Anda di halaman 1dari 53

1

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE


DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN
KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Oleh :

Herdeka Sari
NPM. E1I012027

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “VALUASI EKONOMI


EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN
KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU” ini merupkan karya sendiri (ASLI) dan isi
dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademis di suatu institusi Pendidikan, dan sepanjang sepengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Bengkulu, Januari 2017

Herdeka Sari
NPM. E1I012027
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE
DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN
KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

Oleh :
Herdeka Sari (herdeka12deka@gmail.com)
Di bawah Bimbingan :
Ir. Zamdial, M.Si. Dewi
Purnama, S.Pi., M.Si.
Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu

ABSTRACT

Ekosistem mangrove merupakan salah satu sumber daya pesisir dan laut yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik yang secara langsung maupun tidak langsung dan
bisa dirasakan, baik oleh masyarakat yang tinggal di dekat kawasan ekosistem mangrove
maupun masyarakat yang tinggal jauh dari kawasan ekosistem mangrove. Valuasi ekonomi
ekosistem mangrove merupakan langkah awal untuk menghitung kekayaan sumber daya
yang ada di kawasan laut, pesisir dan pulau–pulau kecil, sehingga kedepan penyusunan
regulasi yang berimplikasi pada kebijakan harus didasarkan pada besaran nilai ekonomi
yang didapatkan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung manfaat dan nilai
ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung
Melayu Kota Bengkulu, dan mengkuantifikasi total nilai pemanfaatan (use value) dan nilai
bukan pemanfaatan (non-use value) ekosistem hutan mangrove. Manfaat Ekosistem
Mangrove di Kelurahan Sumber Jaya terdiri atas Manfaat Langsung berupa manfaat
perikanan tangkap (kepiting, cacing, lokan) dan manfaat perikanan budidaya, Manfaat
Tidak Langsung berupa penahan abrasi, Nilai Manfaat Pilihan berupa Nilai
Keanekaragaman hayati, dan Nilai Manfaat Eksistensi berupa kesediaan seseorang guna
untuk melestarikan ekosistem mangrove dimasa yang akan datang. Nilai Ekonomi Total di
Kelurahan Sumber Jaya tergolong tinggi yaitu sebesar Rp.9.810.096.730,25/tahun, nilai
tersebut terdiri dari Nilai Manfaat Langsung Rp.9.531.550.700,00/tahun, Nilai Manfaat
Tidak Langsung Rp. 273.819.886,00/tahun, Nilai Manfaat Pilihan Rp.2.216.144,25/tahun,
Nilai Manfaat Eksistensi Rp.2.510.000,00/tahun. Dulunya dari luas total ekosistem
mangrove di Kelurahan Sumber Jaya, sebagian sudah dikonversi menjadi lahan tambak
yaitu 58 hektar.

Kata Kunci: Valuasi Ekonomi Mangrove, Sumber Jaya


ECONOMIC VALUATION OF MANGROVE ECOSYSTEM
IN KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN
KAMPUNG MELAYU BENGKULU CITY

By :
Herdeka Sari (herdeka12deka@gmail.com)
Under the guidance of:
Main Supervisor: Ir. Zamdial, M.Si Assistant
Supervisior: Dewi Purnama, S.Pi., M.Si Faculty
of Agriculture of Bengkulu University

ABSTRACT

The mangrove ecosystem is one of the coastal and marine resources that are beneficial to
human life either directly or indirectly, and could be felt, both by people who live near the
mangrove ecosystem and the people who live far from the mangrove ecosystem. Economic
valuation of mangrove ecosystem is the first step to calculate the wealth of resources in the
area of marine, coastal and small islands, so the future drafting regulations that have
implications for the policy to be based on the amount of economic value that is obtained.
The purpose of this study was to quantify the benefits and the total economic value of
mangrove forest ecosystems in the village of Sumber Jaya, Kampung Melayu District of
the city of Bengkulu, and quantify the total value of utilization (use value) and the value is
not the use of (non-use value) and mangrove forest.Benefits of Mangrove Ecosystem in the
village of Sumber Jaya consist of Direct Benefits form of benefits of fisheries (crabs,
worms, lokan) and the benefits of aquaculture, Indirect benefits in the form of retaining
abrasion, value the benefits of options such as Value Biodiversity, and value the benefits of
the existence of such willingness of someone to to preserve the mangrove ecosystem in the
future.Total Economic Value in the village of Sumber Jaya relatively high at
Rp.9.810.096.730,25 / year, the value consists of the value of Direct Benefits
Rp.9.531.550.700,00 / year, value Indirect benefits Rp. 273,819,886.00 / year, Value
Options Benefits Rp.2.216.144,25 / year, Value Benefits Existence Rp.2.510.000,00 / year.
Formerly of the total area of mangrove ecosystem in the village of Sumber Jaya, some
have been converted into a pond that is 58 hectares of land.

Keywords: Economic Valuation Mangrove, Sumber Jaya


VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE
DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN
KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kelautan pada Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu

Oleh:

Herdeka Sari
NPM. E1I012027

Pembimbing : Ir.

Zamdial, M.Si
Dewi Purnama, S.Pi., M.Si

Bengkulu
2017
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE
DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN
KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

Oleh :

Herdeka Sari
NPM. E1I012027

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal :


15 Januari 2017

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ir. Zamdial, M.Si Dewi Purnama, S.Pi., M.Si


NIP. 196208071988031012 NIP. 198102112006042001

Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D.


NIP. 196410291989031002
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE
DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN
KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

Oleh :

Herdeka Sari
NPM. E1I012027

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal :


20 Januari 2017

Ketua, Sekretaris,

Ir. Zamdial, M.Si Dewi Purnama, S.Pi., M.Si


NIP. 196208071988031012 NIP. 198102112006042001

Anggota, Anggota,

Person Pesona Renta, S.Kel., M.Si Aradea Bujana Kusuma, S.Si., M.Si
NIP. 198710152015041002 NIK. 3328133012870007

Mengetahui,
Fakultas Pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D.


NIP. 196410291989031002
8

MOTTO

Orang yang pintar bukanlah orang yang merasa pintar, akan


tetapi ia adalah orang yang merasa bodoh, dengan begitu ia tak
akan pernah berhenti untuk terus belajar
PERSEMBAHAN

Alhamdullillah, puji syukur kepada Allah.. Diri ini tiada daya


tanpa- Mu. Kupersembahkan Skripsi ini untuk Ayahanda dan
Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini
memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang
serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat
menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,,Ayah,.. Ibu...
terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk
membalas semua pengorbananmu. dalam hidupmu demi hidupku
kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah,
berjuang separuh nyaw a hingga segalanya untukku. Maafkan
anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu.
Untukmu Ayah (SUKARDIN),,,Ibu
(HARMITI)...Terimakasih.... we always loving
you... ( ttd.Anakmu)

Untuk kakak saya (Hensi Suryani), kakak ipar saya (Yuni


Kahar), adk saya (Yuyun Hari Sandi) serta keponakan saya
(Dendi Eka Syaputra, Khaeyla Nur Haviza).
... i love you
all” :* ...

Untuk kamu yang selalu ada di setiap cerita. Untuk kamu


yang selalu menjadi alasan aku tersenyum dan terus melangkah
walau goyah untuk terus berusaha dan pantang menyerah.
Teruntuk kamu yang selalu mendampingi di kala susah dan
senang. Teruntuk kamu yang selalu berbagi cerita dan tawamu.
Aku berterima kasih kepadaNya karena mengizinkanmu untuk
menemaniku.
“My Sweet Heart
“Heriyanto”

Untuk sahabat ku Jenny, Trya, Widya, Oksi, dan Irman yang


membantu dalam pengerjaan Skripsi ini yang selalu
menghangatkan hidupku dan memberikan semburat warna di tugas
akhir ini. Kalian yang selalu ada di setiap langkahku Tanpa
kalian tugas akhir ini akan seratus kali lebih berat untuk
8

diselesaikan. Terima kasih yang takkan pernah habis untuk


kalian yang telah menciptakan sebuah cerita denganku di kota
kecil ini Kalian adalah keluarga dan rumah kedua bagiku .
9

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siring Agung, pada tanggal 12Juni 1993 dari


pasangan Sukardin dan Harmiti. Penulis merupakan anak kedua
dari 3 bersaudara. Pendidikan formil penulis dimulai di
SekolahDasar (SD) di SD N 1Siring Agung lulus pada tahun
2006, kemudian penulis melanjutkan studinya di SMP N1Tanjung
Ganti dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan
studinya di SMK N 4Kota Bengkulu dan lulus pada tahun 2012,
dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Ilmu
Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu melalui jalur PPA. Selama
perkuliahaan pada tahun 2015 terhitung dari bulan Juli sampai Agustus penulis mengikuti
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Sidomulyo Kota Bengkulu. Sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu, penulis melakukan penelitian dengan judul “VALUASI
EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI KELURAHAN SUMBER JAYA
KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU” dibawah bimbingan bapak
Ir. Zamdial, M.Si dan Ibu Dewi Purnama S.Pi., M.Si.
10

