Anda di halaman 1dari 6

Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya

e-ISSN:2623-0305
Vol. 01 No. 01, juni 2020
page

PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS PENGRAJIN BAMBU


DESA SUKARAKSA, KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN
BOGOR
Kiki Tri Saputra1), Dimas Parulian2), Bayu Setiawan3).
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Indraprasta PGRI Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jakarta 12530, Indonesia.
Email: kikysaputra61@gmail.com, dimasparulian04@gmail.com, rumah.print@yahoo.co.id

Abstrak

Kegiatan PPM ini bertujuan untuk menangani salah satu kebutuhan masyarakat Desa
Sukaraksa akan pemanfaatan sumber daya alam bambu. Dalam hal ini, kekayaan sumber daya
alam bambu belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat lokal sehingga belum memiliki
daya jual yang tinggikarena kreativitas produksi yang masih rendah. Oleh karena itu, PPM ini
secara khusus ditujukan bagi para pengrajin bambu Desa Sukaraksa. Adapun tujuan dari
kegiatan PPM adalah meningkatkan keterampilan para pengrajin agar lebih mampu untuk
menghasilkan produk kerajinan yang bernilai estetika yang tinggi. Berdasarkan hasil pemetaan
sosial dan observasi lapangan, masalah yang selama ini dirasakan oleh pengrajin tersebut
adalah rendahnya nilai jual hasil kerajinan bambu yang lebih disebabkan produk yang
dihasilkan belum memiliki nilai seni yang tinggi.
Dalam mengatasi masalah di Desa Sukaraksa tersebut, kegiatan ini mampu memberikan
dampak postif terhadap peningkatan produktifitas anyaman bambu, untuk mengadakan sebuah
kegiatan Pelatihan Hasil Produksi Kerajinan Bambu bagi para pengrajin bambu di Desa
Sukaraksa. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan produktivitas masyarakat
melalui kerajinan bambu kreatif bernilai jual tinggi dan mampu menguangi pengangguran di
Desa Sukaraksa. Kegiatan PPM ini akan berlangsung selama 7 bulan, dan dapat ditindaklanjuti
dengan berbagai kegiatan yang mendukung pelatihan hasil produksi kerajinan bambu.
Dari hasil kegiatan pelatihan tersebut, kerajinan bambu tersebut dapat diolah dengan
beragam macam kerajinan dari masyarakat Desa Sukaraksa yang bernilai jual tinggi akan
berdampak terhadap pengembangan industri rumah tangga dari hasil olahan bambu tersebut.
Selain itu, peserta pelatihan yang didominasi oleh pengrajin bambu rumah tangga berhasil
menghasilkan berbagai macam kreasi seni bambu yang menarik dan siap untuk dijual.

Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Kerajinan Bambu, Produktivitas Kerja, Ekonomi


Masyarakat, Kreativitas

Abstract

This PPM activity aims to address one of the community needs of Sukaraksa Village for
the utilization of bamboo natural resources. In this case, the wealth of bamboo natural
resources has not been fully utilized by the local community so that it does not yet have a high
selling power due to low production creativity. Therefore, this PPM is specifically intended for
bamboo craftsmen in Sukaraksa Village. The purpose of PPM activities is to improve the skills
of craftsmen to be more able to produce handicraft products of high aesthetic value. Based on
the results of social mapping and field observations, the problem that has been felt by these
craftsmen is the low selling value of bamboo handicrafts which is due to the products
produced that do not yet have high artistic value.
In overcoming the problem in Sukaraksa Village, this activity was able to have a
positive impact on increasing the productivity of bamboo matting, to hold a Bamboo
Handicraft Production Training activity for bamboo craftsmen in Sukaraksa Village. The
purpose of this activity is to increase community productivity through high-value-selling
creative bamboo crafts and be able to reduce unemployment in Sukaraksa Village. The PPM

1
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya | Vol. 01 No.01 | Hal.

activity will last for 7 months, and can be followed up with various activities that support
training in the production of bamboo handicrafts.
From the results of the training activities, the bamboo handicrafts can be processed
with a variety of handicrafts from the high-value Sukaraksa Village community which will
have an impact on the development of the home industry from the processed bamboo products.
In addition, the training participants who were dominated by household bamboo craftsmen
succeeded in producing various kinds of interesting bamboo art creations that were ready for
sale.

