Anda di halaman 1dari 5

MATRIKS PENELITIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

NAMA :KURINATUL JANNAH


NO STAMBUK : E 321 15 130

JUDUL
ANALISIS PEMASARAN BUAH NAGA DI DESA MAKU KECAMATAN DOLO
KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH

LATAR BELAKANG
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional Indonesia.
Pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih tetap berbasis pertanian secara luas.
Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan ekonomi, maka kegiatan jasa dan bisnis yang
berbasis pertanian akan menjadi salah satu kegiatan unggulan (a leading sector)
pembangunan ekonomi nasional dalam berbagai aspek yang luas. Salah satu subsektor
pertanian yang mendukung pembangunan pertanian adalah subsektor hortikultura. Komoditas
hortikultura, khususnya buah-buahan memiliki prospek untuk dikembangkan dalam sektor
pertanian. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Potensi sumber
daya alam di dalam negeri masih memberikan peluang untuk meningkatkan produksi aneka
jenis buahbuahan (Ariyantoro, 2006).
Buah naga atau pitaya (dragon fruit) menjadi buah favorit pada beberapa tahun terakhir,
meskipun menggunakan kata “naga”, buah ini bukan berasal dari cina, melainkan berasal dari
padang pasir di Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, yang sekarang banyak di
budidayakan di negara-negara Asia, seperti Taiwan, Vietnam, Filiphina, Malaysia.
Thailand dan Vietnam merupakan pemasok buah naga terbesar dunia, tetapi hanya 50%
yang dapat memenuhi permintaan dunia. Di dalam negeri, pasar lokal dibanjiri produk
ekspor dari Thailand dan Vietnam, dengan jumlah impor ke tanah air mencapai 500 ton per
tahun. Buah naga lokal perlu di tingkatkan karena buah naga lokal masih di minati oleh pasar.
Selain itu prospek ekspornya pun cukup baik.
Tabel 1. data produksi buah-buahan di Indonesia tahun 2013-2016
jenis bua Produksi buah-buahan di indonesia per tahun (Ton)
h 2013 2014 2015 2016
Alpukat 289.893 307.318 382.537 304.932
Mangga 2.192.928 2.431.330 2.178.826 1.824.540
Nanas 1.882.802 1.835.483 1.729.600 1.396.141
Pepaya 909.818 840.112 851.527 904.282
Pisang 6.279.279 6.862.558 7.299.266 7.007.117
Rambutan 582.456 737.239 882.623 572.182
Apel 255.245 242.915 238.433 329.780
Anggur 9.473 11.143 11.406 9.506
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura
Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa masih kurangnya produksi buah naga yang ada di
Indonesia, juga jaringan pemasaran yang kurang luas sehingga impor buah naga yang masuk
ke dalam negri mencapai 500 ton per tahun.
Desa Maku adalah desa yang terletak di Kecamata Dolo Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
yang sebagian masyarakat petaninya berusaha tani buah naga sebagai salah satu mata
pencaharian. Permasalahan yang ada pada pertanian buah naga di Desa Maku Kecamatan
Dolo Kabupaten Sigi adalah kurang luasnya jaringan pemasaran dan seberapa tingginya
tingkat margin pemasaran dari beberapa lembaga mulai dari petani hinggak ke tangan
konsumen.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk menyusun dan melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pemasaran Buah Naga di Desa Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten sigi Sulawesi Tengah.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana saluran pemasaran buah naga di Desa Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi
2. Berapa besar margin pemasaran yang di terima dari petani responden sampai ke tangan
kosumen akhir.
3. Bagaimana elastisitas transmisi harga buah naga di Desa Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi.
TUJUAN
Sesuai dengan masalah di atas, maka penulis memiliki tujuan untuk:
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran buah naga di Desa Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi
2. Untuk mengetahui besarnya margin pemasaran yang di terima dari petani hingga ke tanan
konsumen akhir
3. Untuk mengetahui elastisitas transmisi harga buah naga di Desa Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi.

MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi petani : penelitian ini dapat berfungsi sebagai tolak ukur dan pengetahuan petani
untuk memperluas saluran pemasaran serta wilayah pemasaran.
2. Bagi pemerintah : penelitian ini dapat di manfaatkan untuk masukan atau landasan
pengambilan keputusan dalam menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP)
3. Bagi peneliti lain : penelitian ini dapat menjadi referensi dan menjadi pertimbangan dalam
melakukan penelitian sejenis di bidang saluran pemasaran.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan di lakukan di Desa Maku Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Sulawesi
tengah, penentuan lokasi penelitian di lakukan secara sengaja (Purpossive) dengan
pertimbangan bahwa terdapat petani buah naga di bagian Desa Maku Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi.

METODE PENGUMPULAN DATA


Data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer di lakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan
petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (Quesionare) sedangkan data
sekunder di peroleh dari literatur –literatur dan instansi /dinas yang terkait dengan penelitian
ini.
METODE ANALISIS DATA
Analisis yang di gunakan adalah:

1. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga
yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis marjin pemasaran maka data harga
yang digunakan adalah harga di tingkat petani dan harga di tingkat lembaga pemasaran,
sehingga dalam perhitungan margin pemasaran digunakan rumus:

Mm = Pe – Pf

Dimana:
Mm = Marjin pemasaran di tingkat petani
Pe = Harga di tingkat kelembagaan pemasaran tujuan pemasaran dari Petani
Pf = Harga di tingkat petani

2. Elastisitas transmisi harga adalah perbandingan perubahan persentase dari harga di


tingkat pengecer/pemasar/konsumen (Y) dengan perubahan harga di tingkat petani/produsen
(X), yang bertujuan untuk mengetahui melihat berapa besar perubahan harga di pasar
pengecer/pemasar/konsumen (Y) akibat terjadinya perubahan harga sebesar satu satuan unit
di pasar petani/produsen (X). Dari perubahan/hubungan tersebut secara tidak langsung dapat
diperkirakan tingkat keefektifan suatu informasi pasar, bentuk pasar dan efektifan sistem
pemasaran.
Apabila elastisitas transmisi harga lebih kecil dari satu (Et < 1) dapat diartikan bahwa
perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan
perubahan harga kurang dari 1% di tingkat petani dan bentuk pasar mengarah ke
Monopsoni. Apabila elastisitas transmisi harga sama dengan satu (Et = 1), maka perubahan
harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1% di
tingkat petani dan merupakan pasar persaingan sempurna. Apabila elastisitas transmisi harga
lebih besar dari satu (Et > 1), maka perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan
mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% di tingkat petani dan bentuk pasarnya
mengarah ke Monopoli.
Rumus elastisitas transmisi harga sebagai berikut :

Et = ΔX / ΔY x Y/X
Dimana :
Et = Elastisitas Transmisi Harga
ΔY = Perubahan Harga di tingkat pengecer (ΔRp/ΔKg)
ΔX = Perubahan Harga di tingkat petani (ΔRp/ΔKg)
X = Harga di tingkat petani (Rp/Kg)
Y = Harga di tingkat pengecer (Rp/Kg) (Sudiyono, 2004)
Elastisitas transmisi harga umumnya bernilai lebih kecil satu. Apabila nilai Et suatu pasar
lebih tinggi dari pasar yang lain, berarti pasar tersebut lebih efisiensi karena perubahan harga
(fluktuasi) di tingkat produsen ditransmisikan dengan lebih sempurna ke konsumen
(Silitonga, 1999).

Anda mungkin juga menyukai