Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

PRAKTIKUM II
PENDAFTARAN SERTFIKASI PERTANIAN ORGANIK

OLEH
KELOMPOK 8 :
ANI MERIANTI
DEWI FORTUNA SAMOSIR
LUQMAN AL HAKIM
REZA FAHRI AZMI
SITI HAFIDHAH

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum II Tentang Pendaftaran Sertifikasi Pertanian
Organik.
Selesainya laporan ini bukan karena buah kerja keras penulis sendiri,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan
ini, diantaranya :
1. Ir. Yulianan Kansrini, M.Si . selaku direktur Politeknik Pembangunan
Pertanian (POLBANGTAN) Medan
2. Tience Elizabeth Pakpahan, SP, M.Si . selaku ketua jurusan Pertanian
3. Gusti Setiavani, STP, MP.. Selaku Dosen Mata Kuliah.
4. Retmono Agung Winarno, STP, M.Sc selaku Asisten Dosen Mata Kuliah.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktikum
II Tentang Pendaftaran Sertifikasi Pertanian Organik..
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata Sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulisan laporan ini dan selanjutnya penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Praktikum....................................................................................2
BAB II
A. Alat Dan Bahan......................................................................................3
B. Cara Kerja................................................................................................3
C. Pertanyaan dan Tugas..........................................................................4
BAB III
A. HASIL.....................................................................................................5
B. PEMBAHASAN....................................................................................31
BAB IV
KESIMPULAN................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................34
PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK..........................................................35
BAB I

A. Latar Belakang

Peningkatan daya beli masyarakat akan produk organik kian hari semakin
bertambah. Gaya hidup sehat dengan slogan "Back to Nature" sekarang ini
menjadi trend di kalangan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Produk
organik yang memiliki kelebihan dibandingkan produk konvensional yaitu bebas
pestisida dan bebas genetically modified food (GMO) menjadi alasan konsumen.
Konsumen juga semakin banyak yang sadar tentang keberlanjutan lingkungan dan
kesejahteraan hewan.
Permintaan akan produk organik bertambah seiring dengan permintaan
konsumen. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan
pertanian organik. Dengan menerapkan teknik budidaya pertanian yang
mengandalkan bahan-bahan alami. Indonesia pada dasarnya memiliki potensi
yang besar untuk menerapkan pertanian organik karena memiliki kekayaan
sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah,
serta budaya masyarakat yang menghormati alam. Luas lahan yang tersedia untuk
pertanian organik di Indonesia pun sangat besar. Namun baru sekitar 40% yang
telah tersertifikasi atau mendapat sertifikat organik dari Lembaga Sertifikasi
Organik (LSO).
Produk organik untuk mendapat sertifikasi organik harus melalui prosedur
tertentu. Organik merupakan istilah pelabelan yang menyatakan suatu produk
telah diproduksi sesuai standar organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga
sertifikasi resmi. Diperlukan pengetahuan bagi petani atau pelaku usaha dalam
melakukan budidaya secara organik sesuai SNI dan juga pengajuan permohonan
sertifikasi organik agar produk yg dihasilkan dapat dipasarkan secara resmi.
Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Medan juga harus mengetahui
prosedur sertifikasi organik dan prosedur pelaksanaan pertanian organik sebagai
syarat menyelesaikan tugas mata kuliah Penjaminan Mutu.

1
B. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan:


1. Merumuskan mekanisme (prosedur dan tata cara) sertifikasi
pertanian organik berdasarkan referensi yang diberikan
2. Memahami tentang pengisian formulir sertifikasi pertanian
organik
BAB II
A. Bahan dan Alat

Bahan:

1. Peraturan Menteri Pertanian No. 64/Permentan/OT.140/5/2013


tentang Sistem Pertanian Organik
2. Pedoman KAN No 902 tahun 2006 Pelaksanaan Inspeksi Sistem
Pangan Organik
3. Standar Nasional Indonesia 6729:2016 tentang Sistem Pertanian
Organik
4. Pedoman Sertifikasi Produk Pangan Organik oleh Otoritas
Kompeten Pangan Organik, Departemen Pertanian, 2008.
5. Formulir pendaftaran sertifikasi organik

Alat:
Peralatan tulis, Laptop

B. Cara Kerja

1. Pelajari mengenai prosedur sertifikasi pertanian organik sebagai mana


tertuang pada Peraturan Menteri Pertanian No.
64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik dan Standar
Nasional Indonesia 6729:2016 tentang Sistem Pertanian Organik, Pedoman
Sertifikasi Produk Pangan Organik oleh Otoritas Kompeten Pangan
Organik, Departemen Pertanian, 2008 atau sumber lain yang relevan.
2. Sertifikasi pertanian organik secara garis besar dapat digambarkan sebagai
berikut:
3. Berdasarkan skema diatas, lengkapi keterangan untuk angka-angka pada
sertifikasi pertanian organik tersebut

4. Anda bersama kelompok akan berperan sebagai kelompok tani padi yang
memiliki luasan 15 hektar dan telah menerapkan budidaya organik selama
kurang lebih 3 tahun. Kelompok tani anda akan mengajukan sertifikasi
pertanian organik untuk komoditas padi kepada LSO INOFICE. Isilah
formulir pengajuan sertifikasi sebagaimana terlampir (Data-data lain yang
dibutuhkan boleh dikarang sesuai keperluan) dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Pertanian No. 64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang
Sistem Pertanian Organik, Pedoman Sertifikasi Produk Pangan Organik oleh
Otoritas Kompeten Pangan Organik, Departemen Pertanian, 2008, dan
Standar Nasional Indonesia 6729:2016 tentang Sistem Pertanian Organik.

5. Buatlah laporan atas kegiatan praktikum anda hari ini.

C. Pertanyaan dan Tugas

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan operator, tim auditor, komisi teknis
pada pengajuan sertifikasi pertanian organik?

2. Apa perbedaan antara Lembaga Sertifikasi Organik, Otoritas Kompeten


Pangan Organik?

3. Kemana proses formulir pengajuan sertifikasi organik diajukan? Dan siapa


yang akan mengeluarkan sertifikat pertanian organik?
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

1. Skema Prosedur Sertifikasi, Jawaban Dan Pertanyaan

A. Skema Sertifikasi Sistem Pertanian Organik

1. Pelaku usaha mengajukan permohonan sertifikasi kepada Lembaga


Sertifikasi Organik (LSO);
2. LSO menunjuk Tim Auditor;
3. Tim Auditor melakukan audit kecukupan, audit lapang dan sampling
kepada pemohon sertifikasi;
4. Tim Auditor menyampaikan hasil auditnya kepada LSO;
5. LSO menyampaikan hasil audit kepada Komisi Teknis untuk dibahas
dalam komisi teknis serta membuat rekomendasi;
6. Komisi teknis menyampaikan rekomendasi kepada LSO;
7. LSO menyampaikan hasil penilaian, apakah pemohon mendapatkan
sertifikasi atau tidak;
8. LSO melakukan surveilen secara periodik.

B. Pertanyaan dan Tugas


1. Operator adalah orang yang memproduksi, menyiapkan atau
mengimpor, untuk tujuan pemasaran produk organik, atau mereka
yang memasarkan produk tersebut,
Tim Auditor adalah Tim yang melakukan kegiatan audit; Audit adalah
penilaian yang independen secara sistematis maupun fungsionil untuk
menetapkan apakah
suatu kegiatan dan hasilnya sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan,
2. Lembaga Sertifikasi Organik yang selanjutnya disebut LSO adalah
lembaga yang bertanggung jawab untuk mensertifikasi bahwa produk
yang dijual atau dilabel sebagai “organik” adalah diproduksi,
ditangani, dan diimpor menurut Standar Nasional Indonesia Sistem
Pangan Organik dan telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional. LSO tersebut bisa nasional maupun LSO asing yang
berkedudukan di Indonesia. Sedangkan
Otoritas Kompeten Pangan Organik yang selanjutnya disebut OKPO
adalah institusi pemerintah yang mempunyai kewenangan atau
kekuatan untuk melakukan pengawasan pangan segar organik yang
dimasukan dan/atau beredar di wilayah Indonesia.
3. proses formulir pengajuan sertifikasi organik diajukan permohonan
sertifikasi kepada Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Dan yang akan
mengeluarkan sertifikat pertanian organic Lembaga Sertifikasi
Organik (LSO) menyampaikan hasil penilaian, apakah pemohon
mendapatkan sertifikasi atau tidak.

2. Formulir Dan Lampiran


F DP 7.2.4.a Rev.3

FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI BUDIDAYA TANAMAN ORGANIK


APPLICATION FORM FOR ORGANIC CROPS CULTIVATION CERTIFICATION

Kepada Yth.

Direktur Operasional LSO INOFICE


Jl. Tentara Pelajar BB4
Bogor -16111

BAGIAN 1 : INFORMASI UMUM MENGENAI PELAKU USAHA


GENERAL INFORMATION REGARDING OPERATOR
Pemohon /Pelaku Usaha Kelompok Tani Bina Syedara
Applicant / Operator
Status Legalisasi Pelaku Usaha Milik pribadi
Lampirkan bukti yang diperlukan
Legalization status of Operator
(Attach the necessary
Evidence)
Alamat/Kode Pos: 24354
Address /Post code

Kabupaten/Kota/Propinsi Aceh Utara


District/City/Province
Telepon/Hp/Faksimili/E-Mail/ 082356478765
Telephone / mobile phone/Fax/E-mail Email : sitihafidhah63@gmail.com

Petugas yang dihubungi Reza Fahri Azmi


(Contact No. Hp : 0822-1044-0046
person/Officer) (No.
Telepon/HP/E-mail)
Produk yang akan disertifikasi Cabai merah besar (Capsicum annum L)
(sebutkan jenis/varietas produk, lampirkan jika
kolom tidak mencukupi)
The product to be certified (Specify
product type /variety, attach if not enough
columns) Jumlah tanaman yang akan
disertifikasi (untuk tanaman
tahunan/perkebunan)
Number of plants to be certified
(for annual crop / estate crops)
Luas lahan yang akan disertifikasi 15 Hektar
Land area to be certified
Jumlah petani/kelompok tani yang akan 23 Orang
disertifikasi
Number of farmers/farmer groups to
be certified
Nama/ alamat lahan/kebun yang akan Desa Tambon Tunong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara
disertifikasi
(lampirkan jika tidak cukup)
Name/address of land/farm to be
certified (Attach if not enough space)
Perkiraan produksi per tahun 18 ton/Ha/tahun
(uraikan per jenis produk, lampirkan
jika kolom tidak mencukupi)
Estimated production per year
(Describe by product type, attach if

1/6
column is
insufficient)

2/6
F DP 7.2.4.a Rev.3

Kapan terahir penggunaan bahan Tahun 2016


kimia sintesis (pupuk dan pestisida)
dan kapan mulai bertani organik
When is the last use of synthetic
chemicals (fertilizers and pesticides) and
when to
start organic farming

Telah mendapatkan sertifikasi sebelumnya? Ya Tidak ✓


Do you have the certification before? Yes No
Bila Ya, sebutkan: If YES please specify

1. Nama/alamat lembaga sertifikasi:


Name/address of certification body
2. Masa berlaku sertifikat:
Validity period of Certificate:

Bila proses tanaman organik terdiri dari beberapa unit (di dalam atau diluar kebun), lengkapi kolom berikut
ini:
If the organic crops process consists of several units (inside or outside the farm), complete the
following columns:
Lokasi/Kebun
Keterangan/ Information
Nama Unit farm location
Unit name Di dalam Di luar Alamat lokasi bila diluar kebun
inside outside Location address if outside the garden
Pembenihan/The hatchery ✓
Pengomposan/Composting ✓
Pembuatan pupuk organik ✓
Organic fertilizer production
Pembuatan pestisida alami ✓
Natural pesticides production
Pengumpulan hasil panen ✓
Collection of crops
Seleksi dan pengeringan ✓
Selection and drying
Penggilingan/ Rice Will -
Gudang/ Warehouse ✓ Jalan Nisam, Desa Tambon Tunong
Unit lain, sebutkan(bila ada):
Other units, mention (if any):

Apakah di dalam proses produksi (antara lain benih, pupuk hayati, penyubur tanah, biopestisida, dan bahan
lainnya) digunakan bahan rekayasa genetik (GMO)?
Is the GMO (genetic engineering) used in the production process (others seeds, biological, soil
fertilizers, biopesticides, and other)?

Ya / Yes Tidak / No ✓
F DP 7.2.4.a Rev.3

BAGIAN 2: DOKUMEN/REKAMAN. /DOCUMENTATION/RECORDS


Lampirkan dokumen/rekaman berikut:
1. Peta lokasi (menggambarkan arah menuju lokasi)
2. Peta lahan (anggota dan peta lahan kelompok)
3. Sejarah tataguna lahan selama 3 tahun terakhir
4. Daftar Anggota (AFL-Approved Farmer List): daftar petani, lengkap dengan kode lahan,
alamat/letak lahan, luas atau jumlah pohon, estimasi produksi, status keorganikan, dan informasi
lainnya yang diperlukan (contoh terlampir).
5. Struktur Organisasi (personil dan nama tenaga kerja yang terlibat) serta uraian tugasnya
6. SOP (budidaya*, pembuatan kompos, pestisida, processing, pengemasan, pengangkutan, dll)
7. Catatan produksi/panen
8. Catatan penjualan/pengiriman produk
9. Daftar konsumen
10. Standar Internal /aturan kelompok dan sanksi bagi yang melanggarnya
11. Surat perjanjian/kontrak anggota dengan pengurus kelompok
12. Farm record keeping/catatan kegiatan petani/anggota
13. Data pendukung bagi kelompok dengan ICS (Internal Control System/SPI (Sistem Pengendalian
Internal) yang harus disiapkan waktu inspeksi :
- Bukti kegiatan ICS (pertemuan/pembinaan kelompok, dilengkapi dengan absen dan topik yang
dibahas)
- Bukti kegiatan komisi persetujuan/komisi teknis/komisi sertifikasi
- Bukti kegiatan inspektor internal
- Dan bukti pendukung lainnya
14. Catatan lainnya:

*) untuk ruang lingkup sayuran, SOP dibuat sesuai jenis atau berdasarkan kelompok atau cara budidaya
yang sama.

Attach the following documents / records:


1. Location map (describes the direction to the location)
2. Land map (group members and group maps)
3. History of land use for the past 3 years
4. List of Members (AFL-Approved Farmer List): list of farmers, complete with land codes, address
/ location of land, area or number of trees, production estimation, The status of organic, and
other necessary information (example attached).
5. Organizational Structure (personnel and name of labor involved) and job description
6. SOP (cultivation*, composting, pesticides, processing, packaging, transportation, etc.)
7. Records of production / harvest
8. Records of product sales / shipments
9. List of consumers
10. Internal standards / group rules and sanctions for those who violate them
11. Farmer agreement / contract of membership with group management
12. Farm record keeping / record of farmer / member activities
13. Supporting data for the group with ICS (Internal Control System) which must be prepared
for inspection time:
- Evidence of ICS activities (group meetings /coaching, supplemented by absences and
topics covered)
- Evidence of activities of commission of approval / technical commission /certification commission
- Evidence of activities of internal inspectors
- And other supporting evidence
14. Other notes:
*) For the scope of vegetables, SOP are made according to type or by group or the same way of cultivation .
Lampiran 1

Sejarah Lahan 2-3 tahun terakhir


Land History last 2-3 years

Kode Unit sesuai Terahir Pengunaan


Tataguna
dengan peta lahan bahan kimia sintetis
Lahan/Pemanfaatan/
Tahun Unit Code in The last year of using
year Jenis Budidaya Tanaman
accordance with of synthetic
the land Land use / crops species chemicals material
2016 A1 - A23 Tanaman Padi 2016
2017 A1 - A7 Tanaman Tomat 2016
A8 - A14 Tanaman Ubi Kayu 2016
A15 - A 23 Tanaman Ubi Jalar 2016
2018 A1 - A7 Tanaman Sawi 2016
A8 - A14 Tanaman Kangkung 2016
A15 - A23 Tanaman Sawi 2016

Aceh,.............................2020

Mengetahui /Ascertain KepalaDesa/PPL Pelaku Usaha


Desa Tambun Tunong Operator
Head of Village/PPL

Mulhadi, S.P. Reza Fahri Azmi


Signature and Stamp

11
Lampiran 2

PETA LAHAN
LAND MAP
Lampiran 3

PETA LAHAN
VILLAGE MAP
Lampiran 4

DAFTAR PETANI KELOMPOK TANI BINA SYEDARA


Jumlah
tegakan
Terakhir Tanaman sela
Nama Blok (pohon)
penggunaan (jika ada)
Kelompok dan Khusus
Luas pupuk/pestisida/her Khusus untuk
Tani Kode untuk Tahun
Nama Petani Lahan bisida kimia sistetis tanaman
(untuk petak tanaman tanam
(Ha) (bulan,tahun) tahunan/perkebunan
No. gapoktan) tahunan/
name of
Bloc perkebunan Year of
farmer Land Last use of Intercropin
Farme k and Number of planting
area fertilizer / pesticide / g (If any)
r Grid tree
chemical herbicide Especially for annual
Group code Especially
synthethic (month crop / Estate crops
Name for annual
year)
crop /
estate crops
1 Amaddin - A1 1,2 - - Maret, 2016 -
2 Azhar Gani - A2 0.4 - - Agustus, 2016 -
3 Baidarus - A3 0.2 - - Agustus, 2016 -
4 Bakti Amir - A4 0.8 - - Maret, 2016 -
5 Fakridan - A5 1.5 - - Agustus, 2016 -
6 Husni - A6 2 - - Maret, 2016 -
7 Hasan - A7 0.2 - - Maret, 2016 -
8 Ilham H. Isa - A8 0.2 - - Agustus, 2016 -
9 Jauhar Aulia - A9 0.4 - - Maret, 2016 -
10 Nurman - A10 2.5 - - Agustus, 2016 -
11 Nisfun Nahar - A11 1.3 - - Agustus, 2016 -
12 Nardi - A12 0.7 - - Maret, 2016 -
13 Na Daka - A13 0.2 - - Agustus, 2016 -
14 Mansur - A14 0.4 - - Agustus, 2016 -
15 Muchsin - A15 0.2 - - Maret, 2016 -
16 Muhammad - A16 0.2 - - Agustus, 2016 -
Ridwan
17 Mulhadi - A17 0.5 - - Maret, 2016 -
18 Pon Baka - A18 0.6 - - Maret, 2016 -
19 Teuku Maulana - A19 0.3 - - Agustus, 2016 -
Umar
20 Teuku Zia - A20 0.3 - - Maret, 2016 -
21 Teuku Hasyim - A21 0.5 - - Agustus, 2016 -
22 Yusnaidi - A22 0.2 - - Agustus, 2016 -
23 Zakaria - A23 0.2 - - Maret, 2016 -
JUMLAH/TOTAL 15
Lampiran 5

STRUKTURORGANISASI
KELOMPOK TANI BINA SYEDARA

KETUA
AMADDIN

SEKRETARIS BENDAHARA
Teuku Maulana Umar Husni

ANGGOTA
1. Azhar Gani 11. Na Daka
2. Baidarus 12. Mansur
3. Bakti Amir 13. Muchsin
4. Fakridan 14. Muhammad Ridwan
5. Hasan 15. Mulhadi
6. Ilham A. Isa 16. Pon Baka
7. Jauhar Aulia 17. Teuku Zia
8. Nurman 18. Teuku Hasyim
9. Nisfun Nahar 19. Yusnaidi
10. Nardi 20. Zakaria
Lampiran 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dalam usaha tani tidak boleh dilakukan dengan cara
pembakaran. Hal-hal yang harus dilakukan dalam persiapan lahan adalah
sebagai berikut:
a. Tidak menyiapkan lahan dengan cara pembakaran, termasuk pembakaran
sampah.
b. pencegahan degradasi lahan (erosi, salinitasi, dan lainnya);
c. pemeliharaan dan peningkatan kesuburan dan aktivitasbiologi tanah yang
dilakukan dengan:
- Penanaman kacang-kacangan (leguminoceae), pupuk hijau atau
tanaman berakar dalam, melalui program rotasi tahunan yang sesuai.
- Mencampur bahan organik ke dalam tanah baik dalam bentuk kompos
maupun segar, dari unit produksi yang sesuai dengan standar ini.
Produk samping peternakan, seperti kotoran hewan, boleh digunakan
apabila berasal dari peternakan yang dilakukan sesuai dengan Tabel
A.1 pada Lampiran A SNI-6729-2016.
- Untuk aktivasi kompos dapat menggunakan mikroorganisme atau
bahan lain yang berbasis tanaman yang sesuai.
- Bahan biodinamik dari stone meal (debu atau bubuk karang tinggi
mineral), kotoran hewan atau tanaman boleh digunakan untuk tujuan
penyuburan, pembenahan dan aktivitas biologi tanah.
d. Bahan baru yang akan digunakan sebagai pupuk dan pembenah tanah
selain tercantum dalam SNI-6729-2016 lampiran A.1 dan A.2 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Telah terbukti mampu menyuburkan atau mempertahankan kesuburan
tanah, menyediakan hara tertentu;
- Berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba atau mineral yang diproses
secara fisik (mekanis, pemanasan, dan lain-lain), enzimatis atau
mikrobiologi (kompos, fermentasi, dan lain-lain). Proses kimiawi
dibatasi hanya untuk proses ekstraksi atau sebagai bahan pengikat;
- Penggunaannya tidak merusak keseimbangan ekosistem tanah, sifat
fisik tanah atau mutu air dan udara;
- Penggunaannya dibatasi untuk kondisi, daerah atau komoditas
tertentu.

2. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan


Pengolahan lahan dilakukan seefisien mungkin dan sesuai dengan kaidah
konservasi lahan. Bedengan dibuat dengan ketentuan:
a. Dimensi bedeng standar adalah 1m x 10 mx 0,2-0,2 m dengan jarak antar
bedeng 50 cm.
b. Di sekiling bedengan di tanam rumput penguat
c. Arah bedengan dibuat arah timue barat
Tahapan pengolahan tanah selanjutnya adalah:
a. Menebarkan pupuk organik atau kompos sesuai dosis ke permukaan
bedeng
b. Melakukan pengolahan tanah minimum
c. Menutup permukaan bedengan dengan mulsa organik berupa sisa
tanaman untuk melindungi permukaan tanah

3. Persiapan Benih dan Penanaman


Benih yang digunakan dalam pertanian organik memiliki syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Benih bersertifikat organik
b. Apabila benih tersebut tidak ada, maka dapat menggunakan benih hasil
budidaya tanaman organik
c. Apabila benih tersebut pun tidak ada, dapat menggunakan benih non-
organik untuk tahap awal, selanjutnya harus menggunakan benih organik.
d. Apabila ketiga benih tersebut pun tidak ada, dapat menggunakan benih
yang diperdagangkan. Namun harus dilakukan pencucian terlebih dahulu
untuk menghilangkan kontaminan pada benih.
e. Sedangkan untuk tanaman semusim, tidak boleh memindahkan tanaman
yang ditumbukan dari lahan non organik atau ditumbuhkan secara non
organik kedalam lahan organik.

4. Pemupukan
Pemupukan dalam budidaya pertanian organik harus menggunakan bahan-
bahan yang berasal dari alam atau organik. Jenis pupuk yang dapat digunakan
antara lain pupuk kandang, urinternak, sisa tanaman/jerami, dan pupuk hijau.
Produk pupuk dan penyubur tanah komersil yang digunakan adalah produk
yang sudah disertifikasi organik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sedangkan pupuk organik yang proses pembuatannya dengan pemanasan
buatan dan sulit terurai pada aplikasinya (granul) tidak diijinkan digunakan.

5. Pengendalian OPT
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) harus
memperhitungkan dampak dan mengutamakan pencegahan sebelum
pengendalian. Pengelolaan OPT dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
a. Pencegahan
1) Pemilihan varietas yang sesuai;
2) Program rotasi/pergiliran tanaman yang sesuai;
3) Program penanaman tumpang sari;
4) Pengolahan tanah secara mekanik;
5) Penggunaan tanaman perangkap;
6) Pengendalian mekanis seperti penggunaan perangkap, penghalang,
cahaya dan suara;
7) Pelestarian dan pemanfaatan musuh alami (parasitoid, predator
dan patogen serangga) melalui pelepasan musuh alami dan
penyediaan habitat yang cocok.
b. Pengendalian
Apabila pengendalian tidak eketif dan terdapat kasus yang membahayakan
maka dapat digunakan bahan yang diperbolehkan untuk pengendalian OPT.
Dalam SNI 6729 Tahun 2016 dilampirkan bahan yang diperboleh dan
dilarang untuk pengendalian OPT. pengendalian gulma dilakukan dengan
pemanasan dan penggembalaan ternak sesuai dengan komoditas.

6. Panen dan Pasca Panen


a. Panen
Pada tanaman cabe yang dibudidayakan secara organik, panen dapat
dilakukan sampai tanaman berumur 14 bulan. hal ini bisa dilakukan
karena perawatan yang intensif dan pemberian pupuk yang kontinyu.
setelah tanaman tidak lagi produktif dan akan diganti, maka tanaman
harus dicabut dan dibakar untuk mengantisipasi kemungkinan adanya
bibit penyakit yang tidak terpantau.

b. Pasca Panen
Pasca panen dalam usaha tani harus dilakukan dengan tepat dan hati-
hati yaitu meminimalkan penggunaan bahan tambahan pangan dan bahan
penolong. Hal-hal yang dilarang yaitu:
- Radiasi pengion (ionizing radiation) untuk pengendalian hama
- pengawetan makanan
- pemusnahan penyakit atau sanitasi
- fumigasi dengan metyl bromide dan phosphine kecuali dengan CO2,
N dan ozon
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
- Pencucian produk organik segar dilakukan dengan menggunakan air
standar baku yang diizinkan untuk sistem pertanian organik.
- Tidak mencampur produk organik dengan produk non-organik dalam
pengolahan, penyimpanan dan transportasi.
- Peralatan pasca panen harus bebas kontaminasi bahan kimia sintetis
- Tidak menggunakan bahan pembungkus yang menimbulkan
kontaminasi produk
- Dalam pengemasan disarankan menggunakan bahan yang dapat
didaur ulang atau digunakan kembali atau menggunakan bahan yang
mudah mengalami dekomposisi.
- Penyimpanan produk organik harus dipisahkan dari produk
konvensional serta harus jelas dicantumkan pada label.
7. Pengemasan
Pengemasan harus mencantumkan logo organik Indonesia dimana telah
memperoleh sertifikat organik. Produk Organik yang mengalami proses
pengemasan ulang tidak diperbolehkan mencantumkan Logo Organik
Indonesia sebelum dilakukan sertifikasi ulang. Logo organik dicantumkan
setelah penulisan nama jenis produk. Penulisan tersebut harus proporsional
dan tidak lebih besar dari nama jenis produk. Bagian utama label harus
ditempatkan pada sisi kemasan produk yang paling mudah dilihat, diamati,
dan atau dibaca oleh masyarakat pada umumnya. Keterangan dan atau
pernyataan tentang produk organik dalam label harus benar dan tidak
menyesatkan yang dicantumkan pada produk/komoditas lansung atau
kemasan produk.

8. Pengangkutan/Pendistribusian
Pendistribusian produk pertanian organik dalam pengangkutannya
membutuhkan tempat penyimpanan. Tempat penyimpanan dan container
untuk pengangkutan produk organik segar harus dibersihkan dahulu dengan
menggunakan metode dan bahan yang boleh digunakan. Jika tempat
penyimpanan atau container yang akan digunakan tidak hanya digunakan
untuk produk organik, maka harus dilakukan tindakan pengamanan agar
produk organik tidak terkontaminasi oleh produk non-organik. Namun tidak
mewajibkan pemisahan fasilitas penyimpanan dan kendaraan transportasi,
hanya saja harus adapemisahan yang jelas antara produk organik dengan
konvensional. Selama pendistribusian, integritas produk pertanian harus
diperlihara dengan melindungi produk organik agar tidak tercampur dengan
produk non-organik dan tidak kontak dengan bahan yang tidak diizinkan.
Lampiran 7

Catatan Produksi (cabai)

No Komoditi Luas (ha) Bulan produksi Produksi/panen (ton)


1 Cabai 15 Maret 2016 9
2 Cabai 15 Agustus 2016 8,7
3 Cabai 15 Maret 2017 9,2
4 Cabai 15 Agustus 2017 8,9
5 Cabai 15 Maret 2018 9,1
6 Cabai 15 Agustus 2018 8,8
7 Cabai 15 Maret 2019 9
8 Cabai 15 Agustus 2019 9

Catatan :

Total rata-rata produksi/panen cabai adalah 8,9 ton atau 9 ton.


Untuk total produksi/panen cabai dari tahun 2016-2019 adalah 71,7 ton.
Lampiran 8

Catatan Penjualan (cabai)

No komoditi Bulan Hasil Penjualan Total keterangan


produksi (ton) penjualan ( jt)
(ton)
1 Cabai 5 ton ke
Maret supermarket
9 9 180
2016 dan 4 ton ke
pasar
2 Cabai 5 ton ke
Agustus supermarket
8,7 8,7 168
2016 dan 3,7 ton
ke pasar
3 Cabai 5 ton ke
Maret supermarket
9,2 9,2 184
2017 dan 4,2 ton
ke pasar
4 Cabai 5 ton ke
Agustus supermarket
8,9 8,9 178
2017 dan 3,9 ton
ke pasar
5 Cabai 5 ton ke
Maret supermarket
9,1 9,1 182
2018 dan 4,1 ton
ke pasar
6 Cabai 5 ton ke
Agustus supermarket
8,8 8,8 176
2018 dan 3,8 ton
ke pasar
7 Cabai 5 ton ke
Maret supermarket
9 9 180
2019 dan 4 ton ke
pasar
8 Cabai 5 ton ke
Agustus supermarket
9 9 180
2019 dan 4 ton ke
pasar

Catatan :

Total rata-rata penjualan cabai seluas 15 ha yaitu 178,5 jt dalam sekali panen
dengan berat sekali produksi/panen rata-rata 8,9 sampai 9 ton.
Lampiran 9

Daftar Konsumen

No Nama Jenis Domisili Pembelian Tipe Keterangan


kelamin
1 Habib Laki-laki Medan Cabai Agen Supermarket
2 Asep Laki-laki Lhokseumawe Cabai Agen Pasar
3 Mulyono Laki-laki Bireun Cabai Agen Pasar
4 Udin Laki-laki Bireun Cabai Agen Pasar
5 safrizal Laki-laki Lhokseumawe Cabai Agen Pasar
6 Jono Laki-laki Lhokseumawe Cabai Agen Pasar
7 Danu Laki-laki Medan Cabai Agen Supermarket
8 Bagas Laki-laki Medan Cabai Agen Supermarket
9 Budi Laki-laki Medan Cabai Agen Supermarket
10 Tarno Laki-laki Medan Cabai Agen Supermarket
11 Agus Laki-laki Lhoksukon Cabai Agen Pasar
12 Cahyono Laki-laki Lhoksukon Cabai Agen Pasar
13 Andre Laki-laki Bireun Cabai Agen Pasar
14 Damar Laki-laki Lhoksukon Cabai Agen Pasar
15 Dimas Laki-laki Lhoksukon Cabai Agen Pasar

Catatan :

Daftar konsumen yang membeli cabai mulai dari wilayah Medan, Lhokseumawe,
Bireun dan Lhoksukon.
Lampiran 10

STANDAR INTERNAL ORGANIK KELOMPOK TANI

A. PERSIAPAN LAHAN
 Status lahan legal (ada surat hak milik/surat keterangan tanah garapan)
milik sendiri, sewa, dll. Surat keterangan berupa SKT, Sertifikat tanah, P2,
atau SPPT
 Mempunyai surat ijin garap, jika lahan yang digunakan milik orang lain
atau instansi pemerintah dan atau swasta
 Tidak membuka lahan di dalam area hutan lindung, cagar alam, dan area
yang memiliki nilai konservasi tinggi serta tidak membuka lahan dengan
cara dibakar
 Perlakuan di lahan organik tidak boleh menggunakan bahan kimia dan
tidak boleh melakukan pembakaran bahan-bahan organik (sisa tanaman,
serasah daun, rumput) maupun non organik (plastik) di lahan, kecuali
untuk kegiatan pengasapan yang bertujuan sebagai pengusiran hama tetapi
harus dengan pengawasan dari petani atau ICS
 Lahan sudah melewati masa konversi lahan, untuk tanaman tahunan
dikonversi selama 3 tahun serta dapat dipersingkat menjadi 18 bulan
(SNI), jika terdapat bukti bahwa beberapa tahun sebelumnya lahan sudah
tidak menggunakan bahan kimia yang disertai dengan bukti berupa surat
pernyataan resmi dari pihak ketiga seperti desa dan dinas perkebunan
setempat
 Lahan diperlakukan secara organik dan telah melalui masa konversi
selama 4 tahun [standar COR (ekspor)]
 Terdapat tanaman penyangga atau batas tanaman minimal 4 meter (SNI),
8 meter (COR). Penyangga dapat berupa lahan kosong, jalan, sungai, lahan
yang ditanami tanaman pagar yang tingginya melebihi tanaman utama,
tanaman kayu atau tanaman kopi itu sendiri dengan catatan ketika panen
hasilnya dipisahkan
 Pupuk yang digunakan pada lahan organik berasal dari pupuk organik
seperti pupuk kompos dan pupuk kandang
 Pembuatan pupuk kompos harus sudah sempurna (sudah hancur dan
remah, sudah tidak berbentuk kotoran, dan tidak berbau) harus
dikomposkan minimal 3 bulan, Kompos yang digunakan yaitu kompos
dari tanaman eceng gondok
 Pada lahan organik diwajibkan membuat rorak untuk menimbun
sampah- sampah organik seperti daun kering, ranting, dll
 Sumber air yang digunakan berasal dari air tadah hujan atau mata air
 Pembuatan filterisasi/penyaringan air minimal 0,1% dari luas lahan, jika
lahan berdekatan dengan badan air seperti mata air, sungai, dll.

B. PEMBIBITAN
 Asal bibit harus berasal dari indukan atau tanaman induk milik petani
atau anggota kelompok, jika bibit beli diluar atau dipasar harus bibit yang
sudah memiliki sertifikasi organic
 Apabila bibit/benih tersertifikasi tidak ada dapat menggunakan
bibit/benih non organik yang diproduksi secara organic
 Bibit bukan hasil dari rekayasa genetika

C. PENANAMAN ATAU PENYULAMAN


 Peralatan yang digunakan pada saat penanaman baru atau penyulaman
harus dicuci terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi peralatan
 Jarak tanaman cabe berkisar 30cm x 50 cm
 Untuk penanaman atau penyulaman menggunakan pola tanam yang
sudah ada sebelumnya dari penanaman lama, tujuan dari penentuan pola
tanam yaitu : a. Mengoptimalkan jumlah tanaman per hektar b.
Mengoptimalkan fungsi pohon pelindung c. Meminimalkan kerugian yang
timbul pada nilai kesuburan tanah
 Pembuatan lubang tanam, lubang tanam yang optimal adalah yang
berukuran 5 cm
 Penanaman dilakukan dengan memasukkan polybag ke dalam lubang
tanam, kemudian plastik polybag disayat dengan menggunakan pisau dan
dilepaskan dari media bibit. Cara ini dilakukan untuk mencegah bibit cabe
stres karena rusaknya media semai. Setelah itu lubang ditutup
menggunakan tanah dan dipadatkan. Tanah disekitar batang dibuat lebih
tinggi agar air hujan tidak menggenang dan untuk mencegah pembusukan
akar bibit cabe.

D. PEMELIHARAAN
 Sebelum atau sesudah peralatan pertanian yang digunakan dicuci terlebih
dahulu di air mengalir dan tanpa menggunakan bahan kimia apapun.
 Alat pertanian yang digunakan harus terpisah untuk produk organik dan
produk non organik atau dilakukan pencucian alat terlebih dahulu jika
menggunakan di kedua lahan tersebut
 Melakukan pencatatan mengenai alat pertanian yang digunakan pada
lahan, dalam penanaman, pemeliharaan, maupun pengendalian hama
penyakit
 Pengendalian gulma tanaman dilakukan dengan cara pemangkasan
secara manual
 Jika petani atau pekerja melakukan pemeliharaan dengan pemupukan
kandang atau kompos, maka petani atau pekerja wajib memastikan bahwa
pupuk tersebut tidak mencemari badan air atau sumber air
 Melakukan pencatatan mengenai seluruh bahan yang digunakan pada
lahan, dalam hal pemeliharaan, penanaman, maupun pengendalian hama
penyakit
 Melakukan jadwal pembersihan sampah plastik disekitar lahan organik
minimal 1 bulan sekali

E. PENGENDALIAN ORGANISME PENGANGGU TANAMAN (OPT)


 Melestarikan dan memanfaatkan musuh alami hama penyakit sebagai
pengendalian hama secara alami
 Bagian- bagian tanaman yang terkena hama penyakit dilakukan
pemangkasan secara berkala
 Menggunakan pupuk cair, dengan bahan berupa : bongkol pisang, gula
merah, air kelapa, dan air beras
 Membuat dan menggunakan perangkap hama buatan (feromon),
kondomisasi (penyarungan buah), pembuatan sarang semut, serta
pemetikan dan pembenaman buah busuk
 Menanam tanaman peranggap atau tanaman repellen (penolak) seperti
tanaman kembang tegetes, tanaman yang berbunga cerah, dll
 Penggunaan pestisida nabati dalam membasmi hama dan penyakit yang
menyerang tanaman  Pada pembuatan pestisida nabati dilarang
menggunakan campuran detergen atau bahan kimia lainnya
 Dalam pembuatan pestisida nabati, petani wajib menggunakan alat
pelindung diri (APD) seperti masker, sarung tangan, dan sepatu atau boots
 Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara memotong
langsung bagian yang terkena hama atau penyakit
 Melakukan pencatatan serangan hama dan penyakit pada tanaman serta
cara pengendaliannya
 Melakukan pencatatan mengenai seluruh bahan yang digunakan pada
saat pembasmian hama dan penyakit tanaman
F. PEMANENAN
 Area panen harus jauh dari bahan kimia
 Kriteria cabe yang dipanen buahnya harus sudah matang berwarna merah
 Peralatan panen tidak terkontaminasi bahan kimia dapat dilakukan
pencucian setelah alat tersebut dipakai
 Tidak menggunakan wadah bekas bahan kimia/ karung bekas pupuk
kimia, untuk digunakan sebagai tempat hasil panen
 Pemisahan wadah atau tempat hasil panen antara produk organik dan
non organik agar tidak terjadi pencampuran produk
 Pencucian peralatan tidak menggunakan bahan yang mengandung
kimia, sebaiknya dicuci di air mengalir saja
 Dilakukan pencatatan hasil panen dan perkiraan hasil panen untuk
menjaga adanya pencampuran hasil panen dengan yang bukan organik
 Tempat pengemasan sebaiknya diberikan label organik dan kode petani
sehingga tidak terjadi pencampuran produk
 Hasil panen tidak tercemar kotoran, oli, bensin dll
G. PELABELAN PRODUK DI TINGKAT PETANI
 Hasil panen produk organik diberi label pada karung atau kemasan atau
wadah, dengan mencantumkan informasi berupa kode lahan dan tanggal
panen, misal : MP-01 – 15042018
 Pemisahan produk organik dan bukan organik (termasuk area
penyangga), dengan pemberian label yang berbeda dan secara jelas dapat
dibedakan mana produk organik dan non organik, misal : MP-01 –
15042018 (untuk label organik) dan 15042018NON (untuk label non
organik)
 Pencantuman label harus terlihat jelas di sisi karung atau kemasan atau
wadah dan menggunakan alat tulis yang tidak mudah hilang atau luntur
 Jika di tingkat petani terdapat timbangan berat, maka petani wajib
mencantumkan hasil panen pada label kemasan atau wadah, misal : MP-01
– 15042018 – 50kg

H. PENGANGKUTAN HASIL PANEN


 Hasil panen cabe organik di angkut menggunakan wadah atau karung
atau kemasan yang berbeda
 Pada saat pengangkutan dari lahan ke rumah petani atau dari rumah
petani ke unit pembelian ICS, karung atau wadah yang digunakan harus
tertutup rapat untuk mengurangi resiko kontaminasi dari udara maupun
tumpahan bensin dan oli kendaraan atau kotoran hewan
 Posisi karung atau wadah saat diangkut jangan melebihi beban
maksimum kendaraan atau jangan ditumpuk, karena untuk mengurangi
resiko kerusakan pada hasil panen
H. PASCA PANEN
 Pemisahan kegiatan pasca panen antara produk organik dan bukan
organik untuk mengurangi resiko pencampuran produk
Lampiran 11

SURAT PERJANJIAN KELOMPOK TANI BINA SYEDARA

Surat Pernyataan

Kami yang bertanda tangan di bawah ini adalah anggota kelompok


tani bina syedara. Desa Tambon Tunong Kecamatan Dewantara
KabupateN Aceh Utara dengan ini menyatakan bahwa lahan kami untuk
lahan tanaman organic cabe sebagai pihak telah sepakat untuk
mengadakan surat perjanjian kerjasama yang mengikat dan berakibat
hokum bagi pihak untuk melaksanakan tanaman organic cabe.

Mengetahui:
Ketua Kelompok Tani Badan sertifikasi Organik

Amaddin Kasino panjaitan


Lampiran 12

Catatan Kegiatan Sertifikasi:

 Membuat kalender tanam


 Mengukur tinggi tanaman
 Menulis dosis pupuk yang akan berikan
 Menulis hama tanaman
 Menulis tanggal-tanggal pemupukan
 Menulis jenis pupuk kompos yang di berikan
3. Pernyataan/statement

BAGIAN 3 : PERNYATAAN/STATEMENT

Saya yang bertandatangan dibawah ini mengajukan permohonan sertifikasi budidaya tanaman
organik.Saya/kami menyetujui jika dilakukan inspeksi atau pengambilan contoh setiap saat, baik contoh
tanah, air, tanaman atau bahan-bahan lain yang saya/kami gunakan dalam produksi organic dan saya/kami
benar-benar akan mengikuti aturan dalam Standar Pertanian Organik INOFICE.

I hereby undersigned to apply for certification of organic cultivation. I/we agree to be inspected or
sampling at any time, for example soil, water, plants or other materials I/we use in organic production and I
/ we will completely follow the rules in the Organic Farming Standard of INOFICE.

Nama Pemohon : Amaddin


Name of Applicant:

Jabatan Pemohon : Ketua Kelompok Tani Bina Syedara


Position of Applicant:

Dewantara, 14 November 2020

(Amaddin)

B. Pembahasan
Sertifikat pertanian organik secara formal didapatkan melalui proses
sertifikasi yang harus dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
Lembaga akreditasi untuk sertifikasi tersebut di Indonesia adalah Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Dalam mendapatkan sertifikat organik
diperlukan operator, yaitu istilah untuk pelaku usaha pertanian organik, baik
petani, LSM, atau penunjukan dari pemerintah. Kelengkapan dokumen
administratif dan kelembagaan harus dipenuhi oleh operator (Widowati,
2018).
Persyaratan sertifikasi organik terdiri dari persyaratan manajemen dan
persyaratan teknis. Persyaratan manajemen diperlukan untuk menjamin
sistem berjalan efektif dan efesien. Sedangkan persyaratan teknis harus
didokumentasikan secara sistematis sesuai persyaratan standar dan regulasi
teknik. Langkah paling penting yang harus dipersiapkan unit usaha untuk
keperluan proses sertifikasi produk organik adalah menyerahkan dokumen
isian formulir sertifikasi beserta data pendukungnya. Formulir diisi oleh
pemohon seperti terlampir dalam laporan ini dan dilengkapi lampiran
dokumen/rekaman (PERMENTAN, 2013).
Berdasarkan skema sertifikasi sistem pertanian organik, tahapan yang
harus dilakukan oleh pelaku usaha atau produser yaitu pengajuan permohonan
sertifikasi produk organik oleh pelaku usaha bisa melalui pendaftaran secara
online ataupun langsung datang ke LSO. Selanjutnya LSO akan memberikan
formulir pendaftaran kemudian tim audit akan diutus untuk melakukan audit
kecukupan. Apabila hasil audit menyatakan cukup dan layak, maka LSO akan
memberikan penawaran biaya sertifikasi. LSO juga memberikan jadwal dan
nama petugas inspektor yang akan melaksanakan audit dokumen dan inspeksi
lapang (Dzajuli, 2014).
Namun apabila ada hal-hal yang kurang sesuai maka akan dicatat dalam
lembaran ketidak sesuaian (LKS) dan diberikan ke Pelaku Usaha untuk
diperbaiki. Hasil inspeksi di lapang dan tindakan perbaikan oleh Pelaku
Usaha akan dipresentasikan oleh Inspektor di Sidang Komisi Sertifikasi untuk
mendapatkan keputusan lulus atau tidaknya proses sertifikasi dari Pelaku
Usaha. Apabila Komisi Sertifikasi meluluskan, maka LSO akan menerbitkan
sertifikat kelulusan yang berlaku tiga tahun dan sertifikat tersebut akan
diserahkan oleh Pimpinan LSO kepada pelaku usaha sekaligus pemberian hak
penggunaan logo Organik Indonesia (Dzajuli, 2014).
Ketika petani organik sudah mendapat sertifikat organik dari LSO
Inofice, untuk memastikan pelaku organik tetap bertani sesuai kaidah organik
maka LSO Inofice akan menerapkan survailen. Survailen adalah bentuk
sistem pengawasan dari Inofice. LSO akan memberikan kesempatan kepada
petani/pelaku usaha apabila saat survailen ditemukan ketidaksesuaian dengan
prosedur organik yang ditetapkan, berupa tenggat waktu 1 bulan. Sertifikat
organik akan dibekukan apabila petani tidak memenuhi dan diberikan
kesempatan lagi selama 2 bulan. Namun apabila petani tetap tidak memenuhi
prosedur sertifikasi, maka sertifikat organik akan dicabut (Kirana, 2019).
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:


1. Sertifikat organik diperoleh melalui sertifikasi oleh lembaga sertifikasi yang
terakreditasi dengan prosedur yang telah ditentukan.
2. Prosedur sertifikasi organik terdiri dari pengajuan formulir permohonan, audit
kecukupan dokumen, proses inspeksi, sidang komisi sertifikasi, pemberian
keputusan sertifikasi, dan pemberian sertifikat organik.
3. Persyaratan untuk mengajukan permohonan sertifikasi organik meliputi
persyaratan manajemen dan persyaratan teknis.
4. Formulir dan lampiran dokumen/rekaman harus dilengkapi pemohon terlebih
dahulu dengan data yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, Muhammad. 2014. Manfaat Dan Proses Sertifikasi Pertanian Organik.


Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Bogor.

Kirana, Firdarani dan Adi Nugraha. 2019. Dialektika Sistem Sertifikasi Pertanian
Organik Dan Gaya Bertani (Farming Styles) Petani Organik (Studi Kasus
Semai Organik Dan Eco Camp). Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi
PertanianUNPAD. p-ISSNNo. 2528-4576 / e-ISSNNo. 2615-7411. Agricore
Volume 4 Nomor 2, Des2019.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013 Tentang


Sistem Pertanian Organik.

Widowati, Ladiyani Retno dkk. 2018. Sistem Budidaya Sayuran Organik. Jakarta:
IAARD PRESS.
PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK 8

8. Dewi Fortuna Samosir :


Menjawab pertanyaan dan tugas, membuat standar internal, surat
perjanjian/kontrak anggota dengan pengurus kelompok beserta sanksi, dan farm
record keeping/catatan kegiatan petani/anggota
16. Luqman Al-Hakim :
Menjawab pertanyaan dan tugas, membuat peta lokasi, peta lahan dan sejarah
tataguna lahan selama 3 tahun terakhir
24. Reza FahriAzmi :
Mengisi keterangan skema, membuat catatan produksi/panen, catatan
penjualan/pengiriman produk, dan daftar konsumen, serta menyusun laporan
32. Siti Hafidhah :
Membuat daftar anggota kelompok tani, struktur organisa poktan, dan SOP,
mengisi bagian 3 serta menyusun laporan
40. Ani Merianti :

Anda mungkin juga menyukai