Kelas : B
Jum’at, 23 April 2021
Pendidikan kewarganegaraan
1. Identitas nasional dapat diidentifikasi baik dari sifat lahiriah yang dapat dilihat
maupun dari sifat batiniah yang hanya dapat dirasakan oleh hati nurani. Bagi bangsa
Indonesia, jati diri tersebut dapat tersimpul dalam ideologi dan konstitusi negara, ialah
Pancasila dan UUD NRI 1945. Seluruh rakyat Indonesia telah melaksanakan
Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam setiap kehidupan sehari-hari, kapan saja dan di
mana saja, sebagai identitas nasionalnya. Nilai-nilai dasar yang dirumuskan sebagai
nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai jati diri bangsa sekaligus
identitas nasional.
2. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata, hal ini mengakibatkan rasa iri atau
rasa tidak puas di daerah yang tidak mendapatkan pembangunan infrastruktur yang
paling sedikit atau kecil hingga dapat mengakibatkan demo bahkan pemerotesan dan
perlawanan terhadap pemerintah yang dikhawatirkan dapat menimbulkan perpecahan
antar daerah . Selain perpecahan pembangunan infrastruktur yang tidak merata dapat
menimbulkan ketimpangan ekonomi dan status sosialnya. Ketimpangan bisa saja
terjadi pada sektor suku atau ras atau golongan tertentu karena menyangkut dari
daerah atau area tertentu. Hal ini dapat menimbulkan dan mendukung gerakan
saparatis pada daerah yang ditinggalkan.
5.
a) Ada 6, Demokrasi dalam Pandangan Para Pendiri Bangsa Indonesia,
Parlementer, Terpimpin, Pancasila, Era Reformasi, dan Demokrasi Referensi.
b) Jadi praktik demokrasi pertama kita sebenarnya bernuansa demokrasi liberal.
Setelah dekrit 1959, membubarkan Konstitusi dan juga akhirnya
membubarkan DPR pada 1960. Untuk mengemban fungsi legislatif, sesuai
Konstitusi UUD45, Sukarno membentuk MPRS, DPR GR, dan DPAS.
Dalam pandangan Sukarno, demokrasi bangsa kita bukanlah demokrasi
liberal ala barat, melainkan demokrasi terpimpin (guided democracy). Dalam
model ini, demokrasi bukan untuk membentuk sistem pemeritahan yang
liberal, melainkan pemerintahan yang sosialistik dengan cita-cita negara yang
juga sosialistik. Artinya, di masa lalu, Bung Karno pernah mempunyai dua
konsepsi tentang demokrasi itu, yakni demokrasi liberal dan sekaligus
demokrasi terpimpin. Kaitan nilai-nilai Pancasila di sini tentu sangat nyata
karena Bung Karno sendiri kita anggap sebagai penemu Pancasila itu sendiri.
Artinya bagi Sukarno, ada dualisme ketika nilai-nilai Pancasila dalam
implementasi demokrasi berbeda dengan dataran idelanya. Bahkan Di luar
pemilu, kebebsan sipil mengalami pengkerdilan juga di masa itu, baik itu
hak-hak berorganisasi dan berkumpul, hak menyatakan pendapat, dll.