukuran yang umum pada ternak yaitu sebagai sifat kuantitatif
untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak
ataupun digunakan dalam melakukan seleksi.
10
yang tampak dan berbeda jelas untuk setiap kelompoknya
(Fafarita, 2006). Sifat-sifat fisik kualitatif meliputi bentuk fisik
badan, bentuk muka, bentuk telinga, warna dan panjang bulu,
warna mata dan lainnya (Brahmantiyo, Raharjo dan Murtisari,
2007).
Karakteristik yang dapat digunakan untuk menentukan
bangsa ternak dan membedakanya antara bangsa ternak dapat
berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif. Sifat kualitatif dan
kuantitatif selain dapat untuk menentukan bangsa ternak juga
dapat untuk menduga dan menentukan kemungkinan
pengembanganya dimasa mendatang (Krisnandi, Rahmat dan
Dudi, 2015). Pola warna pada hewan mamalia terjadi akibat
mutasi yang disebabkan proses kehidupan individu hewan
tersebut yang diatur secara genetik. Proses tersebut berupa
spesialisasi dari sel-sel, jaringan-jaringan dan organ-organ
tubuh hewan yang terjadi pada saat proses adaptasi hewan
dengan lingkungan (Lamoreux et al., 2010).
11
Menurut Martojo (1992) dalam Takaendengan (2011)
sifat kuantitatif adalah sifat-sifat yang dapat diukur pada
seekor ternak baik untuk sifat produksi seperti ukuran
morfologi tubuh, kecepatan lari, daya tahan juga untuk sifat
reproduksi seperti lama kebuntingan, lama birahi dan produksi
susu. Menurut Brahmantiyo et al. (2006) perkawinan kelinci
yang memiliki jarak genetik yang dekat tidak memberikan
peningkatan ukuran kuantitatif optimal apabila tidak disertai
dengan seleksi yang ketat.
2.4.2 Pakan
Keberhasilan suatu usaha ternak ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya genetik, pakan dan manajemen
pemeliharaan (Suryani, 2002). Jenis pakan dibedakan
berdasarkan kelas kelinci dan umur kelinci yaitu kelinci muda,
dewasa, pejantan, induk bunting dan laktasi. Pemberian pakan
pada kelinci dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi
dan sore hari. Konsentrat diberikan pada pagi hari (08.00
WIB) setelah pembersihan kandang dan rumput diberikan
pada sore hari (16.00 WIB). Selama kebuntingan harus
diberikan pakan yang mampu memenuhi kebutuhan induk dan
fetus yang sedang
13
berkembang dengan cepat (Kuswanto, 2012). Kuswanto
(2012) menambahkan bahwa jumlah pakan untuk kelinci
pejantan sama dengan kelinci betina dewasa yaitu sebesar
120g/ekor/hari untuk konsentrat, serta rumput sebanyak
500g/ekor/hari, pakan untuk kelinci bunting sama dengan
kelinci laktasi, sebesar 250g/ekor/hari konsentrat serta rumput
500g/ekor/hari. Kelinci muda diberikan konsentrat
70g/ekor/hari.
Pada dasarnya kelinci kurang mampu mencerna serat
kasar, tetapi kelinci dapat mencerna protein dari tanaman
berserat dan memanfaatkannya dengan efektif, laju pakan
dalam saluran pencernaan yang lebih cepat menyebabkan
tingkat konsumsi menjadi tinggi (Herman, 2003). Eady (2003)
menambahkan bahwa dalam pemberian pakan perlu
disediakan air minum, selain itu dalam pemeliharaan kelinci
perlu diperhatikan kebersihan kandang, ventilasi, perlindungan
dari cahaya matahari dan hujan.
2.4.3 Perkandangan
Bangunan kandang dan peralatan yang diperlukan
tergantung pada lokasi peternakan kelinci, besar peternakan
dan besar modal dalam investasi (Herman, 2002). Berdasarkan
penempatannya, kandang kelinci dibedakan atas kandang di
dalam ruangan, kandang di luar ruangan, dan kandang yang
bisa dipindah-pindah. Sedangkan berdasarkan pengelolaannya
dapat dibedakan menjadi kandang battery, postal, dan ranch.
Kandang battery adalah kandang yang tiap ruangan diisi satu
ekor kelinci. Kandang ini biasa digunakan bagi induk yang
beranak dan mengasuh anak, untuk mengawinkan kelinci
betina yang sewaktu-waktu dimasukkan ke kandang jantan dan
untuk tempat pembesaran secara berkelompok hingga anak
kelinci lepas sapih (Sarwono, 2002).
14
Sarwono (2002) menambahkan bahwa kandang
battery mempunyai keuntungan yaitu mempermudah
melakukan sanitasi, mencegah perkelahian dan kanibalisme,
program pengembangbiakan dan pemuliaan dapat diatur lebih
mudah, memperkecil kematian anak kelinci karena tidak ada
gangguan dari kelinci lain, biaya murah dan pemanfaatannya
ekonomis. Kandang tersebut difungsikan induk betina untuk
melahirkan dan mengasuh anak, bagi pejantan digunakan
untuk mengawini betina dan pembesaran secara kelompok
bagi anak lepas sapih.
15
kelinci yang sudah terkena penyakit, sebaiknya dipisahkan dari
ternak lainnya (Suryani, 2002; Febriliany, 2008).
16
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
17
disebutkan di atas. Peralatan yang digunakan untuk mengukur
morfometrik kelinci dapat dilihat di Lampiran 8.
19
11. Panjang punggung: pengukuran dilakukan mulai dari
tulang punggung pertama sampai tulang pangkal ekor,
diukur dengan pita ukur (cm). Lihat di Lampiran Gambar
L.9.12.
12. Lebar punggung: pengukuran dilakukan mulai dari tulang
pangkal paha kiri dengan tulang pangkal paha kanan,
diukur dengan jangka sorong (cm). Lihat di Lampiran
Gambar L.9.13.
13. Panjang daun telinga: pengukuran dilakukan mulai dari
pengkal daun telinga sampai titik ujung telinga, diukur
dengan pita ukur (cm). Lihat di Lampiran Gambar L.9.14.
14. Lebar daun telinga: pengukuran dilakukan antara dua titik
terluar daun telinga secara tegak lurus terhadap panjang
telinga, diukur dengan pita ukur (cm). Lihat di Lampiran
Gambar L.9.15.
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan
survei pendahuluan ke lokasi untuk mendapatkan
gambaran umum kondisi lapangan, pendataan
perlengkapan penelitian dan hal-hal yang terkait dengan
sumber data dan melakukan studi pustaka sebagai bahan
referensi dan acuan dalam penyusunan tugas akhir. Tahap
ini memerlukan waktu yang cukup lama karena beberapa
hal tidak dapat secara langsung didapatkan pada waktu
dan hari yang sama. Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini disiapkan secara mandiri oleh peneliti dan
beberapa alat sudah ada di tempat penelitian. Proses
latihan dalam pengambilan data juga dilakukan oleh
peneliti agar dalam prosesnya tidak terdapat masalah dan
tidak mengulur waktu penelitian.
20
3.4.2 Pengamatan
Proses pengumpulan bahan atau data yang
diperlukan untuk penelitian dapat dilakukan dengan 2
macam cara sebagai berikut:
a. Metode purposive sampling
Metode ini merupakan salah satu cara
pengumpulan data yang sering dilakukan dalam
penelitian. Pengumpulan data dengan cara ini memang
dilakukan secara sengaja agar didapatkan bahan atau
data yang dibutuhkan di dalam penelitian.
Pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian
ini adalah penimbangan bobot badan ternak
menggunakan timbangan dan pengukuran beberapa
peubah dengan menggunakan alat berupa pita ukur
dan jangka sorong.
b. Metode Wawancara
Metode ini merupakan percakapan antara dua
orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber
dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi dimana sang
pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
22
4. Lingkar dada adalah lingkar rongga dada di bagian
belakang sendi bahu (cm).
5. Dalam dada adalah jarak antara titik tertinggi pundak
dengan tulang dada (cm).
6. Lebar dada adalah jarak antara kerangka dada di bagian
belakang scapula kanan dan scapula kiri (cm).
7. Radius ulna adalah panjang kaki depan bagian bawah (cm).
8. Humerus adalah panjang kaki depan bagian atas (cm).
9. Tibia adalah panjang kaki belakang bagian bawah (cm).
10. Femuris adalah panjang kaki belakang bagian atas (cm).
11. Panjang tulang punggung adalah panjang antara tulang
pungung pertama sampai pada tulang pangkal ekor (cm).
12. Lebar tulang punggung adalah jarak antara tulang pangkal
paha kiri dengan pengkal paha kanan (cm).
13. Panjang daun telinga adalah jarak antara pangkal daun
telinga sampai pada ujung telinga (cm).
14. Lebar daun telinga adalah jarak antar dua titik teluar daun
telinga (cm).
15. Bobot badan adalah bobot hidup kelinci sebelum diberikan
pakan (g).
24
yaitu kelinci persilangan Hyla dan Hycole jenis kelamin
jantan dan betina pada umur 5 dan 8 bulan.
Persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
melakukan uji t independen adalah data yang diuji adalah
data kuantitatif, data harus diuji normalitas dan hasilnya
harus berdistribusi normal, data harus sejenis dan uji ini
dilakukan dengan jumlah data yang sedikit (kurang dari
30). Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data kuantitatif, hasil uji normalitas
menunjukkan data yang digunakan berdistribusi normal.
Prinsip pengujian uji ini adalah melihat perbedaan variasi
kedua kelompok data, sehingga sebelum dilakukan
pengujian, terlebih dahulu harus diketahui apakah
variannya sama (equal variance) atau variannya berbeda
(unequal variance).
Data dinyatakan memiliki varian yang sama
(equal variance) bila F-Hitung < F-Tabel, dan
sebaliknya, varian data dinyatakan tidak sama (unequal
variance) bila F-Hitung > F-Tabel. Nilai F tabel adalah
pada taraf nyata a dan derajat kebebasan n 1-1, n2-1. Jadi F
tabel adalah F5%,n1-1,n2-1. Bentuk varian kedua kelompok
data akan berpengaruh pada nilai standar error yang
akhirnya akan membedakan rumus pengujiannya. Untuk
varian yang sama (equal variance) menggunakan rumus
Polled Varians. Uji t untuk varian yang berbeda (unequal
variance) menggunakan rumus Separated Varians.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran
5 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi atau sig.
(2- tailed) lebih dari level of significance 95% (P>0,05).