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen pembimbing utama bapak Ir. Zamdial, M.Si dan Dosen pembimbing
pendamping Ibu Dewi Purnama, S.Pi., M.Si sekaligus dosen pembimbing akademik
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan menasehati saya dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Aradea Bujana Kusuma, S.Si., M.Si dan bapak Person Pesona Renta, S.kel.,
M.Si selaku penguji skripsi saya.
3. Bapak Ari Anggoro yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ir. Dede Hartono, M.T selaku ketua Prodi Ilmu Kelautan.
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Kelautan atas segala ilmu pengetahuan dan
bimbingannya selama saya menuntut ilmu di perkuliahan.
6. My partner (Jenny Rospita) dan Trya Natania, Widya Octrida, dan M. Irman Sentosa,)
yang sudah membantu saya dalam penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
7. Sepupu saya (Ema dan Oni) sekaligus teman seperjuangan yang banyak membantu
dan memecahkan setiap masalah.
8. Reski Okti Grover yang telah banyak membantu dan memberikan pinjaman Printer
sampai skripsi ini selesai.
9. Lilies Herlina selaku desainer seragam wisuda keluarga kami.
10. The Keong (Jenny Rospita, Trya Natania, Ayu Oksi Permita, Widya Octrida, M
Frandico, M Roihan, Agusdi, Burju Imanuel, Eka Normayulisa, Harmaini) yang telah
mewarnai hari-hari selama perkuliahan senang bertemu kalian.
11. Untuk 9 CM (Ayu Oksi Permita Sari, Eka Noerma Yulisa, Putri Zilfi Hutari, Sari
Lestari Siahaan, Silvi Syukriani, M.Irman Sentosa, Ade Trisna, Deba Kurniawan)
kalian tetap dihati.
12. Teman-teman angkatan 2012 (Apriliansyah, Bambang Rainaldy, Toton Perkasa,
Fahrizal Rahman Zahra Angelessy, Zerli Selvika, Atikah Na’ilah , Anthony Herawan,
Weky Handika, Putri Zilvi Hutari, Silvi Syukriani, Maria Puspita, Tria Putri, Sari
Lestari Siahaan, Wita Puspita Sari, Ira Marlina, Imansyah Efendi, AnggaSaputra,
Taufik Hidayatullah, Indah Purnamasari, Gilang Fernando, Mas Aliyah, Randi Anoma
Putra, Reski Okti Grover, Dessi Fitriana, Yogi Bermano, Andri Rahmat, Febi
11

Ramadhana, Arlin, Ade Trisna, Fitria) terima kasih atas dukungan, semangat, dan
kebersamaan senantiasa mengisi kehidupan selama kuliah di program studi ilmu
kelautan.
13. Ibu Putri selaku pegawai lab. Ilmu Kelautan yang telah member saran untuk penelitian
saya.
14. Teman seperjungan sekaligus teman kost Refi Agustin Yolanda yang selalu memberi
semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
15. Mbk Rus Wati selaku staf administrasi Ilmu Kelautan yang telah banyak membantu
dan maafkan aku telah banyak merepotkan.
16. Teman-teman KKN periode 76 kelompok 222 di Kelurahan SidomulyoAyu Adzania,
Nita, Dinda, Fauzi, Iqbal dan Alvin.
17. Almamaterku tercinta.
12

KATA PENGANTAR

Pujis yukur penuli spanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah
kanrahmat dan hidyah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“
Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung
Melayu Kota Bengkulu”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada sumbangan pikiran dan tenaga dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Zamdial., M.Si., selaku pembimbing utama dan Ibu Dewi Purnama, S.Pi.,
M.Si. selaku Dosen pembimbing pendamping sekaligus pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis dalam penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
2. Seluruh Dosen Ilmu Kelautan yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan
yang bermanfaat, bimbingan dana rahan kepada penulis dalam menjalani kuliah di
Prodi IlmuKelautan.
3. Semua keluarga dan teman-teman Ilmu Kelautan yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang semua telah banyak memberikan motivasi dan dukungan bagipenulis.
Penulis menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada. Ketidak
sempurnaan dalam skripsi ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Demikianlah
yang dapat penulis sampaikan semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih
bagi Ilmu pengetahuan serta bermanfaat untuk berbagaipihak.

Bengkulu, Januari 2017

Herdeka Sari
13

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi


DAFTAR IS ..................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... x
I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 3
2.1. Ekosistem Mangrove ....................................................................................... 3
2.2. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove ...................................................... 3
2.3. Pengelolaan Ekosistem Mangrove .................................................................. 5
2.4. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove .......................................................... 7
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 10
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 10
3.3 Jenis dan Sumber data ..................................................................................... 11
3.4 Posedur Penelitian ........................................................................................... 11
3.5 Analisis Data.................................................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 15
4.1. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Sumber Jaya ......................................... 15
4.2. Gambaran Umum Ekosistem Mangrove ......................................................... 17
4.3. Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove ............................................................. 19
4.4. Nilai Total Ekonomi Ekosistem mangrove .................................................... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 26
5.1. Kesimpulan..................................................................................................... 26
5.2. Saran ............................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 27
LAMPIRAN.................................................................................................................... 30
14

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat dan Bahan yang digunakan pada Penelitian .................................................... 10


2. Nilai Manfaat Perikanan Tangkap ........................................................................... 19
3. Nilai Manfaat Perikanan Budidaya.......................................................................... 20
4. Nilai Total Manfaat Langsung ................................................................................. 21
5. Total Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove ............................................................ 24
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Total Economic Value dari Ekosistem Mangrove ................................................... 7


2. Peta Lokasi Penelitian............................................................................................. 10
3. Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 15
4. Tingkat Pendidikan Kelurahan Sumber Jaya .......................................................... 16
5. Mata Pencarian Kelurahan Sumber Jaya ................................................................. 17
6. Peta Konversi Lahan Tambak.................................................................................. 17
7. Persentase Perubahan Luas Mangrove Berdasarkan Responden............................. 18
8. Grafik Pemanfaatan Perikanan Tangkap Ekosistem Mangrove .............................. 20
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuisioner Penelitian................................................................................................. 30
2. Keadaan Umum Wilayah Sumber Jaya Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 33
3. Keadaan Umum Wilayah Sumber jaya Berdasarkan Pendidikan ........................... 33
4. Dokumentasi Penelitian ........................................................................................... 34
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekosistem mangrove merupakan salah satu sumber daya pesisir dan laut yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia baik yang secara langsung maupun tidak
langsung dan bisa dirasakan, baik oleh masyarakat yang tinggal di dekat kawasan
ekosistem mangrove maupun masyarakat yang tinggal jauh dari kawasan ekosistem
mangrove.
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis
dan ekonomis (Riyastini, 2015). Ekosistem mangrove sebagai fungsi ekologis penyedia
makanan bagi biota perairan, tempat pemijahan (spowning ground) bagi bermacam-macam
biota, pelindung terhadap abrasi, angin topan dan tsunami, penyerab limbah, pencegah
intrusi air laut dan sebagainya (Zen dan Fitria, 2013). Ekosistem mangrove sebagai fungsi
Ekonomi meliputi daun-daun untuk obat (Zen dan Fitria, 2013), dan penghasil bibit
(Riyastini, 2015). Mangrove juga mempunyai fungsi Sosial-Budaya sebagai areal
konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya (Setyawan dan Kusumo, 2006).
Potensi Ekosistem mangrove dapat memberi harapan kecukupan kebutuhan
ekonomi hidup masyarakat, terutama yang bermukim sekitar kawasan mangrove. Besarnya
manfaat yang ada pada ekosistem mangrove menjadikannya sangat rentan terhadap
eksploitasi yang berlebihan dan degradasi lingkungan yang cukup parah, sehingga
mengakibatkan berkurangnya luasan Ekosistem mangrove untuk setiap tahunnya
(Kalitouw, 2015).
Sampai saat ini, kebanyakan manusia khususnya para perencana dan pengambil
keputusan menghargai nilai manfaat ekosistem alamiah hanya dari segi manfaat langsung
(direct-use value), padahal Nilai Ekonomi Total suatu ekosistem alamiah terdiri dari nilai
penggunaan (use-value) dan nilai bukan penggunaan (non-use value), sehingga mereka
memberikan penilaian yang rendah terhadap keberadaan ekosistem mangrove (Zen dan
Fitria, 2013).
Valuasi ekonomi ekosistem mangrove merupakan langkah awal untuk menghitung
kekayaan sumber daya yang ada di kawasan laut, pesisir dan pulau–pulau kecil, sehingga
kedepan penyusunan regulasi yang berimplikasi pada kebijakan harus didasarkan pada
besaran nilai ekonomi yang didapatkan (Riyastini, 2015).
Ekosistem mangrove di Provinsi Bengkulu berada dipantai bagian barat,
diantaranya Ekosistem mangrove terdapat di Muko-muko, kota Bengkulu, dan seluma.
Khususnya kota Bengkulu memiliki potensi yang besar dari segi ekologis dan Ekonomi
(Syahrera, 2014). Salah satu Ekosistem Mangrove di kota Bengkulu dapat dijumpai di
Sumber Jaya.
Melihat banyaknya masyarakat yang memanfaatkan Ekosistem mangrove di
Kelurahan Sumber Jaya, menyadari bahwa pentingnya kawasan ekosistem mangrove ini.
Untuk itu diperlukan penelitian tentang Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove yang ada di
Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung manfaat dan nilai ekonomi total
ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu Kota
Bengkulu, dan mengkuantifikasi total nilai pemanfaatan (use value) dan nilai bukan
pemanfaatan (non-use value) ekosistem hutan mangrove.
Manfaat penelitian ini diharapkan bisa dijadikan informasi bagi masyarakat
maupun pemerintah dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, serta pemanfaatan yang
tepat untuk kawasan hutan mangrove yang ada di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan
kampung melayu, agar dapat memberikan manfaat ekologi dan ekonomi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Mangrove


Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue yang berarti tumbuhan
dan grove yang berarti belukar atas hutan kecil (Riyastini, 2015). Mangrove adalah
sekumpulan tumbuh-tumbuhan Dicotyledoneae dan atau Monocotyledoneae terdiri atas
jenis tumbuhan yang mempunyai hubungan taksonomi sampai dengan taksa kelas
(unrelated families) tetapi mempunyai persamaan adaptasi morfologi dan fisiologi
terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut (KepMen LH No. 201 Tahun 2004
dalam Pradana dkk., 2013).
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem khas di wilayah pesisir dan dipengaruhi
oleh pasang surut air laut dengan keadaan tanah yang anaerobic (Sofian dkk., 2012).
Dengan kondisi lingkungan tersebut, beberapa jenis tumbuhan mangrove mampu
mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk mengeluarkan garam
dari jaringan. Sementara itu, organ yang lainnya memiliki daya adaptasi dengan cara
mengembangkan sistem akar napas untuk memperoleh oksigen dari sistem perakaran yang
hidup pada substrat yang anaerobic (Sunarto dkk., 2013). Komunitas mangrove tersusun
atas tumbuhan, hewan dan mikroba, namun tanpa hadirnya tumbuhan mangrove komunitas
ini tidak dapat disebut ekosistem mangrove (Jayatissa et al, 2002 dalam Setyawan dkk,
2003). Ekosistem mangrove adalah salah satu ekosistem pesisir yang mempunyai peranan
sangat penting bagi kehidupan manusia secara langsung maupun tidak langsung
(Massiseng, 2011). Ekosistem mangrove atau lebih dikenal juga dengan sebutan hutan
bakau atau mangal merupakan salah satu ekosistem penting yang membangun dan
menyokong keberadaan wilayah pesisir (Ta’alidin dkk., 2013).

2.2. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang
penting di wilayah pesisir dan lautan (Pradana dkk., 2013). Ekosistem mangrove
merupakan kawasan perairan yang subur karena pohon-pohon memiliki potensi sebagai
penghasil bahan organik yang produktif melalui serasah daun-daunnya (Heriyanto, 2012).
Selain itu serasah mangrove (berupa daun dan ranting) yang jatuh di perairan setelah
melalui proses dekomposisi akan menjadi sumber pakan dalam lingkungan perairan
(Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, 2013). Besarnya
peranan ekosistem mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis flora
20

fauna yang hidup dalam ekosistem perairan dan daratan yang membentuk ekosistem
mangrove (Motoku, 2014).
Besarnya manfaat yang ada pada ekosistem hutan mangrove menjadikannya sangat
rentan terhadap eksploitasi yang berlebihan dan degradasi lingkungan yang cukup parah,
sehingga mengakibatkan berkurangnya luasan hutan mangrove untuk setiap tahunnya
(Kalitouw, 2015). Dengan demikian perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dengan
berbagai macam tujuan dan prioritas harus dapat ditentukan dengan baik agar tercapai
pembangunan keberlanjutan. Dasar penentuan tersebut adalah keselarasan dari sebuah
system lingkungan dan ekonomi, yaitu keterpaduan antara kepentingan ekonomi dan
ekologi (Harahap dkk., 2009).

2.2.1 Fungsi Ekologi Ekosistem Mangrove


Keterkaitan dengan potensi ekosistem mangrove, secara garis besar ada dua fungsi
dan manfaat baik yang langsung maupun tidak langsung yang dapat dirasakan oleh
manusia dan lingkungannya (Riyastini, 2015), yaitu fungsi ekologis fungsi fisik, kimia dan
biologi (Sunarto dkk., 2013).
1. Fungsi Fisik
Fungsi fisik adalah sebagai penahan angin, penyaring bahan pencemar, penahan ombak,
pengendali banjir dan pencegah intrusi air laut ke daratan (Hiariey, 2009) dan pencegah
instrusi garam dan penghasil energi serta hara (Qodrina dkk., 2012).
2. Fungsi Kimia
Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen dan menyerap
karbondioksida dan sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industry
dan kapal – kapal di lautan (Riyastini, 2015).
3. Fungsi Biologi
Secara Biologis, hutan ini juga berfungsi sebagai tempat untuk memijah (spawning
ground), sebagai daerah asuhan (nursery ground) dan sebagai tempat mencari makan
(feeding ground) bagi berbagai jenis hewan yang hidup pada badan air maupun hewan
yang hidup di atas badan air (Rusilah dkk., 2006 dalam Wahidin dkk.,2013).

2.2.2. Fungsi Ekonomi Ekosistem mangrove


Secara garis besar ekosistem mangrove memiliki beberapa keterkaitan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, kesehatan serta
lingkungan, Hutan mangrove sebagai fungsi Ekonomi meliputi daun-daun untuk obat (Zen
dan Fitria, 2013), dan penghasil bibit (Riyastini, 2015).
2.3. Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Pengelolaan terhadap sumber daya alam harus sangat bijaksana karena dibutuhkan
waktu yang cukup lama untuk untuk bisa memulihkan kembali apabila telah terjadi
kerusakan/kepunahan (Suzana dkk., 2011). Pemanfaatan sumberdaya mangrove yang tidak
didasarkan kepentingan ekologis pada kenyataannya akan dapat mengancam kapasitas
berkelanjutan ekosistem tersebut (Wardhani, 2011). Pengurangan luasan serta menurunnya
kualitas perairan ekosistem mangrove adalah ancaman yang serius terhadap suatu kawasan
yang penduduknya sangat tergantung terhadap sumber daya pesisir (Schaduw dkk., 2011).
Tuntutan pembangunan Ekonomi yang mengutamakan pembangunan infrastruktur
fisik, seperti konversi ekosistem mangrove untuk pengembangan kota-kota pantai,
pembangunan tambak dan lahan-lahan pertanian telah menjadikan bukti bahwa
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kesesuaiannya dan melampaui daya dukung
sehingga terjadi kerusakan ekosistem mangrove dan degrasi lingkungan pantai (Tambunan
dkk., 2005).
Dampak dari suatu aktivitas ekonomi yang satu terhadap yang lain mempunyai
potensi saling merugikan manakala tidak diatur keselarasannya (Motoku, 2014). Hal ini
terjadi karena kebutuhan konsumsi masyarakat sering tidak didukung oleh perencanaan
dan pengelolaan yang baik dan juga masih kurangnya pemahaman masyarakat akan
pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam (Massiseng, 2011). Besarnya manfaat
yang ada pada ekosistem mangrove, memberikan konsekuensi bagi ekosistem mangrove
itu sendiri, yaitu dengan semakin tingginya tingkat eksploitasi terhadap lingkungan yang
tidak jarang berkhir pada degrasi lingkungan yang cukup parah (Suzana dkk., 2011).
Degradasi mangrove yang tersebar luas dipadukan dengan meningkatnya kesadaran
akan pentingnya hutan pantai ini telah mendorong banyak usaha untuk memulihkan hutan
mangrove (Wardhani, 2011). Kegiatan rehabilitasi dilakukan untuk memulihkan kondisi
ekosistem mangrove yang telah rusak agar ekosistem mangrove dapat menjalankan
kembali fungsinya dengan baik (Novianty, 2011).
Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ekosistem
mangrove adalah dengan menganalisis status kerusakan yang terjadi, sehingga dapat
dilakukan tingkatan kegiatan konservasi sebagai alat untuk mengembalikan ekosistem
mangrove yang hilang (Wardhani, 2011). Perlunya menjalin kerjasama yang sinergis
antara pelaksanaan program pemerintah dengan keinginan masyarakat, karena keterlibatan
masyarakat akan menciptakan hasil yang lebih baik, sehingga rasa tanggung jawab
bersama akan terbina yang nantinya akan menghasilkan kerja yang baik (Novianty, 2011).
Adapun strategis dan implementasi yang perlu dikembangkan kaitannya dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya ekosistem
mangrove adalah sebagai berikut (Schaduw dkk., 2011) :
1. Rehabilitasi dan pelestarian ekosistem mangrove berbasis masyarakat
a) Melakukan inventarisasi sebaran dan kondisi ekosistem mangrove yang mengalami
kerusakan.
b) Melakukan berbagai kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan menanami
daerah-daerah yang sudah rusak sesuai dengan skala prioritas yang tlah ditetapkan.
c) Mengkaji ulang dan mengembangkan kriteria pengkajian dan pengawasan kegiatan
pelestarian hutan mengarove yang praktis dan mudah.
d) Melakukan kajian terhadap pembukaan lahan untuk tambak, pemukiman dan
pertanian.
e) Menyusun dan menyebar luaskan panduan teknik rehabilitasi (penanaman) dan
pelestarian hutan mangrove secara lestari dan bijaksana.
f) Menyebar luaskan hasil-hasil penelitian kegiatan dan rehabilitasi dan pelestarian
ekosistem mangrove dalam bahasa yang yang mudah dipahami oleh masyarakat
sekitar.
g) Menyebarluaskan informasi dalam melakukan pemanfaatan secara lestari terhadap
jenis-jenis flora dan fauna yang bernilai ekonomis dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam kegiatan dan
pengelolaan hutan mangrove dengan melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan
dengan materi yang mudah dipahami meliputi : manfaat dan fungsi hutan
mangrove, pengenalan ragam jenis tumbuhan mangrove dan kegunaannya, teknik
pemeliharaan buah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan penebangan.
b) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dalam pengelolaan hutan mangrove dengan melakukan berbagai
penyuluhan dan pemberian materi panduan tentang undang-undang dalam
pengelolaan hutan mangrove
c) Membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam rangka melaksanakan
program pelestarian ekosistem mangrove, penyebarluasan informasi peraturan
perundang-undangan teknik rehabilitasi dan pelestarian hutan mangrove serta
pemanfaatannya.
2.4. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove
2.4.1. Pengertian Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi adalah suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari
apakah nilai pasar tersedia atau tidak (Fuazi, 1999 dalam Riyastini, 2015).
Kerangka nilai ekonomi yang digunakan dalam mengevaluasi ekonomi sumberdaya
alam adalah konsep Nilai Ekonomi Total (TEV). Nilai Total Economic Value (TEV)
ekosistem mangrove secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua yaitu nilai
penggunaan (use value) dan nilai intrinsik (non-use value) (Bann, 1998 dalam Saru, 2015),
selanjutnya dapat diuraikan bahwa nilai penggunaan (use value) dapat dibagi lagi menjadi
nilai penggunaan langsung (direct use ), nilai penggunaan tidak langsung (indirect use) dan
nilai pilihan (option value), sedangkan nilai intrinsik (non-use value) dibagi menjadi nilai
keberadaan (existence value) dan nilai pewarisan (bequest value). Atau dengan kata lain
bahwa Total Economic Value (TEV) merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis
pemanfaatan (use value) dengan nilai ekonomi berbasis non pemanfaatan(non-use value),
seperti pada Gambar 1 :

Gambar 1. Total Economic Value dari Ekosistem Mangrove

2.4.2. Pentingnya Valuasi Ekonomi


Tidak diketahuinya data dan informasi tentang nilai ekonomi dari hutan
mangrove dapat mengakibatkan kerusakan atau kehilangan sumberdaya ini tidak
dirasakan sebagai suatu kerugian, sehingga banyak komponen ekonomi dari hutan
mangrove menjadi kurang mendapat perhatian didalam pengelolaan berkelanjutan
(Massiseng, 2011).
Setelah menghitung nilai ekonomi sumberdaya hutan mangrove, diharapkan
masyarakat dapat mengetahui seluruh manfaat yang dihasilkan hutan mangrove
tersebut, sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga
kelestarian hutan mangrove. Mengingat besarnya potensi sumberdaya tersebut, upaya
kajian nilai ekonomi sumberdaya ekosistem mangrove sangat diperlukan bagi penentuan
kebijakan pengelolaan mangrove (Riyastini, 2015).

2.4.3. Perhitungan Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove


Kajian valuasi ekonomi sumberdaya mangrove mempunyai cakupan yang sangat
luas dan tergantung dari sudut pandang mana yang akan dikaji serta seberapa besar ruang
cakupan yang dikaji. Para ahli ekonomi secara umum membagi nilai ekonomi total
mangrove ke dalam nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tak langsung dan nilai
bukan penggunaan (Marwa dan Evan, 2012 dalam Wahidin dkk., 2013).
Identifikasi manfaat dan fungsi ekosistem mangrove bertujuan untuk memperoleh
data tentang berbagai macam manfaat dan fungsi ekosistem hutan mangrove, yaitu terdiri
dari :

a) Manfaat Langsung (ML)


Pemanfaatan langsung didalam ekosistem mangrove adalah pemanfaatan yang
dilakukan oleh penduduk setempat atau masyarakat lain secara langsung di dalam
ekosistem mangrove, baik tetap mempertahankan kondisi aslinya atau mengubahnya
dalam bentuk baru (Setyawan dan Kusumo, 2006).
b) Manfaat Tidak Langsung (MTL)
Manfaat tidak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap
barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya dan lingkungan (Fauzi, 2002). Manfaat
tidak langsung dari hutan mangrove diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak
langsung seperti penahan abrasi pantai (Fahrudin, 1996); dan penyedia bahan organik
bagi biota-biota yang hidup didalamnya (Meilani, 1996).
c) Manfaat Pilihan
Nilai ini didekati dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati (biodiversity)
hutan mangrove di Indonesia, yaitu US$ 1.500/km2/tahun atau US$15/ha/tahun
(Ruitenbeek, 1991 dalam Fahrudin 1996).
MP = MPb
= US$ 15per ha x Luas hutan mangrove (dimasukkan kedalam nilai Rupiah)
d) Manfaat Eksistensi (ME)
Manfaat Eksistensi adalah suatu nilai yang menunjukan kesediaan seseorang untuk
membayar guna melestarikan ekosistem mangrove bagi pemanfaatan di masa depan,
(Fahrudin, 1996). Manfaat eksistensi adalah manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
dari keberadaan ekosistem yang diteliti setelah manfaat lainnya (manfaat langsung,
tidak langsung dan manfaat pilihan).
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu
Kota Bengkulu, Waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan September 2016. Lokasi
Penelitian disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1
yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan pada penelitian
No Alat dan Bahan Fungsi

1 GPS Menentukan titik koordinat sampling

2 Alat tulis Mencatat

3 Kamera Dokumentasi
3.3. Jenis dan Sumber data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh
melalui wawancara yaitu pengambilan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan
responden untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pemanfaatan ekosistem
mangrove. Untuk data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data pendukung
dari instansi pemerintah Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu. Data
skunder ini meliputi: data penduduk, pekerjaan, umur, pendidikan dan lain-lain.

3.4. Prosedur Penelitian


3.4.1. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove
1. Identifikasi manfaat dan Fungsi-fungsi Ekosistem Mangrove.
Langkah pertama dari tahap ini adalah mengidentifikasi segenap manfaat dan
fungsi dari ekosistem yang akan diteliti. Manfaat dan fungsi yang diidentifikasi untuk
segenap penelitian meliputi :
a) Manfaat Langsung (Direct Use Value)
Masyarakat yang dijadikan responden beberapa pemanfaat mangrove, antara lain:
pencari kepiting, pencari cacing dan pencari lokan, dimana responden adalah
masyarakat yang bertemu langsung dilapangan dalam memanfaatkan ekosistem
mangrove secara langsung.
b) Manfaat tidak langsung (Indirect Use Value)
Manfaat tidak langsung merupakan fungsi yang dapat dirasakan secara tidak
langsung, seperti perlindungan fisik terhadap hempasan gelombang dalam
melindungi garis pantai. Penilaian Hutan Mangrove secara tidak langsung dapat
diestimasi dengan fungsi ekosistem mangrove sebagai penahan abrasi.
c) Manfaat Nilai Pilihan (Option Value)
Dalam penelitian ini nilai yang akan digunakan adalah manfaat preservasi bagi
biodiversitas hutan mangrove.
d) Manfaat Nilai Keberadaan (Eksistence Value)
Data dikumpulkan dengan teknik Contigen Valuation Method (CVM), responden
ditanya apakah mereka mau membayar untuk barang dan jasa ekosistem mangrove.
Dalam studi ini digunakan kuisioner untuk mewawancarai responden di mana
mereka dapat mengekspresikan nilai-nilai bagi barang dan jasa lingkungan non
market.
2. Nilai Manfaat Ekonomi Total
Nilai manfaat ekonomi total merupakan penjumlahan dari seluruh manfaat yang
telah diidentifikasi dari ekosistem Ekosistem mangrove Kelurahan Sumber Jaya
Kecamatan Kampung Melayu.

3.5. Analisis Data


Data yang diperoleh akan dianalisa secara derskriptif kuantitatif yaitu menganalisis
data dengan melihat nilai besarnya dalam bentuk nilai rata-rata, dan kemudian disajikan
dalam bentuk tabel dan gambar.

3.5.1. Perhitungan Nilai Ekosistem Mangrove


Perhitungan nilai ekosistem mangrove diidentifikasi dari berbagai macam manfaat
dan fungsi ekosistem hutan mangrove, yaitu terdiri dari:
a. Nilai Manfaat langsung (direct use value)
Manfaat langsung adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara langsung
Ekosistem mangrove seperti menangkap kepiting, mencari cacing dan lokan. Nilai manfaat
langsung dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

DUV = DUV I
(dalam rupiah)
Dimana :
DUV = manfaat langsung
DUV 1 = manfaat langsung kepiting
DUV 2 = manfaat langsung cacing
DUV 3 = manfaat langsung kerang

b. Manfaat Tak langsung (Inderect Use Value)


Manfaat tidak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap
barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan (Fauzi, 2002). Manfaat
ini diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung, seperti: penahan abrasi pantai
(Fahrudin, 1996 dalam Pratiwi, 2014). Estimasi manfaat sebagai penahan abrasi didekati
dengan pembangunan pemecah gelombang (break water).

IUV = IUVe (dimasukkan kedalam nilai rupiah)


Dimana :
IUV = manfaat tidak langsung sebagai peredam gelombang (breakwater)
c. Manfaat pilihan (option value)
Manfaat pilihan berkaitan dengan nilai keindahan alam (naturan beauty)
sebagaimana yang dikemukakan oleh fauzi (2002), sumber daya alam selain menghasilkan
jasa-jasa (service) lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya
manfaat keindahan dan ketenangan, nilai ini didekati dengan menggunakan Contingent
Valuation Method (CVM) yang mengacu pada nilai keanekaragaman hayati (biodiversity)
hutan mangrove di Indonesia, yaitu US$ 1.500/km2/tahun atau US$ 15/ha/tahun
(Ruitenbeek, 1991 dalam Fahrudin 1996).

