PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan Kegiatan ini adalah untuk membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Berau untuk
menyusun Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah, yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
pemerintah Daerah Kabupaten Berau untuk menyusun kebijakan terkait penerimaan Pajak
Daerah.
TTD
I. Umum
Tahun
Jenis APBD
2018 2019 2020 2021 sd. TW1
Lain-lain Pendapatan
426.284.590.280,80 708.061.753.756,16 490.133.703.732,00 0
Yang sah
Jumlah 202.816.911.000,00
DERAJAT
TAHUN PAD TOTAL PENDAPATAN DESENTRALISASI
FISKAL
2018 210.437.540.329,57 2.319.719.448.128,22 9,07
2019 241.342.277.083,50 2.929.714.467.185,50 8,24
2020 233.865.865.565,33 2.356.444.978.557,33 9,92
Capaian Realisasi PAD Pemerintah Kabupaten Berau tiga tahun terakhir (tahun
2020, 2019 dan 2018) sebesar 104,20%, 112,14%, dan 120,07% dengan kriteria
Sangat Efektif (untuk diketahui dalam PAD termasuk dana earnmark/terarah
yaitu : JKN dan BLUD dengan persentase ± 40% ). Sedangkan capaian
Triwulan I Tahun 2021 sebesar 18,85% atau dengan Kriteria Sangat Efektif
karena melebihi Target Triwulan I sebesar 15% sesuai dengan Kriteria
Penjelasan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang
Tatacara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
b. Intensifikasi
Intensifikasi adalah upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk
meningkatkan PAD melalui peningkatan kepatuhan WP/WR. Berdasarkan hasil
permintaan keterangan maupun penelitian dokumen, upaya Intensifikasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Berau adalah sebagai berikut:
a) SIMHORE
b) SIMREDA
c) SIWAJAR
d) SIM - PBB
Selain itu terdapat beberapa Sistem Informasi yang direncanakan
dikembangkan yaitu:
a) Badan Pertanahan
b) Dinas Penanaman Modal Perijinan Terpadu Satu Pintu
Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Berau memiliki
keseriusan dalam mengelola data potensi PAD dan data Wajib Pajak yang
terotomatisasi dan terintegrasi dengan pemangku kepentingan lainnya yang
beririsan.
Namun ada catatan penting pada Risiko Aspek Pemanfaatan Teknologi dan
Informasi yang perlu menjadi perhatian manajemen selanjutnya, sebagai
berikut:
13) PPB-P2
Pemerintah Kabupaten Berau belum/sudah melakukan pemutakhiran data
NJOP pada Tahun 2019, 2020, dan 2021 untuk itu Kabupaten Berau dapat
bekerjasama dengan pihak ketiga untuk melakukan pemutakhiran data dan
selanjutnya menggunakan data tersebut untuk penetapan PBB P2.
Total
tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Berau baru memanfaatkan potensi
penerimaan yang ada sebesar 15,44 persen.
1) Pajak Hotel
Tata cara dalam menghitung potensi Pajak Hotel adalah :
Mengidentifikasi seluruh hotel yang ada (hotel bintang, hotel melati, motel, wisma,
dsb)
Menentukan hotel yang akan diteliti; jika memungkinkan seluruh hotel disurvei dan
dimasukkan dalam database potensi
Melakukan observasi untuk memperoleh data kelas atau jenis kamar, tarif kamar,
jumlah kamar, dan tingkat hunian kamar
Menghitung rata-rata hunian kamar
Menghitung potensi Pajak Hotel dengan tarif sebesar 10% (sepuluh persen)
Keterangan :
NPPH = Nilai Potensi Pajak Hotel (Rupiah)
Rrh = Rata-rata tingkat hunian (Unit/Hari)
RrTK = Rata-Rata Tarif Kamar (Rupiah/Unit)
Penarikan pajak hotel di Kabupaten Berau didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Dalam Pasal .. ayat …., disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan
hiburan. Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel di mana tarif pajak hotel adalah sebesar 10 persen.
Berdasarkan data yang berasal dari BAPENDA, jumlah hotel maupun penginapa di
Kabupaten Berau adalah sebanyak 81 unit dari hotel kelas melati hingga bintang. Tim
surveyor melakukan kunjungan pada seluruh hotel yang telah tercatat dalam
database BAPENDA untuk melakukan wawancara baik dengan karyawan maupun
pengelola hotel tersebut.
Perhitungan potensi penerimaan pajak hotel didasarkan pada wawancara yang
dilakukan oleh tim surveyor baik dengan karyawan atau pengelola masing-masing
hotel. Sesuai dengan Perda Nomor 9 Tahun 2010, pendekatan yang digunakan untuk
menghitung pajak hotel adalah dengan mengalikan 10 persen dari potensi
pendapatan 20 hotel yang dikunjungi oleh tim surveyor. Asumsi dasar yang
digunakan untuk menghitung potensi pendapatan masing-masing hotel yang
dikunjungi tim surveyor terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan
pendapatan dari kamar yang diperoleh dengan mengalikan harga kamar, tingkat
hunian kamar ketika periode ramai, normal, dan sepi, serta frekuensi kejadian ramai,
normal, sepi dalam hari per tahun. Karena hotel memiliki banyak tipe kamar dengan
tarif kamar yang berbeda-beda, maka tim peneliti menggunakan tarif rata-rata kamar
yang kemudian dikalikan 20 persen, untuk harga kamar agar memudahkan dalam
perhitungan potensi. Tingkat hunian kamar untuk kejadian ramai, normal, dan sepi
untuk masing-masing hotel didasarkan pada kapasitas kamar hotel, hasil wawancara
baik dengan pegawai maupun pengelola hotel, dan observasi lapangan tim surveyor.
Sedangkan frekuensi kejadian ramai, normal dan sepi dalam hari per tahun
didasarkan pada hasil wawancara dengan karyawan maupun pengelola hotel. Tahap
kedua adalah dengan mengetahui pendapatan hotel dari fasilitas seperti laundri,
restoran, kolam, renang. Pendapatan tersebut diperoleh dari hasil wawancara antara
tim surveyor dan karyawan maupun pengelola hotel.
Pendapatan hotel dari fasilitas hanya terdapat pada hotel yang cukup besar di Kota
Berau diantaranya Hotel Palmy, Virgin Cocoa, Nabuco Cottage, Nunukan island
Resort dan Ara 1 (PT DB Bara Indonesia)
Mengingat karakteristik hotel yang cukup beragam, maka asumsi yang digunakan
untuk masing-masing hotel juga beragam. Perbedaan yang mencolok antar hotel
adalah dalam frekuensi kamar yang terisi pada saat kejadian ramai, normal, dan sepi.
Perbedaan tersebut diantaranya disebabkan kapasitas kamar yang berbeda antar
hotel. Jika kapasitas kamar hotel semakin tinggi, maka kemungkinan pendapatan
hotelnya juga akan semakin tinggi. Hal tersebut tentunya didasarkan pada teori
ekonomi bahwasanya jika permintaan (orang menginap) tinggi maka, pemilik hotel
tentunya akan menambah penawaran (jumlah kamar). Untuk frekuensi kejadian hari
ramai, normal, dan sepi dalam satu tahun untuk masing-masing hotel juga berbeda.
Sebagai contoh, hotel A memiliki frekuensi ramai/normal pada hari kerja (Senin-
Jumat) karena pelanggan utama hotel di Kabupaten Berau adalah para pekerja yang
berasal dari luar Kabupaten Berau, maka frekuensi kejadian ramai/normalnya adalah
260 hari, sedangkan frekuensi sepinya adalah 105 hari. Di lain pihak, hotel B memiliki
frekuensi ramai pada hari dan bulan-bulan tertentu misalnya selama 3 bulan (24 hari),
dengan frekunsi normal adalah selama hari Senin-Jumat maka dalam satu tahun
terdapat frekuensi hari normal sebanyak 218 hari (dikurangi hari libur nasional),
sehingga frekuensi kejadian hari sepinya adalah sebanyak 123 hari.
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan asumsi yang telah disebutkan diatas,
diketahui bahwa potensi penerimaan pajak hotel yang dikunjungi oleh tim surveyor
(66 hotel) di Kabupaten Berau adalah sebesar Rp….. Dengan nilai penerimaan pajak
seluruh hotel per …. sebesar Rp…., maka terdapat selisih antara realisasi
penerimaan dan potensi penerimaan sebesar Rp…. (realisasi penerimaan hanya
sebesar …. persen dari potensi yang ada).
4 PENGINAPAN LOSMEN/R.
AGUSTY PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2.730.000,00
KOST
No Nama Hotel Kelas Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)
Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)
5 HOTEL MELATI HOTEL / COTTAGE 4
7.955.967,00
12 PENGINAPAN LOSMEN/R.
ELIANA PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
815.000,00
KOST
28 PENGINAPAN LOSMEN/R.
MAYANG SARI PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 1.350.000,00
KOST
No Nama Hotel Kelas Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)
Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)
29 HOTEL MILLENIUM HOTEL / COTTAGE 3
5.719.000,00
32 PENGINAPAN LOSMEN/R.
WISAL PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 1.627.000,00
KOST
50 PENGINAPAN LOSMEN/R.
FAMILY PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 6.864.000,00
KOST
59 LOSMEN/R.
HOMESTAY PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
HENSANA KOST 7.000.000,00
60 LOSMEN/R.
HOMESTAY SINAR PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2
NIRWANA KOST 0.250.000,00
61 HOTEL PONDOK 15
ATNA HOTEL / COTTAGE 0.000.000,00
62 RUMAH LOSMEN/R.
KEDAUNG/GUEST PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R. 2
HOME&CAFE KOST 1.000.000,00
63 LOSMEN/R.
PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
KOS PUTRA ACAP KOST 5.500.000,00
64 LOSMEN/R.
PENGINAPAN PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
SUTOMO KOST 189.000,00
65 LOSMEN/R.
PENGINAPAN PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
LESTARI I KOST 1.125.000,00
66 LOSMEN/R.
PENGINAPAN/PSGRH/HOSTEL/R.
DINAS KESEHATAN KOST 150.000,00
Total 3.055.308.661
2) Pajak Restoran
Tata cara dalam menghitung potensi Pajak Restoran adalah :
Mengidentifikasi seluruh restoran yang ada
Menentukan restoran yang akan diteliti
Melakukan observasi untuk memperoleh data omset penjualan, jumlah
pengunjung, jumlah meja dan kursi, tarif harga setiap menu dan tingkat pembelian
menu makanan dan minuman
Menghitung rata-rata omset penjualan
Menghitung potensi Pajak Restoran dengan tarif pajak sebesar 10% (sepuluh
persen) Rumus Perhitungan Potensi Pajak Restoran
NPPR = RT x PT x 30 x 30 x 12 x 10%
Seperti pajak hotel, penarikan pajak restoran di Kabupaten Berau juga didasarkan
pada Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Objek pajak
restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran (pelayanan penjualan
makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di
tempat pelayanan maupun di tempat lain). Yang tidak termasuk dalam objek pajak
restoran menurut Perda adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai
penjualannya tidak melebihi Rp100.000 per bulan. Dasar pengenaan pajak restoran
adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran di
mana tarif pajak hotel adalah sebesar 10 persen. Berdasarkan data yang berasal
dari BAPENDA, terdapat 1426 restoran yang sudah terpantau sebagai objek pajak
restoran (baik sudah membayar pajak maupun belum). Dari 1426 restoran tersebut,
seluruhnya belum melakukan pembayaran pajak. Setelah mengetahui jumlah
restoran yang ada di Kabupaten Berau, tim surveyor kemudian melakukan
kunjungan lapangan ke 50 restoran yang terdiri yang belum membayar pajak.
Perhitungan potensi penerimaan pajak restoran didasarkan pada wawancara yang
dilakukan oleh tim surveyor dengan pengelola masing-masing restoran. Sesuai
dengan Perda Nomor 1 Tahun 2011, pendekatan yang digunakan untuk menghitung
pajak restoran adalah dengan mengalikan 10 persen dari potensi pendapatan (50
restoran) yang dikunjungi oleh tim surveyor. Asumsi dasar yang digunakan untuk
menghitung potensi pendapatan masing-masing restoran adalah mengalikan jumlah
pengunjung pada saat kejadian ramai, normal, dan sepi, rata-rata pengeluaran per
pengunjung, serta frekuensi kejadian ramai, normal, sepi dalam hari per tahun.
Karena restoran memiliki banyak menu dengan harga menu yang berbeda-beda,
maka tim peneliti menggunakan harga menu rata-rata yang tertera dalam daftar
menu (tim peneliti melakukan pembelian (makan) di restoran yang dikunjungi agar
memudahkan dalam perhitungan potensi). Tingkat kunjungan untuk kejadian ramai,
normal, dan sepi untuk masing-masing restoran didasarkan pada hasil wawancara
dengan pengelola restoran dan observasi lapangan tim surveyor pada saat
kunjungan. Sementara untuk frekuensi kejadian ramai, normal dan sepi dalam hari
per tahun didasarkan pada hasil wawancara dengan pengelola restoran.
Mengingat karakteristik restoran yang cukup beragam, maka asumsi yang
digunakan untuk masing-masing restoran juga beragam. Perbedaan tersebut
diantaranya pada tingkat kunjungan restoran untuk kejadian ramai, normal, dan
sepi. Perbedaan tersebut diantaranya disebabkan luas yang berbeda antar restoran.
Jika kapasitas restoran semakin tinggi, maka kemungkinan pendapatan restoran
tersebut juga akan semakin tinggi. Untuk frekuensi kejadian hari ramai, normal, dan
sepi dalam satu tahun untuk masing-masing restoran juga berbeda. Sebagai
contoh, restoran A memiliki frekuensi ramai (Sabtu dan Minggu), normal (Rabu-
Jumat), dan sepi (Senin dan Selasa) maka frekuensi kejadian ramainya dalam satu
tahun adalah 104 hari, normal sebanyak 104 hari, dan frekuensi sepinya adalah 156
hari. Sementara restoran B memiliki frekuensi kejadian hari ramai selama 2 bulan
(60 hari), dengan frekuensi sepi pada hari Senin dan Selasa (105 hari), sehingga
frekuensi kejadian normalnya adalah sebanyak 200 hari. Variasi frekuensi kejadian
ramai, normal, dan sepi dalam satu tahun didasarkan pada penuturan pengelola
restoran pada saat dilakukan wawancara.
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan asumsi yang telah disebutkan di atas,
diketahui bahwa potensi penerimaan pajak restoran yang dikunjungi oleh tim
surveyor dan sudah membayar pajak restoran/masuk database (50 restoran) di
Kabupaten Berau adalah sebesar Rp2.734.870.109,00. Rincian mengenai potensi
pajak dan realisasi pembayaran pajak 23 restoran yang dikunjungi oleh tim surveyor
ditampilkan pada Tabel berikut.
No Nama Jenis Potensi Pajak Pembayaran Selisih (Rp)
Per Pajak (Rp)
Tahun (Rp)
Total 2.734.870.109,00
Seperti halnya potensi pajak hotel, sesungguhnya Kabupaten Berau juga memiliki
potensi penerimaan yang tinggi untuk pajak restoran. Belum terwujudnya potensi
yang ada menjadi realisasi penerimaan daerah dalam hal ini disebabkan oleh
beberapa permasalahan yang berasal dari sisi internal maupun eksternal yang
teridentifikasi sebagai berikut;
Rendahnya kesadaran wajib pajak (pengusaha restoran) dalam memenuhi
kewajibannya untuk berkontribusi terhadap pembangunan daerah.
Masih adanya upaya penghindaran pajak dari wajib pajak (wajib pajak
beranggapan bahwa pembayaran pajak akan menurunkan keuntungan karena
merasa beban pajak akan dibebankan kepada mereka).
Masih lemahnya sistem pendataan objek pajak restoran.
Belum sempurnanya instrumen regulasi pemungutan pajak restoran.
Kurang memadainya kompetensi SDM pengelolaan pajak restoran baik dari
segi kualitas maupun kuantitas.
Belum sempurnanya sistem prosedur pelayanan pajak.
Masih lemahnya pengawasan dan penegakan hukum.
Dalam kerangka untuk meningkatkan kinerja pengelolaan pajak restoran pada masa
yang akan datang, maka BAPENDA sebagai pihak yang diberi amanah harus
bekerja lebih maksimal mengerahkan tenaga dan pikiran untuk merealisasikan
potensi yang sesungguhnya sangat besar. Beberapa solusi yang harus
diinternalisasi oleh BAPENDA pada masa yang akan datang, antara lain adalah:
Menumbuhkan kesadaran bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya
melalui sosialisasi perda dan pemberitahuan melalui media masa.
Menyempurnakan instrumen peraturan Bupati tentang petunjuk teknis
pengelolaan pajak restoran (pengenaan pajak seharusnya tidak disamaratakan
sebesar 10 persen, namun perlu adanya pembedaan/kategorisasi pajak antar
restoran).
Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia khusus di bidang pajak restoran
melalui bimbingan teknis dan pelatihan khusus serta spesialis manajemen
pajak restoran.
Penambahan SDM untuk melakukan pemungutan pajak restoran.
Mengembangkan informasi dan publikasi yang medorong adanya transparansi
pengelolaan pajak restoran.
Meningkatkan kepuasan wajib pajak dengan penyempurnaan sistem pelayanan
sesuai tuntutan perkembangan.
3) Pajak Parkir
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten
Berau, jumlah titik parkir yang dikenakan pajak parkir umum adalah sebanyak 2 titik
yaitu Upbu Kelas 1 Kalimarau (Jl. Kalimarau, Teluk Bayur - Teluk Bayur dan Pt.
Abadi Raya Commarce (Jl.D.I. Panjaitan No.09, Balikpapan – Luar Kab.Berau).
Selain 2 titik parkir yang sudah tergarap, tim surveyor juga melakukan
pengamatan/observasi yang potensial untuk penarikan retribusi diantaranya di ),
Lembaga Gereja Gpib Hosiana (Jl. Mangga. 1, Tanjung Redeb, Tanjung Redeb -
Tanjung Redeb), Hendro Budiman (Jl. Mangga I No.21, Tanjung Redeb-Tanjung
Redeb), Kasimuddin (Jl. Durian Iii Gg. Perkasa, Tanjung Redeb- Tanjung Redeb),
Gpsi Eben Haezer (Jl.Mangga I,Tanjung Redeb – Tanjung Redeb), Gpib Hosiana
(Jl.Mangga I,Tanjung Redeb – Tanjung Redeb) dan Tanjung Ulingan Jaya (Jl.H.Isa
Ii No.999 Tg.Redeb, Karang Ambun-Tanjung Redeb). Selain melakukan
perhitungan potensi pada titik parkir yang sudah tergarap. Asumsi dasar yang
digunakan untuk menghitung potensi penerimaan di masing-masing titik parkir
adalah dengan mengalikan jumlah unit untuk masing-masing jenis kendaraan yang
menggunakan jasa parkir (kendaraan per hari), besaran tarif untuk masing-masing
jenis kendaraan, dan frekuensi operasional titik parkir untuk keadaan hari yang
ramai, normal, dan sepi (hari dalam satu tahun). Besaran tarif yang digunakan
dalam perhitungan potensi masing-masing titik parkir didasarkan tarif dalam Perda
Nomor 9 Tahun 2011 walaupun pada kenyataan di lapangan, tarif parkir untuk
sepeda motor berkisar antara Rp…, sedangkan tarif untuk mobil adalah sebesar
Rp…. Untuk UPT Kalimarau dan RSUD Abdul Rivai
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan asumsi yang telah disebutkan di atas,
diketahui bahwa potensi penerimaan Pajak parkir di Kabupaten Berau pada titik
yang sudah tergarap (2 titik parkir) adalah sebesar Rp270.869.000. Dengan
realisasi penerimaan retribusi pelayanan parkir tepi jalan umum pada tahun 2021
sebesar Rp… , maka terdapat selisih antara realisasi penerimaan dan potensi
penerimaan sebesar Rp… (realisasi penerimaan sebesar … persen dari potensi
yang ada).
Potensi Penerimaan Masing-masing Titik Parkir (Sudah Tergarap)
Potensi Penerimaan
No. Nama Lokasi Nama Jalan
(Rp)
Total 270.869.000
Besarnya potensi penerimaan Pajak pelayanan parkir di tepi jalan umum di masa
yang akan datang seiring perkembangan Kabupaten Berau dan pertumbuhan
populasi kendaraan bermotor menjadi tantangan bagi SKPD terkait untuk
memperbaiki kinerja internal SKPD dan tentunya memperbaiki pengelolaan Pajak
pelayanan parkir di tepi jalan umum. Namun, dalam merealisasikan potensi
penerimaan tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaannya.
Berikut adalah beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Pajak
pelayanan parkir di Kabupaten Berau:
Minimnya Peraturan Bupati tentang petunjuk teknis pengelolaan parkir.
Belum adanya perencanaan pengelolaan parkir serta pengawasan yang lemah
dan kurang efektif Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika.
Masih banyak titik parkir yang belum tergarap. Selain itu, beberapa pemilik
outlet/toko tidak bersedia untuk memberikan izin penjagaan petugas parkir
meskipun pengunjng outlet/toko menggunakan bahu jalan.
Kesadaran masyarakat yang masih rendah (masyarakat tidak mau membayar
walaupun sudah diberikan karcis oleh petugas).
Fasilitas di tempat parkir yang ada belum cukup memadai (tidak ada marka
jalan).
Dalam rangka peningkatan penerimaan Pajak pelayanan parkir, berikut dijabarkan
mengenai langkah-langkah strategis yang harus dilakukan baik dalam rangka
merealisasikan potensi penerimaan Pajak dan peningkatan kualitas layanan parkir
di tepi jalan umum, antara lain:
Pembuatan Peraturan Bupati mengenai petunjuk teknis pengelolaan parkir.
Peningkatan kapasitas juru parkir atau SDM di SKPD terkait melalui pendidikan
dan pelatihan.
Menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat melalui sosialisasi Perda tentang
pajak parkir.
Penjelasan tentang marka jalan dan pemasangan informasi mengenai tarif
parkir di jalan yang menjadi objek penarikan Pajak.
Potensi pajak penerangan jalan Kabupaten Berau pada perusahaan baru yang masih
dapat digali senilai Rp6.530.400.000,00 dengan rincian:
Penambaha Volume
No n PPJ PLN 600jt/Mw watt jumlah Ppj 10%/Bln 1 Tahun
Banua jaya
1 lestari 600.000.000 1,97 1.182.000.000 118.200.000 1.418.400.000
2 PDAM 600.000.000 1,3 780.000.000 78.000.000 936.000.000
Beraucoal
3 sambarata 600.000.000 1,1 660.000.000 66.000.000 792.000.000
Beraucoal
4 gurimbang 600.000.000 0,5 300.000.000 30.000.000 360.000.000
Kilang
bujangga
5 internusa 600.000.000 0,5 300.000.000 30.000.000 360.000.000
PT Istana
6 gemilang 600.000.000 1,97 1.182.000.000 118.200.000 1.418.400.000
7 Penambahan 600.000.000 1,73 1.038.000.000 103.800.000 1.245.600.000
promo Daya
untuk rumah
tangga
Jumlah 9 5.442.000.000 544.200.000 6.530.400.000
5) Potensi PBB P2
Tata cara dalam menghitung potensi Pajak Bumi dan Bangunan adalah :
Menghitung total luas wilayah potensi pajak yaitu dengan cara mengurangi total
luas wilayah dengan luas wilayah yang digunakan untuk ruang terbuka hijau
publik, atau wilayah yang bukan objek Pajak Bumi dan Bangunan
Keterangan :
WPP = Wilayah Potensi Pajak (Persegi/m²)
Melihat data rekap realisasi berdasarkan NJOP untuk mengetahui jumlah wajib
Pajak Bumi dan Bangunan dan besaran NJOP
Keterangan :
NJOP Kab = NJOP Rata - Rata Kabupaten (Rupiah)
NJOP RK = NJOP Rata – Rata Per Kecamatan, didapatkan dari hasil
perhitungan NJOP tertinggi dan terendah di setiap kecamatan
(Rupiah)
Keterangan :
NJOP Bumi = NJOP Berupa Bumi/Tanah/Lahan (Rupiah)
Luas WPP = Wilayah Potensi Pajak (Persegi/m²)
Keterangan :
NJOP Bg = NJOP Berupa Bangunan (Rupiah)
Total NJOP Bag = NJOP Bangunan yang telah diketahui nilainya dari Badan
Menghitung NJOPKP yang ditentukan dengan cara mengurangi NJOP dengn
NJOPTKP. Besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp 10.000.000,- (Sepuluh
Juta Rupiah) untuk setiap wajib pajak.
Keterangan :
NJOPKP = Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (Rupiah)
NJOP Bumi = NJOP Berupa Bumi/Tanah/Lahan (Rupiah)
Keterangan :
PPBB = Potensi Pajak Bumi dan Bangunan (Rupiah)
NJOPKP = Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (Rupiah)
TP = Tarif Pajak, NJOP sampai dengan Rp 1.000.000.000,- (Satu Milyar)
maka tarif pajaknya sebesar 0,1% ( Nol Koma Satu Persen)
Pada Perusahaan Sawit terdapat lahan Plasma Sawit sebesar 18.926,69 hektar
dapat menjadi sumber pendapatan daerah Kabupaten Berau dengan rincian sebagai
berikut:
PT. Tanjung Buyu Perkasa Plantation dengan Realisasi Tanaman
Plasma/Kemitraan sebesar 3.012,06 hektar; NJOP Rp 5000, dengan Potensi Rp
23,080,000,-
PT. Hutan Hijau Mas dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
1.867,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 27,26 hektar;
PT. Malindomas Perkebunan dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 1.814,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 24,93 hektar;
PT. Dwiwira Lestari Jaya dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
814,73 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 10,02 hektar;
PT. Satu Sembilan Delapan dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 1702,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 32,13 hektar;
PT. Inti Energi Kaltim dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
105,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 7,46 hektar;
PT. Jabontara Eka Karsa dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
862,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 10,03 hektar;
PT. Yudha Wahana Abadi dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 400,10 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 4,99 hektar;
PT. Sentosa kalimantan Jaya dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 1557,91 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 66,58 hektar;
PT. Anugerah Agung Prima Abadi dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 667,47 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 12,67 hektar;
PT. Natura Pasific Nusantara dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 667,47 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 27,50 hektar;
PT. Gunta Samba Jaya dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
1164,87 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 6,78 hektar;
PT. Berau Karetindo Lestari dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 394,00 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 24,93 hektar;
PT. Berau Sawit Sejahtera dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 582,35 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 12,78 hektar;
PT. Bina Karya Nuansa Sejahtera dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 663,54 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 9,84 hektar;
PT. Buana Mudantara dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
110,43 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 18,14 hektar;
PT. Mulia Inti Perkasa dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan sebesar
794,33 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan Terhadap
Luas Tanaman Inti sebesar 23,78 hektar;
PT. Agrindo Sukses Sejahtera dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 356,19 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 40,19 hektar;
PT. Global Primatama Mandiri dengan Realisasi Tanaman Plasma/Kemitraan
sebesar 1119,92 hektar dan persentase Luas Tanaman Plasma / Kemitraan
Terhadap Luas Tanaman Inti sebesar 12,78 hektar.
1) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan omzet serta tata cara pembukuan dan
pencatatan.
2) Tatacara pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
3) Pemeriksaan dan Pengujian Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
sesuai Peraturan Bupati Berau Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan
Pajak Daerah yang sedang disusun.
4) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan omzet serta tatacara pembukuan dan
pencatatan sesuai dengan Peraturan Bupati Berau Tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Pajak Daerah yang sedang disusun.
5) Tatacara pengembalian kelebihan pembayaran pajak sesuai dengan Peraturan
Bupati Berau Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Pajak Daerah yang
sedang disusun.
6) Tatacara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan
atau Pengurangan Sanksi Pajak sesuai dengan Peraturan Bupati Berau
Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Pajak Daerah yang sedang
disusun.
7) Tatacara Pembayaran, Penyetoran, Tempat Pembayaran, Angsuran dan
Penundaaan Pembayaran Pajak sesuai dengan Peraturan Bupati Berau
Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Pajak Daerah yang sedang
disusun.