Nilai sigifikansi uji normalitas pada data morfometrik
kelinci jantan sebesar 0,856 (P>0,05) dan pada kelinci
betina
25
nilainya sebesar 0,969 (P>0,05). Nilai tersebut
membuktikan bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini berdistribusi normal, sehingga persyaratan
uji t independen terpenuhi.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
desinfeksi yang ramah lingkungan atau terdaftar,
melakukan pembersihan dan desinfeksi kandang baik
terhadap kandang yang dikosongkan maupun sebelum
dimasukkan ternak baru ke dalam kandang, menjaga
kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan
sehingga memenuhi syarat higiene yang dapat
dipertanggungjawabkan dan melakukan tindakan
pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit sesuai
dengan tatacara yang berlaku.
28
pengendalian penyakit. Sehingga target dari perencanaan
awal dapat tercapai dan tidak terjadi penyimpangan, serta
realisasi dari target-target tersebut dapat dimaksimalkan.
29
sedangkan F1 dari kelinci pedaging tersebut
dikembangkan di Balai Penelitian Ternak Ciawi. Oleh
karena itu, kelinci persilangan Hyla dan Hycole ini
performansnya tidak menurun karena pengaruh adaptasi
terhadap iklim yang berbeda dengan negara asal induknya.
Bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan
yang memiliki catatan kinerja tetuanya dengan kriteria-
kriteria baku dari bibit tersebut dan sesuai harapan
konsumen. Bibit harus tidak mengandung penyakit,
terlihat sehat dan mampu berkembangbiak sebaik
tetuanya. Hal ini sudah diterapkan di Azhar Farm
Indonesia bahwa bibit kelinci sudah jelas asalnya dan
dengan catatan atau recording yang jelas. Karena kelinci
pedaging yang dikembangbiakkan di peternakan ini
berasal dari Balai Penelitian Ternak Ciawi, dimana induk
kelinci tersebut diimpor dari China pada tahun 2013 lalu.
4.2.2 Pakan
Keberhasilan suatu usaha ternak ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya genetik, pakan dan
manajemen pemeliharaan. Peternakan kelinci pedaging
Azhar Farm Indonesia juga tidak lepas dari faktor-faktor
tersebut. Faktor pakan memang mempengaruhi
keberhasilan suatu usaha peternakan, jika pakan yang
diberikan dan tatalaksana pemeliharaan baik maka
hasilnya pun juga akan baik. Berbeda dengan pemberian
pakan yang baik namun tidak diikuti dengan tatalaksana
yang baik hasilnya akan buruk dan kualitas dari ternak
tersebut akan menurun. Apalagi pakan dan tatalaksana
yang diberikan ke ternak tidak baik maka hasilnya akan
nihil.
30
Jenis pakan yang diberikan di peternakan kelinci
pedaging Azhar Farm Indonesia adalah pakan komplit
berbentuk pellet merk “Rabbit Feed” yang diproduksi oleh
pabrik feedmill di Blitar dengan komposisi tepung jagung,
pollard, dedak padi, bungkil kacang kedelai, tepung kulit
kacang, tepung daging dan tulang, molasses dan premix.
Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu
pada pagi (07.00 WIB) dan sore hari (16.00 WIB) dan
sistem air minum menggunakan sistem nipple. Jumlah
pakan yang diberikan di peternakan tersebut sebanyak 150
g/ekor/hari. Pakan dan label pakan tersebut dapat dilihat di
Lampiran 10.
4.2.3 Perkandangan
Kondisi bangunan kandang di peternakan kelinci
pedaging Azhar Farm Indonesia menggunakan bangunan
kandang sederhana namun kokoh dan sudah disesuaikan
dengan lokasi, besar peternakan dan modal untuk
peternakan ini. Letak yang cukup jauh dari jalan raya
dapat mengurangi tingkat stres pada ternak kelinci, serta
suara bising dari jalan raya dapat dikurangi dengan
menyalakan musik untuk suara-suara yang dapat membuat
kelinci stres. Beberapa faktor penyebab stres pada kelinci
salah satunya adalah polusi suara, sehingga peternak
mengatasi gangguan suara dari luar kandang yaitu dengan
menggunakan musik yang dinyalakan mulai pagi hingga
sore hari.
Kandang yang digunakan di peternakan kelinci
pedaging ini adalah kandang battery berukuran 50 cm x 70
cm x 50 cm. Kandang terbuat dari kayu, bambu dan kawat
galvanis. Satu kotak kandang berisi satu ekor kelinci,
tempat pakan terbuat dari gerabah dan kotak beranak yang
31
diberikan menjelang hari ke-25 kebuntingan. Kandang
battery adalah kandang yang tiap ruangan diisi satu ekor
kelinci. Kandang ini biasa digunakan bagi induk yang
beranak dan mengasuh anak, untuk mengawinkan kelinci
betina yang sewaktu-waktu dimasukkan ke kandang jantan
dan untuk tempat pembesaran secara berkelompok hingga
anak kelinci lepas sapih.
Kandang battery mempunyai keuntungan yaitu
mempermudah melakukan sanitasi, mencegah perkelahian
dan kanibalisme, program pengembangbiakan dan
pemuliaan dapat diatur lebih mudah, memperkecil
kematian anak kelinci karena tidak ada gangguan dari
kelinci lain, biaya murah dan pemanfaatannya ekonomis.
Kandang tersebut difungsikan induk betina untuk
melahirkan dan mengasuh anak, bagi pejantan digunakan
untuk mengawini betina dan pembesaran secara kelompok
bagi anak lepas sapih.
32
Tindakan pengamanan penyakit yang dilakukan
di Azhar Farm Indonesia antara lain melakukan
desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap
serangga, lalat dan pembasmian terhadap kuman-kuman
lainnya dengan menggunakan desinfeksi yang ramah
lingkungan atau terdaftar, melakukan pembersihan dan
desinfeksi kandang baik terhadap kandang yang
dikosongkan maupun sebelum dimasukkan ternak baru ke
dalam kandang, menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh
komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat
higiene yang dapat dipertanggungjawabkan dan
melakukan tindakan pencegahan (vaksinasi) terhadap
penyakit-penyakit sesuai dengan tatacara yang berlaku.
Kegiatan sanitasi juga dilakukan di peternakan tersebut,
pembersihan kandang dilakukan setiap pagi sebelum
pemberian pakan.
33
Pemasaran menentukan sukses atau tidaknya
sebuah usaha, dimana kesuksesan finansial sering
bergantung pada kemampuan pemasaran. Hasil dari
peternakan kelinci pedaging ini yang dipasarkan antara
lain kelinci hidup umur 3 bulan, karkas segar maupun
beku, bulu dan hasil samping lainnya, serta kotoran yang
dijual sebagai pupuk kompos. Pemasaran produk dari
peternakan kelinci pedaging ini mencakup wilayah Jawa
Timur, sehingga kebutuhan daging kelinci di Jawa Timur
dapat terpenuhi secara optimal.
34
Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran tubuh kelinci persilangan
Hyla dan Hycole jantan umur 5 dan 8 bulan
KJ5 KJ8
No. Variabel Satuan
(n = 2) (n = 3)
1 PK cm 16,10±1,56 18,43±0,49
a
2 LK cm 4,00±0,29 4,59±0,11b
3 TK cm 6,00±0,12a 6,99±0,33b
4 LKD cm 33,75±2,76 36,07±0,15
5 DD cm 8,20±0,30 8,42±0,79
6 LD cm 7,88±0,47 8,06±0,25
7 PRU cm 9,20±0,14 10,30±0,50
8 PH cm 9,60±0,57 10,47±1,38
9 PT cm 12,80±0,42 11,75±1,77
10 PF cm 10,70±2,97 10,60±0,85
11 PP cm 43,00±1,70 45,50±0,62
12 LP cm 7,36±0,02 7,61±0,33
13 PDT cm 13,70±0,71 13,83±0,55
14 LDT cm 8,40±0,42 8,53±0,38
15 BB g 3744±360,62 4849±338,92b
a
35
Tabel 2. Rata-rata hasil pengukuran tubuh kelinci persilangan
Hyla dan Hycole betina umur 5 dan 8 bulan
KB5 KB8
No. Variabel Satuan
(n = 6) (n = 5)
a
1 PK cm 15,72±0,40 17,24±1,01b
2 LK cm 4,36±0,30 4,09±0,40
a
3 TK cm 6,10±0,26 6,72±0,51b
4 LKD cm 35,35±2,00 34,20±3,01
5 DD cm 8,46±1,01 8,26±0,94
6 LD cm 7,40±0,61 7,73±0,76
7 PRU cm 8,62±0,80 8,80±0,83
8 PH cm 8,75±1,41 9,50±0,50
9 PT cm 13,00±0,98 11,96±0,97
10 PF cm 10,43±1,13 10,18±0,84
11 PP cm 44,03±2,68 44,20±1,25
12 LP cm 7,40±0,81 6,98±0,59
13 PDT cm 13,00±1,36 14,12±0,46
14 LDT cm 7,40±0,83 7,68±0,30
15 BB g 4272,17±457,69 4513,8±382,16
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
36
Tabel 3. Rata-rata hasil pengukuran tubuh kelinci persilangan
Hyla dan Hycole jantan dan betina umur 5 bulan
KJ5 KB5
No. Variabel Satuan
(n = 2) (n = 6)
1 PK cm 16,10±1,56 15,72±0,40
2 LK cm 4,00±0,29 4,36±0,30
3 TK cm 6,00±0,12 6,10±0,26
4 LKD cm 33,75±2,76 35,35±2,00
5 DD cm 8,20±0,30 8,46±1,01
6 LD cm 7,88±0,47 7,40±0,61
7 PRU cm 9,20±0,14 8,62±0,80
8 PH cm 9,60±0,57 8,75±1,41
9 PT cm 12,80±0,42 13,00±0,98
10 PF cm 10,70±2,97 10,43±1,13
11 PP cm 43,00±1,70 44,03±2,68
12 LP cm 7,36±0,02 7,40±0,81
13 PDT cm 13,70±0,71 13,00±1,36
14 LDT cm 8,40±0,42 7,40±0,83
15 BB g 3744±360,62 4272,17±457,69
Keterangan: seluruh variabel menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata (P>0,05)
37
Tabel 4. Rata-rata hasil pengukuran tubuh kelinci persilangan
Hyla dan Hycole jantan dan betina umur 8 bulan
KJ8 KB8
No. Variabel Satuan
(n = 3) (n = 5)
1 PK cm 18,43±0,49 17,24±1,01
2 LK cm 4,59±0,11 4,09±0,40
3 TK cm 6,99±0,33 6,72±0,51
4 LKD cm 36,07±0,15 34,20±3,01
5 DD cm 8,42±0,79 8,26±0,94
6 LD cm 8,06±0,25 7,73±0,76
7 PRU cm 10,30±0,50a 8,80±0,83b
8 PH cm 10,47±1,38 9,50±0,50
9 PT cm 11,75±1,77 11,96±0,97
10 PF cm 10,60±0,85 10,18±0,84
11 PP cm 45,50±0,62 44,20±1,25
12 LP cm 7,61±0,33 6,98±0,59
13 PDT cm 13,83±0,55 14,12±0,46
14 LDT cm 8,53±0,38a 7,68±0,30b
15 BB g 4849±338,92 4513,8±382,16
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
38
kelinci betina umur 5 bulan. Ukuran lebar kepala secara
urut dari besar ke kecil yaitu kelinci jantan umur 8 bulan,
kelinci betina umur 5 bulan, kelinci betina umur 8 bulan
dan kelinci jantan umur 5 bulan. Sedangkan untuk ukuran
tinggi kepala secara berurutan dari yang terbesar yaitu
kelinci jantan umur 8 bulan, kelinci betina umur 8 bulan,
kelinci betina umr 5 bulan dan kelinci jantan umur 5
bulan. Fafarita (2006) menyatakan bahwa tipe muka yang
dikategorikan atas oval memanjang, oval dan oval
membulat, yang ditentukan berdasarkan indeks ukuran
lebar kepala dengan ukuran panjang kepala. Berdasarkan
pernyataan tersebut kelinci yang diteliti memiliki muka
oval memanjang sehingga ukuran kepala (panjang, lebar
dan tinggi) lebih besar daripada kelinci jenis lain. Panjang
kepala kelinci Hyla dan kelinci Hycole jenis kelamin
betina kisaran umur 6-8 bulan dari penelitian Azhar,
Cholis dan Brahmantiyo (2016) yang ukurannya lebih
kecil yaitu 13,80 cm (kelinci Hyla) dan 14,40 cm (kelinci
Hycole), dibandingkan panjang kepala kelinci persilangan
Hyla dan Hycole jenis kelamin betina umur 5 bulan
sebesar 15,72±0,40 cm dan 17,24±1,01 cm untuk umur 8
bulan.
Kelinci persilangan Hyla dan Hycole jantan umur
5 dan 8 bulan memiliki ukuran lebar kepala yang lebih
kecil dibandingkan dengan kelinci tetuanya. Ukuran lebar
kepala kelinci persilangan Hyla dan Hycole jantan umur
5 dan 8 bulan yaitu 4,00±0,29 cm dan 4,59±0,11 cm.
Ukuran lebar kepala kelinci persilangan Hyla dan
Hycole betina
39
umur 5 dan 8 bulan lebih kecil dibandingkan dengan
kelinci tetuanya (kelinci Hyla dan kelinci Hycole). Lebar
kepala kelinci persilangan Hyla dan Hycole betina umur
5 dan 8 bulan yaitu 4,36±0,30 cm dan 4,09±0,40 cm,
sedangkan lebar kepala kelinci Hyla dan kelinci Hycole
betina kisaran umur 6-8 bulan sebesar 4,73 cm dan 5,03
cm (Azhar, Cholis dan Brahmantiyo, 2016).
Rata-rata ukuran tinggi kepala antara kelinci Hyla
dan kelinci Hycole dengan kelinci persilangan keduanya
tidak berbeda secara nyata. Rata-rata tinggi kepala kelinci
persilangan Hyla dan Hycole jantan umur 5 dan 8 bulan
yaitu 6,00±0,12 cm dan 6,99±0,33 cm. Ukuran tinggi
kepala kelinci Hyla dan kelinci Hycole betina kisaran
umur 6-8 bulan sebesar 5,75 cm dan 6,20 cm (Azhar,
Cholis dan Brahmantiyo, 2016), sedangkan rata-rata
tinggi kepala kelinci persilangan Hyla dan Hycole betina
umur 5 dan 8 bulan yaitu sebesar 6,10±0,26 cm dan
6,72±0,51 cm. Setelah dianalisis uji t independen dengan
bantuan
SPSS, panjang kepala kelinci persilangan Hyla dan
Hycole jantan umur 5 bulan dengan umur 8 bulan (KJ5
dan KJ8) dan lebar kepala kelinci betina umur 5 bulan
dengan umur 8 bulan (KB5 dan KB8) memiliki
perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Sedangkan panjang
kepala kelinci persilangan Hyla dan Hycole betina umur
5 bulan dengan 8 bulan (KB5 dan KB8), lebar kepala
kelinci persilangan Hyla dan Hycole jantan umur 5 bulan
dengan umur 8 bulan (KJ5 dan KJ8) dan ukuran tinggi
kepala dari kedua kelompok ternak tersebut (KJ5, KJ8,
KB5 dan KB8)
40
memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05). Tabel hasil uji-t
independen dapat dilihat pada Lampiran 6.
41
umur 8 bulan sebesar 8,06±0,25 cm dan kelinci jantan
umur 5 bulan sebesar 7,88±0,47 cm, kelinci betina umur
8 bulan (7,73±0,76 cm) dan kelinci betina umur 5 bulan
(7,40±0,61 cm). Ukuran-ukuran tersebut memiliki ukuran
lebih besar dibandingkan dengan kelinci Hyla dan kelinci
Hycole kisaran umur 6-8 bulan yang memiliki ukuran
sebesar 6,77 cm dan 7,37 cm (Azhar, Cholis dan
Brahmantiyo, 2016).
