TESIS
Oleh
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
INVENTARISASI HUTAN MANGROVE
SEBAGAI BAGIAN DARI UPAYA PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR KABUPATEN DELI SERDANG
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Judul Tesis : INVENTARISASI HUTAN MANGROVE SEBAGAI
BAGIAN DARI UPAYA PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR KABUPATEN DELI SERDANG
Nama Mahasiswa : Sri Susanti Ningsih
Nomor Pokok : 057004020
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT karena dengan ridhoNya tesis
Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang ini dapat selesai. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Jurusan
Medan.
besarnya kepada Ibu Dr. Retno Widhiastuti, M.S sebagai Ketua Pembimbing dan
Bapak Dr. Budi Utomo, S.P., M.P serta Bapak Ir. Guslim, M.S masing – masing
memberikan bimbingan dan arahan, serta kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution,
M.Sc.,Ph.D dan Dr. Delvian, S.P.,M.Si masing-masing sebagai penguji yang telah
memberikan saran guna kesempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
Asahan dan Rektor Universitas Asahan yang telah memberikan bantuan moril dan
finansial selama penulis menjalani pendidikan dan penelitian. Ucapan terima kasih
juga kepada Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Program
Pascasarjana USU dan Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS, serta Prof. Dr. Erman Munir,
M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Lingkungan yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
Salam hormat yang mendalam kepada kedua orang tua yang tiada henti
mengiringi penulis dengan doa, teristimewa buat suami tercinta dan anak saya dan
juga ucapan terima kasih kepada semua rekan dan semua fihak yang telah membantu
dalam penelitian ini, semoga amal kebaikan Ibu, Bapak dan rekan sekalian diberi
Penulis
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Sri Susanti Ningsih, dilahirkan di Lima Puluh Kabupaten Asahan pada tanggal 27
Desember 1960 dari pasangan Bapak Syarifuddin dan Ibu Syarifah. Menikah dengan
Ir. Irfan Lubis pada tanggal 21 Mei 1989. Penulis mempunyai seorang putri Dian
Rizki Aulia (13 Oktober 1991) yang kini duduk di SMU Negeri 1 Lubuk Pakam kelas
XI-IPA.
RIWAYAT PENDIDIKAN
- Tahun 1972 Lulus dari SD Negeri I Lima Puluh.
- Tahun 1975 Lulus dari SMP Negeri I Lima Puluh.
- Tahun 1979 Lulus dari SMA Negeri V Medan.
- Tahun 1986 Lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara-Medan.
- Tahun 2005 mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara Medan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
RIWAYAT PEKERJAAN
Sejak tahun 1987 sampai saat ini sebagai Dosen Tetap Yayasan Universitas
Asahan – Kisaran.
Tahun 1987-2000 sebagai Dosen Tidak Tetap di Universitas Al – Azhar – Medan.
Tahun 1999-2005 sebagai Ka-laboratorium Organisme Pengganggu Tanaman di
Fakultas Pertanian-Universitas Asahan – Kisaran.
Tahun 2001-2003 menjabat sebagai Pembantu Dekan I bidang Akademik di
Fakultas Pertanian Universitas Asahan – Kisaran.
Tahun 2003-2005 menjabat sebagai Pembantu Dekan II bidang Administrasi
Umum di Fakultas Pertanian Universitas Asahan – Kisaran.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
2.1. Terminologi.................................................................................... 7
2.2. Biodiversitas dalam Hutan Mangrove............................................ 8
2.3. Fungsi Hutan Mangrove................................................................. 11
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
3.9. Hutan Mangrove di Kabupaten Deli Serdang ................................ 22
5.2. Pembahasan.................................................................................... 51
5.2.1. Hutan mangrove dan hubungannya dengan lingkungan masyarakat
setempat ..................................................................................... 62
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
6. Kerapatan Individu/ha yang Ditemui pada Plot Penlitian pada Tiap Desa
yang Dikaji Untuk Tingkat Semai, Pancang dan Pohon di Kabupaten
Deli Serdang ........................................................................................ 30
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
13. Hubungan Antara Kerapatan, Indeks Nilai Penting dan Luas Penutupan
Tajuk pada Lokasi Penelitian di Kabupaten Deli Serdang................... 61
15. Luas Lahan Budidaya Air Payau pada Tiap Kecamatan di Kabupaten
Deli Serdang......................................................................................... 65
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
10. Sebaran dan Profil Vegetasi Secara Vertikal dan Horizontal di Hutan
Mangrove Kecamatan Hamparan Perak Desa Paluh Kurau ................... 46
11. Sebaran dan Profil Vegetasi Secara Vertikal dan Horizontal di Hutan
Mangrove Kecamatan Labuhan Deli Desa Karang Gading.................... 47
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
16. Peta Kabupaten Deli Serdang.................................................................. 98
21. Peta Ekosistem Wilayah Pesisisr Kabupaten Deli Serdang .................... 103
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
14. Daftar Nama Tumbuhan yang Ditemukan di Kecamatan Percut Sei
Tuan Desa Tanjung Rejo pada Tingkat Pohon ...................................... 87
26. Kadar Na dalam Air dan Tanah pada Daerah Penelitian ...................... 97
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
29. Peta Kecamatan Percut Sei Tuan ........................................................... 100
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
I. PENDAHULUAN
estuaria dan endapan lumpur yang datar. Ekosistem ini bersifat kompleks dan
dinamis, namun labil. Kompleks, karena di dalam hutan mangrove dan perairan/tanah
di bawahnya habitat berbagai satwa dan biota perairan. Dinamis, karena hutan
mangrove dapat terus berkembang serta mengalami suksesi sesuai dengan perubahan
tempat tumbuh. Labil, karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali
lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan
mangrove terjadi interaksi kompleks antara sifat fisika dan sifat biologi. Karena sifat
fisiknya mangrove mampu berperan sebagai penahan ombak serta penahan intrusi
dan abrasi air laut. Proses dekomposisi serasah mangrove yang terjadi mampu
Hutan mangrove mempunyai ciri khas yakni bentuk – bentuk perakaran yang
Pembentukan sedimen sangat dipengaruhi oleh adanya pasang surut yang membawa
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Secara umum ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam (natural
resources) yang memiliki intensitas relasi yang tinggi dengan masyarakat, mengingat
hutan mangrove mudah dijangkau dan berada pada kawasan-kawasan yang sudah
cukup terbuka/berkembang. Selain itu potensi ekonomi mangrove cukup tinggi yang
didukung oleh kemudahan pemanfaatan dan pemasaran hasilnya. Hal ini mendorong
yang menyebabkan luas hutan mangrove semakin berkurang antara lain oleh kegiatan
secara berlebihan, sehingga hutan mangrove dengan cepat menipis dan rusak di
seluruh daerah tropis. Kebutuhan yang seimbang harus dicapai antara memenuhi
sistem pendukung lingkungan yang diberikan oleh hutan mangrove di lain pihak.
pantai antara lain jenis mangrove. Di beberapa daerah seperti Pantai Labu, vegetasi
mangrove dijumpai dengan ketebalan cukup tipis (< 25 m), di daerah Percut vegetasi
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
mangrove ditemukan dengan ketebalan sedang (25 – 100 m) hingga lebat (>100 m)
sosialisasi dan penegakan hukum berkaitan dengan pelestariannya. Oleh karena itu
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
1.2. Kerangka Pemikiran
Alur berpikir di dalam melakukan penelitian ini merujuk pada diagram alir
berikut :
Mangrove Kabupaten
Deli Serdang
Analisis Variabel
Baik Buruk/Rusak
Rekomendasi
- Pengawasan Rehabilitasi
- Pelestarian
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Kondisi hutan mangrove di wilayah pesisir Deli Serdang hingga kini belum
didata secara baik. Oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian untuk
menggambarkan kondisi hutan mangrove saat ini. Wilayah Deli Serdang yang
berbatasan dengan laut terdiri atas 9 desa pesisir yang digunakan sebagai sampel
Dari nilai–nilai yang diperoleh pada sampel tersebut maka diestimasi kondisi
hutan mangrove tiap–tiap wilayah desa penelitian. Bila kondisi hutan mangrovenya
tergolong kategori baik maka cukup untuk dilakukan pengawasan dan pelestarian.
Bila kondisi hutan mangrovenya termasuk dalam kategori buruk/rusak maka harus
dilakukan rehabilitasi.
sumberdaya alam mangrove secara berlebihan, sehingga hutan mangrove menipis dan
rusak. Untuk itu masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan
1. Seberapa jauh kerusakan hutan mangrove yang ada di wilayah pesisir Kabupaten
Deli Serdang?
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
1.4. Tujuan Penelitian
Deli Serdang.
hutan mangrove yang ada di wilayah Administrasi Kabupaten Deli Serdang. Pada
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terminologi
bahasa Inggris grove (Macnae, 1968, dalam Fahutan IPB, 2005). Dalam bahasa
Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di
daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu – individu jenis tumbuhan
yang menyusun komunitas tersebut, sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove
digunakan untuk menyatakan individu jenis tumbuhan dan kata mangal untuk
adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis
mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an–aerob.