Keywords: Community Empowerment, Bamboo Crafts, Work Productivity, Community


Economy, Creativity

PENDAHULUAN

Sampai saat ini potensi sumber daya alam dan manusia belum benar-benar optimal
diberdayakan, hal ini terjadi karena belum teratasi hambatan-hambatan yang ada. Salah satu
hambatan khususnya dalam hal pengembangan sektor industri rumah tangga dalam hal ini
adalah industri kerajinan tangan berbahan dasar bambu saat ini para pengrajin belum mampu
menghasilkan produk yang bernilai jual tinggi. Sementara itu peningkatan usaha produktif
kelompok pengrajin anyaman dan kreativitas yang menjadi salah satu program pembangunan
Desa Sukaraksa. Dengan demikian nampaknya bahwa bila kegiatan PPM ini dapat dilaksanakan
maka masyarakat setidaknya telah membantu mengembangkan ekonomi dan mengurangi
pengangguran di Desa Sukaraksa. Merujuk pada kondisi tersebut, maka di Desa Sukaraksa
harus adanya sebuah kegiatan yang mampu memberikan dampak postif terhadap peningkatan
produktifitas anyaman bambu yang mengadakan sebuah kegiatan Pelatihan Hasil Produksi
Karajinan Bambu bagi para pengrajin bambu di Desa Sukaraksa yang dapat menaikan ekonomi
masyarakatnya.
Dalam kegiatan PPM ini akan dilaksanakan di Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor, tepatnya kegiatan ini sasarannya adalah kelompok pengarajin anyaman
bambu dan anak muda yang mengangur dirumah saja. Pemilihan kelompok sasaran tersebut
didasarkan pada terdapatnya potensi sumber daya alam yaitu bambu yang dapat dikembangkan
dan dimanfaatkan dan kelompok sasaran ini telah ada sudah sejak lama.
Namun, pemanfaatan bambu sebagai komoditi sumber daya alam yang besar untuk
bahan kerajinan tangan yang bernilai ekonomis dengan kreativitas tinggi belum menjadi
perhatian bagi masyarakat sehingga sering kali produk kerajinan bambu yang dihasilkan bernilai
jual rendah. Bambu termasuk dalam tanaman Bamboidae anggota subfamilia rumput, memiliki
keanekaragam jenis bambu didunia sekitar 1250–1500 jenis sedangkan Indonesia memiliki
hanya 10% sekitar 154 jenis bambu (Wijaya et al.2004). Merujuk pada kondisi tersebut, maka
dinilai perlu dan penting untuk meningkatkan kemampuan masyarakat akan pengelolaan hasil
kerajinan bambu dengan estetika nilai seni tinggi sehingga akan meningkatkan daya jual produk
kerajinan bambu yang lebih jauh memberikan dampak terhadap perkembangan perekonomian
masyarakat itu sendiri. Masyarakat dapat partisipasi dalam pengelolaan produk kerajinan bambu
sebagai salah satu komoditi sumberdaya alam terbesar di Desa Sukaraksa, Kabupaten Bogor.
Objek biaya (cost object) adalah sesuatu yang diukur biayanya dan dibebankan (Lestari dan
Permana, 2017:14). Sehingga masyarakat terbiasa untuk memanfaatkan potensi sumber daya
alam yang berada di lingkungan fisik dan sosial di sekitarnya.
Dalam arti luas, biaya (cost) adalah jumlah yang dinyatakan dari sumber-sumber
(ekonomi) yang dikorbankan (terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau
mencapai tujuan tertentu (Harnanto, 2017:22). Oleh karena itu dalam kegiatan PPM ini
ditujukan untuk meningkatkan keterampilan mitra usaha dari kelompok pengrajin dan anyaman
bambu di Desa Sukaraksa dalam hal keterampilan untuk menghasil produk anyaman bambu
yang memiliki nilia estetika sehingga berdampak pada nilai jual yang tinggi atas produk
tersebut. Oleh karena itu dalam jangka panjang dapat dilakukan dan ditindak lanjutkan berupa

