PRAKTIKUM II
PENDAFTARAN SERTFIKASI PERTANIAN ORGANIK
OLEH
KELOMPOK 8 :
ANI MERIANTI
DEWI FORTUNA SAMOSIR
LUQMAN AL HAKIM
REZA FAHRI AZMI
SITI HAFIDHAH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum II Tentang Pendaftaran Sertifikasi Pertanian
Organik.
Selesainya laporan ini bukan karena buah kerja keras penulis sendiri,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan
ini, diantaranya :
1. Ir. Yulianan Kansrini, M.Si . selaku direktur Politeknik Pembangunan
Pertanian (POLBANGTAN) Medan
2. Tience Elizabeth Pakpahan, SP, M.Si . selaku ketua jurusan Pertanian
3. Gusti Setiavani, STP, MP.. Selaku Dosen Mata Kuliah.
4. Retmono Agung Winarno, STP, M.Sc selaku Asisten Dosen Mata Kuliah.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktikum
II Tentang Pendaftaran Sertifikasi Pertanian Organik..
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata Sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulisan laporan ini dan selanjutnya penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Praktikum....................................................................................2
BAB II
A. Alat Dan Bahan......................................................................................3
B. Cara Kerja................................................................................................3
C. Pertanyaan dan Tugas..........................................................................4
BAB III
A. HASIL.....................................................................................................5
B. PEMBAHASAN....................................................................................31
BAB IV
KESIMPULAN................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................34
PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK..........................................................35
BAB I
A. Latar Belakang
Peningkatan daya beli masyarakat akan produk organik kian hari semakin
bertambah. Gaya hidup sehat dengan slogan "Back to Nature" sekarang ini
menjadi trend di kalangan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Produk
organik yang memiliki kelebihan dibandingkan produk konvensional yaitu bebas
pestisida dan bebas genetically modified food (GMO) menjadi alasan konsumen.
Konsumen juga semakin banyak yang sadar tentang keberlanjutan lingkungan dan
kesejahteraan hewan.
Permintaan akan produk organik bertambah seiring dengan permintaan
konsumen. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan
pertanian organik. Dengan menerapkan teknik budidaya pertanian yang
mengandalkan bahan-bahan alami. Indonesia pada dasarnya memiliki potensi
yang besar untuk menerapkan pertanian organik karena memiliki kekayaan
sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah,
serta budaya masyarakat yang menghormati alam. Luas lahan yang tersedia untuk
pertanian organik di Indonesia pun sangat besar. Namun baru sekitar 40% yang
telah tersertifikasi atau mendapat sertifikat organik dari Lembaga Sertifikasi
Organik (LSO).
Produk organik untuk mendapat sertifikasi organik harus melalui prosedur
tertentu. Organik merupakan istilah pelabelan yang menyatakan suatu produk
telah diproduksi sesuai standar organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga
sertifikasi resmi. Diperlukan pengetahuan bagi petani atau pelaku usaha dalam
melakukan budidaya secara organik sesuai SNI dan juga pengajuan permohonan
sertifikasi organik agar produk yg dihasilkan dapat dipasarkan secara resmi.
Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Medan juga harus mengetahui
prosedur sertifikasi organik dan prosedur pelaksanaan pertanian organik sebagai
syarat menyelesaikan tugas mata kuliah Penjaminan Mutu.
1
B. Tujuan Praktikum
Bahan:
Alat:
Peralatan tulis, Laptop
B. Cara Kerja
4. Anda bersama kelompok akan berperan sebagai kelompok tani padi yang
memiliki luasan 15 hektar dan telah menerapkan budidaya organik selama
kurang lebih 3 tahun. Kelompok tani anda akan mengajukan sertifikasi
pertanian organik untuk komoditas padi kepada LSO INOFICE. Isilah
formulir pengajuan sertifikasi sebagaimana terlampir (Data-data lain yang
dibutuhkan boleh dikarang sesuai keperluan) dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Pertanian No. 64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang
Sistem Pertanian Organik, Pedoman Sertifikasi Produk Pangan Organik oleh
Otoritas Kompeten Pangan Organik, Departemen Pertanian, 2008, dan
Standar Nasional Indonesia 6729:2016 tentang Sistem Pertanian Organik.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan operator, tim auditor, komisi teknis
pada pengajuan sertifikasi pertanian organik?
Kepada Yth.
1/6
column is
insufficient)
2/6
F DP 7.2.4.a Rev.3
Bila proses tanaman organik terdiri dari beberapa unit (di dalam atau diluar kebun), lengkapi kolom berikut
ini:
If the organic crops process consists of several units (inside or outside the farm), complete the
following columns:
Lokasi/Kebun
Keterangan/ Information
Nama Unit farm location
Unit name Di dalam Di luar Alamat lokasi bila diluar kebun
inside outside Location address if outside the garden
Pembenihan/The hatchery ✓
Pengomposan/Composting ✓
Pembuatan pupuk organik ✓
Organic fertilizer production
Pembuatan pestisida alami ✓
Natural pesticides production
Pengumpulan hasil panen ✓
Collection of crops
Seleksi dan pengeringan ✓
Selection and drying
Penggilingan/ Rice Will -
Gudang/ Warehouse ✓ Jalan Nisam, Desa Tambon Tunong
Unit lain, sebutkan(bila ada):
Other units, mention (if any):
Apakah di dalam proses produksi (antara lain benih, pupuk hayati, penyubur tanah, biopestisida, dan bahan
lainnya) digunakan bahan rekayasa genetik (GMO)?
Is the GMO (genetic engineering) used in the production process (others seeds, biological, soil
fertilizers, biopesticides, and other)?
Ya / Yes Tidak / No ✓
F DP 7.2.4.a Rev.3
*) untuk ruang lingkup sayuran, SOP dibuat sesuai jenis atau berdasarkan kelompok atau cara budidaya
yang sama.
Aceh,.............................2020
11
Lampiran 2
PETA LAHAN
LAND MAP
Lampiran 3
PETA LAHAN
VILLAGE MAP
Lampiran 4
STRUKTURORGANISASI
KELOMPOK TANI BINA SYEDARA
KETUA
AMADDIN
SEKRETARIS BENDAHARA
Teuku Maulana Umar Husni
ANGGOTA
1. Azhar Gani 11. Na Daka
2. Baidarus 12. Mansur
3. Bakti Amir 13. Muchsin
4. Fakridan 14. Muhammad Ridwan
5. Hasan 15. Mulhadi
6. Ilham A. Isa 16. Pon Baka
7. Jauhar Aulia 17. Teuku Zia
8. Nurman 18. Teuku Hasyim
9. Nisfun Nahar 19. Yusnaidi
10. Nardi 20. Zakaria
Lampiran 6
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dalam usaha tani tidak boleh dilakukan dengan cara
pembakaran. Hal-hal yang harus dilakukan dalam persiapan lahan adalah
sebagai berikut:
a. Tidak menyiapkan lahan dengan cara pembakaran, termasuk pembakaran
sampah.
b. pencegahan degradasi lahan (erosi, salinitasi, dan lainnya);
c. pemeliharaan dan peningkatan kesuburan dan aktivitasbiologi tanah yang
dilakukan dengan:
- Penanaman kacang-kacangan (leguminoceae), pupuk hijau atau
tanaman berakar dalam, melalui program rotasi tahunan yang sesuai.
- Mencampur bahan organik ke dalam tanah baik dalam bentuk kompos
maupun segar, dari unit produksi yang sesuai dengan standar ini.
Produk samping peternakan, seperti kotoran hewan, boleh digunakan
apabila berasal dari peternakan yang dilakukan sesuai dengan Tabel
A.1 pada Lampiran A SNI-6729-2016.
- Untuk aktivasi kompos dapat menggunakan mikroorganisme atau
bahan lain yang berbasis tanaman yang sesuai.
- Bahan biodinamik dari stone meal (debu atau bubuk karang tinggi
mineral), kotoran hewan atau tanaman boleh digunakan untuk tujuan
penyuburan, pembenahan dan aktivitas biologi tanah.
d. Bahan baru yang akan digunakan sebagai pupuk dan pembenah tanah
selain tercantum dalam SNI-6729-2016 lampiran A.1 dan A.2 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Telah terbukti mampu menyuburkan atau mempertahankan kesuburan
tanah, menyediakan hara tertentu;
- Berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba atau mineral yang diproses
secara fisik (mekanis, pemanasan, dan lain-lain), enzimatis atau
mikrobiologi (kompos, fermentasi, dan lain-lain). Proses kimiawi
dibatasi hanya untuk proses ekstraksi atau sebagai bahan pengikat;
- Penggunaannya tidak merusak keseimbangan ekosistem tanah, sifat
fisik tanah atau mutu air dan udara;
- Penggunaannya dibatasi untuk kondisi, daerah atau komoditas
tertentu.
4. Pemupukan
Pemupukan dalam budidaya pertanian organik harus menggunakan bahan-
bahan yang berasal dari alam atau organik. Jenis pupuk yang dapat digunakan
antara lain pupuk kandang, urinternak, sisa tanaman/jerami, dan pupuk hijau.
Produk pupuk dan penyubur tanah komersil yang digunakan adalah produk
yang sudah disertifikasi organik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sedangkan pupuk organik yang proses pembuatannya dengan pemanasan
buatan dan sulit terurai pada aplikasinya (granul) tidak diijinkan digunakan.
5. Pengendalian OPT
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) harus
memperhitungkan dampak dan mengutamakan pencegahan sebelum
pengendalian. Pengelolaan OPT dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
a. Pencegahan
1) Pemilihan varietas yang sesuai;
2) Program rotasi/pergiliran tanaman yang sesuai;
3) Program penanaman tumpang sari;
4) Pengolahan tanah secara mekanik;
5) Penggunaan tanaman perangkap;
6) Pengendalian mekanis seperti penggunaan perangkap, penghalang,
cahaya dan suara;
7) Pelestarian dan pemanfaatan musuh alami (parasitoid, predator
dan patogen serangga) melalui pelepasan musuh alami dan
penyediaan habitat yang cocok.
b. Pengendalian
Apabila pengendalian tidak eketif dan terdapat kasus yang membahayakan
maka dapat digunakan bahan yang diperbolehkan untuk pengendalian OPT.
Dalam SNI 6729 Tahun 2016 dilampirkan bahan yang diperboleh dan
dilarang untuk pengendalian OPT. pengendalian gulma dilakukan dengan
pemanasan dan penggembalaan ternak sesuai dengan komoditas.
b. Pasca Panen
Pasca panen dalam usaha tani harus dilakukan dengan tepat dan hati-
hati yaitu meminimalkan penggunaan bahan tambahan pangan dan bahan
penolong. Hal-hal yang dilarang yaitu:
- Radiasi pengion (ionizing radiation) untuk pengendalian hama
- pengawetan makanan
- pemusnahan penyakit atau sanitasi
- fumigasi dengan metyl bromide dan phosphine kecuali dengan CO2,
N dan ozon
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
- Pencucian produk organik segar dilakukan dengan menggunakan air
standar baku yang diizinkan untuk sistem pertanian organik.
- Tidak mencampur produk organik dengan produk non-organik dalam
pengolahan, penyimpanan dan transportasi.
- Peralatan pasca panen harus bebas kontaminasi bahan kimia sintetis
- Tidak menggunakan bahan pembungkus yang menimbulkan
kontaminasi produk
- Dalam pengemasan disarankan menggunakan bahan yang dapat
didaur ulang atau digunakan kembali atau menggunakan bahan yang
mudah mengalami dekomposisi.
- Penyimpanan produk organik harus dipisahkan dari produk
konvensional serta harus jelas dicantumkan pada label.
7. Pengemasan
Pengemasan harus mencantumkan logo organik Indonesia dimana telah
memperoleh sertifikat organik. Produk Organik yang mengalami proses
pengemasan ulang tidak diperbolehkan mencantumkan Logo Organik
Indonesia sebelum dilakukan sertifikasi ulang. Logo organik dicantumkan
setelah penulisan nama jenis produk. Penulisan tersebut harus proporsional
dan tidak lebih besar dari nama jenis produk. Bagian utama label harus
ditempatkan pada sisi kemasan produk yang paling mudah dilihat, diamati,
dan atau dibaca oleh masyarakat pada umumnya. Keterangan dan atau
pernyataan tentang produk organik dalam label harus benar dan tidak
menyesatkan yang dicantumkan pada produk/komoditas lansung atau
kemasan produk.
8. Pengangkutan/Pendistribusian
Pendistribusian produk pertanian organik dalam pengangkutannya
membutuhkan tempat penyimpanan. Tempat penyimpanan dan container
untuk pengangkutan produk organik segar harus dibersihkan dahulu dengan
menggunakan metode dan bahan yang boleh digunakan. Jika tempat
penyimpanan atau container yang akan digunakan tidak hanya digunakan
untuk produk organik, maka harus dilakukan tindakan pengamanan agar
produk organik tidak terkontaminasi oleh produk non-organik. Namun tidak
mewajibkan pemisahan fasilitas penyimpanan dan kendaraan transportasi,
hanya saja harus adapemisahan yang jelas antara produk organik dengan
konvensional. Selama pendistribusian, integritas produk pertanian harus
diperlihara dengan melindungi produk organik agar tidak tercampur dengan
produk non-organik dan tidak kontak dengan bahan yang tidak diizinkan.
Lampiran 7
Catatan :
Catatan :
Total rata-rata penjualan cabai seluas 15 ha yaitu 178,5 jt dalam sekali panen
dengan berat sekali produksi/panen rata-rata 8,9 sampai 9 ton.
Lampiran 9
Daftar Konsumen
Catatan :
Daftar konsumen yang membeli cabai mulai dari wilayah Medan, Lhokseumawe,
Bireun dan Lhoksukon.
Lampiran 10
A. PERSIAPAN LAHAN
Status lahan legal (ada surat hak milik/surat keterangan tanah garapan)
milik sendiri, sewa, dll. Surat keterangan berupa SKT, Sertifikat tanah, P2,
atau SPPT
Mempunyai surat ijin garap, jika lahan yang digunakan milik orang lain
atau instansi pemerintah dan atau swasta
Tidak membuka lahan di dalam area hutan lindung, cagar alam, dan area
yang memiliki nilai konservasi tinggi serta tidak membuka lahan dengan
cara dibakar
Perlakuan di lahan organik tidak boleh menggunakan bahan kimia dan
tidak boleh melakukan pembakaran bahan-bahan organik (sisa tanaman,
serasah daun, rumput) maupun non organik (plastik) di lahan, kecuali
untuk kegiatan pengasapan yang bertujuan sebagai pengusiran hama tetapi
harus dengan pengawasan dari petani atau ICS
Lahan sudah melewati masa konversi lahan, untuk tanaman tahunan
dikonversi selama 3 tahun serta dapat dipersingkat menjadi 18 bulan
(SNI), jika terdapat bukti bahwa beberapa tahun sebelumnya lahan sudah
tidak menggunakan bahan kimia yang disertai dengan bukti berupa surat
pernyataan resmi dari pihak ketiga seperti desa dan dinas perkebunan
setempat
Lahan diperlakukan secara organik dan telah melalui masa konversi
selama 4 tahun [standar COR (ekspor)]
Terdapat tanaman penyangga atau batas tanaman minimal 4 meter (SNI),
8 meter (COR). Penyangga dapat berupa lahan kosong, jalan, sungai, lahan
yang ditanami tanaman pagar yang tingginya melebihi tanaman utama,
tanaman kayu atau tanaman kopi itu sendiri dengan catatan ketika panen
hasilnya dipisahkan
Pupuk yang digunakan pada lahan organik berasal dari pupuk organik
seperti pupuk kompos dan pupuk kandang
Pembuatan pupuk kompos harus sudah sempurna (sudah hancur dan
remah, sudah tidak berbentuk kotoran, dan tidak berbau) harus
dikomposkan minimal 3 bulan, Kompos yang digunakan yaitu kompos
dari tanaman eceng gondok
Pada lahan organik diwajibkan membuat rorak untuk menimbun
sampah- sampah organik seperti daun kering, ranting, dll
Sumber air yang digunakan berasal dari air tadah hujan atau mata air
Pembuatan filterisasi/penyaringan air minimal 0,1% dari luas lahan, jika
lahan berdekatan dengan badan air seperti mata air, sungai, dll.
B. PEMBIBITAN
Asal bibit harus berasal dari indukan atau tanaman induk milik petani
atau anggota kelompok, jika bibit beli diluar atau dipasar harus bibit yang
sudah memiliki sertifikasi organic
Apabila bibit/benih tersertifikasi tidak ada dapat menggunakan
bibit/benih non organik yang diproduksi secara organic
Bibit bukan hasil dari rekayasa genetika
D. PEMELIHARAAN
Sebelum atau sesudah peralatan pertanian yang digunakan dicuci terlebih
dahulu di air mengalir dan tanpa menggunakan bahan kimia apapun.
Alat pertanian yang digunakan harus terpisah untuk produk organik dan
produk non organik atau dilakukan pencucian alat terlebih dahulu jika
menggunakan di kedua lahan tersebut
Melakukan pencatatan mengenai alat pertanian yang digunakan pada
lahan, dalam penanaman, pemeliharaan, maupun pengendalian hama
penyakit
Pengendalian gulma tanaman dilakukan dengan cara pemangkasan
secara manual
Jika petani atau pekerja melakukan pemeliharaan dengan pemupukan
kandang atau kompos, maka petani atau pekerja wajib memastikan bahwa
pupuk tersebut tidak mencemari badan air atau sumber air
Melakukan pencatatan mengenai seluruh bahan yang digunakan pada
lahan, dalam hal pemeliharaan, penanaman, maupun pengendalian hama
penyakit
Melakukan jadwal pembersihan sampah plastik disekitar lahan organik
minimal 1 bulan sekali
Surat Pernyataan
Mengetahui:
Ketua Kelompok Tani Badan sertifikasi Organik
BAGIAN 3 : PERNYATAAN/STATEMENT
Saya yang bertandatangan dibawah ini mengajukan permohonan sertifikasi budidaya tanaman
organik.Saya/kami menyetujui jika dilakukan inspeksi atau pengambilan contoh setiap saat, baik contoh
tanah, air, tanaman atau bahan-bahan lain yang saya/kami gunakan dalam produksi organic dan saya/kami
benar-benar akan mengikuti aturan dalam Standar Pertanian Organik INOFICE.
I hereby undersigned to apply for certification of organic cultivation. I/we agree to be inspected or
sampling at any time, for example soil, water, plants or other materials I/we use in organic production and I
/ we will completely follow the rules in the Organic Farming Standard of INOFICE.
(Amaddin)
B. Pembahasan
Sertifikat pertanian organik secara formal didapatkan melalui proses
sertifikasi yang harus dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
Lembaga akreditasi untuk sertifikasi tersebut di Indonesia adalah Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Dalam mendapatkan sertifikat organik
diperlukan operator, yaitu istilah untuk pelaku usaha pertanian organik, baik
petani, LSM, atau penunjukan dari pemerintah. Kelengkapan dokumen
administratif dan kelembagaan harus dipenuhi oleh operator (Widowati,
2018).
Persyaratan sertifikasi organik terdiri dari persyaratan manajemen dan
persyaratan teknis. Persyaratan manajemen diperlukan untuk menjamin
sistem berjalan efektif dan efesien. Sedangkan persyaratan teknis harus
didokumentasikan secara sistematis sesuai persyaratan standar dan regulasi
teknik. Langkah paling penting yang harus dipersiapkan unit usaha untuk
keperluan proses sertifikasi produk organik adalah menyerahkan dokumen
isian formulir sertifikasi beserta data pendukungnya. Formulir diisi oleh
pemohon seperti terlampir dalam laporan ini dan dilengkapi lampiran
dokumen/rekaman (PERMENTAN, 2013).
Berdasarkan skema sertifikasi sistem pertanian organik, tahapan yang
harus dilakukan oleh pelaku usaha atau produser yaitu pengajuan permohonan
sertifikasi produk organik oleh pelaku usaha bisa melalui pendaftaran secara
online ataupun langsung datang ke LSO. Selanjutnya LSO akan memberikan
formulir pendaftaran kemudian tim audit akan diutus untuk melakukan audit
kecukupan. Apabila hasil audit menyatakan cukup dan layak, maka LSO akan
memberikan penawaran biaya sertifikasi. LSO juga memberikan jadwal dan
nama petugas inspektor yang akan melaksanakan audit dokumen dan inspeksi
lapang (Dzajuli, 2014).
Namun apabila ada hal-hal yang kurang sesuai maka akan dicatat dalam
lembaran ketidak sesuaian (LKS) dan diberikan ke Pelaku Usaha untuk
diperbaiki. Hasil inspeksi di lapang dan tindakan perbaikan oleh Pelaku
Usaha akan dipresentasikan oleh Inspektor di Sidang Komisi Sertifikasi untuk
mendapatkan keputusan lulus atau tidaknya proses sertifikasi dari Pelaku
Usaha. Apabila Komisi Sertifikasi meluluskan, maka LSO akan menerbitkan
sertifikat kelulusan yang berlaku tiga tahun dan sertifikat tersebut akan
diserahkan oleh Pimpinan LSO kepada pelaku usaha sekaligus pemberian hak
penggunaan logo Organik Indonesia (Dzajuli, 2014).
Ketika petani organik sudah mendapat sertifikat organik dari LSO
Inofice, untuk memastikan pelaku organik tetap bertani sesuai kaidah organik
maka LSO Inofice akan menerapkan survailen. Survailen adalah bentuk
sistem pengawasan dari Inofice. LSO akan memberikan kesempatan kepada
petani/pelaku usaha apabila saat survailen ditemukan ketidaksesuaian dengan
prosedur organik yang ditetapkan, berupa tenggat waktu 1 bulan. Sertifikat
organik akan dibekukan apabila petani tidak memenuhi dan diberikan
kesempatan lagi selama 2 bulan. Namun apabila petani tetap tidak memenuhi
prosedur sertifikasi, maka sertifikat organik akan dicabut (Kirana, 2019).
BAB IV
KESIMPULAN
Kirana, Firdarani dan Adi Nugraha. 2019. Dialektika Sistem Sertifikasi Pertanian
Organik Dan Gaya Bertani (Farming Styles) Petani Organik (Studi Kasus
Semai Organik Dan Eco Camp). Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi
PertanianUNPAD. p-ISSNNo. 2528-4576 / e-ISSNNo. 2615-7411. Agricore
Volume 4 Nomor 2, Des2019.
Widowati, Ladiyani Retno dkk. 2018. Sistem Budidaya Sayuran Organik. Jakarta:
IAARD PRESS.
PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK 8