Anda di halaman 1dari 71

KEWARGANEGARAAN

(2 SKS)
Sistem Penilaian
UTS = 30%
UAS = 50%
TUGAS = 20%
Referensi Buku
Diktat Pendidikan Kewarganegaraan : LSIPK Unisba
UUD 1945
UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Pokok Bahasan Pendidikan Kewarganegaraan

Memuat materi tentang hukum dan politik


yang ada dan berkembang.
Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan mempunyai


peranan yang strategis dalam mempersiapkan
warga negara yang cerdas, bertanggungjawab
dan beradab.
Berdasarkan rumusan “Civic International”
(1995), bahwa pendidikan demokrasi penting
untuk pertumbuhan civic culture untuk
keberhasilan pengembangan dan
pemeliharaan pemerintahan demokrasi.
Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Sebagai upaya sadar dan terencana untuk


mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga
negara dengan menumbuhkan jati diri dan
moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan
hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa
dan negara.
Penyempurnaan kurikulum PKn
PKn merupakan perpaduan antara ”civic
education”, “democracy education” dan
“citizenship education” yang berlandaskan filsafat
Pancasila serta muatan makna dari pendidikan
pendahuluan bela negara. Oleh karena itu, dengan
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan para
intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian
sebagai warga negara yang demokratis, religius,
berkemanusiaan dan beradab.
IDENTITAS NASIONAL

Identitas Nasional adalah kumpulan nilai-nilai


budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku
yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia
menjadi kebudayaan nasional dengan acuan
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai
dasar dan arah pengembangannya.
Hakikat Identitas Nasional sebagai bangsa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah Pancasila, yang aktualisasinya
tercermin dalam penataan kehidupan dalam
arti luas.
IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa


Indonesia;
2. Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih;
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya;
4. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila;
5. Semboyan Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika;
6. Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila;
7. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945;
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat;
9. Konsepsi Wawasan Nusantara;
10.Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai
Kebudayaan Nasional.
Garis besarnya Identitas Nasional tersebut dapat
dirumuskan menjadi tiga bagian:
1. Identitas Fundamental, yaitu Pancasila merupakan
Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara;
2. Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata
perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara,
Bendera Negara, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan
(archipelago);
3. Pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama serta
kepercayaan.
Konstitusi

Konstitusi adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar


atau hukum dasar (dalam arti luas). Konstitusi adalah piagam
dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan dasar negara (dalam arti sempit). Tujuan Konstitusi:
(1) memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik; (2) melepaskan kontrol kekuasaan dari
penguasaan sendiri; (3) memberikan batasan-
batasanketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya; (4) membatasi kekuasaan pemerintah agar
tidak terjadinya kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh
pemerintah agar hak-hak bagi warga negara terlindungi dan
tersalurkan (konstitusionalisme).
Fungsi Konstitusi: (1) sebagai piagam
kelahiran suatu negara; (2) sebagai sumber
hukum tertinggi; (3) sebagai alat yang
membatasi kekuasaan; (4) sebagai identitas
nasional dan lambang; (5) sebagai pelindung
hak asasi manusia dan kebebasan warga suatu
negara.
Bentuk NKRI yang Berkedaulatan Rakyat

Ciri-ciri negara yang menganut teori kedaulatan


rakyat: (1) Negara memiliki lembaga perwakilan
rakyat sebagai badan atau majelis yang mewakili atau
mencerminkan kehendak rakyat; (2) pelaksanaan
pemilu untuk mengangkat dan menetapkan anggota
lembaga perwakilan diatur oleh undang-undang; (3)
kekuasaan atau kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh
badan atau majelis yang bertugas mengawasi
pemerintah; (4) susunan kekuasaan badan atau
majelis tersebut ditetapkan dalam UUD.
Konsep Wawasan Nusantara

Konsepsi Wawasan Nusantara adalah cara pandang


dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk
geografisnya menurut Pancasila dan UUD 1945 dalam
mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai
kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan
nasionalisme yang tinggi dari segala aspek kehidupan
rakyat Indonesia yang mengutamakan kepentingan
nasional daripada kepentingan perorangan,
kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah.
Kebudayaan daerah yang telah diterima
sebagai kebudayaan nasional
Budaya merupakan suatu kebiasaan yang mengandung nilai-
nilai penting dan fundamental yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Warisan tersebut harus dijaga agar tidak luntur atau
hilang sehingga dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi
berikutnya.
Budaya Daerah adalah suatu kebiasaan dalam wilayah atau
daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh
generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada lingkup
daerah tersebut; sedangkan Budaya Nasional adalah gabungan
dari budaya daerah yang ada di negara tersebut, yang telah
mengalami asimilasi dan akulturasi dengan daerah lain di suatu
negara tersebut.
Falsafah Pancasila sebagai Dasar Falsafah
Negara Indonesia
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia, dapat kita temukan dalam beberapa dokumen
historis dan dalam perundang-undangan negara
Indonesia seperti dibwah ini: (1) Pidato Ir. Soekarno
tanggal 1 Juni 1945; (2) Naskah politik yang bersejarah,
tanggal 22 Juni 1945 alinea IV; (3) Naskah Pembukaan
UUD Proklamasi 1945, alinea IV; (4) Mukadimah
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 27 Desember
1949, alinea IV; (5) Mukadimah UUDS 17 Agustus 1950;
(6) Pembukaan UUD 1945, alinea IIV setelah Dekrit
Presiden RI tanggal 5 Juli 1959.
Pidato tanggal 1 Juni 1945

(1) Kebangsaan Indonesia;


(2) Internasionalisme;
(3) Mufakat atau Demokrasi;
(4) Kesejahteraan Sosial;
(5) Ketuhanan.
Naskah Politik yang Bersejarah tanggal 22 Juni
1945
(1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
(3) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan;
(4) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945

(1) Kemanusiaan yang adil dan beradab;


(2) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
(3) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia
Serikat (KRIS) tanggal 27 Desember 1949
(1) Ketuhanan YME;
(2) Perikemanusiaan;
(3) Kebangsaan;
(4) Kerakyatan;
(5) Keadilan Sosial.
Mukadimah UUD Sementara RI (UUDS-RI-1950)

(a) Ketuhanan YME;


(b) Perikemanusiaan;
(c) Kebangsaan;
(d) Kerakyatan;
(e) Keadilan Sosial.
Pembukaan UUD 1945 setelah Dekrit Presiden
5 Juli 1959
(a) Ketuhanan YME;
(b) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
(c) Persatuan Indonesia;
(d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan;
(e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959

(1) Pembubaran konstituante;


(2) Berlakunya lagi UUD 1945 dan tidak
berlakunya UUDS 1950;
(3) Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS
dan DPAS.
NEGARA, WARGA NEGARA &
KEWARGANEGARAAN
Pengertian Negara pada zaman Yunani Kuno menurut
Aristoteles (384-322 SM) merumuskan negara dalam
bukunya politica, yang disebut negara polis, yang saat
itu masih dipahami dalam suatu wilayah yang kecil,
dalam pengertian negara disebut negara hukum yang
didalamnya terdapat suatu warga negara yang ikut
dalam permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu,
Aristoteles mengartikan keadilan merupakan syarat
mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik demi
terwujudnya cita-cita seluruh warga negaranya.
Pengertian Negara menurut Nicollo Machiavelli (1469-1527) yang
merumuskan negara sebagai negara kekuasaan, dalam bukunya “Il
Principle”, memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam
suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin negara atau raja. Raja sebagai pemegang
kekuasaan suatu negara tidak mungkin hanya mengandalkan suatu
kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau kesusilaan. Kekacauan
timbul dalam suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara.
Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran Machiavelli tentang tujuan
yang dapat menghalalkan segala cara. Akibat ajaran ini, muncullah
berbagai praktek pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter,
yang jauh dari nilai moral.
Pengertian Negara menurut Nicollo Mchiavelli mendapat
tantangan dan reaksi yang kuat dari Thomas Hobbes (1588-
1679), John Locke (1632-1704), dan J.J Rosseau (1712-1778)
yang mengartikan negara sebagai suatu badan atau
organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama.
Menurut mereka, manusia yang dilahirkan telah membawa
hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak untuk memiliki,
serta hak kemerdekaan. Artinya, dalam keadaan naturalis
terbentuknya negara hak-hak itu akan dapat dilanggar yang
konsekuensinya terjadi pembenturan kepentingan yang
berkaitan dengan hak-hak masyarakat tersebut.
Sedangkan menurut Thomas Hobbes (1588-1679)
dalam keadaan naturalis sebelum terbentuknya
suatu negara akan menjadi homoni lupus, yaitu
manusia menjadi serigala bagi manusia lain yang
menimbulkan perang semesta yang disebut belum
ominium contre omnes dan hukum yang berlaku
adalah hukum rimba.
Pengertian Negara Pada Zaman Modern

Roger H. Soltau: bahwa negara adalah sebagai alat agency atau


wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat;
Max Weber: negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam
suatu wilayah;
Miriam Budiardjo: negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil
menuntut warganegaranya taat pada peraturan perundang-
undangannya melalui penguasaan monopolistis dari kekuasaan
yang sah.
Tujuan Negara

Plato: memajukan kesusilaan manusia sebagai


perseorang(individu) atau sebagai makhluk sosial.
Thomas Aquinas dan Agustinus: untuk mencapai
penghidupan dan kehidupan aman dan tentram dengan taat
kepada Tuhan, karena pemimpin negara menjalankan
kekuasaan hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang
diberikan kepadanya.
Ibnu Arabi: agar manusia dapat menjalankan kehidupannya
dengan baik jauh dari sengketa ataupun perselisihan.
Ibnu Khaldun: mengusahakan kemaslahatan agama dan
dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Tujuan Negara Indonesia dalam
Pembukaan UUD 1945
(1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonsia;
(2) Memajukan kesejahteraan umum;
(3) Mencerdaskan kehidupan bangsa;
(4) Ikut serta dalam melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Unsur-Unsur Negara

(1) Wilayah (daratan, lautan, udara dan wilayah


ekstrateritorial);
(2) Rakyat;
(3) Pemerintah yang berdaulat;
(4) Pengakuan dari negara lain.
Pengertian Warga Negara menurut
Pasal 26 UUD 1945
Pasal 26 ayat (1) UUD 1945, menyatakan bahwa
warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan
bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai
warga negara.
Pasal 26 ayat (2) UUD 1945, menyatakan bahwa
penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang
asing yang tinggal di Indonesia.
Pasal 26 ayat (3) UUD 1945, menyatakan bahwa hal-
hal mengenai warga negara dan penduduk diatur
dengan undang-undang.
Pengertian Warga Negara menurut Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia, warga negara adalah warga suatu
negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Warga Negara dinyatakan sebagai warga negara Indonesia,
berdasarkan Pasal 4, 5, dan 6 UU No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia:
(a) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan/atau berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia
dengan negara lain sebelum undang-undang ini berlaku sudah
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI);
(b) Anak lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
WNI;
(c) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI
dan ibu warga negara asing;
(d) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI
dan ayah warga negara asing;
(e) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI,
tetapi ayahnya tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada
anak tersebut;
(f) Anak yang lahir tenggang waktu tiga ratus hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI;
(g) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu
WNI;
(h) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu
warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah WNI
sebagai anaknya, dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin;
(i) Anak yang lahir di wilayah Negara republik Indonesia yang
pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah
dan ibunya;
(j) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara
Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
(k) Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia
apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan
atau tidak diketahui keberadaannya;
(l) Anak yang lahir diluar wilayah NKRI dari seorang ayah dan
ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada
anak yang bersangkutan;
(m) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan
permohonan kewarganegaraannya. Kemudian ayah dan
ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah
atau menyatakan janji setia.
Status Anak WNI

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Indonesia, menyatakan bahwa :
(a) Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah,
sebelum berusia 18 tahun atau belum kawin diakui
secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan
asing tetap diakui sebagai WNI;
(b) Anak WNI yang belum berusia 5 tahun diangkat
secara sah sebagai anak oleh warga negara asing
berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui
sebagai WNI.
Pasal 6 UUKI

Pilihan menjadi warga negara bagi anak yang


dimaksud dalam Pasal 5 UUKI adalah:
(a) Dalam hal status kewarganegaraan RI
terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l dan
Pasal 5 berakibat anak kewarganegaraan
ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah
kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya;
(b) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara
tertulis dan disampaikan kepada pejabat dengan
melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di
dalam peraturan perundang-undangan;
(c) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
dalam waktu paling lambat tiga tahun setelah anak
berusia 18 tahun atau sudah kawin.
Pengertian Kewarganegaraan

Pengertian kewarganegaraan adalah segala jenis


hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan
adanya kewajiban negara itu untuk melindungi
orang yang bersangkutan.
Ada empat jenis pengertian kewarganegaraan,
diantaranya ada (1) pengertian kewarganegaraan
dalam arti yuridis; (2) pengertian kewarganegaraan
dalam arti sosiologis; (3) pengertian
kewarganegaraan dalam arti materil (4) pengertian
kewarganegaraan dalam arti formil.
Pengertian kewarganegaraan dalam arti yuridis
(hukum) adalah ditandai dengan adanya ikatan
hukum antara orang-orang dengan negara.
Dengan adanya ikatan hukum tersebut,
menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu,
dimana orang tersebut berada dibawah
kekuasaan negara yang bersangkutan. Contoh
dari ikatan hukum: surat penyertaan, bukti
kewarganegaraan, akta kelahiran, dan lain-lain.
Pengertian kewarganegaraan dalam arti sosiologis adalah
tidak ditandai dengan ikatan yuridis (hukum), tetapi ikatan
emosional, seperti ikatan keturunan, ikatan perasaan,
ikatan nasib, ikatan tanah air, dan ikatan sejarah.
Pengertian kewarganegaraan dalam arti sosiologis (sosial)
ini, seseorang dapat dipandang negara sebagai warga
negaranya sebab penghayatan hidup, ikatan emosional
dan juga tingkah laku yang dilakukan menunjukkan bahwa
orang tersebut sudah seharusnya menjadi anggota negara
itu. Namun dari sudut pandang hukum orang tersebut
tidak memiliki bukti ikatan hukum dengan negara.
Pengertian hukum dalam arti formil: menunjuk pada tempat
kewarganegaraannya. Berdasarkan sistematika hukum, masalah
kewarganegaraan berada pada hkm publik
Pengertian kewarganegaraan dalam arti materil: menunjuk pada
akibat hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan
kewajiban sebagai bagian dari warga negara.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut
memiliki pertalian hukum, serta tunduk pada hukum negara yang
bersangkutan. Orang yang telah memiliki kewarganegaraan tidak
jatuh pada kewenangan/kekuasaan negara lain. Negara lain tidak
berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang
bukan warga negaranya.
Unsur-Unsur yang Menentukan
Kewarganegaraan
(1) Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)
Kewarganegaraan dari orang tua yang
menurunkan menentukan kewarganegaraan
seseorang, artinya orang dilahirkan dari orang
tua yang berkewarganegaraan Indonesia, ia
dengan sendirinya WNI. Pinsip ini adalah
prinsip asli yang berlaku sejak dahulu yang
diantaranya terbukti dalam sistem kesukuan.
(2) Unsur Tempat Kelahiran (Ius Soli)
Wilayah negara tempat seseorang dilahirkan menentukan
kewarganegaraan. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik
dan anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas.
(3) Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Walaupun tidak dapat memenuhi unsur ius sanguinis dan ius
soli, seseorang dapat memperoleh kewarganegaraan atau
naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur pewarganegaraan ini di
berbagai negara banyak berlainan menurut kebutuhan yang
dibawakan oleh kondisi dan situasi negara masing-masing.
Pewarganegaraan ini ada yang aktif ada juga yang pasif.
(a) pewarganegaraan aktif, seseorang dapat
menggunakan hak opsi untuk memilih atau
mengajukan kehendak menjadi warga negara dari
suatu negara.
(b) pewarganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau
diwarganegarakan oleh suatu negara, maka yang
bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi, yaitu
hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan
tersebut.
Asas-asas kewarganegaraan
(a) Asas Ius Sanguinis yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan
negara tempat kelahiran;
(b) Asas Ius Soli secara terbatas yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diperuntukkan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan
yang daitur dalam undang-undang;
(c) Asas kewarganegaraan tunggal yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang;
(d) Asas kewarganegaraan ganda terbatas yaitu asas yang
menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Hak & Kewajiban Warga Negara

Hak Warga Negara diatur dalam UUD 1945:


Pasal 27 ayat (2), Pasal 28 A – J, Pasal 30 ayat
(1), Pasal 31 ayat (1);
Kewajiban Warga Negara diatur dalam UUD
1945: Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 J ayat (1),
Pasal 28 J ayat (2), Pasal 30 ayat (1).
Konsep Wawasan Nusantara

Konsepsi Wawasan Nusantara adalah cara pandang


dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk
geografisnya menurut Pancasila dan UUD 1945 dalam
mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai
kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan
nasionalisme yang tinggi dari segala aspek kehidupan
rakyat Indonesia yang mengutamakan kepentingan
nasional daripada kepentingan perorangan,
kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah.
OTONOMI DAERAH

Otonomi Daerah secara harfiah berasal dari kata


otonomi dan daerah. Otonomi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu auto dan nomos. Auto adalah sendiri,
sedangkan Nomos adalah memerintah, sehingga
dapat diartikan sebagai kewenangan untuk
mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat
aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
Definisi Otonomi Daerah

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan


kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah selain


berdasarkan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus
diberdayakan dengan cara memberikan
daerah kewenangan yang lebih luas, lebih
nyata, dan bertanggungjawab, terutama
dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali
sumber-sumber potensi yang ada di daerah
masing-masing.
Deskripsi Singkat Otonomi Daerah

Otonomi Daerah adalah bagian dari cara melaksanakan


pemerintahan di Indonesia sebagai konsekuensi bentuk
negara kesatuan. Prinsip Otda ini merupakan cita-cita
proklamasi kemerdekaan, bahwa untuk mempercepat
tercapai tujuan negara, maka pemerintahan tidak
mungkin diselenggarakan sendiri oleh pemerintah
pusat, melainkan diselenggarakan secara simultan
dengan pemerintahan daerah melalui asas otonomi.
Disamping itu otonomi, juga merupakan upaya
mewujudkan demokrasi dalam kenyataan.
Asas dan Makna Otonomi Daerah

Secara konseptual, otonomi adalah asas dalam


menyelenggarakan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah. Sebagai asas, maksudnya
bahwa urusan pemerintahan yang menjadi
wewenang daerah itu merupakan urusan yang
harus diurus, diatur, diselenggarakan, dibiayai, dan
dipertanggungjawabkan sendiri oleh pemerintah
daerah yang bersangkutan. Maknanya adalah
adanya keleluasaan dan kemandirian pada daerah
untuk memerintah.
Menurut konsep demokrasi, otonomi adalah mendekatkan
urusan pemerintahan dengan rakyat. Sekaligus dengan
otonomi itu, mendekatkan urusan sosial dan ekonomi dengan
rakyat. Artinya, rakyat menjadi dekat dengan pemerintah dan
dengan pusat-pusat kesejahteraan. Akibat dari kedekatan
berbagai urusan pemerintahan dan kesejahteraan dengan
rakyat, dan kedekatannya itu memberikan kemandirian,
memberikan implikasi langsung kepada prinsip NKRI, karena
daerah dan rakyat daerah, terlepas dari memikirkan keinginan
kemandirian berpemerintahan dalam bentuk terpisah dengan
negara dalam entitas nasional (NKRI).
Konsep Otonomi Daerah

Menurut Bagir Manan, “otonomi daerah yang


memberikan jaminan keleluasaan dan kemandirian
kepada daerah, adalah perekat yang ampuh bagi
NKRI. Jika otonomi gagal, maka bukan mustahil, apa
yang dikhawatirkan kaum sentralisasi, dan itu dapat
menjadi pemicu terjadinya disintegrasi”.
Berbagai isu penyebab disintegrasi di awal-awal
reformasi bersumber pada pemerintahan yang
terpusat, terutama memusatkan sumber-sumber
keuangan dan kesejahteraan.
Implikasi Pemerintahan Terpusat (Sentralistik)

Implikasi model pemerintahan terpusat atau


sentralistik, rakyat jauh dengan pemerintahan,
sekaligus dijauhkan dengan sumber-sumber
keuangan dan pusat kesejahteraan. Maka wajar,
apabila rakyat menuntut untuk memisahkan diri dari
ikatan entitas negara nasional, semata-mata karena
ingin berpemerintahan sendiri yang sekaligus
mengelola kekayaan sendiri.
Contohnya, sebelum era reformasi: Aceh, Papua,
dan Maluku.
TUGAS
Jelaskan tentang sejarah perkembangan
otonomi daerah di Indonesia (sebelum
kemerdekaan dan setelah kemerdekaan) !
Perkembangan Peraturan Perundang-undangan yang
Mengatur tentang Pemerintahan Daerah
Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan
- Decentralisatie Wet 1903;
- Wet op de Bestuurshervorming 1922;
- UU Nomor 1 Tahun 1945;
- UU Nomor 22 Tahun 1948;
- UU Nomor 1 Tahun 1957;
- UU Nomor 18 Tahun 1965;
- UU Nomor 5 Tahun 1974;
- UU Nomor 22 Tahun 1999;
- UU Nomor 32 Tahun 2004;
- UU Nomor 23 Tahun 2014;
- UU Nomor 2 Tahun 2015;
- UU Nomor 9 Tahun 2015.
DEMOKRASI

Democracy berasal dari bahasa Yunani yang berarti


kekuasaan di tangan rakyat.
Menurut Abul ‘Ala Al-Maududi, salah satu pilar
negara adalah demokrasi yang berketuhanan.
Artinya, adanya keharusan bagi para pemimpin
negara dan pejabat-pejabatnya untuk
bermusyawarah dengan warganya, mencari
keridlaan mereka, mengikuti pendapat mereka,
serta melaksanakan sistem pemerintahan dengan
cara musyawarah.
Konsep Demokrasi Berasal dari Pemikiran
Politik Yunani
Menurut karya klasik Yunani yang berjudul polis,
demokrasi mengacu pada konstitusi (sistem
pemerintahan) tempat rakyat yang lebih miskin
lebih bisa menggunakan kekuasaan untuk
membela kepentingan mereka yang berbeda
dengan kepentingan kaum kaya dan kaum
bangsawan. Kemudian dalam implementasinya
di Yunani, demokrasi dalam pengertian sistem
pengambilan suara dilakukan secara langsung.
INTI DEMOKRASI

Inti demokrasi adalah persamaan hak dan


kedudukan dari setiap warga negara di dalam
sebuah negara yang demokratis. Menegakkan
demokrasi berarti meliputi demokrasi politik,
sosial, ekonomi, hukum dan pendidikan.
Sedangkan saripati demokrasi adalah keadilan.
KONSEPSI DEMOKRASI

Demokrasi menempatkan manusia sebagai


pemilik kedaulatan yang kemudian dikenal
dengan prinsip kedaulatan rakyat.
Berdasarkan pada teori kontrak sosial, untuk
memenuhi hak-hak tiap manusia tidak
mungkin dapat dicapai oleh masing-masing
orang secara individual, tetapi harus bersama-
sama. Maka kemudian dibuatlah perjanjian
sosial.
Perjanjian sosial tersebut berisi tentang apa yang
menjadi tujuan bersama, batas-batas hak individual, dan
siapa yang bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan
tersebut dan menjalankan perjanjian tersebut dengan
batas-batasnya. Perjanjian tersebut diwujudkan dalam
bentuk konstitusi sebagai hukum tertinggi di suatu
negara yang kemudian dielaborasi secara konsisten
dalam hukum dan kebijakan negara. Proses demokrasi
juga terwujud melalui prosedur pemilihan umum untuk
memilih wakil rakyat dan pejabat publik lainnya.
PARAMETER DEMOKRASI
(a) Akuntabilitas; (b) Rotasi Kekuasaan; (c)
Rekrutmen Politik yang Terbuka; (d) Pemilihan
Umum; (e) Hak-hak Dasar Manusia; (f) Nilai-nilai
Demokrasi (kesadaran terhadap pluralisme, sikap
yang jujur dan pikiran yang sehat, membutuhkan
kerjasama antar. Warga masyarakat dan sikap
serta itikad baik, sikap kedewasaan, dan
membutuhkan pertimbangan moral).
JENIS-JENIS DEMOKRASI
(1) Demokrasi berdasarkan cara penyampaian pendapat terdiri
dari: (a) Demokrasi langsung; (b) Demokrasi tidak langsung; (c)
Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari
rakyat.
(2) Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritasnya terdiri
dari: (a) Demokrasi formal; (b) Demokrasi material; (c) Demokrasi
campuran.
(3) Demokrasi dibagi bedasarkan prinsip ideologi terdiri dari: (a)
Demokrasi liberal dan (b) Demokrasi rakyat.
(4) Demokrasi berdasarkan wewenang dan hubungan antara alat
kelengkapan negara, diantaranya: (a) Demokrasi sistem
parlementer dan (b) Demokrasi sistem presidensial.
PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI
INDONESIA
1) Demokrasi era kolonial;
2) Demokrasi Liberal atau Parlementer (1945-1959);
3) Demokrasi Terpimpin (1959-1965);
4) Demokrasi Pancasila masa Orde Baru;
5) Demokrasi Pasca Orde Baru (era reformasi).
ISLAM & DEMOKRASI

Hubungan Islam dan Demokrasi dapat dibahas dalam


dua pendekatan, yaitu: pendekatan normatif dan
pendekatan empiris. Menurut pendekatan normatif,
mereka mempersoalkan tentang nilai-nilai demokrasi
dari sudut pandang ajaran Islam. Sedangkan pada
tataran empiris, mereka menganalisis implementasi
demokrasi dalam praktek politik dan ketatanegaraan.
Para intelektual muslim Indonesia yang berwawasan
luas, secara umum menerima sistem demokrasi,
walaupun secara pengertian mereka berbeda.
DEMOKRASI & MASYARAKAT MADANI

Demokrasi berhubungan dengan masyarakat


madani, bahwa masyarakat madani atau civil
society secara institusional diartikan sebagai
pengelompokkan anggota-anggota masyarakat
sebagai warga negara mandiri yang dapat dengan
bebas bertindak aktif dalam wacana dan praktis
mengenai segala hal yang berkaitan dengan
masalah kemasyarakatan pada umumnya. Hal
tersebut mencerminkan implementasi masyarakat
madani dalam suatu negara demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai