Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH BIAYA MAKANAN TERHADAP PENDAPATAN

USAHA BETERNAK BABI DI KECAMATAN DUMOGA


UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

SKRIPSI

OLEH :

AGUSTINA TA’DIAMPANG
0304 135 007

JURUSAN SOSIAL EKONOMI


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2009

1
PENGARUH BIAYA MAKANAN TERHADAP PENDAPATAN
USAHA BETERNAK BABI DI KECAMATAN DUMOGA UTARA
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan guna memenuhi sebagian syarat-syarat


untuk memperoleh gelar pada Fakultas Peternakan
Universitas Sam Ratulangi Manado

OLEH :

AGUSTINA TA’DIAMPANG
0304 135 007

Ketua Pembimbing : Ir. J. M. M. Rembet, MS


Anggota : Ir. V. L. H. Rembang, M.Si
: Ir. J. Pandey, M.Si

JURUSAN SOSIAL EKONOMI


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2009
Pengaruh Biaya Makanan Terhadap Pendapatan Usaha Beternak Babi
Di Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang Mongondow

Oleh :

Agustina Ta’diampang
NIM : 0304 135 007

Menyetujui
Tim Pembimbing

Ir. J. M. M. Rembet, MS
Ketua

Ir. V. L. H. Rembang, M.Si


Anggota

Ir. J. Pandey, M.Si


Anggota
”Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas
Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado Pada Tanggal ..............................

Mengesahkan
Dekan Fakultas Peternakan Pimpinan Jurusan
Universitas Sam Ratulangi Manado Sosial Ekonomi Peternakan

Prof. Dr. Ir. D. R. Mokoagow, MS Ir. A. H. S. Salendu, MS


NIP. 130 533 772 NIP. 130 521 113
RINGKASAN

Agustina Ta’diampang; J. M. M. Rembet*); V. L. H. Rembang*);


J. Pandey*). 2009. Pengaruh Biaya Makanan Terhadap Pendapatan Usaha
Beternak Babi di Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang
Mengondow.

Usaha ternak babi di Dumoga Utara sebagian besar masih bersifat sambilan
dengan cara pemeliharaannya yang tradisional karena itu masih menggunakan tenaga
kerja keluarga. Pada saat musim panen ketersediaan makanan berlimpah sebaliknya di
musim kemarau atau di musim tanam ketersediaan bahan makanan berkurang sehingga
mendorong harga bahan makanan ternak babi meningkat. Rumusah masalah : Dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh biaya makanan terhadap pendapatan usaha
beternak babi di kecamatan Dumoga Utara. Tujuan penelitian ini adalah (1). untuk
mengetahui biaya makanan ternak babi (2). untuk mengetahui besarnya pendapatan
peternak babi dan (3). untuk mengetahui pengaruh biaya makanan terhadap pendapatan
beternak babi.
Penelitian ini telah dilaksanakan di kecamatan Dumoga Utara kabupaten
Bolaang Mongondow propinsi Sulawesi Utara sejak tanggal 20 Februari sampai
dengan tanggal 20 Maret 2009. Penelitian ini menggunakan metode purposive dengan
penentuan desa sampel responden dilakukan dengan cara “Random Sampling” dimana
dari tiga desa sampel yang ada, masing-masing diambil 10% dari jumlah petani
peternak babi. Jumlah keseluruhan sampel yang diambil sebanyak 32 responden.
Model analisis bentuk tabulasi yang dibantu dengan seperangkap analisis matematik.
Dari hasil penelitian bahwa rata-rata biaya makanan ternak babi selama 1 tahun
sebesar Rp. 113.814.000 atau sebesar 59,68 % biaya kandang sebesar Rp. 20.573.000,
biaya vitamin dan obat-obatan sebesar Rp. 1.197.000, biaya tenaga kerja sebesar Rp.
14.250.000 dan pembelian ternak sebesar Rp. 41.800.000. Berdasarkan hasil penelitian
besarnya pendapatan yang diperoleh petani peternak sebesar Rp. 203.931.000 atau rata-
rata sebesar Rp. 6.372.844 per tahun per responden.
Nilai koefisien arah (intercept) sebesar 3295406,573 artinya apabila tidak ada
biaya makanan (X = 0) maka pendapatan usaha peternak babi sebesar 3295406,573.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai korelasi (r) sebesar 0,408 artinya bahwa
keeratan hubungan antara biaya makanan dan pendapatan usaha beternak babi tidak
terlalu kuat. Nilai koefosien determinasi (R2) sebesar 0,166 artinya bahwa variasi naik
turunnya pendapatan beternak babi sangat dipengaruhi oleh biaya makanan (X) sebesar
16,6 % sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
model analisis. Nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0,865. Hal ini menunjukkan jika
biaya makanan naik sebesar Rp. 1.000 maka pendapatan usaha beternak babi akan naik
sebesar Rp. 865.
Kesimpulan 1) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan biaya
makanan per tahun rata-rata sebesar Rp. 3.556.688 atau 59,39 %, biaya obat-obatan per
tahun rata-rata sebesar Rp. 37.406 atau 0,62 %, biaya kandang per tahun rata-rata
sebesar Rp. 642.906 atau 10,73 % dan biaya tenaga kerja per tahun rata-rata sebesar
Rp. 445.313 atau 7,44 %. 2) Usaha ternak babi di Kecamatan Dumoga Utara
memberikan pendapatan per tahun rata-rata sebesar Rp. 6.372.844. 3) Hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa biaya makanan berpengaruh terhadap pendapatan usaha
beternak babi di Kecamatan Dumoga Utara.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

berkat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dan penulisan karya tulis skripsi dengan judul “Pengaruh Biaya Makanan

Terhadap Pendapatan Usaha Beternak Babi di Kecamatan Dumoga Utara

Kabupaten Bolaang Mongondow”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menerima bantuan dan bimbingan

sejak rencana penelitian sampai tersusunnya skripsi ini, untuk itu dengan rasa

hormat dan penghargaan yang tak terhingga serta ucapan terima kasih untuk

semua pihak yang membantu disampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. D. R. Mokoagouw selaku Dekan Fakultas Peternakan dan

Pembantu Dekan yang ada serta seluruh staf dosen Fakultas Peternakan

yang sudah mendidik dan membimbing penulis selama menimbah ilmu

pengetahuan di Perguruan Tinggi Universitas Sam Ratulangi Manado.

2. Ir. A. H. S. Salendu, MS selaku ketua dan Ir. M. A. V. Manese, MSi

selaku Sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Universitas Sam

Ratulangi Manado yang sudah membekali ilmu pengetahuan bagi penulis

selama studi di Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.

3. Ir. J. M. M. Rembet, MS selaku Ketua Pembimbing; Ir. V. L. H. Rembang,

MSi dan Ir. J. Pandey, MSi masing-masing selaku Anggota Pembimbing

yang sudah banyak meluangkan waktu bagi penulis dalam mengarahkan

dan membimbing guna menyelesaikan karya tulis skripsi ini.

ii
4. Prof. DR. Ir. D. A. Kaligis, DEA selaku Dosen Wali yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti

studi di Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.

5. Seluruh staf dosen Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sam Ratulangi

Manado yang sudah membekali ilmu pengetahuan bagi penulis selama

studi di Fakultas Peternakan.

6. Pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow, Ketua BPP Kecamatan

Dumoga Utara dan Pemerintah Desa Mopugad Selatan, desa Mopugad

Utara dan Desa Mopuya Utara dan kepada Responden serta semua pihak

yang telah memberikan bantuan fasilitas dan informasi yang dibutuhkan.

7. Papa dan Mama, Kakak Lukas, Tina, Tappi, Lewi dan juga adik Anto dan

Sudin yang dengan penuh kasih sayang dan kesabaran bahkan dengan

pengorbanan yang telah mendidik dan menopang dalam doa sehingga

penulis boleh menyelesaikan studi Strata Satu (Sarjana).

8. Sahabat-sahabat : Wayan; Helen, Lisa, Salmi, Ketut, Adonia, Yofri, Adit,

Ical, Billy, Yoan dan teman-teman angkatan 2003 terima kasih untuk

persahabatan ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan kekeliruan oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Manado, Oktober 2009

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN

RINGKASAN................................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang........................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian.................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian.................................................................. 3

1.5. Hipotesis................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4

2.1. Usaha Beternak Babi.............................................................. 4

2.2. Biaya Produksi........................................................................ 7

2.3. Harga....................................................................................... 10

2.4. Penerimaan............................................................................. 10

2.5. Pendapatan Peternak............................................................... 11

2.6. Perkandangan Dan Peralatannya............................................ 12

2.7. Makanan Untuk Ternak Babi................................................. 13

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 16

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian................................................ 1


6

3.2. Metode Pengumpulan Data.................................................... 1


6

iv
3.3. Metode Penentuan Sampel..................................................... 1
6

3.4. Variabel Dan Pengukuranya................................................... 1


7

3.5. Model Analisis........................................................................ 1


8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 20

4.1. Keadaan Umum Wilayah........................................................ 2


0

4.2. Penduduk dan Mata Pencaharian............................................ 2


1

4.3. Keadaan Umum Responden................................................... 23

4.3.1 Umur Responden.......................................................... 2


3

4.3.2 Tingkat Pendidikan Responden.................................... 2


4

4.3.3 Usaha Beternak Babi.................................................... 2


5

4.3.4 Pengalaman Memelihara Ternak Babi.......................... 26

4.3.5 Sistim pemeliharaan dan pemilikan ternak................... 2


7

4.4. Perkandangan.......................................................................... 2
7

4.5. Tenaga Kerja........................................................................... 2


8

4.6. Penyakit dan Pencegahannya.................................................. 29

4.7. Makanan................................................................................. 3
0

4.8. Jumlah Pendapatan Peternak Babi di Kecamatan Dumoga


Utara....................................................................................... 3
2

v
4.9. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Biaya Makanan Terhadap
Pendapatan Usaha Ternak Babi.............................................. 3
3

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 35

5.1. Kesimpulan............................................................................. 35

5.2. Saran....................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 36

LAMPIRAN..................................................................................................... 38

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... 45

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Populasi Ternak Babi dan Peternak Babi di Kecamatan Dumoga Utara 1


7

2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Dumoga Utara................................... 2


0

3. Luas Usaha Pertanian di Kecamatan Dumoga Utara.............................. 2


1

4. Keadaan Pekerjaan Utama Responden.................................................... 2


2

5. Keadaan Umur Responden...................................................................... 2


3

6. Tingkat Pendidikan Responden............................................................... 2


5

7. Populasi Ternak di Kecamatan Dumoga Utara....................................... 2


6

8. Pengalaman Responden Beternak Babi di Desa Sampel........................ 27

9. Rata-rata Curahan Waktu Tenaga Kerja Untuk Usaha Ternak Babi


/hari.......................................................................................................... 29

10. Rata-rata Penggunaan Biaya Produksi oleh Petani peternak Babi di


Kecamatan Dumoga Utara Selama 1 Tahun........................................... 3
1

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Populasi Ternak Babi di kecamatan Dumoga Utara............................... 3


8

2. Jumlah Pemilikan Ternak Babi Petani Sampel....................................... 39

3. Biaya Makanan Ternak Babi Pada Peternak Sampel Selama 1 Tahun... 4


0

4. Penerimaan Ternak Babi......................................................................... 4


1

5. Total Biaya Produksi Ternak Babi.......................................................... 4


2

6. Penerimaan Biaya dan Keuntungan........................................................ 4


3

7. Analisis Regresi Sederhana..................................................................... 4


4

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan di Indonesia sebagian besar masih bersifat tradisional, yang

dilakukan oleh para petani disamping usaha lainnya. Ternak adalah hewan

peliharaan yang sebagian besar dari hidupnya di atur dan diawasi oleh manusia

dan dipelihara khusus untuk diambil manfaatnya baik berupa bahan-bahan

maupun jasa-jasa yang dihasilkan olehnya untuk kepentingan manusia

(Sostroamidjojo dan Soeradji, 1990).

Pembangunan peternakan secara umum dimaksud untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat pedesaan terutama petani peternak, dengan jalan

meningkatkan produksi peternakannya disamping itu usaha ini juga dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan akan gizi masyarakat serta memperluas kesempatan

kerja bagi keluarga.

Sejalan dengan itu maka pemerintah telah merumuskan landasan kerja

dengan subsektor peternakan antara lain program peningkatan produksi ternak

untuk di konsumsi dalam negeri melalui jenis ternak yang mudah dipelihara dan

cepat berkembang dengan modal yang relatif kecil.

Ternak babi merupakan salah satu sumber protein hewani yang

mempunyai arti ekonomi yang sangat penting sebagai ternak potong dan sudah

banyak dikenal oleh masyarakat Dumoga Utara. Usaha ternak babi di daerah ini

sebagian besar masih bersifat sambilan dengan cara pemeliharaannya yang

tradisonal karena itu masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.

1
Pada saat musim penen ketersediaan bahan makanan melimpah sebaliknya

di musim kemarau atau di musim tanam ketersediaan bahan makanan ternak babi

berkurang sehingga mendorong harga bahan makanan tersebut, bahkan meningkat

di samping itu di daerah ini sudah tersedia konsentrat yang dapat dibeli

masyarakat tapi harganya mahal.

Usaha beternak babi mempunyai prospek yang baik didukung oleh faktor

agama dan adat istiadat sehingga usaha beternak babi masih berlanjut hingga kini.

Kegiatan ekonomi masyarakat yang bertitik berat pada usaha tani seperti

bercocok tanam padi, kelapa, jagung, dan lain-lain, ikut menyumbang terhadap

ketersediaan pakan ternak di Kecamatan Dumoga Utara. Sehingga memberikan

peluang usaha beternak babi dapat dikembangkan di daerah ini secara terpadu,

dengan usaha tani sebagai usaha utama. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan

kajian secara konprehensif tentang pengaruh biaya makanan terhadap pendapatan

usaha beternak babi di Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang

Mongondow.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam setiap kegiatan usaha peternakan, biaya makanan merupakan hal

penting diperhatikan karena biaya makanan paling besar dalam proses produksi,

untuk itu perlu diketahui bagaimana pengaruh biaya makanan terhadap

pendapatan usaha beternak babi di Kecamatan Dumoga Utara.

2
1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya biaya makanan ternak babi.

2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan peternak babi.

3. Untuk mengetahui pengaruh biaya makanan terhadap pendapatan

beternak babi.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas

Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.

2. Sebagai informasi bagi petani / peternak dalam upaya peningkatan

pendapatan petani.

3. Sebagai bahan acuan atau informasi pengembangan ilmu pengetahuan

bagi peternak babi.

1.5. Hipotesis

Ho : b1 = 0, Biaya makanan tidak berpengaruh terhadap pendapatan

usaha beternak babi.

H1 : b1 ≠ 0, Biaya makanan berpengaruh terhadap pendapatan usaha

beternak babi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Beternak Babi

Peternakan adalah usaha manusia untuk mengembangkan dan memelihara

jenis-jenis hewan tertentu, guna mendapatkan keuntungan sosial ekonomi seperti

daging, susu, pupuk dan lain-lain. Sedangkan ternak ialah salah satu elemen dari

usaha tani yang bersifat komplementer dengan usaha tani tanaman karena ternak

memanfaatkan sisa-sisa hasil ikutan pertanian (Sosroamidjojo, 1975).

Tujuan peternakan ialah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-

besarnya (Prawiro Kusumo, 1990). Menurut Sosroamidjojo (1975) tujuan

peternakan babi adalah untuk mendapatkan anak yang hidup sebanyak-banyaknya

sehingga dengan demikian diperoleh keuntungan yang sebesar-sebasarnya.

Sihombing, (1997) menyatakan, pemberian makanan untuk babi induk

laktasi yaitu 2 kg perhari dan ditambah 0,5 kg bagi setiap ekor anak. Selanjutnya

ada juga yang mengatakan pemberian makanan untuk induk babi laktasi yaitu 2,5

kg ditambah 0,25 kg / ekor anak (Anonimous, 2000). Pemberian makanan pada

babi betina hanya sekitar 2–2,5 kg tiap hari, sampai saat induk dikawinkan,

(Blakely dan Bade, 1991). Selanjutnya pemberian makanan pada babi jantan yang

tidak sedang dikawinkan 1 kg tiap hari, tetapi pada musim kawin diberikan 2,5–3

kg tiap hari.

Menurut Mubyarto (1986), pola pemeliharaan oleh peternak di Indonesia

dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

4
a. Peternakan rakyat dengan cara tradisional

Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan setiap hari oleh anggota

keluarga peternak. Keterampilan sederhana ini menggunakan bibit lokal dalam

jumlah yang terbatas. Makanan utamanya berasal dari sisa-sisa panen dan sisa-

sisa makanan manusia. Tujuan utamanya adalah selain untuk di jual dan juga

untuk di komsumsi.

b. Peternakan rakyat dengan cara semi tradisional

Keterampilan yang mereka memiliki dapat dikatakan sedikit lebih baik

dari yang pertama. Disini mereka sudah mulai menggunakan bibit unggul,

obat-obatan dan makanan penguat. Bahan makanan seperti hasil ikutan panen

berupa bekatul dan jagung di kumpulkan oleh tenaga kerja keluarga sendiri.

Tujuan pemeliharaan ternak adalah untuk menambah pendapatan keluarga dan

untuk di konsumsi sendiri.

c. Peternakan rakyat dengan cara komersial

Usaha ini sudah digunakan oleh golongan yang mempunyai kemampuan

dalam segi modal, sarana produksi dan teknologi yang agak moderen. Semua

tenaga kerja di bayar dan makanan ternak sebagian besar di beli dari luar

daerah dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya adalah mengejar

keuntungan yang sebesarnya.

Menurut Aritonang (1997), Usaha peternakan babi banyak tergantung

pada mutuh tenaga kerja dan tersedianya modal yang dialokasikan. Di

jelaskannya juga bahwa dalam usaha beternak yang baik mencakup beberapa

unsur pokok antara lain:

5
a. Tanah. Tanah berfungsi sebagai tempat bangunan untuk pemeliharaan dan

tempat berlangsungnya proses produksi.

b. Tenaga kerja. Tenaga kerja sangat menentukan karena sebagai

pengendali, pelaksana, melimpah atau teratas dan mutu tenaga kerja yang

dinilai atau yang di ukur dari karya dan loyalitas sangat menentukan

keberhasilan usaha.

c. Modal. Modal dapat berbentuk barang atau uang, modal milik sendiri atau

pinjaman hendaknya digunakan terencana dan bijak sehingga diperoleh

likuiditas yang terbaik.

d. Manajer. Manajer merupakan otak penggerak unsur-unsur produksi.

Manajer dan pengusaha harus berfungsi sebagai perencana, penata,

pengarah, pengawas, inovator dari usaha beternak babi. Manajer yang

menentukan bagaimana ternak babi yang cocok sejalan dengan seluruh

usaha dan menentukan bagaimana sumber daya usaha dibagi secara

seimbang.

Babi merupakan penghasil daging yang sangat efisiens di antara ternak-

ternak lain, sehingga arti ekonominya sebagai ternak potong sangat tinggi.

Hal ini disebabkan karena:

1. Babi merupakan hewan yang paling efisien dalam mengubah makanan

menjadi daging.

2. Babi merupakan hewan prolifik (beranak lebih dari satu ekor).

3. Persentase karkas babi besar yaitu 65-80 %.

4. Daging babi mempunyai nilai energi yang tinggi yaitu 105 kalori.

5. Babi dapat merubah waste produk yang kurang baik bagi manusia.

6
6. Babi dapat beradaptasi pada sistem ” self feeding” sehingga sangat

mengurangi biaya buruh.

7. Usaha beternak babi menbutuhkan modal permulaan yang relatif kecil.

Menurut Leftwich (1970), dan Salvator (1974) dalam Blakely dan Bade

(1991), ada beberapa sifat yang menguntungkan dari ternak babi yaitu:

- Babi adalah ternak yang paling cepat pertumbuhannya, untuk di pelihara

dan kemudian di jual.

- Jumlah anak yang dilahirkan lebih dari satu.

- Jarak antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya pendek.

Memungkinkan untuk menjualnya dalam jumlah yang besar, hal inilah

yang membuat babi mudah untuk diusahakan karena pemeliharaan ternak babi

memerlukan waktu yang relatif singkat.

Umumnya pemeliharaan ternak babi masih bersifat sambilan belaka

dengan cara sederhana dan untuk di konsumsi sendiri, tapi akhir-akhir ini

mulai terlihat perubahan dari cara tradisional kearah komersial dengan

mengutamakan peningkatan produksi menjadi ajang bisnis (Aritonang, 1993).

Disamping untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, memperluas industri

dan perdagangan, mempertinggi pendapatan nasional, menfaatkan tenaga kerja

anggota keluarga dan mempertinggi daya guna tanah (Mosher, 1968).

2.2. Biaya Produksi

Biaya produksi suatu usaha adalah semua pengeluaran (pembiayaan) dari

semua faktor-faktor produksi yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan atau proses

produksi (Tohir,1991). Menurut Mubyarto (1986), dalam setiap usaha tani harus

7
memperhitungkan produksi dan biaya produksi, karena memperhitungkan besar

kecilnya pendapatan petani tidak terlepas dari perhitungan biaya produksi yang

dikorbankan.

Kartasapoetra (1988), menyatakan bahwa biaya produksi yaitu semua

pengeluaran yang harus dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor-faktor

produksi bahan-bahan penunjang lainnya yang akan digunakan agar produk-

produk tertentu yang telah di rencanakan dapat terwujud dengan baik.

Lebih lanjut dikatakan oleh Soekartawi (1993), biaya produksi usaha ini

dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap (fixid cost) dan biaya tidak tetap (variabel

cost).

1. Biaya tetap. Didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan

terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.

2. Biaya tidak tetap. Didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Menurut Muyarto (1996) dan Soekartawi (1993), bahwa faktor produksi

dalam suatu proses produksi ada empat sumber daya yang merupakan faktor

produksi penting yaitu tanah (tanah milik, tanah sewa, dan lain-lain), (tenaga

kerja manusia, tenaga kerja ternak), kandang, peralatan, dan barang-barang

investasi lainnya serta manajemen yang berfungsi mengkordinasi faktor produksi

lainnya.

Soekartawi (1993), setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti

memerlukan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja ini di sesuaikan dengan

besarnya skala usaha yang dilaksanakan para petani yang kecil-kecil yang

biasanya hanya membutuhkan tenaga keluarga dan jika usaha tani tersebut sudah

8
lebih besar maka akan membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Lebih lanjut

Adiwilaga (1982), sumber tenaga kerja:

1. Tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga.

2. Tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga.

Faktor produksi lain setelah tenaga kerja adalah modal. Modal adalah

barang atau uang bersama faktor-faktor produksi lainnya yang menghasilkan

barang baru yaitu hasil pertanian. Dalam pertanian subsistem, tanah seringkali

dinyatakan sebagai modal pokok bagi petani disamping tenaga kerjanya oleh

karena itu modal cenderung diartikan sebagai alat atau barang dan dapat

berbentuk uang yang dapat dipakai lagi dalam proses produksi (Mubyarto, 1986).

Selanjutunya Adiwilaga (1982), bahwa modal itu tidak lain dari pada sebagian

hasil produksi yang disisihkan untuk digunakan dalam produksi selanjutnya.

Soekartawi (1993), mengklasifikasikan modal dalam usaha tani sebagai

kekayaan, baik merupakan uang maupun barang yang digunakan untuk

menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu

proses produksi, dengan demikian pembentukan modal mempunyai tujuan yaitu :

a). Untuk menunjang pembentukan modal yang lebih lanjut: b). Untuk

meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani. Lebih lanjut Soekartawi

(1993). Modal terbagi dalam dua macam yaitu: a). Barang-barang yang tidak

habis di pakai dalam sekali proses produksi, misalnya peralatan-peralatan dalam

usaha tani dan bangunan b). barang-barang yang langsung habis dalam sekali

proses produksi misalnya makanan tenaga kerja dan obat-obatan.

9
2.3. Harga

Harga adalah tingkat kemampuan suatu barang untuk ditukarkan dengan

barang lain (Mubyarto,1986). Selanjutnya dikatakan bahwa harga merupakan

ukuran nilai dari barang-barang atau jasa.

Bishop dan Toussaint (1979), perubahan harga pada suatu barang

mempunyai dua pengaruh yang berlainan pada kebiasaan seseorang yaitu

pengaruh permintaan dan pengaruh subtitusi. Selanjutnya dikatakan apabila

terjadi perubahan harga suatu barang maka konsumen akan merubah jumlah

barang yang dimintanya untuk disubstitusi dengan barang lain.

Soekartawi (1993), menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang

maka semakin berkurang jumlah permintaan barang tersebut dan sebaliknya

semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak jumlah permintaan

akan barang tersebut, dengan catatan bahwa faktor lain yang mempengaruhi

jumlah permintaan dianggap tetap.

2.4. Penerimaan

Salah satu faktor yang merangsang para peternak untuk mengembangkan

usaha tergantung dari besarnya penerimaan dan keuntungan yang diperoleh

perdagangan (Mosher, 1986).

Menurut Boediono (1992), penerimaan total adalah nilai produksi yang

dihasilkan dari suatu usaha dan merupakan hasil dari penjualan outputnya. Besar

kecilnya penerimaan di tentukan oleh besarnya jumlah produksi yang di hasilkan

dan harga penjualan produksi. Muyarto (1986), menyatakan bahwa penerimaan

adalah total dari produksi jasa yang di jual di kali dengan harga. Selanjutnya

10
Winardi (1984), mengemukakan hasil penjualan produk merupakan hasil

penjualan produk penerimaan.

2.5. Pendapatan Peternak

Pendapatan pada hakekatnya ditentukan antara lain oleh peningkatan

produksi, dimana peningkatan produksi ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan

dan pendayagunaan faktor produksi (Billas,1989).

Pendapatan peternak bersumber dari berbagai jenis kegiatan, besarnya

kegiatan dari berbagai sumber tersebut tergantung dari sumber-sumber yang

sudah di kuasai Pendapatan utama dari peternak di peroleh dari hasil ternak, di

mana hasil tersebut di jumlahkan tiap satu periode produksi kemudian di kalikan

dengan harga jual, kemudian hasil ini di kurangi dengan biaya-biaya maka di

peroleh pendapatan bersih dari peternak (Mubyarto, 1986) sedangkan menurut

Mosher (1968), komponen penerimaan usaha beternak babi adalah seluruh ternak

yang terjual dikalikan dengan harga yang berlaku dalam periode pemeliharaan

sedangkan pendapatan yang diperoleh dari peternak merupakan selisih antara

penerimaan dan pengeluaran biaya-biaya produksi.

Pendapatan kotor ialah nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu

tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual dan semua produk dikalikan

dengan harga pasar (Soakartawi, 1993).

Menurut Aritonang (1993), analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur

apakah kegiatan usaha pada saat itu berhasil atau tidak, komponen pendapatan

mana yang merupakan penentuh dan apakah masih dapat di tingkatkan. Satu

usaha di katakan berhasil kalau situasi pendapatannya memenuhi syarat, cukup

11
untuk menbayar semua sarana produksi termasuk biaya angkutan dan

administrasi, cukup untuk menbayar upah dan jasa-jasa lain yang terlibat atau di

libatkan dalam usaha.

2.6. Perkandangan Dan Peralatannya

Kegunaan kandang begitu besar, baik terhadap hewan yang di pelihara

ataupun pada peternaknya, sebab kandang berfungsi (Anonimous, 2000) :

1. Untuk menghindarkan terhadap lingkungan yang merugikan, misalnya adanya

angin langsung, air hujan dan terik matahari.

2. Untuk mempertahankan kehagatan dalam kandang di waktu malam dan

dingin.

3. Mempermudah tatalaksana misalnya pemberian makan, air minum, dls.

4. Mempermudah melakukan pengawasan dalam penggunaan makanan.

5. Mempermudah melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan serta

kemungkinan adanya gejalah penyakit.

6. Menghemat tempat dan mengurangi pengontrolan disembarang tempat.

7. Mempermudah melakukan pengawasan terhadap gangguan keamanan seperti

pencurian dan binatang buas.

Peralatan kandang yang umum adalah semua fasilitas yang diperlukan

dalam menciptakan penyamanan ternak yang menggunakannya termasuk tempat

makan dan minum, pengatur suhu, kelembaban, penerangan, dan ventilasi,

pencemaran limbah. Berbagai peralatan untuk menimbang, rekording dan

marking, serta alat lain untuk keperluan monitoring dan dokumentasi data

produksi (Aritonang, 1997).

12
2.7. Makanan Untuk Ternak Babi

Menurut Anonimous (2000), bahan makanan sumber protein yaitu :

1. Tepung ikan. Ikan di buat dari sisa-sisa ikan atau yang terdiri dari

kepala, kerangka dan ekor. Kualitas tepung ikan yang paling baik adalah

yang berasal dari ikan putih, sebab kadar minyaknya tidak lebih dari 6%

dari kadar kadar garamnya 4%.

2. Susu skim ialah air susu yang sudah di turunkan kadar lemaknya

menjadi ± 0,1 %. Susu skim ini merupakan salah satu bahan makanan

yang bermutu, terutama bagi babi-babi induk yang sedang menyusui

dan babi muda.

3. Susu skim bubuk. Susu skim bubuk mengandung 35% protein,

sedangkan mineral, fati dan vitamin (Riboflavin) rendah.

4. Bungkil kedelai diperoleh dari kedelai yang diambil minyaknya.

Kandungan protein 38 %, agak lebih rendah dari pada bungkil kacang

tanah yang kadar proteinnya 41%. Akan tetapi kedelai kaya akan lisin

atau merupakan sumber protein nabati yang sangat penting untuk babi.

