FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Penerbit :
CV Banyubening Cipta Sejahtera BANJARBARU
Jl. Sapta Marga Blok E No.38 RT 007/003 2022
Guntung Payung, Landasan Ulin, Banjarbaru 70721
Email : penerbit.bcs@gmail.com
BUKU AJAR
PENGELOLAAN HASIL HUTAN
BUKAN KAYU
Trisnu Satriadi
Siti Hamidah
Gusti Abdul Rahmat Thamrin
Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu
Trisnu Satriadi
Siti Hamidah
Gusti Abdul Rahmat Thamrin
Editor : Lusyiani
Layout : Norlena
Desain sampul : Ainun Jariyah
Ukuran : x, 202 halaman, 21 x 29,7 cm ”
Cetakan pertama, November 2021
Penerbit :
CV. Banyubening Cipta Sejahtera
Jl. Sapta Marga Blok E. No. 38, RT. 007, RW. 003
Guntung Payung, Landasan Ulin, Banjarbaru 70721
Penerbit.bcs@gmail.com
ISBN : 978-623-5774-22-0
No.Anggota : 006/KSL/2021
Segala puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa,
penyusunan buku ajar Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (P-
HHBK) ini telah dapat diselesaikan. Penyusunan buku ajar P-HHBK
bertujuan sebagai bahan pengembangan materi mata kuliah
Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu yang penulis sampaikan
diperkuliahan di Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung
Mangkurat (ULM). Mata kuliah P-HHBK merupakan mata kuliah
wajib bagi mahasiswa minat teknologi hasil hutan yang berada di
semester 6. Pokok bahasan dalam mata kuliah ini adalah ruang
lingkup hasil hutan bukan kayu, pengelolaan dan pemanfaatannya;
dasar-dasar kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan HHBK,
bagaimana cara-cara pengolahan HHBK serta memahami cara -
cara pengujian HHBK sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
Hasil Hutan Bukan Kayu merupakan hasil hutan yang patut
dikembangkan dan dikelola sebaik mungkin. Kontribusi HHBK
sampai saat ini memang belum begitu terlihat nyata dibanding
kayu, dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi
masyarakat. Seiring semakin berkurangnya hasil hutan kayu, maka
HHBK dapat menjadi tumpuan pembangunan. Pemilihan jenis yang
tepat sesuai dengan aspek ekologis, ekonomis, teknis dan sosial
dapat menjadi langkah penting agar HHBK dapat berkembang
dengan pesat. Inovasi-inovasi produk juga dapat menjadi langkah
agar produk HHBK semakin dilirik. Domestikasi tanaman HHBK
bukan hanya memperbesar peluang keberhasilan
pengembangannya, tetapi juga dapat menjadi ikon atau ciri khas
dari setiap daerah, seperti Kalimantan Selatan dengan tanaman
kayu manisnya atau Lampung dengan getah damarnya, dan lain
sebagainya.
Buku ajar ini terdiri dari 15 Bab, yang mencakup Bab 1
Pendahuluan, Bab 2 Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu, Bab
Penulis
Gambar 2.1 Diagram alir analisis penentuan jenis HHBK unggulan .................... 16
Gambar 3.1 Skema pemanfaatan rotan .................................................................. 38
Gambar 3.2 Produksi rotan tahun 2014 – 2017 ..................................................... 42
Gambar 7.1 Budidaya Gaharu di Kalsel ................................................................ 99
Gambar 13.1 Penyulingan dengan menggunakan uap air ................................... 161
Gambar 13.2 Penyulingan sederhana .................................................................. 162
A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui (renewable) dan dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia. Manfaat hutan bagi kehidupan manusia dapat dirasakan
secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung
misalnya sebagai tempat rekreasi, penghasil berbagai bahan
makanan, kayu, rotan, bambu, dan lain-lain. Manfaat tidak
langsung antara lain sebagai pengatur tata air, sumber
plasmanutfah, pengatur iklim mikro, dan lain-lain.
Hutan selama ini dimanfaatkan terutama sebagai tempat
untuk mendapatkan berbagai komoditas (hasil hutan) untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Hasil hutan adalah segala sesuatu
yang diambil (dihasilkan) dari hutan atau kawasan hutan baik
berupa nabati maupun hewani. Hasil hutan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu hasil hutan berupa kayu (timber/ major forest
product) dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) (non timber forest
product/ minor forest product). Mengingat pentingnya hasil hutan
hutan bagi kehidupan manusia maka harus dikelola dengan baik
sehingga secara terus menerus (lestari/ sustained) dapat memenuhi
kebutuhan manusia. Pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek
(dalam hal ini bisa berupa hutan atau hasil hutan) untuk mencapai
tujuan yang diinginkan atau yang telah ditetapkan. Jadi
pengelolaan hasil hutan (bukan kayu) adalah suatu kegiatan atau
perlakuan terhadap hasil hutan (bukan kayu) agar dapat dihasilkan
dan dimanfaatkan secara optimal (baik kualitas maupun kuantitas)
dan berkesinambungan (lestari).
Indonesia mengalami deforestasi sebesar 0,48 juta ha di
tahun 2016-2017, yang terjadi baik di dalam maupun di luar
4. Kriteria sosial
Dipilihnya aspek sosial sebagai salah satu kriteria dalam
penentuan tingkat keunggulan komoditas HHBK merupakan
keberpihakan kepada masyarakat lokal dalam pengusahaan HHBK.
Indikator yang dipilih berupa keterlibatan dan kepemilikan
masyarakat dalam usaha HHBK. Kriteria sosial ini memiliki bobot
15%.
a. Pelibatan masyarakat
Menunjukkan tingkat keterlibatan masyarakat diukur
dalam persentase jumlah petani yang terlibat dalam
mengusahakan (memungut, menanam, mengolah dan
memperdagangkan) komoditas tersebut untuk sumber
penghasilannya. Nilai 3 menunjukan tingkat keterlibatan yang
tinggi (persentase yang terlibat lebih dari 20%) berarti komoditas
tersebut menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat.
b. Kepemilikan usaha:
Menunjukkan tingkat keikutsertaan atau kolaborasi
masyarakat dengan pengusaha dalam mengusahakan komoditas
tersebut. Nilai 3 menunjukkan komoditas tersebut diusahakan
oleh masyarakat dan swasta dalam pola usaha kemitraan
sehingga komoditas tersebut memberi manfaat bagi kalangan
luas dan masyarakat.
5. Kriteria teknologi
Aspek teknologi dipilih sebagai kriteria penentuan unggulan
komoditas HHBK karena memiliki peran dalam pengembangan
Di mana:
NIT = Nilai Indikator Tertimbang
k = Kriteria penentuan unggulan ( 1 ... 5)
n = Jumlah indikator dalam tiap kriteria
Ni = Nilai indikator tiap kriteria
B. Manfaat Rotan
Bagian dari rotan yang paling banyak dimanfaatkan adalah
batangnya, terutama batang yang sudah tua. Batng rotan
dipergunakan sebagai bahan baku berbagai kerjainan dan perabot
rumabh tangga. Disamping itu batang yang masih muda (umbut)
dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, akar dan buahnya sebagai
obat, getahnya (jernang) juga dipergunakan sebagai bahan pewarna
pada industri keramik dan industri farmasi.
Bagian-bagian dari rotan dapat dimanfaatkan dengan skema
sebagai berikut:
No Provinsi Jumlah
KUPS
1 Kalimantan 9
Barat
2 Kalimantan 2
Tengah
3 Sulawesi Selatan 11
4 Maluku 6
5 Maluku Utara 5
6 Papua 2
Jumlah 35
Sumber: KemenLHK, 2019
E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan jenis-jenis rotan beserta cirinya
2. Sebutkan kandungan batang rotan dan komposisi kimianya
3. Jelaskan propek pengusahaan dan pemanfaatan rotan bulat
di Indonesia
A. Pemungutan Rotan
Rotan yang berdiameter kecil (rotan irit, sega, taman, pulut
merah) umumnya dapat dipanen pada umur 6 sampai 8 tahun,
namun demikian hanya rotan hasil budidaya saja yang diketahui
umurnya. Sedangkan rotan alam umurnya sulit untuk diketahui.
Sedangkan untuk rotan yang berdiameter besar seperti rotan
manau, rotan batang, panen dapat dilakukans etelah berumur 12 –
15 tahun.
Tanaman rotan umumnya tumbuh berumpun terutama rotan
yang berdiameter kecil, sedangkan rotan dengan diameter besar
tumbuhnya tunggal. Untuk rotan yang berdiameter kecil tersebut
panen dilakukan dengan sistem tebang pilih (dipilih yang telah tua)
dan dapat dilakukan setiap dua tahun setelah panen pertama.
Tanda-tanda rotan telah siap panen adalah:
a. Daun dan durinya sudah patah/ rontok
b. Warna durinya berubah menjadi kuning kehitamanan atau
hitam
c. Pelepah daunya sebagian mengelupas dan daun berwarna
kuning
Cara yang biasa dilakukan petani rotan di Kalimantan
umumnya sebgaia berikut:
a. Duri dan pelepah yang menempel pada batang dibersihkan
dengan cara memukul-mukul pakai parang
b. Batang rotan kemudian dipotong lebih kurang 1 meter dari
pangkal, kemudian ditarik-tarik agar duri atau pelepah yang
masih menempel pada pohon inang terlepas. Jika sulit
ditarik, duri dan pelepah dipotong dengan pisau yang
dipasang pada galah atau dipanjat.
3. Diameter, mm @ @ @ @
B. BATANG :
1. Kelurusan Lu Lu Lu Lu
2. Kesilindrisan - - - -
3. Panjang rusa @ @ @ @
4. Bentuk buku @ @ @ @
5. Arah buku @ @ @ @
C. WARNA :
1. Warna dasar @ @ @ @
2. Kecerahan c/m c/m c/ tm -
D. BONTOS sk sk sk Sk
E. CACAT (Akukumlasi cacat
ringan max) :
1. Salahwarna
2. Lengkung 10% 25% pj 50% pj 50% pj
pj
3. Pecah Kulit
Keterangan :
4/6 = panjang 4 sampai dengan 6 meter
@ = menurut karakteristik tiap jenis rotan
Lu = Lurus
- = tidak dibatasi
sk = dipotong siku
c/ m = cerah nerata sepanjang batang
c/tm = cerah, tapi tidak merata sepanjang batang
X = tidak diperkenankan
E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan teknik pemungutan rotan batang/ pohon
2. Jelaskan proses pengolahan rotan menjadi barang setengah
jadi (WS)
3. Jelaskan proses pemutihan rotan sehingga diperoleh warna
yang baik
4. Jelaskan tujuan dari pengujian mutu atau kualitas rotan
bulat
5. Sebutkan dan jelaskan criteria/ variable yang diukur dan
diuji dalam menentukan kualitas rotan bulat
6. Sebutkan, ada berapa macam kualitas rotan bulat (WS).
2. Hijiran
a. Tebal. Pengukuran tebal dilakukan dengan menggunakan
kaliper atau alat ukur lain yang sesuai. Pengukuran
dilakukan sebanyak lima kali pada lima tempat dan hasil
pengukuran dirata-ratakan.
b. Lebar. Pengukuran lebar dilakukan dengan menggunakan
kaliper atau alat ukur lain yang sesuai. Pengukuran
dilakukan sebanyak lima kali pada lima tempat dan hasil
pengukuran
c. Jarak lubang. Pengukuran jarak lubang perangkai benang
dengan menggunakan meteran atau alat ukur lain yang
sesuai. Pengukuran dilakukan sebanyak lima kali pada lima
tempat dan hasil pengukuran
3. Permukaan atas lampit
a. Warna. Lampit diletakkan ditempat yang datar, pengamatan
warna dilakukan secara visual dan hasil pengamatan
dicacat.
b. Kerapatan. Lampit diletakkan ditempat yang datar.
Kemudian dilakukan pengukuran pada kedua diagonalnya
dengan menggunakan meteran. Selisih hasil pengukuran
kedua diagonal tidak boleh lebih dari 1 %.
c. Kerataan. Lampit diletakkan ditempat yang datar,
pengamatan kerataan dilakukan pada permukaan atas.
4. Tulang walut dan ikatan tulang walut pada watun
Lampit diletakkan pada bidang datar kemudian diamati
watun, tulang walut dan ikatan tulang walut pada watun. Hasilnya
dicatat.
D. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian dari lampit rotan
2. Sebutkan dan jelaskan tahapan proses pembuatan lampit
rotan
3. Sebutkan dan jelaskan cara pengukuran dan pengujian rotan
sebagai bahan baku lampit
4. Sebutkan perbedaan persyaratan mutu lampit rotan Mutu I
dan Mutu III
A. Penyebaran
Bambu secara alami terdapat di Asia, Afrika, Amerika dan
terdapat pula di Australia walau dalam jumlah yang sedikit (jenis
dan individunya). Di Asia, bambu tumbuh tersebar di Indoburma
(Indonesia, Malaysia, Thailand, Birma, Vietnam), India, Cina dan
Jepang.
Bambu dapat mulai dataran rendah sampai dengan
ketinggian 3000 m dari permukaan laut. Bambu akan tumbuh baik
di tempat-tempat terbuka dan bebas dari genangan air. Oleh karena
itu, rumpun bambu sering terbentuk di lereng-lereng gunung atau
tebing sungai. Sekali rumpun bambu terbentuk, sulit untuk
mengendalikannya.
Di Indonesia tanaman bambu paling banyak dibudidayakan
di pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Pulau Jawa paling banyak
menggunakan bambu untuk berbagai kebutuhan. Selain pulau
Jawa, penggunaan bambu agak berkurang, karena orang lebih suka
menggunakan kayu yang masih banyak terdapat di daerah tersebut.
Meskipun bambu memegang peranan penting dalam
kehidupan masyarakat Indonesia, pembudidayaan bambu secara
luas belum dilakukan. Dengan demikian penyediaan bambu untuk
berbagai keperluan masih menggantungkan pada hasil dari
pekarangan (di Jawa biasanya ditanam di bagian belakang
pekarangan).
B. Klasifikasi
Klasifikasi bambu adalah sebagai berikut :
- Divisio : Spermatophyta
- Sub-divisio : Angiospermae
- Class : Monocotyledonae
2. Kayu Lapis
Bambu dapat digunakan sebagai bahan baku untuk inti kayu
lapis, tatapi dalam prosesnya terlebih dahulu bambu dilakukan
pemotongan dan pembelahan dilanjutkan dengan pembuatan strip.
Dilakukan pengeringan strip pada suhu kamar. Dilanjutkan dengan
perekatan dengan menggunakan perekat Urea Formaldehid yang
biasa digunakan untuk perekat kayu lapis. Strip bambu disusun
diatas venir yang sudah diberi perekat kemudian diatas strip bambu
diberi perekat, selanjutnya bagian atas ditutup dengan venir dan
dilakukan pengepressan serta diberikan pemanasan dengan
tekanan tertentu dan waktu tertentu. Setelah itu dikeluarkan dari
alat press yang dilanjutkan dengan pendinginan pada suhu kamar,
3. BioPellet
Pembuatan Wood Pellet dapat pula digunakan bahan baku
selain kayu yaitu bambu maupun dari limbah pengolahan bambu.
Karena bambu merupakan tumbuhan yang mengandung
lignoselulosa. Bambu sebagai salah satu sumber daya alam yang
cukup potensial. Bambu memiliki sifat-sifat yang positif seperti
kuat, ulet, mudah dibelah, dibentuk dan mudah pengerjaannya,
disamping itu harganya relatif murah dibandingkan bahan baku
kayu. Disamping itu bambu merupakan tanaman yang cepat panen.
Pada umumnya pembuatan wood pellet berasal dari limbah industri
penggergajian kayu, limbah tebangan dan hasil hutan lainnya,
termasuk bambu. Industri di Indonesia baru mampu menghasilkan
wood pellet sebesar 40.000 ton sedangkan produksi di dunia
mencapai 10 juta ton. Jumlah ini belum memenuhi kebutuhan
dunia pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai 12,7 juta ton.
Peluang mengembangkan wood pellet sangat terbuka luas
mengingat limbah hasil hutan Indonesia sangat besar (Anonim,
2010). Beberapa penelitian tentang wood pellet telah dilakukan,
menurut Wang dan Yan, (2005), pemanfaatan wood pellet mampu
mengurangi emisi CO2 dan menghasilkan efisiensi panas sebesar
80%. Pembuatan wood pellet dari sumber terbarukan (renewable
resource), seperti limbah kayu (waste wood) berbagai sumber bahan
baku kayu (feed stock) dapat digunakan untuk menghasilkan wood
pellet. Untuk bahan baku limbah kayu hanya memerlukan sedikit
5. Arang
Arang bambu dibuat dari bahan baku bambu, Bambu yang
digunakan pada umumnya adalah jenis bambu yang memiliki
daging bambu yang cukup tebal, proses pembuatan arang bambu
dilakukan dengan cara memotong bambu yang masih segar terlebih
dahulu dilakukan pengeringan agar bambu mudah dilakukan
proses karbonisasi atau pengarangan adapun panjangnya
disesuaikan dengan besar dan tingginya alat dan bisa juga dengan
cara timbun. Cara timbun ini yaitu dengan menggali tanah,
dilakukan pembakaran dengan waktu 5 sampai dengan 6 jam.
Selanjutnya dilakukan pembongkaran arang dalam tungku. Setelah
itu dilakukan proses pendinginan. Kemudian dilakukan pengujian
sesuai dengan ketentuan yang mengacu standar (SNI 01 - 1682 –
1996) tentang syarat arang tempurung kelapa.
G. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan perbedaan bambu tipe simpodial dengan tipe
monopodial
2. Jelaskan bagaimana perospek pengusahaan bambu di
Indonesia
3. Jelaskan hubungan antara pemanfaatan bambu dengan
pendapatan masyarakat di sekitar hutan
4. Bambu merupakan bahan baku industri pulp dan kertas yang
potensial untuk dikembangkan. Jelaskan maksud dari
pernyataan tersebut
A. Pengertian
Menurut definisi yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi
Nasional (BSN) SNI 01-5009.1-1999, gaharu adalah sejenis kayu
dengan berbagai bentuk yang memiliki warna yang khas, serta
memiliki kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon
penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai
akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami maupun
buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada
pohon Aquilaria sp yang dikenal dengan nama daerah seperti Karas,
Alim, Gaharu dan lain – lain.
Proses terjadinya kayu gaharu adalah hasil dari proses
pathogenic karena timbulnya infeksi, yaitu hasil proses infeksi dari
jamur jenis Fusarium spp yang terjadi pada pohon inang gaharu.
Menurut berbagai sumber infeksi pada pohon inang, sehingga
menghasilkan gaharu dapat sebabkan oleh tiga sebab yaitu karena
1) infeksi jamur (fungi); 2) perlukaan dan 3) proses non pathology.
Subowo (2010) menyebutkan bahwa Jamur Fusarium sp JG12,
Aspergillus sp JG17, Aspergillus sp JG31 dan Aspergillus sp JG32
merupakan jamur yang dapat digunakan sebagai penginfeksi
batang gaharu sehingga membentuk gaharu
Kayu yang telah terinfeksi akan mengeluarkan suatu fragnant
bahan kimia yang menyerupai minyak, dan membuat kayu tersebut
lama-kelamaan akan menjadi keras dan berwarna gelap. Secara
sepintas, gaharu adalah seperti kayu yang mengalami proses
pembusukan, tetapi pembusukan yang belum sempurna, dan
menghasilkan aroma yang khas. Di Indonesia, komoditas gaharu
sering diperdagangkan dengan nama gaharu, dalam nama
perdagangan internasional dikenal dengan nama Agarwood,
B. Deskripsi
Pohon penghasil atau inang gaharu termasuk dalam diviso
spermatohyta, kelas dicotyledoeneae, dengan family Thymeleaceae
(gaharu-gaharuan). Selain itu, penghasil gaharu juga dapat
ditemukan pada famili Euphorbiaaceae dan Leguminoceae.
Indonesia memiliki pohon penghasil gaharu yang beragam, dimana
ada sekitar 26 jenis dalam tujuh marga tumbuh di hutan alam yaitu
Aetoxylon, Aquilaria, Enkleia, Gonystylus, Gyrinops, Phaleria dan
Wikstroemia. Dari tujuh marga tersebut, hanya marga Aquilaria,
Gyrinops, dan Gonystylus yang paling banyak dimanfaatkan (Susilo,
et al., 2014). Jenis-jenis pohon penghasil gaharu dan sebarannya
disajikan pada Tabel 7.1 berikut:
Tabel 7.1 Jenis pohon penghasil gaharu dan sebarannya
No Nama Ilmiah Famili Penyebaran
1 Aquilaria beccariana Thymeleaceae Indonesia
(Kalimantan dan
Sumatera) dan
Semenanjung
Malaya
2 Aquilaria cumingian Thymeleaceae Indonesia (pulau
Morotai dan
Halmahera di
C. Potensi
Informasi dan data potensi pohon penghasil gaharu belum
diketahui secara pasti. Beberapa pustaka dan referensi yang
membahas tentang gaharu, hanya membahas daerah penyebaran
gaharu, tanpa menyebutkan potensi tegakan gaharu yang pasti. Hal
ini dimungkinkan karena, pohon gaharu tersebar secara sporadis
pada hutan alam, tidak tersebar homogen atau terpusat pada suatu
areal habitat, sperti halnya pada hutan tanaman.
Pada daerah Papua, diketahui setidaknya ada 8 jenis
tumbuhan penghasil gaharu yang tercatat tersebar di Papua.
Diantaranya adalah jenis G. ladermannii Domke yang tumbuh di
tanah berkapur dengan ketinggian 50-200 m dpl di sekitar Danau
Sentani, G. caudate (Gilg.) Domke tercatat tersebar di hutan primer
berawa dengan ketinggian 5-20 m dpl di Agat, Mappi, Boven Digul
dan Merauke, Papua Barat; G. podocarpus (Gilg.) Domke dan G.
salicifolia Ridl. yang ditemukan di perbukitan sekitar Danau
Sentani; G. sp yang tumbuh di hutan primer berlumut di Gunung
Jayawijaya, Wamena,dan G. verstegii (Gilg.) Domke (van
Steenis1960; Mulyaningsih &Yamada, 2007). Berdasarkan Komar et
al. (2014), penyebaran geografis gaharu di Papua, terutama
Gyrinops spp. terpusat di Sorong dan Nabire. Menurut informasi
D. Manfaat Gaharu
Gaharu ternyata memiliki berbagai khasiat sebagai obat-
obatan antara lain: sebagai anti asmatik, anti mikrobia, stimulan
kerja syaraf dan pencernaan. Dari segi etnobotani di China
digunakan sebagai, obat sakit perut, Aphrodisiac (perangsang nafsu
birahi), anodyne (penghilang rasa sakit), kanker, diare, tersedak,
ginjal, tumor paru paru dan lain-lain, demikian juaga di Eropa
A. Pengertian
Gondorukem merupakan suatu residu (sisa) dari pengolahan
getah pinus. Pada pengolahan getah pinus tersebut juga dihasilkan
terpentin sebagai destilat. Nama lainnya dari Gondorukem adalah
Songka, siongka (Sunda), Arpus (aceh), rosin, Colophonium
(Inggris).
Selain di indonesia, jenis ini banyak terdapat di wilayah
myanmar, thailand, kamboja, laos, vietnam dan philipina. Di
indonesia secara alami banyak tersebar di sumetera utara dan aceh.
Saat ini, tanaman ini banyak dikembangkan sebagai hutan di
berbagai daerah di Indonesia. Tanaman ini tumbuh pada daerah
dengan ketinggian 200 - 2.000 meter dari permukaan laut.
Tanaman ini tidak memerlukan persyaratan yang di ideal dalam
pertumbuhan bahkan dapat tumbuh pada daerah kritis. Oleh
karena itu, pohon pinus banyak digunaan sebagai tumbuhan
pioneer. Walaupun demikian, pertumbuhan yang baik untuk
tanaman ini adalah daerah dengan ketinggian di atas 400 m dari
permukaan laut dengan curah hujan 1.500-4.000 mm per tahun
Gondorukem dapat didigunakan untuk berbagai keperluan
antara lain :
1. Sebagai bahan pencampur lilin batik dalam industri batik
2. Sebagai bahan sizing (pengisi) dalam industri kertas
3. Sebagai bahan pencampur dalam industri sabun
4. Untuk vernish, tinta cetak, bahan isolasi listrik, industri kulit
Getah pinus yang dihasilkan dari pohon pinus diperoleh
dengan cara menyadap batang pohon pinus. Di dalam
batang/pohon pinus, getahnya terdapat di dalam saluran-saluran
getah (saluran resin) pada seluruh bagian kayu luarnya (kayu gubal)
E. Kualitas Gondorukem
Gondorukem Indonesia umumnya berasal dari getah yang
disadap dari pohon Pinus merkusii, yang mempunyai sifat fisiko
kimia :
Warna : ambar kuning (warna B, C, D, E, F, G, H, I, K, M,
dan W-G)
Berat jenis : 1,01 - 1,06
B. Damar
a Pengertian Damar
Damar adalah salah satu hasil hutan bukan kayu yang
tergolong ke dalam kelompok getah yang merupakan sekresi pohon
Shorea, Vatica, Dryobalanops dan lain lain yang termasuk famili
Dipterocarpaceae. Secara kimiawi, komposisi damar terdiri dari
23% asam damar C54H77O3(COOH)2, 40% damar resin C11H17O
(larut dalam alkohol), dan 23% damar resecesulfida, benzena dan
sebagian larut dalam minyak terpentin. Jenis-jenis pohon
penghasil getah damar, sebagai berikut:
1. Family Dipterocarpaceae:
b Pemungutan Damar
Pengolahan damar banyak dilakukan oleh masyarakat
tradisional di kawasan hutan lindung/hutan produksi terbatas di
Krui, Lampung Barat. Pengambilan hasil damar dapat dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
1. Pohon yang disadap adalah pohon dengan umur di atas 16-20
thn dengan diameter 25-30 cm, selama 30-50 tahun secara
teratur
2. Melukai bagian batang dalam bentuk takik segitiga sama sisi 7.5
– 12 cm kedalaman 2-4 cm atau segi empat
C. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan perbedaam kopal dan damar
2. Sebutkan jenis-jenis pohon penghasil kopal dan damar
beserta daerah penyebarannya
3. Jelaskan bagaimana cara pemungutan dan pengolahan
kopal
4. Sebutkan ada berapa macam kualitas kopal dan ciri-cir
dari masing-masing kualitas tersebut.
5. Jelaskan kelompok kualitas damar
F. Soal-soal Latihan
1. Sebutkan jenis-jenis pohon penghasil getah merah dan
penyebarannya
2. Bagaimana proses pemungutan dan pengolahan getah
merah sehingga siap untuk dipasarkan
3. Jelaskan kegunaan dari getah merah
A. Pengertian
Kulit kayu manis merupakan hasil pengupasan bagian kulit
dari tanaman kayu manis, dan didalam dunia perdagangan dikenal
dengan istilah lain “Cassiavera”. Indonesia sendiri sangat dikenal
sebagai pemasok kebutuhan dunia, dimana sekitar 85% dari
kebutuhan tersebut dipasok dari Indonesia.
Ada beberapa jenis tanaman yang dapat menghasilkan kulit
kayu manis, yaitu :
• Cinnamomum burmanii
• Cinnamomum zeylanicum
• Cinnamomum cassia
• Cinnamomum cullilawan
dimana diantara keempat jenis tanaman kayu manais tersebut jenis
Cinnamomum burmanii merupakan jenis yang paling dominan
dalam menghasilkan kulit kayu manis. Agar tanaman kayu manis
dapat tumbuh dengan baik, maka ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi yaitu :
• 500 – 1.500 m dpl
• Kelembaban 70% - 90%
• Berbagai jenis tanah, teksturnya agak berpasir
• Tanpa musim kering yang panjang
Dapat ditanam didaerah yang lereng.
1. Cara pemungutan
Dikenal beberapa teknis cara untuk memungut kulit kayu
manis
• Sistem pemotongan pohon
Untuk sistem ini pohon yang akan dipungut kulitnya
ditebang terlebih dahulu, baru kulitnya diambil
• Pengupasan Kulit (sebelum ditebang)
Pada cara ini kulit kayu manis diambil selagi pohon masih
berdiri
• Pohon dipukuli
Cara ini dilakukan sebetulnya dimaksudkan agar dapat
mempermudah dalam pengembalian kulit
• Sistem Vietnam
Pada sistem ini batang pohon kayu manis diberi tanda
berselang seling segi empat seperti papan catur, dimana
bagian yang diambil dan tidak kulitnya dilakukan secara
berselingan sesuai tanda yang sudah diberikan
2. Cara pengupasan kulit (sebelum ditebang)
• Kulit dibersihkan dari kotoran
• Mengerat kulit 5 – 10 cm diatas akar (tanah) melingkar batang
• Mengerat lagi dengan jarak 100 cm diatas keratan pertama
• Menoreh dari atas ke bawah dengan jarak 5 – 10 cm
• Dengan pengungkit, kulit dicungkil melalui garis vertikal tadi.
Eksportir 5% - 6%
Upgrading : - Pencucian
- Pengeringan Ulang
- Potong/Pilih
- Penyimpanan yang sesuai
- Pengepakan
Uraian Kandungan
Kadar Air 7,9 %
Minyak Atsiri 3,4%
Alkohol ekstrak 8,2%
Abu 4,5%
Abu Larut dlm air 2,23%
Abu tdk dpt larut 0,013%
Serat kasar 29,1%
Karbohidrat 23,3%
Eter ekstrak yg tdk menguap 4,2%
Nitrogen 0,66%
Berat jenis rata-rata 1,02 – 1,07
E. Soal-soal Latihan
1. Sebutkan jenis-jenis pohon penghasil kayu manis dan
sebutkan persyaratan tumbuh secara umum
2. Sebutkan bagaimana proses pemungutan dan pengolahan
kulit kayu manis
3. Bagaimana prospek budidaya kayu manis dalam kaitannya
dengan upaya pengendalian perladangan berpindah
A. Pendahuluan
Sagu adalah tumbuhan yang sangat penting keberadaannya
bagi beberapa kelompok masyarakat adat, khususnya saudara-
saudara kita yang berdomisili di Indonesia bagian timur, seperti
sebagain wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Sagu dimanfaatkan
dan dipergunakan sebagai tumbuhan sumber penghasil
karbohidrat utama (staple food). Masyarakat yang hidup di daerah
pesisir, rawa dan daerah pantai umumnya memanfaatkan sagu
sebagai pengganti karbohidrat, karena sumber karbohidrat yang
lain seperti tanaman padi tidak dapat tumbuh dengan baik, atau
masyarakat belum terbiasa dengan bercocok tanam padi. Khusus
untuk daerah Papua, sagu memegang peran yang sangat penting,
karena potensinya yang cukup melimpah, memberikan konstribusi
sebagai sumber pendapatan kepada masyarakat lokal dan beberapa
sosial dan ekonomi, ekologi serta beberapa aspek lainnya yang
dihasilkan dari tumbuhan sagu.
B. Botani
Tumbuhan Sagu (Metroxylon spp) adalah merupakan salah
satu tumbuhan Monokotil dari genus Metroxylon dan famili Palmae.
Nama latin dari tumbuhan Sagu adalah Metroxylon, yang aslinya
berasal dari bahasa latin, yaitu metra dan xylem. Metra berarti
empulur (pith) atau isi dan xylem yang berarti pembuluh kayu,
Flach (1977). Sagu dapat didefinisikan sebagai jenis tumbuhan
monokotil yang pembuluh kayu atau empulurnya berisi.
Berdasarkan karakteristik pembungaannya, tumbuhan sagu
dapat dibedakan menjadi dua keloompok yaitu jenis yang berbunga
atau berbuah sekali (Hepaxantic) dan jenis yang berbunga atau
berbuah dua kali atau lebih (Pleonanthic), Soerjono, 1980; Manan,
dkk 1984) yang dikutip oleh Haryanto dan Pangloli (1992).
C. Potensi Sagu
Luas hutan dan potensi tanaman sagu di Indonesia belum
diketahui dengan pasti. Hal tersebut terjadi karena banyaknya data
dan informasi yang berbeda, baik menyangkut luas maupun potensi
dan penyebaranya. Pernyataan ini lebih ditegaskan lagi oleh
Haryanto dan Pangloli (1992), yang menyatakan bahwa luas areal
sagu di Indonesia belum diketahui secara pasti. Kedua penulis
tersebut mengutip beberapa hasil penelitian tentang perkiraan luas
areal sagu di Indonesia, yaitu 716 000 Ha menurut Soedewo dan
Haryanto (1983), dan 850.000 Ha menurut Soekanto dan Wijandi
(1983). Perkiraan luas areal sagu yang lebih kontroversial yaitu yang
dikemukakan oleh Manan dan Supangkat (1986) seperti dikutip
oleh Haryanto dan Pangloli (1993), yaitu luas areal sagu di Irian
Jaya seluas 4.183.300 Ha (lihat Tabel 8.2). Fakta luas areal ini tentu
saja sangat mencegangkan dan perlu diteliti keakurantannya lagi.
Sedangkan perkiraan luas areal sagu dibeberapa negara yang
dibuat oleh Flach (1983) hanya mencamtumkan 2 187 000 Ha.
Luas areal sagu untuk beberapa negara telah diperbaharui
oleh Flach pada tahun 1997. Selanjutnya, luas areal tersebut
dikelompokkan mejadi dua kelompok yaitu sagu yang tumbuh
alami (wild stand) dan dibudidayakan (semi-cltivated stands).
Ringkasan dari perkiraan luas areal sagu di beberapa lokasi seperti
di di Indonesia, PNG, Malaysia, Thailand, Filipina dan kepulauan
Tabel 12.2 Luas Areal sagu di Provinsi Irian Jaya dari berbagai
sumber
Daerah Luas (ha)
Merauke 3 569530
Fak-fak 389840
Jayapura 36690
Serui 88 020
Sorong 1) 81 810
Sorong 2)
a. Bintuni 50 200
b. S.Kamundan 66 050
c. S.Kais dan Mentawai 94 600
d. Inanwatan 53 050
e. Teminabuan 6 200
270 000
Manokwari 11330
Biak 6 500
Total 4 183300
4371590
H. Soal-soal Latihan
A. Pengertian
Minyak Kayu Putih merupakan hasil/distilat yang diperoleh
dari penyulingan tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron,
Melaleuca cajeputi, Melaleuca minor) yang termasuk Famili
Myrtaceae. Dalam dunia perdagangan minyak kayu putih disebut
juga Cayeput Oil atau Ecalyptus oil.
Minyak kayu putih kegunaannya sudah lama dikenal,
terutama oleh ibu-ibu. Lahirnya sudah lama dibandingkan dengan
minyak gosok atau obat gosok lainnya. Dalam penggunaan minyak
kayu putih dapat dibedakan bermacam-macam sesuai dengan
keperluan, antara lain :
1) Secara murni dapat digunakan sebagai obat-obatan
2) Sebagai campuran juga dapat digunakan sebagai obat-obatan
3) Sebagai campuran dapat digunakan sebagai bahan kosmetika
4) Sebagai bahan campuran dalam dosis sangat rendah dapat
digunakan dalam makanan, misalnya : kembang gula.
2. Indeks ias
Untuk mengetahui indeks bias digunakan alat refrektometer,
yaitu dengan cara mengambil beberapa tetes minyak kayu putih,
kemudian beberapa indeks biasnya dapat langsung diketahui
dengan membaca skala pada refrektometer tersebut biasanya
pengukuran dilakukan pada suhu 200 C sehingga harus diadakan
penyesuaian keadaan untuk membuat suhu tersebut (dapat dengan
cara diberi es sekelilingnya). Indeks bias pada 200 C untuk minyak
kayu putih adalah : 1,4635 – 1,4822.
3. Putaran optik
Putaran optik diterapkan pada polarimeter pada suhu kamar.
Putaran optik adalah sudut yang terjadi karena adanya perputaran
pada bidang polarisasi pada polarimeter. Untuk mengetahui
putaran optiknya, dapat ditentukan dengan meneteskan beberapa
tetes minyak kayu putih pada alat polarimeter. Putaran optiknya
dapat langsung dilihat pada alat polarimeter tersebut. Putaran optik
nya berkisar antara (-40) – 00.
A. Pendahuluan
Madu merupakan substansi manis yang dihasilkan oleh
lebah madu dari nektar bunga atau sekresi tumbuh-tumbuhan
yang dikumpulkan ditransformasikan & disimpan dalam sisiran
sarang oleh lebah madu. Indonesia memiliki potensi pakan lebah
cukup tinggi. Beberapa jenis tumbuhan & kondisi iklim tropis
sangat memungkinkan tersedianya bunga sebagai pakan lebah
hampir sepanjang tahun. Lebah madu termasuk hewan serangga
bersayap dan dengan klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Arthopoda
Sub-divisio : Mendibulata
Class : Insecta (Hexapoda)
Ordo : Hymenoptera
Family : Apidae
Genus : Apis
Species : 1. Apis cerana (lebah lokal atau tawon madu)
2. Apis dorsata (lebah hutan/ lebah liar)
3. Apis mellifera (lebah Itali)
4. Trigona sp (lebah tanpa sengat / kelulut)
Lebah-lebah tersebut, khususnya Apis cerana dan Apis
mellifera banyak dibudidayakan di Indonesia, baik oleh masyarakat
maupun oleh Pemerintah (Perum Perhutani dan Dinas Peternakan)
serta perusahaan swasta secara komersial. Namun beberapa tahun
terakhir ini, perkembangan budidaya lebah tanpa sengat / kelulut
semakin marak meningkat drastis
1. Lebah lokal (Apis cerana)
Lebah lokal ini dalam bahasa daerah dikenal dengan tawon
madu atau tawon unduhan (Jawa), nyiruan (Sunda) madu lobang
(Palembang). Lebah ini dapat diternakan secara sederhana dengan
D. Manfaat Madu
Madu memiliki nilai gizi yang tinggi & memiliki potensi untuk
pengobatan tradisional, selain itu juga dapat digunakan untuk
berbagai industri kosmetika. Untuk pengobatan secara langsung :
1. Untuk Luka berat atau infeksi
Madu dicampur dengan minyak ikan dan dioleskan pd luka atau
infeksi dapat mempercepat sembuhnya luka atau infeksi.
2. Penyakit lambung asam
Madu diminum setelah makan secara teratur dapat
mengurangi kadar zat asam dan gangguan usus
E. Kualitas Madu
Madu di Indonesia sangat beragam. Keragaman madu
tersebut dipengaruhi oleh perbedaan asal daerah, musim, jenis
lebah, jenis tanaman sumber nektar, cara hidup lebah (budidaya
atau liar), cara pemanenan serta cara penanganan pasca panen.
Mengingat keragaman tersebut, maka standar mutu madu
dikembangkan menjadi tiga kategori sebagaimana diatur dalam SNI
8664-2018, yaitu:
1. Madu hutan, yaitu jenis madu yang dihasilkan oleh lebah liar
Api dorsata.
2. Madu budidaya, yaitu jenis madu yang dihasilkan oleh lebah
budidaya: Apis mellifera dan Apis cerana.
3. Madu lebah tanpa sengat, yaitu jenis madu yang dihasilkan oleh
lebah Trigona spp.
Ketiga jenis madu tersebut selanjutnya dibedakan
berdasarkan parameter kualiatas madu sebagaimana disajikan
pada Tabel berikut.
G. Soal-soal Latihan
1. Sebutkan jenis-jenis lebah penghasil madu
2. Jelaskan proses terbentukan madu
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis madu, dan manfaatnya
bagi kesehatan manusia
4. Jelaskan tentang kualitas madu
A. Arang
a Pengertian Arang
Arang adalah benda padat yang biasanya berwarna gelap dan
apabila dibakar akan menghasilkan panas. Bahan baku arang
adalah kayu, limbah-limbah kayu dari proses pengolahan kayu,
oleh karenanya arang sering dikenal dengan nama Bahan Bakar
Arang Kayu atau sering dikenal dengan nama BBAK. Sebaliknya
Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah sumber energi yang berasal dari
fossil fuel. Perbedaan yang sangat mendasar antara BBAK dan BBM
adalah sumber bahan bakunya. BBAK berasal dari bahan baku
yang dapat diperbaharui (renewable resources) sedangkan BBM
berasal dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
(nonrenewable resources).
Energi alternatif yang cukup melimpah di alam dan sekarang
lagi menjadi bahan pembicaraan diberbagai forum seminar dan
kajian ilmiah beberapa ahli adalah enery biomasa (Biomass energy).
Energi biomas adalah energi yang bersumber dari massa penyusun
tumbuhan atau komponen organik tumbuhan. Komponen yang
dominan pada massa organik tumbuhan adalah senyawa karbon
yang berupa karbohidrat, dan makromolekul lainnya. Unsur
penyusun senyawa biomassa didominasi oleh atom karbon (C),
Oksigen (O) dan Hidrogen (H). Sedangkan beberapa atom lainnya
seperti Mg, Ca, K, dan Mn serta Pberada dalam jumlah yang relatif
sedikit dibandingkan dengan senyawa karbon. Produk turunan dari
energi biomas tersebut di antaranya yang dikenal dengan Bioetanol,
Bioalkohol dan Biodiesel.
Ke depan dengan berbagai kajian dan penelitian yang
dilakukan, kemungkinan untuk mengembangkan energi hidrogen
yang diperoleh dari biomassa cukup besar, di samping energi
b Pengolahan Arang
Arang kebanyakan dibuat dengan proses karbonisasi, dengan
cara membakar bakan bakunya sampai menghasilkan arang.
Berdasarkan proses karbonisasinya, arang dibedakan menjadi tiga
yaitu:
1. Arang hitam yang dibuat pada suhu 400 - 700oC yang
diperuntukan untuk pengolahan biji besi, silikon, titanium,
magnesium dan karbon aktif.
2. Arang putih yang dibuat pada suhu karbonisasi di atas 700oC
yang diperuntukan dalam pembuatan carbon bisulfida, natrrium
sulfida dan natrium cianida.
3. Serbuk arang yang dibuat untuk tujuan bahan baku briket
arang, karbon aktif dan bahan bakar.
c Kualitas Arang
Kualitas arang kayu akan sangat dipengaruhi oleh jenis kayu,
cara dan proses pengolahan arang. Khusus untuk proses
karbonisasi pada pembuatan arang banyak ditentukan oleh adanya
kecepatan pemanasan dan tekanan udara dalam tanur, di mana
pemansan yang cepat akan menghasilkan rendemen arang yang
rendah karena tahapan karbonisasi sulit untu dikendalikan dan
rendeman arang makin tinggi dengan meningkatnya tekanan dalam
tanur arang.
Kualitas arang dapat ditentukan berdasarkan unsur kimia
yang terkandung di dalamnya, sifat fisik dan dibedakan menurut
kegunaannya. Untuk pemakaian skala industri, kualitas arang
ditentukan oleh beberapa variabel meliputi: kadar air, abu, nilai
kalor, zat yang mudah menguap (volatile matter), sisa karbon (fixed
carbon), nilai kalor, kekerasan, berat jenis dan titik bakarnya
(ignition point).
B. Cuka Kayu
a Pengertian Cuka Kayu
Cuka kayu biasanya juga dikenal dengan asap cair yang
diperoleh dari proses pembakaran / pembuatan arang. Sesuai
namanya cuka kyau / asap cair berupa produk cair, berasal dari
kondensasi (pengembunan) asap proses karbonisasi materi yang
berlignoselulosa. Asap cair ini mengandung tiga komponen utama,
yaitu asam asetat, fenol, dan alkohol. Asap cair biasa dikenal
dengan istilah lain, yaitu cuka kayu. Penamaan cuka karena
senyawa yang mendominasi (sekitar 50 per sen) adalah asam asetat,
CH3COOH. Bahan dasar untuk membuat asap cair ini bisa
divariasikan, tergantung limbah yang tersedia di sekitar. Misalnya,
konus buah pinus, tempurung kelapa, limbah kayu gergajian, daun
kayu putih limbah, dan sebagainya, maka bisa saja menamakannya
berturut-turut cuka konus, cuka tempurung kelapa, cuka kayu
gergajian, cuka limbah kayu putih, dan lain-lain. Asam asetat
dalam sehari-hari digunakan sebagai pengawet makanan, sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang
berkembang. Alkohol merupakan senyawa yang berfungsi sebagai
denaturasi protein, sehingga dapat merusak membran sel.
Sementara fenol adalah senyawa desinfektan yang dapat
menghambat aktivitas enzim. Dengan memahami manfaat senyawa
kimia yang ada dalam asap cair, memungkinkan asap cair ini
berfungsi dalam banyak kegunaan, mulai dari bahan kesehatan
tanaman, meningkatkan produktivitas ternak, pembasmi bau tak
sedap, kesehatan, farmasi dan kecantikan. Di Jepang,
C. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian dari arang dan cuka kayu
2. Jelaskan proses pembuatan arang dan karbonisasi
3. Apa saja yang harus diuji untuk menentukan kualitas
arang
4. Jelaskan proses pembuatan cuka kayu
5. Jelaskan tentang kualitas cuka kayu