Setelah dianalisis uji t independen dengan
bantuan SPSS, ukuran dada kelinci persilangan Hyla dan
Hycole jenis kelamin jantan dan betina umur 5 bulan dan
8 bulan (KJ5, KJ8, KB5 dan KB8) yang meliputi lingkar
dada, dalam dada dan lebar dada memiliki perbedaan
yang tidak nyata (P>0,05). Sehingga dari ukuran-ukuran
tersebut dapat diketahui bahwa ukuran dada kelinci
jantan dan betina yang dipelihara di Azhar Farm Kota
Batu tidak berbeda nyata.
42
10,30±0,50 cm dan humerus sebesar 10,47±1,38 cm),
kemudian disusul oleh kelinci jantan umur 5 bulan
(radius ulna 9,20±0,14 cm dan humerus 9,60±0,57 cm).
Berdasarkan hasil pengukuran pada kelinci jantan di atas
menunjukkan perbedaan dengan tetuanya yang memiliki
ukuran panjang radius ulna sebesar 10,25 cm dan
panjang humerus sebesar 9,00 pada kelinci Hyla jantan,
sedangkan untuk kelinci Hycole jantan memiliki ukuran
panjang radius ulna sebesar 10,81 cm dan panjang
humerus sebesar 9,65 cm (Brahmantiyo, Priyono dan
Rosartio, 2016).
Kelinci betina umur 8 bulan memiliki panjang
tulang kaki depan lebih panjang (radius ulna sebesar
8,80±0,83 cm dan humerus sebesar 9,50±0,50 cm)
daripada kelinci betina umur 5 bulan (radius ulna
8,62±0,80 cm dan humerus 9,50±0,50 cm). Brahmantiyo
(2008) menjelaskan tentang panjang kaki atas dan kaki
bawah, panjang kaki depan bawah adalah panjangnya
tulang radius ulna dan panjang kaki depan atas adalah
panjangnya tulang humerus. Azhar dkk. (2016)
menambahkan bahwa rata-rata ukuran panjang kaki
depan kelinci Hyla betina sebesar 10,40 cm (radius ulna)
dan 8,90 cm (humerus), sedangkan untuk panjang kaki
depan kelinci Hycole betina sebesar 10,30 cm (radius
ulna) dan 8,70 cm (humerus).
Setelah dianalisis uji t independen dengan
bantuan SPSS, panjang kaki depan kelinci persilangan
Hyla dan Hycole jenis kelamin jantan dan betina umur 5
bulan dan
43
8 bulan (KJ5, KJ8, KB5 dan KB8) yang meliputi panjang
radius ulna dan panjang humerus memiliki perbedaan
yang tidak nyata (P>0,05). Sehingga dari ukuran-ukuran
tersebut dapat diketahui bahwa panjang kaki depan
kelinci jantan dan betina yang dipelihara di Azhar Farm
Kota Batu tidak berbeda terlalu jauh atau tidak nyata.
44
bulan (10,60±0,85 cm), kelinci betina umur 5 bulan
(10,43±1,13 cm) dan kelinci betina umur 8 bulan
(10,18±0,84 cm). Hasil tersebut memiliki kesamaan
dengan rata-rata panjang femuris dari penelitian
Brahmantiyo dkk. (2016) yang menunjukkan angka
sebesar 12,63 cm untuk panjang femuris kelinci Hyla
jantan dan 13,02 cm untuk kelinci Hycole jantan. Hal
tersebut juga didukung oleh Azhar dkk. (2016) bahwa
angka rata-rata panjang femuris pada kelinci persilangan
Hyla dan Hycole hampir sama dengan rata-rata panjang
femuris dari kelinci Hyla dan Kelinci Hycole yang
memiliki ukuran sebesar 11,30 cm dan 12,20 cm.
Sehingga rata-rata panjang femuris antara induk dan
persilangannya tidak berbeda jauh atau tidak nyata.
Setelah dianalisis uji t independen dengan
bantuan SPSS, panjang kaki belakang kelinci persilangan
Hyla dan Hycole jenis kelamin jantan dan betina umur 5
bulan dan 8 bulan (KJ5, KJ8, KB5 dan KB8) yang
meliputi panjang tibia dan panjang femuris memiliki
perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Sehingga dari
ukuran-ukuran tersebut dapat diketahui bahwa panjang
kaki belakang kelinci jantan dan betina yang dipelihara di
Azhar Farm Kota Batu tidak berbeda jauh atau tidak
nyata.
45
kelinci pedaging misalnya saja umur. Pengamatan
terhadap panjang punggung ini menjelaskan bahwa
kelinci pada umur 8 bulan memiliki panjang punggung
yang paling panjang yaitu 45,50±0,62 cm untuk kelinci
jantan dan 44,20±1,25 cm untuk kelinci betina,
sedangkan kelinci pada umur 5 bulan memiliki ukuran
sebesar 44,03±2,68 cm untuk kelinci betina dan
43,00±1,70 cm untuk kelinci jantan.
Ukuran panjang punggung kelinci Hyla sebesar
39,40 cm dan kelinci Hycole sebesar 38,40 (Azhar,
Cholis dan Brahmantiyo, 2016). Sehingga angka yang
didapatkan dari penelitian terdahulu dan penelitian ini
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, namun pada
rata-rata panjang punggung kelinci persilangan Hyla dan
Hycole lebih tinggi dibandingkan rata-rata panjang
punggung kelinci Hyla dan kelinci Hycole. Setelah
dianalisis uji t independen dengan bantuan SPSS, panjang
punggung kelinci persilangan Hyla dan Hycole jenis
kelamin jantan dan betina umur 5 bulan dan 8 bulan
(KJ5, KJ8, KB5 dan KB8) memiliki perbedaan yang
tidak nyata (P>0,05). Sehingga dari ukuran-ukuran
tersebut dapat diketahui bahwa panjang punggung kelinci
jantan dan betina yang dipelihara di Azhar Farm Kota
Batu tidak berbeda terlalu jauh atau tidak nyata.
46
(7,61±0,33 cm), kelinci betina umur 5 bulan (7,40±0,81
cm), kelinci jantan umur 5 bulan (7,36±0,02 cm) dan
kelinci betina umur 8 bulan (6,98±0,59 cm). Semakin
besar ukuran lebar punggung maka semakin besar pula
kemampuan ternak menghasilkan anak dalam sekali
kelahiran (Bosco et al., 2015). Hal ini memperjelas
bahwa kelinci persilangan Hyla dan Hycole sebagai
kelinci pedaging yang unggul, karena kelinci ini memiliki
litter size cukup tinggi yakni 6-10 ekor. Ukuran lebar
punggung kelinci Hyla dan kelinci Hycole jantan yang
berukuran 8,03 cm dan 7,74 cm, sedangkan ukuran lebar
punggung kelinci Hyla dan kelinci Hycole betina sebesar
6,54 cm dan 7,72 cm (Azhar, Cholis dan Brahmantiyo,
2016). Jika dibandingkan dengan ukuran tersebut, ukuran
lebar punggung kelinci persilangan Hyla dan Hycole
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Setelah dianalisis uji t independen dengan
bantuan SPSS, ukuran lebar punggung kelinci
persilangan Hyla dan Hycole jenis kelamin jantan dan
betina umur 5 bulan dan 8 bulan (KJ5, KJ8, KB5 dan
KB8) memiliki perbedaan yang tidak nyata (P>0,05).
Sehingga dari ukuran-ukuran tersebut dapat diketahui
bahwa lebar punggung kelinci jantan dan betina yang
dipelihara di Azhar Farm Kota Batu tidak berbeda terlalu
jauh atau tidak nyata.
47
4.3.7 Ukuran Telinga
Ukuran panjang telinga yang paling besar dimiliki
kelinci betina umur 8 bulan diikuti oleh kelinci jantan
umur 8 bulan, kelinci jantan umur 5 bulan dan kelinci
betina umur 5 bulan. Urutan lebar telinga dari yang
paling besar yaitu kelinci jantan umur 8 bulan, kelinci
jantan umur 5 bulan, kelinci betina umur 8 bulan dan
kelinci betina umur 5 bulan. Brahmantiyo, Priyono dan
Rosartio (2016) menjelaskan bahwa ukuran telinga
(panjang dan lebar) dari tetua persilangan ini yaitu kelinci
Hyla dan kelinci Hycole jantan tidak berbeda jauh.
Angka yang didapatkan yaitu panjang telinga sekitar
13,75 cm dan lebar telinga sekitar 7,45 cm.
Ukuran telinga dari kelinci persilangan Hyla dan
Hycole dengan induknya yaitu kelinci Hyla dan kelinci
Hycole menunujukkan perbedaan yang tidak nyata, untuk
panjang telinga pada kisaran 13-14 cm dan untuk lebar
telinga kelinci persilangan Hyla dan Hycole lebih besar
daripada lebar telinga milik induknya. Ukuran lebar
telinga dari purebred kelinci Hyla dan kelinci Hycole
betina secara berurutan yaitu 7,00 cm dan 7,20 cm (Azhar
dkk., 2016), sedangkan lebar telinga kelinci persilangan
Hyla dan Hycole betina yaitu 7,40±0,83 cm (umur 5
bulan) dan 7,68±0,30 cm (umur 8 bulan).
Setelah dianalisis uji t independen dengan
bantuan SPSS, ukuran panjang dan lebar daun telinga
kelinci persilangan Hyla dan Hycole jenis kelamin jantan
dan betina umur 5 bulan dan 8 bulan (KJ5, KJ8, KB5 dan
KB8)
48
memiliki perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Sehingga
dari ukuran-ukuran tersebut dapat diketahui bahwa
ukuran telinga (panjang dan lebar) kelinci jantan dan
betina yang dipelihara di Azhar Farm Kota Batu tidak
berbeda terlalu jauh atau tidak nyata.
49
Azhar, Cholis dan Brahmantiyo (2016), dalam
penelitiannya menunjukkan hasil pengukuran rata-rata
bobot badan pada induk kelinci Hyla dan induk kelinci
Hycole kisaran umur 6-8 bulan sebesar 3171 g dan
3812,50 g. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
bobot padan kelinci indukan dari persilangan kedua
bangsa kelinci tersebut berbeda nyata dengan kelinci
hasil persilangan keduanya yaitu kelinci persilangan Hyla
dan Hycole yang diteliti pada penelitian ini. Hycole
(2015) menambahkan bahwa kelinci Hycole tetua dari
persilangan ini secara genetik merupakan kelinci yang
dikembangkan dengan tujuan produksi daging dengan
rata-rata pertambahan bobot badan harian mencapai 45 g,
sedangkan tetua lain yaitu kelinci Hyla yang merupakan
kelinci penghasil daging dari negara asalnya (Cina).
Setelah dianalisis uji t independen dengan
bantuan SPSS, bobot badan kelinci persilangan Hyla dan
Hycole jantan umur 5 bulan dengan umur 8 bulan (KJ5
dan KJ8) memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05),
dengan selisih rata-rata bobot badan sebesar 1105 gram.
Sedangkan bobot badan kelinci persilangan Hyla dan
Hycole betina umur 5 bulan dengan 8 bulan (KB5 dan
KB8) memiliki perbeaan yang tidak nyata (P>0,05),
dengan selisih rata- rata bobot badan sebesar 241,63
gram. Hal ini menunjukkan bahwa bobot badan kelinci
jantan berbeda nyata dan bobot badan kelinci betina
perbedaannya tidak nyata.
50
4.4 Hasil Uji Hipotesis
Uji t tidak berpasangan atau sering diistilahkan
dengan independent sample t-test adalah jenis uji
statistika yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata
dua grup yang tidak saling berpasangan atau saling bebas.
Tidak saling berpasangan dapat diartikan bahwa
penelitian dilakukan untuk dua subjek sampel yang
berbeda. Hasil pengujian independent t-test rata-rata
pengukuran morfometrik kelinci persilangan Hyla dan
Hycole jenis kelamin jantan umur 5 dan 8 bulan (KJ5 dan
KJ8) menunjukkan hasil bahwa nilai signifikansi pada
bobot badan, lebar kepala dan tinggi kepala kurang dari
level of significant 5% (P<0,05) sehingga dapat diketahui
bahwa ukuran tersebut terdapat perbedaan yang nyata.
Sedangkan untuk ukuran tubuh yang lain nilai
signifikansi lebih dari level of significant 5% (P>0,05)
sehingga dapat diketahui bahwa ukuran tersebut terdapat
perbedaan yang tidak nyata.
Pembahasan di atas sudah menunjukkan bahwa
rata-rata tiap variabel yang diuji dan dibandingkan
dengan penelitian terdahulu ataupun dengan umur yang
berbeda pada kelinci jantan dan betina hasilnya terdapat
perbedaan nyata (P<0,05) pada BB, LK dan TK kelinci
KJ5 dan KJ8, serta kelinci KB5 dan KB8 terdapat
perbedaan nyata (P<0,05) pada PK dan TK. Sedangkan
untuk ukuran tubuh yang lain pada kelinci KJ8, KB5,
KB8 dan P4 terdapat perbedaan yang tidak nyata
(P<0,05). Tabel hasil uji-t
51
independen dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran
7.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Rata-rata ukuran morfometrik KJ8 lebih unggul
daripada KJ5, KB5 dan KB8 pada 11 variabel.
Sedangkan pada variabel panjang daun telinga ukuran
terbesar dimiliki KB8, pada variabel dalam dada dan
panjang tibia ukuran terbesar dimiliki oleh KB5 dan
ukuran panjang femuris terbesar dimiliki oleh KJ5.
Secara umum ukuran tubuh kelinci persilangan Hyla dan
Hycole jantan umur 8 bulan yang dipelihara di Azhar
Farm Kota Batu berukuran lebih besar daripada kelinci
yang lain.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti
dapat memberikan saran bahwa diperlukan kajian lebih
lanjut mengenai pengukuran ukuran tubuh kelinci
persilangan Hyla dan Hycole dengan manajemen
pemeliharaan dan sumber bibit yang sama pada daerah
peternakan kelinci yang berbeda, serta ukuran morfologi
dan jumlah ulangan yang lebih banyak.
53
DAFTAR PUSTAKA
54
Bosco, A.D., Z. Szendro, Z. Matics, C. Castellini, S.
Ruggeri, K. Szendro, M. Martino, S. Mattioli,
A.D. Zotte and Z. Gerencsér. 2015. Effect of floor
type on carcass and meat quality of pen raised
growing rabbits. World Rabbit Sci 23: 19-26.
55
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36(4).
Balai Penelitian Ternak. Bogor.
56
Eady, S. J. 2003. Farmed Rabbits in Australia. Rural
Industries Research and Development
Corporation. Printed on enviontmentally friendly
paper by Canprint.
57
Hycole. 2015. Performance Hycole: White Male.
http://www.hycole.com. Diakses tanggal: 20
Februari 2017.
58
Manshur, F. dan M. Fakkih. 2010. Kelinci Domestik:
Perawatan dan Pengobatan. Bandung: Penerbit
Nuansa.
59
Potensi dan Pengembangan Usaha Kelinci. Balai
Penelitian Ternak. Bogor.
60
Suryani, I. 2002. Studi pertumbuhan kelinci peranakan
New Zealand White sejak lahir sampai dewasa.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
61
Menengah. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi
dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Zita, L., Ledvinka Z., Mach K., Kocar J., Klesalova L.,
Fucikova A. and Hartlova H.. 2012. The effect of
different weaning age on performance in Hyla
rabbits. World Rabbit Congress. 61-64.
62