5. Bungkil kacang tanah adalah hasil ikutan kacang tanah yang sudah

diambil minyaknya, bahan ini kurang cocok untuk babi, karena

kandungan lisin dan Ca rendah. Akan tetapi apabila bungkil sulit

diperoleh atau terlampau mahal, bungkil kacang tanah ini, bisa dipakai

sebagai pengganti dengan ketentuan yang kurang di perhitungkan dan di

ganti dengan bahan lain.

13
Bahan Makanan Sebagai Sumber Energi :

1. Jagung adalah bahan makanan babi yang sangat bagus, karena banyak

mengandung karbohidrat. Tetapi bahan ini harus digiling halus, sebab bila

tidak akan kurang manfaat baik jagung kuning maupun putih, keduanya bisa

dipergunakan walaupun yang putih kadar vitaminnya rendah.

2. Katul. kualitas katul bermacam-macam, keadaan kualitas ini tergantung pada

jumlah brambut yang terdapat didalam katul itu sendiri. Katul yang

persentase brambutnya tinggi berarti berkualitas rendah, dan katul banyak

mengandung fat, sehingga pada musim panas atau lembab, katul mudah

tengik. Katul yang rusak atau tegik akan mengganggu alat pencernaan dan

menyebabkan vitamin-vitamin yang terdapat didalamnya hancur.

3. Mellase. bisa diberikan pada babi dalam campuran makanan sebanyak 5%.

Mellase ini bisa mengikat makanan, sehingga makanan terhambur.

Bahan Makanan Hijauan :

1. Hijauan segar. hijauan merupakan salah satu bahan makanan yang sangat

penting bagi pemeliharan babi-babi kecil dan babi-babi bibit. Tetapi yang

perlu di pikirkan ialah bahwa babi kecil tak manpu mencerna serat kasar,

maka kepada babi-babi kecil-kecil tersebut tak bisa di berikan bahan

makanan hijaun serat kasarnya lebih tinggi.

2. Tepung daun lamtoro. Tepung daun lamtoro sering di tambahkan pada

makanan, terutama babi induk bibit dan anak-anak babi. Sebab bahan

tersebut kandungan mineral dan vitaminnya tinggi, akan tetapi karena bahan

ini mengandung toxin (racun Mymocin) maka jumlah yang bisa di berikan

kepada ramsum tidak boleh melebihi 5% dari seluruh campuran makanan.

14
Pemakaian yang berlebihan atau terlampau banyak berarti akan menambah

toxin yang lebih besar pula. Hal ini bisa berakibat bulunya rontok, dan bagi

babi bunting bisa menyebabkan keguguran.

Menurut Aritonang (1997) dan Sihombing (1997) kebutuhan zat-zat

makan untuk ternak babi yaitu :

- Air. Ternak mendapat air dari tiga sumber yakni air metabolik (hasil

pembakaran karbohidrat, lemak dan protein), air yang terikat pada pakan

atau ransum, dan air yang di minum. Air ini terlihat pada berbagai fungsi

fisiologi yang diperlukan dalam mempertahankan dan mencapai

performans maksimum. Kebutuhan air berkaitan dengan konsumsi pakan

dan berat badan.

- Energi. Karbohidrat, lemak dan protein berfungsi sebagai penghasil energi

bagi kebutuhan ternak dengan derajat efisien yang berbeda.

- Karbohidrat. Untuk menentukan karbohidrat atau hidrat arang suatu pakan

atau ransum adalah dihitung dari total bahan ekstrak tanpa nitrogen.

Komponen utama zat ini adalah pati.

- Lemak atau minyak ransum umumnya di kenal sebagai protein kasar.

Protein dalam ransum menyediakan asam amino esensial yang cukup

untuk kebutuhan babi dan juga sumber nitrogen untuk membentuk asam

amino non esensial dalam tubuh.

- Vitamin-vitamin adalah bahan-bahan organik yang esensial dalam

kuantum sedikit bagi kesehatan, pertumbuhan, reproduksi dan kebutuhan

pokok satu spesies atau beberapa spesies ternak yang harus ada dalam

makanan, sebab tidak cukup disintesis untuk memenuhi kebutuhan tubuh

atau tidak disintesis sama sekali dalam tubuh.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten

Bolaang Mongondow Propinsi Sulawesi Utara sejak tanggal 20 Februari sampai

dengan tanggal 20 Maret 2009.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer

di kumpulkan melalui wawancara langsung kepada peternak, sebagai responden

dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang disediakan, berupa identitas

responden, jumlah ternak babi, induk betina dan jantan, jumlah ternak yang dijual

setahun yang lalu, pendapatan usaha beternak babi, harga ternak babi, bahan-

bahan makanan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam satu tahun pemeliharaan.

Data sekunder diperoleh melalui instansi atau kantor yang erat kaitanya dengan

penelitian ini seperti yakni kantor kecamatan Dumoga Utara dan BPP (Balai

Penyuluhan Pertanian). Data yang diambil berupa populasi ternak, data

kependudukan dan data kegiatan ekonomi.

3.3. Metode Penentuan Sampel

Penentuan desa sampel dilakukan dengan cara ”Purposive Sampling”

dengan kriteria yaitu desa-desa tersebut memiliki ternak babi yang terbanyak. Dari

12 desa yang ada di Kecamatan Dumoga Utara diambil 3 desa yakni desa

16
Mopugad Utara, desa Mopugad Selatan, dan desa Mopuya Utara. Penentuan

sampel responden dilakukan dengan cara “Random Sampling” dari tiga desa

sampel yang ada, masing-masing diambil 10% dari jumlah petani peternak babi.

Jumlah keseluruhan sampel yang diambil sebanyak 32 responden. Hal ini dapat

dilihat pada tabel 1 :

Tabel 1. Populasi Ternak Babi dan Peternak Babi di Kecamatan Dumoga Utara

Jumlah Jumlah
No Desa Jumlah Ternak
Peternak Responden
1. Mopugad Utara 900 100 10
2. Mopugad Selatan 1,917 130 13
3. Mopuya Utara 883 90 9
Total 3,700 320 32

3.4. Variabel Dan Pengukuranya

 Jumlah ternak adalah pemilikan ternak babi yang dipelihara oleh peternak

yang dihitung berdasarkan jumlah ekor pertahun.

 Biaya makanan adalah jumlah bahan makanan pakan ternak yang

diberikan peternak babi dikali harga perkilogram(Rp / thn).

 Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan sebagai akibat

penggunaan faktor-faktor produksi dihitung dalam Rp / thn.

 Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan ternak babi

dan sisa ternak yang ada di hitung dengan satuan rupiah per periode atau

satu tahun.

 Pendapatan adalah seluruh penerimaan dikurangi biaya produksi selama

satu tahun yang dihitung dalam satuan rupiah.

17
3.5. Model Analisis

Data yang diperoleh kemudian diolah lebih lanjut ke dalam suatu bentuk

tabulasi. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya biaya makanan ternak babi akan

digunakan suatu model perhitungan matematika sebagai berikut

Σ C i  X 1 x Pi ............................................................................ (1)

Dimana

Ci = Jumlah biaya makanan

Ci = Biaya makanan / bahan makanan

Xi = Jumlah input

Pi = harga / bahan makanan

Untuk mengetahui besarnya pendapatan peternak babi, digunakan formula

matamatis sebagai berikut :

Pn = Tp – Tb.................................................................................. (2)

Dimana

Pn = Pendapatan

Tp = total penerimaan (Rp/Thn)

Tb = total biaya makanan (Rp/Thn)

Untuk mengetahui pengaruh biaya makanan terhadap pendapatan beternak

babi digunakan formula matematis sebagai berikut :

Y = f (X)

Dimana

Y = Pendapatan

X = Biaya makanan

f = Notasi hubungan fungsional

18
Metode ini dapat diturunkan ke dalam persamaan regresi linear sederhana

sebagai berikut :

Y = b0 + b1 x + ei.......................................................................... (3)

Y = Pendapatan pada usaha beternak babi (Rp/Thn)

b0 = Intercept

b1 = Koefisien parameter

ei = Indeks bias

Dengan menggunakan model analisis persamaan regresi linear di atas

maka akan diperoleh koefisien regresi dari variabel yang estimasi, untuk melihat

besarnya variasi variabel dependen karena variasi variabel independen maka

dicari dengan menggunakan koefisien korelasi (r) regresi sederhana dan

menggunakan determinasi (r2) dan untuk melihat pengaruh nyata variabel

independen dengan dependen.

Untuk menguji pengaruh variasi variabel independen secara parsial

terhadap pendapatan dapat digunakan uji t hit sebagai berikut :

b1
t , hit =
sb 1

Bila nilai t hit >t tabel maka di terima H1 dan sebaliknya Bila nilai t hit <t tabel maka

diterima H0 (Soekartawi, 2001).

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah

Kecamatan Dumoga Utara merupakan salah satu kecamatan yang berada

di wilayah pemerintahan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi

Sulawesi Utara. Luas wilayah 41114,75 hektar. Letak Kecamatan sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Lolak, sebela selatan berbatasan dengan

Kecamatan Dumoga Timur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Dumoga

Barat. Topografi tanah yaitu dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan

laut kurang lebih 150 meter (Statistik Kecamatan, 2008).

Kecamatan Dumoga Utara terdiri dari 12 desa dan mempunyai temperatur

maksimum berkisar antara 27-29 oC dan minimum 20-22 oC, dimana daerah ini

merupakan daerah pertanian, luas tanah perkebunan  607 ha, Persawahan

 5061 ha, Pekarangan  1621 ha, hutan Negara  24785 ha, kolam  15,75 ha,

palawija  69 ha, wilayah hutan mempunyai luas terbesar dibandingkan dengan

luas lahan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Dumoga Utara


No Uraian Luas Areal (Ha) Persentase (%)
1. Hutan 24785 73,46
2. Persawahan 5061 15,00
3. Pekarangan 1621 4,84
4. Palawija 690 2,04
5. Kolam 15,75 4,66
Total 33,732 100,00
Sumber: Kantor Kecamatan Dumoga Utara 2008

20
Daerah persawahan terdiri dari sawah irigasi dan non irigasi. Tanah

pertanian di Wilayah ini berupa tanah sawah dan ladang yang luasnya 6358 ha.