OV = US$ 15 per ha/tahun x luas hutan mangrove

Dimana: OV = manfaat pilihan


d. Manfat keberadaan (Exsistence)
Hiariey (2009) mengemukakan Manfaat keberadaan adalah suatu nilai yang
menunjukan kesediaan seseorang untuk membayar guna melestarikan ekosistem mangrove
bagi pemanfaatan dimasa depan. Formulasiny a adalah seba gai berikut :

= )/
(
Dimana :
EV = Manfaat Eksistensi
EVi = Manfaat eksistensi responden ke – i
N = Jumlah contoh atau responden

Teknik perhitungan untuk menilai ekonomi suatu sumber daya, mengacu metode
valuasi ekonomi atau Total Ekonomi Valuation (TEV) yang dikemukakan oleh Dixon et al,
(1988) dalam Pratiwi (2014). Secara matemetis dapat dirumuskan dalam persamaan
sebagai berikut:
TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + 0V) + (BV + EV)
Keterangan :
TEV = Total Economic Value (Total Nilai Ekonomi)
UV = Use Value (nilai penggunaan)
NUV = Non Use Value (nilai interinsik)
DUV = Direct Use Value (Nilai Penggunaan Langsung)
IUV = Inderect Use Value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung)
OV = Option Value (Nilai Pilihan)
30

EV = Exsistence Value (Nilai Keberadaan)


BV = Beguest Value (Nilai Warisan/kebanggaan)

Penelitian ini dibatasi untuk aspek-aspek nilai manfaat langsung, nilai manfaat
tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaan ekosistem hutan mangrove.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Sumber Jaya


Data mengenai keadaan umum wilayah Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan
Kampung Melayu Kota Bengkulu merupakan data sekunder yang terdiri dari data
monografi Kelurahan Sumber Jaya yang merupakan salah-satu wilayah pesisir di Kota
Bengkulu. Secara administratif Kelurahan Sumber Jaya berada di pesisir barat kota
Bengkulu yang berbatasan pada :
a. Sebelah utara : kelurahan Kandang mas
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Teluk Sepang
c. Sebelah Timur : Kelurahan Betungan
d. Sebelah Barat : Kelurahan Kandang
Berdasarkan dari data yang diperoleh dari profil kelurahan Sumber Jaya pada tahun
2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di kelurahan Sumber jaya sebanyak 8.042
jiwa yang terdiri dari 2.159 kepala keluarga. Komposisi berdasarkan jenis kelamin yaitu
pria sebanyak 4.207 jiwa dan wanita sebanyak 3.835 jiwa. Disini terlihat bahwa jumlah
penduduk berjenis kelamin pria lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk
berjenis kelamin wanita. Adapun presentase sebaran komposisi jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik berikut ini.

pria wanita

Gambar 3. Persentase jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.


Tingkat pendidikan di Kelurahan Sumber Jaya dengan mayoritas masyarakat yang
tamat Sekolah Dasar (SD/sederajat) sebanyak 1.761 orang, Sekolah Menengah Pertama
(SMP/sederajat) sebanyak 1.406 orang, SMA/sederajat sebanyak 1.628 orang, D1-D3
sebanyak 160 orang, S1 – S3 sebanyak 186 orang (lampiran 1). Disini terlihat bahwa
32

tingkat pendidikan di kelurahan Sumber jaya kurang baik. Hal ini tercermin dari tingkat
pendidikan kelurahan sumber jaya mayoritas penduduknya banyak yang berpendidikan
hanya sampai SD/sederajat. Dengan tingkat pendidikan yang masih kurang baik
berdampak yang tinggi terhadap persepsi pentingnya keberadaan ekosistem mangrove bagi
kehidupan masyarakat setempat. Adapun presentase tingkat pendidikan di kelurahan
sumber jaya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
D1-D3 S1-S3
3% 4%

SD
34%
SMA
32%

SMP
27%

Gambar 4.Tingkat pendidikan di kelurahan sumber jaya.


Mata pencarian yang ada di Kelurahan Sumber Jaya meliputi PNS,TNI/POLRI,
Petani, Peternak, Nelayan, Karyawan, Buruh, Tukang, Wiraswasta, Pedagang, Jasa.
(Lampiran 1.). Mata pencarian masyarakat di wilayah sumber jaya didominasi dengan
mata pencarian sebagai buruh sebanyak 788 orang. Selanjutnya yang bermata pencarian
sebagai PNS sebanyak 63 orang, TNI/POLRI sebanyak 43 orang, petani sebanyak 143
orang, peternak 15 orang, karyawan 247 orang, tukang 83 orang, wiraswasta, 474 orang,
pedagang 66 orang dan sisanya bermata pencarian dalam bidang jasa 86 orang.
Pedagang
Pe ternak
Jasa PNS TNI/POLRI
3% 1% 3% 2% Petani 2%
5%
Wiraswasta
18%

Nelayan
Tukang 24%
3%
Buruh
30%
Karyawan
9%

Gambar 5. Persentase jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian

4.2. Gambaran Umum Ekosistem Mangrove Kelurahan Sumber Jaya


4.2.1. Kondisi Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove yang menjadi penelitian adalah Ekosistem Mangrove yang
berada disepanjang aliran sungai di Kelurahan Sumber jaya Kecamatan Kampung Melayu
yang mendapat pengaruh pasang surut air laut dengan luasan sekitar 11,35 hektar (Google
Earth, 2016). Jenis vegetasi mangrove yang ditemukan di Kelurahan Sumber Jaya yaitu
Rhizophora apiculata, Avicennia marina dan Sonneratia alba (Syahrera, 2014).
Ekosistem Mangrove yang ada di Kelurahan Sumber Jaya telah banyak mengalami
penurunan luas, penurunan ini merupakan akibat dari konversi lahan menjadi tambak.
Berdasarkan pengamatan citra MSS tahun1972 dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 6..a Sebelum adanya tambak hasil Citra Gambar 6.b Setelah adanya tambak tahun 2016.
MSS tahun 1972.
.
tidak tahu
20%

menurun
80%

Gambar 7. Persentase penurunan luas mangrove persepsi responden


Sebagian besar responden beranggapan bahwa ekosistem mangrove di kelurahan
sumber jaya sudah mengalami penurunan luas ditunjukan yaitu sebanyak 80% dari seluruh
responden dan sisanya sebesar 20% responden tidak tahu atas kondisi mengenai penurunan
Ekosistem mangrove.
Kerapatan mangrove Kelurahan Sumber jaya lebih dari kerapatan 1000 ind/ha
(Syahrera, 2014). Menurut keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 201 (2004),
apabila kerapatan ≥ 1000 ind/ha tergolong kedalam ekosistem mangrove kerapatan sedang
, karena mangrove yang ada di Kelurahan Sumber jaya merupakan mangrove yang
hidupnya dibagian luar aliran sungai. Setyawan dkk. (2005) dalam Agustini (2014)
berpendapat bahwa hutan bagian paling luar didominasi Avicennia, Sonneratia,dan
Rhizophora, hal ini sesuai dengan jenis mangrove yang ada di Kelurahan Sumber jaya.
Hasil wawancara dengan bapak Artison Guntina selaku kepala Dinas Kelautan
Perikanan Satuan Kerja Pulau Baai, ekosistem mangrove yang ada di Kelurahan Sumber
Jaya belum memilik status perizinan baik peraturan resmi, sanksi maupun peraturan adat
mengenai pemanfaatan ekosistem mangrove dan pencegahan kerusakan ekosistem
tersebut. Hal ini menyebabkan adanya tekanan terhadap kondisi ekosistem mangrove yang
ada. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan terkatakan blum jelas
disamping penegakannya juga kurang tegas berakibat kesadaran masyarakat akan
pentingnya perlindungan dan pelestarian ekosistem mangrove tidak tumbuh (Tambunan
dkk., 2005). Apabila diterapkannya peraturan pemerintah tentang larangan merusak,
mengubah lahan, ataupun memanfaatkan hutan dengan eksploitasi yang berlebihan, hal ini
akan menjadikan masyarakat takut dan enggan untuk melanggarnya (Kalitouw, 2015). Pola
pengelolaan dan pengawasan penting dilakukan dengan tujuan menghindari terjadinya
penurunan luas kawasan ekosistem mangrove secara drastis (Qodrina, 2012).

4.3. Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove


Identifikasi manfaat dan fungsi ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya
pada saat ini dikelompokkan kedalam 4 (empat) kategori manfaat, yaitu manfaat langsung,
manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan manfaat eksistensi.

4.3.1. Nilai Manfaat Langsung


Manfaat langsung ekosistem mangrove merupakan manfaat langsung yang diambil
dan digunakan langsung oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan setiap hari.
4.3.1.1. Perikanan Tangkap
Keberadaan ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya memberikan fungsi
dan manfaat yang begitu penting bagi kehidupan masyarakat, terutama dari aspek
ekonomi. Spanninks and Beukering (1997) dalam Ta’alidin dkk. (2013) mengemukakan
bahwa ekosistem mangrove adalah ekosistem yang kaya, dapat menyediakan banyak sekali
barang dan jasa yang berguna untuk manusia.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kegiatan pemanfaatan ekosistem
mangrove secara langsung yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Sumber Jaya.
berupa kegiatan pemanfaatan perikanan tangkap dan kegiatan budidaya perikanan.
Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan Kelurahan Sumber Jaya
dengan menggunakan peralatan yang tergolong sederhana seperti bubu. Penangkapan ini
juga dilakukan dengan menggunakan armada penangkapan yang sederhana berupa perahu
dayung (sampan). Biasanya responden mencari kepiting pada sore dan malam hari,
sedangkan mencari cacing dan lokan dilakukan pada pagi hari. Mata pencarian responden
berasal dari hasil produksi perikanan, maka dari itu frekuensi pencarian dilakukan rata-rata
hampir tiap hari tergantung cuaca. Nilai manfaat langsung berupa hasil perikanan tangkap
yang diperoleh dari ekosistem mangrove di Kelurahan Kelurahan Sumber jaya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Nilai manfaat Perikanan Tangkap
Jenis manfaat Jumlah Total/Tahun rata-rata/ha/tahun
(Rp) (Rp)
kepiting 220.200.000,00 19.400.881,06
lokan 73.320.000,00 6.459.911,89
cacing 33.480.000,00 2.949.779,74
jumlah 327.000.000,00 28.810.572,69
Berdasarkan Tabel diatas manfaat total perikanan tangkap di Kelurahan Sumber
Jaya adalah sebesar Rp.327.000.000/tahun, Nilai ini diperoleh dari penjumlahan
pendapatan bersih yang diperoleh responden yang terdiri dari 31 responden dalam kurun
waktu 1 tahun. Berikut ini merupakan gambaran presentase manfaat perikanan tangkap
ekosistem mangrove di kelurahan sumber jaya.

cacing
10%

lokan
23%

kepiting
67%

Gambar 8. Grafik pemanfaatan perikanan tangkap ekosistem mangrove

4.3.1.2.Nilai Perikanan Budidaya


Untuk analisa nilai ekonomi dari usaha tambak di Kelurahan Sumber Jaya digunakan data
sekunder, dimana diketahui untuk hasil tambak bandeng dalam satu tahun yaitu 6.865 kg
per ha dan hasil tambak udang 1.252 kg per hektar (Ginting dkk., 2015). Manfaat
perikanan budidaya di Kelurahan Sumber jaya dengan luas tambak ± 58 hektar adalah.
Rp.8.607.435.857/tahun atau Rp.148.404.067/ha/tahun.

Tabel 3. Nilai Perikanan Budidaya ekosistem mangrove


no tambak Pendapatan/Tahun (Rp) Pendapatan/Ha/Tahun (Rp)
1 bandeng 9.954.250.000 171.625.000
2 udang 7.260.621.714 125.183.133
jumlah 17.214.871.714 296.808.133
rata-rata 8.607.435.857 148.404.067

Jadi nilai total manfaat langsung ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya
adalah sebesar Rp. 8.934.435.857/tahun. Nilai ini diperoleh dari penjumlahan dari total
nilai perikanan tangkap Rp. 327.000.000/tahun dan nilai tambak Rp. 8.607.435.857/tahun
dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 4. Nilai total manfaat langsung Ekosistem mangrove
jenis manfaat Jumlah total/tahun (Rp) pendapatan/ha/tahun (Rp)
kepiting 220.200.000 19.400.881
lokan 73.320.000 6.459.912
cacing 33.480.000 2.949.780
tambak 8.607.435.857 148.404.067
jumlah 8.934.435.857 177.214.639

Kecilnya manfaat perikanan tangkap dibandingkan dengan manfaat perikanan


budidaya merupakan dampak dari kegiatan tambak itu sendiri. Wardhani (2011),
menyatakan salah satu tekanan dari kegiatan tambak memberikan efek yang
mengakibatkan hilangnya hasil tangkapan, penurunan hasil perikanan dan terjadinya
perubahan sosial yang dratis pada masyarakat komunitas pantai yang terkait dengan
hilangnya pendapatan karena hilangnya sumberdaya perikanan.
Dari hasil perhitungan manfaat ekonomi langsung ekosistem mangrove di
Kelurahan Sumber jaya lebih besar jika dibandingkan dengan nilai manfaat langsung di
Desa tawiri Ambon. Nilai manfaat ekonomi Kelurahan Sumber jaya adalah
Rp.177.214.639/ha/tahun, sedangkan di Desa Tawiri Ambon adalah Rp.7.245.000/ha/tahun
(Hiariey, 2009). Kecilnya manfaat ekonomi langsung di Desa Tawiri karena manfaat
langsung merupakan hasil hutan, berupa kayu bakar, manfaat satwa berupa soa-soa dan
kusu, dan manfaat penangkapan hasil perikanan yaitu kerang, ikan dan hasil sampingan
dari ikan berupa kepiting.

4.3.1.3. Nilai Manfaat Tidak Langsung


Manfaat tidak langsung ekosistem mangrove yang dirasakan oleh beberapa
responden berupa manfaat kenyamanan alam. Kenyamanan alam yang dirasakan oleh
sejumlah responden adalah sebagai pelindung daratan dari ancaman abrasi dan banjir yang
disebabkan oleh gemburan ombak dan aliran muara sungai yang ada di kelurahan sumber
jaya. Adapun hasil wawancara terhadap responden mengenai manfaat yang dirasakan
responden dapat dilihat pada. Lampiran 3.
Selain sebagai daerah penangkapan, sebagian besar responden merasakan
kenyamanan alam dengan adanya ekosistem mangrove di kelurahan sumber jaya tersebut.
Kenyamanan alam ini dirasakan sebagai pencegah dan penghambat terjadinya abrasi dan
erosi didaerah daratan maupun pemukiman.
Nilai manfaat ekosistem mangrove sebagai penahan abrasi dan erosi sesungguhnya
tidak dapat diukur dengan nilai pasar sehingga untuk mengukur nilainya dilakukan dengan
pendekatan biaya pembuatan penahan ombak (Marhayana et all., 2012 dalam Pratiwi
2014).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Salah-satu Karyawan Dinas


Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu dalam 2016, biaya yang diperlukan untuk membuat
penahan abrasi dan banjir dengan volume 1 m3 adalah ± Rp. 1.313.915. Dengan asumsi
daya tahan bangunan 10 tahun. Panjang garis pantai yang terdapat ekosistem mangrove di
kelurahan sumber jaya sekitar 1042 m (Google earth, 2016). Jika kebutuhan bangunan
penahan abrasi dan banjir dengan tinggi 2 m dan lebar 1 m berarti volume bangunan adalah
1042 m x 2 m x 1 m, maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat penahan abrasi dan
banjir dengan volume 2084 M3 sebanyak Rp. 2.738.198.860 dengan asumsi daya tahan 10
tahun. Untuk daya tahan dalam kurun waktu 1 tahun dibutuhkan biaya sebesar
Rp.273.819.886. Jadi manfaat tidak langsung ekosistem mangrove Kelurahan Sumber Jaya
adalah sebesar Rp. 273.819.886./tahun. Nilai manfaat tidak langsung di kelurahan lebih
kecil dibandingkan dengan nilai manfaat langsung di Desa Sausu Peore Kecamatan Sausu
Kabupaten Parigi Moutong yaitu sebesar Rp. 494.798.536,62/tahun atau Rp.2.703.817 per
1 M3 (Motoku, 2014). Perbedaan nilai manfaat tidak langsung ini dipengaruhi oleh
panjang garis pantai dan asumsi untuk pembuatan pemecah ombak yang berbeda.

4.3.1.4. Nilai Pilihan


Manfaat pilihan (option value) dari ekosistem hutan mangrove dinilai berdasarkan
biodiversity atau keanekaragaman hayati yang dimiliki atau yang terdapat dalam suatu
kawasan ekosistem hutan mangrove. Nilai manfaat pilihan didekati dengan menggunakan
nilai dari keanekaragaman ekosistem mangrove Indonesia adalah US$ 15/ha/tahun
(Ruitinbeek, 1991 dalam Fahrudin, 1996). Dengan nilai rupiah terhadap dollar yaitu
Rp.13.017 (Oktober, 2016), jika dikonversi kedalam nilai rupiah saat ini maka nilai
keanekaragaman ekosistem mangrove di Indonesia sebesar Rp. 195.255/ha/tahun.
Berdasarkan luas mangrove di Kelurahan Sumber Jaya ± 11,35 hektar. Jadi nilai manfaat
pilihan ekosistem mangrove kelurahan sumber jaya saat ini sebesar Rp. 2.216.144/tahun.
Hasil ini diperoleh dari perkalian nilai keanekaragaman ekosistem mangrove di Indonesia
dalam mata uang rupiah dengan luas ekosistem mangrove yang ada di kelurahan sumber
jaya.
Nilai manfaat pilihan ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya lebih besar
jika dibandingkan dengan nilai manfaat pilihan di Desa Pajarakan Bali. Nilai manfaat
pilihan di Kelurahan Sumber Jaya adalah Rp.195.255/ha/tahun sedangkan di Desa
Pajarakan adalah Rp. 176.025/ha/tahun, karena nilai tukar dollar terhadap rupiah pada saat
itu hanya Rp. 11. 735 (Riyastini, 2015).

4.3.1.5. Nilai Eksistensi


Manfaat keberadaan adalah suatu nilai yang menunjukkan kesediaan seseorang
untuk membayar (Willing To Pay) guna melestarikan ekosistem mangrove bagi
pemanfaatan dimasa yang akan datang. Nilai manfaat ini didekatkan dengan CVM
(Contingent Valuation Method). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap
responden, dapat diketahui bahwa nilai manfaat Eksistensi (keberadaan) ekosistem
mangrove Kelurahan Sumber Jaya adalah sebesar Rp. 2.510.000,00/tahun atau
Rp.221.145/ha/tahun. Rata-rata masing-masing responden ingin membayar sebesar Rp.
49.216/tahun.
Nilai manfaat Eksistensi di Kelurahan Sumber Jaya Lebih kecil dibandingkan
dengan nilai manfaat Eksistensi di Desa Tiwono Minahasa Utara. Nilai Eksistensi
Kelurahan Sumber Jaya adalah Rp.221.145/ha/tahun sedangkan di Desa Tiwono adalah
Rp. 526.673/ha/tahun (Kalitouw, 2015) hal ini disebabkan karena kesediaan responden
untuk membayar di Desa Tiwono lebih besar dibandingkan kesediaan responden di
Kelurahan Sumber Jaya.
Kesediaan responden yang berprofesi sebagai nelayan bersedia membayar dalam
satu tahun yang terkecil Rp. 10.000 dan yang terbesar Rp. 50.000. Kesediaan responden
non nelayan bersedia untuk membayar dalam satu tahun yang terkecil Rp. 50.000 dan yang
terbesar Rp. 100.000.
Dari hasil wawancara dengan responden terlihat bahwa responden yang berprofesi
sebagai nelayan bersedia untuk mengganti atau membayar keberadaan ekosistem
mangrove lebih kecil dibandingkan dengan responden yang bukan berprofesi sebagai
nelayan.
Hal ini diduga karena tingkat pendidikan responden sebagai nelayan lebih rendah
dibandingkan tingkat pendidikan responden non nelayan. Golongan tingkat pendidikan
yang rendah memberikan nilai relatif rendah pula dibandingkan dengan golongan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi (Kalitouw, 2015).

4.4. Nilai Total Ekonomi Ekosistem Mangrove


Berdasarkan hasil identifikasi terhadap seluruh manfaat ekosistem mangrove di
Kelurahan Sumber Jaya yang terdiri dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung,
manfaat pilihan serta manfaat eksistensi kemudian mengkuantifikasikan nilai tersebut
40

kenilai rupiah, maka diperoleh nilai total dari keseluruhan manfaat tersebut. Dari hasil
penjumlahan dari seluruh manfaat, nilai total manfaat dari ekosistem mangrove adalah
sebesar Rp. 9.212.981.887,25. Nilai ekonomi total ekosistem mangrove dapat saja berubah
setiap tahunnya tergantung seberapa besar pengelolaan dan pemanfaatan yang dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Nilai total dari keseluruhan manfaat tersebut dapat
diperhatikan pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Total Nilai Ekonomi Ekosistem mangrove kelurahan Sumber jaya
jumlah total nilai manfaat
jenis manfaat (Rp) persentase (%)
manfaat langsung 8.934.435.857,00 96,98
manfaat tidak langsung 273.819.886,00 2,97
manfaat pilihan 2.216.144,25 0,02
manfaat eksistensi 2.510.000,00 0,03
jumlah 9.212.981.887,25 100
Sumber : hasil pengelolaan data primer, 2016

Berdasarkan tabel diatas ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya


memberikan fungsi dan manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya yang ada di
Kelurahan Sumber Jaya. Persentase manfaat langsung merupakan persentase yang paling
tinggi diantara manfaat lainnya. Ini ditunjukkan dengan proporsi manfaat langsung
memiliki nilai sebesar 96.98%. Proporsi nilai ekonomi terkecil adalah manfaat pilihan
memiliki presentase sebesar 0,02%.
Ekosistem mangrove di kelurahan sumber jaya ini telah mengalami penurunan luas
lahan. Penurunan lahan mangrove ini disebabkan karena adanya pembukaan lahan baru, ini
terlihat pada saat penelitian hampir semua ekosistem mangrove dijadikan tambak, dimana
diketahui pada saat ini tambak sudah tidak berfungsi lagi. Pengalihan fungsi ekosistem
mangrove menjadi lahan tambak ini sangat merugikan masyarakat yang memanfaatkan
ekosistem mangrove sebagai daerah penangkapan karena telah mengakibatkan penurunan
hasil perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan. Bahkan banyak masyarakat yang
memilih untuk mencari pekerjaan lain selain memanfaatkan ekosistem mangrove yang ada.
Jika dilihat presentase manfaat langsung untuk perikanan tangkap dengan manfaat
eksistensi cukup signifikan. Penghargaan sebagian besar responden relative kecil,
dikarenakan sebagian besar responden menyatakan bahwa seharusnya pemerintah yang
mengeluarkan anggaran untuk perbaikan ekosistem mangrove yang ada.
Proporsi nilai ekonomi manfaat pilihan dan manfaat eksistensi memiliki presentase
0,02 % dan 0,03%.. Ekosistem mangrove sebagai suatu keanekaragaman hayati
(biodervisity) yang dinilai sebesar US$ 15/ha/tahun, dengan luas mangrove sekitar 11.35
hektar, ternyata memiliki nilai yang relative kecil. Hal ini diduga karenakan nilai
biodervisity yang ditetapkan relative kecil dan luasan mangrove di kelurahan sumber jaya
tidak terlalu luas.
Dari perhitungan keseluruhan setiap manfaat, nilai manfaat ekonomi total
ekosistem mangrove di kelurahan sumber jaya memiliki nilai relative besar dibandingkan
dengan nilai keseluruhan manfaat total ekosistem mangrove di Desa Ujung Pandang
kabupaten muko-muko. Nilai manfaat total di Kelurahan Sumber Jaya memiliki nilai
sebesar Rp.9.212.981.887,25/tahun, sedangkan di Desa Ujung Pandang
Rp.889.508.465/tahun (Pratiwi., 2014). Akan tetapi jika dibandingkan dengan nilai
manfaat total di Desa Palaes Kecamatn Likubang barat, Kabupaten Minahasa Utara
memiliki nilai manfaat total relative lebih kecil, Suzana dkk. (2010) mengemukakan jenis
manfaat ekosistem mangrove di Desa Palaes terdiri dari manfaat langsung, manfaat tidak
langsung dan manfaat pilihan, nilai manfaat total ekosistem mangrove di desa Palaes
sebesar Rp. 10.888.218.123/tahun.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya yang dihitung Valuasi ekonominya
adalah seluas 11,35 ha. Manfaat Ekosistem Mangrove di Kelurahan Sumber Jaya terdiri
atas manfaat langsung berupa manfaat perikanan tangkap (kepiting, cacing, lokan) dan
manfaat perikanan budidaya, manfaat tidak langsung berupa penahan abrasi, manfaat
pilihan berupa keanekaragaman hayati, dan manfaat eksistensi.
Nilai ekonomi total di Kelurahan Sumber Jaya yaitu sebesar
Rp.9.810.096.730,25/tahun, terdiri dari nilai lanfaat Langsung Rp. 9.531.550.700,00/tahun,
nilai manfaat tidak langsung Rp.273.819.886,00/tahun, nilai manfaat pilihan
Rp.2.216.144,25/tahun, nilai manfaat eksistensi Rp. 2.510.000,00/tahun.
Dulunya dari luas total ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya, sebagian
sudah dikonversi menjadi lahan tambak yaitu 58 hektar. Nilai ekonomi total ekosistem
mangrove dapat saja berubah setiap tahunnya tergantung seberapa besar pengelolaan dan
pemanfaatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sekitar.

5.2 Saran
Perlu adanya koordinasi yang intensif antara masyarakat dan pemerintah dalam hal
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ekosistem mangrove, agar lebih
mengedepankan pengelolaan sumber daya yang lestari dan berkelanjutan, serta dapat
memberikan manfaat yang lebih maksimal.
Pemahaman masyarakat akan ekosistem hutan mangrove dan fungsi serta manfaat
keberadaannya masih perlu ditingkatkan lagi selain itu juga diperlukan adanya peraturan
daerah tentang sanksi atau denda atas pemanfaatan yang dapat merusak keberadaan
ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N. 2014. Struktur Komunitas Ekosistem Mangrove di Desa Kahyapu Pulau


Enggano. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.

Arianto, W., Zamdial, T., Rustama, S., Dede, H. 2013. Valuasi Ekonomi Sumberdaya
Hayati Pesisir dan Laut Kawasan Pulau Enggano. Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.

Fahrudin, A. 1996. Analisis ekonomi pengelolaan pesisir Kabupaten Subang, Jawa


Barat.Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, 2013. Kondisi Kualitas
Perairan dan Substrat Dasar Sebagai Faktor Pendukung Aktivitas Pertumbuhan
MangroveDI Pantai Pesisir Desa Basaan Kabupaten Minahasa Tenggara. ILmiah
Platax. 1 (4) : 204-209.

Fauzi, A. 2002. Valuasi ekonomi sumberdaya pesisir dan lautan. Makalah Pelatihan
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Semarang : Universitas Diponegoro.

Ginting, M., Yunasfi., F Arli.2015. Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng
dan Udang Windu Terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove
Kelurahan Nelayanh Indah, Medan Labuhan. Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Harahab, N., H Riniwati., M Mahmudi., A Sambah. 2009. Analisis Ekonomi Ekologi


Sumberdaya Hutan Mangrove Sebagai dasar Perencanaan Wilayah Pesisir.
Universitas Brawijaya. Laporan Penelitian Nibah Bersaing.

Heriyanto, N.M. 2012. Keragaman Plankton dan Kualitas Perairan di Hutan Mangrove.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Jl. Gunung Batu
No. 5, Bogor. Buletin Plasma Nutfah.. 18 (1) : 38-44.

Hiariey, L. 2009. Identifikasi Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Tawiri,
Ambon. Organisasi dan Manajemen. 5 (1) : 23-34.

Kalitouw, W. 2015.Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Desa Tiwono Kecamatan Wori


Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sam RatulangiI Manado.

Laremba, S. 2014. Sebaran dan Kerapatan Mangrove di Teluk Kota Kendari Sulawesi
Tenggara, Makassar. Skripsi Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanuddin

Marhayana, S., Niartiningsih, A., Idrus, R. 2012. Manfaat Ekologi Ekosistem Mangrove di
Taman Wisata Perairan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanudin, Makasar.
Massiseng, A. 2011. Kajian Ekonomi Manfaat Hutan Mangrove di Kabupaten Barru.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Meilani, M,M. 1996. Studi pola pemanfaatan hutan mangrove untuk usaha perikanan
(Studi kasus di Desa Mayangan, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang,
Jawa Barat). Skripsi. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

Motoku, A.W., S Umar., B Toknok. 2014. Nilai Manfaat Hutan Mangrove di Desa Sausu
Peore Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Fakultas Kehutanan
Universitas Tadulako. Warta Rimba. 2 (2) :92-101.

Novianty, R., S Sastrawibawa., D Juliandri Prihadi. 2011. Identifikasi Kerusakan dan


Upaya Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Pantai Utara Kabupaten
Subang.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Kampus
Jatinangor.

Pratiwi, D. 2015. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Hutan Mangrove di Desa Ujung
Padang Kabupaten Muko-muko. Bengkulu. Skripsi. Program Study Ilmu Kelautan
Jurusan Peternakan Fakultas pertanian Universitas Bengkulu.

Pradana, O.Y., Nirwani., Suryono. 2013. Kajian Bioekologi dan Strategi Pengolaan
Ekosistem Mangrove. Marine Research. 2 (1) : 56-61.

Putra, E. (2015). Struktur Kumunitas Ekosistem Mangrove Di Sungai Sindur Desa Pasar
Ngalam Seluma, Bengkulu. Skripsi. Program Study Ilmu Kelautan Jurusan
Peternakan Fakultas pertanian Universitas Bengkulu.

Qodrina, L., R Hamidy., Zulkarnaini. 2012. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Desa
Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Ilmu
Lingkungan. 9 (3) 93-98.

Riyastini, I. 2015. Valuasi Ekonomi Mangrove Desa Pajarakan, Kecamatan Gerokgak,


Kabupaten Buleleng. Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Bali.

Sadat, A. 2004. Kondisi Ekosistem Mangrove Berdasarkan Indikator Kualitas Lingkungan


dan Pengukuran Morfometrik Daun di Way penet, Kabupaten Lampung Timur,
Provinsi Lampung. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.

Schaduw, J. N. W., Yulianda, F., Bengen , D.G. 2011. Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Pulau – Pulau Kecil Taman Nasional, Bunaken Berbasis Kerentanan.Program
Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Fakultas Pasca Sarjana IPB,
Staf Pengajar FPIK IPB. AgriSains 12 (3) :173-181.

Setyawan, A dan Kusumo W. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa


Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya Restorasinya.
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126.
Biodiversitas 7. (3 ) : 282-291.
Setyawan, A., K Winarno., P Purnama. 2003. Ekosistem Mangrove di Jawa : Kondisi
Terkini. Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Biodiversitas. 4 (2) : 133-145.

Sofian, A., N Harahap., Marsoedi. 2012. Kondisi dan manfaat langsung Ekosistem
Mangrove Desa Penunggul Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan. El-Hayah. 2
(2) : 56-63.

Suzana, B., J Timban., R kaunang., F. Ahmad. 2011. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan
Mangrove Di Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara.
ASE7. 7 (2) : 29-38.

Syahrera, B. (2014) Asosiasi kelimpahan kepiting bakau dengan keberadaan jenis vegetasi
Mangrove Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu.
Skripsi. Program Study Ilmu Kelautan Jurusan Peternakan Fakultas pertanian
Universitas Bengkulu.

Sunarto., I Riyantini., Y Ihsan., S Harahap. 2013. Kajian Sumberdaya Kelautan Pulau


Biawak. Di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.

Ta’alidin, Z., D Bakhtiar., D Purnama. 2013. Kajian Karakteristik EkososionikWilayah


Pesisir Dalam Upaya Pelestarian Ekosistem Hutan Mangrove Di Kabupaten
Mukomuko. Laporan Penelitian Fundamental Tahun. Lembaga Penelitian UNIB,
Bengkulu.

Tambunan, R., R Harahap, Z Lubis .2005. Pengelolaan hutan Mangrove Di Kabupaten


Asahan. Universitas Sumatra Utara. Studi Pembangunan. 1 (1). : 1-15.

Wahidin, L., O Ola., S Yusuf. ,2013. Valuasi Ekonomi Tegakan Pohon Mangrove
(Soneratia alba) di Teluk Kendari, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK Universitas Haluoleo.
mina laut Indonesia 02 ( 06) : 120-127.

Wahyuni, Y., Eka, I.K.P., Sahat M.H.S. 2014. Valuasi Total Ekonomi Hutan Mangrove Di
Kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
Program Studi Pascasarjana Ekonomi Sumber daya Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian Kehutanan
Wallacea. 3 (1) : 1-12.

Wardhani. M.K 2011. Kawasan konservasi Mangrove: Suatu Potensi Ekowisata. Dosen
Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura. Kelautan. 4 (1) : 1907-
9931.

Zen, L.W., dan Fitria, F. 2013. Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Pulau Dompak Kota
Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau. Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung pinang. Dinamika Maritim. 4
(1) : 45-52.
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KUISIONER KEADAAN SOSIAL EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI


KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU

Nama pewawancara :
NPM :
Tanggal Wawancara :
Waktu wawancara : s.d

A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan formal terakhir : SD/SLTP/SLTA/D1/D2/D3/S1/S2/S3
Pekerjaan utama :
Pengalaman usaha :,,,,,,,,,,,,,,, tahun
Pendapatan : Rp..................... per bulan
Alamat :
Jumlah Anggota Keluarga :

Aspek Sosial Mangrove Di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu

1. Apakah ada status perizinan pemanfaatanekosistem mangrove di Kelurahan Sumber


Jaya Kecamatan Kampung Melayu? Status perizinan dari siapa?
2. Bagaimana peran serta pemerintah dalam pengelolaan mangrove di Kelurahan
Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu?
3. Bagaimana peran masyarakat setempat dalam menjaga ekosistem mangrove di
Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu?
4. Apakah ada peraturan resmi (Perda) atau peraturan adat mengenai pemanfaatan
hutan mangrove di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu? jia ada
orang/ kelompok orang yang merambah/ merusak/menebang tumbuhan mangrove
apakah ad sanksi hukumnya?
5. Apakah ekosistem mangrove di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung
Melayu pernah dijadikan tempat tujuan wisata?
6. Apakah program rehabilitas atau penanaman bibit mangrove di Kelurahan Sumber
Jaya Kecamatan Kampung Melayu?
dilakukan oleh siapa?
Aspek Ekonomi Mangrove Di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung
Melayu
1. Apasaja manfaat ekonomi ekosistem mangrove yang anda dapat rasakan?
2. Menurut anda, seberapa penting adanyatujuan untuk melindungi dan mencegah
perusakan ekosistem mangrove ?
3. Mengapa keberadaan ekosistem mangrove sangat penting bagi anda?
4. Bagaimana anda memanfaatkan dari hutan mangrove ?

Nama Kegiatan Ya Tidak

Menangkap ikan

Mencari kerang

Mengambil kayu (kayu bakar)

Mencari telur burung

Mencari kepiting

Mencari udang

Lainnya,,,,,

1. Berapa jumlah produksi yang dapat anda hasilkan dari pemanfaatan ekosistem
mangrove tersebut dan berapa harga/kg nya?
2. Apakah ekosistem mangrove merupakan sumber pendapatan umum anda?
3. Sudah berapa lama anda tinggal di daerah ini dan memanfaatkan ekosistem
mangrove?
4. Dalam seminggu, rata-rata berapa kali anda memanfaatkan ekosistem mangrove?
5. Jenis pohon mangrove apa saja yang anda manfaatkan dan digunakan untuk apa?
No Jenis pohon pemanfaatan keterangan
Nama lokal Nama ilmiah

6. Berapa pendapatan yang anda peroleh dari hutan mangrove ?


7. Apakah ada masyarakat yang memanfaatkan buah tumbuhan mangrove untuk
dimakan? Atau dijadikan makanan?
8. Bagaimana kondisi mangrove yang dulu dengan sekarang?
9. Bagaimana hasil produki yang anda dapatkan dulu dan sekarang ? perbandingan
jumlah produksi dahulu dengan sekarang (kg/bulan) ?
10. Menurut anda dampak apa yang imbul, jik ekosistem mangrove rusak?
11. Jika pemerintah inginmemperbaiki kondisi mangrove yang rusak tersebut, maukah
anda berkontribusi menyisakan sebagian pendapatan rumah tangga per bulan atau
per tahun untuk program perbaikan tersebut? Berikan alasan !
a. Ya
b. Tidak, alasan
Jika ya beri alternative di bawah ini manakah yang anda pilih
Alternative Pembayaran/tahun Kkualitas lingkungan Atribut

1 Rp 50.000 Buruk Ikan sedikit

2 Rp 75000 Baik Ikan banyak

Jika anda pilih alternative 2 manakah antara dua piliha dibawah ini yang anda pilih :
Alternative Pembayaran/tahun Kkualitas lingkungan Atribut

3 Rp 50.000 Buruk Ikan sedikit

4 Rp 100.000 Baik Ikan banyak

12. Jika pilihan diberikan kepada anda secara bebas, berapah anda sanggup membayar
untuk program tersebut :
PEMBAYARAN PER TAHUN
P IL IH
Rp 10.000
Rp 20.000
Rp 30.000
Rp 50.000
Rp 75000
Rp 100.000
>Rp 100.000

Sumber Fauzi dkk (2007)

................September, 2016

Responden, Pewawancara

(.......................) (.......................)
Lampiran 2. Keadaan Umum Wilayah Sumber Jaya Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
Kelamin

jenis kelamin jumlah jiwa presentase


pria 4207 52%
wanita 3835 48%
jumlah 8042 100%

Lampiran 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan


tingkat pendidikan Jumlah (orang)
sekolah dasar (SD) 1761
SMP/sederajat 1406
SMA/sederajat D1-D3 1628
S1-S3 160
186
Jumlah 5141
50

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitiana

Wawancara dengan pencari lokan di ekosistem mangrove

Wawancara dengan pencari kepiting Wawancara dengan pencari cacing


Wawancara dengan Kepala DKP SATKER Pulau Baai dan Wawancara Seketaris
Kelurahan Sumber Jaya
52

Anda mungkin juga menyukai