Anda di halaman 1dari 7

PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN

“PERTANIAN SEBAGAI BAHAN PANGAN, SERAT, BAHAN BAKU


INDUSTRI, DAN SUMBER ENERGI”

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Fraditya Frigandani Mardika 225040207111255
Septy Amirotus Salwa 225040207111279
Muhammad Syarifuddin Al-Haqiqi 225040207111302
Mochamad Sofyan 225040207111303
Stephani Evana Tioniari 225040207111321
Vira Wahyu Apsari 225040207111328
Mikhail Gibran Ramadhan 225040207111330

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2024
A. Pertanian sebagai Bahan Pangan
Pangan merupakan kebutuhan esensial yang vital dalam kehidupan manusia. Permintaan
pangan di Indonesia diprediksi akan meningkat seiring berjalannya waktu, sejalan dengan
pertumbuhan kebutuhan manusia terhadap pangan. Beberapa komoditas pertanian yang dapat
dijadikan sebagai sumber pangan melibatkan tanaman seperti padi, jagung, ubi, dan kacang-
kacangan. Kebijakan pembangunan pertanian menjadi salah satu aspek krusial dalam
kebijakan pembangunan nasional, memberikan dampak besar terhadap pembentukan
ketahanan nasional (Timikasari et al., 2022). Hal ini dikarenakan ketahanan pangan dan gizi
menjadi bagian integral dari ketahanan ekonomi; tanpa ketahanan pangan yang memadai,
akan sulit untuk mengatasi perubahan mendasar yang akan terjadi di masa depan.
Jenis Luas Panen (ha) Produksi (Ton) Produktivitas (kw/ha)
Tanaman 2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
2.824.5
Padi 507.545 491.875,7 538.276 2.550.609 2.503.452 50,52 50,9 52,47
09
Jagung 134.911,7 134.802 128.944 939.465,95 887.961 853.024 69,64 66 66
Ubi Kayu 3.626,3 3.444 3.460 154.728,76 141.838 143.330 462,68 412 414
Ubi Jalar 4.053,7 3.593 3.609 133.930,3 121.767 122.958 330,39 339 314
Kacang
335,7 337 302 296,88 305 392 8,84 9 13
Hijau
Tabel di atas menunjukkan hasil produksi komoditas pertanian yang berfungsi sebagai
penyedia bahan pangan dalam beberapa tahun terakhir di Provinsi Sumatera Barat.
Berdasarkan data dalam tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hampir semua komoditas, kecuali
kacang hijau, mengalami penurunan produksi setiap tahunnya. Namun, terdapat peningkatan
produktivitas per hektar pada beberapa komoditas seperti padi, ubi jalar, dan kacang hijau
dari tahun ke tahun, yang cukup signifikan.

B. Pertanian sebagai Bahan Serat


Sektor pertanian di Indonesia memiliki potensi untuk menjadi penyedia serat dalam
industri tekstil dan kain. Berbagai produk pertanian, termasuk kulit buah, daun, dan batang
tanaman, dapat diolah menjadi serat alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
industri tekstil dan kain. Industri serat alam di Indonesia menawarkan potensi sebagai bahan
baku untuk berbagai sektor industri seperti kertas, tekstil, dan kain. Indonesia juga memiliki
hasil pertanian seperti padi, kedelai, jagung, kacang tanah, ketela pohon, dan ubi jalar, yang
dapat diekspor ke berbagai negara di seluruh dunia, menjadi sumber devisa yang penting bagi
perekonomian Indonesia.
Gambar 1. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu Menurut Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu dan
Triwulan, 2021
Sektor pertanian turut memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan ekonomi
Indonesia, termasuk dalam produksi hasil hutan bukan kayu. Secara umum, produksi hasil
hutan bukan kayu mengalami fluktuasi sepanjang tahun dengan peningkatan pada produksi
bambu hingga triwulan III, diikuti oleh penurunan pada triwulan IV. Rotan, getah karet, dan
daun kayu putih juga mengalami penurunan pada triwulan IV. Namun, jenis produksi seperti
gaharu, gondorukem, dan jamur mengalami penurunan hingga triwulan III tetapi meningkat
pada triwulan IV. Produksi madu, getah pinus, dan sagu menunjukkan peningkatan dari
triwulan I sampai triwulan IV. Mayoritas produksi hasil hutan bukan kayu seperti rotan dan
getah karet dominan berasal dari Pulau Sumatera, sementara produksi bambu, gaharu, madu,
getah pinus, daun kayu putih, gondorukem, dan jamur mayoritas berasal dari Pulau Jawa.
Produksi hasil hutan bukan kayu dengan jenis sagu sebagian besar berasal dari Pulau Maluku
dan Papua.
C. Pertanian sebagai Bahan Baku Industri
Sektor pertanian memiliki potensi besar dalam memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ekonomi suatu negara. Hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai
penyedia bahan makanan dan bahan mentah bagi sejumlah industri di negara tersebut. Selain
itu, sektor pertanian juga dapat menyediakan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh sektor
industri untuk keperluan ekspansi. Peran sektor pertanian sebagai basis dalam hubungan
antar-sektor menjadi krusial dalam menciptakan efek penyebaran (spread effect) dalam
proses pembangunan. Selanjutnya, sektor pertanian berperan sebagai sumber devisa melalui
ekspor, yang dapat digunakan sebagai input dalam pembangunan, menyediakan lapangan
pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat (Supriyati & Suryani, 2016).

