MAKALAH
PROYEK PENUGASAN INDIVIDU MATA KULIAH
Dosen Pengampu :
Beta Andri Anggiano Uliansyah
Disusun oleh:
NUVIAN PRASETYO (3062220009)
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
di antara kabupaten dan kota lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, nilai Indeks Pembangunan Manusia kabupaten
Gunung Kidul merupakan terendah se-provinsi DIY serta di bawah rata – rata nasional.
Persentase penduduk miskin di Kabupaten Gunung Kidul tahun 2021 menurut BPS
mencapai lebih dari tujuh belas persen yang berarti jauh di atas angka kemiskinan nasional.
Secara geografis, Kabupaten Gunung Kidul hanya berjarak satu jam perjalanan darat
dari Kota Yogyakarta namun kondisi perekonomian yang ada cukup jauh berbeda
dibandingkan kabupaten lainnya. Luas wilayah Kabupaten Gunung Kidul mencapai 1.909
kilometer persegi atau lebih dari sepertiga wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejatinya
dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian Kabupaten Gunung Kidul mulai merangkak
naik khususnya berkat perkembangan sektor pariwisata. Akan tetapi, pagebluk COVID-19
Berangkat dari hal yang tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis pembangunan di
Kabupaten Gunung Kidul dari sisi profil Pendapatan Daerah berupa Pendapatan Asli Daerah
dan Transfer Ke Daerah berupa Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, serta Dana Alokasi
PEMBAHASAN
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gunung Kidul dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2022 hanya berkontribusi kurang dari tiga belas
persen terhadap Pendapatan Daerah. Dalam APBD Tahun Anggaran 2022, Kabupaten
Gunung Kidul memiliki Pendapatan Daerah sebesar 1.949,36 miliar rupiah yang hampir
delapan puluh persennya berasal dari Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Jika
dibandingkan dengan Kabupaten Sleman yang memiliki PAD paling tinggi se-provinsi,
PAD Kabupaten Gunung Kidul hanya seperempat dari PAD Kabupaten Sleman. Berikut
adalah tabel Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gunung Kidul dibandingkan empat
Keterangan:
*) data menurut APBD masing – masing daerah
**) persentase Pendapatan Asli Daerah 2022 terhadap Pendapatan Daerah pada APBD 2022
Jika dilihat dalam lima tahun terkahir, Gunung Kidul memang bukanlah kabupaten
dengan PAD terendah se-provinsi. Akan tetapi, Kabupaten Kulon Progo yang merupakan
kabupaten dengan PAD terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai tahun 2022 sudah
melampaui PAD Gunung Kidul. Pertumbuhan ini didorong dengan dibangunnya bandara
internasional baru di Kulon Progo. Hal tersebut juga terlihat dari sisi Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) per Kapita Kabupaten Kulon Progo yang telah meningkat pesat
sejak tahun 2018. Pada tahun 2021, PDRB per Kapita Kabupaten Gunung Kidul dilampaui
2021
2020
2019
2018
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Gunung Kidul masih berada di bawah rata –
rata provinsi dan nasional. Hal mengindikasikan bahwa Gunung Kidul perlu menjadi
Pada tahun 2022, Kabupaten Gunung Kidul mendapatkan alokasi Transfer Ke Daerah
(TKD) sebesar Rp1.377.781.763.000, tidak termasuk Dana Desa. Jumlah ini meningkat
hampir dua puluh satu miliar rupiah dari alokasi tahun sebelumnya. TKD yang diterima
terdiri dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp868.017.352.000, Dana Alokasi Khusus
sebesar Rp476.077.758.000, dan sisanya adalah Dana Bagi Hasil dan Dana Insentif Daerah.
1%
1%
35% Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
63%
Dana Alokasi Khusus
Dana Insentif Daerah
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa porsi TKD Kabupaten Gunung Kidul terbesar
berasal dari Dana Alokasi Umum yang merupakan dana yang ditujukan untuk mengurangi
600,00
938,22 980,04 887,86 868,02 868,02
400,00
200,00
Sleman
2,000
Bantul Kota Yogyakarta
1,500
IKFD
Gunung Kidul
Kulon Progo
1,000
0,500
0,000
- 10 20 30 40 50 60
DBH dalam miliar
Jika disandingkan dengan Indeks Kemampuan Fiskal Daerah (IKFD) yang bersumber
ditetapkan pada PMK 116/PMK.07/2021 memang terdapat hubungan positif antara IKFD
dan DBH. Semakin kecil IKFD suatu daerah maka DBH yang dihasilkan pun semakin
kecil. Dengan demikian, DBH yang diterima Kabupaten Gunung Kidul bukanlah dana yang
1,92
1,91
1,58
1,21
0,06
0,06
0,00
Jika dilihat dari grafik diatas, DBH Kabupaten Gunung Kidul didominasi oleh PPh
Pasal 21. Sehingga dapat dilihat bahwa Kabupaten Gunung Kidul bukanlah daerah
penghasil DBH baik dari perpajakan maupun bagi hasil sumber daya alam padahal Dana
Bagi Hasil (DBH) berfungsi sebagai penyeimbang ketimpangan fiskal (vertical imbalance)
antara pusat dan daerah dan bersumber dari pajak yang dibagi hasilkan.
Seperti yang dituliskan sebelumnya, Dana Bagi Hasil (DAU) Kabupaten Gunung Kidul
memiliki porsi terbesar terhadap TKD yang dimiliki. Sesuai dengan fungsinya, DAU
dengan kata lain, kesenjangan fiskal Kabupaten Gunung Kidul masih tinggi.
Sleman
2,000
Kota Yogyakarta Bantul
1,500
IKFD
0,500
0,000
600 700 800 900 1.000
DAU dalam miliar rupiah
Jika dilihat dari rata – rata DAU dalam kurun tahun 2018 sampai dengan tahun 2022
dan dibagi dengan IKFD, Kabupaten Gunung Kidul memiliki DAU/IKFD yang tertinggi
menegaskan bahwa kesenjangan fiskal Kabupaten Gunung Kidul dengan daerah lainnya di
0,500
0,000
600 700 800 900 1.000
DAU dalam miliar rupiah
Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang dialokasikan kepada pemerintah daerah
dalam rangka menjalankan kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
500
400
300
200
100
-
2018 2019 2020 2021 2022
mengalami kenaikan kecuali pada tahun 2020 dimana pagebluk COVID-19 terjadi. DAK
yang diterima daerah pastinya mengikuti kebijakan dan agenda prioritas nasional pada saat
Dari data di atas menunjukan bahwa penyebab kenaikan DAK yang diterima, salah
satunya dikarenakan adanya penambahan jenis rincian DAK yang diterima. Dana Alokasi
Khusus Non Fisik relatif cukup tinggi dan porsi terbesarnya adalah Dana Tunjangan Profesi
Guru PNSD yang secara tidak langsung akan meningkatan Indeks Pembangunan Manusia
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Kabupaten Gunung Kidul merupakan daerah yang memiliki kapasitas fiskal yang rendah
dilihat dari potensi PAD dan DBH yang kecil. PAD yang dimiliki hanya tiga belas persen dari
total Pendapatan Daerah dalam APBD Kabupaten Gunung Kidul. DBH yang diterima relatif
Ketika dibandingkan dengan Kabupaten Kulon Progo, pertumbuhan ekonomi dan kapasitas
fiskal Kabupaten Gunung Kidul juga tergolong lambat. Hal tersebut dapat dilihat dari
pertumbuhan PAD dan PDRB per Kapita yang dimiliki Kabupaten Kulon Progo telah
Berdasarkan potensi PAD dan DBH yang dimiliki, Kabupaten Gunung Kidul memiliki
DAU dan DAK yang tergolong lebih besar dibandingkan daerah lain di provinsi. Dalam
komposisi TKD Tahun 2022 yang diterima, DAU dan DAK Kabupaten Gunung Kidul
mencapai 98% dari total keseluruhan TKD. Dengan tingginya DAU dan DAK yang dimiliki,
diharapkan dapat mengurangi vertical imbalance dan horizontal imbalance yang ada. Sehingga
secara bertahap akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Kapasitas Fiskal
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Postur TKDD. Diakses pada 12 November 2022,
dari https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/data/tkdd
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Portal Data. Diakses pada 12 November 2022,
dari https://djpk.kemenkeu.go.id/datadasar/
Badan Pusat Statistik. [Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022. Diakses pada
12 November 2022, dari https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-
indeks-pembangunan-manusia.html
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. (2021). Daftar Alokasi Dana Transfer Ke Daerah
dan Dana Desa Tahun Anggaran 2022 Provinsi DI Yogyakarta. Jakarta : Kementrian
Keuangan
Dewi, Aprilia Tungga. (2021) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
D.I Yogyakarta). Sleman : Universitas Islam Indonesia.
Musfirafi, Anikmah dkk. (2021). Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana
Bagi Hasil, dan Dana Keistimewaan Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah, Tangerang Selaran : Politeknik Keuangan Negara STAN
Agustina, Ika (2022). Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH) Berdasarkan Perimbangan
Keuangan Daerah. Sumedang : Institut Pemerintahan Dalam Negeri