2
Pengembangan Produktivitas Pengrajin Bambu Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor
KikiTri Saputra, Dimas Parulian,Bayu Setiawan

kegiatan pendampingan untuk menguatkan hasil pelatihan tersebut. Dengan adanya kegiatan
PPM ini dapat diharapkan masyarakat menyadari bahwa bambu merupakan salah satu potensi
sumber daya alam yang bernilai jual tinggi bila diolah menjadi produk kerajinan bambu yang
kreatif dan tidak kalah saing dari produk lainnya. Dalam adanya kegiatan PPM tersebut dapat
ditinjau bahwa pengolahan dan pemasaran produk kerajinan bambu, bagi masyarakat sekitar
merupakan salah satu potensi bagi kemajuan perekonomian masyarakat yang didasarkan atas
potensi sumber daya alamnya. Namun sampai saat ini potensi sumber dayanya masih belum
benar-benar optimal diberdayakan. Beberapa hambatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alamnya diantara lain adalah masih kurangnya perhatian pemerintah
Bogor terhadap pengrajin bambu di Desa Sukaraksa, yang mampu memperkenalkan kerajinan
bambu dari Desa Sukaraksa kepada masyarakat diluar Desa Sukaraksa maupun luar daerah
Bogor.
Oleh karena itu, potensi pelatihan pengrajin bambu dalam menciptakan inovasi produk
yang kreatif dan inovatif sangat baik untuk mengingat peluang dalam kemajuan sosial ekonomi
dari masyarakat Desa Sukaraksa yang dapat ditinjau terhadap pemberdayaan pengrajin bambu
untuk pengelolaan dan pemasaran produk kerajinan bambu diantaranya ialah, diadakan
sosialisasi terkait dengan informasi mengenai keuntungan dan manfaat dari pengelolaan produk
kerajinan bambu sebagai salah satu inovasi industry rumah tangga kreatif yang bernilai dan
dapat memajukan ekonomi masyarakat Desa Sukaraksa. Hal ini dapat juga didukung oleh
pengetahuan akan bagaimana pengelolaan dan pemasaran bambu yang dapat berdampak
terhadap kemajuan perekonomian dan diperkuat bila diadakannya kerjasama antar kelompok
pengrajin bambu dalam sebuah wadah koperasi bersama. Maka dengan adanya program
pengabdian kepada masyarakat melalui kegiatan Pelatihan Pengembangan Produktivitas
Pengrajin Bambu Melalui Pelatihan Olahan Aneka Kerajinan Bambu di Desa Sukaraksa,
Kecamatan Gudeg, Kabupaten Bogor.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analisis,
yang merupakan suatu metode penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai situasi dan
keadaan dengan cara memaparkan data yang diperoleh sebagaimana adanya yang kemudian
melalui berbagai analisis dibuat beberapa kesimpulan. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif karena mendeskripsikan pola sintaktis dalam melakukan pencarian fakta dengan
intepretasi yang tepat (Djajasudarma 2010: 11). Sedangkan pada pengambilan data
menggunakan penelitian kualitatif yang menggunakan istilah populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya
tidak akan diberlakukan kepopulasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang
memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data pustaka berbagai sumber, dan
berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
teknik pencari data, dan data pustaka. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2013: 6).

3
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya | Vol. 01 No.01 | Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 Teko dan cangkir dari bambu,