Adapun menurut Aksornkoae (1993), hutan mangrove adalah tumbuhan yang halofit
yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai
daerah mendekati ketinggian rata–rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan
sub–tropis.
Menurut FAO (1994), dalam Fahutan IPB, (2005), luas hutan mangrove di
dunia adalah sekitar 16.530.000 ha yang tersebar di Asia 7.441.000 ha, Afrika
3.258.000 ha dan Amerika 5.831.000 ha. Khusus untuk Indonesia yang merupakan
7
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
negara tropis berbentuk kepulauan (13.677 pulau) dengan garis pantai lebih dari
1991).
1984) yaitu : 1. Flora mangrove inti, yakni flora mangrove yang mempunyai peran
yakni flora mangrove yang secara ekologi berperan dalam formasi mangrove, tetapi
juga flora tersebut berperan penting dalam formasi hutan lain, yakni: Excoecaria
mangrove yang ditemukan di hutan mangrove Indonesia sekitar 89 jenis yang terdiri
atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai tumbuhan,
hewan dan mikrobia yang berinteraksi dengan lingkungan di habitat mangrove (SNM,
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
2003), namun tanpa hadirnya tumbuhan mangrove, kawasan ini tidak dapat disebut
geografi, geologi, hidrografi, biogeografi, iklim, faktor edafik dan kondisi lingkungan
merupakan hutan pasang surut dan hutan mangrove (Yayasan Mangrove, 1993). Di
pantai yang terlindung yang membentuk tegakan pasang surut yang meluas ke arah
darat, atau sebagai komunitas mangrove tepian yang tipis di sepanjang pantai yang
1. Satu atau lebih spesies tumbuhan yang hidupnya terbatas di habitat mangrove.
3. Biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut kerak,
cendawan, ganggang, bakteri, dan lain – lain) baik yang hidupnya menetap,
4. Proses – proses alamiah yang berperan dalam mempertahankan ekosistem ini baik
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
5. Daratan terbuka/hamparan lumpur yang berada antara batas hutan dengan laut.
yang unik adalah jenis – jenisnya yang sedikit, akar jangkar yang melengkung dan
menjulang pada Rhizophora spp, akar yang semrawut dan keras atau pneumatofora
pada marga Avicennia spp, akar Sonneratia spp yang mencuat vertikal seperti pensil,
berkecambah di pohon (vivipar) serta banyaknya lentisel pada bagian kulit pohon
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Hutan mangrove selain hijau umumnya tumbuh dengan baik di tepian
sepanjang pantai tropis yang terlindung secara alamiah, delta dan muara sungai.
keberadaannya dan sedikitnya tumbuhan yang mampu bertahan serta tumbuh dengan
subur di lumpur bergaram dan sering digenangi air laut. Meskipun mangrove toleran
bersifat facultative daripada bersifat obligate karena dapat tumbuh dengan baik di air
tawar. Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, B. gymnorrhiza dan
Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah & berkecambah di Kebun Raya Bogor
1. Fungsi fisik, yakni sebagai pencegahan proses intrusi (perembesan air laut) dan
2. Fungsi biologis, yakni sebagai tempat pembenihan ikan, udang, kerang dan
tempat bersarang burung – burung serta berbagai jenis biota. Penghasil bahan
lingkungannya.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
3. Fungsi kimia, yakni sebagai proses dekomposisi bahan organik dan proses –
4. Ekonomi, yakni sebagai sumber bahan bakar dan bangunan, lahan pertanian dan
perikanan, obat-obatan dan bahan penyamak. Saat ini hasil dari mangrove,
terutama kayunya telah diusahakan sebagai bahan baku industri penghasil bubur
kertas (pulp).
1. Habitat satwa langka. Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis – jenis satwa
Tuntong (Batagus baska) yang endemik di Sumatera. Lebih dari 100 jenis
burung hidup di sini dan daratan lumpur yang luas yang berbatasan dengan
bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai
penghilangan racun dan unsur hara dari air, karena bahan – bahan tersebut
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
4. Penambat unsur hara. Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat
aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini
terjadi pengendapan unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk
keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi – kisi
molekul partikel tanah liat. Beberapa spesies tertentu dalam hutan mangrove
6. Sumber alam dalam kawasan (in – situ) dan luar kawasan (ex – situ). Hasil alam
in – situ mencakup semua fauna, flora dan hasil pertambangan atau mineral yang
di hutan mangrove dan terangkut ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh
atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan
8. Sumber plasma nutfah. Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar
manfaatnya baik bagi perbaikan jenis – jenis satwa komersial maupun untuk
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
9. Rekreasi dan pariwisata. Hutan mangrove memiliki potensi nilai estetika, baik
10. Sarana pendidikan dan penelitian. Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan.
11. Memelihara proses–proses dan sistem alami. Hutan mangrove sangat tinggi
12. Penyerapan karbon. Proses fotosintesis merubah karbon anorganik (dari CO2)
menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar
sebagai CO2 , akan tetapi hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar
bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan mangrove lebih
mikro terjaga.
kondisi asam.
demikian pula ia mampu terendam dalam air yang kadar garamnya bervariasi. Lebih
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
dari itu, perakaran mangrove dapat mengendalikan lumpur. Sehingga ia mampu
Chapman, 1997 dalam Rusila Noor et al., 1999). Daratan baru yang muncul (tanah
menampung serasah dan lumpur (Davies dan Claridge, 1993; Othman, 1994, dalam
musiman (saat air laut pasang pada musim hujan) dan sebagai pelindung wilayah
kehidupan seperti satwa yang terancam punah, satwa langka, bangsa burung
(Avifauna) dan juga perikanan laut dangkal. Dengan demikian, kerusakan dan
produksi dari darat dan perairan, habitat satwa liar, mengurangi keanekaragaman
hayati dan juga merusak stabilitas lingkungan hutan pantai yang mendukung
1993).
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
III. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
LU dan 98o 33I – 99o 27I BT, dengan luas wilayah 2.497,72 Km2 (PKSPL-IPB, 2002.
Batas batas wilayah Kabupten Deli serdang adalah sebagai berikut (Bappeda DS,
2003) :
Simalungun
pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang ini adalah wilayah pesisir yang
1. Kecamatan Pantai Labu (Desa Denai Kuala, Desa Paluh Sibaji, Desa
2. Kecamatan Percut Sei Tuan (Desa Percut dan Desa Tanjung Rejo).
(LPPM, 2005)
16
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
3.2. Penduduk
2003 setelah pemekaran sebesar 1.486.094 jiwa, atau sebesar 595 jiwa/km2. Ditinjau
Percut Sei Tuan yaitu sebesar 299.941 jiwa atau 20,18% dari seluruh penduduk
3.3. Ketenagakerjaan
Dari sekitar 1,15 Juta penduduk Kabupaten Deli Serdang yang berusia 10
tahun ke atas (penduduk usia kerja), sebanyak 651.419 orang atau 56,75% merupakan
angkatan kerja. Mereka yang berstatus bekerja (548.129 orang atau 47,74% dan
berstatus menganggur (103.290 orang atau 9%). Mereka yang berstatus mencari
mereka yang melakukan kegiatan non ekonomis (bukan angkatan kerja) sebanyak
496.446 orang.
rumah tangga (189.006 orang), melakukan kegiatan lainnya (47.534 orang). Ditinjau
dari lapangan usaha penduduk yang bekerja lebih dari 33,91% penduduk Kabupaten
sektor industri 14,45% sektor jasa mencapai 15,56%. Sedangkan sektor terendah
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
adalah sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik, gas dan air minum
Aluvium merupakan endapan dengan umur yang relatif masih muda yang
proses pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Endapan ini secara luas
Aluvium sungai terdapat sebagai endapan sungai tua di bagian Barat Laut
serta merupakan endapan yang lebih muda di tepi-tepi beberapa sungai besar seperti
sungai Deli, sungai Buluh, sungai Percut, sungai Batang Kuis, sungai Serdang, sungai
Kenang, sungai Perbaungan, sungai Nipah, sungai Martebing dan sungai Padang.
Endapan ini terdiri dari campuran bongkah, kerikil, pasir dan lempung. Semakin ke
arah hilir konfigurasi ukuran semakin menghalus, bahkan di bagian muara hanya
Aluvium rawa dan delta sebenarnya masih berasal dari endapan sungai tetapi
arah hilirnya (sebuah cekungan), sedangkan aluvium delta diendapkan di tepi muara
yang lebih terbuka ke arah laut. Aluvium berwarna abu-abu gelap hingga hitam terdiri
dari lumpur organik, lempung dan sedikit pasir halus, sisa tumbuhan.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Aluvium pantai terutama dijumpai di sepanjang pantai. Sungai-sungai yang
bermuara di sini membawa muatan sedimen material pasir. Sebagian dari pasir ini
Kecamatan Pantai Labu memiliki luas 81,85 km2 ( 8.185 ha), merupakan
Selat Malaka. Daerah Kecamatan Pantai Labu beriklim tropis dengan 2 musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau dengan suhu berkisar 230C sampai dengan 340C.
sektor pertanian sub sektor pertanian tanaman pangan yang didukung dengan sektor
perikanan laut yang umumnya digeluti oleh penduduk pesisir. Wilayah administrasi
pesisir Kecamatan Pantai Labu (Desa Denai Kuala, Desa Paluh Sibaji, Desa
Rugemuk, Desa Bagan Serdang dan Desa Sei Tuan) yang dijadikan sebagai desa
kajian mangrove merupakan kawasan pantai dengan masing-masing luas adalah 168
km2, 137 km2, 300 km2, 459 km2 dan 1450 km2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan yang
Biasa Dilakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
No Jenis Kegiatan Jumlah Penduduk (jiwa)
1 Angkatan Kerja 18254
2 Bekerja 17241
3 Mencari Pekerjaan 1013
4 Bukan angkatan kerja 7883
5 Sekolah 2213
6 Lain-lain 5670
Jumlah 26137
Sumber: Kecamatan Pantai Labu dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2005.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaannya di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
No Status Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa)
1 Berusaha/Bekerja Sendiri 9032
2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 1161
3 Berusaha dibantu buruh tetap 223
4 Buruh/ karyawan/pekerja dibayar 3999
5 Pekerja tidak dibayar 2826
Sumber: Kecamatan Pantai Labu dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2005.
Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas wilayah 190.79 km2 yang terdiri
dari 18 Desa dan 2 Kelurahan serta 253 Dusun, 980 RT, 40 RW merupakan
kecamatan yang strategis pada sektor pertanian dan perekonomian. Lima desa dari
sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Batang Kuis dan Pantai Labu, di sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Labuhan Deli dan Kodya Medan dan di sebelah selatan berbatasan
dengan Kodya Medan. Desa Tanjung Rejo dan Desa Percut yang merupakan desa
kajian mangrove memiliki luas masing-masing 19.00 km2 dan 10,63 km2, dengan
Sumber: Kecamatan Percut Sei Tuan dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang,
2005.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
3.7. Kecamatan Labuhan Deli
Kecamatan Labuhan Deli terletak pada 0.30 – 370 LU dan 470 – 980 BT dan
berada pada ketinggian kira-kira 5 m dpl. Luas wilayahnya 127,23 km2 yang terdiri
dari Desa Helvetia 9,71 km2, Desa Pematang Johar 18,90 km2, Desa Telaga Tujuh
18,90 km2, Desa Karang Gading 66,34 km2 dan desa Manunggal 13,36 km2.
4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kodya
Medan
(Sumber: Kecamatan Labuhan Deli dalam Angka, BPS Kabupaten Deli Serdang, 2005).
Kecamatan Hamparan Perak memiliki luas kira kira 230.15 km2 ( 2.3015 ha)
atau 9.21 % dari luas Kabupaten Deli Serdang, yang terdiri dari 20 desa dan 3 desa
di antaranya adalah desa pantai. Luasa Desa Pantai Paluh Manan 1.893 km2, Desa
Palu Kurau 3.250 km2, Desa Sei Baharu 800 km2. Wilayah Kecamatan Hamparan
Perak berada pada ketinggian 0-15 m dpl, yang merupakan dataran rendah yang
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Kecamatan Hamparan Perak terletak di antara kota Medan, Kota Binjai,
berikut:
1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli dan Selat Malaka.
4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kota Medan dan Kecamatan Labuhan Deli.
(Sumber: Kecamatan Hamparan Perak dalam Angka, BPS Kabupaten Deli Serdang, 2005)
kegiatan lain yang berdampak pada kerusakan mangrove sehingga perlu adanya
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Kondisi hutan mangrove di Kabupaten Deli Serdang sudah relatif rusak
bahkan ekosistemnya sudah hampir tidak ada, hal ini pernah diberitakan Harian
maupun udang.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
IV. BAHAN DAN METODA
wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang. Pelaksanaan dimulai pada bulan Juni sampai
Bahan yang diteliti adalah hutan mangrove yang terdapat di desa – desa
wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang yang digunakan sebagai bahan kajian
software, autocad, haga meter, phiband, GPS, buku identifikasi mangrove, alat tulis
menulis.
metode garis berpetak (jalur berpetak) (Kusmana, 1997). Pada setiap kawasan hutan
mangrove yang diteliti dibuat satu jalur dengan lebar 10 m dan panjang 60 m sebagai
sampel, jalur dibuat dengan arah tegak lurus tepi laut. Pada jalur dibuat sub – petak
24
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
(tinggi > 1,5m – diameter batang < 10 cm), untuk tingkat pohon (diameter ≥ 10 cm)
ukuran petak 10 m x 10 m.
10 m
10 m 5m
5m
2m
2m
10 m
5m
10 m
5m 2m
2m
10 m
10 m 5m
2m 5m
2m
Laut
Keterangan :
Petak contoh 2 m x 2 m untuk semai, petak contoh 5 m x 5 m untuk pancang, petak contoh 10 m x 10m
untuk pohon
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
4.4. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada sembilan desa hutan mangrove di wilayah pesisir
Kabupaten Deli Serdang yang merupakan bahan kajian penelitian. Pada tiap desa
penelitian dibuat jalur dengan lebar 10 m x 60 m dengan arah tegak lurus tepi laut.
Kemudian jalur seluas 600 m2 tersebut dibagi 6 petak dan pada setiap petak dibuat
pancang, 10m x 10m untuk tingkat pohon. Selanjutnya dilakukan identifikasi jenis
menggunakan jasa teknisi dari dinas kehutanan tingkat II kabupaten Deli Serdang dan
dari jasa ketua kelompok tani hutan mangrove terutama dalam penamaan nama lokal
dari jenis yang ditemukan. Identifikasi dilakukan pada tumbuhan yang ditemui yaitu:
1. tingkat semai, adalah permudaan dari mulai kecambah hingga tinggi 1,5 m.
2. tingkat pancang, adalah permudaan dengan tinggi > 1,5 m dan diameter batang
< 10 cm.
3. tingkat pohon, adalah tumbuhan berkayu yang memiliki diameter batang ≥ 10 cm.
Untuk tingkat semai dicatat nama daerah dan nama ilmiah dengan
menggunakan buku acuan Kitamura et al., (1997), Kusmana et al., (2003) lalu
dihitung jumlah individu. Untuk tingkat pancang dan pohon dicatat nama ilmiah dan
nama daerah, dihitung jumlah individu, diukur tinggi dan diameter batang dari tiap
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Pengukuran salinitas diambil dari sampel tanah yang berada pada 500 m di
belakang sampel hutan mangrove yang dianalisis, pada kedalaman 30 cm di tiga titik.
Jarak dari titik yang satu ke titik yang lain 100 m. Kemudian tanah dari ketiga titik
tadi dicampur menjadi satu (komposit) lalu dianalisa untuk melihat kadar Na dalam
4.5.Analisis Data
Analisis vegetasi adalah cara untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur
vegetasi dalam suatu ekosistem (Kusmana, 1997). Beberapa data diperoleh dari
lapangan dikumpulkan dan dihitung untuk menyatakan beberapa variabel antara lain:
1. Dominansi
Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menentukan dominansi dari suatu
jenis vegetasi. Indeks Nilai Penting didapat dari perhitungan sebagai berikut:
sebagai berikut:
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
b. Kerapatan Relatif (KR) suatu jenis, dihitung dengan rumus :
s
H 1 = −∑ pi (ln pi )
i =1
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
3. Diagram Profil
Diagram profil yang digambarkan adalah diagram profil secara vertikal dan
4. Ketebalan Mangrove
Ketebalan mangrove diukur mulai dari surut terendah sampai pasang tertinggi
5. Salinitas
Pengukuran salinitas diambil dari sampel tanah yang berada pada 500 m di
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
mangrove secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1 – 25. Kerapatan vegetasi
yang ditemui di seluruh plot penelitian seluruhnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kerapatan Individu/ha Vegetasi Hutan Mangrove yang Ditemui pada Plot
Penelitian pada Tiap Desa yang Dikaji untuk Tingkat Semai, Pancang dan
Pohon di Kabupaten Deli Serdang
Kerapatan (pohon/ha)
Lokasi
S P Ph* Kriteria
pancang 2133 pohon/ha. Di Desa Tanjung Rejo kerapatan di tingkat pancang 2183
pohon/ha. Di Desa Sei Tuan (Kecamatan Pantai Labu) kerapatan di tingkat pancang
1633 pohon/ha, lalu di Desa Bagan Serdang (Kecamatan Pantai Labu) kerapatannya
1233 pohon/ha dan Desa Paluh Kurau (Kecamatan Hamparan Perak) kerapatan pohon
30
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Ditingkat semai kerapatan pohon tertinggi terdapat di Desa Bagan Serdang
(Kecamatan Pantai Labu) yaitu 1967 pohon/ha, lalu berturut turut di Desa Denai
Kuala (Kecamatan Pantai Labu) 1417 pohon/ha, Desa Percut (Kecamatan Percut Sei
Tuan) 667 pohon/ha, Desa Rugemuk (Kecamatan Pantai Labu) 583 pohon/ha dan
mangrove tingkat kerusakannya dapat diketahui dari luas penutupan tajuk dan
kerapatan pohon/ha, seperti pada Tabel 7 dapat diketahui apakah hutan tersebut
5.1.2. Dominansi
penting. Indeks Nilai Penting (INP) beberapa jenis tumbuhan yang ditemui pada plot
penelitian pada tiap desa yang dikaji untuk tingkat semai, pancang, dan tingkat pohon
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Tabel 8. Indeks Nilai Penting Beberapa Jenis Tumbuhan yang Ditemui pada Plot Penelitian
pada Tiap Desa yang Dikaji Untuk Tingkat Semai, Pancang dan Pohon di
Kabupaten Deli Serdang
INP (%)
Lokasi Jenis Vegetasi
S No* P No* Ph No*
A. Kec. Pantai Labu
1. Desa Denai Kuala 1. Avicennia marina 55.51 5 71.75 9 122.79 9
2. Avicennia alba 69.63 4 99.41 6 103.54 10
3. Excoecaria agallocha - 28.84 24 41.10 16
4. Thespesia populnea - - 21.48 23
5. Cemara sumatrana - - 11.06 29
6. Acanthus ilicifolius 74.86 3 - -
2. Desa Palu Sibaji 1. Excoecaria agallocha - 58.67 13 188.30 4
2. Xylocarpus granatum - 99.25 7 12.06 27
3. Rhizophora apiculata - - 58.86 13
4. Avicennia marina - - 13.55 26
5. Lumnitzera racemosa - - 12.06 28
6. Bruguiera sexangula - 45.03 20 15.18 25
3. Desa Rugemuk 1. Avicennia marina 200 1 162.38 2 273.41 2
2. Excoecaria agallocha - - 23 26.59 20
3. Rhizophora apiculata - 37.70 -
4. Desa Sei Tuan 1. Avicennia marina - 123.86 4 148.26 6
2. Avicennia alba - 112.63 5 59.32 12
3. Excoecaria agallocha - 90.18 8 32.79 19
4. Sonneratia alba - 27.17 25 34.09 18
5. Rhizophora apiculata - 53.83 16 23.52 22
5. Desa Bagan Serdang 1. Avicennia marina 200 1 200 1 300.00 1
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 8 diketahui bahwa pada tingkat pohon
A. marina merupakan jenis yang dominan di enam desa kajian (Desa Denai Kuala,
Desa Rugemuk, Desa Sei Tuan, Desa Bagan Serdang, Desa Percut dan Desa Tanjung
Rejo), pada dua desa lainnya yaitu pada Desa Palu Sibaji yang mendominasi adalah
jenis E. agallocha dan pada Desa Paluh Kurau yang mendominasi yaitu A. alba.
Sedangkan pada satu desa lagi yaitu Desa Karang Gading tidak ditemukan jenis
ditemukan pada Desa Bagan Serdang (INP 300%). Kemudian diikuti Desa Rugemuk
(INP 273,41%), Desa Tanjung Rejo (INP 223,98%), Desa Sei Tuan (INP 148,26%),
Desa Percut (INP 125,37% ) dan Desa Denai Kuala (INP 122,79%). Di Desa Paluh
Sibaji jenis vegetasi yang mempunyai INP tertinggi di tingkat pohon adalah E.
agallocha (INP 188,30%) dan di Desa Paluh Kurau jenis vegetasi dengan INP
tertinggi di tingkat pohon dimiliki oleh A. alba (INP 169,81%). Pada Desa Karang
Pada tingkat pancang, jenis yang mendominasi di Desa Bagan Serdang, Desa
Rugemuk, Desa Paluh Kurau, Desa Sei Tuan, Desa Percut dan Desa Tanjung Rejo
123,86%, 74,63%, dan 54,28%. Pada Desa Denai Kuala di tingkat pancang yang
mendominasi adalah A. alba (INP 99,41%), pada Desa Paluh Sibaji yang
mendominasi adalah X. granatum (INP 99,25%) dan pada Desa Karang Gading yang
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Di tingkat semai, jenis yang dominan di Desa Rugemuk, Desa Bagan Serdang
dan Desa Percut adalah A. marina dengan INP masing-masing 200%. Pada Desa
Denai Kuala jenis vegetasi yang dominan di tingkat semai adalah A. ilicifolius (INP
74,86%), diikuti A. alba (INP 69,63%) dan A. marina (INP 55,51%). Di Desa Paluh
Kurau yang mendominasi di tingkat semai adalah jenis A. alba (INP 156,91%) diikuti
oleh A. marina (INP 43,10%). Sedang di Desa Paluh Sibaji, Desa Sei Tuan, Desa
Tanjung Rejo dan Desa Karang Gading tidak ditemukan jenis vegetasi di tingkat
semai.
Di Desa Bagan Serdang jenis vegetasi yang mempunyai INP tertinggi pada
tingkat semai, pancang dan pohon adalah jenis A. marina. dimana pada tingkat semai
(INP 200%), pada tingkat pancang (INP 200%) dan pada tingkat pohon (INP 300%).
Di Desa Rugemuk, jenis vegetasi yang tertinggi di tingkat semai, pancang dan
pohon adalah A. marina di tingkat semai (INP 200%), di tingkat pancang (INP
Di Desa Percut jenis vegetasi yang mempunyai INP di tingkat semai, pancang
dan pohon adalah A. marina dimana di tingkat semai (INP 200%), di tingkat pancang
Di Desa Paluh Kurau jenis vegetasi yang mencapai INP tertinggi pada tingkat
semai adalah A. alba (INP 156,91%) diikuti dengan A. marina (INP 43,10%.) Di
tingkat pancang INP yang tertinggi adalah A. marina (INP 150,62%) diikuti dengan
A. alba (INP 49,38%), tetapi di tingkat pohon INP yang tertinggi adalah A. alba (INP
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Di Desa Denai Kuala jenis vegetasi yang mempunyai INP tertinggi pada
tingkat semai A. alba (INP 69,63%) diikuti oleh A. marina (INP 55,51%). Di tingkat
pancang jenis vegetasi yang mempunyai INP tertinggi masih jenis A. alba (INP
99,41%), diikuti oleh A. marina (INP 71,75%), tetapi pada tingkat pohon jenis
vegetasi yang mencapai INP tertinggi terdapat pada A. marina (INP 122,79%) diikuti
Di Desa Paluh Sibaji jenis vegetasi yang mempunyai INP tertinggi pada
tingkat pancang adalah X. granatum (INP 99,25%) diikuti oleh E. agallocha (INP
58,67%), tetapi di tingkat pohon jenis vegetasi yang memiliki INP tertinggi adalah
(INP 15,18%), A. marina (INP 13,55%). Pada tingkat semai tidak ditemukan jenis
vegetasi.
Di Desa Sei Tuan jenis vegetasi yang mempunyai INP tertingggi pada tingkat
pancang adalah A. marina (INP 123,86%) diikuti oleh A. alba (INP 112,63 %),
E. agallocha (INP 90,18%), R. apiculata (INP 53,83%) dan S. alba (INP 27,17%). Di
tingkat pohon jenis vegetasi yang memiliki INP tertinggi masih tetap A. marina (INP
148,26%) diikuti oleh A. alba (INP 59,32%), S. alba (INP 34.09%), adalah E.
agallocha (INP 32,79%) dan R. apiculata (INP 23,52%). Di tingkat semai tidak
Di Desa Tanjung Rejo jenis vegetasi di tingkat pancang yang memiliki INP
tertinggi adalah B. cylindrica (INP 58,01%) diikuti oleh A. marina (INP 54,28%),
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
dan S. alba (INP 5,96%). Di tingkat pohon jenis vegetasi yang memiliki INP tertinggi
adalah A. marina (INP 223,98%), lalu E. agallocha (INP 50,09%), S. alba (INP
dan S. alba (INP 6,98%). Di tingkat pohon dan di tingkat semai tidak ditemukan jenis
vegetasi.
penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Dari Tabel 9 diketahui bahwa H1
pada tingkat semai berkisar antara 0 – 0,7238, pada tingkat pancang H1 berkisar
antara 0 – 0,6930 dan pada tingkat pohon H1 berkisar antara 0 – 0,6876. ini
pohon adalah rendah. Menurut kriteria yang dinyatakan oleh Barbour et al. (1987)
bahwa nilai keanekaragaman antara 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang dan
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Tabel 9. Indeks Keanekaragaman pada Plot Penelitian pada Tiap Desa yang Dikaji
Untuk Tingkat Semai, Pancang dan Pohon di Kabupaten Deli Serdang
H1
Lokasi
S P Ph
A. Kec. Pantai Labu
1. Desa Denai Kuala 0.7238 0.6697 0.6640
2. Desa Palu Sibaji - 0.6930 0.3808
3. Desa Rugemuk 0 0.0590 0.0792
4. Desa Sei Tuan - 0.6740 0.5929
5. Desa Bagan Serdang 0 0 0
dijumpai pada Desa Denai Kuala (Kecamatan Pantai Labu) dengan nilai
keanekaragaman (H1 = 0. 7238) dan terendah di Desa Rugemuk, Desa Bagan Serdang
(Kecamatan Pantai Labu) dan Desa Percut (Kecamatan Percut Sei Tuan) (H1 = 0).
Di tingkat pancang nilai keanekaragaman tertinggi (H1 = 0.6930) dijumpai pada Desa
Palu Sibaji (Kecamatan Pantai Labu) dan nilai keanekaragaman terendah di Desa
Bagan Serdang (Kecamatan Pantai Labu) (H1 = 0), sedangkan di tingkat pohon
0.6876) dan terendah di Desa Bagan Serdang (Kecamatan Pantai Labu) (H1 = 0).
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
5.1.4. Diagram profil
desa kajian hutan mangrove dibuat diagram profil untuk menggambarkan kondisi
vegetasi secara vertikal dan horizontal pada setiap jalur, disajikan pada Gambar 3 s/d
11.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Tabel 10. Rekapitulasi Luas Penutupan Tajuk dan Celah Masing-Masing Lokasi
Sampel di Kabupaten Deli Serdang
No. Luas Penutupan Tajuk Luas Celah
Lokasi
Urutan LPT m2 % m2 %
A. Kec. Pantai Labu
1. Desa Denai Kuala 6 331,02 55,17 268,98 44,83
2. Desa Palu Sibaji 9 123,50 20,58 476,50 79,42
3. Desa Rugemuk 8 158,59 26,43 441,41 73,57
4. Desa Sei Tuan 3 357,50 59,58 242,50 40,42
5. Desa Bagan Serdang 4 355,60 59,27 244,40 40,73
B. Kec. Percut Sei Tuan
1. Desa Percut 5 331,02 55,17 268,98 44,83
2. Desa Tanjung Rejo 2 382,58 63,76 217,42 36,24
C. Kec. Hamparan Perak
1. Desa Paluh Kurau 7 307,6 51,24 292,54 48,76
D. Kec. Labuhan Deli
1. Desa Karang Gading 1 473,93 78,99 126,07 21,01
LPT : Luas Penutupan Tajuk
Dari Tabel 10 dan Gambar 3 s/d 11 dapat diketahui bahwa luas penutupan
tajuk tertinggi dan celah terendah dijumpai di Desa Karang Gading (Kecamatan
Labuhan Deli) yaitu sebesar 78,99 %. Hal ini menunjukkan tingkat kepadatan
populasi tergolong padat dan baik, kemudian diikuti oleh Desa Tanjung Rejo
(Kecamatan Percut Sei Tuan) yang tergolong pada kepadatan populasi sedang 63,76
%, tetapi sebaliknya pada Desa Palu Sibaji (Kecamatan Pantai Labu) dijumpai persen
penutupan tajuk terendah yaitu sebesar 20,58 % yang artinya keterbukaan celah
sebesar 79,42%, ini menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi sangat jarang dan
tergolong buruk dan penutupan tajuk terendah kedua adalah Desa Rugemuk juga pada
Kecamatan yang sama yaitu sebesar 26,43% dengan keterbukaan celah sebesar
73,57%. Sesuai dengan kriteria baku kerusakan mangrove yang dikemukakan oleh
KLH (2004) bahwa luas penutupan tajuk > 70% berarti populasi sangat padat, luas
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
penutupan tajuk >50% - < 70% berarti kepadatan populasi sedang dan luas penutupan
Untuk Pantai Timur Sumatera selisih pasang tertinggi dengan surut terendah
ketebalan mangrove 130 x selisih pasang tertinggi dan surut terendah, dalam hal ini
di Desa Paluh Kurau Kecamatan Hamparan Perak (500 m) dan diikuti oleh Desa
Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan (347 m) tetapi di Desa Rugemuk
Kecamatan Pantai Labu ketebalan mangrove mempunyai nilai terendah (20 m). Desa
Regemuk, Desa Denai Kuala, Desa Paluh Sibaji, Desa Sei Tuan dan Desa Bagan
Serdang (Kecamatan Pantai Labu) ketebalan mangrove tergolong tipis, Desa Percut
(Kecamatan Percut Sei Tuan) dan Desa Karang Gading (Kecamatan Labuhan Deli)
(2002) ada dua desa yang mangrovenya tebal yaitu Desa Paluh Kurau (Kecamatan
Hamparan Perak) dan Desa Tanjung Rejo (Kecamatan Percut Sei Tuan), dua desa
yang ketebalan mangrovenya sedang yaitu Desa Percut (Kecamatan Percut Sei Tuan)
dan Desa Karang Gading (Kecamatan Labuhan Deli), lima desa yang ketebalan
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
mangrovenya tipis yaitu Desa Bagan Serdang, Desa Denai Kuala, Desa Paluh Sibaji,
Desa Sei Tuan dan Desa Rugemuk (Kecamatan Pantai Labu). Ini berarti bahwa
hampir semua desa mangrove di Kabupaten Deli Serdang tidak memiliki ketebalan
yang mencukupi.
Tabel 11. Ketebalan Mangrove pada Daerah Penelitian di Kabupaten Deli Serdang
Lokasi Ketebalan Mangrove (m) Kriteria*
A. Kec. Pantai Labu
1. Desa Denai Kuala 94 Tipis
2. Desa Palu Sibaji 90 Tipis
3. Desa Rugemuk 20 Tipis
4. Desa Sei Tuan 75 Tipis
5. Desa Bagan Serdang 100 Tipis
B. Kec. Percut Sei Tuan
1. Desa Percut 215 Sedang
2. Desa Tanjung Rejo 347 Tebal
C. Kec. Hamparan Perak
1. Desa Paluh Kurau 500 Tebal
D. Kec. Labuhan Deli
1. Desa Karang Gading 236 Sedang
Ket : Selisih pasang tertinggi dengan surut terendah : 325 m
* : Kriteria menurut Bappeda – SU dan PKSPL – IPB (2002)
5.1.6. Salinitas
(rendah), 250 – 750 (sedang), 750 -2250(tinggi), > 2250 (sangat tinggi). Setelah
dilakukan analisa kadar Na dalam tanah pada lokasi penelitian diperoleh data
sebagaimana yang tertera pada Tabel 12. Kadar Na dalam tanah pada Desa Denai
Kuala, Desa Rugemuk, Desa Sei Tuan, Desa Bagan Serdang tergolong rendah dan
kadar Na dalam tanah pada Desa Paluh Sibaji, Desa Percut, Desa Tanjung Rejo
tergolong sedang, sementara pada Desa Paluh Kurau dan Desa Karang Gading kadar
Na dalam tanah tergolong tinggi. Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa salinitas dalam
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
tanah tidak hanya ditentukan oleh ketebalan mangrove, namun dipengaruhi faktor lain
Tabel 12. Kadar Na dalam Tanah pada Daerah Penelitian di Kabupaten Deli Serdang
Kadar Na Ketebalan Kerapatan
Kondisi di belakang Jenis
Lokasi Penelitian Dalam Tanah Mangrove (Pohon/ha)
Mangrove substrat
(ppm) (m) P Ph
A. Kec. Pantai Labu
1. Desa Denai Kuala 207 Tanaman Kelapa Sawit 94 Lumpur 617 517
2. Desa Palu Sibaji 360 Sawah 90 Lumpur 100 584
3. Desa Rugemuk 214 Tanaman Kelapa Sawit 20 Lumpur 950 450
4. Desa Sei Tuan 187 Tanaman Kelapa Sawit 75 Lumpur 1633 600
5. Desa Bagan Serdang 214 Sawah 100 Lumpur 1233 183
B. Kec. Percut Sei Tuan
1. Desa Percut 393 Tambak 215 Lumpur 300 267
2. Desa Tanjung Rejo 393 Tambak 347 Lumpur 2183 567
C. Kec. Hamparan Perak
1. Desa Paluh Kurau 1605 Tambak 500 Pasir 1163 400
D. Kec. Labuhan Deli
1. Desa Karang Gading 1770 Sawah 236 Pasir 2133 -
P = Pancang Ph = Pohon
5.2. Pembahasan
Dari nilai kerapatan (pohon/ha) pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kerapatan
pohon/ha tertinggi adalah 600 pohon/ha yang ditemui di Desa Sei Tuan. Kerapatan
pohon pada Tabel 6, dapat menggambarkan kerapatan tajuk suatu kawasan hutan dan
celah yang terbentuk. Semakin meningkat kerapatan pohon semakin tinggi tingkat
penutupan tajuk di suatu kawasan hutan dan semakin sedikit celah yang terbentuk
sehingga lantai hutan semakin tertutup oleh tajuk pohon. Semakin baik kondisi hutan
berarti penutupan tajuk hutannya juga semakin rapat dan lantai hutan semakin
tertutup. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya iklim mikro di dalam hutan yang
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
hutan mangrove tersebut sehingga kelestarian vegetasi mangrove bisa tumbuh dengan
stabil.
di mana pada Desa Bagan Serdang (Kecamatan Pantai Labu) kepadatan tanaman
tergolong padat dan pada Desa Denai Kuala (Kecamatan Pantai Labu) kepadatannya
sedang, akan tetapi di Desa Rugemuk, Desa Paluh Kurau, Desa Percut kepadatan di
tingkat semai tergolong jarang dan ada empat desa yang tidak dijumpai adanya
vegetasi mangrove di tingkat semai yaitu Desa Paluh Sibaji, Desa Sei Tuan
(Kecamatan Pantai Labu), Desa Tanjung Rejo (Kecamatan Percut Sei Tuan) dan Desa
semai berkaitan dengan nilai kerapatan yang rendah pada tingkat dewasa atau pohon
yang merupakan sumber tumbuhan penghasil biji sebagai calon kecambah dan juga
karena kondisi lingkungan yang terganggu akibat dari besarnya celah yang terbentuk
akibat penutupan tajuk yang rendah sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk
ke lantai hutan semakin tinggi yang dapat menekan pertumbuhan semai dan
kemungkinan juga disebabkan oleh arus laut yang dapat membawa biji ke daerah
lain.
seluruh desa yang diamati kecuali di Desa Paluh Sibaji (Kecamatan Pantai Labu) nilai
disebabkan berbagai faktor antara lain terjadi penebangan secara liar oleh masyarakat
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
setempat atau yang dilakukan oleh pengusaha-pengusaha tambak, seperti yang
dikemukakan oleh LPPM (2005) bahwa mangrove ditebang secara liar tanpa ada
Menurut Arief (2003) tipe tanah juga merupakan salah satu faktor penunjang
terjadinya proses regenerasi, di mana partikel debu dan partikel liat yang berupa
lumpur mampu menangkap buah dari tumbuhan mangrove yang jatuh setelah masak,
yang menyebabkan rapat atau tidaknya suatu zona mangrove. Tetapi bila terjadi air
pasang yang tinggi menyebabkan banyak buah yang jatuh terbawa oleh arus laut
lingkungannya sehingga dapat tumbuh dengan baik dari tingkat semai ke tingkat
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
pancang dan ke tingkat pohon. Jenis vegetasi tersebut diduga memiliki batas toleransi
sehingga pada intensitas cahaya matahari yang rendah tetap mampu tumbuh dengan
baik, disamping itu juga toleran terhadap tanah-tanah salin. Menurut Arief (2003)
bahwa A. marina memiliki perakaran yang sangat kuat sehingga dapat bertahan dari
hempasan ombak, merupakan zone perintis atau pioner, dan menyukai tanah
berlumpur lembek dan mampu hidup pada tanah yang berkadar garam tinggi sehingga
yaitu (1) Tumbuhan yang batas toleransinya lebar (eury) terhadap lingkungan dan (2)
1. Tidak diketahui awal mulai sejarah pertumbuhan pohon karena penelitian ini
apakah di masa lalu pernah dilakukan penanaman dan pemeliharaan jenis klimak
2. Biji pohon hutan secara umum bersifat rekasitran sehingga saat biji jatuh ke
lantai hutan, bila tidak segera berkecambah akan membusuk/ mati oleh tingginya
kandungan air
Di Desa Rugemuk, Desa Bagan Serdang (Kecamatan Pantai Labu) dan Desa
Percut (Kecamatan Percut Sei Tuan) hanya satu jenis vegetasi yang ditemukan di
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
tingkat semai yaitu A. marina (INP sebesar 200 %) dan di tingkat pancang maupun
di tingkat pohon jenis tersebut juga tetap mendominasi vegetasi hutan mangrove. Hal
ini disebabkan karena A. marina merupakan jenis vegetasi endemik yang telah
tetap terlindungi oleh kulit buah (pericarp) sebelum lepas dari pohon induk
(Kitamura et al., 1997). Pada saat buah jatuh tunas masih tertutup namun setelah
pericarp terbuka tunasnya sudah lengkap sehingga kemungkinan untuk hidup lebih
Di Desa Paluh Sibaji (Kecamatan Pantai Labu) dan Desa Sei Tuan
(Kecamatan Pantai Labu) pada tingkat semai tidak ditemukan adanya vegetasi
mangrove hal ini kemungkinan karena tidak adanya siklus pertumbuhan dan
perkembangan yang kontinyu dan juga diduga bahwa biji yang dihasilkan dari tingkat
pohon terbawa oleh air pasang surut sehingga tidak ada dijumpai di sekitar lokasi
tersebut dan kemungkinan biji yang dihasilkan tidak dapat tumbuh akibat kondisi
Jenis vegetasi yang dominan di Desa Paluh Sibaji, Desa Sei Tuan (Kecamatan
Pantai Labu) dari tingkat pancang sampai ke tingkat pohon adalah jenis yang sama
yaitu A. marina, hal ini disebabkan jenis vegetasi tersebut merupakan jenis vegetasi
yang toleran terhadap perubahan lingkungan sehingga mampu tumbuh dan bertahan
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
vegetasi yang ditemukan hanya di tingkat pancang sedangkan pada tingkat semai dan
tingkat pohon tidak ditemukan adanya vegetasi mangrove. Hal ini kemungkinan
karena adanya pemutusan siklus hidup dari vegetasi akibat adanya penebangan
mangrove di lokasi tersebut sehingga tidak ada sumber penghasil biji untuk bahan
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Setyawan et al., (2004) bahwa
anak pohon yang memiliki INP yang tinggi merupakan genus yang sama yaitu
Rhizophora sp, Avicennia sp dan Soneratia sp. Hal ini disebabkan karena pohon-
pohon yang telah mapan yang mampu beregenerasi melahirkan keturunan dengan
jumlah melimpah, meskipun tidak tertutup kemungkinan adanya suplai baru dari luar
kawasan.
pada tingkat semai, pancang dan pohon. Seperti yang diungkapkan oleh Setiawan
(2004) tidak semua jenis yang tercakup dalam analisis vegetasi memiliki nilai penting
yang cukup besar, beberapa diantaranya memiliki nilai penting yang rendah karena
menunjukkan penyebaran individu dalam jenis. Nilai H1 = 0 jika hanya terdapat satu
jenis dalam sampel, nilai (H1) meningkat dengan meningkatnya jumlah jenis dan nilai
(H1) bernilai maksimum jika seluruh individu jenis diwakili oleh jumlah individu
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan perhitungan terhadap keanekaragaman jenis (H1) pada Tabel 9
tingkat pancang. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi tekanan oleh faktor luar
perkecambahan biji akibat tingginya genangan air atau naiknya suhu tanah akibat
buruk terhadap perakaran pohon serta menggangu pertukaran gas, udara tanah dan
atmosfer. Peredaran lengas tanah yang berhubungan dengan penguapan dan infiltrasi
mangrove yang mati pada tingkat semai. Sebaliknya jenis yang sesuai saja yang akan
(Pramudji, 1996).
Pada Desa Sei Tuan, Desa Rugemuk, Desa Denai Kuala, di belakang
mangrove terdapat vegetasi kelapa sawit. Pada Desa Paluh Sibaji dan Desa Bagan
kelapa sawit membutuhkan pupuk Kalium (K) yang merupakan unsur yang berperan
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Gambar 13. Vegetasi Kelapa Sawit yang Terdapat di Belakang Mangrove
Peranan unsur K pada berbagai jenis tanah dapat meningkatkan produksi tandan
terutama pada tanah yang kandungan pasirnya tinggi serta pada tanah aluvial dan
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Sodium dikenal sebagai unsur tambahan yang menguntungkan dan untuk
dalam Yufdy dan Jumberi A, (2005). Menurut Wild dan Jones (1996) dalam Yufdy
dan Jumberi A, (2005) pengaruh Na akan sangat besar bila pasokan K bagi tanaman
untuk tanaman non – halophytic seperti padi. (Hasegawa et al., 1990; Song dan
Kerapatan pohon/ha pada semua desa penelitian adalah rendah dan ketebalan
mangrove juga rendah kecuali di Desa Paluh Kurau dan Desa Tanjung Rejo, tetapi
jenis vegetasi dan kondisi yang ada di belakang mangrove serta jenis tanah
mengakibatkan salinitas pada Desa Denai Kuala, Desa Rugemuk, Desa Sei Tuan,
Pada Desa Paluh Kurau ketebalan mangrove cukup tebal tetapi kerapatan
pohon tergolong jarang walaupun di tingkat pancang jumlah pohon banyak tetapi akar
tanaman pada tingkat pancang tidak mencengkram substrat sampai ke bawah hanya
pada bagian atas saja, di samping itu jenis tanah berpasir. Selain hal-hal tersebut di
atas kondisi di belakang mangrove terdapat tambak-tambak yang memasok air dari
laut. Hal inilah yang mengakibatkan salinitas di Desa Paluh Kurau tinggi. Tanah
dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat manahan air dan unsur hara
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Gambar 15. Tambak-Tambak yang Memasukkan Air Dari Laut
faktor antara lain tinggi serta seringnya pasang yang terjadi, lama genangan akan
menyebabkan semakin tingginya kadar Na dalam tanah dan hal ini sejalan dengan
jenis tegakan yang dijumpai dalam kawasan tersebut dimana semakin beragam,
rapat, tinggi suatu tegakan serta didukung oleh perakaran yang rapat akan dapat
menetralisir kadar Na yang tinggi dan intrusi air laut ke daratan. Secara umum
mangrove dapat bertahan karena mempunyai kadar internal (bahan penetralisir yang
berasal dari lingkungan) yang tinggi dan mampu memindahkan garam dengan cara
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Tabel 13. Hubungan Antara Kerapatan dan Luas Penutupan Tajuk pada Lokasi
Penelitian di Kabupaten Deli Serdang
Kerapatan (Pohon/ha) Luas Penutupan Tajuk
Lokasi
P Ph %
A. Kec. Pantai Labu
1. Desa Denai Kuala 617 517 55,17
2. Desa Palu Sibaji 100 584 20,58
3. Desa Rugemuk 950 450 26,43
4. Desa Sei Tuan 1633 600 59,58
5. Desa Bagan Serdang 1233 183 59,27
Dari Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa pada semua desa penelitian kerapatan
pohon/ha tergolong rusak, tetapi luas penutupan tajuk pada Desa Karang Gading
baik/sangat padat (78,99 %) dan pada Desa Tanjung Rejo, Desa Sei Tuan, Desa
Bagan Serdang, Desa Percut, Desa Denai Kuala, Desa Paluh Kurau luas penutupan
tajuk tergolong rusak dengan kepadatan sedang. Pada Desa Rugemuk, Desa Paluh
Sibaji luas penutupan tajuk tergolong rusak dengan kerapatan jarang. Kerapatan pada
Desa Karang Gading tergolong rusak karena tidak ada vegetasi ditemukan di tingkat
pohon walaupun jumlah vegetasi di tingkat pancang termasuk padat tetapi diketahui
tingkat kematian pada tingkat pancang tinggi (30-40%). Ini berarti hutan mangrove di
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
5.2.1. Hutan mangrove dan hubungannya dengan lingkungan masyarakat
setempat
sebagai penyedia bahan pangan, sandang, kesehatan dan juga lingkungan, di mana
hutan mangrove tersebut dapat melindungi pantai dan sungai dari proses erosi atau
abrasi, serta menahan tiupan angin kencang dari laut ke darat, menahan sedimentasi
secara periodik sampai terbentuk lahan baru, sebagai kawasan penyangga proses
intrusi atau rembesan air laut ke darat atau sebagai filter air asin menjadi tawar,
habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut, sebagai penghasil kayu, bahan
baku industri dan juga sebagai kawasan wisata dan konservasi. Apabila kawasan
mangrove tersebut tidak terpelihara dan dijaga maka semua fungsi di atas tidak akan
berjalan akibatnya akan mengancam kehidupan flora dan fauna serta manusia.
Dari hasil penelitian di setiap desa hutan mangrove yang dikaji dapat
diketahui bahwa di Desa Denai Kuala, Desa Palu Sibaji, Desa Rugemuk, Desa Sei
Tuan dan Desa Bagan Serdang (Kecamatan Pantai Labu), Desa Percut dan Desa
Tanjung Rejo (Kecamatan Percut Sei Tuan), Desa Paluh Kurau (Kecamatan
Hamparan Perak) dan Desa Karang Gading (Kecamatan Labuhan Deli), jenis
vegetasi mangrove dan jumlah individu yang dijumpai dari mulai tingkat semai,
pancang dan pohon adalah sebagai berikut : di Desa Paluh Sibaji dari mulai tingkat
semai, pancang dan pohon dijumpai 6 jenis vegetasi dengan jumlah individu 6 pada
tingkat pancang dan 35 pada tingkat pohon. Pada Desa Denai Kuala terdapat 6 jenis
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
vegetasi dengan jumlah individu adalah 85 pada tingkat semai, 37 pada tingkat
pancang dan 31 pada tingkat pohon. Pada Desa Rugemuk terdapat 3 jenis vegetasi
dengan jumlah individu 51 pada tingkat semai, 27 pada tingkat pancang dan 27 pada
tingkat pohon. Pada Desa Sei Tuan dijumpai 5 jenis vegetasi dengan jumlah individu
98 di tingkat pancang dan 36 pada tingkat pohon, Sedangkan di Desa Bagan Serdang
jenis vegetasi hanya satu jenis dengan jumlah individu 118 di tingkat semai, 74 pada
Jenis vegetasi mangrove yang dijumpai di Desa Tanjung Rejo hanya 6 jenis
vegetasi dengan jumlah individu 131 pada tingkat pancang dan 34 pada tingkat
pohon, sedangkan di Desa Percut ada 8 jenis vegetasi dengan jumlah individu 40 di
tingkat semai, 99 di tingkat pancang dan 16 di tingkat pohon, Di Desa Paluh Kurau
(Kecamatan Hamparan Perak) jenis vegetasi yang dijumpai hanya 2 jenis dengan
jumlah individu 33 pada tingkat semai, 86 pada tingkat pancang dan 24 pada tingkat
pohon. Di Desa Karang Gading (Kecamatan Labuhan Deli) ada 6 jenis vegetasi
dengan jumlah individu 125 dan hanya dijumpai pada tingkat pancang saja.
ataupun penyakit yakni berkisar 1000 – 25000 individu/ha dengan rata-rata kisaran
individu 5000 individu/ha yang tersebar dari tingkat semai hingga ke tingkat pohon.
dan regenerasi vegetasi dari tingkat semai sampai ke tingkat pohon tidak
menunjukkan ekosistem mangrove seperti data di atas. Hal ini dapat dilihat bahwa
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
yang mendominasi berbeda-beda mulai dari tingkat semai sampai ke tingkat pohon,
sehingga tidak menggambarkan kondisi hutan mangrove yang stabil yang artinya
telah terjadi kerusakan kawasan magrove yang diakibatkan oleh faktor manusia baik
secara sengaja maupun tidak sengaja, dimana hutan mangrove tersebut telah ditebang
secara liar untuk dijadikan kayu bakar, pembuatan arang, bahan bangunan di samping
itu lahan hutan mangrove sudah beralih fungsi sebagai tempat tinggal penduduk,
Tabel 14. Keadaan Penduduk di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang Tahun
2004, 2005, 2006
Kecamatan Jumlah Penduduk Nelayan Penuh Nelayan Sambilan
2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006
1. Pantai Labu 40.396 41.264 42.618 1.615 2.268 2.857 285 600 812
2. Percut Sei Tuan 303.497 310.016 320.186 1.495 1.586 2.778 415 827 860
3. Hamparan Perak 130.480 133.348 137.722 1.691 1.947 2.033 430 832 895
4. Labuhan deli 50.604 51.691 53.387 2.093 2.118 2.613 458 889 922
Sumber : Deli Serdang dalam angka BPS Kabupaten Deli Serdang 2004, 2005, 2006
Menurut Zoysia et al., (1991) suatu hutan yang utuh kerapatan/ha dari
semai <1 m berjumlah 226.950, permudaan dengan tinggi >1 m – keliling <10 cm
dbh (Ө 3.2 cm dbh) berjumlah 12.735, pemudaan 10-30 cm dbh (Ө 3.2 - 9.6 cm dbh)
berjumlah 1.487, Permudaan 30 - < 90 cm dbh (Ө 9.6 – 28.7 cm dbh) berjumlah 580
dan pohon berukuran >150 cm dbh (Ө > 28.7 cm dbh) adalah 158 pohon/ha.
mencapai 39.832 ha dimana hutan mangrove tersebut sudah beralih fungsi sebagai
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
pencemaran laut oleh bahan pencemar rumah tangga, yang sebelumnya tertahan oleh
akar mangrove. Dampak luas dari kerusakan hutan mangrove adalah hilangnya 1 ha
hutan mangrove bisa berakibat hilangnya tiga hingga dua belas ton ikan atau
udang/tahun dan dapat mengakibatkan pencemaran air laut terus menerus meningkat.
1.090 ha. Kegiatan budidaya tambak dilakukan dengan berbagai tingkat teknologi
yaitu budidaya udang intensif, semi intensif dan tradisional. Kegiatan budidaya ini
Tabel 15. Luas Lahan Budidaya Air Payau Pada Tiap Kecamatan di Kabupaten
Deli Serdang
Kecamatan Luas Lahan/ Unit
1. Labuhan Deli 21
2. Hamparan Perak 72
3. Percut Sei Tuan 70
4. Pantai Labu 62
Sumber : LPPM – USU, 2005
yang mata pencahariannya sebagai nelayan, bila musim ombak besar mereka tidak
mangrove untuk dijual dan juga dijadikan sebagai kayu bakar seperti dari jenis
Avicennia sp. Menurut masyarakat setempat harga satu batang mangrove dari jenis
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
mangrove ini sebagai bahan bangunan dan bahan pembuat arang. Beberapa species
pohon mangrove tertentu mempunyai kualitas kayu yang baik untuk dijadikan bahan
bangunan. Selain masyarakat setempat ada juga masyarkat dari daerah lain yang
mengambil kayu mangrove untuk dijadikan arang. Hal inilah yang menyebabkan
Di Desa Rugemuk dari sekian puluh hektar mangrove yang ada hanya tinggal
seperempatnya saja. Karena mangrove yang ada dulunya telah ditebang oleh
sendiri mangrove ini ditebangi secara liar tanpa ada tebang pilih untuk dijadikan
bahan kayu bakar atau dijual. Jadi saat ini dampak tidak adanya mangrove sangat
dirasakan oleh masyarakat Desa Rugemuk. Masyarakat yang ada di sekitarnya sangat
merasa resah karena tidak adanya mangrove rembesan air asin mengakibatkan air
tawar menjadi payau bahkan petani juga merasakan dampak punahnya mangrove, air
asin masuk ke areal pertanian sehingga para petani itu sendiri sulit untuk bercocok
Dilihat dari jumlah vegetasi yang dijumpai pada daerah penelitian (Tabel 8)
dan dibandingkan dengan data hutan mangrove yang utuh(Tabel 1) jauh lebih rendah,
hal ini menunjukkan adanya tingkat degradasi yang cukup tinggi. Untuk itu perlu
sekitar serta memelihara yang sudah ada. Disamping itu perlu meningkatkan
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
fungsi hutan mangrove dalam kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat terutama
penduduk setempat.
Dilihat dari kerapatan pohon yang rendah dan luas penutupan atjuk yang
rendah di beberapa desa hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang,
maka disarankan pada hutan mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei
Tuan perlu dilakukan pengawasan, pada hutan mangrove Desa Sei Tuan, Desa Bagan
Sedang, Desa Denai Kuala, Desa Rugemuk, Desa Paluh Sibaji (Kecamatan Pantai
Labu), Desa Percut (Kecamatan Percut Sei Tuan), Desa Paluh Kurau (Kecamatan
Hamparan Perak), dan Desa Karang Gading (Kecamatan Labuhan Deli) perlu
direhabilitasi.
Pada Desa Rugemuk, Desa Sei Tuan, Desa Bagan Serdang Sebaiknya ditanam
dengan jenis mangrove Rhizophora apiculata, pada Desa Denai Kuala ditanam jenis
Cemara, pada Desa Paluh Sibaji, Desa Percut ditanam jenis mangrove Rhizophora
apiculata dan Bruguiera cylindrica, pada Desa Tanjung Rejo dan Desa Karang
Gading ditanam jenis mangrove Bruguiera sexangula dan Bruguiera cylindrica, pada
mangrove merupakan ekosistem hutan dan oleh karena itu pemerintah bertanggung
jawab dalam pengelolaan yang berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan,
mangrove yang rusak, kepada setiap orang yang memiliki, pengelola dan atau
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
memanfaatkan hutan kritis atau produksi, wajib melaksanakan rehabilitasi hutan
(Desa Paluh Sibaji) tercatat sejak tahun 1993 reboisasi hutan mangrove dimulai
dengan penanaman seluas 8 ha pada tahap pertama dan tahap kedua seluas 5 ha,
namun usaha penanaman kembali hutan mangrove di daerah ini mengalami hambatan
di daerah tersebut keberatan karena pada waktu itu musim badai angin kencang
mangrove yaitu rusaknya ekosistem hutan mangrove yang ada. Partisipasi adalah kata
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
dikarenakan pelaksanaan program gagal melibatkan partisipasi masyarakat sejak awal
program.
berkelanjutan pada suatu sumberdaya dan pada umumnya kelompok masyarakat yang
dilakukan:
1. Sosialisasi
a. Lokasi penanaman.
2. Penyuluhan
Dalam penyuluhan yang disampaikan adalah fungsi dan manfaat mangrove baik
secara ekologi maupun fungsi jasa sosial hutan mangrove. Kegiatan ini bertujuan
mangrove.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
3. Pembentukan kelompok binaan
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Vegetasi hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang (Desa Sei
Tuan, Desa Paluh Sibaji, Desa Denai Kuala, Desa Rugemuk, Desa Bagan
Serdang, Desa Percut, Desa Tanjung Rejo, Desa Paluh Kurau, Desa Karang
Deli Serdang adalah jenis Avicennia marina diikuti oleh Excoecaria agllocha
4. Luas penutupan tajuk tertinggi terdapat pada hutan mangrove Desa Karang
Gading (78,99 %), luas penutupan tajuk terendah terdapat pada hutan mangrove
5. Ketebalan vegetasi mangrove yang baik terdapat di hutan mangrove Desa Paluh
Kurau dan Desa Tanjung Rejo. Vegetasi mangrove di Desa Karang Gading,
mangrove di Desa Rugemuk, Desa Paluh Sibaji, Desa Denai Kuala, Desa Sei
71
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
6. Salinitas tanah pada Desa Denai Kuala, Desa Rugemuk, Desa Sei Tuan, Desa
Bagan Serdang tergolong rendah. Pada Desa Paluh Sibaji, Desa Percut dan Desa
Tanjung salinitas tanah tergolong sedang, pada Desa Paluh Kurau dan Desa
6.2. Saran
Melihat kerapatan pohon yang rusak dan luas penutupan tajuk yang rendah di
beberapa desa hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang maka
disarankan :
2. Di Desa Sei Tuan, Desa Bagan Serdang, Desa Denai Kuala, Desa Rugemuk,
Desa Paluh Sibaji, Desa Percut, Desa Paluh Kurau dan Desa Karang Gading
3. Di Desa Paluh Sibaji, Desa Percut, Desa Tanjung Rejo dan Desa Karang Gading
Jenis mangrove yang ditanam sebaiknya dari jenis Rhizophora apiculata, dan
Bruguiera sexangula.
4. Di Desa Rugemuk, Desa Sei Tuan jenis mangrove yang ditanam sebaiknya
Rhizophora apiculata.
5. Di desa Denai Kuala, Desa Bagan Serdang dan Paluh Kurau sebaiknya ditanam
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, J., Damanik, S.J., Hisyam, N. dan Whitten, A.J. 1984. Ekosistem Sumatera.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Barbour, M.G., Burk, J.H., and Pitts, W.D. 1987. Terrestrial Plant Ecologi. Second
edition. Menlo Park CA : The Benjamin Cummings Pub. Co. Inc.
Chapman, V.J. 1984. Mangrove Vegetation. Setrauss and Cramer Gmbh. German.
Davies, J.G. Claridge dan Nararita, E. 1995. Manfaat Lahan Basah, Potensi Lahan
Basah dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Ditjen
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan–Asean
Wetland Buereau Indonesia (AWB).
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
73
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara. 2002. Laporan Akhir Data
Spasial Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupaten Nias dan Deli Serdang,
Propinsi Sumatera Utara. Kerjasama dengan Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Jacobs, M. 1981. The Tropical Rainforest. A. First encounter. Ranke Kruk et al,
editor. Springer-Verlap. Berlin Heidelberg New York. London Paris Tokyo.
Kamal, E., Hermalena, L., Tamin, R. dan Suardi, M.L. 2005. Mangrove Sumatera
Barat. Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta.
Kitamura, S., Anwar, C., Chaniago, A. dan Baba, S. 1997. Buku Panduan
Mangrove di Indonesia. Bali dan Lombok. Proyek Pengembangan
Manajemen Mangrove Berkelanjutan, Departemen Kehutanan Republik
Indonesia dan Japan International Cooperation Agency.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Ludwig, J.A. dan Reynold, J.F. 1988. Statistical Ecology. A Primer on Competing:
John Willey and Sons.
Muller, D. dan Ellenburg, D.H. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology.
Wiley International Edition, Jhon Wiley & Sons New York Chichester
Brisbane Toronto.
Nugroho, S.G., Setiawan, A., dan Harianto, S.P. 1991. “Coupled Ekosystem Silvo
Fishery” Bentuk Pengelolaan Hutan Mangrove–Tambak yang Saling
Mendukung dan Melindungi. Prosiding Seminar IV Ekosistem Mangrove.
Panitia Nasional Program MAB Indonesia–LIPI. Jakarta .
Hakim, N., Nyakpa, A.M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, M.K., Go Ban Hong
dan Barley, H.H. 1986. Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Soeryanegara, I. dan Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Yufdy, M.P. dan Jumberi, A. 2005. Pemanfaatan Hara Air Laut untuk Memenuhi
Kebutuhan Tanaman. (http:// www. dpi. nsw. gov. au / - data / assets / pdf –
file / 0006 / 199455 / ses 2 – hamessing – nutrients – from – seawater – for –
plant - requirements. pdf. Diakses pada tanggal 4 Februari 2008)
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Lampiran 27. Peta Kabupaten Deli Serdang
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Lampiran 28. Peta Kecamatan Pantai Labu
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Lampiran 29. Peta Kecamatan Percut Sei Tuan
100
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Lampiran 30. Peta Kecamatan Hamparan Perak
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Lampiran 31. Peta Kecamatan Labuhan Deli
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008
Lampiran 32. Peta Ekosistem Wilayah Pesisir Kab. Deli Serdang
Sri Susanti Ningsih : Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang, 2008
USU e-Repository © 2008