Anda di halaman 1dari 8

Journal Of Marine Research.

Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 54-61


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Kajian Bioekologi dan Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove : Studi


Kasus di Teluk Awur Jepara

Oky Yuripa Pradana, Nirwani, Suryono*)

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698
email: okyyuripa@gmail.com

Abstrak

Ekosistem mangrove mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan
lingkungan. Kawasan mangrove Teluk Awur secara ekologi menjadi tempat untuk bereproduksi,
mencari makan dan pertumbuhan bagi berbagai jenis biota. Lingkungan ini juga menghasilkan
detritus yang menyokong keberadaan bahan organik di perairan sekitar. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengkaji kondisi bioekologi mangrove serta kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar untuk
menentukan arah kebijakan pihak terkait dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Teluk Awur
Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus bersifat eksploratif dan
bertaraf deskriptif. Data dianalisis melalui analisa SWOT dengan pembobotan atau skoring. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kawasan ekosistem mangrove di Teluk Awur termasuk dalam kriteria
yang baik dengan kerapatan >1500 ind/ha. Diidentifikasi ada 27 spesies flora mangrove dan berbagai
fauna menggantungkan hidupnya pada keberadaan ekosistem mangrove Teluk Awur. Strategi
pengelolaan yang direkomendasikan sebagai prioritas pertama adalah pengadaaan kegiatan
rehabilitasi mangrove dengan melibatkan masyarakat secara langsung (skor 4,125). Kedua,
pendidikan tentang wawasan lingkungan dan pemanfaatan mangrove secara lestari kepada
masyarakat setempat (skor 2,887). Ketiga, Pembuatan peraturan dan standar operasional prosedur
(SOP) pengelolaan secara khusus ekosistem mangrove Teluk Awur oleh Universitas Diponegoro:
Marine Station (skor 2,601).

Kata-Kata Kunci : Bioekologi, Pengelolaan, Mangrove

Abstract

Mangrove ecosystem have an important role in the environment. The ecological values of
mangrove Teluk Awur is a place for feeding, nursery and spawning ground mangrove organism. This
environment also produce detritus that support the existence of organic matter in the waters around.
The purpose of this research was to study the condition of mangroves bioecology and socio-economic
conditions for integrated stakeholders strategy and management of mangrove Teluk Awur Jepara.
Method used is case study, explorative and descriptive. Data were analyzed using SWOT analysis by
weighting or scoring. The result showed Teluk Awur mangrove ecosystem in the categorized into good
criteria because of it’s density > 1500 ind/ha. There are 27 mangrove species and various fauna
depend their lives on to of Teluk Awur mangrove ecosystems. Management strategies are
recommended as the first priority is providing mangrove rehabilitation activities involving the public
directly (score 4.125). Second, environmental education and sustainable use of mangrove resources
to local communities (score 2.887). Third, rulemaking and standard operating procedure (SOP)
specifically management of Teluk Awur mangrove ecosystems by Diponegoro University: Marine
Station (score 2.601).

Keywords : Bioecology, Management, Mangrove

*) Penulis penanggung jawab


Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 55

Pendahuluan baik secara langsung ataupun tidak


Mangrove merupakan ekosistem langsung, bersifat menetap atau
yang sangat spesifik karena pada sementara. Beberapa makhluk hidup yang
umumnya hanya dijumpai di pantai yang hidup di kawasan mangrove antara lain
berombak relatif kecil, estuaria, laguna, berbagai jenis burung, kelelawar, monyet,
dan di sepanjang delta (Hogarth, 1999). lutung, kucing mangrove, garangan, dan
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara ular (Arief, 2003). Penyusun ekosistem
Lingkungan Hidup Nomor : 201 Tahun mangrove terdiri dari 2 komponen utama
2004, mangrove adalah sekumpulan yaitu flora dan fauna yang ada di
tumbuh-tumbuhan Dicotyledoneae dan dalamnya (Hogarth, 1999). Ekosistem
atau Monocotyledoneae terdiri atas jenis hutan mangrove di Indonesia mempunyai
tumbuhan yang mempunyai hubungan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia
taksonomi sampai dengan taksa kelas dengan jumlah total spesies 89, terdiri
(unrelated families) tetapi mempunyai dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu,
persamaan adaptasi morfologi dan 9 spesies liana, 29 spesies epifit dan 2
fisiologi terhadap habitat yang spesies parasit (Nontji, 1987, dalam
dipengaruhi oleh pasang surut. Dahuri et al., 1996). Ekosistem mangrove
Teluk Awur memiliki berbagai macam
Tomlinson (1994) menjelaskan spesies flora mangrove yang hidup
bahwa vegetasi mangrove di dunia dapat dengan baik. Spesies flora mangrove
dijumpai pada daerah tropis dan subtropis merupakan tumbuhan asli yang sudah
dari 32o LU sampai 38o LS termasuk di ada sebelumnya dan hasil pengkayaan
dalamnya adalah Indonesia. Lebih jauh jenis dari penanaman Mangrove Replant
Tomlinson (1994) juga membagi vegetasi (MR) yang dilakukan KeSEMaT sejak
mangrove menjadi tiga komponen, yaitu: tahun 2001 (wawancara pribadi dengan
komponen mayor, minor dan asosiasi. Aris, Pendiri KeSEMaT, 2012).
Mangrove secara khas memperlihatkan
adanya zonasi. Zonasi tersebut berkaitan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab.
erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir, Jepara (2006) menetapkan daerah
atau gambut), keterbukaan (terhadap ekosistem mangrove Teluk Awur
hempasan gelombang), salinitas serta mengarah untuk dikembangkan sebagai
pengaruh pasang surut (Chapman, 1977 kawasan pendidikan dan penelitian serta
et al., 1981 dalam Noor et al., 2006). laboratorium alam kelautan dan kawasan
pengembangan wisata bahari dengan
Hutan mangrove merupakan pantai pasir putih yang berbasis
ekosistem utama pendukung kehidupan pendidikan. Selama ini kawasan
yang penting di wilayah pesisir dan mangrove Teluk Awur dijadikan tempat
lautan. Fungsi ekologis mangrove adalah pendidikan dan penelitian karena
sebagai penyedia nutrien bagi biota keberadaan flora dan fauna mangrove
perairan, tempat pemijahan dan asuhan yang beranekaragam. Hasil penelitian
berbagai macam biota. Fungsi fisik (Kurniani, 2007) menunjukkan bahwa
sebagai penahan erosi, amukan angin kawasan ekosistem mangrove Teluk Awur
topan dan tsunami, penyerap limbah, mempunyai potensi sebagai daerah
pencegah intrusi air laut, dan lain ekowisata mangrove berbasis pendidikan
sebagainya. Ekosistem mangrove juga dan penelitian dengan strategi prioritas
mempunyai fungsi ekonomis penting pertama adalah pengenalan ekowisata
seperti, penyedia kayu, daun-daunan mangrove secara khusus pada wisatawan
sebagai bahan baku obat-obatan, dan yang berkunjung.
lain-lain (Dahuri et al., 1996).
Mengingat banyaknya fungsi dan
Ketergantungan organisme luar manfaat penting kawasan mangrove,
(darat) terhadap mangrove sangat luas,
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 56

perlu diterapkan prinsip lindungi, pelajari dan sifat - sifat populasi atau daerah
dan manfaatkan. Semua itu tentu tertentu (Suryabrata, 1992). Pengambilan
memerlukan koordinasi antara data dilakukan dengan metode survei.
stakeholders dan masyarakat di sekitar Menurut Singarimbun (1989) penelitian
kawasan agar pemanfaatannya dapat survei adalah penelitian yang mengambil
berjalan sesuai dengan tujuan sampel dari satu populasi dan
pengelolaan mangrove yang menggunakan kuesioner sebagai alat
lestari.Bioekologi mangrove merupakan pengumpulan data yang pokok.
kajian tentang keberadaaan flora dan
fauna pada ekosistem mangrove. a. Survei Data Primer
Survei data primer merupakan suatu
Penelitian ini bertujuan untuk proses pengambilan data langsung yang
mengkaji kondisi bioekologi mangrove ada di lapangan dengan melakukan
berupa kondisi vegetasi, keberadaan flora observasi lapangan untuk mengetahui
dan fauna mangrove dan kondisi sosial kondisi yang nyata pada wilayah studi,
ekonomi masyarakat sekitar untuk yaitu kondisi lokasi pengambilan sampel
menentukan arah kebijakan pihak terkait serta keberadaan responden
dalam pengelolaan ekosistem mangrove
di Teluk Awur Jepara. b. Survei Data Sekunder
Survei data sekunder dilakukan
dengan cara memperoleh data atau
Materi dan Metode informasi dari pihak lain atau instansi
terkait serta berdasarkan narasumber
Materi Penelitian tertentu. Data yang diperoleh dapat
Materi dalam penelitian ini yaitu berupa data statistik, peta, laporan-
kawasan ekosistem mangrove serta laporan serta dokumen.
masyarakat Desa Teluk Awur Jepara
sebagai responden. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode Penelitian pembobotan hasil dari kuisioner.
Metode yang digunakan dalam Pembobotan akan dilakukan berdasarkan
penelitian ini adalah studi kasus. Metode Skala Likert (Hasan, 2002 dalam Amalia,
studi kasus ialah metode penelitian yang 2011). Tiap pertanyaan disediakan lima
dilakukan terhadap suatu kesatuan alternatif jawaban dengan membuat
sistem, baik itu berupa program, simbol angka pada pilihan jawaban
kegiatan, peristiwa, atau sekelompok responden bersifat positif memiliki urutan
individu yang terikat oleh tempat ataupun skor a = 1, b = 2, c = 3, d = 4 dan e =5.
waktu. Penelitian ini diarahkan untuk
menghimpun data, mengambil makna dan Hasil dari pembobotan kemudian
memperoleh pemahaman dari kasus dianalisis menggunakan metode analisis
tersebut (Nazir, 2003). (Strength Weakness Opportunity Threat)
SWOT. Rangkuti (2005) menjelaskan
Berdasarkan sifatnya, penelitian ini bahwa analisis SWOT merupakan suatu
bersifat eksploratif karena bertujuan analisa yang bertujuan untuk
untuk manggali secara luas tentang sebab mengidentifikasi berbagai faktor secara
- sebab atau hal - hal yang sistematis dalam merumuskan suatu
mempengaruhi terjadinya sesuatu strategi, yang didasarkan pada logika
(Arikunto, 1993). Berdasarkan tarafnya, dengan cara memaksimalkan kekuatan
penelitian ini bertaraf deskriptif, yaitu (Strengths) dan peluang (Opportunities)
suatu penelitian yang bermaksud untuk yang ada dan secara bersamaan
membuat pencandraan secara sistematis, meminimalkan kelemahan (Weakness)
faktual dan akurat mengenai fakta - fakta dan ancaman (Threats).
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 57

Metode analisis SWOT menggunakan garis pantai 2,5 km. Batas administrasi
pembobotan yaitu pemberian nilai lokasi penelitian yaitu sebelah utara
terhadap parameter yang diambil berbatasan dengan Desa Tegal Sambi,
berdasarkan tingkat kesesuaian dengan sebelah timur dengan Desa Demangan
membandingkan persyaratan yang dan Platar, sebelah barat berbatasan
ditentukan. Pemberian nilai atau skor langsung dengan Laut Jawa dan sebelah
berdasarkan atas penilaian terhadap selatan berbatasan dengan Desa Semat.
kepentingan tertentu (Rangkuti, 2005).
Melalui analisis SWOT, dapat Berdasarkan analisa spasial dengan
teridentifikasi faktor - faktor internal data penginderaan jauh satelit IKONOS-
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor - 1m dari garis pantai sepanjang 2,5 km
faktor eksternal (peluang dan ancaman). menunjukkan bahwa hutan mangrove di
Berdasarkan faktor – faktor internal dan Teluk Awur memiliki luasan sebesar 4,16
eksternal, kemudian disusun matriks ha tersebar di sepanjang pantai dengan
SWOT seperti pada Tabel 6. Dari matrik panjang area 538,49 m dan ketebalan
SWOT dapat dirumuskan 4 (empat) maksimum area mencapai 140,9 m ke
kerangka strategi, sebagai berikut : daratan (Amrulloh, 2010). Analisa ekologi
vegetasi mangrove mengambil sampel
Tabel 6. Matrik SWOT pada tiga titik lokasi. Titik pertama Teluk
IFAS Strenght Weakness Awur 1 (TA1) (S : 06°37'18,3" ; E :
EFAS (S) (W) 110°38'18,7"), kedua Teluk Awur 2 (TA2)
Opportunity (O) Strategy Strategy (S : 06°37'17,7" ; E : 110°38'18,1"), dan
S-O W-O yang terakhir Teluk Awur 3 (TA3) (S :
Threat (T) Strategy Strategy 06°37'15,5" ; E : 110°38'17,5").
S-T W-T
Keterangan :
IFAS : Internal Strategic Factor Analysis
Summary
EFAS : External Strategic Factor Analysis
Summary
2003 2005
Berdasar pada empat kerangka
strategi diatas, permasalahan yang terjadi
secara terbuka dan obyektif dapat
dilakukan proses analisis dengan
merumuskan strategi dan formulasi
rekomendasi yang sesuai. Pembahasan
hasil sangat ditentukan oleh ketepatan 2006 2011
dan pengolahan informasi dari analisis Gambar 3. Perkembangan Kondisi
SWOT, keberhasilan suatu strategi yang Ekosistem Mangrove di Teluk Awur dari
diperoleh dapat diterapkan sebagai bahan Tahun ke Tahun (Sumber : KeSEMaT dan
pertimbangan dalam pengelolaan Dokumentasi Pribadi)
ekosistem mangrove yang lestari.
Kondisi vegetasi mangrove di Teluk
Hasil dan Pembahasan Awur termasuk dalan vegetasi mangrove
yang baik. Kawasan mangrove yang ada
Desa Teluk Awur memiliki luasan di Teluk Awur ini memiliki tingkat
wilayah 129,677 ha yang terdiri atas 80 keanekaragaman jenis flora mangrove
ha pemukiman dan persawahan, sisanya yang beragam, ini terbukti dari
seluas 49,677 ha adalah wilayah banyaknya spesies mangrove yang
Universitas Diponegoro dengan panjang ditemukan dari komponen mayor, minor
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 58

dan asosiasi. Ekosistem mangrove Teluk Selain itu pemangsaan oleh


Awur berdasarkan pengamatan lapangan gastropoda dan krustasea pada propagul
(2012), ditemukan 27 jenis flora baik yang baru jatuh maupun yang sudah
mangrove yang terdiri dari 11 komponen dibibitkan menjadi penghambat dalam
mayor, 4 komponen minor dan 12 proses regenerasi tumbuhan mangrove itu
komponen asosiasi. sendiri. Kerusakan ekosistem mangrove
juga diakibatkan oleh adanya
Mangrove Mayor: Avicennia marina, pemanfaatan yang kurang bijak berupa
Bruguiera cylindrica, Bruguiera praktek penebangan pohon mangrove
gymnorrhiza, Ceriops decandra, Ceriops untuk dimanfaatkan kayunya sebagai
tagal, Lumnitzera racemosa, Nypa bedengan rumah oleh warga sekitar.
fruticans, Rhizophora apiculata, Perburuan hewan liar terutama burung
Rhizophora mucronata, Rhizophora dan biawak juga masih sering terlihat di
stylosa, Xylocarpus granatum. kawasan ekosistem mangrove Teluk
Awur.
Mangrove Minor: Acrosticum aureum,
Aegiceras corniculatum, Exoecaria Jumlah penduduk Desa Teluk Awur
agallocha, Scyphiphora hidrophyllacea. yaitu 1.649 jiwa dengan 813 jiwa berjenis
kelamin laki-laki dan 836 jiwa berjenis
Mangrove Asosiasi: Acanthus illicifolious,
kelamin perempuan (BPS, 2011). Secara
Calotropis gigantea, Carbera manghas,
umum dari hasil kuisioner yang dilakukan
Clerodendrum inerme, Hibiscus tilliaceus,
selama penelitian menunjukkan tingkat
Ipomea pes-caprae, Pandanus tectorius,
pendidikan Masyarakat Desa Teluk Awur
Sesuvium portulacastrum, Spinifex
dapat digolongkan masih rendah dimana
littoreus, Terminalia catappa, Thesphesia
kebanyakan responden yang ditemui
populnea, Vitex ovata.
adalah Tamatan SD 40 %, disusul
Biota yang ditemukan di lingkungan kemudian Tamatan SMP 22 %, SMA 18 %
vegetasi mangrove Teluk Awur dan Sarjana 15 %, sisanya sebesar 5 %
berdasarkan pengamatan, yang sering tidak tamat SD.
terlihat diantaranya berbagai jenis
Sumber mata pencaharian sebagian
burung, insecta, ular, crustasea, bivalvia,
besar masyarakat Desa Teluk Awur
mollusca, gastropoda, dan ikan. Burung
berprofesi sebagai pengrajin yaitu tukang
yang ditemukan dikategorikan menjadi
kayu dan tukang ukir dengan prosentase
dua, burung air dan burung darat.
sebesar 35%. Seperti yang telah
Haliaster dan KeSEMaT (2008) dalam
diketahui kerajinan meubel dan ukiran
pengamatannya berhasil mengidentifikasi
memang menjadi salah satu penghasilan
26 spesies burung yang terdiri 9 jenis
terbesar Kota Jepara yang terkenal
burung air dan 17 jenis burung darat.
dengan Kota Ukir. Profesi Nelayan dan
Erosi terjadi hampir si seluruh Pegawai Negeri/Swasta masing-masing
wilayah Pantura Jawa Tengah termasuk sebesar 25%. Penghasilan rata-rata dari
pantai Teluk Awur Jepara. Tercatat di pekerjaan tersebut lebih dari Rp.
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara 500.000,- per bulannya.
dari tahun 1963 hingga tahun 2011 telah
Berdasarkan hasil kuisioner
terjadi erosi seluas 76,39 Ha (KKP, 2011).
menunjukkan bahwa sebagian besar
Gelombang pasang mengakibatkan erosi
Masyarakat Desa Teluk Awur memahami
dan tumbangnya pohon mangrove yang
fungsi dan manfaat dari ekosistem
berada pada gardu paling depan dari
mangrove. Pendapat masyarakat cukup
spesies Rhizophora mucronata.
bervariatif mengenai kondisi hutan
mangrove yang ada di Teluk Awur.
Masyarakat yang menyatakan kondisi
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 59

hutan mangrove di Teluk Awur dalam Ekosistem Mangrove Teluk Awur) sebagai
kondisi baik sebesar 48%, 20% kurang unit kegiatan kemahasiswaan di Jurusan
baik dan 25% buruk. Berdasarkan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
penyebabnya, sebagian besar memiliki peran penting yang selalu
masayarakat menjawab abrasi dan erosi mengadakan kegiatan yang berhubungan
pantai merupakan penyebab kerusakan dengan mangrove pada tiap tahunnya.
ekosistem mangrove terbesar yaitu Kegiatan yang dilakukan mulai dari
sebanyak 75%. bidang pendidikan, penelitian, konservasi,
dokumentasi dan kampanye mangrove.
Secara umum masyarakat tidak
mengetahui adanya program dan bantuan Peraturan Daerah (PERDA) No. 2
dari pemerintah/lembaga non pemerintah Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
dalam pengelolaan ekosistem mangrove Wilayah Kabupaten Jepara 2012 - 2032
Teluk Awur. Hasil penelitian menunjukkan disebutkan bahwa ekosistem mangrove di
sebagian besar masyarakat tidak pernah lokasi penelitian termasuk kawasan
berpartisipasi melakukan aktivitas konservasi. Secara umum tujuan dan
pengelolaan hutan mangrove baik itu penentuan arahan kebijakan dalam
pembibitan, penanaman, penyuluhan dan pemanfaatan kawasan konservasi adalah
lain-lain. Hal ini menunjukkan masih mengurangi resiko kerusakan lingkungan
rendahnya partisipasi masyarakat, hanya hidup sebagai akibat kegiatan
sebagian kecil yang pernah ikut pembangunan. Untuk itu perlu dilakukan
melakukan penanaman dan penyuluhan. pengelolaan yang baik dan berkelanjutan
Sebagian besar masyarakat tidak pernah supaya tidak terjadi degradasi lingkungan
turut berperan dan menyatakan tidak pada kawasan ini. Dinas Kelautan dan
pernah diikutsertakan bahkan tidak mau Perikanan Kab. Jepara pada tahun 2006
berperan dalam kegiatan pengelolaan menetapkan daerah ekosistem mangrove
ekosistem mangrove. Teluk Awur dijadikan sebagai kawasan
pendidikan dan penelitian serta
Pelaksanaan pengelolaan ekosistem laboratorium alam kelautan dan kawasan
mangrove yang dilakukan akan dapat pengembangan wisata bahari dengan
berjalan dengan baik jika ada peran dari pantai pasir putih yang berbasis
masyarakat dalam mendukung program pendidikan.
pengelolaan tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Masyarakat Pembobotan dilakukan dari hasil
menyatakan memberi dukungan terhadap kuisioner berdasarkan persepsi,
pemerintah maupun lembaga non partisipasi serta aspirasi masyarakat Desa
pemerintah lainnya pada kegiatan Teluk Awur dalam pengelolaan ekosistem
pengelolaan ekosistem mangrove. Hal ini mangrove. Berdasarkan potensi dan
memperlihatkan bahwa masyarakat permasalahan pada kajian pengelolaan
menyambut baik adanya program ekosistem mangrove di Desa Teluk Awur
pengelolaan yang dilakukan di kawasan maka dapat disusun rumusan faktor -
ekosistem mangrove Teluk Awur. Namun faktor strategis yang terdiri dari faktor
terdapat beberapa masyarakat yang strategis internal (Internal Strategic
menyatakan ragu-ragu dan tidak pernah Factor Analysis Summary/ IFAS). IFAS
memberi dukungan. berupa kekuatan dan kelemahan yang
berasal dari dalam kawasan ekosistem
Lembaga yang paling berperan mangrove. Faktor strategis eksternal
dalam pengelolaan ekosistem mangrove (External Strategic Factor Analysis/ EFAS)
di Teluk Awur Jepara adalah Marine terdiri dari peluang dan ancaman yang
Station Universitas Diponegoro sebagai berasal dari luar kawasan.
institusi pendidikan sekaligus pemilik
lahan. KeSEMaT (Kelompok Studi
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 60

Setelah melalui proses pembobotan strategi tersebut, terdapat tiga strategi


dan rangking dapat diketahui urutan dengan skor tertinggi sehingga perlu
tingkat kepentingan faktor-faktor menjadi prioritas utama. Pertama adalah
tersebut, baik strategi internal maupun pengadaaan kegiatan rehabilitasi
strategi eksternal. Faktor strategis mangrove dengan melibatkan masyarakat
internal yang dimiliki oleh ekosistem secara langsung (total skor 4,125).
mangrove Desa Teluk Awur dengan Strategi prioritas kedua yaitu pendidikan
kekuatan terbesar adalah potensi tentang wawasan lingkungan dan
keanekaragaman jenis flora dan fauna pemanfaatan mangrove secara lestari
ekosistem mangrove dengan skor (bobot kepada masyarakat setempat (total skor
x rating) 1,524 yang di dalamnya 2,887). Strategi prioritas ketiga yaitu
terdapat kesesuaian lahan dan habitat pembuatan peraturan dan standar
burung. Kelemahan terbesar dengan skor operasional prosedur (SOP) pengelolaan
pembobotan 0,571 adalah sumberdaya secara khusus ekosistem mangrove Teluk
masyarakat dengan tingkat pengetahuan Awur oleh Universitas Diponegoro: Marine
mangrove dan partisipasinya dalam Station (total skor 2,601).
program-program pengelolaan ekosistem
mangrove masih rendah. Peluang yang Kesimpulan
ada menunjukkan faktor strategi
Terdapat 27 spesies flora mangrove
eksternal sama besar. Keadaan daerah
yang terdiri dari komponen mangrove
sekitar ekosistem mangrove dan dengan
mayor 11 spesies, minor 4 spesies dan
adanya dukungan pemerintah serta
asosiasi 12 spesies. Berbagai fauna hidup
masyarakat setempat terhadap
di dalam ekosistem mangrove Teluk
pengelolaannya menjadikan kedua
Awur. Fauna tersebut diantaranya
peluang ini mendapatkan nilai skor
berbagai jenis burung, insecta, ular,
masing-masing 0,821. Sebagai ancaman,
krustasea, bivalvia, mollusca, gastropoda
degradasi lingkungan merupakan
dan ikan.
ancaman terbesar dengan nilai skor
1,436. Tingkat partisipasi masyarakat
masih rendah dalam program pengelolaan
Ancaman tersebut terdiri dari erosi
ekositem mangrove yang dilakukan
dan sedimentasi pantai, penebangan
karena minimnya informasi dan pelibatan
pohon mangrove, perburuan satwa serta
oleh stakeholders.
pencemaran limbah domestik. Limbah
domestik berupa sampah anorganik yang Dihasilkan tiga strategi prioritas
tidak dapat terurai secara langsung utama pengelolaan ekosistem mangrove
seperti plastik dan stereofoam yang yaitu: Pengadaaan kegiatan rehabilitasi
mengganggu pertumbuhan mangrove mangrove dengan melibatkan masyarakat
serta kebersihan dan keindahan kawasan secara langsung, Pendidikan tentang
ekosistem mangrove. Sampah ini berasal wawasan lingkungan dan pemanfaatan
dari kawasan pemukiman warga sekitar mangrove secara lestari kepada
yang membuang sampah sembarangan masyarakat setempat, Pembuatan
maupun dari luar kawasan perairan yang peraturan dan standar operasional
terbawa arus dan gelombang pasang prosedur (SOP) pengelolaan secara
hingga sampai ke daratan. khusus ekosistem mangrove Teluk Awur
oleh Universitas Diponegoro: Marine
Analisis SWOT terhadap faktor
Station.
internal dan eksternal selanjutnya
dihasilkan tujuh strategi pengelolaan yang
dapat dilakukan untuk ekosistem
mangrove di Desa Teluk Awur. Dari tujuh
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 61

Ucapan Terimakasih Jawa Tengah. Satuan Kerja Dinas


Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penulis menyampaikan terimakasih Jawa Tengah: Semarang
kepada Dra. Nirwani, M.Si dan Ir.
Suryono, M.Sc sebagai dosen pembimbing Kurniani, I. 2007. Kajian Pengelolaan
yang telah memberikan pengarahan dan Potensi Ekowisata Sebagai Alternatif
petunjuk dalam menyelesaikan jurnal Konservasi Ekosistem Mangrove di
ilmiah ini serta semua pihak dan instansi Kabupaten Jepara. FPIK UNDIP.
yang telah memberikan bantuan dan Semarang. (Skripsi S1). (tidak
fasilitas dalam penulisan jurnal ilmiah ini. dipublikasikan)

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia


Daftar Pustaka Indonesia: Jakarta

Amalia, A. C. 2011. Kajian Program Noor, Y. R., Khazali, M. dan I. N. N.


Rehabilitasi Mangrove di Desa Suryadiputra. 2006. Panduan
Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Kabupaten Brebes, dan Desa PHKA/WI-IP: Bogor
Bedono, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Rangkuti, F. 2005. Analisa SWOT : Teknik
Tesis. Program Pascasarjana. Membedah Kasus Bisnis. PT
Universitas Diponegoro. Semarang. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
(tidak dipublikasikan)
Singarimbun, M., dan Sofian, E. 1989.
Arief, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi Metodologi Penelitian Survai.
dan Manfaatnya. Karnisius: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Yogyakarta Penerangan Ekonomi dan Sosial
(LP3ES). Jakarta.
Arikunto.S. 1993. Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek. PT. Suryabrata, S. 1992. Metodologi
Pemuda Cipta. Jakarta. Penelitian. Rajawali Press. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. Kabupaten Tomlinson, P.B. 1994. The Botany of
Jepara Dalam Angka. BPS Mangroves. Cambridge University
Kabupaten Jepara Press, New York

Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah. 2012. Executive Summary
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten Jepara. BAPPEDA: Jepara

Dahuri, R et al. 1996. Pengelolaan


Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Pradnya
Paramita: Jakarta

Hogarth, P.J. 1999. The Biology of


Mangroves. Oxford University Press:
New York

Kementerian Kelautan dan Perikanan.


2011. Identifikasi Kerusakan dan
Perencanaan Rehabilitasi Pantura

Anda mungkin juga menyukai