Dari luas wilayah keseluruhan, tanaman yang diusahakan umumnya adalah padi,

jagung, ketela pohon, ketela rambat dapat dilihat pada Tebel 3.

Tabel 3. Luas Usaha Pertanian di Kecamatan Dumoga Utara

No Jenis Tanaman Luas (Ha) Produksi/ton/tahun


1. Tanaman Kuartal
- Padi 874,4 860
- Jagung 669,8 266
- Kedelai 669,8 195
- Ketela pohon 90,60 20
- Ketela rambat 99,89 129
- Kacang tanah 89,87 67
- Kacang hijau 9,90 2
- Sayuran 598,80 95
- Buah – buahan 790,30 70
2. Tanaman Tahunan
- Kakao 690,9 16,524
- Cengkih 8,91 11,33
- Kelapa 291 398,950
Sumber: Kantor Kecamatan Dumoga Utara 2008

Secara keseluruhan di Kecamatan Dumoga Utara memiliki kondisi tanah

yang sangat subur, hal ini memungkinkan pendayagunaan tanah untuk sektor

pertanian khususnya tanaman pangan. Tanaman pangan yang cocok untuk

dibudidayakan di sini adalah jenis tanaman kwartal dan tahunan serta dapat

menunjang usaha peternakan.

4.2. Penduduk dan Mata Pencaharian

Dalam tahun 2008 penduduk di Kecamatan Dumoga Utara berjumlah

10.393 jiwa yang terdiri dari laki – laki 5.338 jiwa sedangkan Perempuan

berjumlah 5.555 jiwa tahun 2008. Rata – rata penduduk bermata pencaharian

21
petani. Penduduk yang ada di Kecamatan Dumoga Utara memeluk Agama Islam

5422 jiwa, Kristen Protestan 1147 jiwa, Kristen Katolik 106 jiwa, Hindu 3633

jiwa. Kerukunan hidup beragama sangat baik, suku yang ada di daerah ini cukup

beragam yaitu suku Mongondow, Minahasa, Gorontalo, Bali, Sangihe, Bugis dan

Tionghoa. Setiap suku memiliki kebiasaan adat masing-masing namun dapat

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan di sekitarnya.

Tabel 4. Keadaan Pekerjaan Utama Responden


No. Sumber Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase
1. Petani 18 56,2
2. Pedagang 5 15,6
3. Pegawai 4 12,5
4. Tukang 3 9,4
5. Buruh 2 6,3
Total 32 100,00

Tabel 4 menunjukkan bahwa pekerjaan utama terbesar adalah petani yaitu:

sebesar 56,2%, kemudian diikuti Pedagang 15,6%, Pegawai 12,5%, tukang 9,4%

dan Buruh 6,3%. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa angka terbesar berada pada

tingkat petani, ini menunjukkan bahwa masih besarnya ketergantungan penduduk

terhadap sektor pertanian sebagai sumber pendapatan utamanya, karena peternak

di Kecamatan Dumoga Utara beternak babi sebagai usaha sampingan. Usaha

pertanian di Kecamatan Dumoga Utara sangat penting bagi petani, karena semua

hasil pertanian akan dijual untuk membantu kebutuhan keluarga.

Untuk menunjang aktifitas perekonomian di Kecamatan Dumoga Utara ini

terdapat lembaga-lembaga perekonomianm, diantaranya adalah pasar. Di

Kecamatan Dumoga Utara ada tiga pasar yaitu pasar Mopuya, pasar Mopugad,

dan pasar Dumara. Ketiga pasar ini merupakan pasar yang paling ramai

dikunjungi diantara pasar-pasar yang ada di Dumoga Utara karena pasar ini

22
merupakan sentral dari semua kecamatan Dumoga Utara, dalam seminggu

aktivitas pasar dilakukan di pasar Mopugad dua kali seminggu, dalam seminggu

aktivitas pasar dilakukan tiga kali seminggu di pasar Mopuya dan pasar Dumara

dilakukan aktivitas pasar dua kali seminggu. Hasil ternak dijual sebagian ke pasar

dan sebagian langsung ke pedagang pengumpul.

4.3. Keadaan Umum Responden

4.3.1 Umur Responden

Seorang petani dalam usaha taninya mempunyai beberapa fungsi yang

sekaligus di jalankannya yaitu sebagai manejer, juru tani, kepala keuangan serta

anggota masyarakat. Ketrampilan petani dalam kedudukannya sebagai juru tani di

tentukan oleh faktor umur dan tingkat pendidikan. Tingkat umur mempunyai

kemampuan fisik petani, dimana semakin tinggi tingkat umur petani akan semakin

berkurang kemampuan kerjanya baik pekerjaan dalam bertani maupun luar tani.

Menurut Mubyarto (1994) umur yang tergolong produktif dalam arti mampu

melaksanakan usaha adalah 15 – 55 tahun. Dari data yang dikumpulkan keadaan

umur responden berfariasi antara 20 tahun sampai dengan 52 tahun dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Keadaan Umur Responden

No Tingkat Umur (tahun) Jumlah Responden Persentase


1. 20 – 30 11 34,38
2. 31 – 41 12 37,50
3. 42 – 52 6 18,75
4. > 52 3 9,37
Total 32 100,00

23
Dari Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa responden yang berumur 31 – 41

tahun merupakan bagian yang terbesar yaitu: 37,5% kemudian diikuti oleh

responden yang berumur 20 – 30 Tahun yaitu: 34,38%, umur 42 – 52 tahun

sebesar 18,75% dan umur lebih dari 52 tahun sebesar 9,7% keadaan ini

menunjukkan bahwa 32 responden tersebut berada pada usia produktif dalam arti

kondisi fisik dan kemampuan kerja baik dan memiliki kematangan dalam

mengambil keputusan. Menurut Prawiro Kusumo (1991), bahwa tingkat umur

produktif berkisar pada 16 – 64 tahun. Umur mempengaruhi pengalaman dan

keterampilan seseorang serta penyerapan teknologi baru dll.

4.3.2 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan salah satu sarana penunjang dalam pembangunan

baik sektor pertanian, sektor industri dan jasa. Pendidikan dari seseorang akan

mempengaruhi cara berpikir sehingga dalam bekerja mereka memperhitungkan

pekerjaan yang menguntungkan dan merugikan mereka (Soekartawi, dkk 2001).

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan ketrampilan

peternak khususnya cara beternak Babi yang baik, dengan adanya pendidikan

diharapkan pola berpikir peternak semakin meningkat sehingga dapat merangsang

pembaharuan dalam bidang ekonomi dan aspek lainnya dalam kehidupan

masyarakat.

Tingkat pendidikan responden yang dilihat yaitu tingkat pendidikan formal

yang dicapai. Untuk tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

24
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase


1. SD 12 37,50
2. SLTP 8 25,00
3. SLTA 6 18,75
4. AKADEMI 4 12,50
5. SPG 2 6,25
Total 32 100,00

Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada pada

tingkat pendidikan SD 37,5%, kemudian SLTP 25%, SLTA 18,7%, AKADEMI

12,5% dan SPG 6,25%. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian

besar peternak masih berada pada taraf pendidikan yang masih rendah, tetapi

walaupun tingkat pendidikan SD lebih besar namun pengalaman peternak babi

dilakukan secara turun-temurun. Latar belakang pendidikan petani/peternak

mempunyai pengaruh dalam menyerap teknologi dan keterampilan manajemen

dalam mengolah usahanya. Diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan

semakin rasional dalam cara berpikir.

4.3.3 Usaha Beternak Babi

Di kecamatan Dumoga Utara terdapat beberapa jenis ternak yang

dipelihara oleh masyarakat, populasi ternak. Tabel 7 menunjukkan bahwa

populasi ternak ayam paling banyak kemudian ternak babi. Namun demikian

usaha ternak babi bisa membantu keluarga petani peternak dalam meningkatkan

atau menambah pendapatan walaupun hanya sebagai usaha sambilan. Disamping

itu animo masyarakat untuk memelihara ternak babi cukup tinggi.

25
Tabel 7. Populasi Ternak di Kecamatan Dumoga Utara

No Jenis Ternak Jumlah


1. Ayam Ras Petelur 17681
2. Ayam Buras 16425
3. Babi 4113
4. Itik 2443
5. Ayam Ras Pedaging 300
6. Kambing 204
7. Sapi 906
Sumber: Kantor Kecamatan Dumoga Utara 2008

4.3.4 Pengalaman Memelihara Ternak Babi

Pengalaman memelihara ternak babi merupakan salah satu faktor internal

yang berpengaruh terdapat produktivitas usaha pemeliharaan ternak babi.

Keterkaitan memelihara ternak babi tidak lepas dari keberadaan usaha ternak babi

yang sifatnya turun-temurun dari keluarga yang satu kepada keluarga yang

lainnya atau dari orang tua kepada anak-anaknya. Dampak dari hal tersebut

bahwa, walaupun pengalaman memelihara ternak babi cukup lama karena

lingkungan usaha yang turun temurun (tradisional) dan sifatnya mewarisi tradisi /

budaya yang berkembang, maka produktivitas usahanya rendah sehingga output

(produksi) yang dihasilkan juga rendah. Kendala yang lain ialah petani peternak

babi merupakan bagian usaha dari usaha tani yang dapat memanfaatkan sisa

pertanian, manajemen pemberian makanan tidak diberikan sesuai dengan standar.

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah responden menurut lama beternak bervariasi

5 – 10 tahun, sebanyak 15 orang atau sebesar 46,87% diikuti lama beternak 11 –

27 tahun sebesar 34,38%, sedangkan lama beternak 21 – 31 tahun sebesar 12,50%

dan lama beternak > 31 tahun sebesar 6,25%. Pengalaman responden beternak

babi pada desa sampel dapat dilihat pada tabel 8.

26
Tabel 8. Pengalaman Responden Beternak Babi di Desa Sampel

No Lama Beternak Jumlah Presentase (%)


1 5 – 10 15 46,87
2 11 – 20 11 34,38
3 21 – 31 4 12,50
4 > 31 2 6,25
Jumlah 32 100,00

4.3.5 Sistim pemeliharaan dan pemilikan ternak

Beternak babi sudah lama dikenal masyarakat di Kecamatan Dumoga

Utara, namun sistim pemeliharaannya masih bersifat semi tradisional. Dalam

penelitian ini beternak babi dilakukan dengan sistim penggemukan dan ada

sebagian dipelihara khusus babi induk. Latar belakang pemeliharaan ternak babi

di daerah ini adalah sebagai usaha sampingan untuk menambah pendapatan

disamping usaha pokok. Tujuan lain adalah sebagai modal yang sewaktu-waktu

dapat diuangkan untuk persiapan hari raya ke agamaan, memanfaatkan hasil

ikutan pertanian terutama dedak padi. Pemilikan ternak adalah milik sendiri dan

jenis ternak babi yang dipelihara responden adalah ternak babi ras dan lokal.

4.4. Perkandangan

Kandang menurut kontruksinya dibagi dua yaitu kandang tunggal, yakni

bangunan kandang yang terdiri dari satu baris saja, dan kandang ganda yakni

kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun

bertolak belakang (Anonimous, 2000). Pemeliharaan secara intensif adalah

kehidupan ternak babi secara menyeluruh dikendalikan oleh peternak, atau ternak

babi dikandangkan.

27
Kandang pada hakekatnya adalah tempat tinggal ternak babi agar

terlindung dari pengaruh iklim (hujan, terik matahari, angin dan melindungi

ternak babi pada malam hari). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sistem

perkandangan ternak babi di Kecamatan Dumoga Utara adalah sistem

perkandangan sebagian besar sudah menggunakan sistem perkandangan permanen

dan semi permanen. Dalam penelitian ini konstruksi kandang yang digunakan

peternak babi adalah kandang tunggal dan kandang ganda.

4.5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah bersifat menyumbangkan tenaganya dan berfungsi

sebagai manajer usaha ternak yang mengatur organisasi secara keseluruhan. Dari

hasil penelitian diperoleh bahwa keseluruhan responden masih menggunakan

tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga atau peternak itu sendiri yang

menjadi tenaga kerja. Menurut Aritonang (1997), tenaga kerja sangat menentukan

pengendalian dan pelaksana penggunaan tenaga kerja pada dasarnya disesuaikan

dengan skala usaha yang diusahakan.

Dalam usaha peternakan yang berskala kecil biasanya membutuhkan

tenaga kerja dalam keluarga, dan jika usaha tersebut bertambah maka akan

membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga. Dalam mengukur produktifitas

kerja dari usaha tani ada 2 yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Jumlah tenaga kerja yang benar-benar dipakai dalam proses produksi dan

kualitas kerja

2. Pengukuran tenaga kerja digolongkan dalam satusatuan unit kerja

28
Soekartawi (1996) Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti

memerlukan tenaga kerja, penggunaan tenaga kerja ini disesuaikan dengan

besarnya skala usaha yang dilaksanakan para petani yang kecil-kecil biasanya

hanya membutuhkan tenaga keluarga dan jika usaha tani tersebut lebih besar maka

akan membutuhkan tenaga kerja luar keluarga.

Dalam penelitian ini semua responden hanya menggunakan tenaga kerja

dalam keluarga, dalam usaha ternak babi total waktu yang digunakan / hari 185

menit. Jam kerja yang digunakan yaitu untuk memberi makan, mencampur

makanan, mencari bahan makanan, membersihkan kandang, dan memandikan

ternak babi dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Curahan Waktu Tenaga Kerja Untuk Usaha Ternak Babi /hari.

No Kegiatan Jlh Jam Kerja (Jam)


1 Mencari bahan makanan 45 menit
2 Mencampur bahan makanan 30 menit
3 Membersihkan kandang 35 menit
4 Memandikan ternak babi 30 menit
5 Memberikan makanan ternak babi 45 menit
Jumlah 185 menit

4.6. Penyakit dan Pencegahannya

Pengontrolan kesehatan ternak telah dilakukan, meskipun belum semua

peternak mengetahui cara pencegahan maupun pengobatan penyakit secara benar.

Penyakit yang sering menyerang ternak babi di daerah penelitian yaitu mencret

(scours) dan anemia, tindakan yang diambil yaitu dengan sanitasi dan memberikan

makanan yang baik serta memberikan obat-obatan yang rutin terhadap ternak babi

yang terkena penyakit.

Munculnya penyakit dalam suatu usaha beternak babi banyak

menimbulkan persoalan ekonomi bahkan dapat mengakibatkan kematian pada

29
ternak tersebut. Jenis obat-obatan yang biasa diberikan pada ternak babi yaitu

Ferdex dan Tysinol, dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan menunjukan

bahwa para peternak babi umumnya hanya menggunakan obat-obatan diberikan

pada ternak babi yang kecil maupun babi yang dewasa.

4.7. Makanan

Makanan merupakan salah satu faktor penting dan mutlak dalam usaha

beternak sebab 60% dari seluruh biaya dihabiskan untuk keperluan makanan

(Anonomous, 2000) sedangkan Anggorodi (1999) menyatakan bahwa makanan

mutlak dibutuhkan karena makanan sangat diperlukan untuk menjamin kebutuhan

hidup pokok, pertumbuhan produksi atau reproduksi. Dari hasil penelitian

menunjukan bahwa bahan makanan yang di berikan pada ternak babi yaitu

jagung, dedak halus, hijauan dan konsentrat. Khususnya untuk jagung, hijauan

dan dedak halus ini merupakan sebagian besar dari hasil pertanian yang dikelola

oleh petani itu sendiri sedangkan untuk konsentrat dibeli di pasar atau tempat

penjualan makanan ternak. Pemberian makanan untuk ternak babi sebanyak dua

kali sehari yaitu pagi hari dan sore hari.

Secara alamiah ternak babi tergolong hewan yang makanannya sangat

banyak, sekitar 60 – 70% namun mereka perlu diberi makanan dengan

perhitungan yang benar, sebab disamping ternak babi itu banyak makan dan

rakus, terhadap makanan sangat baik dan apabila pemeliharaannya dilakukan

dengan benar, maka laju pertumbuhannya akan baik pula.

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa biaya makanan

yang digunakan untuk pemeliharaan ternak babi berpengaruh terhadap

30
pertumbuhan ternak babi, hal ini diakibatkan karena semakin besar ternak maka

akan diikuti pula pengeluaran semakin banyak dan terus meningkat selama 1

tahun.

Tabel 10. Rata-rata Penggunaan Biaya Produksi oleh Petani peternak Babi di
Kecamatan Dumoga Utara Selama 1 Tahun.

Jenis Biaya Total Biaya (Rp) Persentase (%)


Biaya Produksi
a. Biaya Tetap
- Kandang 20.573.000 10.73
b. Biaya Variabel
- Makanan 113.814.000 59.39
- Tenaga kerja 14.250.000 7.44
- Obat-obatan 1.197.000 0.62
- Pembelian ternak 41.800.000 21.82
Total 191.634.000 100.00
Rata-rata 5.988.563

Tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata biaya makanan ternak babi

selama satu tahun sebesar Rp 113.814.000 atau sebesar 59,39 % rata-rata biaya

kandang sebesar Rp. 20.573.000 per tahun atau sebesar 10,73 % dan biaya

vitamin dan obat-obatan Rp 1.197.000 per tahun atau sebesar 0,62 % dan biaya

tenaga kerja sebesar Rp. 14.250.000 per tahun atau sebesar 7,44 % dan pembelian

ternak sebesar Rp. 41.800.000 per tahun atau sebesar 21,82 %.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh biaya terhadap usaha

beternak babi adalah nilai ternak yang ada, terjual, terkonsumsi, selama periode

satu tahun yang dikalikan dengan harga yang berlaku pada periode penelitian yang

merupakan pendapatan kotor atau penerimaan, sedangkan biaya-biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi meliputi biaya variabel (biaya makanan, biaya

tenaga kerja, biaya obat-obatan) dan biaya tetap (kandang).

31
Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa biaya makanan merupakan biaya yang

terbesar dari total biaya produksi yaitu sebesar Rp. 113.814.000,- atau 59,39%.

Hal ini sependapat dengan Anonimous (2000) bahwa biaya makanan 60-80% dari

keseluruhan biaya, hal ini diakibatkan karena makanan merupakan hal yang

mutlak dan harus tersedia dalam jumlah yang ditentukan.

4.8. Jumlah Pendapatan Peternak Babi di Kecamatan Dumoga Utara

Menurut Soekartawi (2001) besar kecilnya biaya yang dikeluarkan sangat

mempengaruhi pengembangan usaha tani. Hal itu berarti besarnya pendapatan

yang diterima peternak juga turut dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan.

Pendapatan pada usaha pemeliharaan ternak babi yang dimaksud adalah hasil

penjualan ternak babi oleh peternak setiap satu tahun. Ternak babi merupakan

salah satu sumber protein hewani yang mempunyai nilai gizi yang baik sehingga

banyak masyarakat yang mengkonsumsi dagingnya, sehingga dengan tingkat

pendapatannya sangat terkait dengan skala luas dan pemilikan ternak. Dalam

penelitian ini ada sebagian petani peternak babi sebagai responden di desa sampel

menghasilkan penerimaan lebih rendah sebesar Rp. 6.550.000,- kalau

dibandingkan dengan peternak babi lainnya menghasilkan penerimaan lebih tinggi

sebesar Rp. 25.950.000,- per periode per tahun (Lampiran 6).

Berdasarkan hasil penelitian besarnya pendapatan yang diperoleh petani

peternak sebesar Rp. 203.931.000.- atau rata-rata Rp. 6.372.844,- per tahun per

responden yang diperoleh dari penjualan ternak babi yang dijual selang setahun

berjumlah 194 ekor dan ternak babi yang masih dimiliki berjumlah 330 ekor yang

dihitung dengan perkiraan harga jual yang berlaku saat penelitian (Lampiran 6).

32
Dalam menjual atau menghasilkan ternak umumnya perantara secara

langsung datang membeli hasil usaha ternak pada petani peternak hal ini karena

hampir setiap hari para pembeli datang ke Desa ditempat penelitian ini untuk

menawarkan ternak babi dan membeli ternak tersebut.

4.9. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Biaya Makanan Terhadap


Pendapatan Usaha Ternak Babi

Hasil analisis regresi pengaruh biaya makanan terhadap pendapatan usaha

ternak babi diperoleh dapat dilihat dari persamaan berikut.

Y = 3295406,573 + 0,865 X

Nilai koefisien arah (Intercep) sebesar 3295406,573 artinya apabila tidak

ada biaya makanan (X = 0) maka pendapatan usaha beternak babi sebesar

3295406,573. Hasil analisis menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar 0,408 artinya

bahwa keeratan hubungan antara biaya makanan dan pendapatan usaha beternak

babi tidak terlalu kuat. Nilai koefisien determinasi (R 2) sebesar 0,166 artinya

bahwa variasi naik turunnya pendapatan ternak babi sangat dipengaruhi oleh biaya

makanan (X) sebesar 16,6 % sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain yang

tidak dimasukkan dalam model analisis.

Nilai koefisien regresi b1 sebesar 0,865. Hal ini menunjukkan jika biaya

makanan naik sebesar Rp. 1.000 maka pendapatan usaha beternak babi akan naik

sebesar Rp. 865.

Dari hasil uji t (Lampiran 7) diperoleh thitung = 2,44 dan nilai t tabel (0,05) =

1,69. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa biaya makanan berpengaruh

terhadap pendapatan usaha beternak babi.

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan biaya makanan per

tahun rata-rata sebesar Rp. 3.556.688 atau 59,39 %, biaya obat-obatan per

tahun rata-rata sebesar Rp. 37.406 atau 0,62 %, biaya kandang per tahun

rata-rata sebesar Rp. 642.906 atau 10,73 % dan biaya tenaga kerja per

tahun rata-rata Rp. 445.313 atau sebesar 7,44 %.

2. Usaha ternak babi di Kecamatan Dumoga Utara memberikan pendapatan

per tahun rata-rata sebesar Rp. 6.372.844.

3. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa biaya makanan berpengaruh

terhadap pendapatan usaha beternak babi di Kecamatan Dumoga Utara.

5.2. Saran

Perlu diadakan kajian lanjutan tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi usaha pemeliharaan ternak babi di Kecamatan Dumoga Utara

tentang cara pemeliharaan dan manajemen biaya yang dikeluarkan untuk

pemberian pakan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usaha Tani. Alumi Bandung.

Anonimous, 2000. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Kanisius. Anggota


IKAPI.

Anggrodi, R. 1996. Ilmu Makan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Aritonang, D 1993. Babi Perencanaan dan Penggelolaan Usaha. Swadaya /


Jakarta.

Billas, A.R . 1990. Teori Mikro Ekonomi. Edisi Ke – 2. Erlangga. Jakarta.

Bishop dan Toussaint, W,D. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.


Mutiara Jakarta.

Blakely dan Bade. 1991. Ilmu peternakan Umum. Gadja Mada University Press.
Yogyakarta.

Boediono. 1992. Ilmu Ekonomi Mikro. Penerbit Yayasan Obor Indonesia.


Jakarta.

Kartasapoetra, A,G. 1988. Pengantar Ekonomi Produksi. Bina Aksara.

Mosher, A. T. 1986. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Yasaguna.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Prawiro Kusumo, S. 1990. Ilmu Usaha Tani. Edisi Pertama. BPFE.Yogyakarta.

Rasyaf. 2000. Memasarkan Hasil Peternakan. Swadaya, Jakarta.

Sosamidjojo.1975. Ternak Potong dan Kerja. Yasaguna Jakarta

Sosroamidjojo,MS, dan Soeradji, 1990. Peternakan Umum. Penerbit CV.


Yasaguna Jakarta.

Sihombing, D. TH, 1998. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press
Yogyakarta.

Soekartawi.1996. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya.


PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

__________. 2005. Agibisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada


Jakarta.

35
Reksohadipradjo, 1985. Pengembangan Perternakan di Daerah Trasmigrasi.
Kanisius. Yogyakarta

Tohir. A.K. 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta.
Jakarta.

Winardi.1984. Teori Tentang Perusahan. PT Sinar Baru.

36
Lampiran 1. Populasi Ternak Babi di kecamatan Dumoga Utara

Ternak Babi
No Desa
Jantan (ekor) Betina (ekor) Jumlah
1. Tumokang Baru 41 276 317
2. Mopagud Utara 112 261 373
3. Mopagud Selatan 912 1317 2229
4. Mopuya Utara 261 322 583
5. Mopuya Selatan 147 216 363
6. Dondomon 17 204 221
Total 1490 2596 4086
Sumber : Kantor Kecamatan Dumoga Utara 2008

37
Lampiran 2. Jumlah Pemilikan Ternak Babi Petani Sampel

Jumlah Ternak Pada Saat Penelitian


No Terjual Jumlah
Pejantan Induk Starter Grower Finiser
(ekor)
1. - - 3 2 2 3 10
2. - - 2 3 4 4 13
3. - 1 1 3 3 3 11
4. 1 - - 2 4 4 11
5. - - 3 3 5 8 19
6. - 1 2 1 3 5 12
7. - 1 1 2 4 6 14
8 - - 2 - 3 5 10
9 - - 1 - 5 5 11
10 1 1 3 5 - 6 16
11 - 1 - 2 5 6 13
12 - - 1 2 3 5 11
13 - - 2 2 5 6 15
14 - - 1 2 6 8 17
15 - 2 - - 5 5 12
16 - - 2 - 3 5 10
17 1 1 3 - 5 6 16
18 - - 3 2 - 12 17
19 - 2 7 6 9 9 33
20 - - 5 3 7 4 19
21 - 1 2 1 4 7 15
22 1 2 8 3 7 8 29
23 - - 3 3 8 4 18
24 - 1 - 4 4 6 15
25 - - 4 - 6 4 14
26 - - 2 3 4 11 20
27 - - 5 4 9 10 28
28 - 2 - 10 10 8 30
29 1 - 4 5 8 6 24
30 - - 5 4 - 6 15
31 - - 4 - 4 4 12
32 - 1 - 2 5 5 13
Σ 5 16 79 79 150 194 523

38
Lampiran 3. Biaya Makanan Ternak Babi Pada Peternak Sampel Selama 1 Tahun
No. Jagung Harga Total Harga Dedak Harga Total Harga Hijauan Harga Total Harga Konsentrat Harga Total Harga Total Biaya
Resp. (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) Halus(Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp)
1 360 2500 900.000 1.080 600 648.000 720 300 216.000 180 4000 720.000 2.484.000
2 0 2500 0 1.440 600 864.000 1.620 300 486.000 180 4000 720.000 2.070.000
3 0 2500 0 1.080 600 648.000 1.800 300 540.000 0 4000 0 1.188.000
4 180 2500 450.000 720 600 432.000 1.440 300 432.000 180 4000 720.000 2.034.000
5 720 2500 1.800.000 1.440 600 864.000 1.800 300 540.000 360 4000 1.440.000 4.644.000
6 0 2500 0 720 600 432.000 2.160 300 648.000 180 4000 720.000 1.800.000
7 0 2500 0 1.440 600 864.000 1.440 300 432.000 180 4000 720.000 2.016.000
8 0 2500 0 1.800 600 1.080.000 1.080 300 324.000 180 4000 720.000 2.124.000
9 0 2500 0 1.260 600 756.000 1.440 300 432.000 525 4000 2.100.000 3.288.000
10 0 2500 0 1.440 600 864.000 1.080 300 324.000 180 4000 720.000 1.908.000
11 360 2500 900.000 1.080 600 648.000 1.440 300 432.000 360 4000 1.440.000 3.420.000
12 0 2500 0 900 600 540.000 1.800 300 540.000 360 4000 1.440.000 2.520.000
13 0 2500 0 1.800 600 1.080.000 1.440 300 432.000 360 4000 1.440.000 2.952.000
14 360 2500 900.000 2.160 600 1.296.000 1.080 300 324.000 360 4000 1.440.000 3.960.000
15 0 2500 0 1.440 600 864.000 1.800 300 540.000 360 4000 1.440.000 2.844.000
16 0 2500 0 1.080 600 648.000 1.800 300 540.000 180 4000 720.000 1.908.000
17 540 2500 1.350.000 900 600 540.000 1.080 300 324.000 525 4000 2.100.000 4.314.000
18 360 2500 900.000 3.240 600 1.944.000 2.520 300 756.000 720 4000 2.880.000 6.480.000
19 720 2500 1.800.000 1.440 600 864.000 2.160 300 648.000 525 4000 2.100.000 5.412.000
20 360 2500 900.000 2.160 600 1.296.000 2.520 300 756.000 360 4000 1.440.000 4.392.000
21 0 2500 0 720 600 432.000 1.440 300 432.000 180 4000 720.000 1.584.000
22 360 2500 900.000 2.520 600 1.512.000 1.440 300 432.000 720 4000 2.880.000 5.724.000
23 360 2500 900.000 2520 600 1.512.000 2.160 300 648.000 360 4000 1.440.000 4.500.000
24 0 2500 0 1.800 600 1.080.000 1.440 300 432.000 180 4000 720.000 2.232.000
25 720 2500 1.800.000 2.160 600 1.296.000 1.440 300 432.000 360 4000 1.440.000 4.968.000
26 0 2500 0 720 600 432.000 1.080 300 324.000 360 4000 1.440.000 2.196.000
27 720 2500 1.800.000 3.960 600 2.376.000 2.160 300 648.000 720 4000 2.880.000 7.704.000
28 720 2500 1.800.000 3.960 600 2.376.000 720 300 216.000 1.080 4000 4.320.000 8.712.000
29 360 2500 900.000 3.240 600 1.944.000 2.520 300 756.000 720 4000 2.880.000 6.480.000
30 360 2500 900000 1.080 600 648.000 1.800 300 540.000 360 4000 1.440.000 3.528.000
31 0 2500 0 1.620 600 972.000 2.160 300 648.000 180 4000 720.000 2.340.000
32 360 2500 900.000 1.260 600 756.000 1.440 300 432.000 0 4000 0 2.088.000
Σ 7.920 80.000 19.800.000 54.180 19.200 32.508.000 52.020 9.600 15.606.000 11.475 128.000 45.900.000 113.814.000
X 247,5 2.500 618.750 1.693,125 600 1.015.875 1.625,625 300 487.687,5 358,5938 4.000 1.434.375 3.556.688

39
Lampiran 4. Total Biaya Produksi Ternak Babi

Jumlah Biaya Biaya


Biaya Obat- Biaya
No. ternak Makanan Tenaga Total Biaya
obatan Kandang
Resp. dibeli (Ekor) Kerja (Rp)
(Rp) (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 1.400.000 2.484.000 17.000 300.000 501.000 4.702.000
2 1.800.000 2.070.000 11.000 300.000 664.000 4.845.000
3 0 1.188.000 13.000 450.000 660.000 2.311.000
4 1.750.000 2.034.000 10.000 300.000 653.000 4.747.000
5 2.750.000 4.644.000 85.000 600.000 880.000 8.959.000
6 0 1.800.000 12.000 450.000 544.000 2.806.000
7 0 2.016.000 18.000 450.000 555.000 3.039.000
8 1.250.000 2.124.000 16.000 300.000 658.000 4.348.000
9 1.200.000 3.288.000 32.000 300.000 756.000 5.576.000
10 0 1.908.000 14.000 600.000 475.000 2.997.000
11 1.400.000 3.420.000 27.000 450.000 798.000 6.095.000
12 1.500.000 2.520.000 29.000 300.000 580.000 4.929.000
13 2.250.000 2.952.000 15.000 450.000 576.000 6.243.000
14 2.000.000 3.960.000 18.000 600.000 560.000 7.138.000
15 0 2.844.000 21.000 300.000 486.000 3.651.000
16 1.250.000 1.908.000 25.000 300.000 537.000 4.020.000
17 0 4.314.000 12.000 450.000 593.000 5.369.000
18 1.000.000 6.480.000 150.000 750,000 850.000 9.230.000
19 0 5.412.000 68.000 750.000 890.000 7.120.000
20 3.000.000 4.392.000 15.000 300.000 480.000 8.187.000
21 0 1.584.000 14.000 450.000 533.000 2.581.000
22 0 5.724.000 70.000 600.000 680.000 7.074.000
23 3.500.000 4.500.000 19.000 300.000 545.000 8.864.000
24 0 2.232.000 45.000 450.000 625.000 3.352.000
25 2.000.000 4.968.000 130.000 300.000 740.000 8.138.000
26 2.250.000 2.196.000 15.000 600.000 878.000 5.939.000
27 3.600.000 7.704.000 75.000 600.000 475.000 12.454.000
28 0 8.712.000 45.000 600.000 870.000 10.227.000
29 4.500.000 6.480.000 100.000 600.000 756.000 12.436.000
30 1.800.000 3.528.000 34.000 450.000 653.000 6.465.000
31 1.600.000 2.340.000 27.000 300.000 555.000 4.822.000
32 0 2.088.000 15.000 300.000 567.000 2.970.000
Σ 41.800.000 113.814.000 1.197.000 14.250.000 20.573.000 191.634.000
X 2.090.000 3.556.688 37.406 445.313 642.906 5.988.563

40
Lampiran 5. Penerimaan Ternak Babi

Jumlah Jumlah
Total
No. Sisa Tenak
Harga Harga/ekor Penerimaan Penerimaan
Resp. Ternak Terjual
(Rp)
(Ekor) (Ekor)
1 7 3.700.000 3 950.000 2.850.000 6.550.000
2 9 5.550.000 4 800.000 3.200.000 8.750.000
3 8 4.450.000 3 750.000 2.250.000 7.700.000
4 7 5.500.000 4 700.000 2.800.000 8.300.000
5 11 7.575.000 8 975.000 7.800.000 15.375.000
6 7 4.800.000 5 800.000 4.000.000 8.800.000
7 8 6.100.000 6 800.000 4.800.000 10.900.000
8 5 3.350.000 5 950.000 4.750.000 8.100.000
9 6 4.325.000 5 825.000 4.125.000 8.450.000
10 10 6.300.000 6 700.000 4.200.000 10.500.000
11 7 5.300.000 6 800.000 4.800.000 10.100.000
12 6 4.250.000 5 900.000 4.500.000 8.750.000
13 9 5.700.000 6 800.000 4.800.000 10.500.000
14 10 8.800.000 8 800.000 6.400.000 15.200.000
15 7 6.750.000 5 750.000 3.750.000 10.500.000
16 5 2.900.000 5 800.000 4.000.000 6.900.000
17 10 8.250.000 6 950.000 5.700.000 13.950.000
18 5 1.900.000 12 850.000 10.200.000 12.100.000
19 24 15.900.000 9 900.000 8.100.000 24.000.000
20 15 8.550.000 4 800.000 3.200.000 11.750.000
21 8 6.225.000 7 950.000 6.650.000 12.875.000
22 21 14.950.000 8 1.000.000 8.000.000 22.950.000
23 14 9.750.000 4 900.000 3.600.000 13.350.000
24 9 6.800.000 6 700.000 4.200.000 11.000.000
25 10 6.500.000 4 950.000 3.800.000 10.300.000
26 9 6.250.000 11 950.000 10.450.000 16.700.000
27 18 12.150.000 10 950.000 9.500.000 21.650.000
28 22 18.750.000 8 900.000 7.200.000 25.950.000
29 18 12.800.000 6 900.000 5.400.000 18.200.000
30 9 3.600.000 6 875.000 5.250.000 8.850.000
31 8 4.120.000 4 830.000 3.320.000 7.440.000
32 8 6.375.000 5 755.000 3.750.000 10.125.000
Σ 330 228.220.000 194 27.260.000 167.345.000 396.565.000
X 10,313 7.131.875 6,065 851.875 5.229.531,25 12.389.531

41
Lampiran 6. Penerimaan Biaya dan Pendapatan

No. Total Biaya


Penerimaan Pendapatan
Resp. (Rp)
1 6.550.000 4.702.000 1.848.000
2 8.750.000 4.845.000 3.905.000
3 6.700.000 2.311.000 4.389.000
4 8.300.000 4.747.000 3.553.000
5 15.375.000 8.959.000 6.416.000
6 8.800.000 2.806.000 5.994.000
7 10.900.000 3.039.000 7.861.000
8 8.100.000 4.348.000 3.752.000
9 8.450.000 5.576.000 2.874.000
10 10.500.000 2.997.000 7.503.000
11 10.100.000 6.095.000 4.005.000
12 8.750.000 4.929.000 3.821.000
13 10.500.000 6.243.000 4.257.000
14 15.200.000 7.138.000 8.062.000
15 10.500.000 3.651.000 6.849.000
16 6.900.000 4.020.000 2.880.000
17 13.950.000 5.369.000 8.581.000
18 12.100.000 9.230.000 2.870.000
19 24.000.000 7.120.000 16.880.000
20 11.750.000 8.187.000 3.563.000
21 12.875.000 2.581.000 10.294.000
22 22.950.000 7.074.000 15.876.000
23 13.350.000 8.864.000 4.486.000
24 11.000.000 3.352.000 7.648.000
25 10.300.000 8.138.000 2.162.000
26 16.700.000 5.939.000 10.761.000
27 21.650.000 12.454.000 9.196.000
28 25.950.000 10.227.000 15.723.000
29 18.200.000 12.436.000 5.764.000
30 8.850.000 6.465.000 2.385.000
31 7.440.000 4.822.000 2.618.000
32 10.125.000 2.970.000 7.155.000
Σ 395.565.000 191.634.000 203.931.000
X 12.361.406 5.988.563 6.372.844

42
Lampiran 7. Analisis Regresi Sederhana

SUMMARY
OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0.408243561
R Square 0.166662805
Adjusted R
Square 0.138884898
Standard Error 3737041.589
Observations 32

ANOVA
  df SS MS F Significance F
Regression 1 8.37905E+13 8.38E+13 5.9998332 0.020362986
Residual 30 4.18964E+14 1.4E+13
Total 31 5.02755E+14      

  Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept 3295406.573 1419472.343 2.321572 0.0272339 396457.315 6194355.831 396457.315 6194355.831
X Variable 1 0.865253744 0.353243273 2.449456 0.020363 0.14383474 1.586672749 0.14383474 1.586672749

43
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Agustina Ta’diampang


Tempat/Tanggal Lahir : Balusu, 12 September 1983
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Desa Balusu Bangun Lipu. Kec. Sa’dan Balusu Kab.
Tana Toraja
Nama Ayah : Taku Gala Ta’diampang
Nama Ibu : Tirinna Sallun
Saudara Kandung : Lukas Ta’diampang (almarhum), Yurnida
Ta’diampang, Tappi Ta’diampang, Lewi Ta’diampang
dan Antonius Ta’diampang, Sudin Ta’diampang

Pendidikan :
- Tahun 1997 Tamat Sekolah Dasar di SD Negeri 48 Tinimbo Kec. Sa’dan
Balusu
- Tahun 2000 Tamat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 6 Sesean Kec.
Sa’dan Balusu
- Tahun 2003 Tamat Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 2 Rantepao.
- Tahun 2003 diterima di Fakultas Peternakan UNSRAT Manado melalui jalur
SPMB dengan nomor registrasi 0304135007
- Tahun 2007 melakukan Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKNT) angkatan 77 di
Kecamatan Malalayang Manado.
- Tanggal 20 Februari 2009 – 20 Maret 2009 melaksanakan penelitian di
Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang Mongondow.

44

Anda mungkin juga menyukai