I.
PENDAHULUAN
benih
6. Umur dan tingkat kemunduran
7. Serangan mikroorganisme selama penyimpanan
8. suhu rendah selama imbibisi (semsilomba, 2008).
Ekstraksi benih merupakan kegiatan mengeluarkan dan membersihkan benih
dari bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan daging buah. Dikenal dua
macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah
berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang
memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi
basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah
seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.
(anonymous,2008)
Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan
perkecambahan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari
golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal
ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan rerumputan.
Perkecambahan Epigeal Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang
menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah
Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil
memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil
menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan
cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan
tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya
kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa
saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih
dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan
lamtoro (Sadjad,1993)
III. BAHAN DAN METODE
4.2 Perhitungan
Perhitungan daya berkecambah =
Rataan 39 43 10 8 82 10 8
Jagung 1 28 32 8 32 60 8 32
2 52 28 8 12 80 8 12
3 36 44 4 16 80 4 16
Rataan 38.67 34.67 6.67 20 73.33 6.67 20
4.3 Pembahasan
Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya
radikel menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan bahwa
perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari
dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah
normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Untuk mengetahui kemampuan
benih untuk berkecambah dilakukan uji daya perkecambahan benih.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang
sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan
jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam
kondisi dan periode tertentu.
Pengujian daya berkecambah ini dapat dilakukan dalam beberapa metode. Untuk
menentukan metode apa yang digunakan hal tersebut tergantung pada jenis dan
karakter tumbuh benih. Metode yang biasa dilakukan adalah:
a) Uji pada kertas ( yang digunakan dalam praktikum)
b) Uji antar pasir
c) Uji pasir
Setelah penanaman dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah mengevaluasi
kecambah. Evaluasi kecambah dilakukan 2 kali pada benih jagung dan kedelai
evaluasi pertama dilakukan pada hari ke 3 dan evaluasi hari kedua dilakukan
pada hari ke 5. Pada evaluasi yang pertama hanya dilihat kecambah normal saja.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:
a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang
yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan
berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik
b) Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun
primer, dan koleoptil
c) Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.
Dengan kriteria tersebut kecambah normal diambil lalu dipisahkan dari benih
yang belum berkecambah. Jumlah kecambah normal tersebut kemudian dihitung.
Pada evaluasi kedua yaitu melihat adanya kecambah normal, kecambah
abnormal, benih yang tidak berkecambah (benih keras, benih segar tidak
tumbuh, benih mati/ busuk). Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak
memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal.
Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :
a) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat.
Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.
b) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah
atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula
atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau
tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
c) Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai
ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal
kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai
akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah
namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih
tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari
perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan
tumbuh normal.
b) Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih
tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak
mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran
benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel
terhadap gas dan air.
c) Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak
segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang
telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan
karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada
saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama
dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari
induknya.
Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan
perkecambahan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari
golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal
ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan rerumputan.
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Uji daya berkecambah benih dilakukan untuk mengetahui kemampuan benih
untuk berkecambah pada lingkungan yang serba memadai.