(2 SKS) Sistem Penilaian UTS = 30% UAS = 50% TUGAS = 20% Referensi Buku Diktat Pendidikan Kewarganegaraan : LSIPK Unisba UUD 1945 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Pokok Bahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Memuat materi tentang hukum dan politik
yang ada dan berkembang. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan mempunyai
peranan yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggungjawab dan beradab. Berdasarkan rumusan “Civic International” (1995), bahwa pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan civic culture untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
Sebagai upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Penyempurnaan kurikulum PKn PKn merupakan perpaduan antara ”civic education”, “democracy education” dan “citizenship education” yang berlandaskan filsafat Pancasila serta muatan makna dari pendidikan pendahuluan bela negara. Oleh karena itu, dengan Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan para intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, religius, berkemanusiaan dan beradab. IDENTITAS NASIONAL
Identitas Nasional adalah kumpulan nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya. Hakikat Identitas Nasional sebagai bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila, yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan dalam arti luas. IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa
Indonesia; 2. Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih; 3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya; 4. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila; 5. Semboyan Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika; 6. Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila; 7. Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945; 8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat; 9. Konsepsi Wawasan Nusantara; 10.Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional. Garis besarnya Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan menjadi tiga bagian: 1. Identitas Fundamental, yaitu Pancasila merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara; 2. Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (archipelago); 3. Pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama serta kepercayaan. Konstitusi
Konstitusi adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar
atau hukum dasar (dalam arti luas). Konstitusi adalah piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan dasar negara (dalam arti sempit). Tujuan Konstitusi: (1) memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik; (2) melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasaan sendiri; (3) memberikan batasan- batasanketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasaannya; (4) membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak terjadinya kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pemerintah agar hak-hak bagi warga negara terlindungi dan tersalurkan (konstitusionalisme). Fungsi Konstitusi: (1) sebagai piagam kelahiran suatu negara; (2) sebagai sumber hukum tertinggi; (3) sebagai alat yang membatasi kekuasaan; (4) sebagai identitas nasional dan lambang; (5) sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga suatu negara. Bentuk NKRI yang Berkedaulatan Rakyat
Ciri-ciri negara yang menganut teori kedaulatan
rakyat: (1) Negara memiliki lembaga perwakilan rakyat sebagai badan atau majelis yang mewakili atau mencerminkan kehendak rakyat; (2) pelaksanaan pemilu untuk mengangkat dan menetapkan anggota lembaga perwakilan diatur oleh undang-undang; (3) kekuasaan atau kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh badan atau majelis yang bertugas mengawasi pemerintah; (4) susunan kekuasaan badan atau majelis tersebut ditetapkan dalam UUD. Konsep Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawasan Nusantara adalah cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografisnya menurut Pancasila dan UUD 1945 dalam mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional. Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi dari segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional Budaya merupakan suatu kebiasaan yang mengandung nilai- nilai penting dan fundamental yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan tersebut harus dijaga agar tidak luntur atau hilang sehingga dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya. Budaya Daerah adalah suatu kebiasaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada lingkup daerah tersebut; sedangkan Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di negara tersebut, yang telah mengalami asimilasi dan akulturasi dengan daerah lain di suatu negara tersebut. Falsafah Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapat kita temukan dalam beberapa dokumen historis dan dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti dibwah ini: (1) Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945; (2) Naskah politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV; (3) Naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV; (4) Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 27 Desember 1949, alinea IV; (5) Mukadimah UUDS 17 Agustus 1950; (6) Pembukaan UUD 1945, alinea IIV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959. Pidato tanggal 1 Juni 1945
(1) Kebangsaan Indonesia;
(2) Internasionalisme; (3) Mufakat atau Demokrasi; (4) Kesejahteraan Sosial; (5) Ketuhanan. Naskah Politik yang Bersejarah tanggal 22 Juni 1945 (1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan; (4) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembukaan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945
(1) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
(2) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. (3) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) tanggal 27 Desember 1949 (1) Ketuhanan YME; (2) Perikemanusiaan; (3) Kebangsaan; (4) Kerakyatan; (5) Keadilan Sosial. Mukadimah UUD Sementara RI (UUDS-RI-1950)
(a) Ketuhanan YME;
(b) Perikemanusiaan; (c) Kebangsaan; (d) Kerakyatan; (e) Keadilan Sosial. Pembukaan UUD 1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 (a) Ketuhanan YME; (b) Kemanusiaan yang adil dan beradab; (c) Persatuan Indonesia; (d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan; (e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959
(1) Pembubaran konstituante;
(2) Berlakunya lagi UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950; (3) Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS. NEGARA, WARGA NEGARA & KEWARGANEGARAAN Pengertian Negara pada zaman Yunani Kuno menurut Aristoteles (384-322 SM) merumuskan negara dalam bukunya politica, yang disebut negara polis, yang saat itu masih dipahami dalam suatu wilayah yang kecil, dalam pengertian negara disebut negara hukum yang didalamnya terdapat suatu warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu, Aristoteles mengartikan keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik demi terwujudnya cita-cita seluruh warga negaranya. Pengertian Negara menurut Nicollo Machiavelli (1469-1527) yang merumuskan negara sebagai negara kekuasaan, dalam bukunya “Il Principle”, memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan suatu negara tidak mungkin hanya mengandalkan suatu kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau kesusilaan. Kekacauan timbul dalam suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara. Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran Machiavelli tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara. Akibat ajaran ini, muncullah berbagai praktek pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh dari nilai moral. Pengertian Negara menurut Nicollo Mchiavelli mendapat tantangan dan reaksi yang kuat dari Thomas Hobbes (1588- 1679), John Locke (1632-1704), dan J.J Rosseau (1712-1778) yang mengartikan negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia yang dilahirkan telah membawa hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak untuk memiliki, serta hak kemerdekaan. Artinya, dalam keadaan naturalis terbentuknya negara hak-hak itu akan dapat dilanggar yang konsekuensinya terjadi pembenturan kepentingan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Thomas Hobbes (1588-1679) dalam keadaan naturalis sebelum terbentuknya suatu negara akan menjadi homoni lupus, yaitu manusia menjadi serigala bagi manusia lain yang menimbulkan perang semesta yang disebut belum ominium contre omnes dan hukum yang berlaku adalah hukum rimba. Pengertian Negara Pada Zaman Modern
Roger H. Soltau: bahwa negara adalah sebagai alat agency atau
wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat; Max Weber: negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah; Miriam Budiardjo: negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut warganegaranya taat pada peraturan perundang- undangannya melalui penguasaan monopolistis dari kekuasaan yang sah. Tujuan Negara
Plato: memajukan kesusilaan manusia sebagai
perseorang(individu) atau sebagai makhluk sosial. Thomas Aquinas dan Agustinus: untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tentram dengan taat kepada Tuhan, karena pemimpin negara menjalankan kekuasaan hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya. Ibnu Arabi: agar manusia dapat menjalankan kehidupannya dengan baik jauh dari sengketa ataupun perselisihan. Ibnu Khaldun: mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat. Tujuan Negara Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 (1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonsia; (2) Memajukan kesejahteraan umum; (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Unsur-Unsur Negara
(1) Wilayah (daratan, lautan, udara dan wilayah
ekstrateritorial); (2) Rakyat; (3) Pemerintah yang berdaulat; (4) Pengakuan dari negara lain. Pengertian Warga Negara menurut Pasal 26 UUD 1945 Pasal 26 ayat (1) UUD 1945, menyatakan bahwa warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara. Pasal 26 ayat (2) UUD 1945, menyatakan bahwa penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesia. Pasal 26 ayat (3) UUD 1945, menyatakan bahwa hal- hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang. Pengertian Warga Negara menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia, warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan. Warga Negara dinyatakan sebagai warga negara Indonesia, berdasarkan Pasal 4, 5, dan 6 UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia: (a) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI); (b) Anak lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI; (c) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing; (d) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah warga negara asing; (e) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut; (f) Anak yang lahir tenggang waktu tiga ratus hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI; (g) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI; (h) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya, dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin; (i) Anak yang lahir di wilayah Negara republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya; (j) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui; (k) Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya; (l) Anak yang lahir diluar wilayah NKRI dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan; (m) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya. Kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. Status Anak WNI
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia, menyatakan bahwa : (a) Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, sebelum berusia 18 tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai WNI; (b) Anak WNI yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI. Pasal 6 UUKI
Pilihan menjadi warga negara bagi anak yang
dimaksud dalam Pasal 5 UUKI adalah: (a) Dalam hal status kewarganegaraan RI terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l dan Pasal 5 berakibat anak kewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya; (b) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan; (c) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat tiga tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin. Pengertian Kewarganegaraan
Pengertian kewarganegaraan adalah segala jenis
hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Ada empat jenis pengertian kewarganegaraan, diantaranya ada (1) pengertian kewarganegaraan dalam arti yuridis; (2) pengertian kewarganegaraan dalam arti sosiologis; (3) pengertian kewarganegaraan dalam arti materil (4) pengertian kewarganegaraan dalam arti formil. Pengertian kewarganegaraan dalam arti yuridis (hukum) adalah ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan negara. Dengan adanya ikatan hukum tersebut, menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, dimana orang tersebut berada dibawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Contoh dari ikatan hukum: surat penyertaan, bukti kewarganegaraan, akta kelahiran, dan lain-lain. Pengertian kewarganegaraan dalam arti sosiologis adalah tidak ditandai dengan ikatan yuridis (hukum), tetapi ikatan emosional, seperti ikatan keturunan, ikatan perasaan, ikatan nasib, ikatan tanah air, dan ikatan sejarah. Pengertian kewarganegaraan dalam arti sosiologis (sosial) ini, seseorang dapat dipandang negara sebagai warga negaranya sebab penghayatan hidup, ikatan emosional dan juga tingkah laku yang dilakukan menunjukkan bahwa orang tersebut sudah seharusnya menjadi anggota negara itu. Namun dari sudut pandang hukum orang tersebut tidak memiliki bukti ikatan hukum dengan negara. Pengertian hukum dalam arti formil: menunjuk pada tempat kewarganegaraannya. Berdasarkan sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hkm publik Pengertian kewarganegaraan dalam arti materil: menunjuk pada akibat hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban sebagai bagian dari warga negara. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum, serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang telah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kewenangan/kekuasaan negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya. Unsur-Unsur yang Menentukan Kewarganegaraan (1) Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis) Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkan menentukan kewarganegaraan seseorang, artinya orang dilahirkan dari orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia, ia dengan sendirinya WNI. Pinsip ini adalah prinsip asli yang berlaku sejak dahulu yang diantaranya terbukti dalam sistem kesukuan. (2) Unsur Tempat Kelahiran (Ius Soli) Wilayah negara tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. (3) Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi) Walaupun tidak dapat memenuhi unsur ius sanguinis dan ius soli, seseorang dapat memperoleh kewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur pewarganegaraan ini di berbagai negara banyak berlainan menurut kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi dan situasi negara masing-masing. Pewarganegaraan ini ada yang aktif ada juga yang pasif. (a) pewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara. (b) pewarganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara, maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut. Asas-asas kewarganegaraan (a) Asas Ius Sanguinis yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan negara tempat kelahiran; (b) Asas Ius Soli secara terbatas yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang daitur dalam undang-undang; (c) Asas kewarganegaraan tunggal yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang; (d) Asas kewarganegaraan ganda terbatas yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. Hak & Kewajiban Warga Negara
Hak Warga Negara diatur dalam UUD 1945:
Pasal 27 ayat (2), Pasal 28 A – J, Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat (1); Kewajiban Warga Negara diatur dalam UUD 1945: Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 J ayat (1), Pasal 28 J ayat (2), Pasal 30 ayat (1). Konsep Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawasan Nusantara adalah cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografisnya menurut Pancasila dan UUD 1945 dalam mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional. Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi dari segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. OTONOMI DAERAH
Otonomi Daerah secara harfiah berasal dari kata
otonomi dan daerah. Otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu auto dan nomos. Auto adalah sendiri, sedangkan Nomos adalah memerintah, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah. Definisi Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah selain
berdasarkan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata, dan bertanggungjawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing. Deskripsi Singkat Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah bagian dari cara melaksanakan
pemerintahan di Indonesia sebagai konsekuensi bentuk negara kesatuan. Prinsip Otda ini merupakan cita-cita proklamasi kemerdekaan, bahwa untuk mempercepat tercapai tujuan negara, maka pemerintahan tidak mungkin diselenggarakan sendiri oleh pemerintah pusat, melainkan diselenggarakan secara simultan dengan pemerintahan daerah melalui asas otonomi. Disamping itu otonomi, juga merupakan upaya mewujudkan demokrasi dalam kenyataan. Asas dan Makna Otonomi Daerah
Secara konseptual, otonomi adalah asas dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah. Sebagai asas, maksudnya bahwa urusan pemerintahan yang menjadi wewenang daerah itu merupakan urusan yang harus diurus, diatur, diselenggarakan, dibiayai, dan dipertanggungjawabkan sendiri oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Maknanya adalah adanya keleluasaan dan kemandirian pada daerah untuk memerintah. Menurut konsep demokrasi, otonomi adalah mendekatkan urusan pemerintahan dengan rakyat. Sekaligus dengan otonomi itu, mendekatkan urusan sosial dan ekonomi dengan rakyat. Artinya, rakyat menjadi dekat dengan pemerintah dan dengan pusat-pusat kesejahteraan. Akibat dari kedekatan berbagai urusan pemerintahan dan kesejahteraan dengan rakyat, dan kedekatannya itu memberikan kemandirian, memberikan implikasi langsung kepada prinsip NKRI, karena daerah dan rakyat daerah, terlepas dari memikirkan keinginan kemandirian berpemerintahan dalam bentuk terpisah dengan negara dalam entitas nasional (NKRI). Konsep Otonomi Daerah
Menurut Bagir Manan, “otonomi daerah yang
memberikan jaminan keleluasaan dan kemandirian kepada daerah, adalah perekat yang ampuh bagi NKRI. Jika otonomi gagal, maka bukan mustahil, apa yang dikhawatirkan kaum sentralisasi, dan itu dapat menjadi pemicu terjadinya disintegrasi”. Berbagai isu penyebab disintegrasi di awal-awal reformasi bersumber pada pemerintahan yang terpusat, terutama memusatkan sumber-sumber keuangan dan kesejahteraan. Implikasi Pemerintahan Terpusat (Sentralistik)
Implikasi model pemerintahan terpusat atau
sentralistik, rakyat jauh dengan pemerintahan, sekaligus dijauhkan dengan sumber-sumber keuangan dan pusat kesejahteraan. Maka wajar, apabila rakyat menuntut untuk memisahkan diri dari ikatan entitas negara nasional, semata-mata karena ingin berpemerintahan sendiri yang sekaligus mengelola kekayaan sendiri. Contohnya, sebelum era reformasi: Aceh, Papua, dan Maluku. TUGAS Jelaskan tentang sejarah perkembangan otonomi daerah di Indonesia (sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan) ! Perkembangan Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur tentang Pemerintahan Daerah Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan - Decentralisatie Wet 1903; - Wet op de Bestuurshervorming 1922; - UU Nomor 1 Tahun 1945; - UU Nomor 22 Tahun 1948; - UU Nomor 1 Tahun 1957; - UU Nomor 18 Tahun 1965; - UU Nomor 5 Tahun 1974; - UU Nomor 22 Tahun 1999; - UU Nomor 32 Tahun 2004; - UU Nomor 23 Tahun 2014; - UU Nomor 2 Tahun 2015; - UU Nomor 9 Tahun 2015. DEMOKRASI
Democracy berasal dari bahasa Yunani yang berarti
kekuasaan di tangan rakyat. Menurut Abul ‘Ala Al-Maududi, salah satu pilar negara adalah demokrasi yang berketuhanan. Artinya, adanya keharusan bagi para pemimpin negara dan pejabat-pejabatnya untuk bermusyawarah dengan warganya, mencari keridlaan mereka, mengikuti pendapat mereka, serta melaksanakan sistem pemerintahan dengan cara musyawarah. Konsep Demokrasi Berasal dari Pemikiran Politik Yunani Menurut karya klasik Yunani yang berjudul polis, demokrasi mengacu pada konstitusi (sistem pemerintahan) tempat rakyat yang lebih miskin lebih bisa menggunakan kekuasaan untuk membela kepentingan mereka yang berbeda dengan kepentingan kaum kaya dan kaum bangsawan. Kemudian dalam implementasinya di Yunani, demokrasi dalam pengertian sistem pengambilan suara dilakukan secara langsung. INTI DEMOKRASI
Inti demokrasi adalah persamaan hak dan
kedudukan dari setiap warga negara di dalam sebuah negara yang demokratis. Menegakkan demokrasi berarti meliputi demokrasi politik, sosial, ekonomi, hukum dan pendidikan. Sedangkan saripati demokrasi adalah keadilan. KONSEPSI DEMOKRASI
Demokrasi menempatkan manusia sebagai
pemilik kedaulatan yang kemudian dikenal dengan prinsip kedaulatan rakyat. Berdasarkan pada teori kontrak sosial, untuk memenuhi hak-hak tiap manusia tidak mungkin dapat dicapai oleh masing-masing orang secara individual, tetapi harus bersama- sama. Maka kemudian dibuatlah perjanjian sosial. Perjanjian sosial tersebut berisi tentang apa yang menjadi tujuan bersama, batas-batas hak individual, dan siapa yang bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan tersebut dan menjalankan perjanjian tersebut dengan batas-batasnya. Perjanjian tersebut diwujudkan dalam bentuk konstitusi sebagai hukum tertinggi di suatu negara yang kemudian dielaborasi secara konsisten dalam hukum dan kebijakan negara. Proses demokrasi juga terwujud melalui prosedur pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat dan pejabat publik lainnya. PARAMETER DEMOKRASI (a) Akuntabilitas; (b) Rotasi Kekuasaan; (c) Rekrutmen Politik yang Terbuka; (d) Pemilihan Umum; (e) Hak-hak Dasar Manusia; (f) Nilai-nilai Demokrasi (kesadaran terhadap pluralisme, sikap yang jujur dan pikiran yang sehat, membutuhkan kerjasama antar. Warga masyarakat dan sikap serta itikad baik, sikap kedewasaan, dan membutuhkan pertimbangan moral). JENIS-JENIS DEMOKRASI (1) Demokrasi berdasarkan cara penyampaian pendapat terdiri dari: (a) Demokrasi langsung; (b) Demokrasi tidak langsung; (c) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat. (2) Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritasnya terdiri dari: (a) Demokrasi formal; (b) Demokrasi material; (c) Demokrasi campuran. (3) Demokrasi dibagi bedasarkan prinsip ideologi terdiri dari: (a) Demokrasi liberal dan (b) Demokrasi rakyat. (4) Demokrasi berdasarkan wewenang dan hubungan antara alat kelengkapan negara, diantaranya: (a) Demokrasi sistem parlementer dan (b) Demokrasi sistem presidensial. PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA 1) Demokrasi era kolonial; 2) Demokrasi Liberal atau Parlementer (1945-1959); 3) Demokrasi Terpimpin (1959-1965); 4) Demokrasi Pancasila masa Orde Baru; 5) Demokrasi Pasca Orde Baru (era reformasi). ISLAM & DEMOKRASI
Hubungan Islam dan Demokrasi dapat dibahas dalam
dua pendekatan, yaitu: pendekatan normatif dan pendekatan empiris. Menurut pendekatan normatif, mereka mempersoalkan tentang nilai-nilai demokrasi dari sudut pandang ajaran Islam. Sedangkan pada tataran empiris, mereka menganalisis implementasi demokrasi dalam praktek politik dan ketatanegaraan. Para intelektual muslim Indonesia yang berwawasan luas, secara umum menerima sistem demokrasi, walaupun secara pengertian mereka berbeda. DEMOKRASI & MASYARAKAT MADANI
Demokrasi berhubungan dengan masyarakat
madani, bahwa masyarakat madani atau civil society secara institusional diartikan sebagai pengelompokkan anggota-anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri yang dapat dengan bebas bertindak aktif dalam wacana dan praktis mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya. Hal tersebut mencerminkan implementasi masyarakat madani dalam suatu negara demokrasi.