Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KULTUR JARINGAN

PEMBUATAN MEDIA MS0 DAN MS11


SERTA STERILISASI PADA VANILI

Disusun :
Indriawati
J3G818093

PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umunya media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar dan
media perlakuan. Resep media dasar adalah resep kombinasi yang mengandung
hara esensial (makro dan mikro), sumber energy dan vitamin. Dalam kultur
jaringan dikenal puluhan macam media dasar. Penamaan resep media dasar
umumnya diambil dari nama penemunya atau peneliti yang pertama kali dalam
kultur yang khusus dan memperoleh suatu hasil yang penting. Sedangkan media
perlakuan adalah media dasar yang sudah mengalami penambahan zat pengatur
tumbuh (ZPT) sesuai dengan jenis tanaman yang di kultur.
Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda
komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan
pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro.
Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi
unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman (Marlina
2004). Terkadang untuk kultur tertentu kombinasi zat kimia dari Murashinge dan
Skoog masih teteap digunakan tetapi konsentrasinya diubah. Sebagai contoh,
media setengah MS berarti konsentrasi persenyawaan yang digunakan adalah
setengah konsentrasi media MS.
Dalam kultur jaringan tahapan selanjutnya setelah pembuatan media
adalah sterilisasi. Sterilisasi yang akan dilakukan dalam praktikum ini adalah
sterilisasi pada eksplan vanili, sterilisasi ini bertujuan untuk mencegah
kontaminasi mikroba karena media kultur jaringan yang digunakan kaya akan
nutrisi dan merupakan sumber makanan yang baik untuk bakteri dan cendawan
( wetherell 1988)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari cara membuat media MS
dan MS 11 serta mengetahui komposisi dasarnya dan juga untuk mempelajari cara
sterilisasi pada vanilli.
TINJAUAN PUSTAKA

Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda


komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan
pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro.
Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi
unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman (Marlina,
2004).
Media MS mengandung hara makro dan mikro seperti NH4NO3; KNO3;
CaCl2.2H2O; MgSO4.7H2O; KH2PO4; FeSO4. 7H2O; Na2EDTA; MnSO4.
4H2O; ZnSO4. 7H2O; H3BO3; KI; Na2MoO4. 2H2O; CuSO4. 5H2O, dan
CoCl2. 6H2O (Murashige & Skoog 1962). Nutrien yang tersedia di media
berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme
dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur
tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau
hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen)
dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan
suatu kultur (Soomro, 2003).
Zat pengatur tumbuh adalah persenyawaan organik selain dari nutrient
yang dalam jumlah yang sedikit ( 1mM) dapat merangsang, menghambat, atau
mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman ( Moore, 1979 dalam
Gunawan, 1992). Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk
mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi
pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan
konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat
pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu
auksin, sitokinin, dan giberelin.
Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang
pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ (Gunawan, 1992; 49) Contoh
hormon kelompok auksin adalah 2,4 Dikloro Fenoksiasetat ( 2,4-D), Indol Acetid
Acid (IAA), Naftalen Acetid Acid (NAA), atau Indol Buterik Asetat (IBA).
Golongan sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan sel dan merangsang
pertumbuhan tunas pucuk .Menurut Gunawan, 1992; 52 golongan ini sangat
penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang biasa
digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin, benzilaminopurin (BAP).
Dan giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel, terutama
pembentukan kalus. Hormon kelompok giberelin adalah GA3, GA2, dan GA1.
teknik kultur jaringan akan menjadi layak apabila tahapan awal kegiatan
kultur berupa penyediaan eksplan yang bersih, sehat dan tidak terkontaminasi
dapat terpenuhi. Kegiatan sterilisasi merupakan upaya yang dilakukan dalam
rangka mencegah dan menghindari kontaminasi. Sterilisasi sangat menentukan
keberhasilan dalam perbanyakan tanaman melalui teknik ini. Kegiatan sterilisasi
eksplan yang dilakukan bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme yang
kemungkinan terbawa saat pengambilan eksplan dan ini berpotensi untuk
terjadinya kontaminasi pada tahapan selanjutnya dan berdampak pada
penghambatan pertumbuhan eksplan menjadi kalus ataupun tanaman utuh didalam
media in vitro. (Shofiyani dan Damajanti 2015)
METODOLOGI

Waktu dan Tempat


A. Pembuatan media MS0
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium kultur jaringan Sekolah
Vokasi PSDKU IPB Sukabumi pada hari Jumat,30 Agustus 2019 pukul
10.00 WIB S.d. selesai.

B. Pembuatan media MS11


Praktikum dilaksanakan di Laboratorium kultur jaringan Sekolah
Vokasi PSDKU IPB Sukabumi pada hari Jumat,6 September 2019 pukul
10.00 WIB S.d. selesai.
C. Sterilisasi vanili
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium kultur jaringan Sekolah
Vokasi IPB Cilibende pada hari Jumat,27 September 2019 pukul 10.00
WIB S.d. selesai.

Alat dan Bahan


A. Pembuatan media MS0 dan MS11
Alat dan bahan pada percobaan ini antara lain pipet,gelas
piala,erlenmeyer,labu ukur,spatula kaca,kertas pengukur PH,hot plate
stirrer, autoclave, dan gelas kaca. Sedangkan bahan yang digunakan untuk
membuat 500 ml MS0 yaitu larutan stok makro sebanyak 10 ml,mikro A
sebanyak 5 ml,mikro B sebanyak 0,5 ml,CaCl2 sebanyak 5 ml,myomisitol
sebanyak 5 ml,vitamin sebanyak 5 ml,Fe sebanyak 5 ml,gula sebanyak 15
gr,agar sebanyak 4 gr,dan aquadest secukupunya. Untuk pembuatan media
MS11 cukup ditambahkan bahan IAA sebanyak 0,5 ml dan BAP sebanyak
2,5 ml.

B. Sterilisasi vanili
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain
cawan petri,gelas ukur,petridish,pinset,spatula,scalpel dan gunting.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu 15 potong buku tanaman
vanili,alkohol,kloroks,dithane, dan aquadest.

Metode Kerja

A. Pembuatan media MS0 dan MS11

Pertama-tama larutaan stok dilarutkan dengan cara dipipet sesuai


komposisi yang sudah ditetapkan kemudian siapkan dan timbang gula dan
agar. Sebelum digabungkan dengan larutan stok gula terlebih dahulu
dilarutkan,jika sudah dilarutkan gula tersebut dicampurkan dengan larutan
stok kemudian ditambahkan aquadest hingga mencapai volume 500 ml
setelah itu ukur PH larutan tersebut selanjutnya larutan tadi dipanaskan
menggunakan hot plate stirrer dan agar dicampurkan kedalam larutan
tersebut dan dimasak hingga mendidih,setelah mendidih larutan
dituangkan ke dalam botol yang telah disediakan yaitu 20 botol lalu
ditutup dan diberi label lalu dimasukan kedalam autoclave dengan suhu
121 C selama 30 menit.

B. Sterilisasi vanili

Pertama-tama semua alat dan bahan disiapkan lalu tanaman vanili


direndam dengan dithane kemudian bagian bagian pucuk dan buku
dipotong menjadi 15 bagian,lalu dibilas dengan aquadest hingga dithane
tidak lagi menempel pada tanaman. Setelah bersih tanaman direndam
dalam kloroks 20% selama 20 menit lalu dibilas dengan aquadest steril dan
diiris pada bagian yang terdapat luka,setelah itu tanaman direndam
kembali dalam kloroks 10% salama 15 menit lalu dibilas dengan aquadest
steril dan diiris kembali pada bagian yang luka,setelah itu rendam kembali
dalam kloroks 5% selama 15 menit kemudian tanaman vanili ditanam
dalam media MS0.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum pembuatan media MS0 mengahasilkan 10 botol untuk 1


kelompok media yang semuanya mengalami kontaminasi, sama halnya dengan
media MS11 menghasilkan 10 botol media untuk satu kelompok yang semuanya
terkontaminasi. Untuk sterilisi vanili didapatkan hasil 5 botol untuk 1 kelompok
yang hasil keseluruhannya mengalami kontaminasi.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sebagian besar media dan
tanaman yang dihasilkan mengalami kontaminasi mikrorganisme baik itu bakteri
ataupun cendawan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan kurang sterilnya
alat,bahan,eksplan yang dipakai,dan juga lingkungan praktikum yang kurang steril
karena keberhasilan kultur jaringan yang dilakukan tidak lepas dari ketepatan
pemilihan bahan dasar eksplan yang akan digunakan dan juga teknik sterilisasi
yang dilakukan selama proses kultur jaringan. teknik kultur jaringan akan menjadi
layak apabila tahapan awal kegiatan kultur berupa penyediaan alat dan bahan
serta eksplan yang bersih, sehat dan tidak terkontaminasi dapat terpenuhi.
Kegiatan sterilisasi merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah dan
menghindari kontaminasi. Sterilisasi sangat menentukan keberhasilan dalam
perbanyakan tanaman melalui teknik ini (Shofiyani dan Damajanti 2015).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa percobaan


pembuatan MS0 dan MS11 serta sterilisasi pada tanaman vanili ini gagal karena
kurang sterilnya alat,bahan,eksplan,serta lingkungan praktium.

SARAN

Supaya mendapatkan hasil yang tidak terkontaminasi kesterilan


eksplan,lingkungan,serta praktikan sangat perlu diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan LW. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.

Hendaryono DPS, Wijayani A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta :


Kanisius.

Murashige T, Skoog F. 1962. A Revised Medium for Rapid Growth and Bioassays
with Tobacco Tissue Cultures. Physiol Plant.15 (3): 473-97.

Shofiyani A, Damajanti N. 2015. Pengembanagan Metode Sterilisasi pada


Berbagai Eksplan guna Meningkatkan Keberhasilan Kultur Kalus Kencur.
Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Wetherell DF. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro. New Jersey :
Avery Publishing Group INC.
Wetherell DF. 1988. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro.
Koensoemardiyah,penerjemah. Semarang : IKIP Semarang Press.

Anda mungkin juga menyukai