Gambar 2. Grafik Produksi Kelapa Sawit di Indonesia 2011-2021 (Sipayung, 2023)


Berdasarkan informasi grafik, dapat disimpulkan bahwa dalam periode 2011 hingga
2020, produksi kelapa sawit meningkat sekitar 101.25%. Namun, terjadi penurunan sebesar
43% dari tahun 2020 ke 2021. Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya
kebijakan pemerintah yang memiliki dampak yang signifikan (Sipayung, 2023). Penurunan
produksi kelapa sawit juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Produksi
secara genetik mencerminkan potensi maksimal tanaman dalam suatu lingkungan tanpa atau
dengan sedikit kendala, baik dari segi lingkungan maupun manajemen teknik budidaya
(Lubis & Lubis, 2018).
Produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh usia tanaman. Tanaman yang
telah mencapai usia lebih dari 15 tahun cenderung memiliki tandan yang lebih berat
dibandingkan dengan tanaman yang lebih muda. Untuk kelapa sawit yang berumur di atas 10
tahun, berat tandan rata-rata tetap konsisten setiap tahunnya. Meskipun demikian, semakin
bertambahnya usia tanaman dapat mengakibatkan penurunan produktivitas, sehingga
pendapatan dari usaha kebun sawit dapat turun. Oleh karena itu, inisiatif peremajaan tanaman
menjadi sangat krusial bagi perkebunan kelapa sawit. Tindakan ini melibatkan pengurangan
populasi pada tanaman sawit yang telah melewati masa produktif optimum untuk memastikan
kelangsungan produktivitas tanaman hingga dilaksanakannya peremajaan secara menyeluruh
(Inderiati, 2023).

D. Pertanian sebagai Sumber Energi


Pertanian memiliki peran krusial sebagai alternatif sumber energi yang dapat membantu
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendorong keberlanjutan
lingkungan. Menurut Rahman et al., (2019), salah satu metode utama di mana pertanian dapat
memberikan kontribusi sebagai sumber energi adalah melalui eksploitasi biomassa. Limbah
pertanian, termasuk jerami, serbuk gergaji, dan limbah organik lainnya, dapat diubah menjadi
bahan bakar biomassa yang berguna untuk pembangkit listrik atau pemanas. Tindakan ini
tidak hanya dapat mengurangi jejak karbon tetapi juga dapat memanfaatkan sumber daya
yang ada. Selain itu, melalui pengolahan limbah organik, pertanian juga dapat menghasilkan
biogas.
Proses fermentasi anaerob dari kotoran hewan dan limbah pertanian menghasilkan biogas,
yang dapat berfungsi sebagai sumber energi untuk memasak, pemanas, atau bahkan sebagai
bahan bakar untuk peralatan pertanian. Pemanfaatan biogas ini bukan hanya untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga memungkinkan petani untuk secara efisien
memanfaatkan limbah. Tanaman energi seperti jagung, tebu, atau rapeseed juga dapat
dikelola untuk menghasilkan biofuel seperti etanol atau biodiesel. Mahreni et al., (2017)
mendukung gagasan ini, menyatakan bahwa biofuel dapat digunakan sebagai pengganti
bahan bakar fosil dalam kendaraan atau mesin-mesin lainnya, membantu mengurangi polusi
udara dan jejak karbon. Terakhir, panel surya dapat dipasang di lahan pertanian untuk
menghasilkan listrik. Energi surya ini tidak hanya berguna untuk keperluan pertanian, tetapi
juga dapat dijual ke grid listrik, memberikan pendapatan tambahan kepada petani dan
mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional. Melalui berbagai inisiatif ini,
pertanian tidak hanya berfungsi sebagai produsen makanan, tetapi juga turut serta dalam
mengatasi tantangan energi dan lingkungan global (Prayitno et al., 2019).
Perkembangan produksi tanaman dan luas panen untuk bahan baku biofuel
menunjukkan perubahan signifikan dalam sektor pertanian, seiring dengan pertumbuhan tren
biofuel. Peningkatan produksi dan konsumsi biofuel juga memiliki potensi untuk berdampak
pada harga komoditas pertanian yang menjadi bahan baku dalam produksi bioenergi.
Gambar 3. Produksi dan Konsumsi Bioethanol di Europe (Kapustová et al., 2020)
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa produksi bioetanol masih belum mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Di negara-
negara Eropa, bioetanol utamanya dihasilkan dari gandum, jagung, sumber gula bit, gandum
hitam, dan minyak daur ulang. Penggunaan gandum lebih dominan di Eropa Barat Laut,
sementara jagung lebih banyak digunakan di Eropa Tengah, khususnya di Hongaria dan
Spanyol. Pada tahun 2007 dan 2008, ketika harga gabah tinggi, gula bit menjadi pilihan yang
lebih disukai sebagai bahan baku bioetanol pada periode tersebut (Kapustová et al., 2020).
Menurut Istianah et al., (2018), untuk meningkatkan produksi bioetanol dari jagung,
diperlukan peningkatan efisiensi dalam proses konversi jagung menjadi bioetanol. Upaya ini
dapat dilakukan melalui pengenalan teknologi baru atau peningkatan pada teknik yang sudah
ada dalam proses fermentasi dan pemurnian. Penting untuk mengoptimalkan proses
fermentasi agar dapat meningkatkan konversi gula dari jagung menjadi etanol, sementara
proses pemurnian harus dirancang untuk menghasilkan bioetanol yang lebih murni dengan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
Peningkatan produksi jagung memiliki dampak positif pada peningkatan produksi
bioetanol. Upaya untuk mencapainya dapat melibatkan praktik pertanian yang lebih efisien
dan inovatif, seperti pemilihan varietas jagung yang lebih produktif, penggunaan teknik
irigasi yang lebih optimal, dan pengelolaan tanah yang berkelanjutan. Praktik pertanian yang
berbasis teknologi dan mendukung pendekatan ilmiah dapat secara signifikan meningkatkan
hasil panen jagung, yang pada gilirannya akan meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk
produksi bioetanol. Fitriliana et al., (2023) menyatakan bahwa kebijakan yang mendukung
industri bioetanol juga dapat menjadi pendorong peningkatan produksi. Faktor-faktor seperti
insentif fiskal, regulasi yang jelas, dan dukungan infrastruktur yang memadai menjadi kunci
untuk mendorong pertumbuhan industri bioetanol. Dengan menggabungkan langkah-langkah
ini, produksi bioetanol dari jagung dapat mengalami peningkatan yang signifikan, membantu
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung transisi menuju ekonomi
yang lebih berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriliana, F., Yana, S., Maryam, M., Rahmi, R., Nengsih, R., Rusmina, C., ... & Asnariza, A.
2023. Peluang Investasi dan Pengembangan Energi Biomassa: Perspektif
Pemanfaatan dan Daya Saing Pengembangannya. Jurnal Serambi Engineering, 8(3).
Inderiati, S. 2023. Produktivitas Tanaman Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Berumur Tua
Berdasarkan Kepadatan Populasi Di Ptpn Xiv Unit Pks Luwu. Agroplantae: Jurnal
Ilmiah Terapan Budidaya Dan Pengelolaan Tanaman Pertanian Dan Perkebunan,
12(1), 41–48. https://doi.org/10.51978/agro.v12i1.521
Istianah, N., Wardani, A. K., & Sriherfyna, F. H. 2018. Teknologi Bioproses. Universitas
Brawijaya Press.
Kapustová, Z., Kapusta, J., Boháčiková, A., & Bielik, P. 2020. Development status in EU
biofuels market. Visegrad Journal on Bioeconomy and Sustainable Development,
9(2), 67-71.
Lubis, M. F., & Lubis, I. 2018. Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di
Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Buletin Agrohorti, 6(2), 281–286.
https://doi.org/10.29244/agrob.v6i2.18945
Mahreni, A., Marnoto, T., & Nuri, W. 2017. Teknologi Produksi Biodiesel.
Prayitno, G., Hasyim, A. W., Subagiyo, A., Dinanti, D., & Roziqin, F. 2022. Ruang
Berketahanan Pangan: Menjawab Tantangan Produksi Pangan Berkelanjutan dengan
Optimasi Keruangan Menuju Indonesia Berdaulat. Universitas Brawijaya Press.
Rahman, H., Prasetyo, S. B., & Verinaldy, Y. 2019. Potensi limbah plastik dan biomassa
sebagai sumber energi terbarukan dengan proses pirolisis. Jurnal Teknologi, 6(2),
85- 98.
Sipayung, T. 2023. Produksi Kelapa Sawit di Indonesia (2023). In Paspi (p. 1).
https://palmoilina.asia/sawit-hub/produksi-kelapa-sawit-di-indonesia/
Supriyati, N., & Suryani, E. 2016. Peranan, Peluang dan Kendala Pengembangan
Agroindustri di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 24(2), 92.
https://doi.org/10.21082/fae.v24n2.2006.92-106
Timikasari, A.D., Shodiq, D.E., dan Setiawan, I. 2022. Literatur Review Sumber Daya Alam
Pangan Padan Sektor Pertanian Di Indonesia. Jurnal Sains Edukatika Indonesia,
4(2): 44 - 48.

Anda mungkin juga menyukai