Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHATANI TERUNG DI DESA

TULUNGSARI KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA

SEMINAR AKADEMIK

Disusun Oleh :

HANDI WIBOWO

NPM. 4122.1.16.12.0018

SOSIAL EKONOMI PERTANIAN – AGRIBISNIS

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

FAKULTAS PERTANIAN

TANJUNGSARI 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHATANI


TERUNG DI DESA TULUNGSARI KECAMATAN
SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA
Nama : Handi Wibowo

NIM : 4122.1.16.12.0018

Program Studi : Agribisnis


Jenjang Program : Sarjana (Strata – 1)

Tanjungsari, Maret 2020


Menyetujui
Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Nataliningsih, Ir, MPd Dr. Nendah Siti Permana, Ir,M.P


NIP. 196112251987122001 NIP. 196306121988032001

Mengesahkan
Ketua Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian – Agribisnis

Karyana KS, Ir., M.SI.


NIP. 195909161988031004
KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT Tuhan Yang Maha

Esa atas segala limpahan Rahmat, Taufik, Inayah, serta Hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Seminar Akademik ini yang

berjudul “ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHATANI TERUNG DI DESA

TULUNGSARI KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA”.

Makalah Seminar Akademik ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas akhir

yang merupakan beban studi yang wajib dilaksanakan dalam upaya memperoleh gelar

Sarjana Pertanian Program Studi Agribisnis pada Fakultas Pertanian Universitas

Winaya Mukti.

Makalah ini disusun atas dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis

sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya, yang telah memberikan segala dukungannya.

2. Dr. Nataliningsih, Ir, MPd. Dosen Pembimbing 1.

3. Dr. Nendah Siti Permana, Ir,M.P. Dosen Pembimbing 2.

4. Karyana KS, Ir., M.SI. sebagai Kepala Prodi Sosial Ekonomi Agribisnis.

5. Dr. R. Budiasih, Dra., MP. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Winaya

Mukti.

6. Rekan – rekan seperjuangan Agribisnis angkatan 2016 Fakultas Pertanian

Universitas Winaya Mukti serta,

ii
7. Semua pihak yang terlah mendukung dalam penyusunan makalah ini. Semoga

dengan diselesaikan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi akedemisi, praktisi

dan masyarakat.

Tanjungsari, Maret 2020

Handi Wibowo

iii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4 Kegunaan............................................................................................................3
BAB II METODOLOGI.............................................................................................4
2.1 Metode Penentuan Responden..........................................................................4
2.2 Metode Analisis Data.........................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................6
3.1 Analisis Biaya Usaha Tani Terung...................................................................6
3.1.1 Biaya Variabel.............................................................................................6
3.1.2 Biaya Tetap..................................................................................................6
3.1.3 Total Biaya...................................................................................................7
3.1.4 Produksi dan Nilai Produksi......................................................................7
3.2 BEP Usahatani Terung......................................................................................9
3.2.1 BEP Produksi...............................................................................................9
3.2.2 BEP Rupiah...............................................................................................10
3.2.3 BEP harga jual dengan produksi riil......................................................11
3.2.4 BEP (harga jual dengan BEP unit)..........................................................12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................14
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................14
4.2 Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki

mata pencaharian disektor pertanian. Pembangunan nasional di sektor pertanian

menjadi sektor yang sangat vital dalam memajukan negara. Sektor pertanian menjadi

landasan ekonomi penduduk Indonesia untuk bertahan hidup dimasa sekarang dan

dimasa depan (Lakamisi,2010).

Terung (Solanum melongena L) termasuk golongan sayuran buah, sayuran ini

banyak digunakan karena selain rasanya enak dan harganya relatif murah gizinya pun

cukup lengkap yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C,

kalsium, fosfor dan zat besi (Pracaya, 2004). Terung telah mampu menembus pasaran

ekspor. Buah terung diangkat sebagai kualitas handal dalam bentuk awetan. Oleh

karena itu komoditas terung ini cukup potensial untuk dikembangkan sebagai

penyumbang terhadap keanekaragaman bahan pangan bergizi bagi penduduk dengan

meningkatkan produktifitasnya. Hal ini dapat dicapai melalui perbaikan teknologi

produksi yang baik dan benar (Anonimous, 1983). Sulawesi Selatan seperti Desa

Tulungsari, Kecamatan Sukamaju merupakan daerah pengembangan tanaman sayur-

sayuran yang mempunyai peluang sangat baik.

1
2

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana

perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita

kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan

nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya

tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya

variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian

biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh

memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang

harus di keluarkan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain

misalnya dalam analisis laporan keuangan.

Break Even Point (BEP) adalah suatu cara atau teknik yang digunakan oleh para

pengambil keputusan di dalam suatu usaha atau bisnis untuk melihat dan mengetahui

pada volume berapa banyaknya produksi/penjualan harus dicapai dan harga jual yang

harus ditetapkan sehingga impas atau tidak rugi tidak untung. Oleh karena itu,

dilakukan penelitian ini untuk mengetahui BEP dalam unit, BEP dalam Rupiah dan

BEP dalam harga jual pada usahatani terung yang nantinya diharapkan dapat

dijadikan acuan untuk pengembangan usahatani tersebut.

Dalam menyusun perhitungan BEP terlebih dahulu kita tentukan 3 elemen yang

ada di rumus BEP yaitu :


3

1. Fixed Cost atau biaya tetap. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyewa

tempat usaha, pegawai, mesin, dan lain-lain. Biaya ini merupakan biaya yang

harus kita keluarkan meskipun kita tidak menjual sama sekali

2. Variable Cost atau biaya variabel. Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan

dengan kegiatan kita dalam menjalankan usaha. Biaya Variable ini jumlahnya

berubah-ubah tergantung pada kegiatan yang kita lakukan. Misalnya saja kita

harus membayar biaya distribusi (jika ada barang yang diproduksi),

membayar komisi, nota penjualan, biaya komunikasi kepada pelanggan, dan

lain-lain

3. Harga penjualan, yaitu harga jual yang kita tentukan kepada pembeli.

Konsep analisis break even dapat membantu para petani dalam merencanakan

laba dan pengendalian aktivitas usaha sehingga kerugian yang menjurus ke arah

penutupan usaha bisa diminimalkan. Break even adalah suatu cara atau teknik yang

digunakan oleh para pengambil keputusan di dalam suatu usaha atau bisnis untuk

melihat dan mengetahui pada volume berapa banyaknya produksi/penjualan harus

dicapai dan harga jual yang harus ditetapkan sehingga impas atau tidak rugi tidak

untung. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui BEP dalam unit,

BEP dalam Rupiah dan BEP dalam harga jual pada usahatani terung yang nantinya

diharapkan dapat dijadikan acuan untuk pengembangan usahatanitersebut.Penelitian

ini bertujuan (1) menganalisis BEP dalam unit usahatani terung di Desa Tulungsari,
4

Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara, (2) menganalisis BEP dalam rupiah

usahatani terung di Desa Tulungsari, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara,

(3) menganalisis BEP dalam harga jual pada usahatani terung di Desa Tulungsari,

Kecamatan Sukamaju,Kabupaten Luwu Utara.

I.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapat beberapa hal yang

diidentifikasi sebagai masalah diantaranya:

1. Berapa BEP produksi usahatani terung di Desa Tulungsari?

2. Berapa BEP rupiah usahatani terung di Desa Tulungsari?

3. Berapa BEP harga jual pada usahatani terung di Desa Tulungsari?

I.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah seminar akademik ini

yaitu:

1. Untuk mengetahui BEP dalam unit usahatani terung di Desa Tulungsari

2. Untuk mengetahui BEP dalam rupiah usahatani terung di Desa Tulungsari

3. Untuk mengetahui BEP dalam harga jual pada usahatani terung di Desa

Tulungsari
5

I.4 Kegunaan

1. Bahan pertimbangan atau masukan kepada pemerintah dalam kebijakan

pembangunan pertanian kedepan khusus dalam menetapkan kebijakan harga

produk pertanian

2. Bahan pertimbangan atau masukan buat masyarakat petani jagung dalam

meningkatkan produksi dan pendapatan.

3. Menambah pengetahuan penulis tentang analisis Break Even Point. Data

tambahan bagi penelitian yang sejenis pada bidangnya dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


BAB II

METODOLOGI

II.1 Metode Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode sensus,

yaitu dengan mengambil semua populasi sebagai objek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua petani yang mengelola usahatani terung berjumlah 20

orang. Maka jumlah responden yang ditelitiadalah 20 orang.

II.2 Metode Analisis Data

1. Untuk menganalisis BEP dalam unit digunakan rumus: (Sabar dan Briman, 2010)

Biaya Tetap
BEP ( unit )=
Hasil Penjualan/unit−Biaya Variabel /unit

2. Untuk menganalisis BEP dalam rupiah digunakan rumus (Sabar dan Briman,

2010):

Biaya Tetap
BEP ( Rupiah )=
Biaya Variabel
1−
Hasil Penjualan

3. Untuk menganalisis BEP dalam harga jual digunakan rumus (Sabar dan Briman,

2010) :

a+ bx
BEP ( harga jual ) =
x

4
5

Dimana :

x = Kuantitas produksi/penjualan

a = Total Biaya Tetap

b = Biaya Variabel per Unit


BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Analisis Biaya Usaha Tani Terung

III.1.1 Biaya Variabel

Biaya Variabel adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani

dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi. Biaya variabel usaha tani petani

responden terung rata-rata per Ha di Desa Tulungsari Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara 2012 (Tabel 1).

Tabel 1.Biaya variabel usaha tani petani responden tanaman terung per hektar

Jumlah Fisik Harga Satuan


No Uraian Nilai (Rp)
(Kg, HOK) (Rp)

1 Benih 0,02548 1.300.000 33.129

2 Biaya pupuk      

Pupuk kandang 1.003,23 500 501.613

Urea 86,13 1.800 155.032

Npk Ponska 167,74 2.300 385.806

  PPC 1 20.000 20.000

3 Pestisida 1 45.000 45.000

4 Tenaga Kerja 100 50.000 5.000.000

5 Karung 461 900 414.900

Jumlah 6.555.480

6
7

Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

III.1.2 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani tidak

dipengaruhi besar kecilnya produksi. Biaya tetap usaha tani petani responden

Rata-rata per Ha tanaman Terung di Desa Tulungsari Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara 2012 (Tabel 2).

Tabel 2. Biaya tetap usaha tani petani responden per hektar tanaman Terung

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Sewa Lahan 875.000

2 Pajak 22.000

3 Penyusutan alat 87.917

Jumlah 984.917
Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

III.1.3 Total Biaya

Dari tabel 1 dan 2 dapat diketahui lebih jelas total biaya per Ha usaha tani terung

yaitu:

Total Biaya = Biaya Variabel + Biaya Tetap

= Rp. 6.555.480 + Rp. 984.917,-


8

= Rp. 7.540.397,-

Total biaya yang dikeluarkan usaha tani responden terung rata-rata per Ha (3

bulan) dalam mengelola usaha taninya adalah sebesar Rp. 7.540.397,-

III.1.4 Produksi dan Nilai Produksi

Produksi merupakan hasil yang diperoleh dari salah satu cabang usaha

tani, sedangkan nilai produksi merupakan hasil kali antara jumlah produksi

dengan harga per satuan atau per unit yang ditulis dalam satuan rupiah adalah

perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, atau jumlah satuan

fisik produksi tanaman terung yang dinilai dengan uang. Nilai produksi

merupakan pendapatan kotor.

Hasilnya di tulis dalam satuan berat atau volume (Anwas, 1982 ). Produksi

usaha tani terung rata-rata per Ha di Desa Tulungsari Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Usaha tani terung per hektar

Jumlah Fisik Harga Satuan


No Uraian Nilai (Rp)
(Karung) (Rp)

Produksi usaha tani


1 461 60.000 27.660.000
terung rata-rata per Ha
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2020
9

Usaha tani terung dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Penerimaan = Produksi x Harga Produksi

= 461 x Rp. 60.000

= Rp. 27.660.000,-

Nilai Produksi yang diterima usaha tani terung rata-rata per Ha per tiga bulan

adalah sebesar Rp. 27.660.000,-.

III.2 BEP Usahatani Terung

III.2.1 BEP Produksi

Break Even Point (BEP) merupakan jumlah minimal produk yang harus

diproduksi agar produsen mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi).

Tingkat break even dapat dilakukan terhadap jumlah barang yang diproduksi atau

dijual maupun terhadap besarnya jumlah penghasilan dalam jumlah uang (Sabar

Sutia dan Brima Tambunan, 2010). Berdasarkan data biaya tetap, biaya variabel,

dan penerimaan dari responden maka nilai BEP dapat kita hitung sebagai berikut:

Biaya Tetap
BEP ( unit )=
Hasil Penjualan/unit−Biaya Variabel /unit

984.917
¿
¿¿
984.917
¿
60.000−14.220

¿ 21,5141 karung
10

Dari perhitungan terlihat bahwa petani terung di Desa Sukamaju

mengalami titik impas atau break even atau tidak untung dan tidak rugi jika

responden dapat memproduksi/menjual sebesar 21,5141 karung untuk satu kali

musim panen/tiga bulan. Jadi, responden akan mengalami keuntungan apabila

dapat memproduksi/menjual lebih dari 21,5141 karung. Dan akan mengalami

kerugian apabila hanya mampu memproduksi/menjual di bawah 21,5141 karung.

Data di lapangan, rata-rata produksi per ha per 3 bulan sebesar 461 karung,

ini menandakan bahwa usahatani terung memberikan keuntungan karena produksi

riil jauh di atas BEP (unit). Dan jika melihat tingkat kelayakan maka usahatani ini

layak dikembangkan mengingat produksi riil (unit) > BEP produksi (unit), yaitu

461 karung > 21,5141 karung, seperti yang dikatakan oleh Ken Suratiyah (2009),

bahwa evaluasi kelayakan usaha berdasarkan beberapa kategori, dikatakan layak

jika memenuhi persyaratan antara lain Produksi (unit) > BEP Produksi (unit).

III.2.2 BEP Rupiah

Break Even Point (BEP) dalam rupiah adalah jumlah penerimaan minimal

yang harus diperoleh agar produsen berada dititik impas (tidak untung dan tidak

rugi).

Biaya Tetap
BEP ( Rupiah )=
Biaya Variabel
1−
Hasil Penjualan
11

984.917
¿
6.555.480
1−
27.660.000

¿ Rp.1 .290 .852 ,−¿

Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa petani terung di Desa Sukamaju

mengalami titik impas atau break even atau tidak untung dan tidak rugi jika

responden mendapat penerimaan sebesar Rp. 1.290.852 untuk satu kali musim

panen/tiga bulan. Jadi, responden akan mengalami keuntungan apabila

penerimaan dari penjualan terung lebih besar dari Rp. 1.290.852 dan akan

mengalami kerugian apabila penerimaannya di bawah dari Rp. 1.290.852.

Data riil di lapangan, rata-rata penerimaan per ha per 3 bulan sebesar Rp.

27.660.000, ini menandakan bahwa usahatani terung memberikan keuntungan

karena penerimaan riil jauh di atas BEP (Rupiah). Dan jika melihat tingkat

kelayakan maka usahatani ini layak dikembangkan mengingat penerimaan riil >

BEP (Rupiah), yaitu Rp. 27.660.000 > Rp. 1.290.852, seperti yang dikatakan oleh

Ken Suratiyah (2009), bahwa evaluasi kelayakan usaha berdasarkan beberapa

kategori, dikatakan layak jika memenuhi persyaratan antara lain Penerimaan Riil

(Rupiah) > BEP Penerimaan (Rupiah).

III.2.3 BEP harga jual dengan produksi riil

Break Even Point (BEP) harga jual dengan produksi rill adalah jumlah

minimal harga jual produk yang harus ditetapkan dengan jumlah produksi 461
12

unit (jumlah produksi riil) agar produsen mencapai titik impas, tidak untung dan

tidak rugi.

BEP ( harga jual ) =Biaya tetap+ ¿ ¿ ¿

¿ Rp.984 .917+¿ ¿ ¿

Rp .7 .540 .337
¿
461 karung

¿ Rp.16 .356 /karung

Hasil perhitungan BEP Harga Jual (Produksi Riil) memperlihatkan

bahwa petani terung di Desa Sukamaju mengalami titik impas atau break even

atau tidak untung dan tidak rugi jika responden menjual dengan harga Rp.

16.356/karung dengan jumlah produksi sebanyak 461 karung. Jadi, responden

akan mengalami keuntungan apabila menjual di atas Rp. 16.356/karung dan

akan mengalami kerugian apabila menjual di bawah dari Rp. 16.356/karung.

Data riil di lapangan, rata-rata harga jual per karungnya adalah sebesar

Rp. 60.000, ini menandakan bahwa usahatani terung memberikan

keuntungandan layak untuk dikembangkan karena harga jual di lapangan jauh di

atas BEP (harga jual). Seperti yang dikatakan oleh Ken Suratiyah (2009), bahwa

evaluasi kelayakan usaha berdasarkan beberapa kategori, dikatakan layak jika

memenuhi persyaratan antara lain Harga Jual Riil > BEP Harga Jual.
13

III.2.4 BEP (harga jual dengan BEP unit)

Break Even Point (BEP) harga jual dengan BEP unit adalah harga jual

produk yang harus ditetapkan dengan jumlah produksi 21,5141 unit (jumlah BEP

unit) agar produsen mencapai titik impas, tidak untung dan tidak rugi.

BEP(harga jual)=Biaya tetap+¿ ¿

Rp .984 .917+(14.220 x 21,5141)


¿
21,5141 karung

Rp .1.290 .828
¿
21,5141karung

¿ Rp.60 .000,06=Rp.60 .001 ,−¿ /karung ¿

Sedangkan dari hasil perhitungan BEP Harga Jual (dengan nilai BEP

Produksi) memperlihatkan bahwa petani terung di Desa Sukamaju mengalami

titik impas atau break even atau tidak untung dan tidak rugi jika responden

menjual dengan harga Rp. 60.001/karung dengan jumlah produksi sebanyak

21,5141 karung (BEP Produksi). Jadi, petani akan mengalami keuntungan

apabila menjual di atas Rp. 60.001/karung dan akan mengalami kerugian apabila

menjual di bawah dari Rp. 60.001/karung.

Dengan membandingkan harga jual berdasarkan produksi riil dan BEP

produksi (unit) maka petani memiliki dasar harga jual sehingga dapat kuat

dalam hal tawar menawar. Jika produksinya 461 karung maka harga jual harus
14

di atas Rp16.356/karung supaya petani untung, dan jika produksinya hanya

mencapai 21,5141 karung maka harga jual harus di atas Rp. 60.001/karung

supaya untung.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

1. BEP dalam unit usahatani terung di Desa Tulungsari, Kecamatan Sukamaju,

Kabupaten Luwu Utara adalah 21,5141 karung dalam satu kali musim

panen/tiga bulan.

2. BEP dalam rupiah usahatani terung di Desa Tulungsari, Kecamatan

Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara adalah sebesar Rp. 1.290.852 dalam satu

kali musim panen/tiga bulan

3. BEP dalam harga jual pada usahatani terung di Desa Tulungsari, Kecamatan

Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara adalah sebesar Rp. 16.356/karung dengan

jumlah produksi riil (461 karung) dan sebesar Rp. 60.001/karung dengan

jumlah produksi BEP (unit) yaitu 21,5141 karung.

IV.2 Saran

1. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani terung di Desa

Tulungsari, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara ini sangat

menguntungkan dan efektif, hal tersebut juga menunjukkan bahwa usahatani

terung ini mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan dengan cara

penambahan luas area tanam. Dengan bertambahnya luas areal serta

14
15

pengelolaan yang bagus akan meningkatkan produksi dan diikuti dengan

bertambahnya pendapatan petani.

2. Diharapkan kiranya pemerintah mengadakan pelatihan manajemen yang baik

terhadap para anggota kelompok tani. Baik itu pelatihan mengenai teknis

usahatani maupun non teknis seperti pelatihan menganalisis usahatani dengan

baik. Hasil analisis ini bisa dimanfaatkan untuk pengembangan usahatani

terutama untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga peminjam modal.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1983, Pedoman Bercocok Sayur-Sayuran, Satuan Pengendali Bimas


Departemen Pertanian Jakarta

Anwas, Adiwilaga, 1982. Ilmu Usahatani.IKAPI, Bandung

Ken Suratiyah, 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pracaya, 2004. Bertanam Sayur Organik,Penebar Swadaya, Jakarta

Sabar Sutia dan Briman Tambunan, 2010. Analisa Break Even. Mitra Wacana Media,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai