Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN BIOLOGI LAUT

MANGROVE

OLEH KELOMPOK 6:
KELAS C SEMESTER 5
1. NURI YANTI APRILIYA (E1A016051)
2. YULI RAHMAWATI (E1A016079)
3. ADINDA PUTRININGTYAS (E1A017002)
4. RATU MAS TARA INDRIANI(E1A017061)
5. RAWINDY AULIA HAPSARI (E1A017062)
6. RIFCKA AULIA HIDAYATI (E1A017065)
7. YUNITA FATMALA (E1A017082)
8. ZUKIFLI ADJI BUSDAYU (E1A017085)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
PENDAHULUAN
Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan
sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan
mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang
hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove dan keunikannya juga memiliki potensi sebagai
wahana hutan wisata dan/ atau penyangga perlindungan wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai
ancaman sedimentasi, abrasi, pencegahan intrusi air laut, serta berbagai sumber pakan habitat biota
laut (Zainuri, Takwanto, & Syarifuddin, 2017)
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan
ekosistem lainnya, karena mempunyai vegetasi yang agak seragam serta mempunyai tajuk yang
rata. Struktur dan komposisi suatu vegetasi dipengaruhi oleh komponen ekosistem yang saling
berinteraksi, sehingga vegetasi suatu wilayah yang tumbuh secara alami pada dasarnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan (Susilo, 2017).
Analisis vegetasi berfungsi untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies
dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Ketika mangrove dianalisis dalam skala lokal,
perlu dicatat bahwa setting geomorfologi daerah memiliki setting kondisi yang sama. Struktur
hutan mangrove pada dasarnya dikendalikan oleh frekuensi banjir pasang surut yang ditentukan
oleh topografi zona intertidal dan masukan air tawar kontinental (Susilo, 2017).
Analisis vegetasi diperlukan data-data kuantitatif untuk menentukan indeks nilai penting dan
indeks keanekaragaman dari penyusun komunitas hutan sehingga dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur, kemelimpahan spesies, distribusi vegetasi dalam suatu ekosistem, serta
hubungan keberadaan tumbuhan dengan faktor lingkungannya. Analisis vegetasi dapat digunakan
untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP).
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan salah suatu indeks yang dihitung berdasarkan jumlah
yang didapatkan untuk menentukan tingkat dominasi jenis dalam suatu komunitas tumbuhan.
Indeks Nilai Penting (lNP) atau Impontant Value Index merupakan indeks kepentingan yang
menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis vegetasi dalam ekosistemnya (Parmadi,
Dewiyanti, & Karina, 2016). Apabila INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi, maka jenis itu sangat
mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut (Rusydi, Ihwan, & Suaedin, 2015).
Desa Pelangan dilihat dari vegetasi mangrovenya memiliki potensi yang cukup besar.
Berdasarkan data yang ada, sekitar 25 Ha lahan di kawasan pesisir Dusun Pewaringan, Desa
Pelangan ditumbuhi oleh hutan mangrove. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun
secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang berperan penting dalam
stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun secara biologis. Selain itu, ekosistem
mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah yang cukup tinggi (Zulfikar, Amin, & Irawan,
2015).
Wilayah Dusun Pewaringan, Sekotong Barat, Lombok Barat belum seluruhnya diketahui
pola komunitas yang terbentuk dan spesies yang mendominasi di wilayah tersebut secara
keseluruhan. Sehingga masih dibutuhkan penelitian-penelitian lebih lanjut dalam rangka
pengelolaan kawasan ini, sehingga kedepannya dapat dijasikan daerah wisata alam laut yang akan
dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Berdasarkan uraian di atas maka perlu untuk
mengadakan penelitian tentang analisis vegetasi untuk pengelolaan kawasan Dusun Pewaringan,
Sekotong Barat, Lombok Barat.
Dusun Pewaringan, Desa Pelangan kecamatan Sekotong kabupaten Lombok Barat
merupakan salah satu daerah yang ditumbuhi mangrove. Namun, belum terdapat hasil penelitian
yang terkait mengenai spesies mangrove yang tumbuh dan yang mendominasi di wilayah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan mangrove yang terkait dengan tingkat
kerusakan mangrove dan Indeks Nilai Penting (INP) yaitu kepentingan suatu jenis tumbuhan serta
peranannya dalam komunitas spesies mangrove di Dusun Pewaringan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di kawasan mangrove Dusun Pewaringan, Desa Pelangan kecamatan
Sekotong kabupaten Lombok Barat pada hari Minggu, 17 November 2019, dengan posisi geografi
000 46’ 13,7” - 000 48’ 0,22” LU dan 1270 18’ 13,82” - 1270 19’ 50,83” BT.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain meteran jahit, pasak bambu,
tali rafia, kantong sampel, GPS, alat tulis dan kamera.
Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Sampling Acak Sederhana
(simple random sampling) disetiap stasiunnya yang berada sejajar dengan garis pantai. Langkah-
langkah untuk membuat plot pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Membuat satu titik sampling sebagai stasiun sampel dalam areal yang berbeda (dari
kelompok lain),
2. membuat stasiun pengamatan, tentukan petak pengamatan/plot berukuran 10m x 10m.
3. Sebanyak minimal 3 plot, yaitu untuk pohon ukuran transeknya adalah 10m x 10m, untuk
tingkat semai (seedling) ukuran trasnsek transeknya adalah 5m x 5m dan untuk sapihan
(sapling) ukuran transeknya adalah 2,5m x 2,5m.
4. Pada setiap plot dihitung jumlah individu setiap jenis dan mengukur lingkar batang setiap
pohon mangrove setinggi dada, sedangkan untuk sedling dan sapling diitung jumlah individu
yang ada pada masing-masing plot.
5. Parameter data yang dikumpulkan adalah jenis mangrove, jumlah individu tiap jenis (pohon,
sedling dan sapling), keliling, diameter batang (DBH) dan tinggi pohon.

ANALISIS DATA
Pola vegetasi dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi
jenis,dominansi relatif, frekuensi jenis, frekuensi relatif, dan indeks nilai pentingnya mengacu pada
(Susilo, 2017)
1. Kerapatan
Kerapatan masing–masing spesies pada setiap stasiun dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Kerapatan Mutlak (KM)

(Susilo, 2017)
Kerapatan Relatif (KR)

(Susilo, 2017)

2. Frekuensi
Frekuensi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Frekuensi Mutlak (FM)

(Susilo, 2017)

Frekuensi Relatif (FR)

(Susilo, 2017)

3. Dominansi
Dominansi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dominansi Mutlak (DM)

(Susilo, 2017)
Dominansi Relatif (DR)

(Susilo, 2017)
4. INP (Indeks Nilai Penting)
Indeks Nilai Penting ini menunjukkan jenis yang mendominasi dilokasi penelitian (Susilo,
2017). Untuk menghitung Indek Nilai Penting digunakan rumus berikut:
(Susilo, 2017)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

Fachrul, M. F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.


Martiningsih, N. G., Suryana, I. M., & Sutiadipraja, N. (2015). Analisa Vegetasi Hutan Mangrove
Di Taman Hutan Raya (TAHURA) Bali. Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan
Ekosistem, 5(9), 1-69.
Parmadi, E. H., Dewiyanti, I., & Karina, S. (2016). Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove Di
Kawasan Kuala Idi Kabupaten Aceh Timur. Peikanan dan Kelauatan, 1(1), 82-95.
Rusydi, Ihwan, & Suaedin. (2015). Struktur Dan Kepadatan Vegetasi Mangrove Di Teluk Kupang.
Segara, 11(2), 147-157.
Susilo. (2017). Analisis Vegetasi Mangrove (Rhizophora) Di Pesisir Pantai Pulau Manjangan Besar
Karimunjawa. Biomedika, 10, 59-68.
Syariduddin, A., & Zulharman. (2012). Analisis Vegetasi Hutan Mangrove Pelabuhan Lembar,
Lombok Barat, Nusa Tengggara Barat. Jurnal Gamma, 7(2).
Usman, L., & Hamzah, S. N. (2016). Analisis Vegetasi Mangrove Di Pulau Dudepo Kecamatan
Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Nike, 1(2).
Zainuri, A. M., Takwanto, A., & Syarifuddin, A. (2017). Konservasi Ekologi Hutan Mangrove Di
Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Dedikasi, 14, 1-7.
Zulfikar, A., Amin, D. N., & Irawan, H. (2015). Hubungan Jenis Strubstrat Dengan Kerapatan
Vegetasi Rhizophora SP. Kelauatan dan Perikanan, 1, 154-161.

Anda mungkin juga menyukai