Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan pentingnya
pilar ketersediaan pangan dalam ketahanan pangan, dan
2. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi ketersediaan
pangan.
b. Produktivitas
Untuk mengukur kinerja produktivitas pangan, pemerintah menggunakan beberapa
komoditas pangan sebagai indikator kinerja di RKP (Rencana Kinerja Pemerintah) atau
RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional). Terdapat beberapa komoditas
yang digunakan pemerintah sebagai indikator di RPJMN 2015-2019 yaitu komoditas beras,
jagung, kedelai, gula, garam, perikanan, dan daging sapi. Sebagian besar komoditas tersebut
mengalami penurunan produksi yang mengakibatkan tidak tercapainya target swasembada
pangan. Pencapaian swasembada pangan diukur dari pertumbuhan produksi beberapa
komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi. Pada tahun
2010-2014 hasil produksi tanaman pangan tersebut menunjukkan hasil yang bervariasi.
Produksi padi meningkat dari 66,5 juta ton gabah kering giling (GKG) tahun 2010
menjadi 75,3 juta ton GKG pada tahun 2015, terjadi peningkatan rata-rata 2,7% setiap
tahunnya, walaupun masih berada di bawah target yaitu sebesar 3,2% per tahun (target 2010-
2014, target 2015-2019 adalah 3% per tahun). Mengingat produksi GKG menjadi target utama
dari swasembada pangan nasional karena beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat
Indonesia. Untuk mengetahui lebih detail jumlah produksi, pertumbuhan dan produktivitas dari
komoditas beras dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Produksi komoditas padi tahun 2010-2015
Tahun Luas Panen Penambahan/ Produksi Peningkatan/ Produktivitas
(Ha) Pengurangan (ton) Penurunan (Ku/Ha)
Lahan (%) Produksi (%)
Sentra produksi beras di Indonesia secara geografis dapat dilihat pada Gambar 4.1
yang meliputi pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Indonesia
timur.
5% 1%
7%
11%
53%
23%
Jawa Sumatera Sulawesi Kalimantan Nusa Tenggara Indonesia Timur (Maluku & Papua)
Impor Pangan
Definisi impor pangan berdasarkan UU No.18 Tahun 2012 yaitu kegiatan memasukkan
pangan ke dalam daerah pabean negara Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya, tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif, dan
landas kontinen. Impor pangan hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri
tidak mencukupi dan atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri, dan impor pangan pokok
hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri dan cadangan pangan nasional
tidak mencukupi. Dengan kata lain, impor pangan dapat dilakukan apabila ketersediaan pangan
dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tanaman pangan memberikan rata-rata kontribusi impor tertinggi baik dari volume
maupun nilai. Apabila dilihat dari sisi volume impor, rata-rata kontribusi masing-masing
subsektor tahun 2011 hingga 2015 ditunjukkan pada Gambar 4.2 yaitu berturut-turut sebesar
71,1% untuk tanaman pangan; 16,8% untuk perkebunan; 6,81% untuk hortikultura; dan 5,29%
untuk peternakan. Apabila dilihat dari sisi nilai impor, rata-rata kontribusi masing-masing
subsektor pada periode yang sama yaitu sebesar 44,5% untuk tanaman pangan; 27,8% untuk
perkebunan; 18,3% untuk peternakan; dan 9,3% untuk hortikultura.
5,29%
6,81%
16,80%
71,10%
A. Rangkuman
Ketersediaan pangan merupakan salah satu pilar penting dalam mewujudkan ketahanan
pangan, yang meliputi kegiatan produksi dalam negeri dan impor bahan pangan. Ketersediaan
pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan
pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk menghadapi masalah kekurangan
pangan, gangguan pasokan, dan harga, serta keadaan darurat.
Pilar ketersediaan diartikan juga bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman untuk dikonsumsi.
Ketersediaan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: produksi pangan, perdagangan,
stok, dan transfer pangan. Produksi pangan adalah suatu kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan atau
mengubah bentuk pangan. Impor pangan adalah kegiatan memasukkan pangan ke dalam
daerah pabean negara Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang
udara di atasnya, tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif, dan landas kontinen.
Impor pangan hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri tidak
mencukupi dan atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri, dan impor pangan pokok hanya
dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri dan cadangan pangan nasional tidak
mencukupi.
B. Soal Latihan
1. Bagaimana menjamin pangan yang aman dari cemaran fisik, kimia dan biologi ?
2. Jelaskan pengaruh pemanfaatan pangan pada terwujudnya ketahanan pangan?
3. Konsumsi pangan seperti apa yang dapat dikatakan memiliki keanekaragaman ? serta
berikan contohnya!
4. Pada ketahanan pangan, apa yang menyebabkan kecukupan gizi kurang pada sebagian
masyarakat Indonesia?
5. Jelaskan secara spesifik peran hutan dalam mewujudkan ketersediaan pangan!
Daftar Pustaka
Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Undang-undang Repubilik Indonesia Nomor 18 Tahun
2012 tentang Pangan.
World Food Programme. 2009. Emergency Food Security Assessment Handbook, 2nd edition.
Roma. https://documents.wfp.org/. Diakses 26 November 2018.