SEMINAR AKADEMIK
Disusun Oleh :
HANDI WIBOWO
NPM. 4122.1.16.12.0018
FAKULTAS PERTANIAN
TANJUNGSARI 2020
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 4122.1.16.12.0018
Mengesahkan
Ketua Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian – Agribisnis
i
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT Tuhan Yang Maha
Esa atas segala limpahan Rahmat, Taufik, Inayah, serta Hidayah-Nya sehingga
Makalah Seminar Akademik ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas akhir
yang merupakan beban studi yang wajib dilaksanakan dalam upaya memperoleh gelar
Winaya Mukti.
Makalah ini disusun atas dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
4. Karyana KS, Ir., M.SI. sebagai Kepala Prodi Sosial Ekonomi Agribisnis.
Mukti.
ii
7. Semua pihak yang terlah mendukung dalam penyusunan makalah ini. Semoga
dengan diselesaikan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi akedemisi, praktisi
dan masyarakat.
Handi Wibowo
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4 Kegunaan............................................................................................................3
BAB II METODOLOGI.............................................................................................4
2.1 Metode Penentuan Responden..........................................................................4
2.2 Metode Analisis Data.........................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................6
3.1 Analisis Biaya Usaha Tani Terung...................................................................6
3.1.1 Biaya Variabel.............................................................................................6
3.1.2 Biaya Tetap..................................................................................................6
3.1.3 Total Biaya...................................................................................................7
3.1.4 Produksi dan Nilai Produksi......................................................................7
3.2 BEP Usahatani Terung......................................................................................9
3.2.1 BEP Produksi...............................................................................................9
3.2.2 BEP Rupiah...............................................................................................10
3.2.3 BEP harga jual dengan produksi riil......................................................11
3.2.4 BEP (harga jual dengan BEP unit)..........................................................12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................14
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................14
4.2 Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi sektor yang sangat vital dalam memajukan negara. Sektor pertanian menjadi
landasan ekonomi penduduk Indonesia untuk bertahan hidup dimasa sekarang dan
banyak digunakan karena selain rasanya enak dan harganya relatif murah gizinya pun
kalsium, fosfor dan zat besi (Pracaya, 2004). Terung telah mampu menembus pasaran
ekspor. Buah terung diangkat sebagai kualitas handal dalam bentuk awetan. Oleh
karena itu komoditas terung ini cukup potensial untuk dikembangkan sebagai
produksi yang baik dan benar (Anonimous, 1983). Sulawesi Selatan seperti Desa
1
2
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan
nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya
tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya
variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian
biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh
memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang
harus di keluarkan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain
Break Even Point (BEP) adalah suatu cara atau teknik yang digunakan oleh para
pengambil keputusan di dalam suatu usaha atau bisnis untuk melihat dan mengetahui
pada volume berapa banyaknya produksi/penjualan harus dicapai dan harga jual yang
harus ditetapkan sehingga impas atau tidak rugi tidak untung. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian ini untuk mengetahui BEP dalam unit, BEP dalam Rupiah dan
BEP dalam harga jual pada usahatani terung yang nantinya diharapkan dapat
Dalam menyusun perhitungan BEP terlebih dahulu kita tentukan 3 elemen yang
1. Fixed Cost atau biaya tetap. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyewa
tempat usaha, pegawai, mesin, dan lain-lain. Biaya ini merupakan biaya yang
2. Variable Cost atau biaya variabel. Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan kita dalam menjalankan usaha. Biaya Variable ini jumlahnya
berubah-ubah tergantung pada kegiatan yang kita lakukan. Misalnya saja kita
lain-lain
3. Harga penjualan, yaitu harga jual yang kita tentukan kepada pembeli.
Konsep analisis break even dapat membantu para petani dalam merencanakan
laba dan pengendalian aktivitas usaha sehingga kerugian yang menjurus ke arah
penutupan usaha bisa diminimalkan. Break even adalah suatu cara atau teknik yang
digunakan oleh para pengambil keputusan di dalam suatu usaha atau bisnis untuk
dicapai dan harga jual yang harus ditetapkan sehingga impas atau tidak rugi tidak
untung. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui BEP dalam unit,
BEP dalam Rupiah dan BEP dalam harga jual pada usahatani terung yang nantinya
ini bertujuan (1) menganalisis BEP dalam unit usahatani terung di Desa Tulungsari,
4
Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara, (2) menganalisis BEP dalam rupiah
(3) menganalisis BEP dalam harga jual pada usahatani terung di Desa Tulungsari,
I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah seminar akademik ini
yaitu:
3. Untuk mengetahui BEP dalam harga jual pada usahatani terung di Desa
Tulungsari
5
I.4 Kegunaan
produk pertanian
METODOLOGI
yaitu dengan mengambil semua populasi sebagai objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua petani yang mengelola usahatani terung berjumlah 20
1. Untuk menganalisis BEP dalam unit digunakan rumus: (Sabar dan Briman, 2010)
Biaya Tetap
BEP ( unit )=
Hasil Penjualan/unit−Biaya Variabel /unit
2. Untuk menganalisis BEP dalam rupiah digunakan rumus (Sabar dan Briman,
2010):
Biaya Tetap
BEP ( Rupiah )=
Biaya Variabel
1−
Hasil Penjualan
3. Untuk menganalisis BEP dalam harga jual digunakan rumus (Sabar dan Briman,
2010) :
a+ bx
BEP ( harga jual ) =
x
4
5
Dimana :
x = Kuantitas produksi/penjualan
PEMBAHASAN
dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi. Biaya variabel usaha tani petani
Tabel 1.Biaya variabel usaha tani petani responden tanaman terung per hektar
2 Biaya pupuk
Jumlah 6.555.480
6
7
Biaya tetap adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani tidak
dipengaruhi besar kecilnya produksi. Biaya tetap usaha tani petani responden
Tabel 2. Biaya tetap usaha tani petani responden per hektar tanaman Terung
2 Pajak 22.000
Jumlah 984.917
Sumber : Data primer setelah diolah, 2020
Dari tabel 1 dan 2 dapat diketahui lebih jelas total biaya per Ha usaha tani terung
yaitu:
= Rp. 7.540.397,-
Total biaya yang dikeluarkan usaha tani responden terung rata-rata per Ha (3
Produksi merupakan hasil yang diperoleh dari salah satu cabang usaha
tani, sedangkan nilai produksi merupakan hasil kali antara jumlah produksi
dengan harga per satuan atau per unit yang ditulis dalam satuan rupiah adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, atau jumlah satuan
fisik produksi tanaman terung yang dinilai dengan uang. Nilai produksi
Hasilnya di tulis dalam satuan berat atau volume (Anwas, 1982 ). Produksi
= Rp. 27.660.000,-
Nilai Produksi yang diterima usaha tani terung rata-rata per Ha per tiga bulan
Break Even Point (BEP) merupakan jumlah minimal produk yang harus
diproduksi agar produsen mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi).
Tingkat break even dapat dilakukan terhadap jumlah barang yang diproduksi atau
dijual maupun terhadap besarnya jumlah penghasilan dalam jumlah uang (Sabar
Sutia dan Brima Tambunan, 2010). Berdasarkan data biaya tetap, biaya variabel,
dan penerimaan dari responden maka nilai BEP dapat kita hitung sebagai berikut:
Biaya Tetap
BEP ( unit )=
Hasil Penjualan/unit−Biaya Variabel /unit
984.917
¿
¿¿
984.917
¿
60.000−14.220
¿ 21,5141 karung
10
mengalami titik impas atau break even atau tidak untung dan tidak rugi jika
Data di lapangan, rata-rata produksi per ha per 3 bulan sebesar 461 karung,
riil jauh di atas BEP (unit). Dan jika melihat tingkat kelayakan maka usahatani ini
layak dikembangkan mengingat produksi riil (unit) > BEP produksi (unit), yaitu
461 karung > 21,5141 karung, seperti yang dikatakan oleh Ken Suratiyah (2009),
jika memenuhi persyaratan antara lain Produksi (unit) > BEP Produksi (unit).
Break Even Point (BEP) dalam rupiah adalah jumlah penerimaan minimal
yang harus diperoleh agar produsen berada dititik impas (tidak untung dan tidak
rugi).
Biaya Tetap
BEP ( Rupiah )=
Biaya Variabel
1−
Hasil Penjualan
11
984.917
¿
6.555.480
1−
27.660.000
mengalami titik impas atau break even atau tidak untung dan tidak rugi jika
responden mendapat penerimaan sebesar Rp. 1.290.852 untuk satu kali musim
penerimaan dari penjualan terung lebih besar dari Rp. 1.290.852 dan akan
Data riil di lapangan, rata-rata penerimaan per ha per 3 bulan sebesar Rp.
karena penerimaan riil jauh di atas BEP (Rupiah). Dan jika melihat tingkat
kelayakan maka usahatani ini layak dikembangkan mengingat penerimaan riil >
BEP (Rupiah), yaitu Rp. 27.660.000 > Rp. 1.290.852, seperti yang dikatakan oleh
kategori, dikatakan layak jika memenuhi persyaratan antara lain Penerimaan Riil
Break Even Point (BEP) harga jual dengan produksi rill adalah jumlah
minimal harga jual produk yang harus ditetapkan dengan jumlah produksi 461
12
unit (jumlah produksi riil) agar produsen mencapai titik impas, tidak untung dan
tidak rugi.
¿ Rp.984 .917+¿ ¿ ¿
Rp .7 .540 .337
¿
461 karung
bahwa petani terung di Desa Sukamaju mengalami titik impas atau break even
atau tidak untung dan tidak rugi jika responden menjual dengan harga Rp.
Data riil di lapangan, rata-rata harga jual per karungnya adalah sebesar
atas BEP (harga jual). Seperti yang dikatakan oleh Ken Suratiyah (2009), bahwa
memenuhi persyaratan antara lain Harga Jual Riil > BEP Harga Jual.
13
Break Even Point (BEP) harga jual dengan BEP unit adalah harga jual
produk yang harus ditetapkan dengan jumlah produksi 21,5141 unit (jumlah BEP
unit) agar produsen mencapai titik impas, tidak untung dan tidak rugi.
Rp .1.290 .828
¿
21,5141karung
Sedangkan dari hasil perhitungan BEP Harga Jual (dengan nilai BEP
titik impas atau break even atau tidak untung dan tidak rugi jika responden
apabila menjual di atas Rp. 60.001/karung dan akan mengalami kerugian apabila
produksi (unit) maka petani memiliki dasar harga jual sehingga dapat kuat
dalam hal tawar menawar. Jika produksinya 461 karung maka harga jual harus
14
mencapai 21,5141 karung maka harga jual harus di atas Rp. 60.001/karung
supaya untung.
BAB IV
IV.1 Kesimpulan
Kabupaten Luwu Utara adalah 21,5141 karung dalam satu kali musim
panen/tiga bulan.
Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara adalah sebesar Rp. 1.290.852 dalam satu
3. BEP dalam harga jual pada usahatani terung di Desa Tulungsari, Kecamatan
jumlah produksi riil (461 karung) dan sebesar Rp. 60.001/karung dengan
IV.2 Saran
terung ini mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan dengan cara
14
15
terhadap para anggota kelompok tani. Baik itu pelatihan mengenai teknis
Sabar Sutia dan Briman Tambunan, 2010. Analisa Break Even. Mitra Wacana Media,
Jakarta.