Anda di halaman 1dari 3

Keamanan pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan produk pangan.

Penyediaan pangan yang cukup disertai terjaminnya keamanan, mutu dan gizi pangan yang
dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Tuntutan konsumen akan keamanan pangan yang juga turut mendorong kesadaran
produsen menuju persaingan sehat yang berhulu pada jaminan keamanan pangan bagi
konsumen. Untuk menjamin bahwa penanganan pangan hasil pertanian dilaksanakan
dengan baik, maka unit usaha pangan hasil pertanian harus mendapatkan pengakuan
jaminan mutu pangan hasil pertanian. Pengakuan tersebut diberikan setelah dilakukan
penilaian terhadap pelaku usaha yang dinyatakan mampu dan memenuhi persyaratan.

 Sertifikat prima adalah proses pemberian sertifikat sistem budidaya produk yang
dihasilkan setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta memenuhi
semua persyaratan untuk mendapatkan label produk Prima Satu (P-1), Prima Dua (P-2),
dan Prima Tiga (P-3).

 Tujuan dari pelaksanaan sertifikasi prima tersebut adalah memberikan jaminan mutu dan
keamanan pangan, memberikan jaminan dan perlindungan masyarakat/konsumen,
mempermudah penelusuran kembali dari kemungkin penyimpangan mutu dan
keamanan produk, dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
(pphp.pertanian.go.id, 2015)

 Prima Satu (P-1) merupakan penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani
dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, bermutu baik, dan cara produksinya
ramah terhadap lingkungan.

 Prima Dua (P-2) yaitu penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha tani dimana
produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik. Sedangkan

 Prima Tiga (P-3) adalah penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha tani dimana
produk yang dihasilkan aman di konsumsi (tekpan.unimus.ac.id, 2015).

 Pemberian sertifikasi tersebut dilakukan oleh lembaga pemerintah yaitu

a. Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD), dan Otoritas Kompetensi


Keamanan Pangan Pusat (OKKPP).

b. Pemberian sertifikat kepada pelaku usaha pertanian merupakan pengakuan bahwa


pelaku usaha tersebut telah memenuhi persyaratan dalam menerapkan sistem jaminan
mutu pangan hasil pertanian. Sertifikasi Prima Tiga atau Prima Dua dikeluarkan oleh
OKKPD,
c. sedangkan sertifikasi Prima Satu dikeluarkan oleh OKKPP. Sekretariat Otoritas
Kompetensi Keamanan Pangan Daerah Kalimantan Barat berada di Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Propinsi Kalimatan Barat. Kepengurusan OKKPD terdiri dari
Direktur, Manajer Administrasi, Menejer Teknis dan Menejer Mutu dimana Direktur dan
Menejer Administrasi berada di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Propinsi
Kalimantan Barat sedangkan Menejer Teknis dan Menejer Mutu berada di Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Kalimantan Barat.

Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak berperan dalam pendampingan
dan pengawasan penerapan jaminan mutu, GAP (Good Agriculture Practices) dan PHT
(Pengendalian Hama Terpadu). Pelaksanaan GAP yang telah dilaksanakan yaitu Sekolah
Lapang (SL) GAP yang terdiri dari beberapa jenis komoditas yaitu tanaman sayuran daun,
papaya, lidah buaya, lengkeng, pisang Cavendish, jambu biji kristal, tanaman anggrek
dendrobium dan vanda doughlas. Sedangkan pelaksanaan SL PHT yang telah dilaksanakan
oleh Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak meliputi tanaman sayuran
daun, lidah buaya, dan papaya.

Untuk mendapat Sertifikasi Prima tersebut ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh
pelaku usaha tani yaitu pelaku usaha tani sudah menerapkan GAP, SOP dan registrasi
kebun, pelaku usaha tani mengajukan permohonan sertifikasi, persiapan penilaian,
pelaksanaan penilaian, laporan penilaian, keputusan sertifikasi, dan penyerahan sertifikat.

Beberapa pelaku usaha tani di Kota Pontioanak telah menerapkan GAP dan SOP Komoditas
yang diusahakan namun registrasi kebun belum dapat dilaksanakan karena masih lemahnya
sistem pencatatan yang dilakukan oleh petani, Untuk mengatasi hal tersebut Dinas Pertanian
Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak melakukan sosialisasi, pendampingan, pembinaan
serta bantiuan fasilitas kepada pelaku usaha tani dalam melaksanakan registrasi kebun.
Diharapkan ke depan petani yang difasilitasi dapat menerapkan registrasi kebun, GAP dan
SOP sesuai standar yang berlaku.

Dalam penerapan GAP oleh pelaku usaha tani untuk mendapat sertifikat prima, para petani
harus mengikuti pedoman standar yang ditetapkan. Dalam pedoman standar kegiatan
tersebut, terdapat tiga kelompok kegiatan yang ditetapkan yaitu dianjurkan (A), sangat
dianjurkan (SA), dan wajib. Untuk Sertifikat Prima Satu terdapat 12 kegiatan wajib, 103
kegiatan sangat dianjurkan, dan 64 kegiatan anjuran. Untuk Sertifikat Prima Dua terdapat 12
kegiatan wajib, 63 kegiatan sangat dianjurkan, dan 39 kegiatan anjuran. Untuk sertifikat
Prima Tiga terdapat 12 kegiatan wajib, 29 kegiatan sangat dianjurkan, dan 15 kegiatan
anjuran (https://ml.scribd.com, 2015).
Terhadap pelaku usaha tani yang sudah mendapatkan sertifikat, OKKPD atau OKKPP selalu
melakukan audit untuk memastikan produk pertanian yang dihasilkan masih memenuhi
standar yang ditetapkan, Ada dua macam audit yang dilakukan yaitu audit survailen dan
audit investigasi. Audit survailen merupakan audit yang dilakukan untuk memeriksa
konsistensi pelaku usaha pertanian yang telah memenuhi syarat-syarat yang dilakukan dan
dilakukan setiap enam bulan. Sedang audit investigasi merupakan audit yang dilakukan
sewaktu-waktu, untuk memeriksa pelaku usaha pertanian memenuhi syarat yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai