Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak Daerah diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pendanaan utama bagi Kabupaten
Berau, untuk mengurangi ketergantungan dari pemerintah pusat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, potensi Pajak Daerah yang besar seharusnya dioptimalkan perolehan dan
pendayagunaannya. Sumber-sumber penerimaan daerah mengacu kepada undang-undang tentang
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang besarnya disesuaikan dan diselaraskan
dengan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dalam hal ini pemerintah daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber keuangan berupa
kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai urusan pemerintahan yang diserahkan
yakni kewenangan memungut sekaligus mendayagunakan pajak dan retribusi daerah, hak untuk
mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana
perimbangan lainnya serta untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-sumber
pembiayaan dengan prinsip dasarnya yaitu “uang mengikuti fungsi”(Money Follow Function).
Sumber penerimaan daerah seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD) diwujudkan di daerah dengan
kewenangan memungut pajak dan retribusi daerah yang diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut daerah diberi
kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak.

1.2 Tujuan
Tujuan Kegiatan ini adalah untuk membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Berau untuk
menyusun Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah, yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
pemerintah Daerah Kabupaten Berau untuk menyusun kebijakan terkait penerimaan Pajak
Daerah.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup Kajian Mencakup :
1. Identifikasi Potensi Pajak Daerah dengan mendeskripsikan hal-hal terkait dengan fokus
masalah potensi daerah yang meliputi :
- Pemetaan tentang pajak Daerah
- Kajian mengenai Pajak Daerah diuraikan tentang informasi dan data terkait dengan
lembaga pelaksana Pajak Daerah.
2. Deskripsikan strategi pemerintah daerah Kabupaten Berau yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kemampuan Keuangan Daerah terkait pencapaian target potensi
pendapatan Pajak Daerah.

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN


(BPKP) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TTD
I. Umum

1. OPD Pengelola PAD


a. Pengelola Pajak Daerah : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Berau
b. Pengelola Retribusi Daerah : 1) Badan Pendapatan Daerah
2) Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah
3) Dinas Lingkungan Hidup
4) Dinas Perhubungan
5) Dinas Kesehatan
6) BP3KA & KB
7) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
8) Dinas Pertanian dan Peternakan
9) Dinas Pemuda dan Olahraga
10) Dinas Pemberdayaan Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
11) Disnakertrans
12) Dinas Perikanan & Kelautan
13) Dinas Pariwisata
14) Dinas Pendidikan
15) Bagian Umum Setda Berau
c. Pengelola Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan : Badan Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah
d. Pengelola Lain-lain PAD yang sah : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah,
Badan Pendapatan Daerah, RSUD Abdul Rifai (BLUD) dan Dinas Kesehatan Dana
Kapitasi (JKN)
2. Realisasi APBD
Realisasi APBD Kabupaten Berau sebagai berikut:

Tahun
Jenis APBD
2018 2019 2020 2021 sd. TW1

PAD 210.492.657.329,57 231.015.862.552,88 233.865.865.565,33 38.236.767.307,97

Dana Perimbangan 1.682.458.853.256,00 2.017.537.589.443,00 1.632.445.409.260,00 316.023.283.743,00

Lain-lain Pendapatan
426.284.590.280,80 708.061.753.756,16 490.133.703.732,00 0
Yang sah

Jumlah Pendapatan 2.319.236.100.866,37 2.956.615.205.752,04 2.356.444.978.557,33 406.303.691.730,97


3. Target PAD Tahun 2021
Target 2021
Jenis PAD
(Rp.)

1) Pajak Daerah 65.550.000.000,00

2) Retribusi Daerah 10.329.936.000,00

3) Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 14.980.600.000,00

4) Lain-lain PAD Yang Sah 111.956.375.000,00

Jumlah 202.816.911.000,00

II. Hasil Analisis

1 Analisis Tren Realisasi PAD

a. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)


Berdasarkan Laporan Keuangan Kabupaten Berau Tahun 2018, 2019 dan 2020
(Audited), dapat dihitung rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
realisasi Total Pendapatan Daerah selama tiga tahun terakhir, dengan rincian
sebagai berikut:

DERAJAT
TAHUN PAD TOTAL PENDAPATAN DESENTRALISASI
FISKAL
2018 210.437.540.329,57 2.319.719.448.128,22 9,07
2019 241.342.277.083,50 2.929.714.467.185,50 8,24
2020 233.865.865.565,33 2.356.444.978.557,33 9,92

Target PAD Tahun 2021 sebesar Rp. 202.816.911.000,00 dibandingkan dengan


Target Pendapatan Total Tahun 2021 sebesar Rp. 1.850.396.286.000,00 didapat
Derajat Desentralisasi Fiskal terhadap Anggaran Pendapatan sebesar 10,96%.
Dari analisis di atas, Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Berau masih di
bawah 25% atau masih dalam Kategori Belum Mandiri, yang disebabkan oleh
masih besarnya Potensi Pendapatan Asli Daerah yang belum digali secara
optimal baik yang bersumber dari Ekstensifikasi PAD maupun Intensifikasi PAD.
Belum optimalnya Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Berau tersebut
didukung juga dengan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Keterbatasan Anggaran Belanja OPD Penghasil PAD untuk melaksanakan
kegiatan yang mendukung penegakan ketentuan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pemungutan Pajak dan Retribusi.
2. Keterbatasan kapasitas maupun kompetensi SDM dalam upaya-upaya untuk
melakukan penggalian potensi pajak dan retribusi daerah.
3. Koordinasi antara OPD penghasil maupun seluruh OPD di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Berau yang belum sinergis dalam merancang
program/kegiatan/sub kegiatan dalam rangka membangun kepercayaan
Wajib Pajak untuk mematuhi ketentuan perpajakan dan retribusi daerah.
4. Lesunya aktivitas ekonomi Kabupaten Berau yang disebabkan oleh Pandemi
COVID-19.

b. Capaian Realisasi terhadap Target PAD

Informasi tingkat efektivitas dalam pelaksanaan pemungutan PAD, dapat dihitung


dengan membandingkan antara realisasi pencapaian PAD dibandingkan dengan
Target PAD tahun bersangkutan. Hasil dari efektivitas pencapaian target PAD
Kabupaten Berau dari Tahun 2018 sampai Tahun 2020 dapat dirinci sebagai
berikut:

TAHUN TARGET PAD REALISASI PAD CAPAIAN PAD


2018 201.957.373.976,63 210.437.540.329,57 104,2
2019 215.211.192.729,00 241.342.277.083,50 112,14
2020 194.764.639.000,00 233.865.865.565,33 120,07
2021 202.816.911.000,00 38.236.767.307,97 18,85

Capaian Realisasi PAD Pemerintah Kabupaten Berau tiga tahun terakhir (tahun
2020, 2019 dan 2018) sebesar 104,20%, 112,14%, dan 120,07% dengan kriteria
Sangat Efektif (untuk diketahui dalam PAD termasuk dana earnmark/terarah
yaitu : JKN dan BLUD dengan persentase ± 40% ). Sedangkan capaian
Triwulan I Tahun 2021 sebesar 18,85% atau dengan Kriteria Sangat Efektif
karena melebihi Target Triwulan I sebesar 15% sesuai dengan Kriteria
Penjelasan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang
Tatacara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.

2 Diversifikasi Sumber PAD


a. Ekstensifikasi
Ekstensifikasi merupakan segala bentuk upaya pemerintah daerah dalam
meningkatkan penerimaan PAD dari sektor pajak/retribusi, dengan mencari
informasi terkait obyek dan subyek pajak/retribusi yang telah memenuhi syarat
namun belum terdata.

Pemerintah Kabupaten Berau belum memiliki Kajian terhadap Peta Sektor


Ekonomi Lokal yang menjadi unggulan untuk dikembangkan sebagai sumber
PAD. Sehingga, kebijakan ekstensifikasi belum bisa dipetakan secara optimal
untuk menggali obyek-obyek baru Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

b. Intensifikasi
Intensifikasi adalah upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk
meningkatkan PAD melalui peningkatan kepatuhan WP/WR. Berdasarkan hasil
permintaan keterangan maupun penelitian dokumen, upaya Intensifikasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Berau adalah sebagai berikut:

1) Melakukan Nota Kesepahaman dengan Badan Pertanahan Nasional


Kabupaten Berau untuk melakukan pendataan terhadap Obyek PBB dan
BPHTB baru.
2) Melakukan penyisiran jalan untuk mengidentifikasi Obyek Pajak Reklame
dan Obyek Pajak Restoran yang belum terdaftar. Dimana ditemukan Spot
Reklame baru sebanyak 33 titik dan Penyedia Jasa Boga sebanyak 54
restoran.
3) Pendataan Subjek dan Objek Pajak
Bidang pelayanan pajak telah melakukan pemutakhiran database WP
selama tahun 2021 yakni terhadap 30 WP Hotel dan 14 WP Restoran.
Laporan Validasi Pajak terhadap Wajib Pajak tersebut masih dapat
kekurangan data yang perlu dilengkapi lagi, yakni:

a) Belum dilengkapi dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk


sinkronisasi data dalam rangka keperluan Izin maupun Subyek
Pajak/Obyek Pajak Daerah Jenis Lainnya.
b) Belum dilengkapi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pajak
Pusat untuk keperluan sinkronisasi data dengan Direktorat Jenderal
Pajak (DJP).
4) Melakukan monitoring dan pemeriksaan lapangan secara berkala
5) Membentuk Tim Penegakan Hukum dengan melibatkan OPD terkait
6) Melakukan kerjasama penagihan dengan pihak Kejaksaan
7) Aspek Sumberdaya Manusia
Pada Triwulan I Tahun 2021, SDM Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Berau sebanyak 66 pegawai, yang terdiri dari:

a) PNS sebanyak 42 orang


b) PTT sebanyak 24 orang
Pelatihan yang telah diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Berau kepada
aparat/petugas di Lingkungan OPD Penghasil antara lain adalah:

a) Pemeriksaan Pajak Daerah


Atas SOTK yang ada dan Analisis Jabatan yang seharusnya tersedia,
terdapat 2 (dua) Jabatan Fungsional yang belum tersedia/terisi, yakni:

a) Juru Sita Pajak


b) Juru Taksir
10) Aspek Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, Badan Pendapatan
Daerah Kabupaten Berau menggunakan 4 Sistem Informasi yaitu:

a) SIMHORE
b) SIMREDA
c) SIWAJAR
d) SIM - PBB
Selain itu terdapat beberapa Sistem Informasi yang direncanakan
dikembangkan yaitu:

a) Pengintegrasian Data SIMHORE dengan Perijinan


Pemerintah Kabupaten Berau juga membuka jalur sinkronisasi data dengan
pihak lain melalui dua dinas yakni dengan:

a) Badan Pertanahan
b) Dinas Penanaman Modal Perijinan Terpadu Satu Pintu
Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Berau memiliki
keseriusan dalam mengelola data potensi PAD dan data Wajib Pajak yang
terotomatisasi dan terintegrasi dengan pemangku kepentingan lainnya yang
beririsan.

Namun ada catatan penting pada Risiko Aspek Pemanfaatan Teknologi dan
Informasi yang perlu menjadi perhatian manajemen selanjutnya, sebagai
berikut:

a) Belum terjalinnya komunikasi yang baik TI dari OPD masing – masing


dalam peningkatan pengelolaan integrasi
b) Dalam hal pengelolaan sistem menggunakan vendor dari luar sehingga
kesulitan dalam hal perubahan maupun adanya penambahan
kebutuhan menu dalam aplikasi
c) Pengelolaan aplikasi masih terpisah masing-masing OPD yang
seharusnya dijadikan satu pintu pengelolaanya melalui Diskominfo
11) Aspek Kerjasama
Kesepakatan Kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Berau
dalam meningkatkan PAD dengan Pihak lain adalah sebagai berikut:

a) Kerjasama dengan Pihak Kejaksaan selaku Pengacara Negara


b) Kerjasama dengan Pihak Badan Pertanahan Nasional
c) Kerjasama dengan Pihak DPMPTSP
d) Kerjasama dengan Lembaga Perbankan dan PT. POS
e) PT. Bankaltimtara, melalui Nota Kesepahaman Nomor
197/02/MoU/BKPW/2021 dan Nomor 006/PRJ/BPD-PST/I/2021
tanggal 4 Februari 2021 tentang Pembayaran Transaksi Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Melalui Sistem Online. Kerjasama ini bertujuan
dalam rangka penggunaan fasilitas jasa layanan perbankan yang
dimiliki oleh PT. Bankaltimtara untuk menerima setoran dari
masyarakat baik Orang Pribadi maupun Badan atau Wajib Pajak
Daerah dan Wajib Retribusi Daerah atas penyetoran pajak daerah dan
retribusi daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Berau.
f) PT Pos Indonesia, melalui Perjanjian Kerjasama Nomor
970/281/BAPENDA-E/2021 dan Nomor
131/TNR/JKRP/Pj.Jaskug/3/2021 Tanggal 6 Mei 2021 tentang
Penyediaan Jasa dan Layanan Penerimaan Pembayaran Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan Pajak
Daerah Lainnya Kabupaten Berau.
g) PT Bank Negara Indonesia, melalui Perjanjian Kerjasama Nomor
970/79/BAPENDA-E/2018 dan Nomor TRB/83/01/2018 Tanggal 2
Februari 2018 tentang Penyediaan Jasa dan Layanan Perbankan
dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Dan
Penerimaan Pembayaran BPHTB serta Pajak Daerah Lainnya.
h) Kantor Pertanahan Kabupaten Berau, melalui Perjanjian Kerjasama
Nomor 970/327/BAPENDA-E/2020 dan 06/PKS-64.03.UP.01/VII/ 2020
tanggal 23 Juli 2020 tentang Pengintegrasian Data Pertanahan dengan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
i) Kejaksaan Negeri Berau, melalui Perjanjian Kerjasama Nomor
197/04/PKS/BKPW/2020 dan B-282/0.4.14/Gs.1/02/2020 tanggal 24
Februari 2020 tentang Penanganan Hukum di Bidang Perdata dan
Tata Usaha Negara dalam rangka Optimalisasi Pendapatan Asli
Daerah.
j) PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Berau, melalui
Perjanjian Kerjasama Nomor 0031.PJ/AGA.02101/1403200/2019 dan
Nomor 970/671/BAPENDA-E/2019 tanggal 6 Desember 2019 tentang
Pemungutan dan Penyetoran Pajak Penerangan Jalan dan
Pembayaran Rekening Listrik Pemerintah Kabupaten Berau
Terhadap evaluasi atas aspek kerjasama untuk meningkatkan PAD
Kabupaten Berau, terdapat beberapa kendala/permasalahan yang menjadi
perhatian, sebagai berikut:

a) Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap


tindak lanjut kerjasama yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
b) Belum maksimalnya peningkatan PAD dari kerjasama yang dibangun
dikarenakan kurangnya koordinasi antar masing-masing pihak
c) Masa Waktu Perjanjian Kerjasama dengan pihak Penyedia Jasa dan
Layanan Perbankan lainya dalam Penerimaan Pembayaran PBB-P2
dan BPHTB serta Pajak Daerah lainnya sudah berakhir dan perlu
diperpanjang
d) Perlu dibentuk tim khusus (Satgas) untuk memaksimalkan kerjasama
yang telah disepakati
12) Kebijakan Relaksasi
Pemerintah Kabupaten Berau menetapkan sejumlah kebijakan/peraturan
relaksasi pajak untuk meringankan beban masyarakat. Namun dalam
pelaksanaannya, Pemerintah Kabupaten Berau telah banyak
mempertimbangkan keringanan pembayaran denda maupun penerimaan
keberatan pembayaran pajak.

13) PPB-P2
Pemerintah Kabupaten Berau belum/sudah melakukan pemutakhiran data
NJOP pada Tahun 2019, 2020, dan 2021 untuk itu Kabupaten Berau dapat
bekerjasama dengan pihak ketiga untuk melakukan pemutakhiran data dan
selanjutnya menggunakan data tersebut untuk penetapan PBB P2.

14) Pelaksanaan pelayanan pajak/retribusi ke lokasi Wajib Pajak/Retribusi


“Jemput Bola”.
Karena letak geografis Kabupaten Berau yang sangat luas, dan terdapat
kendala transportasi dan komunikasi yang berarti, serta terbatasnya
aparat/petugas Bapenda, Pemerintah Kabupaten Berau tidak
melaksanakan program reguler pelayanan pajak/retribusi ke lokasi WP/WR
dengan metode “jemput bola”. Namun untuk 4 (empat) wilayah kecamatan
terdekat yakni Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Sambaliung,
Kecamatan Teluk Bayur, dan Kecamatan Gunung Tabur dilaksanakan
program “Gerai Pelayanan Pembayaran PBB-P2 Tahun 2021” bersama
dengan Petugas Bankaltimtara.

3 Analisis Potensi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah


Objek penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Berau yang termasuk
dalam kajian ini adalah dari pajak daerah. Jenis pajak yang menjadi objek kajian
adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak mineral bukan logam, pajak parker, pajak air tanah, pajak sarang
burung walet, pajak bumi bangunan P2 dan Bea Perolehan atas Tanah dan
Bangunan. Dalam rangka perhitungan potensi penerimaan PAD untuk berbagai
objek tersebut menggunakan berbagai sumber baik menggunakan data primer
melalui wawancara langsung dengan pihak yang terkait objek PAD maupun data
sekunder berupa data resmi yang diterbitkan oleh berbagai SKPD di Kabupaten
Berau.
Ringkasan umum mengenai keseluruhan potensi penerimaan objek penghasil PAD dengan
menggunakan pendekatan keseluruhan potensi penerimaan dihitung berdasarkan pada objek
yang sudah tergarap/tercatat dalam database Badan Pendapatan Daerah, Kabupaten Berau
(pajak hotel dan restoran) dan SKPD lainnya yang kemudian dikunjungi oleh tim peneliti
(surveyor). Pada pendekatan pertama (Tabel 3.1), potensi penerimaan keseluruhan dari
berbagai objek yang menjadi kajian adalah sebesar Rp15.632.730.996. Jika kemudian potensi
tersebut dibandingkan dengan realisasi penerimaan untuk beberapa objek penghasil pada
tahun 2014 (retribusi parkir tepi jalan umum), penerimaan per Agustus 2015 (pajak hotel, pajak
restoran, retribusi pelelangan ikan TPI/transaksi penjualan di TPI), dan November 2015
(retribusi tempat khusus parkir, pelayanan pasar, pelayanan persampahan, dan penjualan
produksi usaha daerah) yang nilai keseluruhannya adalah sebesar Rp2.412.934.253, maka
terdapat selisih antara potensi dan realisasi penerimaan sebesar Rp13.219.795.843. Hal
No. Objek Potensi Realisasi Selisih Persen Keterangan
Penerimaan per Penerimaan (Rp) dari
Tahun (Rp) (Rp) Potens
i

1 PAJAK 3.055.308.661 Penerimaan


HOTEL Per
….

2 PAJAK 57.334.237.309 Penerimaan


RESTORAN Per

3 PAJAK 434.642.743 Penerimaan


HIBURAN Per

4 PAJAK 374.116.358 Penerimaan


REKLAME Per

5 PAJAK 6.530.400.000 Penerimaan


PENERANG Per
JALAN …

6 PAJAK 86.542.476 Penerimaan


MINERAL Per
BUKAN …
LOGAM

7 PAJAK 270.869.000 Penerimaan


PARKIR Per

8 PAJAK AIR 3.843.240 Penerimaan


TANAH Per

9 PAJAK 575.027.000 Penerimaan


SARANG Per
BURUNG …
WALET

Total
tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Berau baru memanfaatkan potensi
penerimaan yang ada sebesar 15,44 persen.

1) Pajak Hotel
Tata cara dalam menghitung potensi Pajak Hotel adalah :
 Mengidentifikasi seluruh hotel yang ada (hotel bintang, hotel melati, motel, wisma,
dsb)
 Menentukan hotel yang akan diteliti; jika memungkinkan seluruh hotel disurvei dan
dimasukkan dalam database potensi
 Melakukan observasi untuk memperoleh data kelas atau jenis kamar, tarif kamar,
jumlah kamar, dan tingkat hunian kamar
 Menghitung rata-rata hunian kamar
 Menghitung potensi Pajak Hotel dengan tarif sebesar 10% (sepuluh persen)

Rumus Perhitungan Potensi Pajak Hotel


NPPH = Rrh X RrTK X 30 x 12 x 10%

Keterangan :
NPPH = Nilai Potensi Pajak Hotel (Rupiah)
Rrh = Rata-rata tingkat hunian (Unit/Hari)
RrTK = Rata-Rata Tarif Kamar (Rupiah/Unit)

Penarikan pajak hotel di Kabupaten Berau didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Dalam Pasal .. ayat …., disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan
hiburan. Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel di mana tarif pajak hotel adalah sebesar 10 persen.
Berdasarkan data yang berasal dari BAPENDA, jumlah hotel maupun penginapa di
Kabupaten Berau adalah sebanyak 81 unit dari hotel kelas melati hingga bintang. Tim
surveyor melakukan kunjungan pada seluruh hotel yang telah tercatat dalam
database BAPENDA untuk melakukan wawancara baik dengan karyawan maupun
pengelola hotel tersebut.
Perhitungan potensi penerimaan pajak hotel didasarkan pada wawancara yang
dilakukan oleh tim surveyor baik dengan karyawan atau pengelola masing-masing
hotel. Sesuai dengan Perda Nomor 9 Tahun 2010, pendekatan yang digunakan untuk
menghitung pajak hotel adalah dengan mengalikan 10 persen dari potensi
pendapatan 20 hotel yang dikunjungi oleh tim surveyor. Asumsi dasar yang
digunakan untuk menghitung potensi pendapatan masing-masing hotel yang
dikunjungi tim surveyor terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan
pendapatan dari kamar yang diperoleh dengan mengalikan harga kamar, tingkat
hunian kamar ketika periode ramai, normal, dan sepi, serta frekuensi kejadian ramai,
normal, sepi dalam hari per tahun. Karena hotel memiliki banyak tipe kamar dengan
tarif kamar yang berbeda-beda, maka tim peneliti menggunakan tarif rata-rata kamar
yang kemudian dikalikan 20 persen, untuk harga kamar agar memudahkan dalam
perhitungan potensi. Tingkat hunian kamar untuk kejadian ramai, normal, dan sepi
untuk masing-masing hotel didasarkan pada kapasitas kamar hotel, hasil wawancara
baik dengan pegawai maupun pengelola hotel, dan observasi lapangan tim surveyor.
Sedangkan frekuensi kejadian ramai, normal dan sepi dalam hari per tahun
didasarkan pada hasil wawancara dengan karyawan maupun pengelola hotel. Tahap
kedua adalah dengan mengetahui pendapatan hotel dari fasilitas seperti laundri,
restoran, kolam, renang. Pendapatan tersebut diperoleh dari hasil wawancara antara
tim surveyor dan karyawan maupun pengelola hotel.
Pendapatan hotel dari fasilitas hanya terdapat pada hotel yang cukup besar di Kota
Berau diantaranya Hotel Palmy, Virgin Cocoa, Nabuco Cottage, Nunukan island
Resort dan Ara 1 (PT DB Bara Indonesia)
Mengingat karakteristik hotel yang cukup beragam, maka asumsi yang digunakan
untuk masing-masing hotel juga beragam. Perbedaan yang mencolok antar hotel
adalah dalam frekuensi kamar yang terisi pada saat kejadian ramai, normal, dan sepi.
Perbedaan tersebut diantaranya disebabkan kapasitas kamar yang berbeda antar
hotel. Jika kapasitas kamar hotel semakin tinggi, maka kemungkinan pendapatan
hotelnya juga akan semakin tinggi. Hal tersebut tentunya didasarkan pada teori
ekonomi bahwasanya jika permintaan (orang menginap) tinggi maka, pemilik hotel
tentunya akan menambah penawaran (jumlah kamar). Untuk frekuensi kejadian hari
ramai, normal, dan sepi dalam satu tahun untuk masing-masing hotel juga berbeda.
Sebagai contoh, hotel A memiliki frekuensi ramai/normal pada hari kerja (Senin-
Jumat) karena pelanggan utama hotel di Kabupaten Berau adalah para pekerja yang
berasal dari luar Kabupaten Berau, maka frekuensi kejadian ramai/normalnya adalah
260 hari, sedangkan frekuensi sepinya adalah 105 hari. Di lain pihak, hotel B memiliki
frekuensi ramai pada hari dan bulan-bulan tertentu misalnya selama 3 bulan (24 hari),
dengan frekunsi normal adalah selama hari Senin-Jumat maka dalam satu tahun
terdapat frekuensi hari normal sebanyak 218 hari (dikurangi hari libur nasional),
sehingga frekuensi kejadian hari sepinya adalah sebanyak 123 hari.
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan asumsi yang telah disebutkan diatas,
diketahui bahwa potensi penerimaan pajak hotel yang dikunjungi oleh tim surveyor
(66 hotel) di Kabupaten Berau adalah sebesar Rp….. Dengan nilai penerimaan pajak
seluruh hotel per …. sebesar Rp…., maka terdapat selisih antara realisasi
penerimaan dan potensi penerimaan sebesar Rp…. (realisasi penerimaan hanya
sebesar …. persen dari potensi yang ada).

No Nama Hotel Kelas Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)


Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)
1 HOMESTAY MITRA HOTEL / COTTAGE 3.210.000,00
KLASIK

2 HOME STAY NAZ HOTEL / COTTAGE


ARABIAN 1.035.000,00

3 HOTEL KARTIKA LOSMEN/R.


PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 9.110.000,00
KOST

4 PENGINAPAN LOSMEN/R.
AGUSTY PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2.730.000,00
KOST
No Nama Hotel Kelas Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)
Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)
5 HOTEL MELATI HOTEL / COTTAGE 4
7.955.967,00

6 HOMESTAY ANIS LOSMEN/R.


JAYA PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2.215.000,00
KOST

7 PT. LAPAUTA HOTEL / COTTAGE


DERAWAN RESOR
785.000,00

8 HOTEL MAKMUR HOTEL / COTTAGE 2


3.088.323,00

9 GREEN NIRVANA HOTEL / COTTAGE 6


0.337.748,00

10 WISMA ADHITYA LOSMEN/R.


PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
100.000,00
KOST

11 CUCUN COTTAGE LOSMEN/R.


PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
980.000,00
KOST

12 PENGINAPAN LOSMEN/R.
ELIANA PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
815.000,00
KOST

13 PT. SANGALAKI HOTEL / COTTAGE 2


DIVE & TOURS 5.055.875,00

14 PT. PRATASABA HOTEL / COTTAGE 8


APTA ASTAMA 6.047.800,00

15 PT. MAKMURJAYA HOTEL / COTTAGE 12


HUTAMA 2.125.544,00
BERAU (HOTEL
EXCLUSIVE)
(HOTEL)

16 PENGINAPAN HOTEL / COTTAGE


MIRROLIZ PELANGI 2.700.000,00

17 PONDOK ATNA LOSMEN/R.


PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 1.977.273,00
KOST

18 HOME STAY TRI G RUMAH KOS DENGAN JUMLAH 1


KAMAR LEBIH DARI 10 6.525.000,00
(SEPULUH)

19 HOTEL NEOTEL HOTEL / COTTAGE 13


(CV.NEWTON) 9.035.692,00

20 HOTEL PALMY HOTEL / COTTAGE 65


EXCLUSIVE 5.066.854,00
(HOTEL)

21 PT. TIARA HOTEL / COTTAGE 33


SANTIKA / HOTEL 7.433.458,00
GRAND PARAMA

22 RUMAH SINGGAH LOSMEN/R.


HALUP PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2.135.500,00
KOST

23 HOTEL ANEKA HOTEL / COTTAGE


2.850.000,00

24 HOTEL CEMARA HOTEL / COTTAGE


WANGI 3.447.000,00

25 HOTEL PLAZA HOTEL / COTTAGE


BERAU 1.440.000,00

26 HOTEL PALMY HOTEL / COTTAGE 16


(HOTEL) 7.972.090,00

27 DERAWAN HOTEL / COTTAGE


INDONESIA INDAH ( 3.040.000,00
DERAWAN DIVE
LODGE )

28 PENGINAPAN LOSMEN/R.
MAYANG SARI PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 1.350.000,00
KOST
No Nama Hotel Kelas Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)
Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)
29 HOTEL MILLENIUM HOTEL / COTTAGE 3
5.719.000,00

30 HOTEL ANGGY HOTEL / COTTAGE


8.950.000,00

31 LOSMEN ANANDA HOTEL / COTTAGE

32 PENGINAPAN LOSMEN/R.
WISAL PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 1.627.000,00
KOST

33 HOTEL MORO HOTEL / COTTAGE


SENANG 9.600.000,00

34 PT. NABUCCO HOTEL / COTTAGE 2


MARATUA RESOR 6.152.751,00

35 PT.BHUMI HOTEL / COTTAGE 3


MANIMBORA 1.232.800,00
INTERBHUWANA
(PT.BMI)

36 HOTEL DERAWAN HOTEL / COTTAGE 12


INDAH 1.019.829,00

37 HOTEL SANGGAM HOTEL / COTTAGE 1


8.288.200,00

38 HOTEL BUMI HOTEL / COTTAGE 25


SEGAH 7.103.514,00

39 HOTEL NIRWANA HOTEL / COTTAGE


570.000,00

40 HOTEL PELANGI HOTEL / COTTAGE 13


0.120.000,00

41 HOTEL ADHI HOTEL / COTTAGE


BERINGIN 1.460.000,00

42 HOTEL HERLINA HOTEL / COTTAGE 7


4.756.000,00

43 HOTEL MITRA HOTEL / COTTAGE


2.940.000,00

44 RUMAH KOS INDAH RUMAH KOS DENGAN JUMLAH


JAYA I (GAJAH KAMAR LEBIH DARI 10 6.006.250,00
MADA) (SEPULUH)

45 RUMAH KOS PA RUMAH KOS DENGAN JUMLAH


NYOMAN KAMAR LEBIH DARI 10
690.000,00
(SEPULUH)

46 WISMA RAHAYU HOTEL / COTTAGE 9


9.720.000,00

47 PT. MARATUA HOTEL / COTTAGE 12


PARADISE RESORT 2.557.865,00
(SYAMSUL BAHRI)

48 RUMAH KOS INDAH RUMAH KOS DENGAN JUMLAH


JAYA II (MANGGA) KAMAR LEBIH DARI 10 4.862.000,00
(SEPULUH)

49 HOTEL PULAU HOTEL / COTTAGE 1


SAMBIT 3.308.000,00

50 PENGINAPAN LOSMEN/R.
FAMILY PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 6.864.000,00
KOST

51 LOSMEN KELAY LOSMEN/R.


INDAH PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2.858.000,00
KOST

52 PT. HOTEL / COTTAGE 3


INTERNATIONAL 4.421.128,00
NABUCCO
RESORT

53 HOTEL HOTEL / COTTAGE


SIPATTONGENG 2.417.000,00
No Nama Hotel Kelas Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)
Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)
54 LOSMEN SRIKANDI LOSMEN/R. 2
PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 9.520.000,00
KOST

55 LOSMEN PULAU LOSMEN/R. 1


DERAWAN PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 7.205.000,00
KOST

56 HOTEL BERAU HOTEL / COTTAGE 2


PLAZA 9.600.000,00

57 PENGINAPAN AYU LOSMEN/R. 1


LESTARI PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 5.362.200,00
KOST

58 NAZ ARABIAH LOSMEN/R.


(HOME STAY) PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2
KOST 4.600.000,00

59 LOSMEN/R.
HOMESTAY PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
HENSANA KOST 7.000.000,00

60 LOSMEN/R.
HOMESTAY SINAR PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2
NIRWANA KOST 0.250.000,00

61 HOTEL PONDOK 15
ATNA HOTEL / COTTAGE 0.000.000,00

62 RUMAH LOSMEN/R.
KEDAUNG/GUEST PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2
HOME&CAFE KOST 1.000.000,00

63 LOSMEN/R.
PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
KOS PUTRA ACAP KOST 5.500.000,00

64 LOSMEN/R.
PENGINAPAN PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
SUTOMO KOST 189.000,00

65 LOSMEN/R.
PENGINAPAN PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
LESTARI I KOST 1.125.000,00

66 LOSMEN/R.
PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
DINAS KESEHATAN KOST 150.000,00

Total 3.055.308.661

1.1) Kendala dan Strategi Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel


Melihat hasil perhitungan potensi penerimaan pajak hotel dan pembayaran pajak
masing-masing hotel tersebut, permasalahan utama yang dihadapi dalam
pengelolaannya adalah kesadaran masyarakat terutama pengelola hotel yang
rendah untuk melaporkan pajak sesuai dengan omset pendapatan yang dimilikinya.
Beberapa pemilik/pengelola hotel beranggapan bahwa dengan pengenaan pajak
sesuai Perda hal tersebut akan mengurangi keuntungan usaha yang mereka
lakukan. Kondisi perekonomian yang lesu ternyata juga berdampak pada kondisi
perhotelan Kabupaten Berau di mana tingkat hunian hotel akan mengalami
penurunan ketika berakhirnya tender dan kontrak kerja beberapa perusahaan di
Kabupaten Berau. Karena Kabupaten Berau adalah kota industri, maka hotel-hotel
akan ramai pada hari kerja (Senin-Kamis), sementara pada saat akhir pekan dan
hari libur nasional hotelhotel cenderung sepi. Dengan tidak adanya kawasan wisata
hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap terhadap tingkat hunian hotel yang
akan mengalami penurunan pada saat akhir pekan di mana hal tersebut akan
berdampak langsung pada penurunan pendapatan hotel. Selain dari faktor wajib
pajak, kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pajak hotel adalah terbatasnya
petugas lapangan (SDM) untuk mengawasi tingkat kunjungan di beberapa hotel.
Besarnya potensi peneriman pajak hotel pada masa yang akan datang selayaknya
menjadi tantangan bagi BAPENDA Kabupaten Berau untuk mengkonsolidasikan
proses internal perbaikan pengelolaan pajak hotel. Berbagai inovasi yang dilakukan
selama ini telah memberikan kontribusi terhadap lonjakan penerimaan pajak hotel,
namun demikian potensi yang dimiliki sesungguhnya amat besar dan perlu usaha
yang luar biasa untuk bisa mewujudkannya. Beberapa kebijakan yang perlu
diperkuat pada masa mendatang adalah;
 Penguatan sistem pengawasan bagi subjek dan objek pajak hotel.
 Peningkatan pendataan subjek dan objek pajak hotel.
 Peningkatan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajibannnya
(melakukan diskusi bersama antara pengelola hotel, PHRI, dan pemerintah
sebagai upaya peningkatan kualitas perhotelan dan tingkat hunian hotel di
Kabupaten Berau).
 Penguatan sistem dan prosedur pengelolaaan pajak hotel.
 Penambahan jumlah SDM pemungut pajak hotel.
 Peningkatan daya guna sistem pengelolaan pajak hotel secara online.
 Perbaikan sistem dan prosedur pengelolaan pajak hotel dan restoran.
 Pemerintah Kabupaten Berau wajib menggenjot dan mengembangkan sektor
pariwisata di Kabupaten Berau, sekaligus sarana pendukungnya (transportasi,
paket wisata sekaligus penginapan).
 Pemerintah Kabupaten Berau perlu mengadakan acara-acara berskala besar
(provinsi atau nasional) di Kabupaten Berau sehingga meningkatkan tingkat
hunian hotel.
 Pemerintah Kabupaten Berau harus menarik orang-orang untuk melakukan
kegiatan investasi di Kabupaten Berau di mana selain meningkatkan aktivitas
perekonomian, juga akan meningkatkan tingkat hunian hotel.

2) Pajak Restoran
Tata cara dalam menghitung potensi Pajak Restoran adalah :
 Mengidentifikasi seluruh restoran yang ada
 Menentukan restoran yang akan diteliti
 Melakukan observasi untuk memperoleh data omset penjualan, jumlah
pengunjung, jumlah meja dan kursi, tarif harga setiap menu dan tingkat pembelian
menu makanan dan minuman
 Menghitung rata-rata omset penjualan
 Menghitung potensi Pajak Restoran dengan tarif pajak sebesar 10% (sepuluh
persen) Rumus Perhitungan Potensi Pajak Restoran

NPPR = RT x PT x 30 x 30 x 12 x 10%

Seperti pajak hotel, penarikan pajak restoran di Kabupaten Berau juga didasarkan
pada Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Objek pajak
restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran (pelayanan penjualan
makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di
tempat pelayanan maupun di tempat lain). Yang tidak termasuk dalam objek pajak
restoran menurut Perda adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai
penjualannya tidak melebihi Rp100.000 per bulan. Dasar pengenaan pajak restoran
adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran di
mana tarif pajak hotel adalah sebesar 10 persen. Berdasarkan data yang berasal
dari BAPENDA, terdapat 1426 restoran yang sudah terpantau sebagai objek pajak
restoran (baik sudah membayar pajak maupun belum). Dari 1426 restoran tersebut,
seluruhnya belum melakukan pembayaran pajak. Setelah mengetahui jumlah
restoran yang ada di Kabupaten Berau, tim surveyor kemudian melakukan
kunjungan lapangan ke 50 restoran yang terdiri yang belum membayar pajak.
Perhitungan potensi penerimaan pajak restoran didasarkan pada wawancara yang
dilakukan oleh tim surveyor dengan pengelola masing-masing restoran. Sesuai
dengan Perda Nomor 1 Tahun 2011, pendekatan yang digunakan untuk menghitung
pajak restoran adalah dengan mengalikan 10 persen dari potensi pendapatan (50
restoran) yang dikunjungi oleh tim surveyor. Asumsi dasar yang digunakan untuk
menghitung potensi pendapatan masing-masing restoran adalah mengalikan jumlah
pengunjung pada saat kejadian ramai, normal, dan sepi, rata-rata pengeluaran per
pengunjung, serta frekuensi kejadian ramai, normal, sepi dalam hari per tahun.
Karena restoran memiliki banyak menu dengan harga menu yang berbeda-beda,
maka tim peneliti menggunakan harga menu rata-rata yang tertera dalam daftar
menu (tim peneliti melakukan pembelian (makan) di restoran yang dikunjungi agar
memudahkan dalam perhitungan potensi). Tingkat kunjungan untuk kejadian ramai,
normal, dan sepi untuk masing-masing restoran didasarkan pada hasil wawancara
dengan pengelola restoran dan observasi lapangan tim surveyor pada saat
kunjungan. Sementara untuk frekuensi kejadian ramai, normal dan sepi dalam hari
per tahun didasarkan pada hasil wawancara dengan pengelola restoran.
Mengingat karakteristik restoran yang cukup beragam, maka asumsi yang
digunakan untuk masing-masing restoran juga beragam. Perbedaan tersebut
diantaranya pada tingkat kunjungan restoran untuk kejadian ramai, normal, dan
sepi. Perbedaan tersebut diantaranya disebabkan luas yang berbeda antar restoran.
Jika kapasitas restoran semakin tinggi, maka kemungkinan pendapatan restoran
tersebut juga akan semakin tinggi. Untuk frekuensi kejadian hari ramai, normal, dan
sepi dalam satu tahun untuk masing-masing restoran juga berbeda. Sebagai
contoh, restoran A memiliki frekuensi ramai (Sabtu dan Minggu), normal (Rabu-
Jumat), dan sepi (Senin dan Selasa) maka frekuensi kejadian ramainya dalam satu
tahun adalah 104 hari, normal sebanyak 104 hari, dan frekuensi sepinya adalah 156
hari. Sementara restoran B memiliki frekuensi kejadian hari ramai selama 2 bulan
(60 hari), dengan frekuensi sepi pada hari Senin dan Selasa (105 hari), sehingga
frekuensi kejadian normalnya adalah sebanyak 200 hari. Variasi frekuensi kejadian
ramai, normal, dan sepi dalam satu tahun didasarkan pada penuturan pengelola
restoran pada saat dilakukan wawancara.
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan asumsi yang telah disebutkan di atas,
diketahui bahwa potensi penerimaan pajak restoran yang dikunjungi oleh tim
surveyor dan sudah membayar pajak restoran/masuk database (50 restoran) di
Kabupaten Berau adalah sebesar Rp2.734.870.109,00. Rincian mengenai potensi
pajak dan realisasi pembayaran pajak 23 restoran yang dikunjungi oleh tim surveyor
ditampilkan pada Tabel berikut.
No Nama Jenis Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)
Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)

1 PKK LABANAN KATERING 8.400.000,00


MAKARTI

2 DAPUR TERAS II RESTORAN 900.000.000,00


(JL. GATOT
SUBROTO)

3 VIEW ECOFFEE RESTORAN 8.378.900,00

4 SMPN 3 SATAP KATERING 80.000,00


BATU PUTIH

5 CAFE ARIES KAFETARIA 1.145.000,00

6 KAMPUNG KATERING 280.000,00


BUYUNG-BUYUNG

7 HOTEL MELATI RESTORAN 1.527.500,00

8 PANDAN SARI KATERING 385.500,00


CATERING

9 PT. CAHAYA BOGA RESTORAN 340.817.000,00


MAKMUR / ICE
BAKERY

10 MARTABAK USNO WARUNG TENDA 100.000,00

11 WR MOLEN / WARUNG TENDA 100.000,00


GORENGAN

12 WR. MARTABAK WARUNG TENDA 200.000,00


PARANOTO

13 MIE ALFI WARUNG TENDA 150.000,00

14 CAFE SAMSUL WARUNG TENDA 100.000,00


BAHRI

15 CAFE DAENG WARUNG TENDA 30.000,00

16 CAFE ALBAR WARUNG TENDA 30.000,00

17 WR RUSNAH WARUNG TENDA 150.000,00

18 WR AL BUGISI WARUNG TENDA 76.700,00

19 CAFE ANWAR WARUNG TENDA 35.000,00

20 CAFE LISA WARUNG TENDA 35.000,00

21 CAFE SYAKINAH WARUNG TENDA 110.000,00

22 CAFE NUR ALEX' A WARUNG TENDA 2.237.000,00

23 CAFE YULI WARUNG TENDA 70.000,00

24 CAFE WARUNG TENDA 250.000,00


ENDREKANG1

25 CAFE NIRWANA WARUNG TENDA 290.000,00

26 CAFE SAFARUDDIN WARUNG TENDA 770.000,00

27 WR SEDERHANA 9 WARUNG TENDA 550.000,00

28 WARUNG MEGA RIA WARUNG TENDA 250.000,00

29 WR SEDERHANA 2 WARUNG TENDA 600.000,00

30 WR SOPONYONO 1 WARUNG TENDA 150.000,00

31 WR BARU REJEKI WARUNG TENDA 136.000,00

32 WR KHARISMA WARUNG TENDA 320.000,00

33 WR SOPONYONO 2 WARUNG TENDA 200.000,00

34 WR SUMBER WARUNG TENDA 265.000,00


REJEKI
No Nama Jenis Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)
Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)

35 WR ASRI SARI LAUT WARUNG TENDA 620.000,00

36 WR PODO TRESNO WARUNG TENDA 330.000,00

37 WR SEDERHAN 1 WARUNG TENDA 250.000,00

38 WR ANDY WARUNG TENDA 300.000,00

39 WR SAHARA WARUNG TENDA 300.000,00

40 WR GORENGAN WARUNG TENDA 430.000,00


KP3

41 WR INDSAH SARI WARUNG TENDA 350.000,00

42 WR MBAK ELLY WARUNG TENDA 380.000,00

43 WR CAFE TIGA WARUNG TENDA 310.000,00

44 WR NUR HUDA WARUNG TENDA 100.000,00

45 WR SEDAP MALAM WARUNG TENDA 300.000,00

46 WR TENDA SYUKUR WARUNG TENDA 500.000,00


NIKMAT

47 WR BANG UCUP WARUNG TENDA 498.000,00

48 RM. LESEHAN RESTORAN 36.000.000,00


SYUKUR NIKMAT

49 PT. FAST FOOD RESTORAN 1.415.220.419,00


INDONESIA. TBK
KFC

50 CAFEE CV. KAFETARIA 10.763.090,00


TANJUNG SUKSES
BERSAMA

Total 2.734.870.109,00

2.1) Kendala dan Strategi Optimalisasi Penerimaan Pajak Restoran

Seperti halnya potensi pajak hotel, sesungguhnya Kabupaten Berau juga memiliki
potensi penerimaan yang tinggi untuk pajak restoran. Belum terwujudnya potensi
yang ada menjadi realisasi penerimaan daerah dalam hal ini disebabkan oleh
beberapa permasalahan yang berasal dari sisi internal maupun eksternal yang
teridentifikasi sebagai berikut;
 Rendahnya kesadaran wajib pajak (pengusaha restoran) dalam memenuhi
kewajibannya untuk berkontribusi terhadap pembangunan daerah.
 Masih adanya upaya penghindaran pajak dari wajib pajak (wajib pajak
beranggapan bahwa pembayaran pajak akan menurunkan keuntungan karena
merasa beban pajak akan dibebankan kepada mereka).
 Masih lemahnya sistem pendataan objek pajak restoran.
 Belum sempurnanya instrumen regulasi pemungutan pajak restoran.
 Kurang memadainya kompetensi SDM pengelolaan pajak restoran baik dari
segi kualitas maupun kuantitas.
 Belum sempurnanya sistem prosedur pelayanan pajak.
 Masih lemahnya pengawasan dan penegakan hukum.
Dalam kerangka untuk meningkatkan kinerja pengelolaan pajak restoran pada masa
yang akan datang, maka BAPENDA sebagai pihak yang diberi amanah harus
bekerja lebih maksimal mengerahkan tenaga dan pikiran untuk merealisasikan
potensi yang sesungguhnya sangat besar. Beberapa solusi yang harus
diinternalisasi oleh BAPENDA pada masa yang akan datang, antara lain adalah:
 Menumbuhkan kesadaran bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya
melalui sosialisasi perda dan pemberitahuan melalui media masa.
 Menyempurnakan instrumen peraturan Bupati tentang petunjuk teknis
pengelolaan pajak restoran (pengenaan pajak seharusnya tidak disamaratakan
sebesar 10 persen, namun perlu adanya pembedaan/kategorisasi pajak antar
restoran).
 Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia khusus di bidang pajak restoran
melalui bimbingan teknis dan pelatihan khusus serta spesialis manajemen
pajak restoran.
 Penambahan SDM untuk melakukan pemungutan pajak restoran.
 Mengembangkan informasi dan publikasi yang medorong adanya transparansi
pengelolaan pajak restoran.
 Meningkatkan kepuasan wajib pajak dengan penyempurnaan sistem pelayanan
sesuai tuntutan perkembangan.

3) Pajak Parkir
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten
Berau, jumlah titik parkir yang dikenakan pajak parkir umum adalah sebanyak 2 titik
yaitu Upbu Kelas 1 Kalimarau (Jl. Kalimarau, Teluk Bayur - Teluk Bayur dan Pt.
Abadi Raya Commarce (Jl.D.I. Panjaitan No.09, Balikpapan – Luar Kab.Berau).
Selain 2 titik parkir yang sudah tergarap, tim surveyor juga melakukan
pengamatan/observasi yang potensial untuk penarikan retribusi diantaranya di ),
Lembaga Gereja Gpib Hosiana (Jl. Mangga. 1, Tanjung Redeb, Tanjung Redeb -
Tanjung Redeb), Hendro Budiman (Jl. Mangga I No.21, Tanjung Redeb-Tanjung
Redeb), Kasimuddin (Jl. Durian Iii Gg. Perkasa, Tanjung Redeb- Tanjung Redeb),
Gpsi Eben Haezer (Jl.Mangga I,Tanjung Redeb – Tanjung Redeb), Gpib Hosiana
(Jl.Mangga I,Tanjung Redeb – Tanjung Redeb) dan Tanjung Ulingan Jaya (Jl.H.Isa
Ii No.999 Tg.Redeb, Karang Ambun-Tanjung Redeb). Selain melakukan
perhitungan potensi pada titik parkir yang sudah tergarap. Asumsi dasar yang
digunakan untuk menghitung potensi penerimaan di masing-masing titik parkir
adalah dengan mengalikan jumlah unit untuk masing-masing jenis kendaraan yang
menggunakan jasa parkir (kendaraan per hari), besaran tarif untuk masing-masing
jenis kendaraan, dan frekuensi operasional titik parkir untuk keadaan hari yang
ramai, normal, dan sepi (hari dalam satu tahun). Besaran tarif yang digunakan
dalam perhitungan potensi masing-masing titik parkir didasarkan tarif dalam Perda
Nomor 9 Tahun 2011 walaupun pada kenyataan di lapangan, tarif parkir untuk
sepeda motor berkisar antara Rp…, sedangkan tarif untuk mobil adalah sebesar
Rp…. Untuk UPT Kalimarau dan RSUD Abdul Rivai
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan asumsi yang telah disebutkan di atas,
diketahui bahwa potensi penerimaan Pajak parkir di Kabupaten Berau pada titik
yang sudah tergarap (2 titik parkir) adalah sebesar Rp270.869.000. Dengan
realisasi penerimaan retribusi pelayanan parkir tepi jalan umum pada tahun 2021
sebesar Rp… , maka terdapat selisih antara realisasi penerimaan dan potensi
penerimaan sebesar Rp… (realisasi penerimaan sebesar … persen dari potensi
yang ada).
Potensi Penerimaan Masing-masing Titik Parkir (Sudah Tergarap)

Potensi Penerimaan
No. Nama Lokasi Nama Jalan
(Rp)

Jl. Kalimarau, Teluk Bayur -


1 Upbu Kelas 1 Kalimarau 173.293.250
Teluk Bayur

Jl.D.I. Panjaitan No.09,


2 Pt. Abadi Raya Commarce Balikpapan - Luar 97.575.750
Kab.Berau

Total 270.869.000

Potensi Penerimaan Masing-masing Titik Parkir (Belum Tergarap)

3.1) Kendala dan Strategi Optimalisasi Penerimaan Pajak Parkir

Besarnya potensi penerimaan Pajak pelayanan parkir di tepi jalan umum di masa
yang akan datang seiring perkembangan Kabupaten Berau dan pertumbuhan
populasi kendaraan bermotor menjadi tantangan bagi SKPD terkait untuk
memperbaiki kinerja internal SKPD dan tentunya memperbaiki pengelolaan Pajak
pelayanan parkir di tepi jalan umum. Namun, dalam merealisasikan potensi
penerimaan tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaannya.
Berikut adalah beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Pajak
pelayanan parkir di Kabupaten Berau:
 Minimnya Peraturan Bupati tentang petunjuk teknis pengelolaan parkir.
 Belum adanya perencanaan pengelolaan parkir serta pengawasan yang lemah
dan kurang efektif Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika.
 Masih banyak titik parkir yang belum tergarap. Selain itu, beberapa pemilik
outlet/toko tidak bersedia untuk memberikan izin penjagaan petugas parkir
meskipun pengunjng outlet/toko menggunakan bahu jalan.
 Kesadaran masyarakat yang masih rendah (masyarakat tidak mau membayar
walaupun sudah diberikan karcis oleh petugas).
 Fasilitas di tempat parkir yang ada belum cukup memadai (tidak ada marka
jalan).
Dalam rangka peningkatan penerimaan Pajak pelayanan parkir, berikut dijabarkan
mengenai langkah-langkah strategis yang harus dilakukan baik dalam rangka
merealisasikan potensi penerimaan Pajak dan peningkatan kualitas layanan parkir
di tepi jalan umum, antara lain:
 Pembuatan Peraturan Bupati mengenai petunjuk teknis pengelolaan parkir.
 Peningkatan kapasitas juru parkir atau SDM di SKPD terkait melalui pendidikan
dan pelatihan.
 Menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat melalui sosialisasi Perda tentang
pajak parkir.
 Penjelasan tentang marka jalan dan pemasangan informasi mengenai tarif
parkir di jalan yang menjadi objek penarikan Pajak.

4) Potensi Pajak Penerangan Jalan


Tata cara dalam menghitung potensi Pajak Penerangan Jalan adalah :
 Mengidentifikasi objek pendapatan Pajak Penerangan Jalan
 Menentukan penerangan jalan yang akan diteliti
 Melakukan observasi untuk memperoleh data jumlah pelanggan dan jumlah
tagihan
 Menghitung rata-rata pembayaran pajak penerangan jalan per tahun.
 Menghitung potensi Pajak Penerangan Jalan

Rumus Perhitungan Potensi Pajak Penerangan Jalan


NPPJnon pln = (JP x RKVA x RKwh x JB) x TP
NPPJ pln = RPPJ x JB+ (Prosentase rata-rata
pertumbuhan x Realisasii PPJ pln tahun sebelumnya
Keterangan :
RPPJ = Rata-rata Pajak Penerangan Jalan per tahun (Rupiah)
JB = jumlah bulan dalam setahun
NPPJ = Nilai Potensi Pajak Penerangan Jalan (Rupiah)
JB = jumlah bulan dalam setahun
JP = jumlah pelanggan

Potensi pajak penerangan jalan Kabupaten Berau pada perusahaan baru yang masih
dapat digali senilai Rp6.530.400.000,00 dengan rincian:

Penambaha Volume
No n PPJ PLN 600jt/Mw watt jumlah Ppj 10%/Bln 1 Tahun
Banua jaya
1 lestari 600.000.000 1,97 1.182.000.000 118.200.000 1.418.400.000
2 PDAM 600.000.000 1,3 780.000.000 78.000.000 936.000.000
Beraucoal
3 sambarata 600.000.000 1,1 660.000.000 66.000.000 792.000.000
Beraucoal
4 gurimbang 600.000.000 0,5 300.000.000 30.000.000 360.000.000
Kilang
bujangga
5 internusa 600.000.000 0,5 300.000.000 30.000.000 360.000.000
PT Istana
6 gemilang 600.000.000 1,97 1.182.000.000 118.200.000 1.418.400.000
7 Penambahan 600.000.000 1,73 1.038.000.000 103.800.000 1.245.600.000
promo Daya
untuk rumah
tangga
Jumlah 9 5.442.000.000 544.200.000 6.530.400.000

Potensi Pajak Penerangan Jalan pada perusahaan baru senilai


Rp6.530.400.000,00 dapat menjadi sumber pendapatan daerah Kabupaten
Berau

5) Potensi PBB P2
Tata cara dalam menghitung potensi Pajak Bumi dan Bangunan adalah :
 Menghitung total luas wilayah potensi pajak yaitu dengan cara mengurangi total
luas wilayah dengan luas wilayah yang digunakan untuk ruang terbuka hijau
publik, atau wilayah yang bukan objek Pajak Bumi dan Bangunan

Luas WPP = Luas Wilayah x Luas RTHP

Keterangan :
WPP = Wilayah Potensi Pajak (Persegi/m²)
 Melihat data rekap realisasi berdasarkan NJOP untuk mengetahui jumlah wajib
Pajak Bumi dan Bangunan dan besaran NJOP

NJOP Kab = NJOP RK


N

Keterangan :
NJOP Kab = NJOP Rata - Rata Kabupaten (Rupiah)
NJOP RK = NJOP Rata – Rata Per Kecamatan, didapatkan dari hasil
perhitungan NJOP tertinggi dan terendah di setiap kecamatan
(Rupiah)

 Menghitung NJOP Bumi

NJOP Bumi = Luas WPP x NJOP Kab

Keterangan :
NJOP Bumi = NJOP Berupa Bumi/Tanah/Lahan (Rupiah)
Luas WPP = Wilayah Potensi Pajak (Persegi/m²)

 Menghitung NJOP Bangunan

NJOP Bg = Total NJOP Bg x % WP

Keterangan :
NJOP Bg = NJOP Berupa Bangunan (Rupiah)
Total NJOP Bag = NJOP Bangunan yang telah diketahui nilainya dari Badan
 Menghitung NJOPKP yang ditentukan dengan cara mengurangi NJOP dengn
NJOPTKP. Besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp 10.000.000,- (Sepuluh
Juta Rupiah) untuk setiap wajib pajak.

NJOPKP = (NJOP Bumi + NJOP Bg) - NJOPTKP

Keterangan :
NJOPKP = Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (Rupiah)
NJOP Bumi = NJOP Berupa Bumi/Tanah/Lahan (Rupiah)

 Menghitung besarnya potensi Pajak Bumi dan Bangunan

Rumus Perhitungan Potensi Pajak Bumi dn Bangunan


PPBB = NJOPKP x TP

Keterangan :
PPBB = Potensi Pajak Bumi dan Bangunan (Rupiah)
NJOPKP = Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (Rupiah)
TP = Tarif Pajak, NJOP sampai dengan Rp 1.000.000.000,- (Satu Milyar)
maka tarif pajaknya sebesar 0,1% ( Nol Koma Satu Persen)

Pada Perusahaan Sawit terdapat lahan Plasma Sawit sebesar 18.926,69 hektar
dapat menjadi sumber pendapatan daerah Kabupaten Berau dengan rincian sebagai
berikut:
 PT. Tanjung Buyu Perkasa Plantation dengan Realisasi Tanaman
Plasma/Kemitraan sebesar 3.012,06 hektar; NJOP Rp 5000, dengan Potensi Rp
23,080,000,-
 PT. Hutan Hijau Mas dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
1.867,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 27,26 hektar;
 PT. Malindomas Perkebunan dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 1.814,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 24,93 hektar;
 PT. Dwiwira Lestari Jaya dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
814,73 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 10,02 hektar;
 PT. Satu Sembilan Delapan dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 1702,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 32,13 hektar;
 PT. Inti Energi Kaltim dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
105,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 7,46 hektar;
 PT. Jabontara Eka Karsa dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
862,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 10,03 hektar;
 PT. Yudha Wahana Abadi dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 400,10 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 4,99 hektar;
 PT. Sentosa kalimantan Jaya dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 1557,91 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 66,58 hektar;
 PT. Anugerah Agung Prima Abadi dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 667,47 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 12,67 hektar;
 PT. Natura Pasific Nusantara dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 667,47 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 27,50 hektar;
 PT. Gunta Samba Jaya dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
1164,87 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 6,78 hektar;
 PT. Berau Karetindo Lestari dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 394,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 24,93 hektar;
 PT. Berau Sawit Sejahtera dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 582,35 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 12,78 hektar;
 PT. Bina Karya Nuansa Sejahtera dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 663,54 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 9,84 hektar;
 PT. Buana Mudantara dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
110,43 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 18,14 hektar;
 PT. Mulia Inti Perkasa dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
794,33 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 23,78 hektar;
 PT. Agrindo Sukses Sejahtera dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 356,19 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 40,19 hektar;
 PT. Global Primatama Mandiri dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 1119,92 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 12,78 hektar.

1 Perbaikan Kebijakan Tata Kelola PAD


a. Hambatan Pelaksanaan Aturan PAD
Terdapat beberapa Hambatan Pelaksanaan Aturan dalam rangka meningkatkan
Potensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Berau Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah karena belum
menyusun Peraturan Bupati tentang:

1) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan omzet serta tata cara pembukuan dan
pencatatan.
2) Tatacara pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
3) Pemeriksaan dan Pengujian Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
sesuai Peraturan Bupati Berau Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan
Pajak Daerah yang sedang disusun.
4) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan omzet serta tatacara pembukuan dan
pencatatan sesuai dengan Peraturan Bupati Berau Tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Pajak Daerah yang sedang disusun.
5) Tatacara pengembalian kelebihan pembayaran pajak sesuai dengan Peraturan
Bupati Berau Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Pajak Daerah yang
sedang disusun.
6) Tatacara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan
atau Pengurangan Sanksi Pajak sesuai dengan Peraturan Bupati Berau
Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Pajak Daerah yang sedang
disusun.
7) Tatacara Pembayaran, Penyetoran, Tempat Pembayaran, Angsuran dan
Penundaaan Pembayaran Pajak sesuai dengan Peraturan Bupati Berau
Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Pajak Daerah yang sedang
disusun.

b. Penilaian Kebijakan Pengelolaan Risiko PAD


Pemerintah Kabupaten Berau belum menerapkan Manajemen berbasis Risiko
dalam rangka meningkatkan potensi penerimaan PAD di sektor Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Kedepannya diharapkan bahwa Pemerintah Kabupaten Berau,
dan dalam hal ini bersama Inspektorat sebagai Pembina SPIP beserta OPD yang
menangani pengelolaan pendapatan Pajak dan Retribusi agar:

1) Melakukan Identifikasi Kelemahan Lingkungan Pengendalian Intern;


2) Melakukan Penilaian Risiko melalui Penetapan Konteks/Tujuan, Identifikasi
Risiko dan Analisis Risiko;
3) Melaksanakan Kegiatan Pengendalian sesuai dengan Profil Risiko yang dipilih;
4) Mengkomunikasikan pengendalian yang dibangun; serta
5) Melakukan pemantauan atas implementasi pengendalian serta kejadian risiko.

2 Hal-hal Lain yang Perlu Diperhatikan

Tidak terdapat hal-hal lain yang perlu diperhatikan

Anda mungkin juga menyukai