Anda di halaman 1dari 12

SEKTOR PERTANIAN

Sektor pertanian masih berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia, meskipun
pada pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan pesatnya. Hal ini
terjadi karena sektor pertanian berfungsi sebagai penyedia bahan makanan, maupun bahan
baku bagi suatu industri. Di samping itu, pertanian juga berperan sebagai penyedia lapangan
pekerjaan terutama bagi penduduk yang tinggal di pedesaan, dan juga masih merupakan sektor
yang dapat diandalkan sebagai penghasil devisa negara.
1. PERTANIAN
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika
suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian
memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan
peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan pengembangan alat-alat pendukung
kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat
yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
1.1 Pengertian Pertanian
Pertanian dapat diberikan dalam arti terbatas dan arti luas. Dalam arti terbatas, pertanian ialah
pengelolahan tanaman dan lingkungannya agar memberikan suatu produk. Sedangkan dalam
arti luas, pertanian ialah pengolahan tanaman, ternak, dan ikan agar memberikan suatu produk.
Pertanian yang baik ialah pertanian yang dapat memberikan produk jauh lebih baik daripada
apabila tanaman, ternak, atau ikan tersebut dibiarkan hidup secara alami.
Menurut Todaro (2006) ada tiga pokok dalam evolusi produksi pembangunan pertanian sebagai
berikut: 1). Pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah, 2). Produk pertanian sudah
mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial atau pasar,
tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah, 3). Pertanian modern yang
produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang
tinggi.
Adapun pengertian pertanian menurut Soetriono (2006) sebagai berikut pertanian adalah suatu
jenis kegiatan produksi berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Kegiatan pertanian terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses kegiatan
tanaman dan hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan. Tingkat kemajuan
pertanian mulai dari pengumpul dan pemburu, pertanian primitif, pertanian tradisional sampai
dengan pertanian modern.
Pembangunan dalam bidang pertanian tidak akan terlepas dari dukungan sumberdaya yang ada,
baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia (budaya). Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Sumatmadja (1988) bahwa pertanian sebagai suatu sistem keruangan yang
merupakan perpaduan antara sub sistem fisis dan subsistem manusia. Sub sistem fisis meliputi
tanah, iklim, hidrologi, topografi dengan proses alamiahnnya. Sedangkan sub sistem manusia
antara lain tenaga kerja, kemampuan ekonomi, serta kondisi politik daerah setempat.
1.2 Pertanian dan Pertumbuhan Perekonomian
Pada umumnya negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah negara agraris. Sektor
pertanian mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan negara-negara berkembang.

1|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa sektor pertanian adalah sektor penunjang yang
positif dalam pembangunan ekonomi pada negara itu. Di antara ahli tersebut adalah Johnston
dan Mellor (1961), Daniel (2002), dan Todaro (2003).
Johnston dan Mellor (1961) menyebutkan bahwa peranan sektor pertanian dalam
pembangunan ekonomi adalah: 1). Sumber utama penyediaan bahan makanan, 2). Sumber
penghasilan dan pajak, 3). Sumber penghasilan devisa yang diperlukan untuk mengimpor
modal, bahan baku, dan lain-lain, dan 4). Pasar dalam negeri untuk menampung hasil produksi
industri pengolahan dan sektor bahan pertanian lainnya.
Daniel (2002) mengemukakan tiga alasan utama mengapa sektor pertanian perlu dibangun
lebih yaitu: 1). Barang-barang hasil industri memerlukan dukungan daya beli masyarakat.
Umumnya pembeli barang-barang hasil industri sebagian besar berada dalam lingkungan
Sektor pertanian. Oleh karena itu, masyarakat sektor pertanian harus ditingkatkan lebih dulu
pendapatannya. 2). Untuk menekan ongkos produksi dari komponen upah dan gaji diperlukan
tersedianya bahan-bahan makanan yang murah dan terjangkau, sehingga upah dan gaji yang
diterima dapat dapakai untuk memenuhi kebutuhan pokok guru dan pegawai. Keadaan ini bisa
tercipta bila produksi hasil pertanian terutama pangan dapat ditingkatkan sehingga harganya
lebih rendah dan terjangkau oleh daya beli. 3). Industri membutuhkan bahan baku yang berasal
dari sektor pertanian, karena itu produksi bahan-bahan industri memberikan basis bagi
pertumbuhan itu sendiri. Keadaan ini bisa tercipta sedemikian rupa sehingga merupakan suatu
siklus dan kerja sama yang saling menguntungkan.
Daniel (2002) mengemukakan argumentasinya terkait pertanian dan pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, di negara berkembang yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan penduduk
akibat kemerosotan yang tajam angka kematian dan penurunan yang lambat dalam tingkat
kesuburan memerlukan permintaan bahan pangan yang lebih besar lagi. Kebutuhan pangan
bagi masyarakat dapat tercapai dengan cara meningkatkan produktivitas pertanian sehingga
dapat memperbesar output yang dihasilkan. Meningkatkan daya beli daerah pedesaan sebagai
hasil perluasan output dan produktivitas pertanian akan cenderung menaikkan permintaan atas
barang manufaktur dan memperluas ukuran pasar itu sendiri. Kenaikan pendapatan daerah
pedesaan sebagai hasil surplus dari hasil pertanian cenderung memperbaiki kesejahteraan
masyarakat daerah pedesaan, sehingga standar kehidupan sebagian rakyat pedesaan meningkat.
Todaro (2003) mengemukakan bahwa pembangunan pertanian sebagai syarat mutlak bagi
pembangunan nasional bagi khususnya di negara dunia ketiga. Todaro melihat sekitar dua per
tiga dari bangsa yang miskin menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sebagian besar
kelompok miskin tersebut bertempat tinggal di pedesaan.
1.3 Perkembangan Kondisi Pertanian di Indonesia
Pertanian pada jaman dulu adalah pertanian tradisional yang bersifat boros lahan, energi dan
sumber daya manusia (SDM). Bagaimana tidak, usaha tani yang dilakukan hanya
menghasilkan tingkat produksi yang rendah dengan kualitas panen yang kurang baik, serta nilai
tambah yang diperoleh sangat minim. Sebagai dampaknya ialah petani tetap miskin dari
generasi ke generasi, bahkan yang terjadi proses pemiskinan masal. Tak dapat dipungkiri,
bahwa sebagian besar penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang dalam tahun
2010 masih sekitar 31 juta jiwa, merupakan masyarakat pertanian, petani masih dalam kategori
kelas gurem beserta keluarganya. (Hidayat, 2013).

2|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


Mayoritas petani di Indonesia dari generasi ke generasi hanya menanam padi, dengan pola
usaha tani yang kurang mengacu pada orientasi bisnis. Pertimbangan petani dalam
melaksanakan pekerjaan sebagai petani karena menanam padi seolah menjadi tenang. Dalihnya
kalaupun harganya terpuruk, toh masih tetap bisa makan. Selain itu menanam padi merupakan
bidang yang paling dikuasaianya. Untuk menanam komoditi lainnya cukup riskan, karena
belum menjiwai. Secara historis, menanam padi memang telah dilakukan secara turun-
menurun.
Apapun yang terjadi dengan realitas pertanian di Indonesia, pertanian tetap menjadi sandaran
kehidupan masyarakat Indonesia, yang diharapkan dalam perkembangan waktu selanjutnya
memberikan kehidupan yang lebih baik dari saat ini. Beberapa fakta tentang pertanian di
Indonesia dapat dilihat dalam beberapa Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2000 - 2011
Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas Produksi
(Ku/Ha)
2001 11.499.997.00 43.88 50.460.782.00
2002 11.521.166.00 44.69 51.489.694.00
2003 11.488.034.00 45.38 52.137,604.00
2004 11.922.974.00 45.36 54.088.468.00
2005 11.839.060.00 45.74 54.151.097.00
2006 11.786.430.00 46.20 54.454.937.00
2007 12.147.637.00 47.05 57.157.435.00
2008 12.327.425.00 48.94 60.325.925.00
2009 12.883.576.00 49.99 64.398.890.00
2010 13.253.450.00 50.15 66.469.394.00
2011 13.203.643.00 49.80 65.756.904.00
Sumber: BPS (2012)
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun (2001-2011) produktivitas
pertanian memang menunjukkan kenaikan. Namun kenaikan ini tidak signifikan. Misal, dalam
kurun waktu 2001-2009 kenaikannya hanya berkisar antara 2%-3%. Bahkan pada tahun 2011
malah mengalami penurunan sebesar 2%.
Meskipun ada introduksi teknologi yang lebih maju, namun nilai tambah yang diperoleh belum
begitu merangsang. Kehidupan petani tidak banyak berubah. Bahkan ada kecenderungan
terjadi involusi pertanian, yaitu sebagai akibat luas pemilikan lahan yang makin sempit, baik
karena dijual atau dialihkan pada keturunannya. Itulah kondisi mayoritas petani dan pertanian
di Indonesia. Itulah wajah asli pertanian Indonesia, masih dibutuhkan namun cenderung
dipinggirkan. Maka tak heran jika pembangunan pertanian terkesan jalan di tempat.
Di negara industri maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Jerman masih banyak penduduk
yang menggeluti sektor pertanian. Namun kondisinya amat berlainan dengan mayoritas petani
yang ada di Indonesia atau negara sedang berkembang lainnya. Petani di negara maju
umumnya telah benar-benar menerapkan prinsip industri, bisnis dan manajemen. Karena untuk
itu memang sangat memungkinkan. Hal-hal seperti lahan garapan yang luas, mekanisme yang
diterapkan secara penuh, penggunaan varietas tanaman unggul, sarana produksi yang lengkap,
dan infrastruktur yang memadai merupakan faktor- faktor pendukung yang bisa memperbaiki
performance usaha taninya.

3|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


SEKTOR PERINDUSTRIAN
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi
menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Bab ini membahas konsep
perindustrian, klasifikasi industri, industri dan pertumbuhan ekonomi, daya saing industri,
upaya meningkatkan perindustrian, dan diakhiri dengan pertanyaan latihan.
1. Perindustrian dalam Persfektif Teoritis
Industri berawal dari pekerjaan tukang atau juru. Sesudah mata pencaharian hidup berpindah-
pindah sebagai pemetik hasil bumi, pemburu dan nelayan di jaman purba, manusia tinggal
menetap, membangun rumah dan mengolah tanah dengan bertani dan berkebun serta beternak.
Kebutuhan mereka berkembang misalnya untuk mendapatkan alat pemetik hasil bumi, alat
berburu, alat menangkap ikan, alat bertani, berkebun, alat untuk menambang sesuatu, bahkan
alat untuk berperang serta alat-alat rumah tangga. Para tukang dan juru timbul sebagai sumber
alat-alat dan barang-barang yang diperlukan itu. Dari situ mulailah berkembang kerajinan dan
pertukangan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan. Untuk menjadi pengrajin dan
tukang yang baik diadakan pola pendidikan magang, dan untuk menjaga mutu hasil kerajinan
dan pertukangan di Eropa dibentuk berbagai gilda (perhimpunan tukang dan juru sebagai cikal
bakal berbagai asosiasi sekarang).
Istilah industri sering diidentikan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah
barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Menurut Undang-undang RI No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian mengemukakan bahwa
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi dan bahan jadi menjadi barang yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan.
Berdasar sudut pandang geografi Sumaatmadja (1988) industri sebagai suatu sistem,
merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis yang
mengandung pertumbuhan dan perkembangan industri yaitu komponen-komponen lahan,
bahan mentah atau bahan baku, sumber daya energi, iklim dengan segala macam proses
alamiahnya. Sedangkan subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan industri meliputi komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi,
tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintah, transportasi dan komunikasi, konsumen dan
pasar, dan lain sebagainya.
Menurut Abdurachmat (1998) mengemukakan bahwa industri diambil dari Bahasa Latin
Industria yang secara sederhana dapat diartikan sebagai buruh atau penggunaan tenaga kerja
yang terus menerus. Dalam bahasa Inggris masih digunakan kata sifat Industrious yang artinya
kerja keras atau rajin. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988) industri mengandung dua
pengertian yaitu dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit, dalam arti yang luas industri
adalah segala kegiatan manusia memanfaatkan sumber daya alam sedangkan dalam arti yang
sempit industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah
jadi.

4|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


Menurut Maryani (1998) industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang sangat penting
karena sebagian besar kebutuhan manusia mulai dari makanan, minuman, pakaian, sampai alat-
alat rumah tangga dihasilkan oleh industri. Selain menghasilkan berbagai keperluan hidup, juga
merupakan sumber nafkah bagi sebagaian penduduk di dunia. Sedangkan menurut Ridwan
(2007) industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku
atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Berdasarkan semua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya industri
merupakan bagian dari proses produksi yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi
atau barang setengah jadi, sehingga menjadi barang yang memiliki kegunaan dan nilai tambah
untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
2. KLASIFIKASI INDUSTRI
Industri dikelompokkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan atau pendekatan. Beberapa
referensi tentang perindustrian mengklasifikasikan industri berdasarkan bahan baku, tenaga
kerja, produksi yang dihasilkan, bahan mentah, lokasi unit usaha, proses produksi, barang yang
dihasilkan, modal yang digunakan, subjek pengelola, cara pengorganisasian.
2.1 Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan
dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri
dapat dibedakan menjadi:
1. Industri Ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan.
2. Industri Non Ekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil industri lain,
Misalnya industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
3. Industri Fasilitatif atau disebut juga industri tertier yang kegiatan industrinya adalah
dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya perbankan,
perdagangan, angkutan, dan pariwisata.
2.2 Klasifikasi Industri Berdasarkan Tenaga Kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri Rumah Tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari
empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal
dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah
tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya industri anyaman, industri
kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
2. Industri Kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya industri
genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
3. Industri Sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan
manajerial tertentu. Misalnya industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

5|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


4. Industri Besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan. Misalnya industri tekstil,
industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
2.3 Klasifikasi Industri Berdasarkan Produksi Dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri Primer, yaitu industrí yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu
pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati
atau digunakan secara langsung. Misalnya industri anyaman, industri konveksi, industri
makanan dan minuman.
2. Industri Sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya
industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
3. Industri Tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang
dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung,
melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan
masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan
industri pariwisata.
2.4 Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Mentah
Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri Pertanian, yaitu industri vang mengolah bahan mentan yang diperoleh dari
hasil kegiatan pertanian. Misalnya industri minyak goreng, Industri gula, industri kopi,
industri teh, dan) industri makanan.
2. Industri Pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari
hasil pertambangan. Misalnya industri semen, industri baja, industri BBM (bahan bakar
minyak bumi), dan industri serat sintetis.
3. Industri Jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah
dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya: industri
perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni
dan hiburan.
2.5 Klasifikasi Industri Berdasarkan Lokasi Unit Usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri.
Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri berorientasi pada pasar, yaitu industri yang didirikan mendekati daerah
persebaran konsumen. Industri berorientasi pada tenaga kerja, yaitu industri yang
didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki
banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
2. Industri berorientasi pada pengolahan, yaitu industri yang didirikan dekat atau
ditempat pengolahan.
3. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat
tersedianya bahan baku. Misalnya industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil,

6|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula
berdekatan lahan tebu.
4. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain, yaitu industri yang didirikan
tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena
bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja.
Misalnya industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
2.6 Klasifikasi Industri Berdasarkan Proses Produksi
Berdasarkan proses produksinya, industri dibedakan menjadi:
1. Industri Hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan
industri yang lain. Misalnya industri kayu lapis, industri alumunium, industri
pemintalan, dan industri baja.
2. Industri Hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi
sehingEga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh
konsumen. Misalnya industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan
industri mebeler.
2.7 Klasifikasi Industri Berdasarkan Barang yang Dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri Berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi
lainnya. Misalnya industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan.
2. Industri Ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk
dikonsumsi. Misalnya industri obat-obatan, industri makanan, dan industri minuman.
2.8 Klasifikasi Industri Berdasarkan Modal yang Digunakan
Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu industri yang
memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri).
Misalnya industri kerajinan, industri pariwisata, dan industri makanan dan minuman.
2. Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang modalnya
berasal dari penanaman modal asing. Misalnya industri komunikasi, industri
perminyakan, dan industri pertambangan.
3. Industri dengan modal patungan (joint venture), yaitu industri yang modalnya
berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya industri otomotif,
industri transportasi, dan industri kertas.
2.9 Klasifikasi Industri Berdasarkan Subyek Pengelola
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri Rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat. Misalnya
industri mebeler, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
2. Industri Negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang
dikenal dengan istilah BUMN. Misalnya industri kertas, industri pupuk, industri baja,
industri pertambangan, industri perminyakan, dan industri transportasi.

7|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


2.10 Klasifikasi Industri Berdasarkan Cara Pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: modal, tenaga
kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya. Berdasarkan cara pengorganisasiannya,
industri dapat dibedakan menjadi:
1. Industri Kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative kecil, teknologi
sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga,
produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal).
Misalnya industri kerajinan dan industri makanan ringan.
2. Industri Menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar,
teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja
tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala regional). Misalnya
industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-anak.
3. Industri Besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi
canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan
terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional. Misalnya industri barang-
barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.
3. INDUSTRI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Konsep pembangunan sering dikaitkan dengan proses industrialisasi, oleh karena sering kali
pengertiannya dianggap sama. Negara maju pertama adalah Inggris. Revolusi industri,
seringkali inovasi vang menghemat biaya lewat mesin uap, memungkinlan Inggris untuk
meningkatkan produksi industrinya sebesar 400 persen selama paruh pertama abad ke 19. Sejak
itu sampai sekarang ini kriteria utama dari pembangunan adalah kenaikan pendapatan per
kapita yang sebagian besar disebabkan oleh adanya industrialisasi. Dua Negara yang paling
sukses pembangunannya pada awal abad ke 20, Jepang dan Uni Soviet, juga disebabkan oleh
adanya industrialisasi di negaranya masing-masing.
Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan
untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf
hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain pembangunan industri itu merupakan suatu fungsi
dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya
sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
kemampuan memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya. Hal ini
berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai
untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara
vertikal semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara horizontal
semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.
Industri mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin (Leading Sectos). Leading sektor
maksudnya adalah dengan pembangunan Industri maka akan memacu dan mengangkat
pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan
industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-
bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut,
misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/perikanan, dan
sebagainya, yang akan mendukung pertumbuhan industri. Hal ini berarti keadaan

8|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


menyebabkan meluasnya peluang kerja yang ada pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan permintaan masyarakat (daya belinya). Kenaikan pendapatan dan peningkatan
daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh dan sehat.
Berdasarkan uraian tersebut betapa peranan industri menjadi penting dalam perkembangan
suatu perekonomian. Tolak ukur yang terpenting antara lain sumbangan sektor industri
pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor
industri dan sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan jasa.
4. PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA
Berdasarkan publikasi Kementrian Perindustrian RI, pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada
Triwulan II-2011 dibandingkan Triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 6,49%.
Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, yang mana pertumbuhan tertinggi dihasilkan
oleh Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 10,65%, Perdagangan Hotel & Restoran sebesar
9,64%, dan Konstruksi sebesar 7,4%. Industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 6,61%.
Hal ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 yang
hanya tumbuh sebesar 5,12%.
Sampai pada tahun 2011 triwulan II, struktur Perekonomian Indonesia masih tetap didominasi
oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,30% ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (15,6%) dan sektor perdagangan, hotel
dan restoran (13,7%). Kontribusi sektor industri pada Triwulan Il-2011 ini juga lebih tinggi
dibandingkan dengan riwulan I tahun 2011 sektor industri pengolahan non migas pada triwulan
I tahun 2011 menyumbang sekitar 21,1 %. Sektor industri telah memberikan sumber
pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu sebesar 1,6%. Sama halnya dengan sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang juga memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar
1,6%. Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,0%. sedangkan sumber pertumbuhan
dari sektor lainnya masih kecil yaitu di bawah 1,0%.
Sampai dengan Triwulan II 2011 pertumbuhan industri yang dapat dicapai sebesar 6,61%
dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6 miliar. Pertumbuhan pada triwulan II tahun 2011
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada triwulan yang sama tahun 2010
(5,12%). Hal ini didukung oleh kinerja semua cabang industri yang semakin membaik, dan
memiliki pertumbuhan positif seperti industri logam dasar, besi dan baja; industri makanan,
minuman dan tembakau; serta industri tekstil, barang kulit & alas kaki. Selain kondisi tersebut,
sektor industri juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi tenaga kerja, seperti pada
Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut Sub Sektor Tahun 2008-
2010
Sub Sektor 2008 2009 2010
1. Makanan dan Minuman 721,457 714,824 715,648
2. Tembakau 346,042 331,590 327,865
3. Tekstil 484,732 498,005 525,470
4. Pakaian jadi 495,518 464,777 481,470
5. Kulit dan barang dari kulit 219,792 219,071 225,481
6. Kayu, barang dari kayu, dan anyaman 241,226 214,991 219,641
7. Kertas dan barang dari kertas 126,379 120,001 126,883

9|Sub Sektor Pertanian dan Perindustri


Sub Sektor 2008 2009 2010
8. Penerbitan, percetakan, dan reproduksi 59,065 60,980 44,915
9. Batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar 6,727 6,711 6,964
dari nuklir
10. Kimia dan barang-barang dari bahan kimia 199,990 211,667 216,433
11. Karet dan barang-barang dari plastik 360,181 339,297 363,490
12. Barang galian selain logam 176,459 175,127 171,313
13. Logam dasar 64,099 60,632 64,643
14. Barang-barang dari logam dan peralatannya 147,330 126,921 142,885
15. Mesin dan perlengkapannya 87,192 71,276 74,751
16. Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data 3,009 2,892 2,908
17. Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya 77,094 80,529 80,611
18. Radio, televisi, dan peralatan komunikasi 117,274 130,173 134,414
19. Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, 25,071 19,938 20,805
dan jam
20. Kendaraan bermotor 86,928 85,362 92,999
21. Alat angkutan lainnyaubni Tofle 91,136 81,761 97,376
22. Furniture dan industri pengolahan lainnya 313,656 322,741 362,437
23. Daur ulang 7,071 5,908 2,247
Total 4,457,932 4,345,174 4,501,145
Sumber: BPS (2012)
Tabel 2 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2008-2010 jumlah tenaga kerja di sektor
industri mengalami pasang surut. Selain itu, sub sektor makanan dan minuman menyerap
tenaga kerja paling banyak. Pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri
sebesar 4.345.174 orang. Jumlah ini turun sebesar 2,5% dibandingkan tahun 2008. Pada tahun
2010 jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri menjadi 4.501.145. Angka ini adalah
kenaikan sebesar 3,6% dari tahun 2009. Pada tahun 2008, jumlah tenaga kerja yang bekerja di
sektor makanan dan minuman sebesar 721.457, atau sebesar 16,2%o dari total jumlah tenaga
kerja. Tahun 2009, jumlah jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor makanan dan minuman
sebesar 714.824, atau sebesar 16,5% dari total jumlah tenaga kerja. Sedangkan tahun 2010,
jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor makanan dan minuman sebesar 715.648, atau
sebesar 15,9% dari total jumlah tenaga kerja.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perkembangan sektor industri menggembirakan.
Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif dan
meminimalkan biaya ekonomi tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur dan
hilirisasi. Di samping itu, perlu diperhatikan lingkungan global saat ini yang persaingannya
semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara
terintegrasi dengan sektor ekonomi lainnya.
5. DAYA SAING INDUSTRI
Globalisasi pada dasarnya adalah fenomena yang mendorong perusahaan di tingkat mikro
ekonomi untuk meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing di tingkat lokal, nasional, maupun
internasional. Dengan globalisasi yang menyatukan pasar dan kompetisi investasi internasional
meningkatkan tantangan sekaligus peluang bagi semua perusahaan baik kecil, menengah
maupun besar.

10 | S u b S e k t o r P e r t a n i a n d a n P e r i n d u s t r i
Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk
menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan
berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Oleh karena daya saing
industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan pembangunan
industri nasional didahului dengan mengkaji sektor industri secara utuh sebagai dasar
pengukurannya.
Terdapat dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi Penawaran dan Sisi Permintaan. Sisi
penawaran diukur dari 2 unsur yaitu: 1) Kondisi kemampuan ekonomi Indonesia atau Modal
Dasar (SDA, SDM, Teknologi, dan infrastruktur fisik), 2) Kondisi saat ini struktur industri
manufaktur Indonesia (kemampuan organisasi, kontribusi sektor, produktifitas,
internasionalisasi, dan faktor klasifikasi). Sedangkan sisi permintaan diukur dari 2 unsur yaitu:
1) Tingkat Pengembangan daya saing (posisi daya saing Indonesia dalam perdagangan dunia;
dan struktur ekspor, spesialisasi ekspor, dan penetrasi impor), 2) Lingkungan daya saing
internasional (dinamisme ekspor, struktur persaingan di negara tujuan ekspor, dan struktur
pasar impor dunia).
6. UPAYA MENINGKATKAN PERINDUSTRIAN
Konsideran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984, dinyatakan bahwa untuk mencapai sasaran
pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan
yang menentukan dan oleh karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu
dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara
optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia. Berbagai kebijakan telah
dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya mendorong laju perkembangan perindustrian di
Indonesia. Baik kegiatan di bidang penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat mendorong
laju perkembangan perindustrian Indonesia, maupun kebijakan riil melalui pemberdayaan
departemen yang terkait.
Sasaran pembangunan sektor industri yang ditetapkan oleh pemerintah salah satunya ialah
memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri. Upaya Departemen Perindustrian selaku
pengemban tugas pembinaan industri nasional untuk memperluas akses pasar produk dalam
negeri mulai menunjukkan hasil positif. Sejumlah pasar yang selama ini sulit ditembus produk
dalam negeri seperti pada pengadaan barang dan jasa di sektor industri migas dan
pembangunan infrastruktur listrik, kini mulai terbuka.
Hal ini juga nanti akan berkaitan dengan penyediaan informasi pasar mengenai peluang pasar
internasional dan hasil-hasil kerjasama industri dan perdagangan kepada dunia usaha,
khususnya usaha kecil menengah. Selain itu, mendorong untuk meningkatkan penggunaan
bahan baku dalam negeri menjadi salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi
dalam negeri.
Di bidang regulasi, untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional diperlukan perangkat
hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan
dalam arti yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan industri. Dalam upaya penyusunan
regulasi, pemerintah telah menghasilkan suatu produk hukum yang khusus mengatur hal-hal
memiliki sangkut paut dengan industri, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian.

11 | S u b S e k t o r P e r t a n i a n d a n P e r i n d u s t r i
Bab ini membawa kepada suatu pemahaman bawah sektor industri merupakan salah satu sektor
yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap
pembangunan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Peranan
sektor industri dalam pembangunan ekonomi nasional terlihat dari kontribusi masing-masing
sub sektor terhadap terhadap produk domestik bruto. Bahwa Pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan
ekonomi, dan hal itu dapat diwujudkan melalu keberadaan sektor industri. Peranan sektor
industri dalam pembangunan ekonomi Sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa
keunggulan dalam mempercepat pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor Industri
tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu
menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.

Daftar Pustaka

Basuki Pujoalwanto,2014. Perekonomian Indonesia; Tinjauan Historis, Teoritis, dan


Empiris. Jogjakarta, Graha Ilmu

12 | S u b S e k t o r P e r t a n i a n d a n P e r i n d u s t r i

Anda mungkin juga menyukai