buatan Desa Sukaraksa, Kec. Gudeg Kabupaten Bogor

Dari gambar tersebut, bukti bahwa pengrajin dari Desa Sukaraksa tersebut mempunyai
kreatifitas yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Desa Sukarasa, Kecamatan Gudeg,
Kabupaten Bogor. Dengan kegiatan PPM di Desa Susaraksa tentunya harus memiliki tujuan
yang bermanfaat bagi masyarakat Desa Sukaraksa dan demikian juga dalam kegiatan PPM ini
memiliki tujuan dan manfaat yang perlu untuk diwujudkan melalui tahapan dan proses yang
sistematis dan terukur, agar PPM ini dapat berjalan dengan baik dan mampu mendongkrat
masyarakat Desa Sukaraksa. Dengan keberhasilan tersebut diantaranya mitra usaha dapat sedikit
mengetahui tentang produk anyaman bambu yang memiliki nilai estetika dan juga nilai jual
tinggi, kemampuan mitra usaha sekarang ini yang ada di Desa Sukaraksa sangatlah terbatas
dalam hal pembuatan produk anyaman bambu yang memiliki nilai estetika dan nilai jual tinggi.
Dengan adanya PPM masyarakat Desa Sukaraksa dapat bermotivasi untuk bermitra usaha dan
dapat meningkatkan keterampilan dalam bermitra usaha yang mampu mengembangkan bambu
sebagi bahan baku yang sangat berharga dan bernilai jual tinggi jika dijadikan sebuah kerajinan
tangan.
Dalam Tahapan Kegiatan Pelatihan Ini Yang Berjudul : Pengembangan Produktivitas
Pengrajin Bambu Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ini dimaksudkan
untuk :
1. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan produk kerajinan bambu yang
bernilai estetika seni tinggi guna meningkatkan nilai jual.
2. Masyarakat termotivasi untuk mengelola dan mengembangkan industri rumah tangga
kerajinan bambu.
3. Masyarakat diharapkan dapat lebih produktif untuk memasarkan hasil produksi
kerajinan bambu sebagai sebuah potensi pengembangan ekonomi bagi masyarakat desa.
Dengan adanya Pelatihan ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada pengrajin bambu dari masyarakat lokal akan kreativitas seni olahan hasil
bambu yang berdaya nilai jual tinggi. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, maka dapat
ditinjau bahwa peserta mengalami perubahan yang positif berupa peningkatan pengetahuan
mengenai olahan kerajinan bambu yang kreatif dan memiliki daya nilai jual tinggi. Sebagian
besar peserta pelatihan juga mengetahui dan mengembangkan bahwa pelatihan olahan aneka
kerajinan bambu ini akan memberikan dampak yang positif terhadap pengembangan kreasi
industry rumah tangga akan pemanfaatan sumber daya alam bambu yang tersedia dilingkungan
fisik disekitarnya. Selama sesi pelatihan, peserta pelatihan dapat berpartisipasi aktif untuk tanya
jawab mengenai olahan kreasi kerajinan bambu yang berpotensi untuk dipasarkan dengan biaya
memadai namun bernilai estetika seni tinggi.
Dari hasil kegiatan PPM yang telah dilakukan nanti, terutama yang didasarkan atas
Pelatihan Pengembangan Produktivitas Pengrajin Bambu Melalui Pelatihan Olahan Aneka

4
Pengembangan Produktivitas Pengrajin Bambu Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor
KikiTri Saputra, Dimas Parulian,Bayu Setiawan

Kerajinan Bambu, maka nampakya diperlukan kegiatan pendampingan bagi keberlanjutan bagi
pengrajin bambu lokal di Desa Sukaraksa berupa penguatan kelompok pengrajin lokal guna
pengembangan industri rumah tangga kreatif untuk kerajinan bambu, serta pendampingan
pemasaran hasil olahan kerajinan bambu melalui kerjasama dengan pemerintah lokal setempat
maupun civitas akademika, seperti halnya mahasiswa, guna memasarkan produk olahan bambu
tersebut melalui media sosial . Menurut (Irham, 2015 : 26) Praktek inovasi dilakukan untuk
diversifikasi produk kerajinan, karena selama ini produk kerajinan bambu hanya berupa
kurungan burung, asbak dan gedhek saja, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi agar kerajinan
bambu lebih menarik dan berdaya saing dengan produk kerajinan bambu lainnya.
Hal ini dalam Melaksanakan suatu kegiatan PPM atas dasar pemberdayaan masyarakat
pasti memiliki tujuan-tujuan yang akan dicapai. Tujuan PPM berfungsi sebagai pendorong agar
kegiatan yang dilaksanakan dapat tercapai dan membawa manfaat bagi lingkungan, masyarakat
sekitar maupun anggota atau tenaga kerja yang ada didalam kegiatan tersebut. Selain itu juga
masyarakat menjadi berkembang dalam segi kreatif dan terampil dalam mendesain dan
menciptakan produk lokal dengan mengedepankan bahan alami yang ramah lingkungan
(Kusuma, 2017 : 72). Desa Sukarksa sebagai salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di
bidang industri rumahan (home industry) dalam membuat kerajinan tangan dari bambu memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memanfaatkan bahan baku yang ada yaitu bambu yang melimpah.
2. Untuk mengurangi pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan di pedesaan.
3. Untuk mensejahterakan masyarakat desa agar mendapatkan penghasilan yang tetap.
4. Untuk melestarikan kegiatan menganyam di daerah pedesaan.
Dan jaringan kerjasama dalam suatu perusahaan terutama bagi industri rumahan
sangatlah penting. Industri rumahan yang mayoritas memulai suatu usaha secara mandiri akan
sangat terbantu dengan adanya jaringan kerjasama. Jaringan kerjasama akan membantu dan
memfasilitasi apa saja yang diperlukan dan dibutuhkan dalam pelaksanaan proses kegiatan, baik
dalam segi modal, pemasaran, tenaga kerja, pemasok bahan-bahan yang diperlukan, maupun
pelatih keterampilan (Aswicahyono, 2015 : 11). Memasarkan produk memiliki peranan yang
penting sebab jika barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan
berhenti dan proses kerja juga tidak akan berlangsung. Pemasaran produk akan laku dipasaran
apabila produk yang dibuat memiliki kualitas yang bagus dan sesuai dengan selera serta
kebutuhan dari konsumen. Proses pemberdayaan masyarakat perlu dilaksanakan secara
bertahap, berkesinambungan dan berkelanjutan. Tahapan tersebut harus berjalan secara
sistematis dalam usaha mengubah perilaku dan kebiasaan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Salah satu perkembangan terbaru dalam perekonomian Indonesia adalah masalah pemberdayaan
usaha kecil dan menengah dalam rangka melaksanakan sistem ekonomi kerakyatan. Ekonomi
kerakyatan merupakan bentuk keberpihakan pemerintah terhadap para pelaku ekonomi kecil
dan menengah yang selama ini terlupakan.

SIMPULAN

Nampak bahwa potensi pengolahan bambu menjadi barang yang bernilai tinggi sangat
dimungkinkan, hal ini didasarkan atas pengelolaan kerajinan bambu yang sudah dijalankan oleh
mayoritas masyarakat di Desa Sukaraksa, oleh karena itu dengsn melimpahnya sumber daya
bambu di lingkungan sekitar masyarakat. Dan selain itu penduduk Desa Sukaraksa memiliki
kemampuan dalam membuat perlengkapan rumah tangga yang berbahan dasar dari pohon
bambu, dan hal ini menjadi modal dasar dalam membuat barang kerajinan tangan yang bernilai
seni yang tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi pula.
Dengan adanya PPM ini jika akan dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan
masyarakat, khsusnya para pengrajin bambu dalam mengolah bahan kerajinan menjadi barang
yang memilki nilai jual yang tinggi, dengan sejalannya rencana tersebut nampaknya dibutuhkan
pula semacam pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan pengrajin untuk memasarkan

5
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya | Vol. 01 No.01 | Hal.

produk kerajinannya atau sebuah kegiatan yang dapat mengakomodir kebutuhan para pengrajin
dalam hal pemasaran produknya.

DAFTAR PUSTAKA

Aswicahyono, 2015. Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019.


Cetakan I. PT. Republik Solusi.

Djajasudarma, F. 2010. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung:
PT Refika Aditama.

Hartono, Jogiyanto. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Keenam. BPFE. Yogyakarta.
Harnanto. 2017. Akuntansi Biaya–Sistem Biaya Historis. Andi dan BPFE. Yogyakarta.

Irham, 2015. Analisis Nilai Tambah dan Kontribusi Industri Kerajinan Bambu Pada Distribusi
Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Sleman. Jurnal. Agro Ekonomi. Vol.26 No.2.
Fakultas Pertanian: UGM.

Kusuma, 2017. Peningkatan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha Kerajinan Tangan Anyaman
Bambu Di Desa Rimpak Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo. Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi (skripsi)

Lestari, Wiwik dan Dhyka Bagus Permana. 2017. Akuntansi Biaya Dalam Perspektif
Manajerial. PT Rajagrafindo Persada. Depok.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

Wijaya E.A., N. W. Utami dan Saefudin, 2004. Panduan Membudidayakan Bambu. Puslitbang
Biologi LIPI, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai