Anda di halaman 1dari 70

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan geografis Indonesia, keanekaragaman flora fauna, suku, budaya

dan bahasa serta warisan alam yang sudah dikenal oleh dunia merupakan

anugerah yang harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan bangsa.

Salah satu pemanfaatan tersebut adalah melalui sektor pariwisata. Undang-

Undang RI No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa

keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki

bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan

kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Pengembangan sektor pariwisata dapat menjadi kebijakan prioritas yang

dapat ditempuh dimasa yang akan datang guna menggerakkan perekonomian

nasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pengembangan kepariwisataan

dinilai penting karena pariwisata memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lain

seperti sektor pertanian, jasa, perdagangan, dan sektor transportasi.

Pengembangan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal akan mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan

pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah (Yoeti, 2008).

Pada tahun 2004 telah dibentuk kebijakan tentang otonomi daerah yaitu

kebijakan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
2

memberikan wewenang, mengurus dan mengelola kekayaan sumber daya yang

dimiliki masing-masing daerah guna mensejahterakan masyarakat. Hal tersebut

dapat mendorong daerah-daerah di Indonesia untuk mengembangkan dan

memajukan sektor pariwisatanya. Salah satu daerah yang sedang mendorong

kegiatan kepariwisataan adalah Provinsi Jawa Tengah lewat Visit Jateng. Program

promosi kepariwisataan ini telah dibentuk pada tahun 2013 dengan tujuan untuk

memajukan kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah. Melalui program ini semua

sektor yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata dibenahi agar jumlah wisatawan

di Provinsi Jawa Tengah meningkat, seperti perbaikan kualitas layanan

akomodasi, mempromosikan kegiatan kuliner daerah dan peningkatan kualitas

objek wisata.

Menurut Oka Yoeti (2008) dalam Eko Tahajjudin (2011) kegiatan

pariwisata berkaitan erat dengan tingkat perekonomian yang dicapai oleh suatu

negara. Semakin tinggi tingkat perekonomian yang dicapai, maka kegiatan

pariwisata di negara tersebut juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara

yang memiliki tingkat perekonomian lebih rendah. Salah satu cara untuk

mengetahui tingkat perekonomian suatu negara atau daerah adalah dengan melihat

PDB atau PDRB.

Tabel 1. 1
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013-2015 (Juta Rupiah)
No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015
1 Cilacap 81,022,670.26 83,392,999.38 88,777,804.56
2 Banyumas 27,793,138.47 29,367,687.40 31,164,876.40
3 Purbalingga 12,778,311.23 13,526,936.62 14,255,939.69
4 Banjarnegara 11,043,083.01 11,625,248.69 12,262,427.80
5 Kebumen 14,333,333.50 15,164,391.84 16,118,153.23
3

No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015


6 Purworejo 9,870,969.95 10,313,937.79 10,841,660.98
7 Wonosobo 10,333,757.05 10,839,456.46 11,394,801.84
8 Magelang 17,020,755.61 17,851,247.33 18,805,789.44
9 Boyolali 16,266,498.68 17,147,347.03 18,189,698.21
10 Klaten 20,241,429.01 21,414,015.25 22,622,660.30
11 Sukoharjo 19,401,889.44 20,448,931.56 21,611,671.60
12 Wonogiri 15,303,280.47 16,114,987.02 16,975,074.43
13 Karanganyar 19,256,516.28 20,261,774.84 21,284,742.55
14 Sragen 19,102,181.74 20,169,026.79 21,388,358.19
15 Grobogan 14,474,728.93 15,064,456.66 15,962,619.43
16 Blora 11,712,504.85 12,227,201.29 12,882,587.70
17 Rembang 9,780,750.39 10,283,608.47 10,848,215.63
18 Pati 22,329,693.98 23,363,627.78 24,760,347.33
19 Kudus 59,944,556.52 62,626,022.64 65,183,803.19
20 Jepara 15,623,738.87 16,374,128.98 17,197,788.96
21 Demak 13,499,226.47 14,078,907.76 14,913,681.85
22 Semarang 25,758,121.08 27,262,609.09 28,743,311.96
23 Temanggung 11,299,342.97 11,870,605.08 12,484,288.20
24 Kendal 22,386,123.50 23,543,960.94 24,760,526.34
25 Batang 11,104,696.78 11,707,397.88 12,362,692.79
26 Pekalongan 12,034,805.89 12,630,284.32 13,233,847.73
27 Pemalang 13,172,063.61 13,900,345.17 14,664,608.72
28 Tegal 18,050,291.97 18,958,363.83 19,990,819.93
29 Brebes 23,812,056.92 25,073,393.53 26,570,679.47
30 Kota Magelang 4,755,092.20 4,988,180.35 5,240,833.59
31 Kota Surakarta 25,631,681.32 26,984,358.61 28,453,493.87
32 Kota Salatiga 6,989,045.50 7,376,064.80 7,755,535.19
33 Kota Semarang 96,985,402.04 103,172,131.51 109,141,554.19
34 Kota Pekalongan 5,456,196.88 5,755,282.26 6,043,095.73
35 Kota Tegal 8,084,175.73 8,491,025.37 8,951,829.56
TOTAL 726,652,111.09 763,369,944.34 805,839,820.56
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Kota Semarang merupakan kota dengan tingkat perekonomian tertinggi di

Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang berada diperingkat pertama dari 35

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dilihat dari besarnya nominal PDRB atas

dasar harga konstan. Tabel 1.1 menjelaskan bahwa PDRB atas dasar harga

konstan Provinsi Jawa Tengah selalu meningkat dari tahun 2013-2015 dengan
4

pertumbuhan tertinggi berada di Kota Semarang dengan sumbangan sebesar Rp

96,985,402.04 pada tahun 2013 dan terus naik pada tahun 2014 sebesar Rp

103,172,131.51 serta pada tahun 2015 sebesar Rp 109,141,554.19. Hal ini berarti

kegiatan pariwisata relatif lebih tinggi berada di Kota Semarang.

Peranan dari kegiatan sektor pariwisata dapat dilihat dari besarnya

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Semarang yang berasal dari pajak hiburan,

pajak hotel dan pajak restoran. Penerimaan asli daerah sektor pariwisata tidak

timbul dari kegiatan hiburan semata namun terdapat kegiatan mata rantai industri

pariwisata antara lain akomodasi (hotel, penginapan) dan kegiatan kuliner

(Badrudin, 2001 dalam Tahajjudin, 2011).

Tabel 1. 2
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang
Tahun 2013-2015
No PAD 2013 2014 2015
1 Pajak Hotel 44.674.905.002 50.589.695.464 55.445.095.950
2 Pajak Restoran 48.387.960.623 62.752.745.542 78.156.642.554
3 Pajak Hiburan 12.405.484.804 14.670.566.132 15.728.927.946
4 Pajak Reklame 22.921.879.365 22.505.204.838 25.910.827.083
5 Pajak Penerangan Jalan 137.411.660.918 163.497.269.621 185.505.501.940
6 Pajak Mineral Bukan Logam 1.367.379.075 25.199.840 120.188.240
7 Pajak Parkir 5.658.633.242 7.508.343.122 9.574.487.370
8 Pajak Air Tanah 4.679.097.924 4.873.574.208 5.543.419.678
9 Pajak BPHTB 220.909.156.797 254.085.540.258 232.877.793.324
10 Pajak Bumi & Bangunan 185.292.332.200 211.001.447.064 207.346.969.699
11 Retribusi daerah 2.636.154.903 2.704.290.412 2.837.436.321
12 Lain-lain PAD yang Sah 63.810.005.372 98.951.353.212 115.729.630.095
13 Dana Perimbangan 1.191.097.523.757 1.274.767.390.279 1.270.371.271.674
14 Lain-lain Pendapatan Sah 679.553.892.597 752.881.442.793 808.674.296.655
JUMLAH 2.620.806.066.579 2.920.814.042.785 3.013.821.488.529
Sumber: DPKAD Kota Semarang
5

Tabel 1.2 menjelaskan bahwa PAD tertinggi Kota Semarang adalah dana

perimbangan, karena penerimaan tersebut berasal dari APBN dalam rangka

desentralisasi atau kegiatan otonomi daerah. PAD tertinggi yang berasal dari pajak

daerah yaitu pajak BPHTB karena Kota Semarang cenderung lebih banyak

memiliki bangunan seperti gedung dan perumahan dari pada yang ada di daerah

sehingga penerimaan dari BPHTB di Kota Semarang cenderung lebih besar. Jika

salah satu objek wisata di Kota Semarang menggunakan gedung dan ada lahan

parkir berarti objek wisata tersebut juga menyumbang PAD berupa BPHTB, PBB

dan retribusi daerah. PAD dari sektor pariwisata yaitu pajak hotel, pajak restoran

dan pajak hiburan cukup tinggi di Kota Semarang, meskipun masih kalah dengan

dana perimbangan, BPHTB, PBB dan pajak yang lainnya namun hal tersebut

dapat dimaklumi karena Semarang bukan kota berbasis pariwisata tetapi

merupakan kota industri dan kota pusat pemerintahan Provinsi Jawa Tengah..

Selain itu nominal pajak hotel, pajak hiburan dan pajak restoran mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 pajak hotel menyumbang PAD

sebesar Rp 44.674.905.002 dan naik dua tahun berturut-turut menjadi Rp

50.589.695.464 pada tahun 2014 dan Rp 55.445.095.950 pada tahun 2015. Pajak

restoran menyumbang PAD sebesar Rp 48.387.960.623 pada tahun 2013 dan terus

naik pada tahun 2014 menjadi Rp 62.752.745.542 serta pada tahun 2015 menjadi

Rp 78.156.642.554. Pajak hiburan juga mengalami peningkatan dari tahun 2013

sebesar Rp 12.405.484.804 menjadi Rp 14.670.566.132 pada tahun 2014 dan Rp

15.728.927.946 pada tahun 2015. Jadi dengan kenaikan pajak-pajak tersebut


6

menandakan bahwa Kota Semarang memiliki potensi pariwisata yang dapat

dikembangkan.

Kota Semarang memiliki berbagai objek wisata dan event yang dapat

dijadikan tempat untuk para wisatawan melakukan liburan atau berekreasi, serta

para pemangku kepentingan kegiatan pariwisata untuk mendapatkan keuntungan

dari kegiatan kepariwisataan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.3.

Tabel 1. 3
Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Objek Wisata Di Kota Semarang
Tahun 2013-2015
Nama Objek Pengunjung (Orang) Pendapatan (Rp)
No
Wisata 2013 2014 2015 2013 2014 2015
1 Goa Kreo 0 108.074 134.695 - 232.095.486 469.016.248
Hutan Wisata
2 Tinjomoyo 1.951 3.678 4.423 7.010.250 21.308.009 14.105.500
Kampoeng Taman
3 Lele 16.941 17.217 37.251 309.591.750 789.406.650 555.363.650
MEC Tapak
4 Tugurejo 13.638 12.523 13.581 3.725.000 - 6.790.500
5 Pantai Marina 433.205 600.947 468.926 1.348.104.000 2.071.400.000 1.759.498.000
Gelanggang
6 Pemuda Manunggal 93.461 103.791 144.366 580.538.116 607.911.940 660.553.500
International Sport
7 Club 39.216 31.007 9.952 1.256.891.500 1.035.072.000 113.540.327
Kolam Renang Tirta
8 Indah 17.231 15.108 18.311 287.655.000 275.246.000 328.208.500
Oasis Swimming
9 pool 1.486 - - 15.546.500 - -
10 Paradise Club 2.233 1.662 - 64.137.500 29.085.000 -
Taman Margasatwa
11 SMG 246.127 280.436 361.965 2.530.702.251 2.719.432.500 2.800.654.756
12 Maerokoco 16.244 38.382 73.861 93.210.000 214.539.000 559.251.000
Taman rekreasi
13 Marina 13.878 - - 277.560.000 - -
Taman Ria
14 wonderia 88.525 87.486 43.238 1.149.283.000 778.453.088 339.598.408
15 Water Blaster 218.668 222.963 91.061 4.570.182.373 4.890.977.841 3.932.206.398
16 Gereja Blenduk 0 - - - - -
17 Lawang Sewu 243.518 485.629 688.996 1.703.985.000 3.401.564.845 5.956.145.000
18 Makam S. Pdran 0 - - - -
7

Nama Objek Pengunjung Pendapatan (Rp)


No
Wisata 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Masjid Agung
19 Jateng 255.621 292.581 318.786 30.913.500 - 159.392.500
Museum Jamu
20 Nyonya Meneer 14.239 8.716 9.659 - - -
Museum Mandala
21 Bhakti 0 - 1.719 - - -
Museum Rekor
22 Indonesia 14.381 19.919 8.195 - - -
Museum
23 Ronggowarsito 28.768 110.758 124.743 34.650.000 - 214.812.000
24 Sam Poo Kong 200 2.185 2.311 1.140.000 10.177.880 13.280.000
25 TBRS 5.291 38.098 40.557 - 17.147.000 19.262.500
26 Vihara Budha Gaya 11.099 11.378 21.095 - - -
CFD Pemuda
27 &Pahlawan 92.095 101.771 107.877 - - 107.876.200
28 Dugderan 27.000 - 27.000 - - 27.000.000
Semarang Night
29 Carnival 42.000 26.000 45.211 - - 45.000.000
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa objek wisata yang memiliki jumlah

pengunjung tertinggi adalah pantai Marina dengan jumlah pengunjung 433.205

orang pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 dengan jumlah 600.947

orang kemudian terjadi penurunan pada tahun 2015 dengan jumlah 468.926 orang,

namun masih menjadi yang tertinggi diantara objek wisata yang lain di tahun yang

sama. Pendapatan tertinggi objek wisata di kota Semarang adalah Water Blaster

dengan pendapatan sebesar Rp 4.570.182.373 pada tahun 2013 dan meningkat

pada tahun 2014 sebesar Rp 4.890.977.841 kemudian pada tahun 2015 Lawang

Sewu menjadi objek wisata dengan pendapatan tertinggi yaitu sebesar Rp

5.956.145.000. Objek wisata yang memiliki jumlah pengunjung terendah dan

pendapatan terendah adalah adalah Sam Poo Kong. Pada tahun 2013 jumlah

pengunjung Sam Poo Kong adalah 200 orang dengan pendapatan Rp 1.140.000
8

dan terus meningkat pada tahun 2014 dengan jumlah pengunjung 2.185 orang dan

pendapatan sebesar Rp 10.177.880. serta pada tahun 2015 jumlah pengunjung

2.311 orang dengan pendapatan Rp 13.280.000.

Dari banyaknya objek wisata dan event yang terdapat di Kota Semarang

ternyata masih ada objek wisata yang memiliki potensi namun kurang

berkembang, salah satunya adalah objek wisata ISC (International Sport Club).

Penelitian ini mengambil kasus di ISC karena selama periode 2013-2015 ISC

selalu mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan, bahkan terjadi

penurunan drastis pada tahun 2015 yaitu sekitar 67% jumlah kunjungan

wisatawannya. Pada tahun 2013 ISC mampu menarik pengunjung hingga 39.216

orang kemudian terus menurun pada tahun 2014 dengan kunjungan 31.007 orang

dan 9.952 orang pada tahun 2015.

Penurunan jumlah pengunjung di ISC juga berdampak pada penurunan

pendapatan objek wisata tersebut. Pada tahun 2013 pendapatan ISC yaitu Rp

1.256.891.500 dan terus menurun pada tahun 2014 dengan pendapatan Rp

1.035.072.000 serta pada tahun 2015 dengan pendapatan hanya Rp 113.540.327.

ISC merupakan objek wisata yang dirancang untuk melakukan kegiatan

olahraga atau sering disebut sport center namun dalam skala kecil. Objek wisata

yang beralamat di Jalan Letnan Jenderal MT Haryono 1014-1016, Lamperkidul,

Semarang ini memiliki beberapa fasilitas untuk berolahraga seperti futsal, tenis

dan kolam renang untuk berenang. ISC memiliki 23 tenaga kerja yaitu 17 tenaga

kerja laki-laki dan 6 tenaga kerja perempuan. ISC juga merupakan kompleks
9

olahraga mini yang menyediakan beberapa fasilitas olahraga di Kota Semarang

selain itu objek wisata tersebut letaknya strategis karena berada di tengah kota.

Gambar 1. 1
Objek Wisata International Sport Club Kota Semarang

Menurut Spillane (1987) dalam Yoeti (2008) jenis-jenis pariwisata dibagi

menjadi 6 jenis yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan, pariwisata untuk

rekreasi, pariwisata untuk kebudayaan, pariwisata untuk olahraga, pariwisata

untuk bisnis dan pariwisata untuk berkonvensi. ISC merupakan objek wisata yang

dirancang untuk pariwisata olahraga. Pariwisata olahraga ini dapat dibagi lagi

menjadi 2 jenis yaitu Sport Event dan Sporting Tourism of the Practitioner. ISC

menawarkan kedua jenis pariwisata olahraga tersebut karena ISC beberapa kali

menyediakan sarana untuk event olahraga seperti kompetisi futsal dan kompetisi

tenis serta menawarkan sarana prasarana olahraga yang dapat dimanfaatkan


10

pengunjung untuk dipraktekan sendiri seperti berenang, bermain futsal dan lain-

lain.

ISC memiliki potensi karena memiliki beberapa fasilitas olahraga dan

tempatnya yang strategis di Kota Semarang, namun potensi tersebut dirasa kurang

mampu untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke ISC. Hal ini terbukti

dari data yang diperoleh dari dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah yang

menyatakan bahwa terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan dan

pendapatan objek wisata tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian di ISC dengan judul “Strategi Pengembangan Objek Wisata

International Sport Club di Kota Semarang” supaya penulis mampu mengetahui

kondisi internal dan eksternal ISC dengan mengidentifikasi kelebihan-kelebihan

dan kelemahan-kelemahan objek wisata ISC, serta mengetahui strategi apa yang

akan dilakukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan pendapatan objek

wisata tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

ISC merupakan salah satu objek wisata di kota Semarang yang mempunyai

potensi. Potensi tersebut dapat dilihat dari letaknya yang strategis dan salah satu

mini sport center yang menyediakan beberapa fasilitas olahraga, namun potensi

tersebut belum cukup optimal untuk menambah jumlah pengunjung dan

pendapatan objek wisata ISC. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal objek wisata ISC?


11

2. Strategi apa yang dapat dikembangkan oleh pihak pengelola untuk

memikat wisatawan dan menambah pendapatan objek wisata ISC?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan

eksternal objek wisata ISC.

2. Mengetahui strategi apa yang dapat dikembangkan oleh pihak pengelola

untuk memikat wisatawan dan menambah pendapatan objek wisata ISC.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti untuk memberikan gambaran secara langsung bagaimana

kondisi objek wisata ISC dan memperluas wawasan tentang konsep

strategi pengembangan pariwisata serta memberikan masukan tentang

analisis pengembangan pariwisata di tempat penelitian.

2. Bagi akademisi sebagai sumber informasi dan bahan referensi

pertimbangan dalam menyusun penelitian selanjutnya tentang strategi

pengembangan pariwisata.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pemerintah Kota Semarang, sebagai salah satu pertimbangan

dalam mengambil kebijakan khususnya tentang strategi pengembangan

pariwisata.
12

2. Bagi objek wisata yang diteliti sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil kebijakan dalam pengambilan keputusan terkait

pengembangan objek wisata tersebut.

3. Bagi pemangku kepentingan maupaun investor, sebagai bahan

pertimbangan dalam menanamkan modalnya di objek wisata ISC.


13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Pariwisata

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,

yang dimaksud dengan pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Adapun pariwisata

dideskripsikan sebagai kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

daerah.

Menurut Yoeti (2008) menjelaskan bahwa Pariwisata sebagai suatu aktivitas

manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian

diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negeri, meliputi

pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan

yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia

memperoleh pekerjaan tetap.

Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 2009, penyelenggaraan pariwisata

bertujuan:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

3. Menghapus pengangguran
14

4. Mengatasi kemiskinan

5. Melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya

6. Memajukan kebudayaan

7. Mengangkat citra bangsa

8. Memupuk rasa cinta tanah air

9. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan

10. Mempercepat persahabatan antar bangsa

2.2 Jenis-Jenis Pariwisata

Berdasarkan motif perjalanan, pariwisata dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis (Spillane, 1987 dalam Yoeti ,2008) yaitu:

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure tourism). Pariwisata

jenis ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya

dengan tujuan untuk berlibur, memenuhi keingin-tahuannya,

mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang, maupun untuk melihat

sesuatu yang baru.

b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation tourism). Jenis pariwisata ini

dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk

tujuan beristirahat, memulihkan kondisi jasmani dan rohaninya,

maupun untuk menyegarkan keletihan dan kelelahannya. Biasanya

mereka akan tinggal selama mungkin di tempat-tempat wisata agar

menemukan kenikmatan yang diperlukan.


15

c. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural tourism). Jenis pariwisata ini

ditandai dengan motivasi ingin belajar di pusat-pusat penelitian dan

riset, untuk mempelajari adat istiadat dari daerah yang berbeda, maupun

untuk mengunjungi monumen bersejarah.

d. Pariwisata untuk olahraga (Sport tourism). Jenis pariwisata ini

bertujuan untuk olahraga, baik hanya sekedar menjadi penonton

maupun olahragawan yang ingin mempraktekkan sendiri.

e. Pariwisata untuk urusan dagang (Bussines tourism). Pariwisata jenis ini

menekankan pada pemanfaatan waktu luang oleh pelakunya disela-sela

kesibukan bisnis yang sedang dijalani. Biasanya waktu luang tersebut

akan dimanfaatkan untuk mengunjungi berbagai obyek wisata yang ada

di daerah tujuan.

f. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention tourism). Motif pariwisata

jenis ini biasanya dilatar belakangi oleh adanya agenda rapat atau

konferensi yang biasanya dihadiri oleh banyak orang dari berbagai

daerah atau negara yang berbeda, sehingga mengharuskan untuk tinggal

beberapa hari di daerah atau negara penyelenggara konferensi tersebut.

2.3 Objek Wisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan

daya tarik wisata. Seorang wisatawan berkunjung ke suatu tempat, daerah atau

negara karena tertarik oleh sesuatu yang menarik dan menyebabkan wisatawan
16

berkunjung ke suatu tempat disebut daya tarik dan atraksi wisata (Mappi, 2001).

Dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990, objek dan daya tarik wisata adalah

segala yang menjadi sarana perjalanan wisata.

Menurut Mappi (2001) Objek wisata dikelompokan ke dalam tiga jenis,

yaitu:

a. Objek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung (berapi), danau,

sungai, fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan

alam dan lain-lain.

b. Objek wisata budaya, misalnya: upacara kelahiran, tari-tari

(tradisional), musik (tradisional), pakaian adat, perkawinan adat,

upacara turun ke sawah, upacara panen, cagar budaya, bangunan

bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun

(tradisional), tekstil lokal, pertunjukan (tradisional), adat istiadat lokal,

museum dan lain-lain.

c. Objek wisata buatan, misalnya: sarana dan fasilitas olahraga, permainan

(layangan), hiburan (lawak atau akrobatik, sulap), ketangkasan (naik

kuda), taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan

lain-lain.

d. Dalam membangun objek wisata tersebut harus memperhatikan

keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, sosial budaya daerah

setempat, nilai-nilai agama, adat istiadat, lingkungan hidup, dan objek

wisata itu sendiri. Pembangunan objek dan daya tarik wisata dapat
17

dilakukan oleh Pemerintah, Badan Usaha maupun Perseorangan dengan

melibatkan dan bekerjasama pihak-pihak yang terkait.

Menurut UU Nomor 9 Tahun 1990 disebutkan bahwa objek dan daya tarik

wisata terdiri dari:

a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang

berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.

b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud

museum, peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata

petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, objek wisata dapat diklasifikasikan menjadi

dua macam wisata yaitu wisata buatan manusia dan wisata alam.

2.4 Strategi Pengembangan Pariwisata

Menurut Rangkuti (2003) strategi adalah kegiatan perusahaan untuk mencari

kesesuaian antara kekuatan-kekuatan internal perusahaan dan kekuatan-kekuatan

eksternal (peluang dan ancaman) suatu pasar. Adapun kegiatannya meliputi

pengamatan secara hati-hati terhadap persaingan, peraturan tingkat inflasi, siklus

bisnis, keunggulan dan harapan konsumen serta faktor-faktor lain yang dapat

mengidentifikasi peluang dan ancaman.

Yoeti (2008) menyatakan bahwa dalam perencanaan strategis suatu daerah

tujuan wisata dilakukan analisis lingkungan dan analisis sumber daya. Tujuan

analisis ini tidak lain adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber daya

utama, terutama mengenai kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)


18

organisasi atau lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengembangan

pariwisata di daerah tujuan wisata tersebut.

Menurut Yoeti (2008), hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

suatu tempat menjadi suatu tempat tujuan wisata, agar dapat menarik untuk

dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi tiga syarat yaitu:

a. Tempat itu harus menpunyai “something to see” yaitu harus mempunyai

objek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki

oleh tempat lain.

b. Di tempat tersebut harus mempunyai “something to do” di tempat

tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan serta harus

banyak disediakan fasilitas rekreasi atau amusements yang dapat

membuat mereka betah di tempat itu.

c. Di tempat tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan “something

to buy”, ditempat tersebut harus tersedia souvenir dan kerajian rakyat

sebagian oleh-oleh atua souvenir untuk dibawa pulang ketempat asal

masing-masing. Selain itu juga harus ada sarana-sarana lain, seperti

money charger, bank, kantor pos, kontor telpon, dan lain sebagainya.

Menurut Yoeti (2008) dalam dalam Tahajuddin (2011), pengembangan

pariwisata tidak dapat dilepaskan dari perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan

pembangunan di sektor lainnya. Oleh karena itu, dalam pengembangan pariwisata

dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu dan ada beberapa prinsip perencanaan

pariwisata, diantaranya:
19

a. Perencanaan harus memiliki satu kesatuan dengan pembangunan

regional atau nasional dari pembangunan perekonomian suatu negara.

b. Perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki pendekatan

terpadu dengan sektor-sektor lainnya, terutama sektor pertanian, jasa,

perdagangan, dan sektor transportasi.

c. Perencanaan suatu daerah tujuan pariwisata harus berdasarkan suatu

studi yang khusus dibuat untuk daerah tersebut dan dengan

memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan alam serta budaya di

daerah yang bersangkutan.

d. Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah harus

diikuti oleh adanya perencanaan fisik daerah yang bersangkutan secara

keseluruhan.

e. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata tidak hanya

memperhatikan segi administrasi saja tetapi juga didasarkan atas

penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar, faktor geografis

dan ekologi dari daerah yang bersangkutan.

Dalam melakukan pengembangan kepariwisataan, perlu dilakukan

pendekatan terhadap organisasi pariwisata yang ada (baik pemerintah,

masyarakat, dan swasta) serta pihak-pihak terkait guna mendukung kelangsungan

pembangunan pariwisata di daerah tersebut (Eko Tahajuddin, 2011). Oleh karena

itu, dalam perencanaan kepariwisataan dibutuhkan perumusan yang cermat dan

diambil kata sepakat, apa yang menjadi kewajiban pemerintah dan mana yang

menjadi tanggung jawab pihak swasta, sehingga dalam pengembangan selanjutnya


20

tidak terjadi tumpang tindih yang dapat menimbulkan perbedaan antara satu pihak

dengan pihak yang lain.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan acuan dan penunjang untuk

melakukan penelitian yang baru termasuk dalam penelitian ini. Adapun penelitian

terdahulu yaitu sebagai berikut.

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Metode Hasil
(Tahun)
1 Eko Syamsul Pengembangan Analisis Hasil analisis SWOT menyebutkan
Ma’arif Objek Wisata SWOT bahwa kebijakan yang disarankan
Tahajuddin Wonderia di Kota dan AHP adalah strategi progresif karena
(2011) Semarang Wonderia berada pada kuadran I yang
berarti Wonderia mempunyai potensi
untuk dikembangkan di masa yang
akan datang, sedangkan hasil AHP
menyebutkan bahwa kriteria yang harus
diprioritaskan adalah aspek infrastuktur
dengan nilai 0,413. Namun untuk
keseluruhan alternatif yang
direkomendasikan oleh key person
dalam AHP, kebijakan yang menjadi
prioritas adalah alternatif standarisasi
dengan nilai 0,167.
2 Rendi Redona Strategi Analisis Kawasan Wisata Gunung Tidar berada
(2015) Pengembangan SWOT pada posisi kuadran V. Hal ini berarti
Produk Kawasan bahwa strategi yang harus diterapkan
Wisata Gunung yaitu pertahankan dan pelihara (strategi
Tidar tidak berubah). Strategi umum yang
diterapkan yaitu strategi pengembangan
produk tambahan maupun market
share. Berdasarkan analisis SWOT
diketahui bahwa empat strategi
alternatif yang relevan diterapkan
adalah strategi pengembangan produk,
strategi pengembangan promosi,
strategi pariwisata berkelanjutan dan
pengembangan kelembagaan dan SDM.
21

3 Angga Pradikta Strategi Analisis Pengembangan sektor pariwisata di


(2013) Pengembangan SWOT Obyek Wisata Waduk Gunungrowo
Obyek Wisata Indah berada di posisi Strategi
Waduk Gunungrowo Pertumbuhan. Dalam diagram
Indah Dalam Upaya menunjukkan bahwa titik potong
Meningkatkan PAD (1,39;0,91) berada pada kuadran I
Kabuoaten Pati dimana situasi tersebut dapat dilakukan
dengan memanfaatkan kekuatan dan
peluang agar dapat meningkatkan
pertumbuhan Obyek Wisata Waduk
Gunungrowo Indah. Perolehan rata-rata
kontribusi Obyek Wisata Waduk
Gunungrowo Indah terhadap
Pendapatan Asli Daerah tahun 2007-
2011 adalah 0,000136 %.
4 Amrullah Rajab Strategi AHP Dari ketiga aspek yaitu aspek
H.N (2016) Pengembangan infrastruktur, aspek promosi dan aspek
Obyek Kampoeng kelembagaan dalam pengembangan
Wisata Taman Lele obyek Kampoeng Wisata Taman Lele,
Semarang responden memiliki aspek infrastruktur
sebagai prioritas utama dan peremajaan
wahana serta wahana baru merupakan
kebijakan yang paling optimal dalam
pengembangan obyek Kampoeng
Wisata Taman Lele untuk
meningkatkan jumlah pengunjung
dengan inkonsistensi ≤ 0,1 yang berarti
konsisten dan dapat diterima
5 Billy Castyana Pengaruh Program Metode Peningkatan terjadi di daerah tujuan
Soetardji, Eri Pariwisata Olahraga Survei wisata Candi Borobudur hingga
Pratikno Borobudur Interhash 35,97%, Candi Mendut
Dwikuncoro 2012 Dalam mencapai 94,64%, dan Ketep Pass
(2013) Meningkatkan 37,04%. Hal ini diperkuat oleh angket
Kunjungan yang menunjukkan
Wisatawan bahwa kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Indonesia karena motivasi kebudayaan
Magelang dan Kabupaten Magelang
merupakan salah satu Kabupaten yang
memiliki peninggalan kebudayaan
terbesar. Selain itu,
pedagangdan paguyuban pemandu
wisata mengatakan bahwa ada
peningkatan pengunjung setelah
peristiwa berlangsung.
22

6 Muhammad Valuasi Ekonomi Analisis Hasil regresi variabel akses, travel


Izzuddin Dan Strategi regresi, motivation dan biaya perjalanan
Furqony (2017) Pengembangan Valuasi berpengaruh signifikan positif terhadap
Wisata Alam Ekonomi permintaan jumlah kunjungan. Variabel
Pendakian dan dan pendapatan berpengaruh signifikan
Mawar Camp Area Analisis negatif terhadap jumlah permintaan
Gunung Ungaran SWOT kunjungan. Hasil valuasi ekonomi
Kabupaten diperoleh surplus konsumen wisatawan
Semarang Melalui adalah sebesar Rp 2.278.099,026 per
Pendekatan individu per tahun atau sebesar Rp
Individual Travel 759.366,342 per satu kali kunjungan.
Cost Besarnya manfaat yang diperoleh oleh
wisatawan melebihi rata-rata biaya
perjalanan yang harus dikeluarkan
wisatawan yaitu sebesar Rp 138.964
per kunjungan. Hasil perhitungan untuk
nilai total ekonomi melalui pendekatan
biaya perjalanan individu maka
diperoleh nilai total ekonomi Basecamp
Mawar adalah sebesar Rp
8.212.546.988,73 per tahun. strategi
pengembangan yang dapat dilakukan
untuk pengembangan Basecamp Mawar
melalui strategi pertumbuhan agresif
adalah dengan meningkatkan dan
menata seluruh fasilitas dan pelayanan
pengunjung demi menjaga image
positif Basecamp Mawar sebagai
wisata alam, menjaga dan melindungi
kelestarian alam Basecamp Mawar,
optimalisasi promosi dan kerjasama
dengan berbagai pihak untuk
perkembangan Basecamp mawar.
Berdasarkan judul penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah ada

persamaan dalam tujuan dilakukannya penelitian yaitu strategi pengembangan

pariwisata kecuali pada penelitian yang dilakukan oleh Billy Soetardji dan Eri

Kuncoro, karena penelitian ini mencari pengaruh kegiatan pariwisata terhadap

jumlah kunjungan wistawan. Analasis dalam penelitian ini adalah menggunakan


23

analisis SWOT, sama dengan analisis yang digunakan oleh Rendy Redona, Angga

Pradikta, Furqony dan Eko Tahajuddin namun Eko menggunakan tambahan

analisis AHP, sedangkan Amrullah Rajab menggunakan AHP dan Billy

menggunakan metode survei serta Furqony menambahkan regresi dan valuasi

ekonomi. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah ISC yang merupakan objek

wisata berdasar sport tourism, sedangkan semua penelitian terdahulu

menggunakan objek wisata yang berbeda dari sport tourism kecuali penelitian

yang dilakukan oleh Billy dan Eri yang sama-sama menggunakan objek wisata

atau event yang berbasis sport tourism namun berbeda objek wisata yaitu mereka

meneliti tentang Program Pariwisata Olahraga Borobudur Interhash.

2.6 Kerangka Berpikir

Kota Semarang memiliki potensi dalam sektor pariwisatanya termasuk

dalam hal objek wisata namun ada salah satu objek wisata yang kurang

berkembang yaitu ISC. Kerangka berfikir ini akan menjelaskan secara sederhana

bagaimana gambaran penelitian ini secara terstruktur. Berikut adalah kerangka

berfikirnya:
24

ISC Kurang Berkembang

Jumlah Wisatawan Pendapatan ISC


Menurun Menurun

Upaya Meningkatkan Jumlah Kunjungan


Wisatawan Agar Pendapatan ISC Juga
Meningkat

Identifikasi Objek Pengembangan


Wisata ISC Objek Wisata ISC

Analisis Deskriptif Analisis SWOT

Kriteria Program Yang Dapat Dikembangkan

Strategi Pengembangan Objek Wisata ISC


Gambar 2. 1. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir di atas menjelaskan secara sederhana bagaimana

penelitian ini ditulis. Bermula pada saat ISC kurang berkembang yang didukung

oleh adanya data yang menyebutkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke ISC

dan jumlah pendapatan menurun. Penurunan ini adalah masalah, kemudian timbul

upaya untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan strategi pengembangan

pariwisata agar jumlah wisatawan dan pendapatan ISC meningkat. Ada dua

metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif untuk

identifikasi ISC dan analisis SWOT untuk mengetahui strategi pengembangan


25

prioritas. Kedua metode tersebut akan menjawab permasalahan penelitian yaitu

bagaimana kondisi ISC dan strategi apa yang akan digunakan ISC untuk

meningkatkan jumlah wisatawan dan pendapatan ISC.


26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Model Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Moeloeng (2004)

mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang

bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah

dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara

peneliti dengan fenomena yang diteliti.

3.2 Fokus dan Lokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi objek wisata

ISC dan membuat strategi pengembangan lewat metode SWOT agar terjadi

peningkatan jumlah wisatawan, karena pada tahun 2013-2015 terjadi penurunan

jumlah wisatawan yang berkunjung. Lokus dalam penelitian ini adalah lokasi

penelitian yaitu objek wisata International Sport Club di Kota Semarang.

3.3 Sumber Data Penelitian

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi langsung,

wawancara dan kuesioner melalui responden yaitu pengunjung. Data primer

digunakan untuk menentukan kebijakan strategi yang dapat dikembangkan dalam

analisis SWOT. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari BPS Provinsi Jawa Tengah berupa data PDRB ADHK 2010 Tahun 2013-
27

2015, DPKAD Kota Semarang berupa data Realisasi PAD Kota Semarang Tahun

2013-2015 serta dari Dinas Kebudayaan dan Provinsi Jawa Tengah berupa data

Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Objek Wisata Kota Semarang Tahun 2013-

2015.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara

yaitu pengumpulan data primer dan sekunder.

1. Pengumpulan data primer

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan

pengamatan dilapangan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan secara lisan untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan peneliti secara mendalam kepada pihak pengelola dan

pengunjung.

c. Kuesioner

Kuesioner adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa kuesioner

SWOT.
28

2. Pengumpulan data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait dalam penelitian ini. Data

sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa

Tengah berupa data PDRB ADHK 2010 Tahun 2013-2015, DPKAD Kota

Semarang berupa data Realisasi PAD Kota Semarang Tahun 2013-2015 serta dari

Dinas Kebudayaan dan Provinsi Jawa Tengah berupa data Jumlah Pengunjung

dan Pendapatan Objek Wisata Kota Semarang Tahun 2013-2015.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2004) dalam Tahajjudin (2011) mendeskripsikan populasi

sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu. Populasi tersebut meliputi seluruh karakteristik

atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di ISC.

Adapun yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2004 dalam Tahajjudin,

2011). Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode insidental random

sampling yaitu merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila

dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2007

dalam Angga Pradikta, 2013).

Untuk mengetahui besaran jumlah sampel pengunjung, dapat digunakan

pendekatan Slovin (Pradikta, 2013) sebagai berikut:


29

𝑁
n = 1+𝑁𝑒 2

Dimana:

n : Ukuran Sampel

N : Ukuran Populasi (rata-rata pengunjung tahun 2013-2015)

e : Persentase kelonggaran kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa

ditolerir ditetapkan 10%


𝑁
n = 1+𝑁𝑒 2

26725
n = 1+26725(10%)2

26725
n = 268,25

n = 99,63

n = 100

Dari data mengenai perhitungan sampel diatas terdapat 100 sampel jadi

responden pengunjung dalam penelitian ini adalah 100 responden.

3.6 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis SWOT.

Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama,

yaitu untuk mengetahui dan mengidentifikasi bagaimana kondisi internal dan

eksternal objek wisata ISC. Sedangkan metode analisis SWOT untuk menjawab

rumusan masalah yang kedua, yaitu untuk bagaimana strategi pengembangan

objek wisata ISC.


30

3.6.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal

dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi,

catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moloeng, 2004).

3.6.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis

situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006 dalam Angga Pradikta, 2013).

Dalam analisis SWOT terdapat tiga tahapan dalam proses penyusunan

perencanaan strategis (Freddy Rangkuti, 2005) yakni:

1) Tahap pengumpulan data

Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan mengumpulkan data,

tetapi juga merupakan kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Tahap


31

pengumpulan data dapat dibagi menjadi dua, yakni data eksternal berupa EFAS

(External Factors Analysis Strategic) dan data internal berupa IFAS (Internal

Factors Analysis Strategic). Berikut adalah matrik EFAS dan IFAS:

Tabel 3. 1

Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

EFAS Bobot Rating Bobot X Rating Keterangan

Peluang X X X

Jumlah X X X

Ancaman X X X

Jumlah X X X

Total X X X

Sumber: Fredi Rangkuti (2004) dalam Eko Tahajuddin (2011) dengan modifikasi

Tabel 3. 2

Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)

IFAS Bobot Rating Bobot X Rating Keterangan

Kekuatan X X X

Jumlah X X X

Kelemahan X X X

Jumlah X X X

Total X X X

Sumber: Fredi Rangkuti (2004) dalam Eko Tahajjudin (2011) dengan modifikasi
32

Cara menentukan faktor-faktor EFAS antara lain:

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil

diberi rating 1)

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan kolom 4 (Rangkuti, 2006 dalam Pradikta, 2013).

Cara menentukan faktor-faktor IFAS antara lain:

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada kolom

satu.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-

faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.


33

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing faktor dengan memberi skala

mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1(poor), berdasarkan pengaruh

faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4 (Rangkuti, 2006 dalam Pradkita, 2013).

2) Tahap Penentuan Bobot dan Skor

Penentuan bobot pada faktor internal objek wisata dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan berupa kuesioner kepada responden terpilih dengan

menggunakan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Dalam

menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 3,2,1.

Keterangan :

3 = Jika indikator kolom vertikal lebih penting daripada indikator lainnya


(kolom horisontal)
2 = Jika indikator kolom vertikal sama penting dengan indikator lainnya
(kolom horisontal)
1 = Jika indikator kolom vertikal tidak lebih penting daripada indikator
lainnya (kolom horisontal)

Tabel 3.3
Pemberian Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor Strategi
A B C D (....) Total Bobot
Internal
A
B
C
D
(....)
Total
Sumber : Kinnear dalam Furqony (2017)
34

Tabel 3.4
Pemberian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategi
A B C D (....) Total Bobot
Eksternal
A
B
C
D
(....)
Total
Sumber : Kinnear dalam Furqony (2017)

Perhitungan bobot dilakukan dengan menggunalan rumus Kinnear dan

Taylor (1991):

𝑋𝑖
𝛼=
∑𝑛𝑖−1 𝑋𝑖

Keterangan :

αi = Bobot peubah ke-i

Xi = Nilai peubah ke-i

I = 1,2,3,......n

n = Jumlah peubah

Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor akan

mengidentifikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan

dalam pengembangan objek wisata ISC. Hal ini tanpa memperdulikan apakah

faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, tetapi faktor yang

dianggap memiliki pengaruh besar dalam kinerja pengembangan objek wisata

ISC. Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel
35

terhadap jumlah keseluruhan nilai variabel. Pemberian bobot masing-masing

variabel dimulai dari skala 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (sangat tidak penting),

semua bobot tersebut tidak boleh melebihi skor total 1,00.

Sedangkan pemberian bobot untuk analisis eksternal pengembangan objek

wisata dilakukan sebaliknya. Bobot faktor eksternal berkisar 0,0 (tidak penting)

hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot tersebut

mengidentifikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan

strategi pengembangan objek wisata ISC. Dengan mengabaikan apakah faktor

kunci tersebut merupakan peluang dan ancaman. Faktor yang dianggap

mempunyai pengaruh paling besar dalam pengembangan objek wisata ISC harus

diberikan bobot yang paling tinggi dengan jumlah keseluruhan bobot haus sama

dengan 1,00.

Tabel 3.5
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Faktor-faktor Strategi Internal dan
Bobot Rating Bobot x Rating
Eksternal
Kekuatan
Kelemahan
Total
Ancaman
Kekuatan
Total
Sumber : Rangkuti, 2015
36

3) Tahap Analisis

Setelah informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan objek wisata

ISC dikumpulkan, tahap selanjutnya adalah memasukkan total skor strategi

internal dan eksternal kedalam matriks ground seperti gambar berikut :

Peluang (opportunities)

3. Mendukung strategi turn-around 1. Mendukung strategi agresif

Kelemahan (weakness) Kekuatan (strenghts)

2. Mendukung strategi diversifikasi


4. Mendukung strategi defensif

Ancaman (threats)

Gambar 3. 1. Model SWOT

Kuadran 1: Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut

memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Adapun strategi yang harus diterapkan dalam

kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

(Growth Oriented Strategy).

Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Stategi yang harus dipilih

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang yakni dengan cara diversifikasi (produk/pasar).


37

Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, namun

disaat yang bersamaan juga mempunyai kelemahan dari segi

internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan

masalah-masalah internalnya, sehingga perusahaan tersebut dapat

merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4: Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan karena

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dari faktor

eksternal dan juga memiliki kelemahan dari sisi internal. Adapun

strategi yang dapat diterapkan dalam kondisi seperti ini adalah

strategi defensif dalam arti mengurangi atau merubah bentuk

keterlibatan satuan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan yang

bersangkutan.

Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan informasi tersebut ke dalam

rumusan strategi. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis

pengembangan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara

jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik analisis

SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. Analisis ini

digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau

tantangan yang dimiliki.


38

Tabel 3.6
Matrik SWOT

IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

 Tentukan 5-10  Tentukan 5-10


faktor-faktor faktor-faktor
kekuatan kelemahan
EFAS
internal internal

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

 Tentukan 5-10 Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang


faktor-faktor yang menggunakan meminimalkan
peluang eksternal kekuatan untuk kelemahan untuk
memnafaatkan memanfaatkan
peluang peluang

THREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

 Tentukan 5-10 Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang


faktor-faktor yang menggunakan meminimalkan
ancaman eksternal kekuatan untuk kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman
Sumber: Freddy Rangkuti (2006) dalam Pradikta (2013)

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Apabila di dalam

kajian terlihat peluang-peluang yang tersedia ternyata juga memiliki posisi

internal yang kuat, maka sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan

komparatif. Dua elemen sektor pariwisata eksternal dan internal yang baik

ini tidak boleh dilepaskan begitu saja, tetapi akan menjadi isu utama

pengembangan. Meskipun demikian dalam proses pengkajiannya tidak

boleh dilupakan adanya berbagi kendala dan ancaman perubahan, kondisi


39

lingkungan yang terdapat di sekitarnya untuk digunakan sebagai usaha

untuk keunggulan komparatif tersebut.

b. Strategi ST

Startegi ST merupakan strategi dalam menggunakan yang dimiliki

dalam mengatasi ancaman. Strategi ini mempertemukan interaksi antara

ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasi untuk memperlunak

ancaman atau tantangan tersebut dan sedapat mungkin merubahnya menjadi

peluang bagi pengembangan selanjutnya. Ini adalah strategi dalam

menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi WO diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Kotak ini merupakn kajian

yang menuntut adanya kepastian dari berbagai peluang dan kekurangan

yang ada. Peluang yang besar di sini akan dihadapi oleh kurangnya

kemampuan sektor untuk menangkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan

secara hati-hati untuk memilih dan menerima peluang tersebut. Khususnya

dikaitkan dengan keterbatasan potensi kawasan, strategi ini diterapkan

berdasarkan pemanfaaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan

kelemahan yang ada.


40

d. Strategi WT

Merupakan tempat menggali berbagai kelemahan yang akan dihadapi

ISC dalam pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari pertemuan antara

ancaman dan tantangan dari luar dengan kelemahan yang terdapat di dalam

kawasan. Strategi yang harus ditempuh adalah mengambil keputusan untuk

mengendalikan kerugian yang akan dialami dengan sedikit membenahi

sumber daya internal yang ada. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang

bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.
41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 . 1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

International Sport Club merupakan salah satu tempat wisata yang berada di

Kota Semarang yang beralamat di jalan Letnan M.T Haryono 1014-1016 Lamper

Kidul, Semarang, Jawa Tengah, berdekatan dengan Java Super Mall dan

bersebelahan dengan pasar kambing. ISC buka setiap hari pukul 07.00 WIB -

24.00 WIB.

Gambar 4.1 Peta objek wisata ISC

Untuk sampai ke ISC bisa melalui mana saja karena tempat ini yang

strategis dan berada di kota, yaitu lewat kendaraan umum ataupun kendaraan

pribadi. Untuk kendaraan umum bisa menggunakan Trans Semarang melalui

koridor III (Pelabuhan Tanjung Emas – Akademi Kepolisian) dan melalui Koridor

V (Meteseh – PRPP) kemudian berhenti di Halte transit Java Supermall lalu


42

berjalan beberapa meter saja ke ISC. Untuk kendaraan pribadi bisa menggunakan

google maps untuk menuju ke ISC jika tidak mengetahui letak objek wisata ini.

ISC merupakan tempat wisata yang menawarkan pariwisata olahraga.

Beberapa fasilitas olahraga terdapat di tempat ini diantaranya 2 kolam renang, 4

lapangan tenis dan 2 lapangan futsal. Ada faslilitas lain penunjang objek wisata ini

yaitu tempat parkir, toilet, loker dan kamar ganti pakaian.

Gambar 4.2 Berbagai fasilitas olahraga ISC

4.1.2 Deskripsi Fasilitas ISC

Berikut merupakan beberapa fasilitas-fasilitas olahraga yang berada di ISC

antara lain:

1. Kolam Renang

ISC memiliki 2 kolam renang yaitu kolam renang outdoor untuk

anak yang dilengkapi dengan arena bermain seperti prosotan dan air
43

mancur, serta kolam renang untuk orang dewasa semi outdoor yang

dilengkapi dengan kanopi agar jika berenang di siang hari tidak panas

terkena sinar matahari maupun hujan. Kelebihan kolam renang ISC adalah

tidak terlalu berbau kaporit dan kondisi air serta kolam yang bersih karena

perawatan berkala dengan membersihkan kolam dua kali seminggu.

Harga tiket untuk berenang di ISC Rp 40.000 untuk hari senin-

jum’at dan Rp 50.000 untuk hari sabtu-minggu. Ada harga yang lebih

murah yaitu tiket terusan dengan 10 kali berenang (jangka waktu 3 bulan)

Rp 35.000 hari biasa maupun weeekend. Kolam renang ISC hanya buka

pada pukul 07.00 WIB – 17.00 WIB.

2. Lapangan Futsal

ISC memiliki 2 lapangan futsal yaitu lapangan futsal outdoor dengan

jenis permukaan berupa semen dan lapangan futsal semi outdoor yang

dilengkapi kanopi dengan jenis permukaan lapangan berupa vinyl

(berbahan dasar karet). Ada beberapa kelebihan dan kelemahan di 2 jenis

lapangan ini. Lapangan dengan permukaan jenis semen memiliki

kelebihan yaitu harga lebih murah untuk menyewa dan perawatan yang

lebih mudah dari pada lapangan jenis vinyl, sedangkan kelemahan

lapangan jenis semen adalah permukaan sangat keras ,sering menyebabkan

cidera dan licin jika berdebu. Kelebihan lapangan vinyl adalah permukaan

lembut dan empuk, tingkat kerataan cukup baik, serta kesat sedangkan

kelemahannya adalah jika sudah lama digunakan akan ada bagian yang
44

terkelupas dan menyebabkan lapangan tidak rata artinya perawatan harus

baik, daya cengkram kurang baik, dan mudah rusak bila lembab atau

basah.

Harga untuk menyewa 2 jenis lapangan di ISC ini juga berbeda,

tentunya lapangan berjenis vinyl lebih mahal. Lapangan berjenis semen

ditawarkan mulai dengan harga Rp 30.000/jam untuk pukul 07.00 – 13.00

WIB, Rp 40.000/jam untuk pukul 13.00 – 18.00 WIB, dan Rp 75.000/jam

untuk pukul 18.00 – 24.00 WIB. Sedangkan lapangan berjenis vinyl

ditawarkan mulai dengan harga Rp 90.000/jam untuk pukul 07.00 – 13.00

WIB, Rp 100.000/jam untuk pukul 13.00 – 18.00 WIB, dan Rp

135.000/jam untuk pukul 18.00 – 24.00 WIB.

Ada penawaran yang lebih murah untuk menyewa lapangan futsal di

ISC yaitu dengan mendaftar sebagai member. Biaya pendaftaran member

Rp 100.000 untuk satu club futsal. Untuk member mendapat potongan

sebesar Rp 15.000 untuk penyewaan lapangan 1 jam dan Rp 20.000 untuk

penyewaan lapangan 2 jam atau lebih.

3. Lapangan Tenis

ISC memiliki 4 lapangan tenis dengan jenis permukaan lapangan

berupa semen. Lapangan tenis tersebut termasuk semi outdoor karena

terdapat kanopi untuk melindungi dari panas matahari dan hujan. Semua

lapangan tenis di ISC berada dalam satu atap kanopi, jadi lapangan-

lapangan tersebut berdampingan satu jajar membentuk persegi panjang.


45

Harga yang ditawarkan untuk menyewa lapangan tenis di ISC Rp

40.000/jam untuk pukul 07.00 – 13.00 WIB, Rp 50.000/jam untuk pukul

13.00 – 18.00 WIB, dan Rp 85.000/jam untuk pukul 18.00 – 24.00 WIB.

Ini belum termasuk Ball Boy (Rp 5.000/jam untuk semua jam main),

namun ini hanya jika diperlukan. Jika tidak ingin repot-repot mengambil

bola yang keluar lapangan atau nyangkut di net bisa menyewa Ball Boy.

ISC juga menjual bola tenis, untuk satu set (4 buah bola) Rp 30.000

namun tidak menjual atau menyewakan raket tenis, jadi perlengkapan

raket tenis harus membawa sendiri. Untuk mendaftar sebagai member

biaya pendaftarannya adalah Rp 120.000 untuk 1 club tenis dan mendapat

potongan Rp 15.000 untuk 1 jam serta Rp 20.000 untuk 2 jam atau lebih.

4.2 Analisis Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal Objek Wisata ISC

Analisis kondisi lingkungan diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

yang menjadi Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weakness), Peluang

(Opportunities), dan Ancaman (Treats) pada pengembangan objek wisata ISC.

Hasil dari analisis tersebut akan digunakan untuk melakukan evaluasi internal

(Internal Factors Anlalysis Strategic / IFAS) dan evaluasi eksternal (External

Factors Analysis Strategic / EFAS).

Kondisi lingkungan internal dapat dilihat dari aspek kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki objek wisata ISC. Faktor internal dalam penelitian ini

meliputi daya tarik, letak geografis dan infrastruktur. Faktor tersebut kemudian

diturunkan menjadi kekuatan dan kelemahan untuk menentukan strategi yang


46

tepat untuk mengembangkan objek wisata ISC yang saat ini mendukung strategi

agresif dalam proses pengembangannya.

Kondisi lingkungan eksternal merupakan keadaan yang ada diluar objek

wisata ISC. Faktor eksternal diturunkan dari variabel persaingan dan dukungan

pemerintah. Variabel tersebut kemudian diturunkan menjadi faktor-faktor yang

memiliki pengaruh kuat untuk dijadikan peluang dan ancaman bagi

pengembangan objek wisataISC.

Berikut adalah analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal objek

wisata ISC:

a. Kekuatan Objek Wisata ISC

Faktor-faktor kekuatan ditentukan berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara kepada pengelola maupun pengunjung objek wisata ISC. Faktor yang

menjadi kekuatan ISC adalah sebagai berikut:

1. Kebersihan Objek Wisata ISC Terjaga.

Kebersihan merupakan salah satu daya tarik dasar yang harus dimiliki

oleh sebuah objek wisata. ISC merupakan objek wisata yang menjaga sekali

kebersihan lingkungan. Hasil pengamatan saya maupun komentar dari

pengunjung, setuju bahwa objek wisata ISC sangat bersih tidak ada sampah, air

kolam bersih, toilet bersih dan wangi. Untuk menjaga agar objek wisata ISC

tetap bersih, pengelola selalu melakukan perawatan kebersihan setiap hari,

kolam dikuras dua kali seminggu, lapangan futsal dan tenis dibersihkan setiap
47

kali mulai berdebu agar tidak licin, serta sanggar senam dibersihkan setiap hari

setelah selesai pemakaian.

2. Tempat Parkir, Kolam Renang dan Halaman Disekitar Kolam Renang Yang

Luas.

Objek wisata ISC memliki tempat parkir yang luas sehingga terasa

nyaman untuk bebas memilih tempat parkir dan tarif parkir di ISC adalah Rp

2.000 reguler, Rp 5.000 inap untuk motor dan Rp 5.000 reguler, Rp 10.000

inap untuk mobil. Kolam renang ISC juga tergolong luas sehingga nyaman

untuk pengunjung. Halaman disekitar kolam juga tergolong luas dan memiliki

pemandangan yang bagus untuk bersantai sehingga pengunjung dapat dengan

nyaman menikmati objek wisata ISC.

3. Fasilitas Olahraga Yang Bagus.

Menurut beberapa pengunjung yang telah saya wawancarai, faslilitas

olahraga ISC ini tergolong bagus. Untuk area kolam renang sudah terdapat

loker untuk menyimpan pakaian, gazebo dan kursi-kursi tempat duduk, serta

toilet yang bersih. Untuk lapangan futsal sudah memakai permukaan vinyl

merupakan sensasi tersendiri bagi para pengunjung futsal, karena di Semarang

jarang ada tempat futsal yang permukaannya Vinyl. Untuk lapangan tenis

tergolong standar saja seperti fasilitas olahraga yang ada di tempat lain namun

sudah cukup bagus untuk melakukan kegiatan olahraga tersebut, apalagi di


48

lapangan tenis sudah dilengkapi dengan kanopi jadi terhindar dari panas

matahari dan hujan.

4. Objek Wisata Berada Didekat Pusat Kota.

Objek wisata ISC berada didekat pusat kota merupakan kelebihan dari

objek wisata ini. Pengunjung dari kota Semarang yang ingin melakukan

kegiatan olahraga berenang, futsal, maupun tenis dapat langsung berkunjung

kesini. Apalagi objek wisata ISC yang berada di jalan M.T Haryono ini cukup

dekat dengan kawasan Simpang Lima Kota Semarang dan Java Supermall, jadi

pengunjung bisa langsung pergi jalan-jalan ke mall setelah berolahraga ke ISC

atau sebelum berolahraga.

5. Kondisi Keamanan Yang Baik Dan Suasana Yang Nyaman.

Keamanan di objek wisata ISC sangat baik. Di gerbang masuk terdapat

penjaga parkir dan satpam yang berjaga. Menurut pengelola ISC tidak pernah

ada tindak kejahatan kriminal seperti curanmor di dalam objek wisata ISC.

Kolam renangpun dijaga oleh penjaga kolam, sewaktu-waktu ada pengunjung

yang tenggelam di kolam penjaga siap siaga. Kondisi keamanan yang baik

tersebut juga berdampak pada kenyamanan pengunjung, karena pengunjung

akan merasa aman jika keamanan tempat tersebut terjaga.


49

6. Lokasi ISC Strategis Sehingga Akses Menuju Objek Wisata Yang Mudah.

ISC berada didekat pusat kota Semarang dan berada di dekat Java

Supermall. Hal ini merupakan keunggulan yang dimiliki ISC. Para pengunjung

yang ingin pergi ke ISC tidak perlu takut untuk tersasar karena tempatnya yang

mudah diketahui. Akses untuk berkunjung ke ISC juga mudah. Para

pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun Trans Semarang

untuk sampai ke ISC. Untuk Trans Semarang bisa melalui koridor III

(Pelabuhan Tanjung Emas – Akademi Kepolisian) dan melalui Koridor V

(Meteseh – PRPP) kemudian berhenti di halte transit Java Supermall lalu

berjalan beberapa meter saja ke ISC.

b. Kelemahan Objek Wisata ISC

1. Promosi Objek Wisata Yang Kurang Maksimal.

ISC selama ini kurang melakukan kegiatan promosinya dengan kurang

maksimal. Tercatat hanya beberapa kali melakukan promosi dengan

memanfaatkan event dari pihak luar, meskipun setiap tahun beberapa kali

menyelenggarakan event namun dirasa kurang cukup untuk meningkatkan

jumlah pengunjung ISC. Di era digitalisasi seperti sekarang ini harusnya pihak

pengelola dapat memanfaatkan sarana media sosial sebagai sarana promosi.

2. Harga Tiket Relatif Mahal.

Harga tiket untuk melakukan kegiatan olahraga di ISC relatif mahal.

Harga untuk berenang sekali di ISC Rp 40.000 per orang dibandingkan dengan
50

kolam renang Semawis atau Marina yang hanya Rp 20.000 - Rp 30.000.

Meskipun tidak semahal Water Blaster atau kolam renang Lakers Club BSB,

fasilitas kolam renang di ISC kurang. Water Blaster memiliki sarana bermain

air yang lebih lengkap dan Lakers Club BSB memliki pemandangan yang

bagus dibandingkan ISC. Untuk sewa lapangan futsal juga relatif mahal, Rp

135.000 per jam untuk jam malam lapangan Vinyl. Namun hal ini patut

dimaklumi karena lapangan vinyl lebih memiliki keamanan dan kenyamanan

saat bermain futsal dibandingkan dengan lapangan permukaan semen maupun

yang rumput sintetis. Untuk lapangan tenis harga sewa tergolong standar

karena rata-rata harga sewa di tempat lain di Semarang kurang lebih sama.

3. Fasilitas Olahraga Yang Kurang Lengkap.

Tempat fasilitas olahraga di ISC kurang lengkap. Menurut beberapa

pengunjung yang saya wawancarai berpendapat bahwa ISC harus memiliki

lapangan bulu tangkis, karena olahraga bulu tangkis cukup populer di

Indonesia, patut disayangkan jika ISC tak memiliki lapangan bulu tangkis.

Selain itu ada yang menambahkan bahwa sport club juga harus memiliki

sarana olahraga lain seperti tenis meja, sanggar senam, squash ataupun gym.

ISC selama ini hanya memiliki beberapa fasilitas olahraga saja yaitu kolam

renang, lapangan futsal dan lapangan tenis.


51

4. Kurangnya Fasilitas Pendukung.

ISC kurang memilki fasilitas pendukung seperti kantin atau cafetaria,

kamar khusus untuk mandi dan wi-fi , padahal kantin diperlukan sebagai

bagian dari tempat wisata dan kamar khusus untuk mandi juga diperlukan

untuk pengunjung sport club setelah mereka berolahraga serta era digital

seperti sekarang segala tempat harus memiliki faslilitas wifi . Selama ini ISC

sudah memiliki toilet yang bisa digunakan untuk keperluan MCK, namun

kamar mandi ini masih sederhana dan belum memiliki shower.

5. Kurangnya Peremajaan Faslilitas Olahraga.

ISC baru meremajakan lapangan futsal permukaan vinyl pada

pertengahan 2017 lalu. Sebelumnya lapangan vinyl adalah lapangan

berpermukaan semen, namun hanya itu saja peremajaan yang telah dilakukan

oleh pihak pengelola ISC. Rencananya lapangan futsal yang satunya juga akan

diremajakan yaitu diganti dengan lapangan rumput sintetis. Untuk kolam

renang dan lapangan tenis belum ada rencana untuk peremajaan.

6. Objek Wisata Kurang Entertaining

Beberapa pengunjung anak muda yang saya wawancarai mengatakan

keluhan tentang ISC yaitu tempat wisata ini kurang entertaining. Mereka

berpendapat bahwa seharusnya tempat wisata zaman sekarang harus bagus

digunakan untuk berfoto-foto karena kebutuhan akan media sosial seperti

Instagram. Menurut pengamatan saya, ISC tempatnya memang terlalu biasa


52

pemandangannya. Akan terasa berbeda jika berenang dan berfoto-foto di kolam

renang Lakers Club BSB yang memiliki pemandangan yang sangat bagus

ataupun berenang dan berfoto-foto di Water Blaster.

c. Peluang Objek Wisata ISC.

1. Kemudahan Mengakses Teknologi Sebagai Sarana Promosi Lewat Media

Sosial.

Di era modern dan digital seperti sekarang, media promosi yang paling

mudah digunakan adalah media sosial, karena hampir semua orang memiliki

media sosial dan kemudahan untuk memakai media tersebut. ISC memiliki

peluang untuk memakai media tersebut sebagai sarana promosi. ISC bisa

memanfaatkan Instagram, twitter, facebook dan path (gratis) ataupun membuat

website pribadi yang berbayar.

3. Adanya Event Yang Diadakan Oleh Pihak Luar.

ISC juga pernah menyediakan sarana untuk event kegiatan keolahragaan

seperti turnamen tenis antar alumni perguruan tinggi Semarang pada oktober

2016, futsal antar SMA/SMK sekecamatan Candisari Semarang november

2016 dan turnamen futsal antar SMP sekecamatan Candisari Semarang pada

maret 2017. Event-event tersebut diadakan oleh pihak luar atau pihak yang

berkepentingan mengadakan turnamen.


53

4. Adanya Sponsorship Dari Pihak Ke Tiga.

Kerja sama dengan sponsor biasanya dilakukan oleh pihak luar ketika

mengadakan event. Menurut pihak pengelola biasanya sponsor yang mengisi

event tersebut adalah Pocari Sweat dan Hydro Coco. Keduanya merupakan

produk minuman.

d. Ancaman Objek Wisata ISC.

1. Tingginya Persaingan Wisata Antar Daerah.

Perkembangan wisata didaerah bisa dikatakan mengalami kemajuan.

Setelah adanya otonomi daerah, setiap daerah berlomba-lomba untuk

memajukan perekonomian daerahnya masing-masing terutama dalam hal

kepariwisataan. Meskipun Semarang bukan daerah yang berbasis pariwisata

namun perkembangan wisata di Semarang memiliki kemajuan dengan adanya

wisata-wisata baru. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi objek wisata ISC.

Meskipun ISC merupakan objek wisata yang berbasis olahraga namun tetap

saja para masyarakat akan lebih memlilih objek wisata yang bagus dan menarik

bagi mereka.

2. Adanya Wisata Sejenis Yang berada Di Kota Semarang

ISC memiliki saingan wisata sejenis yaitu sport club di Kota Semarang

yaitu Paradise Club, Lakers Club BSB dan The Club Graha Padma. Persaingan

ini dapat menjadi ancaman bagi ISC jika tidak melakukan inovasi untuk

menarik pengunjung.
54

3. Belum Adanya Kesadaran Masyarakat Untuk Berwisata Olahraga

Paradigma masyarakat tentang wisata adalah rekreasi, menjernihkan

pikiran dan berlibur ke tempat-tempat wisata seperti pantai, gunung serta

taman bermain. Padahal wisata bisa dilakukan dengan berolahraga, karena

berolahraga pada dasarnya juga dapat menjernihkan pikiran karena melepaskan

hormon endorphin yang akan membuat kita merasa senang. Oleh karena itu

paradigma yang masih menjamur dimasyarakat ini merupakan ancaman bagi

pihak ISC.

4. 3 Analisis SWOT

4. 3. 1 Evaluasi Faktor Internal (IFAS)

Evaluasi faktor internal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal

objek wisata ISC yang berupa kekuatan dan kelemahan. Evaluasi faktor internal

dapat diketahui setelah melakukan pengisian kuesioner SWOT yang dilakukan

oleh pengunjung (responden) kemudian dilakukan peratingan, pembobotan dan

skor. Berdasarkan hasil dari kuesioner tersebut dapat diketahui rating, bobot dan

skor faktor internal pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
No FAKTOR INTERNAL RATING BOBOT SKOR
KEKUATAN
1 Kebersihan Objek Wisata Terjaga 3,41 0,09565 0,32618
Tempat Parkir, Kolam Renang Dan
2 Halaman Di Sekitar Kolam Yang Luas 3,31 0,0915 0,30287
3 Fasilitas Olahraga Yang Bagus 2,68 0,06935 0,18585
55

4 Objek Wisata Berada Di Dekat Pusat Kota 3,7 0,10677 0,39505


Kondisi Keamanan Yang Baik Dan
5 Suasana Yang Nyaman 3,1 0,08458 0,26219
Lokasi ISC sangat strategis sehingga akses
6 mudah 3,52 0,09892 0,34821
JUMLAH 16,2 0,5468 1,8203
KELEMAHAN
Promosi Objek Wisata Yang Kurang
7 Maksimal 3,14 0,08623 0,27076
8 Harga Tiket Relatif Mahal 3,32 0,09265 0,30761
9 Fasilitas Olahraga Yang Kurang Lengkap 2,56 0,06581 0,16847
Kurang Adanya Fasilitas Pendukung
10 Seperti Kantin 3,1 0,08392 0,26016
11 Kurangnya Peremajaan Fasilitas Olahraga 2,64 0,06058 0,15992
12 Objek Wisata Kurang Entertaining 2,72 0,06404 0,17418
JUMLAH 17,48 0,4532 1,3411
TOTAL IFAS 33,68 1 3,1614
Sumber: Data primer, diolah

Berdasarkan tabel 4.1 menujukkan bahwa evaluasi faktor-faktor internal

memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada faktor kekuatan skor tertinggi berada pada

variabel “Objek Wisata Berada Di Dekat Pusat Kota” dengan skor 0,39. Hal

tersebut menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan variabel terpenting dari

faktor kekuatan objek wisata ISC.

Variabel-variabel lain dalam indikator kekuatan seperti “Lokasi ISC sangat

strategis sehingga akses mudah” memiliki skor 0,34 , “Kebersihan Objek Wisata

Terjaga” memiliki skor 0,32 , “Tempat Parkir, Kolam Renang Dan Halaman Di

Sekitar Kolam Yang Luas” memiliki skor 0,3 , “Kondisi Keamanan Yang Baik

Dan Suasana Yang Nyaman” dengan skor 0,26. Sedangkan variabel “Fasilitas

Olahraga Yang Bagus” mendapatkan skor terkecil dari faktor kekuatan yaitu 0,18.
56

Adapun kelemahan-kelamahan dalam faktor internal menunjukkan bahwa

variabel “Harga Tiket Relatif Mahal” mendapatkan skor tertinggi yaitu sebesar

0,3. Hal ini merupakan hal terpenting dari faktor kelemahan yang harus

diperhatikan oleh pihak pengelola ISC. Sedangkan variabel-variabel yang lain

seperti “Promosi Objek Wisata Yang Kurang Maksimal” mendapatkan skor 0,27 ,

variabel “Kurang Adanya Fasilitas Pendukung Seperti Kantin, Kamar Khusus

Mandi Dan Wifi” mendapatkan skor 0,26 , variabel “Objek Wisata Kurang

Entertaining” mendapatkan skor 0,17. Sedangkan variabel “Fasilitas Olahraga

Yang Kurang Lengkap” mendapatkan skor terkecil dalam faktor kelemahan objek

wisata ISC yaitu 0,15.

Dari tabel 4.1 di atas juga menunjukkan bahwa jumlah skor faktor kekuatan

memiliki nilai 1,8 , sedangkan jumlah skor faktor kelemahan memiliki nilai 1,3.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih besar dari pada faktor

kelemahan.

4. 3. 2 Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)

Evaluasi faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui berbagai peluang dan

ancaman yang dapat mempengaruhi objek wisata ISC. Cara tersebut sama dengan

apa yang dilakukan terhadap faktor internal yaitu melakukan pengisian kuesioner

terhadap responden kemudian dilakukan peratingan, pembobotan dan skor.

Berikut ini adalah hasil dari peratingan, pembobotan dan skor terhadap variabel-

variabel faktor eksternal objek wisata ISC:


57

Tabel 4. 2
Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)
No FAKTOR EKSTERNAL RATING BOBOT SKOR
PELUANG
Kemudahan Mengakses Teknologi
Sebagai Sarana Promosi Lewat Media
1 Sosial 3,49 0,21067 0,73523
Adanya Event Yang diadakan Oleh Pihak
2 Luar 2,45 0,13783 0,33769
3 Adanya sponsorship dari pihak ke-3 2,1 0,117 0,2457
JUMLAH 96,4 0,4655 1,3186
ANCAMAN
Tingginya Persaingan Pariwisata Antar
4
Daerah 3,05 0,17717 0,54036
Adanya objek wisata lain yang sejenis
5 berada di Kota Semarang, 2,88 0,1665 0,47952
Belum Adanya Kesadaran Masyarakat
6 Untuk Berwisata Olahraga 3,18 0,19083 0,60685
JUMLAH 9,11 0,5345 1,6267
TOTAL EFAS 105,51 1 2,9453
Sumber: Data Primer, Diolah

Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa hasil skor faktor eksternal

memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada faktor peluang nilai tertinggi berada pada

variabel “Kemudahan Mengakses Teknologi Sebagai Sarana Promosi Lewat

Media Sosial” dengan nilai skor 0,73. Hal ini berarti variabel tersebut merupakan

variabel terpenting dari faktor peluang yang dapat mempengaruhi perkembangan

objek wisata ISC. Sarana promosi merupakan hal penting yang dilakukan oleh

sebuah objek wisata untuk memperkenalkan objek wisata tersebut kepada

masyarakat, apalagi era digital seperti sekarang media sosial banyak digunakan

oleh masyarakat merupakan sarana yang mudah untuk melakukan promosi

didalamnya.
58

Untuk variabel yang lain seperti “Adanya Event Yang diadakan Oleh Pihak

Luar” memiliki nilai skor 0,33. Skor tersebut termasuk kecil karena pada saat

melakukan wawancara dan membagikan kuesioner kepada pengunjung objek

wisata ISC tidak sedang menyelenggarakan event, jadi kebanyakan pengunjung

tidak mengetahui bahwa di objek wisata ISC pernah mengadakan event.

Kemudian variabel terakhir dari faktor peluang yaitu “Adanya sponsorship dari

pihak ke-3” memiliki nilai dengan skor terkecil yaitu 0,24. Hal ini dikarenakan

kebanyakan pengunjung juga tidak mengetahui jika di objek wisata ISC pernah

ada kerja sama sponsor, karena kerja sama sponsor hanya dilakukan oleh pihak

penyelenggara event saja dan pada saat pembagian kuesioner tidak ada

penyelenggaraan event. Akan lebih baik jika pihak pengelola ISC juga melakukan

kerja sama dengan sponsor untuk menambah pendapatan.

Adapun variabel-variabel dari faktor ancaman seperti variabel “Belum

Adanya Kesadaran Masyarakat Untuk Berwisata Olahraga” memiliki nilai skor

0,6. Nilai skor tersebut memiliki nilai tertinggi dalam faktor ancaman objek wisata

ISC. Hal ini harus menjadi perhatian penting oleh pihak pengelola ISC karena

paradigma tentang berwisata harus diubah lewat promosi yang bisa dilakukan oleh

pihak penelola ISC. Kemudian variabel “Tingginya Persaingan Pariwisata Antar

Daerah” memiliki nilai skor 0,54 dan variabel terakhir “Adanya objek wisata lain

yang sejenis berada di Kota Semarang” memiliki nilai terkecil yaitu 0,47.

Berdasarkan seluruh uraian mengenai evaluasi IFAS dan EFAS diatas,

strategi awal yang dapat dirancang untuk pengembangan objek wisata ISC adalah

dengan terus konsisten menjaga dan memaksimalkan kekuatan serta peluang


59

untuk mengatasi kelamahan dan ancaman yang ada. Hasil penghitungan SWOT

menunjukkan faktor kekuatan memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada

kelemahan serta nilai peluang yang lebih kecil dibandingkan dengan ancaman.

Nilai tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Faktor Internal Kekuatan – Kelemahan : 1,82 – 1,34 = 0,48

Faktor Eksternal Peluang – Ancaman : 1,31 – 1,62 = - 0,31

Nilai-nilai hasil tersebut kemudian dimasukkan ke dalam Matriks Grand

Strategy untuk melihat posisi objek wisata ISC, kemudian bisa diketahui strategi

yang tepat untuk pengembangan objek wisata ISC. Berdasarkan hasil nilai di atas

maka posisi objek wisata ISC pada Matriks Grand Strategy berada pada kuadran

ke dua, yang mendukung strategi diversifikasiuntuk pengembangan yang tepat,

seperti pada gambar berikut:

BerBerbagai Peluang

3. Mendukung strategi turn around 1. Mendukung strategi agresif

0,48
Kelemahan Kekuatan

0,31

4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi

Berbagai Ancaman

Gambar 4.3 Matriks Grand Strategy Objek Wisata ISC


60

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas posisi objek wisata ISC berada pada

kuadran 2. Posisi ini menunjukkan bahwa objek wisata ISC memiliki peluang dan

ancaman yang dominan dibandingkan dengan kelemahan sertapeluang yang ada.

Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung strategi

diversifikasi.

4. 3. 3 Analisis Matriks SWOT

Setelah seluruh informasi mengenai faktor internal dan faktor eksternal

dikumpulkan. Maka perlu dilakukan analisis SWOT untuk menentukan strategi

seperti apa yang bisa diterapkan untuk pengembangan objek wisata ISC sehingga

menjadi lebih baik dan jumlah kunjungan wisatawan dapat meningkat.

Faktor internal dan eksternal yang telah diperoleh dimasukkan kedalam

matriks SWOT guna menentukan strategi pengembangan objek wisata ISC.

Adapun strategi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Matriks SWOT


Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Faktor Internal (IFAS) 1. Kebersihan Objek Wisata 1. Promosi Objek Wisata Yang
Terjaga Kurang Maksimal
2. Tempat Parkir, Kolam 2. Harga Tiket Relatif Mahal
Renang dan Halaman 3. Fasilitas Olahraga Yang
Disekitar Kolam Renang Kurang Lengkap
Yang Luas 4. Kurangnya Fasilitas
3. Faslilitas Olahraga Yang Pendukung Seperti Kantin,
Bagus Wifi dan Kamar Mandi
4. Objek Wisata Berada Khusus Mandi
Didekat Pusat Kota 5. Kurangnya Peremajaan
Faktor Eksternal 5. Kondisi Keamanan Yang Faslilitas Olahraga
Baik Dan Suasana Yang 6. Objek Wisata Kurang
(EFAS) Nyaman Entertaining
6. Lokasi ISC Yang Strategis
61

Sehingga Akses Menuju


Objek Wisata Yang Mudah
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
1. Kemudahan Mengakses 1. Meningkatkan image positif 1. Membuat media sosial
Teknologi Sebagai Sarana wisatawan terhadap ISC ataupun website sebagai
Promosi Lewat Media Sosial sebagai sport club strategis sarana promosi
2. Adanya Event Yang yang menwarkan beberapa 2. Mengikuti berbagai event
Diadakan Oleh Pihak Luar fasilitas olahraga dari pihak luar ataupun
3. Adanya Sponsorship Dari 2. Pengembangan dan mengadakan event sendiri
Pihak Ketiga peningkatan kualitas produk dan melakukan kerjasama
atau fasilitas wisata ISC wisata
menjadi lebih menarik 3. Penambahan fasilitas
3. Menjaga dan mengawasi olahraga dan fasilitas
kebersihan lingkungan ISC pendukung serta
peningkatan sarana
prasarana ISC
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Tingginya Persaingan 1. Inovasi produk atau 1. Menggandeng investor
Wisata Antar Daerah melakukan inovasi berbagai untuk bekerjasama dalam
2. Adanya Wisata Sejenis fasilitas ISC agar mampu hal pengembangan dan
Yang Berada Di Kota bersaing dengan wisata yang sebagai modal
Semarang lain 2. Pengkajian kembali atas
3. Belum Adanya Kesadaran 2. Melakukan promosi akan harga tiket masuk ISC
Masyarakat Untuk pentingnya berwisata 3. Penataan pengelolaan objek
Berwisata Olahraga olahraga kepada masyarakat wisata sesuai dengan
permasalahan yang dimiliki
oleh ISC

Setelah analisis matriks SWOT dilakukan maka menghasilkan faktor-faktor

lingkungan internal dan eksternal yang terdapat pada objek wisata ISC.

Berdasarkan faktor internal dan eksternal kemudian menghasilkan matriks SWOT

yang menghasilkan empat bagian kemungkinan strategi alternatif yang

mendukung strategi diversivikasi pengembangan objek wisata ISC seperi yang

terlihat pada tabel 4.3.

Seluruh strategi akan dijabarkan dan diturunkan pada berbagai macam

program pengembangan yang nantinya akan mendukung pengembangan objek


62

wisata ISC melalui strategi diversifikasi. Strategi tersebut bertujuan untuk

meminimalkan masalah internal dan eksternal yang ada di ISC.

Berdasarkan tabel 4.3, strategi pertama adalah strategi SO (Strenght dan

Opportinities) yaitu strategi yang menggunakan kekuatan dan memanfaatkan

peluang yang ada untuk pengembangan ISC. Strategi SO tersebut meliputi:

1. Meningkatkan image positif wisatawan terhadap ISC sebagai sport club

strategis yang menawarkan beberapa fasilitas olahraga.

ISC merupakan sport club yang menwarkan beberapa fasilitas

olahraga yaitu kolam renang, lapangan futsal dan lapangan tenis. ISC

juga merupakan objek wisata yang strategis berada di dekat pusat Kota

Semarang. Keunggulan yang dimiliki oleh ISC tersebut merupakan

sebuah image positif yang harus dipertahankan atau dikembangkan oleh

pihak pengelola ISC, sehingga masyarakat akan mengetahui

keunggulan ISC tersebut sebagai objek wisata strategis yang

menawarkan beberapa fasilitas olahraga.

2. Pengembangan dan peningkatan kualitas produk atau fasilitas wisata

ISC menjadi lebih menarik

Salah satu strategi yang dapat dikembangkan oleh ISC adalah

meningkatkan produk atau fasilitas olahraga sehingga menjadi lebih

menarik bagi pengunjung. ISC baru sekali melakukan peremajaan pada

lapangan futsal yaitu mengubah lapangan permukaan semen menjadi


63

permukaan vinyl. Peremajaan tersebut juga dilakukan hanya pada satu

lapngan futsal. Diharapkan pihak pengelola ISC juga melakukan

inovasi produk atau peremajaan fasilitas olahraga yang lain agar bisa

lebih menarik perhatian pengunjung.

3. Menjaga dan mengawasi kebersihan lingkungan ISC.

Kebersihan merupakan salah satu hal penting yang harus

diperhatikan oleh sebuah objek wisata. ISC merupakan objek wisata

yang tergolong sangat memperhatikan kebersihan lingkungan.

Diharapkan pihak pengelola mampu mempertahankan kebersihan

lingkungan objek wisata ISC, sehingga pengunjung akan merasa

nyaman untuk beraktifitas atau berwisata di objek wisata tersebut.

Strategi kedua adalah strategi Weakness dan Opportunities (WO), yaitu

strategi yang memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan. Strategi

WO tersebut meliputi:

1. Membuat media sosial ataupun website sebagai sarana promosi

Promosi merupakan hal penting yang harus dilakukan sebuah

objek wisata untuk memperkenalkan objek wisata tersebut kepada

masyarakat. ISC hanya melakukan promosi dengan memanfaatkan

event dari pihak luar dan belum memanfaatkan sarana promosi melalui

media sosial mapun website. Dalam era digitalisasi promosi melalui

media sosial ataupun website lebih mudah digunakan dan tidak


64

memakan biaya yang banyak, diharapkan strategi promosi sperti ini

dapat dilakukan oleh pihak pengelola ISC agar objek wisata tersebut

lebih dikenal oleh masyarakat luas khususnya masyarakat Kota

Semarang.

2. Mengikuti berbagai event dari pihak luar ataupun mengadakan event

sendiri dan melakukan kerjasama wisata.

Mengikuti berbagai event mengenai olahraga adalah salah satu

cara untuk mempromosikan objek wisata ISC. Cara ini merupakan salah

satu metode yang baik untuk mengenalkan objek wisata ISC agar

mampu dikenal kemudian mendapat perhatian dari sejumlah pihak. ISC

belum pernah mengadakan event sendiri dan hanya menyediakan sarana

olahraga untuk event yang akan diadakan oleh pihak luar. Dengan

mengikuti atau mengadakan suatu event olahraga, objek wisata ISC

dapat dikenal dan diketahui oleh banyak orang sehingga menarik

pengunjung untuk datang berkunjung.

3.Penambahan fasilitas olahraga dan fasilitas pendukung serta peningkatan

sarana prasarana ISC.

Pengembangan objek wisata ISC perlu adanya penambahan atau

peningkatan fasilitas olahraga dan peningkatan sarana prasarana yang

lain. Sebagai sport club ISC dirasa kurang memiliki fasilitas olahraga

yang lengkap, hanya tiga cabang olahraga yang dapat digunakan di

objek wisata ini yaitu renang, futsal dan tenis. Selain itu belum adanya
65

fasilitas pendukung seperti wifi, kantin ataupun kamar mandi khusus

merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola ISC.

Strategi tersebut merupakan salah satu cara untuk menambah pelayanan

kepada pengunjung agar pengunjung memperoleh kenyamanan ketika

berkunjung ke ISC.

Strategi ketiga adalah strategi ST, yaitu strategi yang menggunakan

kekuatan untuk mengatasi ancaman, strategi ST tersebut adalah sebagai berikut:

1. Inovasi produk atau melakukan inovasi berbagai fasilitas ISC agar

mampu bersaing dengan wisata yang lain.

Strategi inovasi produk merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan objek wisata ISC untuk manarik minat pengunjung. Inovasi

produk dapat dilakukan dengan cara diverensiasi produk atau membuat

produk berbeda dengan yang lain. Fasilitas olahraga ISC dapat

dikatakan sama dengan fasilitas olahraga yang ada di tempat lain, agar

fasilitas olahraga tersebut berbeda maka dapat dibuat lebih menarik dari

yang lain. Seperti lapangan futsal permukaan vinyl merupakan

diferensiasi produk yang dilakukan oleh ISC, namun hanya satu

fasilitas saja yang dibuat demikian. Diharapkan pihak pengelola ISC

dapat memberi inovasi yang lain pada fasilitas olahraga yang ada

contohnya seperti membuat lapangan tenis berbagai permukaan seperti

rumput dan tanah liat. Inovasi produk diharapkan mampu menarik

minat pengunjung.
66

2. Melakukan promosi akan pentingnya berwisata olahraga kepada

masyarakat.

Kurangnya minat masyarakat terhadap pariwisata olahraga

merupakan ancaman yang dimiliki oleh objek wisata ISC. Salah satu

strategi atau cara yang dapat dilakukan adalah promosi akan pentingnya

berwisata olahraga. Promosi dapat dilakukan dengan media sosial dan

website ataupun mengikuti dan menyelenggarakan event yang ada di

objek wisata ISC. Dengan adanya promosi tersebut diharapkan

masyarakat akan lebih tertarik untuk melakukan pariwisata olahraga

khususnya melakukan pariwisata olahraga di ISC.

Strategi ke empat adalah strategi WT, yaitu strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi WT meliputi:

1. Menggandeng investor untuk bekerjasama dalam hal pengembangan

dan sebagai modal.

Dalam hal pengembangan objek wisata diperlukan adanya dana

untuk meningkatkan apa yang diperlukan oleh objek wisata tersebut.

Kerja sama dengan investor diperlukan sebagai modal pengembangan

objek wisata. ISC memerlukan dana untuk menambah fasilitas olahraga

dan mengembangkan atau meningkatkan sarana prasarana yang lain

agar menjadi lebih baik. Dengan adanya strategi ini diharapkan objek
67

wisata ISC akan terbantu untuk mengembangkan objek wisatanya

menjadi lebih baik.

2. Pengkajian kembali atas harga tiket masuk ISC.

Salah satu strategi penting yang dilakukan oleh pihak pengelola

ISC adalah melakukan pengkajian kembali tentang harga tiket yang

relatif mahal. Cara ini diperlukan untuk menarik minat pengunjung

untuk berkunjung ke ISC. Harga merupakan suatu pertimbangan yang

dilakukan wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat. Jika penetapan

harga yang dilakukan oleh pihak pengelola ISC relatif mahal maka akan

mengurangi minat pengunjung untuk mengunjungi objek wisata ISC.

3. Penataan pengelolaan objek wisata sesuai dengan permasalahan yang

dimiliki oleh ISC.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman yang ada pada objek wisata ISC

adalah dengan melakukan penataan pada pengelolaan. Penataan

dilakukan sesuai permasalahan ISC itu sendiri. Penataan dilakukan dari

semua sisi baik itu faktor internal dengan kekuatan dan kelemahan serta

faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Membuat laporan

pertanggung jawaban untuk pengawasan dan evaluasi pengelolaan demi

perkembangan objek wisata ISC menjadi lebih baik.


68
69

DAFTAR PUSTAKA
70

BPS Provinsi Jawa Tengah.”PDRB ADHK 2010 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa


Tengah Tahun 2013-2015”. Maret 2017. http://Jateng.bps.go.id.

Castyana, Billy dan Eri Dwikuncoro. 2013. Pengaruh Program Pariwisata


Olahraga Borobudur Interhash 2012 Dalam Meningkatkan Kunjungan
Wisata Kabupaten Magelang. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Disbudapar Provinsi Jateng. 2016. Jumlah Pengunjung Dan Pendapatan Objek


Wisata Kota Semarang Tahun 2013-2015. Semarang: Disbudpar Provinsi
Jawa Tengah.

Disbudpar Provinsi Jateng. “Visit Jateng”. Agustus 2016. www.visitjateng.com

DPKAD Kota Semarang. 2016. Realisasi PAD Kota Semarang. Semarang:


DPKAD Kota Semarang.
Kemenbudpar. 2009. Undang-undang RI No. 10 Tentang Kepariwisataan.
Jakarta: Kemenbudpar.

Mappi, Andi. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka.

Moeloeng, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Pradikta, Angga. 2013. Strategi Pengembangan Objek Wisata Waduk


Gunungrowo Indah Dalam Upaya Meningkatkan PAD Kabupaten Pati.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Rajab, Amrullah. 2016. Strategi Pengembangan Objek Wisata Taman Lele


Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.

Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Redona, Rendi. 2015. Strategi Pengembangan Produk Kawasan Gunung Tidar.


Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA

Suarto, Edi. “Pengembangan Objek Wisata Berbasis Analisis SWOT”. September


2017. http://medianeliti.com/media/publications/131159-id-pengembangan-
objek-wisata-berbasis-analis. Pdf
Tahajjudin, Eko. 2011. Pengembangan Objek Wisata Wonderia Di Kota
Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai